Tampilkan postingan dengan label Inkarnasi atau Raj'ah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inkarnasi atau Raj'ah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 Oktober 2018

Raj’ah



Seri pengulangan Sinar Agama
by Sinar Agama on Friday, January 4, 2013 at 2:51 pm 





Sinar Agama, 21 Oktober 

Tentang Raj’ah 

Raj’ah adalah kembalinya manusia tertentu ke kehidupan dunia setelah matinya. Artinya, setelah ia mati, maka dia hidup kembali di dunia ini, baik lama atau sebentar. Semua itu dengan ijin Allah. 


Raj’ah ini banyak sekali terjadi baik di manusia sebelum Islam kita ini, atau setelahnya. 

Yang mengimani Raj’ah ini tidak hanya Syi’ah, Sunnipun mengimaninya karena ia merupakan ajaran Qur'an dan hadits. Artinya, Sunnipun mengimani terjadinya itu. Akan tetapi, mungkin saja mereka tidak percaya kalau nanti akan terjadi di jaman keluarnya imam Mahdi as

Qur'an dan hadits-hadits yang sangat mutawatir secara makna dari kalangan Sunni, membuat Raj’ah ini tidak bisa diingkari. Tafsir-tafsir dan hadits-hadits Sunni penuh dengan masalah Raj’ah ini. Tentu saja, tentang Raj’ah yang akan terjadi nanti di jaman imam Mahdi as, mungkin tidak diyakini mereka. 

Contoh Raj’ah di masa lampau seperti: 


(a). 70 orang dari shahabat nabi Musa as. yang diazab Tuhan degan halilintar dan mati seketika. Lalu Tuhan menghidupkannya kembali atas permintaan nabi Musa as. Bisa dilihat di semua terjemahan dan tafsir Sunni (QS: 7:155).

(b). Ribuan orang dari Bani Israail, yang dimatikan Tuhan lalu mereka dihidupkan kembali olehNya. Tidak usah jauh-jauh, lihat saja terjemahan Depag, di surat al-Baqarah ayat ke 243 yang berbunyi:

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati, maka Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah kamu’, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”

Terjemahan ini adalah asli di tafsir depag. Di bawah dijelaskan, bahwa sebagian ahli tafsir mengartikan mati sungguhan dan sebagian lainnya sebagai mati semangat. Tentu saja, tafsiran ke dua ini adalah mengada-ada. Karena sudah keluar dari makna lahiriah dari kata “mati”. Sementara mati dan hidup lagi, tidak ada repotnya bagi KuasaNya. Jadi, tidak bertentangan dengan akal dan Qur'an. Apalagi Qur'an juga menceritakan hidup lagi dari yang lainnya dalam Qur'an. Jadi, penakwilan ke “mati semangat” itu adalah takwil yang melawan lahiriah. 

Anggap saja, boleh menakwil seperti itu (dimana hal ini keluar dari lahiriah yang biasanya tidak diperlukan dan kadang tidak boleh kalau tanpa sebab), tetapi jelas dikatakan oleh penafsir dengan mati sungguhan. 

Dengan penjelasan ini, maka hidup lagi di dunia ini, sebelum hari kiamat yang dalam bahasanya sekalipun dikatakan Raj’ah, adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan akal dan Qur'an. 

(c). Dalam Qur'an surat Baqarah ayat 259, diterangkan tentang satu orang yang dimatikan Tuhan, lalu dihidupkannya lagi setelah seratus tahun. Dalam riwayat dikatakan bahwa nama orang itu adalah ‘Uzair. Dalam ayat yang panjang itu, Tuhan bukan hanya me-Raj’ahkan dia, akan tetapi juga keledainya. 

(d).    Saam bin Nuh as yang dihidupkan oleh nabi Isa as setelah berabad-abad. 

(e). Orang yang terbunuh dan dihidupkan lagi di jaman nabi Musa as, dimana Tuhan mengatakan dalam Qur'an bisa dihidupkan dengan memukulkan daging dari sapi yang dipotong mereka yang disuruhkanNya kepada mereka itu dimana sifat-sifat sapinya itu begitu detail ditanyakan orang-orang Yahudi sampai-sampai hampir tidak mendapatkan yang sesuai. 

Walhasil, Raj’ah itu hal yang umum. Namun yang kurang umum dibahas dan diimani, adalah Raj’ah di jaman keluarnya imam Mahdi as nanti dimana orang yang sangat baik dan buruk akan dibangkitkan. Hingga yang baik dapat membantu imam Mahdi as. dan yang buruk dikalahkan imam Mahdi as. 


(f). Walhasil banyak sekali orang mati yang hidup lagi, di masa lalu atau setelah Islam. Di riwayat- riwayat Sunni banyak sekali riwayat orang hidup setelah mati di masa Islam ini. 

Wassalam. 


24 people like this. 

Ali Assegaf: Salam di atas disebutkan Raj’ah terjadi pada sebelum nabi Muhammad saww, dan juga setelahnya dan disebut hal umum. Apakah ada catatan yang menunjukan setelah Rasulullah saww hal ini? Tentu bukan di zaman akhir nanti... mohon sedikit menjelaskan 1 hikmah raj’ah di zaman sebelum Islam dan setelah Rasul... mengingat raj’ah bukan sekedar perbuatan Allah menghidupkan tanpa tujuan bermakna.. Syukron. 

Sinar Agama: Ali: Hikmah pastinya hanya Allah yang tahu. Tapi dilihat dari berbagai ayat dan tafsiran para mufassir atau keterangan para ulama, maka hikmah dari berbagai peristiwa itu bermacam-macam. 

Misalnya, yang dilakukan oleh nabi Isa as yang berulang-ulag itu, demi menguatkan imannya umat pada waktu itu, baik iman pada Alllah atau pada hari kebangkitan. Yang terjadi pada ashhaabu al-kaafi itu, untuk menguatkan hari kebangkitan yang sudah mulai diingkari pada jaman tersebut. Begitu pula untuk menguatkan iman umat pada Tuhan itu sendiri. 

Yang terjadi pada 40 orang shahabat nabi Musa as itu, supaya mereka tidak kurang ajar lagi kepada Allah dengan mengatakan bahwa mereka ingin melihat Allah dengan mata. 

Yang terjadi pada orang yang melewati dusun yang sudah hancur itu, yang kemudian dibangkitkan lagi setelah 100 th, untuk menguatkan iman dia sendiri dan, penceritaannya dalam Qur'an, supaya menguatkan iman kaum muslimin bahwa kebangkitan itu adalah hak dan benar. 

Sedang yang akan terjadi nanti, bisa saja, untuk menguatkan bukti keimaman imam Mahdi as. Menegakkan keadilan bagi para pengejek Islam selama ini (karena sebagian yang akan diraj’ahkan itu, adalah para penjahat besar, tentu semua ini, yakni detail-detail raj’ah dimasa datang, kalau haditsnya shahih dan maknanya sesuai zhahirnya). 

Sebastian Ali: Syukron ya Ustadz atas penjelasannya. 

Alam Di Keremangan: Salam ya Ustadz, afwan, kira-kira menurut pandangan antum atau pandangan yang pernah diberitakan oleh para aimmah as, siapa sajakah penjahat besar yang mungkin akan di raj’ahkan nantinya di masa Imam Mahdi as? Afwan ya Ustadz, Syukran. 

Sinar Agama: Ahsan kita sabar saja menunggu hal itu, kita serahkan padaNya. 

Ibnu Samsuddin: Penjelasan yang lugas dan sangat bermanfaat.... 

January 14 at 3:04 am


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ



Minggu, 19 Agustus 2018

Lensa: 8, Inkarnasi Atau Raj’ah?



by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, January 26, 2011 at 6:43 am


Oleh : Ustad Sinar Agama

Bismillaahirahmaanirahiim.. Reinkarnasi tidak ada dalam kamus akal, apalagi agama. Reinkarnasi adalah masuknya ruh lain (manusia) ke dalam badan yang lain pula. Padahal dalam Filsafat setiap benda memiliki ruhnya tersendiri. Dan sebuah esensi atau spesies adalah yang mencakupi keduanya (badaniah dan ruhaniahnya). Kambing tidak bisa dikatakan kambing kecuali dengan ruh kambing yang telah terproses sejak dari ruh binatang lemah yang ada pada mani kambing.

Jadi di samping ruh manusia tidak akan bisa masuk ke esensi kambing karena kambing dikatakan kambing karena terproses dari ruh mani kambing ke ruh kambing, artinya tidak bisa mengubah dan mengusir ruh kambing, kemustahilan itu juga karena setiap materi memiliki ruhnya tersendiri yang tidak terpisahkan dan tidak mungkin dipisahkan karena ia adalah kesatuan natural, bukan kesatuan produksi yang bisa dicopot dan diganti-ganti.

Jadi, ayat–ayat al-Qur'an menunjukkan penghidupan kembali manusia di akhirat. Tetapi bisa juga di dunia ini pada raj’ah-nya sebagian orang (raj’ah adalah dihidupkannya kembali beberapa orang di dunia ini lalu dimatikan lagi).

Raj’ah itu dihidupkannya sekali lagi beberapa orang yang telah mati di dunia ini. Dalam QS: 40: 11, orang-orang ini berkata: ”Mereka berkata Tuhan kami, Engkau telah matikan kami dua kali dan hidupkan kami dua kali dan kamipun mengakui dosa-dosa kami, lalu apakah masih ada jalan keluar ?

Orang yang tidak percaya raj’ah ini mengartikan mati dua kali itu adalah mati sebelum dicipta dan setelah dicipta, sedang hidup dua kali adalah setelah dicipta dan setelah dibangkitkan nanti.

Padahal :

(1) Allah dalam Qur'an ini mengatakan ”...Mematikan kami” Yakni pakai kata kerja yang perlu kepada obyek, sementara sebelum dicipta adalah ketiadaan yang tidak bisa dijadikan obyek. Kalau memakai kata ”Mati”, maka bisa diartikan ”tiada”, tapi kalau ”dimatikan” maka tidak bisa diartikan ”tiada”.

(2) Hidup dua kali, juga demikian. Yakni hidup di dunia dan hidup setelah kehidupan pertama itu, bukan kehidupan di akhirat karena yang di akhirat itu adalah yang ke tiga. Karena ayat itu dalam rangka menukil kata-kata orang yang tidak mengabdi setelah diberi kesempatan dua kali. Jadi kehidupan dua kali itu dalam rangka beramal shaleh tetapi disia-siakan. Sedang kehidupan akhirat itu untuk dihisab dan diadili, bukan untuk usaha dan ikhtiar. Karena itulah mereka meminta lagi kehidupan ikhtiar yang lain dengan mengatakan ”..lalu apakah masih ada jalan keluar?”, yakni apakah Engkau Ya Tuhan masih berkenan memberikan kesempatan berikhtiar sekali lagi? 

Kalau QS: 2: 28, memang juga sangat terasa keraj’ahannya, karena di sana dikatakan +/-: dimana kalian dulu mati (tiada), lalu Dia menghidupkan kalian, lalu mematikan kalian, lalu menghidupkan kalian, lalu kepadaNya kalian dikembalikan.

Memang, mati pertama itu adalah tiada karena mati dan bukan dimatikan. Tetapi dari sisi dihidupkan disini, terjadi dua kali dihidupkan dan, sebelum dikembalikan kepada Tuhan. Padahal kita memahami bahwa hari pengembalian itu adalah hari kebangkitan. Sedang penghidupan ke dua di atas, sebelum hari pegembalian itu sendiri.

Tetapi kalau ayat 259 surat Al Baqarah itu hanya pendukung saja. Karena ia adalah salah satu raj’ah itu sendiri, bukan raj’ah yang kita bahas. Sekalipun keduanya adalah raj’ah.

Jadi dari sisi Raj’ah maka ayat itu sebagai bukti kebenaran raj’ah karena ianya adalah kejadian itu sendiri, bukan dalil untuk ke depan. Karena dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ada orang yang seperti sangsi terhadap Kuasa Tuhan dalam menghidupkan orang mati setelah melihat desa yang mati, lalu Allah mematikan orang tersebut dan menghidupkan kembali di kemudian hari.

Dan tentang ashabulkahfi adalah penguat raj’ah seperti ayat pertama itu. Artinya Raj’ah itu tidak mustahil karena sudah terjadi, seperti ashabulkahfi itu atau seperti orang yang ragu di atas itu. Sedang yang akan dihidupkan nanti adalah dari dua kelompok, dari yang baik dan yang jahat. Tentu tidak semuanya. Dan sangat mungkin bahwa yang akan dihidupkan nanti adalah termasuk orang-orang yang di jaman sebelum Islam kita ini.

Riwayatnya banyak sekali, diantaranya: 

عن الحسن بن شاذان الواسطي قال :كتبت إلى أبي الحسن الرضا عليه السالم أشكو جفاء أهل واسط وحملهم علي وكانت عصابة من العثمانية تؤذيني فوقع بخطه :إن اهلل تبارك وتعالى أخذ ميثاق أوليائنا على الصبر في... دولة الباطل فاصبر لحكم ربك فلو قد قام سيد الخلق لقالوا :يا ويلنا من بعثنا من مرقدنا هذا 
ما وعد الرحمن وصدق المرسلون - الكافي 247 / 8 الرقم346 

Yang artinya kurang lebih al-Hasan bin Syadzan berkata: Aku menulis surat kepada imam Ali al-Ridha as, aku mengeluhkan akan keringnya orang-orang Wasit (kota lama di Iraq antara bashrah dan Kufah) dan penyerangan mereka terhadapku, begitu pula tentang sekelompok dari pengikut Utsman yang menyakitiku, lalu beliau as menjawab: ”Sesungguhnya Allah telah mengambil janji dari pengikut kami atas kesabaran untuk hidup di pemerintahan batil, maka dari itu bersabarlah demi perintah Allah, dan nanti kalau sudah datang penghulu makhluk (imam Mahdi as) maka mereka (para mukmin itu) akan berkata: ”Duhai siapakah yang telah membangunkan kami dari tidur kami ini? (dikatakan) Inilah yang telah dijanjikan Sang Maha Pengasih, dan telah benar orang-orang yang diutus (para rasul). al-Kaafi: 8: 247.

Sekian. Alfatihah ma’a al-sholawat. Wassalam. 

In this note: Sinar Agama, Haerul Fikri, Natsir Said, Syaharbanu Bob, Noer Aliya Agatha, Nebucadnezar Pecinta Keadilan, Muhammad Yusuf S Tarigan, Annisa Asiyah Khadija, Saiful Makshum, Saiful Bahri, Fatimah Zahra, Cut Yuli, Hendy Al-Qaim, Roman Picisan, Rizky El Hallaj, Indra Gunawan, tika Maria, Bin Ali Ali, Don Flores 

Anwar Mashadi: dan 22 orang lainnya menyukai ini.

Rizky El Hallaj: -Apa sebabnya kita mengenakan hidup atau dari apa hidup itu ??? 

-Dalam hidup kita perlu tidur, siapa yang mengajak tidur ??? 

-Apa sebab orang mati, dan dalam kematian ada apa ??? 

-Apabila kita telah mati, apakah kita akan kembali menjadi bayi atau tetap tinggal di sana ??? 

Saiful Bahri: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad.

Saiful Bahri: Syukran tag nya... 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua jempol dan komentarnya.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ