﷽
Oleh : Ustad Sinar Agama
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 18:58
Aku ada karena aku berfikir, merupakan pembuktian sebab dari akibatnya. Dalam istilah filsafat ilmu ini disebut dengan ilmu inni dimana batas tengahnya (kata terulangnya) hanya berfungsi sebagai sebab bagi ditetapkannya obyek premis besar (universal) ke atas subyek premis kecilnya (partikulir), tapi di alam nyata tidak menjadi sebab bagi penetapannya.
Misalnya: Saya berfikir. Setiap yang berfikir maka ia ada. Maka Saya ada.
Di sini batas-tengahnya adalah berfikir dimana ia telah menjadi pengikat kedua premis atau dalil itu. Dan berfikir, di alam nyata, bukan penyebab bagi adanya manusia. Jadi berfikir di sini hanya menjadi sebab bagi ditetapkannya obyek pada premis besar ke atas subyek premis kecil. Inilah ilmu inni. Dan ilmu ini, jelas tidak terlalu tinggi. Karena ianya berangkat dari akibat (berfikir) menuju sebab (saya) dimana sebab sudah pasti lebih kuat dan tinggi dari akibatnya.
Nah, mengeker sebab melalui akibat, tidak akan melebihi akibat itu sendiri. Jadi, pengetahuan kita akan sebab akan diperkecil sesuai dengan ukuran akibat.
Jadi, ilmu yang belum tinggi. Mencari Tuhan, juga demikian. Artinya, kalau mengekerNya lewat makhlukNya, maka kita secara tidak langsung akan mengecilkanNya dalam akal kita. Sejauh apa kita pahami KuasaNya, kalau dilihat dari makhlukNya, maka tidak akan melebihi ukuran makhlukNya. Terlebih lagi kalau pengetahuan terhadap makhlukNya ini tidak banyak, maka KuasaNya akan semakin diperkecil dalam akalnya. Karena itulah sebenarnya Tuhan masing- masing orang akan menjadi berbeda. Hal itu karena berangkat dari makhluk dan pengetahuan terhadap makhluk dari masing-masing orang berbeda.
Pengetahuan tentang alam, rejeki, hidayah, melihat, mendengar, datang, pergi, cepat, lambat....dan seterusnya akan berbeda-beda. Dan kalau semua itu dijadikan teropong untuk meneropongiNya, maka pasti hasilnya akan berbeda-beda. Beda halnya kalau ilmu limmi, yakni ilmu yang didapat bukan hanya dari kesebaban batas-tengah bagi tertetapkannya obyek premis besar ke atas subyek premis kecil. Akan tetapi di kenyataannya, memanglah ia adalah sebab bagi tertetapkannya obyek premis besar ke atas subyek premis kecil.
Misalnya: Saya ada. Setiap yang ada memiliki efek. Maka saya berefek. Di sini ada bukan hanya mengikat dua premis, tapi juga menjadi penyebab bagi berefek. Karena kalau tidak ada maka tidak mungkin berefek. Ilmu inilah yang dikatakan ilmu Limmi yang lebih tinggi dari sebelumnya, karena ia berangkat dari sebab menuju akibat, bukan sebaliknya. Jadi, di sini, tak perduli efek atau akaibat itu seperti apa dan bagaimana. Fokus pertama adalah pada sebab, jadi efek tidak mempengaruhi pengetahun kita kepada sebab. Kemudian dari sebab menuju akibat. Di sini, pasti ilmu kita kepada akibat yang dari sebab ini tidak akan diperkecil. Karena sebab lebih besar dan tinggi ketimbang akibatmnya.
Nah, mengenal Allah dengan mengerti makna Ada, adalah mengenalNya dari DiriNya sendiri, bukan melalui makhlukNya. Ini berarti ilmu Limmi yang lebih tnggi dari ilmu inni. Seperti saya ada maka saya berfikir, dimana jauh lebih tinggi dari saya berfikir maka saya ada.
Sekian. Terima kasih. Al-fatiha ma sholawat.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ