Rabu, 26 Agustus 2020

Nasihat Lukman Nur Hakim


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/257413234303480/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 5 Oktober 2011 pukul 12:14


Al Louna: Salam ustadz,

Bisa jelaskan tentang nasehat dari Lukman Nur Hakim di bawah ini! 

1.Mengingat Allah.

2. Mengingat kematian.

3. Melupakan sikap buruk orang lain kepada kita.

4. Melupakan perbuatan baik yang kita lakukan.

5. Menjaga mata.

6. Menjaga lidah.

7. Menjaga perut.

8. Menjaga hati.

Syukran ustadz.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Mengingat Allah sudah tentu setelah tahu Allah. Dan bukan hanya tahu Allah tetapi tahu mauNya dan ajaranNya. Setelah itu maka ingat Allah yakni ingat tentangNya yang ada di ilmunya (manusia) dan ingat mauNya dan agamaNya (mengamalkannya). Ketinggian dzikir ini tergantung ketinggian pengetahuan seseorang tentangNya dan tergantung pada ketaatan kepadaNya. Kalau ilmunya sedikit dan taatnya sedikit, maka nilai ingatnya juga tidak akan tinggi dan pahalanya juga tidak akan tinggi.

(2). Kalau seseorang selalu ingat matinya, maka sebenarnya sudah tidak perlu penasihat lagi kecuali hanya ilmu. Artinya tidak perlu ada orang mencegah keburukannya dan tidak perlu ada orang menyuruh berbuat kebajikan. Karena ia sendiri secara otomatis akan melakukannya. Tentu saja ilmunya harus ditambah dan itu dengan bimbingan guru atau teman yang lebih tahu.

Masalah sesungguhnya manusia adalah karena kematiannya itu hanya diingat sebagai pengetahuan global. Tidak pernah detail dan khusyu’ merenunginya. Coba ia khusyu’ merenunginya, maka dengan ijinNya ia akan berjalan dengan penuh semangat dan tanpa lelah di jalan ketaatan padaNya.


(3). Melupakan sikap buruk orang lain itu tujuan pertamanya adalah supaya hati dan akal ini tidak panas dan hanya berfikir tentang orang yang bersalah tersebut hingga melupakan tugas penting kehidupannya. Keburukan seseorang termasuk salah satu ujian besar bagi manusia hingga ia berpaling dari ingat akan matinya dan tugas-tugasnya. Tidak jarang mengingat keburukan seseorang itu bisa membuat seseorang tidak enak makan dan tidak bisa nyenyak tidur. Bayangin saja, kalau tidak enak makan dan tidak nyenyak tidurnya itu dikarenakan ingat pada Allah, seremnya kuburan dan dahsyatnya akhirat, maka bisa dibayangkan apa efek positfnya. Akan tetapi dengan mengingat keburukan orang lain kepadanya, maka kehidupannya akan menjadi sebaliknya.

Ingat, melupakan keburukan orang lain itu berarti berarti lugu. Tetapi memaafkan (tentu yang bisa dimaafkan) dan tidak memikirkannya hingga pikiran dan konsentrasi kita tetap tertuju pada pikiran tentang kematian dan tugas-tugas kita. Akan tetapi kita tetap harus waspada terhadap keburukannya itu hingga kita tidak menjadi obyek keburukannya untuk yang ke dua kalinya.

(4). Melupakan kebaikan diri sendiri adalah karena kita mesti malu terhadap pengakuan kebaikan itu. Karena kita hanya memilih kebaikan itu di tengah-tengah samudra kebaikan yang diberikan Tuhan. Coba kalau tidak ada diri kita, tidak ada akal kita, tidak ada keagungan alam ini yang mengingatkan kita pada keagunganNya, tidak ada fitrah suci terhadap inginnya berbuat baik, tidak ada panca indra kita, tidak ada ruh dan perasaan kita, tidak ada petunjuk alam sekitar, tidak ada agama kita, tidak ada orang-orang shalih, tidak ada hidayah-hidayah yang bertebaran tak pernah henti baik dari sehelai daun atau galaxi agung yang terbentang, tidak ada ... tidak ....dan seterusnya. maka sudah tentu kita tidak akan pernah memilih kebaikan itu.

Memang, memilih itu adalah ikhtiar kita, akan tetapi kalau diperhatikan, sebenarnya pilihan pada kebaikan itu sebenarnya hanya sepersemilyard tetes kebaikan dari samudra kebaikan Tuhan yang telah dipersiapkan untuk kita.

Karena itulah Tuhan mengatakan bahwa kalau manusia itu berbuat kebaikan maka hal itu dariNya, tetapi kalau keburukan adalah dari diri kita sendiri. Sebenarnya, semuanya dari manusia. Akan tetapi memilih kebaikan di samudra tak terhingga kebaikan Tuhan yang dipersiapkanNya untuk manusia, sebenarnya, adalah semacam dakwa diri terhadap yang tidak layak. Karena itu sudah semestinya dilupakan. Tetapi sebaliknya, ketika samudra tak terhingga kebaikan yang dipersiapkan Tuhan untuk manusia itu sudah tersedia, akan tetapi manusianya masih memilih keburukan, maka sudah selayaknya dikatakan bahwa itu benar pilihanmu (manusia). Yakni pilihan tanpa dukungan sedikitpun dari Tuhan yang bisa dikatakan berupa kemudahan baginya. Jadi, dalam keadaan seperti itulah Tuhan mengatakan “keburukanmu itu adalah pilihanmu”. Yakni benar-benar keterlaluan dalam memilihnya. Karena kamu berada di samudra madu, masih juga mencari sepersejuta tetes empedu yang tersembunyi di bawah karang yang berada di dasar samudra madu yang tak terhingga itu.

Sudah tentu melupkan kebaikan diri itu, selain masalah di atas, bisa membuat kita lebih enak hidup dan bisa berjalan dengan ringan tanpa perasaan apa-apa, baik akuism, ego dan apalagi kesombongan. Tentu juga membuat kita terjaga dan terhindar dari riya’. Na’udzubillah.

(5). Menjaga mata adalah dari apa saja yang maksiat. Dan, kalau bias juga dari yang sia-sia untuk dilihat. Karena maksiat itu disamping bisa menggelapkan hati/akal, juga bisa merenteti maksiat yang lain. Dan, sudah tentu juga membuat ketagihan. Karena itu imam Ali as berkata”Jauhi dosa, karena menjauhi dosa lebih ringan dari bertaubat.”

Ketika dosa itu dapat mengkabuti hati/akal, maka bisa membuatnya tidak jeli pada dosa-dosa berikutnya. Karena itu ia bisa memudahkan melakukannya dari yang pertama kalinya itu.

Mata ini juga bisa berarti akal dan hati. Karena itu akal kita mesti dijaga dari kebatilan dengan membiasakannya dengan dalil dan keterbukaan. Sedang menjaga hati yang bermakna perasaan itu adalah dari melihat apa saja yang tidak baik walau dalam batin kita dan, membiasakannya taat pada akal argumentatifnya.

(6). Menjaga lidah adalah tidak mengatakan kecuali kebenaran. Baik kebenaran ilmu atau kebenaran syariat dalam arti fikih dan, juga akhlak. Karena itu, jangan maksiat seperti ghibah, mengumpat dan sebagainya. Dan juga tidak berkata apa-apa yang tidak diketahuinya.

(7). Perut itu ada dua macam, perut badani ini dan perut batin. Menjaga perut badani adalah menjaganya dari yang haram-haram dan, kalau bisa dari yang syubhat (tidak jelas halal- haramnya).

Sedang menjaga perut batin adalah memilih-milih mencari makannya yaitu yang berupa ilmu. Jadi, sebagaimana tidak semua makanan bisa dimakan, tidak semua yang dikatakan ilmu juga bisa diambil. Karena itu kalau makanan harus dilihat sumbernya yang berupa halal dan haram, kalau ilmu adalah gurunya. Karena itu, dalam adab mencari ilmu, pertama kali yang diajarkan adalah cara memilih guru. Dan, ini yang paling sulit dilakukan oleh bangsa kita Indonesia. Karena bagi mereka, siapa saja bisa mejadi guru agama, padahal mereka mengatakan tidak semua orang bisa menjadi dokter. Mereka akan memperkarakan dokter palsu, tetapi tetap saja mencium tangan para ustad dan guru-guru. Walhasil hal ini juga yang menjadi penyebat tidak majunya Indonesia dan tetapnya berputar-putar di lingkaran syethan. Karena bagi orang Indonesia, asal orang shalat, puasa dan santun serta banyak baca buku, sudah bisa dijadikan guru agama. Inilah nasib yang dibuat sendiri dan, sudah tentu tidak berhak untuk menyalahkan siapa-siapa nanti di akhirat kecuali diri sendiri.

(8). Hati atau al Qalbu itu, sudah sering saya jelaskan bahwa ia memiliki dua makna dan kedua- duanya dipakai dalam Qur'an. Pertama bermakna akal dan ke dua bermakna perasaan.

Menjaga hati yang bermakna akal adalah menjaganya dari kebatilan dan semacam kebenaran yang tidak ada argumentasinya. Tentu saja juga membernya makan dari sumber-sumber yang benar dan profesional (guru yang benar).

Sedang menjaga hati yang bermakana perasaan adalah menjauhkannya dari selain Allah dan apa-apa yang tidak mendekatkannya kepadaNya. Selalu ingat mati, selalu ingat Tuhan dan syari’atNya, selalu ingat dan sayang serta cinta pada Nabi saww dan Ahlulbaitnya as begitu pula kebaikan-kebaikan yang sudah diargumentasi-i oleh akalnya. Dan, secara global, harus selalu taat pada akalnya. Hingga marahnya, cintanya, dendamnya, bencinya, kasihannya, .... dan seterusnya. selalu dan selalu disesuaikan dengan akal argumentasi gamblangnya, baik dari sisi aplikasinya dan juga ukuran derajat masing-masingnya.


Penutup:

Yang tahu makna kalimat-kalimat itu sebenarnya adalah pengatanya, karena itu semua penjelasan di atas itu adalah rabaan yang mungkin layak jadi renungan.

Memang, semua yang dijelaskan diatas itu tidak sembarangan dan tidak diambil dari pinggiran jalan, akan tetapi, tetap saja bukan wahyu Tuhan yang pasti bersih dari kesalahan atau kekurangan.

Semua itu merupakan keterangan singkat dari yang semestinya, tetapi in syaa Allah, kalau diperhatikan diaplikasikan, akan membuat kita lebih selamat dari pada tidak menghiraukannya. Allahu A’lam.

Chi Sakuradandelion, Doeble Do dan 6 orang lainnya menyukai ini.


Sinar Agama: Anggelia: Syukur kamu sudah bisa turun lapangan lagi. Semoga kamu selalu lulus dalam ujian hidup ini. Aku masih sangat memerlukan update-an dari katalognya, karena ada yang tanya muhkamat dan mutasyabihat aku kesulitan mencarinya karena katalog yang kupunya itu hanya sampai dokumen yang ke 240. Semoga aku tidak dosa selalu membebanimu. Doaku menyertaimu. Afwan dan terimakasih.

Dian Nova P: Maaf menyela.. Yang ini bukan Ustad??
http://www.facebook.com/10000131763.../posts/219777558076164

Anggelia Sulqani Zahra: Iye, ustadz... mohon maaf... ditempatku singnal begitu buruk..sehingga menghalangiku untuk setiap saat harus on line..mohon..maaf-insyaAllah dalam waktu dekat saya akan memperbaiki katalog catatan -catatan.

Sinar Agama: Anggelia, ok terimakasih banget atas semua jerih payahnya. Semoga Allah membalasnya dengan pahala tanpa batas dan keridhaan tanpa tepi.

Anggelia Sulqani Zahra: Ustadz... mohon maaf agak terlambat... ini alamat catatan tentang: Muhkamaat dan Mutasyaabihaat.
http://www.facebook.com/.../21057069.../doc/250780541633416/

Anggelia Sulqani Zahra: Amiin...

Sinar Agama: Dian, kamu memang selalu mendahuluiku dalam hal ini, he he kalah terus nih aku, karena aku bisanya masuk katalog lalu ngasih kabar ke penannya. Dan yang kamu ajarkan tempo hari itu aku belum fokus hingga tidak paham he he dari sisi ini aku benar-benar harus berguru padamu, he he...

6 Oktober 2011 pukul 4:37



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar