https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/syiah-sejarah-ujian-dan-cabang- cabangnya-munculnya-syiah-nusantara/788827004500541
Sinar Agama: Bismillaah: Syi’ah, Sejarah, Ujian dan Cabang-cabangnya (Munculnya Syi’ah Nusantara)
Syi’ah, Sejarah dan Ujiannya, Bagian Pertama:
Sejak Allah swt dan Nabi saww menentukan siapa pengganti dan pewaris Nabi saww dalam ilmu (vertikal) dan kepemimpinan politik (horisontal) yang dimulai sejak di awal-awal dakwah terbuka kepada keluarga di Makkah, yang diperolok oleh Abu Lahab dan para hadirin yang hadir di undangan beliau saww karena ayah imam Ali as (Abu Thaalib ra) diperintah taat pada anaknya sendiri (Sungguh kalau Nabi saww melakukannya di Indonesia sekarang ini, akan ditakatan tidak tahu situasi). Tentang sejarah penunjukan dan perintah taat pada imam Ali as di sisi taat kepada Nabi saww itu, yang dimulai sejak di awal-awal dakwah terbuka kepada keluarga Nabi saww di Makkah itu bisa merujuk ke kitab- kitab Sunni seperti: Tarikh Thabari, 2/319-321; Tarikh Ibnu Atsiir, 2/61 dan 63; sl-Siirah al-Halabiyyah, 1/311; Muntakhab Kanzu al-’Ummaal, 5/41 dan 42; Syawaahidu al-Tanziil, 1/371, hadits ke: 514 dab 580; Kanzu al-’Ummaal, 15/115; Tarikh Damasyq, 1/85, hadits ke: 139, 140 dan 141; Tafsir al-Muniir, 2/118; Tafsir al-Khaazin , 3/371 dan 390; Tafsir Thabari, 19:121; Nasaai dalam Khashaaishnya, 86; .... seambrek lainnya.
Syi’ah, Sejarah dan Ujiannya, Bagian Ke Dua:
Kalau di awal pengangkatan pemimpin vertikal (keagamaan) dan horisontal (politik kenegaraan) agama Islam dan kanjeng Nabi saww sudah dilecehkan dandiketawai umat karena dianggap keterlaluan dan tidak mengerti situasi hingga membuat mereka pada tertawa karena telah mengangkat imam Ali as yang masih kecil dan menyuruh para tokoh masyarakat itu dimana termasuk Abu Thalib ra menaati beliau as dan dimana hal ini sampai detik hari ini juga menjadi lecehan umat Islam sendiri, maka di penutupan kehidupan dakwah kenabian kanjeng Nabi saww hal ini juga (pemimpin vertikal dan horisontal) mendapat pukulan dan ujian beratnya. Bayangkan, sampai tega-tega umat Nabi saww sendiri mengatakan bahwa beliau saww sedang mengigau dan meracau (Lihat Shahih Bukhari, hadits ke: 3053: 3168, 4431, 4432, 5669, 7366...; Shahih Muslim, hadits ke: 3089, 3090)
Orang-orang yang membendung penulisan kepemimpinan vertikal dan horisontal ini, bukan hanya orang yang hadir di Gahdir Khum, melainkan yang berbaiat kepada imam Ali as. Artinya, mereka itu, secara lahiriah adalah orang beriman kepada kepemimpinan vertikal dan horisontal setelah Nabi saww. Urusan hati, kita serahkan kepada Allah. Akan tetapi, dari lahiriahnya, maka jelas bahwa mereka bukan hanya berbaiat dalam pengawasan Nabi saww di Ghadir Khum itu, melainkan pada mengucapkan “Selamat” kepada imam Ali as.
Syi’ah, Sejarah dan Ujiannya, Bagian Ke Tiga:
Karena maksud penulisan esensi Syi’ah, sejarah dan ujiannya ini hanya semacam rangkuman saja atau kilas balik saja, maka pada bagian ke tiga ini, atautahap ke tiga ini, saya tidak akan merinci sejarah dan ujian Syi’ah secara mendetail. Cukup saya berikan isyarat saja dengan:
Penyerangan ke rumah hdh Faathimah as; Penistaan pada hdh Faathimah as hingga menangis di rumah beliau as sendiri saja tidak boleh hingga imam Ali as harus membuatkan tempat menangis di pinggiran kota dimana itupun dibakar; Pengambilan kepemimpinan horisontal dari imam Ali as imam Hasan dan imam Husain as dan begitu seterusnya sampai imam ke 11 as; Pembunuhan terhadap imam Ali as, imam Hasan as, imam Husain as, dan seterusnya sampai ke imam ke 11 imam Hasan al-’Askari as; dan lain-lain sejarah dan ujiannya bagi Syi’ah dirian Allah swt dan Nabi saww tersebut.
Syi’ah, Sejarah dan Ujiannya, Bagian Ke Empat:
Pada tahapan ini, saya ingin menyebut secara sangat global dan ringkas eseni dan ujian serta sejarah Syi’ah yang berbentuk atau berupa kelompok/madzhab. Karena kesyi’ahan Syi’ah-syi’ah ini, jelas merupakan penyelewengan dan sekaligus ujian bagi Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali,seperti:
a- Syi’ah 12 imam/pemimpin secara vertikal (agama) dan horisontal (politik, sosial dan kenegaraan).
Pendirinya Allah sww dan Nabi saww sebagaimana sudah disebut di atas dan ratusan atau jutaan tulisan yang menerangkan tentang hal ini dalam sepanjang sejarahnya.
Sebab kemunculannya sesuai dengan Qur an dan hadits-hadist Nabi saww, adalah di samping karena sudah ketentuan Allah swt, juga karena tanpa penunjukan orang Makshum, maka Islam lurus, yakni keseratuspersenan ilmu dan penerapannya, sama sekali tidak akan bisa dilaksanakan. Artinya, jalan ilmu dan amal (pribadi, kekeluargaan dan sosial-politik) tidak akan terjamin dan bahkan tidak mungkin terjamin berada di jalan lurus (shiraatha al- mustaqiim). Itulah mengapa Tuhan mengatakan di QS: 5:67:
“Wahai Rasul, sampaikan apa-apa (kepemimpinan vertikal dan horisontal = imamah di Syi’ah 12 imam) yang diturunkan kepadamu dan kalau kamu tidak menyampaikan hal ini, maka kamu sama sekali tidak menyampaikan agamaNya (karena kalau sudah dipimpin secara vertikal dan horisontal oleh orang yang tidak Makshum, maka agamamu yang kamu ajarkan selama ini akan hancur hingga karena itulah maka seakankamu tidak pernah menyampaikan agamaKu, SA). Dan Allah akan menjagamu dari umat (perusak, pencela dan penyerang, SA) sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah kepada yang ingkar.”
Mereka ini, dalam fikih terbagi pada dua golongan secara global:
a-1- Ushuuli, yaitu yang meneruskan kepemimpinan vertikal dan horisontal itu kepada para marja’ hingga orang yang bukan faqih/mujtahid diwajibkan taqlid pada faqih/ mujtahid yang memenuhi syarat. Jadi, taqlid dan wali faqih merupakan kelanjutan keimamahan seperti yang sudah dinyatakan oleh semua ulama dan Rahbar hf sendiri sebagaimana sudah sering saya terangkan selama ini.
a-2- Akhbari, yaitu yang tidak meneruskan kewilayahan vertikal dan horisontal itu kepada ulama atau mujtahid. Karena itu, di akhbari tidak ada taqlid.
b- Syi’ah Zaidiyyah: Walaupun pendirinya tidak bisa dikatakan Zaid ra yang merupakan saudara imam Muhammad al-Baaqir as, akan tetapi telah dinisbatkan kepada beliau ra.
Tentang kepemimpinan, mereka juga meyakini vertikal dan horisontal, akan tetapi tidak mensyarati kemakshuman dan hanya mensyarati kesyyidan, kealiman dan keberanian menentang tirani dengan senjata.
Mereka memiliki imam vertikal dan horisontal yang sama dengan Syi’ah 12 imam, hanya pada imam Ali as, imam Hasan as dan imam Husain as. Dari imam Husain as langsung kepada imam Zaid bin Ali bin Husain.
SEDANG KEYAKINAN MEREKA TERHADAP IMAM-IMAM 12 LAINNYA YANG ADA DI SYI’AH YANG DIMULAI DARI IMAM ALI ZAINU AL-’AABIDIIN as KE SELANJUTNYA, HANYA PADA KEPIMPINAN VERTIKALNYA SAJA DAN TIDAK MEYAKINI KEPEMIMPINAN HORISONTALNYA (lihat, Firaq wa
Madzaahib, Ridhaa, 86).
Sedang fikihnya dikatakan dekat dengan fikih Hanbali. Dan kemunculan mereka ini pada pertengahan ke dua dari abad pertama Hijriah.
Sebab kemunculannya karena keberanian Zaid menentaang tirani dengan senjata kala itu.
c- Syi’ah Ismaa’iiliyyah/Ismailiah. Mereka muncul pada masa syahidnya imam Ja’far as sebagai imam ke 6 di Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali. Mereka memaksakan diri untuk meneruskan kepemimpinan vertikal dan horisontal ini, kepada putra imam Ja’far as yang telah meninggal di masa imam Ja’far as sendiri.
Jadi, mereka memiliki kesamaan dengan Syi’ah 12 imam vertikali dan horinsontali, dari imam Ali as bin Abi Thaalib as sampai dengan imam Ja’far as saja. Lainnya, sudah berpisah kepada imam Ismail atau putranya yang bernama Muhammad bin Ismail. Mereka ini ada sampai sekarang dan imamnya kalau saya tidak salah ingat, ada di India.
Saya tidak ingat sebab kemunculan mereka itu apa, afwan.
d- Syi’ah Waaqifiyyah. Salah satu ujian dari Syi’ah 12 imam vertikali dan horinsontali itu, tidak pernah berhenti. Karena terus bermunculan penyimpangan dari poros kesyi’ahan 12 pemimpin vertikal dan horisontal itu. Yaitu dengan munculnya Syi’ah baru yang disebut denganWaaqifiyyah.
Sebab kemunculannya, karena seorang yang diangkat sebagai pemegang harta muslimin oleh imam Musa as, tidak mau menyerahkan keuangan muslimin itu kepada imam Ali al- Ridhaa as setelah syahidnya imam Musa as.
e- Syi’ah Hasani al-Yamani. Ini juga ujian bagi Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali. Golongan ini, baru muncul di Iraq beberapa tahun lalu dan pemimpinnya masih ada sampai sekarang. Sepertinya sudah lari dari Iraq (mungkin takut pada Dais) dan beredar di daerah negara- negara Arab Teluk Persia.
Syi’ah Yamani ini juga mengimani 12 imam vertikali dan horisontali yang di Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali (itsnaa ‘asyariah). Akan tetapi, ia ingin merampas kepeminpinan vertikali dan horisontali itu dari para penerus imam 12 Makshum, yaitu dari para faqih dan marja’.
Golongan ini bersandar pada hadits lemah yang menyatakan bahwa nanti setelah imam Mahdi as syahid, maka kepemimpinan akan dipegang oleh 12 Mahdi lain yang merupakan keturunan imam Mahdi as itu sendiri. Saya sudah pernah diskusi dan debat dengan mereka di fb ini, yaitu dengan salah satu pengikutnya yang sepertinya orang Malaysia yang konon sudah memiliki kantor perwakilan segala di sana. Yang ingin menyimak esensi dan cara membatalkan mereka, maka bisa merujuk ke catatan-catatan yang sudah ada di jendela catatanku atau di tempat lain seperti di situs sinaragama.org
Paling mudahnya mendebat mereka adalah, kalaupun benar hadits lamah/dha’if itu, yakni kalau bisa dishahihkan, maka si Hasani ini tidak boleh mengaku pemimpin di hari ini. Sebab menurut riwayat lemah tersebut dikatakan bahwa kepemimpinan Hasani ini merupakan kepemimpinan selanjutnya setelah imam Mahdi as itu wafat/syahid. Lah, kok bisa buru-buru mau menggantikan imam Mahdi as sekarang ini sementara beliau as belum keluar?
Sebab kemunculannya, sangat mungkin buatan Ingris karena Inggris spesiallis dalam menjajah negara-negara di dunia ini dan juga dalam membuat aliran-aliran dalam Islam, seperti wahabi, jamaa’ah tabligh dan semacamnya. menggegerkan dunia Syi’ah 12 imam vertikali dan horinsontali serta ushuuli khususnya.
f- Syi’ah Nusantara/Indoneseia.
Ujian ini baru muncul di akhir-akhir tahun 2014 di Indonesia. Mungkin akar-akarnya sudah dicanangkan sebelum itu. Akan tetapi, baru diuji cobakan secara terbuka di fb ini (medsos) pada tgl 10 September 2014 kemarin. Dan sayapun dengan teman-teman berusaha segera membendungnya akan tetapi tidak kuasa, setidaknya sampai hari ini. Kami sudah berusaha sekuat tenaga dan pikiran berdalil, sejak-sejak awal-awal membacanya, yaitu satu dua hari sebelum kami menulis sanggahan di tangga) 25 Oktober. Karena kami kebetulan memang baru membacanya. Waktu itu saya tidak percaya dengan apa yang saya baca, hingga seperti orang bodoh-bodoh membaca satu paragraf sampai lima kali atau lebih. Kaget bercampur tidak percaya, di samping berhati-hati untuk tidak mensalahpahami tulisannya. Setelah saya memastikan tidak salah paham, maka barulah saya menulis tanggapan pada tanggal tersebut di medsos ini juga. Karena memang sudah dimedsoskan sendiri, baik di fb ini apalagi setelah terus nekad mencetaknya menjadi buku.
Saya tidak tahu siapa sebenarnya pemain di balakang layar dari semua ini walau, saya juga mempunyai beberapa informasi penting yang tidak bisa saya utarakan di medsos atau bahkan kepada siapapun.
Keimananan Syi’ah Nusantara ini kepada imam 12 vertikali dan horisontali, HANYA PADA KEVERTIKALANNYA SAJA DAN TIDAK MELIPUTKAN HORISONTALNYA. Sama persis dengan
Syi’ah Zaidiyyah tentang imam Ali Zaina al- ‘Abidiin as ke imam-imam Makshum selanjutnya.
Fikihnya, tidak mewajibkan taqlid dan apalagi wali faqih muthlak. Untuk konsep fikihnya, sepertinya belum mereka buat dan mungkin kelakakan disusulkan hingga dapat melahirkan tidak wjaib taqlid dan tidak wajib wali faqih mutlak. Karena kalau mengikuti Ushuuli, wajib taqlid dan wali faqih dengan kerincian yang sudah sering dijelaskan. Kalau Akhbari, maka tidak ada taqlid sema sekali sementara di golongan ini, penaqlidnya sebegitu fanatiknya hingga menghalalkan semua cara seperti fitnah dan celaan. Bayangin para ulama ra/hf, imam Makshum as, Nabi saww dan Tuhan yang dicela dengan gontok-gontokan karena mengajarkan imamah yang meliputi horisontal, tidak membuat mereka sedih dan berduka atau marah, akan tetapi malah yang mengkritiknya yang disalahkan dan bahkan dicela.
Karena itu, kita masih menunggu musibah berikutnya tentang konsep apa yang akan mereka munculkan untuk menopang ketidakwajiban taqlid dan wali faqih itu, apakah dengan mencangkok sebagian dari Ushuuli dan Akhbari atau dalam bentuk lain.
Sebab Kemunculannya:
Kita sampai detik hari ini, tidak bisa memastikan motif asli dari kemunculan Syi’ah Nusantara ini. Hal itu, karena kita belum bisa memastikansiapa yang berada di balik layar semua ini.
Memang ada beberapa perkiraan, akan tetapi kata Tuhan, perkiraan itu tidak menjamin hakikat dan kebenaran (QS: 10:38; 53:28).
Secara lahiriah yang dapat kita raba dari tulisan nyata dari pembelaan-pembelaan yang ada adalah:
f-a- Supaya terhindar dari konflik dengan golongan lain di Indonesia. f-b- Tidak berbentrokan dengan pemerintah.
Kedua hal di atas itu, ada yang mengistilahkan dengan “tahu lingkungan”, “sebab wurud”, “bijaksana”, “pintar”, “tidak ekstrim”, “intelektual”, “non tekstual”, “tahu kondisi”, “pengonsep mukmin”, “takiah”, “tauriah”....dan seterusnya.
Nah, karena mereka dan para pendukungnya itu merasa tahu lingkungan, yakni lebih pintar dari Allah, Nabi saww, para imam Makshum as dan para ulama ra/hf dalam sepanjang sejarahnya itu, maka mereka merasa wajib mengkonsep Syi’ah secara baru yang berwawasan kenusantaraan dankeIndonesiaan.
Saya katakan lebih pintar dan lebih tahu lingkungan dari Allah swt, Nabi saww dan para Makshumin as dan ulama, karena di samping konsep yangdibuat mereka jauh menyimpang dari konsep yang dibuat Allah, Nabi saww, para imam as dan ulama ra/hf, juga karena kenyataannya Allah, Nabi saww, para imam Makshum as dan ulama, tidak membuat konsep kepemimpinan Islam ini kecuali hanya satu saja dan juga karena mereka justru mengolok dengan gontok-gontokan lantaran telah mengajarkan peliputan kehorisontalan kepada imamah itu. Ketika mereka menulis:
“Selanjutnya para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung....”
Dan dikatakannya setelah mendudukperkarakan beda imamah dan khilafah dimana menurut mereka imamah itu hanya vertikal (kepemimpinan agama) saja dan tidak meliputi horisontal (politik dan kenegaraan), maka mau tidak mau, yang diolok dengan gontok-gotokan itu adalah para pengajar keimamahan yang meliputi kevertikalan dan kehorisontalan. Dan itu berarti telah mencela semua tokohnya yang bukan hanya ulama sepanjang sejarah Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali, melainkan juga para imam Makshum as itu sendiri yang keluar masuk penjara gara-gara hanya mengajarkan hal tersebut, dan juga mengolok Nabi saww dan Allah swt sebagai pembuatnya.
Pengolokan terlontar, tidak perlu niat. Karena niat itu bukan urusan kita dan hanya menjadi urusan Tuhan sepenuhnya. Akan tetapi, yang menjadi kewajiban kita adalah menanggapi yang terlontar. Emangnya kalau ada orang zina dengan niat qurbatan ilalllaah lalu tidak disalahkan??!!
Saya hanya ingin mengulang untuk teman-teman yang sudah belajar ushuluddin, bahwa imamah ini bagian dari keyakinan dan keimanan yang mesti dimengerti dan diimani tanpa taqlid dan bahkan tidak boleh/cukup taqlid. Jadi, jangan bingung dengan hingar bingarnya duniasekalipun dari pelajar hauzah (yang bisa dihitung gagal belajar) yang biasa bersembunyi dan mengibuli umat dengan mengumbar kata “marja’ “sementara yang mau disembunyikan adalah masalah akidah dan ushuluddin.
Instrument-instrument yang dipakai pendukungnya selain yang sudah disinggung di atas itu, seperti memarja’kan ushuluddin, tahu Indonesia dan lain-lainnya itu, begitu pula dengan adanya pencelaan agar fokus audien menjadi pudar dari topik yang sebenarnya. Kalau bukan hauzawihan/pesantrenan sering memakai cara celaan, dan kalau hauzawiyahan sering juga memakai cara-cara peristilahan hauzah yang biasanya tidak dipahami untuk membuat indahnya pembenaran terhadap kebatilan yang nyata itu. Mafhuum, marja’, sebab wurud, taqiah,tauriah, .... dan seterusnya, dipakai untuk menghiasai tulisannya sementara batinnya, demi Allah saya yakin terhadap kegundahannya. Memang keyakinan saya tidak menjamin. Tapi saya yakin mereka-mereka ini juga bingung dan takut, tapi tak mampu menahan emosi menulis sebabagaimana yang terjadi pada rata-rata orang yang melakukan maksiat. Yakni sudah tahu, tapi dilakukan dengan psikologi setengah hampa dan bingung akan tetapi terdorong terus. Saya tidak mau mengatakan bahwa mereka itu sudah pasti bemaksiat di hadapan Allah, akan tetapi hanya ingin mengatakan bahwa peristiwa batinnya, saya yakin seperti yang terjadi pada batin/psikologi para pemaksiat. Yakni bimbang, kosong akan tetapi melihat dirinya terdorong terus hingga tidak kuasa untuk tidak melakukannya. Hal itu, biasanya terjadi ketika manusia sudah membuat pilihan pada maksiat atau pada hal yang tidak diikutinya dari awal dan tidak tahu masalah. Btw, semoga mereka dan kitasemua, tidak keluar dari agama Allah yang haniif, lurus, satu, indah, murni, manis, tidak memaksa...dan seterusnya itu, amin.
Perkiraan Sasaran:
Selain sasaran ke luar seperti yang sudah dirabakan di atas itu, bisa saja mereka memiliki sasaran ke dalam Syi’ah. Kita tidak tahu pastinya apa. Akan tetapi, karena juga menolak taqlid dan wali faqih, mungkin kelak akan menggiring Syi’ah Indonesia kepada para tokoh yang akan dibuat mereka sebagai gantinya para marja’. Lah, kalau marja’ sudah tidak wajib ditaqlidi, terus orang yang tidak mengerti agama Syi’ah akan diarahkan merujuk kemana?
Memang ada dua pilihan, seperti Akhbari dan Muhammadiah, yakni merujuk ke Qur an dan hadits secara langsung, atau merujuk kepada orang atau kelompok tertentu yang bisa saja sudah dicanangkan sebelumnya. Semoga perkiraan-perkiraan ini sama sekali tidak ada dan tidak berlaku/terjadi, amin.
g- Penutup:
Sebagaimana kita tidak bisa memaksakan apapun kepada siapapun, maka Syi’ah 12 imam Makshum vertikali dan horisontali ini, juga tidak bisadipaksakan kepada siapapun, baik pada Sunni atau Syi’ah nusantara. Karena itu, tugas kita hanya menyampaikan dan mengulangnya semampu kita, tidak boleh dengan celaan dan kekasaran apapun.
Kita yang ingin mengikuti Syi’ah 12 imam Makshum vertikali dan horisontali, wajib mengikuti marja’ dan wali faqih kita dalam merumus apapun, termasuk persatuan kenusantaraan dan keIndonesiaan kita. Yaitu sekalipun wajib tetap menjaga akidah kita terhadap imamah vertikali dan horisontali ini dan taat mutlak pada marja’ dan wali faqih ini, akan tetapi, bukan hanya tidak boleh memaksakan kepada orang atau golongan atau negara lain, melainkan juga harus saling bersatu dalam apa-apa yang sama dan saling memberikan kebebasan pada apa-apa yang beda.
Karena itu, urusan NKRI, merupakan urusan yang jelasnya seperti matahari di siang bolong, bahwa ia wajib dijaga karena merupakan kesepakatan bangsa Indoneisa dimana tanpa hal tersebut, bisa mengakibatkan hancurnya negara kesatuan dan malapetaka kemanusiaan. Jadi, kita tidak perlu membuat bid’ah baru dalam menkonsep persatuan di seantero dunia ini sementara kita tidak sampai ke ujung kukunya agama sekalipun baik dari sisi ilmu dan apalagi amalan. Sementara Tuhan, Nabi saww, para imam Makshum as dan wali faqih sudah mengkonsepnya dengan jelas dan gamblang sejak awal Islam diturunkan sekalipun.
Untuk urusan dengan saudara Sunni, maka wali faqih tidak perlu diajari. Karena itu, konsepnya sudah jelas seperti yang diterangkan di atas itu.
Untuk urusan kafir, maka juga sudah jelas dan ada di fatwa-fatwa. Kita tinggal mengambilnya dengan lega hati. Yakni tidak memaksa, tidakmenyakiti dan bahkan membantu apa-apa yang perlu dibantu asal tidak dalam urusan keagamaannya sebagaimana sudah sering dijelaskan di fb ini.
Islam itu indah di samping kokoh, akan tetapi banyak orang yang ketinggalan ilmu dan ketaqwaan, tidak melihat dan apalagi merasakannya. Karena itu, mereka melukis keindahan Islam ini dengan kanfas dan pena selain yang disedikan Allah, Nabi saww, para imam Makshum as dan wali faqih.
Hanya kepada Allah swt kita wajib berserah diri dan melakukan apapun karenaNya. Siapa saja yang bekerja untuk selainNya, jangankansalahnya, benarnya juga akan hancur di akhirat kelak. Semoga kita semua, baik yang pro dan kontra, dapat selamat dari kehancuran akhirat tersebut dan tidak menukarnya dengan keindahan semu yang kita buat sendiri. Wassalam.
Fahmi Alkaff: Sepertinya penulis status bermadzhab Syi’ah ‘hisbuttahriri’ istna asyari ......benarkah..??
Sinar Agama: Fahmi, hizbuttahriir itu tidak mensyarati imamnya dengan keMakshuman dan pewakilan oleh ulama yang disebut wali faqih.
Muhammad Iqbal: Ustadz Sinar Agama Syi’ah yang mana? Afwan.
Sinar Agama: Muh, Syi’ah yang 12 imam vedrtikali dan horinsontali. Minimal itu yang kami yakini dan berusaha diikuti, semoga saja diterima mereka as.
Fahmi Alkaff:
Pertama ana masykur sudah diterima berteman.....
Kedua... memang konsep kepemimpinan ht secara mendalam belum jelas tetapi yang mirip dengan ide status di atas adalah keharusan mentaati kepemimpinan horizontal yang internasional dan tidak mengakui sekat nasionalisme maupun kenegaraan..... yang ada kepatuhan mutlak pada satu pimpinan khilafah di dunia...sehingga mereka tidak mengakui panca sila di Indonesia.....seperti inikah Syi’ah antum..??...afwan ustadz..
Sinar Agama: Fahmi, sepertinya antum mesti menyimak semua diskusi yang selama ini, sejak november lalu. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Akantetapi kalau nanti sudah membaca dan tetap lain pilihan, maka berarti kita beda. Mudah saja. Dan Islam tidak mengajarkan saling paksa kehendak.
Andri Kusmayadi: Syukron ustadz atas pencerahannya... saya ingin bertanya sebelum kelahiran Syi’ah nusantara itu kan sudah ada tokoh dengan sloganmendahulukan akhlak daripada fikih, bahkan ada bukunya juga, terus kalau saya tidak salah menyimpulkan juga dia melihat Iran juga sebagai bangsa lain yang berijtihad mendirikan negara islam, Indonesia tidak mesti ikut-ikutan ke arah sana... tapi antum tidak pernah menganggap dia/bukunya sesat ustad? Apakah ada perbedaan di antara keduanya? atau kalaupun antum menganggap sesat, mengapa tidak dimasukkan ke dalam tulisan antum di status?
Muhlisin Thea: Rukun Islam Syi’ah apa sja?
Sinar Agama: Andri, sepertinya memang antum banyak ketinggalan atau keluputan membaca, he he....
Sinar Agama: Muhlisin, rukun Islam Syi’ah adalah: Kedua syahadat, shalat, puasa, haji, zakat dan khumus. Ada juga yang memasukkan wilayah para imamMakshum as. Tapi umum, wilayah/kekuasaan ini, masuk dalam ushuluddin atau dasar agama yang biasa dikenal dengan keimanan.
Fahmi Alkaff: Agama atau ideologi apapun bila menolak nasionalisme, tidak mengakui negara bangsa....dan seterusnya..akan sulit berkembang dan diterima di negara berdaulat manapun.....dulu katanya Islam pernah menguasai separoh bumi tapi itu bukanlah penyebaran ideologi tapi ekspansi kekuasaan yang walaupun ujungnya ada juga kesadaran untuk menerima ideologinya tapi pasti sudah tidak asli lagi....karena mana ada agama murnidikembangkan dengan kekerasan..??
Sinar Agama: Fahmi, dari tadi ana suruh baca, eh malah nulis terus. Kalau mau ajari Islam, jangan ajari kami, tapi ajari Tuhan dan Nabi saww serta Makshumin as yang mengjarkan Islam kepada umat manusia ini.
Sinar Agama: Kembangkanlah Syi’ah nusantaramu dan kami akan menyampaikan Syi’ah Rasulullah saww. Lanaa a’maalunaa wa lakum a’maalakum, perbuatan kami untuk diri kami dan begitu pula perbuatan antum. Monggo...sebab semua orang akan mempertanggung jawabkan diri masing- masing.
Fahmi Alkaff: Ana tidak punya filenya....afwan kalau ustadz tersinggung....cukuplah ana nyimak aja lebih bermanfaat....salam
Sang Pencinta: http://sinaragama.org/246-bagaimana-nasionalisme-dalam-islam-.html
https://www.facebook.com/sang.pecinta.90/posts/759744514075457?comment_id=7604744973357 92&offset=0&total_comments=44
https://www.facebook.com/notes/teguh-ibnu-suhedi/aplikasi-waliyatul-faqih-di-indonesia-yang- berdasar-negara-pancasila/10152518949883937
Sang Pencinta: Andri, https://www.facebook.com/notes/sinar-agama/lagi2-fikih-vs-akhlak-tanya- jawab-haera-puteri-zahrah-dan-irsavone-sabit-dg-sina/391288510881703
http://sinaragama.org/1046-akhlak-dan-fiqih.html
http://sinaragama.org/1045-menyempurnakan-akhlak-yang-sudah-mulia-i.html
http://sinaragama.org/1044-menyempurnakan-akhak-yang-sudah-mulia-ii.html
Zaranggi Noer Yadi: Maaf kang apa dasar-dasar akidahnya bahwa kita mesti patuh pada marja ataupun konsep wilayatul faqieh ?
Zaranggi Noer Yadi: Saya kira pengakuan tuan ahmad a.s bukan berkenaan untuk merebut kekuasaan para ulama Iran terhadap penduduk Syi’ah di muka bumi berdasarkan analisa kang Sinar Agama. Sekiranya hadist pembuktiannya adalah lemah maka kiranya berkenan dimanakah letak kelemahannya ? Dan katakanlah bila itu shahih maka apakah tindakan anda benar ? Mohon bimbingannya kepada ustads Sinar Agama yang sangat lihaiakan pembenaran.
Muhlisin Thea: Saya akan dukung Syi’ah menjadi agama baru di Indonesia ustadz... tetapi bukan paham.. melainkan agama.. agama ardhi. Dan Syi’ah termasuk agama ghairu islam (ali imran : 85)
Sinar Agama: Zaranggi, sudah sering dijelaskan bahwa marja’ itu cabang dari masalah kepemimpinan atau wilayah para Makshum as. Kalau antum ingin tahu, maka mesti membaca tulisan-tulisanku di fb ini. Ringkasnya, sejak di jaman Nabi saww sendiri dan begitu pula sampai pada masa para imam Makshum as, yang tidak tinggal berdekatan dengan para Makshum as, oleh Makshum as diperintahkan merujuk kepada ulama yang adil dan penuh ketaqwaan. Orang yang hidup di luar kota pada jaman itu, jelas tidak mungkin merujuk Makshum dalam segala masalah yang dihadapinya. Karena itu, para Makshum as selalu menyuruh muslimin untuk merujuk kepada ulama. Begitu pula yang diinginkan Qur an (QS: 9:122). Rinciannya, silahkan merujuk ke catatan tersebut, baik yang akidah atau yang fikih atau bab taqlid.
Sinar Agama: Muhlisin, seandainya antum maha guru selain Syi’ah atau semacam rektor Al-Azhar di Kairo Mesir, mungkin ide antum masih memiliki kelayakan untuk dipikirkan beberapa menit.
https://www.facebook.com/sinar.agama/posts/762263820494199
Muhammad Rizal: Salam.
Alex Bernadus: Salam...Ijin Copas ya.
Ki Mantab: Tentang Syi’ah nusantara, dimana dapat informasinya?
Widodo Abu Zaki: Ki mantab di buku karya abu bakar aceh.\
Sang Pencinta: Ki mantab, Syi’ah nusantara baru lahir kemarin-kemarin ini, seiring terbitnya buku Syi’ah Menurut Syi’ah.
Baca juga artikel berikutnya:
=====================
Mereka ini, dalam fikih terbagi pada dua golongan secara global:
a-1- Ushuuli, yaitu yang meneruskan kepemimpinan vertikal dan horisontal itu kepada para marja’ hingga orang yang bukan faqih/mujtahid diwajibkan taqlid pada faqih/ mujtahid yang memenuhi syarat. Jadi, taqlid dan wali faqih merupakan kelanjutan keimamahan seperti yang sudah dinyatakan oleh semua ulama dan Rahbar hf sendiri sebagaimana sudah sering saya terangkan selama ini.
a-2- Akhbari, yaitu yang tidak meneruskan kewilayahan vertikal dan horisontal itu kepada ulama atau mujtahid. Karena itu, di akhbari tidak ada taqlid.
b- Syi’ah Zaidiyyah: Walaupun pendirinya tidak bisa dikatakan Zaid ra yang merupakan saudara imam Muhammad al-Baaqir as, akan tetapi telah dinisbatkan kepada beliau ra.
Tentang kepemimpinan, mereka juga meyakini vertikal dan horisontal, akan tetapi tidak mensyarati kemakshuman dan hanya mensyarati kesyyidan, kealiman dan keberanian menentang tirani dengan senjata.
Mereka memiliki imam vertikal dan horisontal yang sama dengan Syi’ah 12 imam, hanya pada imam Ali as, imam Hasan as dan imam Husain as. Dari imam Husain as langsung kepada imam Zaid bin Ali bin Husain.
SEDANG KEYAKINAN MEREKA TERHADAP IMAM-IMAM 12 LAINNYA YANG ADA DI SYI’AH YANG DIMULAI DARI IMAM ALI ZAINU AL-’AABIDIIN as KE SELANJUTNYA, HANYA PADA KEPIMPINAN VERTIKALNYA SAJA DAN TIDAK MEYAKINI KEPEMIMPINAN HORISONTALNYA (lihat, Firaq wa
Madzaahib, Ridhaa, 86).
Sedang fikihnya dikatakan dekat dengan fikih Hanbali. Dan kemunculan mereka ini pada pertengahan ke dua dari abad pertama Hijriah.
Sebab kemunculannya karena keberanian Zaid menentaang tirani dengan senjata kala itu.
c- Syi’ah Ismaa’iiliyyah/Ismailiah. Mereka muncul pada masa syahidnya imam Ja’far as sebagai imam ke 6 di Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali. Mereka memaksakan diri untuk meneruskan kepemimpinan vertikal dan horisontal ini, kepada putra imam Ja’far as yang telah meninggal di masa imam Ja’far as sendiri.
Jadi, mereka memiliki kesamaan dengan Syi’ah 12 imam vertikali dan horinsontali, dari imam Ali as bin Abi Thaalib as sampai dengan imam Ja’far as saja. Lainnya, sudah berpisah kepada imam Ismail atau putranya yang bernama Muhammad bin Ismail. Mereka ini ada sampai sekarang dan imamnya kalau saya tidak salah ingat, ada di India.
Saya tidak ingat sebab kemunculan mereka itu apa, afwan.
d- Syi’ah Waaqifiyyah. Salah satu ujian dari Syi’ah 12 imam vertikali dan horinsontali itu, tidak pernah berhenti. Karena terus bermunculan penyimpangan dari poros kesyi’ahan 12 pemimpin vertikal dan horisontal itu. Yaitu dengan munculnya Syi’ah baru yang disebut denganWaaqifiyyah.
Sebab kemunculannya, karena seorang yang diangkat sebagai pemegang harta muslimin oleh imam Musa as, tidak mau menyerahkan keuangan muslimin itu kepada imam Ali al- Ridhaa as setelah syahidnya imam Musa as.
e- Syi’ah Hasani al-Yamani. Ini juga ujian bagi Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali. Golongan ini, baru muncul di Iraq beberapa tahun lalu dan pemimpinnya masih ada sampai sekarang. Sepertinya sudah lari dari Iraq (mungkin takut pada Dais) dan beredar di daerah negara- negara Arab Teluk Persia.
Syi’ah Yamani ini juga mengimani 12 imam vertikali dan horisontali yang di Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali (itsnaa ‘asyariah). Akan tetapi, ia ingin merampas kepeminpinan vertikali dan horisontali itu dari para penerus imam 12 Makshum, yaitu dari para faqih dan marja’.
Golongan ini bersandar pada hadits lemah yang menyatakan bahwa nanti setelah imam Mahdi as syahid, maka kepemimpinan akan dipegang oleh 12 Mahdi lain yang merupakan keturunan imam Mahdi as itu sendiri. Saya sudah pernah diskusi dan debat dengan mereka di fb ini, yaitu dengan salah satu pengikutnya yang sepertinya orang Malaysia yang konon sudah memiliki kantor perwakilan segala di sana. Yang ingin menyimak esensi dan cara membatalkan mereka, maka bisa merujuk ke catatan-catatan yang sudah ada di jendela catatanku atau di tempat lain seperti di situs sinaragama.org
Paling mudahnya mendebat mereka adalah, kalaupun benar hadits lamah/dha’if itu, yakni kalau bisa dishahihkan, maka si Hasani ini tidak boleh mengaku pemimpin di hari ini. Sebab menurut riwayat lemah tersebut dikatakan bahwa kepemimpinan Hasani ini merupakan kepemimpinan selanjutnya setelah imam Mahdi as itu wafat/syahid. Lah, kok bisa buru-buru mau menggantikan imam Mahdi as sekarang ini sementara beliau as belum keluar?
Sebab kemunculannya, sangat mungkin buatan Ingris karena Inggris spesiallis dalam menjajah negara-negara di dunia ini dan juga dalam membuat aliran-aliran dalam Islam, seperti wahabi, jamaa’ah tabligh dan semacamnya. menggegerkan dunia Syi’ah 12 imam vertikali dan horinsontali serta ushuuli khususnya.
f- Syi’ah Nusantara/Indoneseia.
Ujian ini baru muncul di akhir-akhir tahun 2014 di Indonesia. Mungkin akar-akarnya sudah dicanangkan sebelum itu. Akan tetapi, baru diuji cobakan secara terbuka di fb ini (medsos) pada tgl 10 September 2014 kemarin. Dan sayapun dengan teman-teman berusaha segera membendungnya akan tetapi tidak kuasa, setidaknya sampai hari ini. Kami sudah berusaha sekuat tenaga dan pikiran berdalil, sejak-sejak awal-awal membacanya, yaitu satu dua hari sebelum kami menulis sanggahan di tangga) 25 Oktober. Karena kami kebetulan memang baru membacanya. Waktu itu saya tidak percaya dengan apa yang saya baca, hingga seperti orang bodoh-bodoh membaca satu paragraf sampai lima kali atau lebih. Kaget bercampur tidak percaya, di samping berhati-hati untuk tidak mensalahpahami tulisannya. Setelah saya memastikan tidak salah paham, maka barulah saya menulis tanggapan pada tanggal tersebut di medsos ini juga. Karena memang sudah dimedsoskan sendiri, baik di fb ini apalagi setelah terus nekad mencetaknya menjadi buku.
Saya tidak tahu siapa sebenarnya pemain di balakang layar dari semua ini walau, saya juga mempunyai beberapa informasi penting yang tidak bisa saya utarakan di medsos atau bahkan kepada siapapun.
Keimananan Syi’ah Nusantara ini kepada imam 12 vertikali dan horisontali, HANYA PADA KEVERTIKALANNYA SAJA DAN TIDAK MELIPUTKAN HORISONTALNYA. Sama persis dengan
Syi’ah Zaidiyyah tentang imam Ali Zaina al- ‘Abidiin as ke imam-imam Makshum selanjutnya.
Fikihnya, tidak mewajibkan taqlid dan apalagi wali faqih muthlak. Untuk konsep fikihnya, sepertinya belum mereka buat dan mungkin kelakakan disusulkan hingga dapat melahirkan tidak wjaib taqlid dan tidak wajib wali faqih mutlak. Karena kalau mengikuti Ushuuli, wajib taqlid dan wali faqih dengan kerincian yang sudah sering dijelaskan. Kalau Akhbari, maka tidak ada taqlid sema sekali sementara di golongan ini, penaqlidnya sebegitu fanatiknya hingga menghalalkan semua cara seperti fitnah dan celaan. Bayangin para ulama ra/hf, imam Makshum as, Nabi saww dan Tuhan yang dicela dengan gontok-gontokan karena mengajarkan imamah yang meliputi horisontal, tidak membuat mereka sedih dan berduka atau marah, akan tetapi malah yang mengkritiknya yang disalahkan dan bahkan dicela.
Karena itu, kita masih menunggu musibah berikutnya tentang konsep apa yang akan mereka munculkan untuk menopang ketidakwajiban taqlid dan wali faqih itu, apakah dengan mencangkok sebagian dari Ushuuli dan Akhbari atau dalam bentuk lain.
Sebab Kemunculannya:
Kita sampai detik hari ini, tidak bisa memastikan motif asli dari kemunculan Syi’ah Nusantara ini. Hal itu, karena kita belum bisa memastikansiapa yang berada di balik layar semua ini.
Memang ada beberapa perkiraan, akan tetapi kata Tuhan, perkiraan itu tidak menjamin hakikat dan kebenaran (QS: 10:38; 53:28).
Secara lahiriah yang dapat kita raba dari tulisan nyata dari pembelaan-pembelaan yang ada adalah:
f-a- Supaya terhindar dari konflik dengan golongan lain di Indonesia. f-b- Tidak berbentrokan dengan pemerintah.
Kedua hal di atas itu, ada yang mengistilahkan dengan “tahu lingkungan”, “sebab wurud”, “bijaksana”, “pintar”, “tidak ekstrim”, “intelektual”, “non tekstual”, “tahu kondisi”, “pengonsep mukmin”, “takiah”, “tauriah”....dan seterusnya.
Nah, karena mereka dan para pendukungnya itu merasa tahu lingkungan, yakni lebih pintar dari Allah, Nabi saww, para imam Makshum as dan para ulama ra/hf dalam sepanjang sejarahnya itu, maka mereka merasa wajib mengkonsep Syi’ah secara baru yang berwawasan kenusantaraan dankeIndonesiaan.
Saya katakan lebih pintar dan lebih tahu lingkungan dari Allah swt, Nabi saww dan para Makshumin as dan ulama, karena di samping konsep yangdibuat mereka jauh menyimpang dari konsep yang dibuat Allah, Nabi saww, para imam as dan ulama ra/hf, juga karena kenyataannya Allah, Nabi saww, para imam Makshum as dan ulama, tidak membuat konsep kepemimpinan Islam ini kecuali hanya satu saja dan juga karena mereka justru mengolok dengan gontok-gontokan lantaran telah mengajarkan peliputan kehorisontalan kepada imamah itu. Ketika mereka menulis:
“Selanjutnya para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung....”
Dan dikatakannya setelah mendudukperkarakan beda imamah dan khilafah dimana menurut mereka imamah itu hanya vertikal (kepemimpinan agama) saja dan tidak meliputi horisontal (politik dan kenegaraan), maka mau tidak mau, yang diolok dengan gontok-gotokan itu adalah para pengajar keimamahan yang meliputi kevertikalan dan kehorisontalan. Dan itu berarti telah mencela semua tokohnya yang bukan hanya ulama sepanjang sejarah Syi’ah 12 imam vertikali dan horisontali, melainkan juga para imam Makshum as itu sendiri yang keluar masuk penjara gara-gara hanya mengajarkan hal tersebut, dan juga mengolok Nabi saww dan Allah swt sebagai pembuatnya.
Pengolokan terlontar, tidak perlu niat. Karena niat itu bukan urusan kita dan hanya menjadi urusan Tuhan sepenuhnya. Akan tetapi, yang menjadi kewajiban kita adalah menanggapi yang terlontar. Emangnya kalau ada orang zina dengan niat qurbatan ilalllaah lalu tidak disalahkan??!!
Saya hanya ingin mengulang untuk teman-teman yang sudah belajar ushuluddin, bahwa imamah ini bagian dari keyakinan dan keimanan yang mesti dimengerti dan diimani tanpa taqlid dan bahkan tidak boleh/cukup taqlid. Jadi, jangan bingung dengan hingar bingarnya duniasekalipun dari pelajar hauzah (yang bisa dihitung gagal belajar) yang biasa bersembunyi dan mengibuli umat dengan mengumbar kata “marja’ “sementara yang mau disembunyikan adalah masalah akidah dan ushuluddin.
Instrument-instrument yang dipakai pendukungnya selain yang sudah disinggung di atas itu, seperti memarja’kan ushuluddin, tahu Indonesia dan lain-lainnya itu, begitu pula dengan adanya pencelaan agar fokus audien menjadi pudar dari topik yang sebenarnya. Kalau bukan hauzawihan/pesantrenan sering memakai cara celaan, dan kalau hauzawiyahan sering juga memakai cara-cara peristilahan hauzah yang biasanya tidak dipahami untuk membuat indahnya pembenaran terhadap kebatilan yang nyata itu. Mafhuum, marja’, sebab wurud, taqiah,tauriah, .... dan seterusnya, dipakai untuk menghiasai tulisannya sementara batinnya, demi Allah saya yakin terhadap kegundahannya. Memang keyakinan saya tidak menjamin. Tapi saya yakin mereka-mereka ini juga bingung dan takut, tapi tak mampu menahan emosi menulis sebabagaimana yang terjadi pada rata-rata orang yang melakukan maksiat. Yakni sudah tahu, tapi dilakukan dengan psikologi setengah hampa dan bingung akan tetapi terdorong terus. Saya tidak mau mengatakan bahwa mereka itu sudah pasti bemaksiat di hadapan Allah, akan tetapi hanya ingin mengatakan bahwa peristiwa batinnya, saya yakin seperti yang terjadi pada batin/psikologi para pemaksiat. Yakni bimbang, kosong akan tetapi melihat dirinya terdorong terus hingga tidak kuasa untuk tidak melakukannya. Hal itu, biasanya terjadi ketika manusia sudah membuat pilihan pada maksiat atau pada hal yang tidak diikutinya dari awal dan tidak tahu masalah. Btw, semoga mereka dan kitasemua, tidak keluar dari agama Allah yang haniif, lurus, satu, indah, murni, manis, tidak memaksa...dan seterusnya itu, amin.
Perkiraan Sasaran:
Selain sasaran ke luar seperti yang sudah dirabakan di atas itu, bisa saja mereka memiliki sasaran ke dalam Syi’ah. Kita tidak tahu pastinya apa. Akan tetapi, karena juga menolak taqlid dan wali faqih, mungkin kelak akan menggiring Syi’ah Indonesia kepada para tokoh yang akan dibuat mereka sebagai gantinya para marja’. Lah, kalau marja’ sudah tidak wajib ditaqlidi, terus orang yang tidak mengerti agama Syi’ah akan diarahkan merujuk kemana?
Memang ada dua pilihan, seperti Akhbari dan Muhammadiah, yakni merujuk ke Qur an dan hadits secara langsung, atau merujuk kepada orang atau kelompok tertentu yang bisa saja sudah dicanangkan sebelumnya. Semoga perkiraan-perkiraan ini sama sekali tidak ada dan tidak berlaku/terjadi, amin.
g- Penutup:
Sebagaimana kita tidak bisa memaksakan apapun kepada siapapun, maka Syi’ah 12 imam Makshum vertikali dan horisontali ini, juga tidak bisadipaksakan kepada siapapun, baik pada Sunni atau Syi’ah nusantara. Karena itu, tugas kita hanya menyampaikan dan mengulangnya semampu kita, tidak boleh dengan celaan dan kekasaran apapun.
Kita yang ingin mengikuti Syi’ah 12 imam Makshum vertikali dan horisontali, wajib mengikuti marja’ dan wali faqih kita dalam merumus apapun, termasuk persatuan kenusantaraan dan keIndonesiaan kita. Yaitu sekalipun wajib tetap menjaga akidah kita terhadap imamah vertikali dan horisontali ini dan taat mutlak pada marja’ dan wali faqih ini, akan tetapi, bukan hanya tidak boleh memaksakan kepada orang atau golongan atau negara lain, melainkan juga harus saling bersatu dalam apa-apa yang sama dan saling memberikan kebebasan pada apa-apa yang beda.
Karena itu, urusan NKRI, merupakan urusan yang jelasnya seperti matahari di siang bolong, bahwa ia wajib dijaga karena merupakan kesepakatan bangsa Indoneisa dimana tanpa hal tersebut, bisa mengakibatkan hancurnya negara kesatuan dan malapetaka kemanusiaan. Jadi, kita tidak perlu membuat bid’ah baru dalam menkonsep persatuan di seantero dunia ini sementara kita tidak sampai ke ujung kukunya agama sekalipun baik dari sisi ilmu dan apalagi amalan. Sementara Tuhan, Nabi saww, para imam Makshum as dan wali faqih sudah mengkonsepnya dengan jelas dan gamblang sejak awal Islam diturunkan sekalipun.
Untuk urusan dengan saudara Sunni, maka wali faqih tidak perlu diajari. Karena itu, konsepnya sudah jelas seperti yang diterangkan di atas itu.
Untuk urusan kafir, maka juga sudah jelas dan ada di fatwa-fatwa. Kita tinggal mengambilnya dengan lega hati. Yakni tidak memaksa, tidakmenyakiti dan bahkan membantu apa-apa yang perlu dibantu asal tidak dalam urusan keagamaannya sebagaimana sudah sering dijelaskan di fb ini.
Islam itu indah di samping kokoh, akan tetapi banyak orang yang ketinggalan ilmu dan ketaqwaan, tidak melihat dan apalagi merasakannya. Karena itu, mereka melukis keindahan Islam ini dengan kanfas dan pena selain yang disedikan Allah, Nabi saww, para imam Makshum as dan wali faqih.
Hanya kepada Allah swt kita wajib berserah diri dan melakukan apapun karenaNya. Siapa saja yang bekerja untuk selainNya, jangankansalahnya, benarnya juga akan hancur di akhirat kelak. Semoga kita semua, baik yang pro dan kontra, dapat selamat dari kehancuran akhirat tersebut dan tidak menukarnya dengan keindahan semu yang kita buat sendiri. Wassalam.
Fahmi Alkaff: Sepertinya penulis status bermadzhab Syi’ah ‘hisbuttahriri’ istna asyari ......benarkah..??
Sinar Agama: Fahmi, hizbuttahriir itu tidak mensyarati imamnya dengan keMakshuman dan pewakilan oleh ulama yang disebut wali faqih.
Muhammad Iqbal: Ustadz Sinar Agama Syi’ah yang mana? Afwan.
Sinar Agama: Muh, Syi’ah yang 12 imam vedrtikali dan horinsontali. Minimal itu yang kami yakini dan berusaha diikuti, semoga saja diterima mereka as.
Fahmi Alkaff:
Pertama ana masykur sudah diterima berteman.....
Kedua... memang konsep kepemimpinan ht secara mendalam belum jelas tetapi yang mirip dengan ide status di atas adalah keharusan mentaati kepemimpinan horizontal yang internasional dan tidak mengakui sekat nasionalisme maupun kenegaraan..... yang ada kepatuhan mutlak pada satu pimpinan khilafah di dunia...sehingga mereka tidak mengakui panca sila di Indonesia.....seperti inikah Syi’ah antum..??...afwan ustadz..
Sinar Agama: Fahmi, sepertinya antum mesti menyimak semua diskusi yang selama ini, sejak november lalu. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Akantetapi kalau nanti sudah membaca dan tetap lain pilihan, maka berarti kita beda. Mudah saja. Dan Islam tidak mengajarkan saling paksa kehendak.
Andri Kusmayadi: Syukron ustadz atas pencerahannya... saya ingin bertanya sebelum kelahiran Syi’ah nusantara itu kan sudah ada tokoh dengan sloganmendahulukan akhlak daripada fikih, bahkan ada bukunya juga, terus kalau saya tidak salah menyimpulkan juga dia melihat Iran juga sebagai bangsa lain yang berijtihad mendirikan negara islam, Indonesia tidak mesti ikut-ikutan ke arah sana... tapi antum tidak pernah menganggap dia/bukunya sesat ustad? Apakah ada perbedaan di antara keduanya? atau kalaupun antum menganggap sesat, mengapa tidak dimasukkan ke dalam tulisan antum di status?
Muhlisin Thea: Rukun Islam Syi’ah apa sja?
Sinar Agama: Andri, sepertinya memang antum banyak ketinggalan atau keluputan membaca, he he....
Sinar Agama: Muhlisin, rukun Islam Syi’ah adalah: Kedua syahadat, shalat, puasa, haji, zakat dan khumus. Ada juga yang memasukkan wilayah para imamMakshum as. Tapi umum, wilayah/kekuasaan ini, masuk dalam ushuluddin atau dasar agama yang biasa dikenal dengan keimanan.
Fahmi Alkaff: Agama atau ideologi apapun bila menolak nasionalisme, tidak mengakui negara bangsa....dan seterusnya..akan sulit berkembang dan diterima di negara berdaulat manapun.....dulu katanya Islam pernah menguasai separoh bumi tapi itu bukanlah penyebaran ideologi tapi ekspansi kekuasaan yang walaupun ujungnya ada juga kesadaran untuk menerima ideologinya tapi pasti sudah tidak asli lagi....karena mana ada agama murnidikembangkan dengan kekerasan..??
Sinar Agama: Fahmi, dari tadi ana suruh baca, eh malah nulis terus. Kalau mau ajari Islam, jangan ajari kami, tapi ajari Tuhan dan Nabi saww serta Makshumin as yang mengjarkan Islam kepada umat manusia ini.
Sinar Agama: Kembangkanlah Syi’ah nusantaramu dan kami akan menyampaikan Syi’ah Rasulullah saww. Lanaa a’maalunaa wa lakum a’maalakum, perbuatan kami untuk diri kami dan begitu pula perbuatan antum. Monggo...sebab semua orang akan mempertanggung jawabkan diri masing- masing.
Fahmi Alkaff: Ana tidak punya filenya....afwan kalau ustadz tersinggung....cukuplah ana nyimak aja lebih bermanfaat....salam
Sang Pencinta: http://sinaragama.org/246-bagaimana-nasionalisme-dalam-islam-.html
https://www.facebook.com/sang.pecinta.90/posts/759744514075457?comment_id=7604744973357 92&offset=0&total_comments=44
https://www.facebook.com/notes/teguh-ibnu-suhedi/aplikasi-waliyatul-faqih-di-indonesia-yang- berdasar-negara-pancasila/10152518949883937
Sang Pencinta: Andri, https://www.facebook.com/notes/sinar-agama/lagi2-fikih-vs-akhlak-tanya- jawab-haera-puteri-zahrah-dan-irsavone-sabit-dg-sina/391288510881703
http://sinaragama.org/1046-akhlak-dan-fiqih.html
http://sinaragama.org/1045-menyempurnakan-akhlak-yang-sudah-mulia-i.html
http://sinaragama.org/1044-menyempurnakan-akhak-yang-sudah-mulia-ii.html
Zaranggi Noer Yadi: Maaf kang apa dasar-dasar akidahnya bahwa kita mesti patuh pada marja ataupun konsep wilayatul faqieh ?
Zaranggi Noer Yadi: Saya kira pengakuan tuan ahmad a.s bukan berkenaan untuk merebut kekuasaan para ulama Iran terhadap penduduk Syi’ah di muka bumi berdasarkan analisa kang Sinar Agama. Sekiranya hadist pembuktiannya adalah lemah maka kiranya berkenan dimanakah letak kelemahannya ? Dan katakanlah bila itu shahih maka apakah tindakan anda benar ? Mohon bimbingannya kepada ustads Sinar Agama yang sangat lihaiakan pembenaran.
Muhlisin Thea: Saya akan dukung Syi’ah menjadi agama baru di Indonesia ustadz... tetapi bukan paham.. melainkan agama.. agama ardhi. Dan Syi’ah termasuk agama ghairu islam (ali imran : 85)
Sinar Agama: Zaranggi, sudah sering dijelaskan bahwa marja’ itu cabang dari masalah kepemimpinan atau wilayah para Makshum as. Kalau antum ingin tahu, maka mesti membaca tulisan-tulisanku di fb ini. Ringkasnya, sejak di jaman Nabi saww sendiri dan begitu pula sampai pada masa para imam Makshum as, yang tidak tinggal berdekatan dengan para Makshum as, oleh Makshum as diperintahkan merujuk kepada ulama yang adil dan penuh ketaqwaan. Orang yang hidup di luar kota pada jaman itu, jelas tidak mungkin merujuk Makshum dalam segala masalah yang dihadapinya. Karena itu, para Makshum as selalu menyuruh muslimin untuk merujuk kepada ulama. Begitu pula yang diinginkan Qur an (QS: 9:122). Rinciannya, silahkan merujuk ke catatan tersebut, baik yang akidah atau yang fikih atau bab taqlid.
Sinar Agama: Muhlisin, seandainya antum maha guru selain Syi’ah atau semacam rektor Al-Azhar di Kairo Mesir, mungkin ide antum masih memiliki kelayakan untuk dipikirkan beberapa menit.
https://www.facebook.com/sinar.agama/posts/762263820494199
Muhammad Rizal: Salam.
Alex Bernadus: Salam...Ijin Copas ya.
Ki Mantab: Tentang Syi’ah nusantara, dimana dapat informasinya?
Widodo Abu Zaki: Ki mantab di buku karya abu bakar aceh.\
Sang Pencinta: Ki mantab, Syi’ah nusantara baru lahir kemarin-kemarin ini, seiring terbitnya buku Syi’ah Menurut Syi’ah.
Baca juga artikel berikutnya:
=====================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar