Tampilkan postingan dengan label ‘Allaamah Thaba Thabai ra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ‘Allaamah Thaba Thabai ra. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Desember 2019

Sekilas Tentang ‘Allaamah Thaba Thabai ra dan Tabarruk


Seri tanya jawab Sang Pencinta dengan Sinar Agama November 2, 2013 at 5:20 pm


Sang Pencinta: (23-4-2013) Salam, Mas Fahmi Husein bertanya, menurut cerita beliau RA (Allamah Thathaba’i) bercelak dengan debu peziarah, dan kepandaian/kejeniusan beliau RA didapat karena dipeluk oleh Imam Zaman AFS? Terimakasih bersama Sinar Agama.


Agoest D. Irawan, Zahra Herawati Kadarman, Yoez Rusnika dan 9 lainnya menyukai ini.


Armeen Nurzam: Menyimak.

Tebe TB: Ikut.

Fahmi Husein: Sang Pencinta; kok fotonya tidak di ikut sertakan? Takdzim.

Yoez Rusnika: Menyimak.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

Sepertinya saya sudah pernah menceritakan tentang ‘Allaamah Thaba Thabai ra. Beliau termasuk seorang yang kurang cerdas hingga dalam belajar kitab paling dasar bahasa Arab di hauzah, yaitu al Juruumiyyah, yang biasanya selesai dalam beberapa bulan saja, dipelajarinya dalam tiga tahun dan, itupun belum paham-paham dengan baik. Tapi beliau ra, jangankan dosa, hal-hal yang tidak perlu, juga tidak dilakukan. Setelah sekitar umur 16 tahun (kalau tidak salah ingat), beliau ra memimpikan Nabi saww dan mengeluhkan keadaannya serta minta disyafaati supaya bisa lebih baik. Nabi saww mengatakan bahwa telah membantunya sejak umur 14 tahun (seingatku). Beliau ra pun, mengingat-ngingat apa yang terjadi pada tahun itu. Beliau ra ingat, bahwa tahun itu, tahun pertama beliau ra memakai serban.

Sebagaimana maklum, memakai serban untuk para pelajar agama, biasanya dilakukan melalui peresmian dalam upacara nasihat dan doa oleh para ulama besar.

Hikmah Cerita:

Biasanya guru-guru akhlak sering membawakan cerita hikmah dari para tokoh. Dari cerita beliau ra di atas, biasanya penekanannya kepada menjauhi dosa dan hal-hal yang tidak perlu. Karena itu, dikatakan, sejak kecil ‘Allaamah Thaba Thabai ra, kalau berjalan di jalan, selalu menundukkan kepala supaya tidak menengok dosa dan supaya tidak menengok apapun yang tidak perlu, seperti melihat barang di toko padahal tidak mau membelinya.

Itulah yang dikatakan para pembesar ulama seperti imam Khumaini ra dan ayatullah Jawodi Omuli hf dan yang lainnya, bahwa hati/akal itu harus disehatkan dulu sebelum ditumpahi ilmu agama karena kalau tidak, maka sekalipun mendapatkan ilmu agama, maka akan digunakan untuk jalan dunia, bukan akhirat. Dan, kalau sudah disehatkan, yakni akalnya difungsikan supaya dapat mengontrol daya-daya lainnya seperti khayal, nafsu dan seterusnya, maka ia akan mendapat pertolongan Allah dalam memahami banyak hal dan, akan mendapat kekuatan lebih untuk lebih mengontrol daya-daya ruh lainnya itu.

Jangan Salah Paham:

Dengan semua uraian itu, janganlah memahami cerita ajib atau karamah di Syi’ah, seperti sewaktu kita di Sunni yang mau terbang dengan kemalasan belajar dan hanya bertabarruk dengan ini dan itu lantaran percaya takdir Tuhan atas nasib manusia. Jalan dalam semua karamah dan keajaiban itu, adalah jalan Islam. Tidak lebih. Yaitu, usaha dalam mewujudkan potensi dalam diri dengan taqwa (menjauhi semua dosa dan melakukan semua kewajiban), lalu setelah itu barulah ia layak mendapatkan apapun pertolongan itu. Sementara salah satu jalan taqwa itu, yaitu yang menjauhkan kita dari dosa itu, adalah belajar fikih atau akidah dan mengamalkannya.

Karena itu jiwa tabarruk itu jangan dipahami negatif, yakni datang pada orang yang tidak potensial. Tapi harus dipahami secara positif, yaitu datang pada orang yang potensial. Tentu saja, kalau hanya pahala, maka dengan tabarruk sudah bisa didapatkan. Karena tabarruk itu sudah menandakan keimanan pada yang ditabarruki dan tawadhu padanya serta mencintai yang dicintai Tuhan. Semua ini, sudah cukup mendatangkan pahala. Tapi untuk hajat-hajatnya, seperti pandai, cerdas, taqwa, dan seterusnya harus dilengkapi dengan usaha keras melakukan semua mukaddimah-mukaddimahnya atau prasyarat-prasyaratnya, seperti belajar, menjauhi dosa, dan seterusnya sesuai dengan berbagai ragam hajat yang diinginkan dari tabarruk itu.

KARENA ITU, TABARRUK BUKAN INGIN MEMBUAT MANUSIA MENJADI MALAS. TAPI SEBALIKNYA, INGIN MEMBUATNYA OPTIMIS, BANGKIT DAN MELAMPAI (mencontoh) YANG DITABARRUKI UNTUK MENCAPAI HAJAT-HAJATNYA DI DUNIA INI ATAU DI AKHIRAT KELAK.


Penutup:


Cerita di atas, saya dengar sendiri dari guru akhlak saya walaupun mungkin saya bisa saja salah ingat dalam beberapa rinciannya. Dan, sudah tentu cerita itu tidak menolak adanya cerita lain tentang tabarruk beliau ra itu. Yang penting memahami kejiwaan dari makna tabarruknya.

Tambahan:

Kalau tidak salah ingat, beliau ra, dalam banyak puasanya, berbuka dengan debu yang menempel di maqam dari hdh Faathimah Makshuumah ra yang ada di Qom. Wassalam.


Fahmi Husein: Sinar Agama; Syukron atas penjelasannya, ada juga hubungan Sunni dan Syi’ah dalam cerita beliau RA? Afwan, debu (tanah yang dimaksud?) dalam fiqih Syi’ah tidak haramkah di konsumsi (buat berbuka)? Afwan, atau antum tidak salah dengar mungkin di pakai bercelak?

Sinar Agama: Fahmi: Yang haram itu tanah yang dikatakan tanah. Bukan atom-atom tanah yang tidak terlihat mata tapi hanya terlihat akal yang menempel di maqam kuburan. Karena maqam itu selalu dipegang orang dan diciumi. Jadi tidak pernah terlihat ada debunya. Kalau sampai ada terlihat debu, maka haram dimakan. 

Wassalam.




اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ