Kamis, 28 November 2019

Apakah Nabi Saw Mewariskan Sistem atau Format Tertentu tentang Kepemimpinan?

8. Apakah Nabi Saw Mewariskan Sistem atau Format Tertentu tentang Kepemimpinan?

Anggelia Sulqani Zahra: TERNYATA AGAMA YANG DI BAWA OLEH NABI MUHAMMAD SAW TIDAK LENGKAP KARENA TIDAK MENJELASKAN SISTEM ATAU FORMAT SISTEM KEPEMIMPINAN SOSIAL KENEGARAAN

Setidaknya begitu yang termuat dalam buku Syi’ah Menurut Syi’ah oleh Tim Penulis Ahlulbayt Indonesia

Halaman 353 :

Apakah Nabi Saw mewariskan sistem atau format tertentu tentang kepemimpinan? Ada dua jawaban, ya dan tidak. Ya bila yang dimaksud adalah sistem kepemimpinan keagamaan. Tidak, bila yang dimaksud adalah sistem kepemimpinan sosial kenegaraan... — bersama Bande Husein Kalisatti, Sinar Agama, Hendy Laisa dan Firdaus Said.

Makku Waru Datoe: Justru saya memahami, disitu letak kesempurnaan dan lengkapnya... karena TUHAN dan NABI-NYA memberikan sebuah kemerdekaan pada hamba dan umatnya sebagai tugas khalifatullah di muka

Azmy Alatas: Sistem bernegaranya bernama apa?

Deddy Prihambudi: Iya ya... apa ya ?

Mohammad Tito: Wah..

Irsan Fadlullah Al Hajj: Tauhid dan syirik beda-beda tipis. Orang suci dan orang gila ... beda-beda tipis.

Syi’ah dan khawarij...... ?

Makku Waru Datoe: Susah memahami sebuah keyakinan yang absolud ketika hati dan pikirannya terlebih dahulu menolaknya untuk dipahami.

Amrillah Rizki: Mending baca buku teknik ada manfaatnya.

A-aharto Sowetenan: Yang memahami Islam itu belom sempurna waktu ditinggal Nabi saw, berarti dia telah menolak ayat “ Din”...Surat Al-Maidah ayat 3...manalah mungkin Nabi saw meninggalkan umat tanpa kesempurnaan... kalau ada permasalahan politik....yaaa itu biasa....setiap pergerakan pasti ada jalur berbelok... walaupun hanya setitik...

A-aharto Sowetenan: Memang... kalau di daras, sepeninggal Rasul saw tidak jelas arah politik umat, karena ada yang setuju ala demokratis ada juga yang memakai sistem ketetapan, jadi pada cara kepolitikan, sepeninggal Rasul saw tidak memiliki jalur yang pasti yang bisa dipertanggung jawabkan.... karena hal inilah sehingga tidak bisa dipastikan bentuk kepolitikannya...

Neo Hiriz: Angelia, kamu kenapa mesti mengumbar yang beginian di fb? Tidak puaskah anda dengan keributan dan caci makian di antara AB?

Anhy Al Adzra: Saran, sebaiknya mbak Anggelia buat bedah buku saja berkenaan dengan buku ini. Mengundang penulis untuk berdialog apa maksud dari setiap tulisannya. Saya rasa itu lebih ilmiah dibandingkan mengkritisi dengan kalimat-kalimat yang hanya menimbulkan “pertikaian”. Bisa saja tafsiran pembaca berbeda dengan tafsiran penulis.

Azmy Alatas: Mungkin sistem bernegaranya bernama: theo fasisme, theo liberalism, atau..theo anarkisme.. Kalau di Iran sekarang ya theo konstitusi,..theo democratik. Kalau menurut nabi itu sistemnya opo yo?

Idea Abdul Majid: Pembahasannya tinggi eui..

Rudi Suwandi: Tanya yuuk ke yang mengkritik dan yang dikritik. Marja keduanya siapa???????? Kalau marjanya sama, ya ikutin apa kata marja...

Azmy Alatas: Wilayatul faqih yang sedang berjalan di Iran ini pun bagian dari fase proses menuju wilayatul faqih mutlak..

Lagian Islam kagak kenal sistem negara, yang membagi-bagi kekuasaan dengan landasan material... Islam menyusun dengan landasan keadilan dan kesamarataan...maka pasti bentuknya bukan negara.

Rudi Suwandi: No comment kalau intinya...maklum bukan pakarnya...aku masih kelas mukalid...

Idea Abdul Majid: Padahal simple bingits, ibarat sayur bening tanpa garam jadinya.. HeHeHeHe

Daris Asgar: Allohuma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad Wa ‘Ajjil Farojahum

Satria Pmlg: ULIL AMRI pemimpin agama apa negara,,? Vertikal apa horisontal,,? Sama halnya syariat Islam,, itu untuk yang bernegara apa yang beragama,,? Hehehe mumeti.

Pejuang Cinta: Halo adik anggel.... semoga bahagia selalu.

Pejuang Cinta: Topik pembahasan kepemimpinan Islam itu menarik,,, menurut prespektif Anggel kepemimpinan sosial yang ideal itu seperti apa ?

Kiki Overloadpro: Yang buat status udah keliatan tendesius, penggunaan capslok di awal dan metode kritik yang tekstual ga bisa masuk pembahasan buku itu yang menggunakan basis epistemologi rational filosofis, kali kritik nya dikembalikan ke dalil teks maka apakah teks yang diterima pemahaman nya sudah mutlak, dimana fungsi kerja akal kalau gitu, nabi menyempurnakan agama pada level iman, sedangkan wilayah amal kita yang identifikasi sendiri sesuai dengan kapan dan dimana, alquran tidak menafikan bangsa-bangsa, imam zaman justru lah sebagai konfirmasi kesempurnaan, sebelum imam yang mutlak ada, pada level relatif sitiap manusia memaksimalkan potensi akalnya dalam membangun peradaban.

Pejuang Cinta: Wow... penjelasan yang panjang dengan gaya bahasa yang rada intelektual, membuat kening sedikit berkerut,, mencoba memahami kata demi kata,,, sepertinya penting untuk menyederhanakan penjelasanya bro kiki.

Pejuang Cinta: Pertama: Nabi bukan hanya menyempurnakan agama pada level iman, tapi menjangkau seluruh dimensi kehidupan seperti akhlak dan cinta.

Pejuang Cinta: Kedua: Wilayah amal itu adalah konteks pribadi yang setiap orang bebas memilih jalannya... dalam hal ini tidak terkait dengan topik kepemimpinan sosial.

Pejuang Cinta: Ketiga: Perlu diperjelas makna kata imam zaman sebagai “konfirmasi” Kesempurnaan.

Pejuang Cinta: Yang ke empat: Pada level “relatif” setiap manusia memaksimalkan potensi akalnya dalam membangun peradaban,,, mungkin yang dimaksud relatif disini adalah subyektif kali yah.

Kiki Overloadpro: Pejuang, nabi menyempurnakan agama pada 2 dimensi, pada dimensi iman dan ajaran semua sudah sempurna tapi ternyata tidak berhenti pada nabi semua manusia juga sempurna, perlu proses manusia untuk bisa meyempurna, maknya setiap zaman ada imam sebagai perpanjangan kesucian nabi, tapi manusia yang tidak berinteraksi langsung dengan nabi dan imam, tentu manusia harus bisa menggunakan akalnya untuk memahami sumber keimanan, pada proses pemahaman ini setiap orang bisa berbeda, bisa salah, dan saat manusia terikat dengan kesepakatan sosial seperti berbangsa dan bernegara tentu tidak bisa memaksakan kehendaknya, karna tiap-tiap tempat akan menjalankan kehendak Orang di daerah itu yang disepakati baik, kita yang memaksakan diri dengan pendapat kita di lingkungan majemuk akan merusak tatanan sosial, jadi secara bijak dan rasional adalah kita tetap pada level iman wajib sama dengan apa yang diajarkan nabi, baik spiritual maupun ahlak, tapi pada saat kita berada dimana kita harus bisa menempatkan diri pada kesepakatan-kesepakatan sosial dimana kita berada, konsep negara adalah kesepakatan sosial demi kebaikan orang didalamnya yang telah dibangun juga atas kehendak orang-orang didalamnya dengan beragam cara pandang yang dianggap baik, saat kita berada didalamnya pun kita otomatis terikat dengan aturan-aturan itu, dan disitulah wilayah amal kita selama tidak bertentangan dengan iman, wilayah amal kita boleh berbeda.

Pejuang Cinta: Yang diatur oleh negara apakah wilayah sosial atau wilayah privasi ? Bagaimana negara mampu mengakomodir setiap kepentingan individu dan kelompok yang majemuk....

Pejuang Cinta: Kalau benar konsep negara adalah kesepakatan sosial, apakah negara mampu mengantarkan setiap individu menuju nilai kemanusiaan ?

Pejuang Cinta: Terlalu banyak kepentingan.

Azmy Alatas: Kagak ada sistem bernegara dalam Islam! Coba noh sinar jaya supaya buktikan..

Pejuang Cinta: Dan sekarang kita sedang membicarakan kepemimpinan yang ideal.

Pejuang Cinta: Azmy: jadi kita ganti aja negara republik Indonesia, menjadi republik Islam Indonesia.

Azmy Alatas: Pejuang Cinta, kok baru dibicarakan, tapi sudah menyalahkan isi buku? Anggelia Sulqani Zahra panggil noh supir bis. sinaar jaya.. Ayo taruhan kalau rasul menetap kan sistem bernegara yang pakem!?

Sistem WF aja mengalami perkembangan, kagak pakem.

Azmy Alatas: Pejuang Cinta, amit-amit dah!

Azmy Alatas: Kalau menurut geng sinar jaya lah mungkin harus jadi republik Islam Indonesia... Amit-amit dah...

Kiki Overloadpro: Yang diatur oleh negara apakah wilayah sosial atau wilayah privasi? Bagaimana negara mampu mengakomodir setiap kepentingan individu dan kelompok yang majemuk....

Negara mengatur rakyat yang ada didalamnya dalam urusan hukum positif dan negara dibangun atas kontrak sosial yang sudah disepakati oleh generasi awal yang membangun negara, negara tidak itu urusan dengan kelompok atau personal dan tidak urusan dengan aspek batin atau iman, coba belajar lagi deh konsep negara.

Kiki Overloadpro: Kalau benar konsep negara adalah kesepakatan sosial, apakah negara mampu mengantarkan setiap individu menuju nilai kemanusiaan?

Pertanyaan “kalau benar negara....” ini berarti ente belum memahami apa itu negara, dan ente makin parah penalarannya bahwa negara akan menghantarkan manusia menuju kemanusiaan, negara hanya menetapkan hukum-hukum positif yang disepakati akan membawa rakyatnya menuju kebaikan, apakah menjadi mutlak akan baik itu masalah individu masing-masing, negara ga urusan dengan kehendak dan keputusan jiwa setiap orang, negara hanya menyatakan kalau ga setuju dengan hukum keluar dari negara ini, tapi kalau mau membenahi negara ini dengan hukum yang lebih baik ada referendum, dan ini wilayah horizontal ga hubungan dengan keimanan.

Pejuang Cinta: Sepertinya ada yang mau mengusir dari negara ini hanya karena tidak paham tentang konsep negara....

Kiki Overloadpro: Dan sekarang kita sedang membicarakan kepemimpinan yang ideal. Ane mau tekankan bahwa kepemimpinan ideal adalah subjektif dan kepemimpinan faktual tidak niscaya adil, karena ada kepemimpinan yang dipilih manusia dalam konsep negara dan ada kepemimpinan yang di pilih Tuhan dalam konsep agama, memaksakan agama dalam negara adalah irational juga sebaliknya.

Kiki Overloadpro: Tidak setuju dengan negara dan dasar negara ini tidak pantas menjadi rakyatnya.

Pejuang Cinta: Begini bro kiki, anda kan paham tentang negara,,, diantara yang ada di sini, jadi kasih pemahaman biar kami juga bisa menjadi warga negara yang baik.

Kiki Overloadpro: Dasar negara adalah kontrak sosial yang dibangun dari berbagai agama ras dan kebudayaan, karena kesepakatan itulah negara ini terbentuk, setiap orang yang menjadi bagian dari negara ini setuju atau tidak akan terikat dengan dasar-dasar negara.

Pejuang Cinta: Apa tujuan dari terbentuknya negara ?

Kiki Overloadpro: Apa tujuan dari terbentuknya negara ? Pertanyaannya sudah di luar konteks jadi ini terakhir ane jawab, terlalu banyak pr ente untuk belajar persoalan yang akan dibahas karna tidak punya epistemologi filosofis, tujuan negara adalah mensejahterakan rakyatnya dan membangun bersama dari beragam perbedaan menjadi sebuah persatuan yang kuat untuk orang-orang yang berada didalamnya

Kiki Overloadpro:Ente harusnya menyelesaikan permasalahan mayor, bukan bertanya hal minor yang tidak menyelesaikan persoalan, ane udah jawab semua yang ente perlu tanya.

Pejuang Cinta: Bro kiki anda itu punya ilmu tapi rasa sombong dan bangga diri itu telah menutup cahaya ilmu itu dari dirimu,,, merasa lebih baik dari orang lain itu akan membuatmu terhina di mata Tuhan.

Pejuang Cinta: Saya memang awam dan tidak mengerti dengan bahasa filsafat,,, tapi pengetahuan yang anda miliki itu jauh lebih buruk bagi anda karena telah menjadikanmu berbangga diri dan melihat orang lain itu “bodoh” dan tak punya pengetahuan seperti anda.

Pejuang Cinta: Kalau saya mungkin tidak layak menjadi warga negara yang baik karena minim pengetahuan, maka anda mungkin tidak layak menjadi manusia yang bijak karena pengetahuan yang membuat dirimu sombong.

Kiki Overloadpro: Bukannya ente yang dari awal merasa lebih tau, dan standar pengetahuan ente tetapkan dengan apa yang di konsep ente, kok jadi dibalik, yang ane bahas objek permasalahan bukan subjek yang bermasalah, apakah akhlak menyelesaikan persoalan keilmuan dengan menghakimi pribadi subjek, ane rasa ga elegan dan kurang etis.

Pejuang Cinta: Bedakan antara mengkritik dan memberikan predikat atau menilai seseorang,,,, silahkan baca komen saya dari awal.... saya tidak pernah menyebut orang tidak punya epistemologi filosofis,,, tidak paham dan makin parah penalaran anda.

Pejuang Cinta: Sedikit saja anda bijak maka anda akan melihat cahaya ilmu itu menerangi hati anda.

Kiki Overloadpro: Justru ini dalam ranah pengetahuan, ane kritik ente tidak niscaya berarti ane dalam kesombongan, ini pembahasan sistematika ilmu, tolong ente juga bijak, ga ada korelasinya dengan kesombongan, makanya ente buka diri, dan jiwa besar, boleh kritik asal mau di kritik, so simple bro.

Achmad Khisnurrobbie: Gak suka SMS-an bisa BBM atau WA khan ? Wew.

Baginda Raja Gorga II: Namanya sistem Teokrasi transdental politis akademisi praktis menganulir sinyalemen birokrasi faktual terafiliasi materi energi ruang waktu yang berdampak sumir mengkerucut dari analisa logika akal yang menimbulkan asumsi bermetamorfosis ganda yang melahirkan teori konspirasi hati....! Dah faham kan semua maksudnya..?

Hehehe,,,ginilah simplenya: dari sekitar 4000 murid Imam Ja’far Shadiq as, mayoritas mereka pengen jadi rujukkan atau di anggap alim seperti Imam Ja’far as. Contoh nya murid yang bernama Nu’man yang paling pengen, permasalahannya ilmu belum sampek (cukup), makanya jadi acakkudut alias kacau balau. Tapi untuk diskusi sama tetangga sebelah dah paten kali kita nih. Jadi kita jangan pesimis karena “ketemu gede “ sama kebenaran ini, beda sama yang di Qum dan Najaf yang dari dalam perut udah di kader sama orrang tuanya dari masalah makanan, bahasa, tingkah laku, dan sebagainya.

Jadi kesimpulan sementara kita cobalah berjiwa besar & open minded.

Jangan gara-gara pengen jadi rujukkan dan dianggap alim nanti berkembang pulak menjadi.....Syi’ah Hanafi-Syi’ah Maliki-Syi’ah Syafi’i dan Syi’ah Hambali..hehe peace...! Afuuaann yaa...samlekom....?

Sinar Agama: Salam dan terimaksih tag-annya:

Salam dan terimaksih tag-annya. Tanpa membaca komentar-komentar di atas:

  • 1- Dari awal dada ini mau pecah kalau membaca buku tersebut. Wallaahi di tempat seperti yang antum kutip itu, sama sekali jauh dari penulisan seorang yang mengaku muslim sekalipun, apalagi Syi’ah.
  • 2- Tidak heran kalau saya katakan bahwa semua muslimin bersepakat bahwa agama Islam itu adalah agama yang sempurna dan tidak meluputkan sesuatu apapun. Muslimin Sunni atau, apalagi Syi’ah.
  • 3- Kalau di Syi’ah analogi hukum diharamkan, alasannya hanya satu. Yaitu, kalau menganalogikan atau meminjam hukum untuk sesuatu yang diyakini belum dihukumi oleh Islam (Allah), maka berarti telah mengingkari kesempurnaan dan kelengkapan agama.
  • 4- Mengingkari kesempurnaan agama, sungguh kesombongan yang tiada tara. Karena Allah dengan ayat muhkamaatNya di QS: 5:3 berfirman:
  1. الْيـَْوَمأَْكَمْل ُتلَُكْمدينَُكْم َوأَتَْمْم ُت َعلَْيُكْمنْعَمتي َوَرضي ُتلَُكُماْلإْسَلاَمدينًا
“Sekarang TELAH KUSEMPURNAKAN AGAMA kalian dan TELAH KULENGKAPI NIKMAT-NIKMATKU dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.”

  • 5- Saya tidak mau berkata pengingkarnya sudah keluar dari Islam. Akan tetapi, bisa dikata meyakinkan, adalah sombong dan tajarri pada Tuhan. Setidaknya, dalam tulisannya.
  • 6- Pemisahan politik dari Islam adalah pekerjaan para khalifah yang tidak ditunjuk Tuhan dan tidak ikut ajaran Tuhan. Karena itu, menjadikannya urusan ijtihadiah.
  • 7- Dalam Syi’ah, wajib hukumnya mengimani bahwa agama ini sudah mengajarkan semuanya termasuk kenegaraan dalam sejuta corak ragam budaya dan waktu serta kondisi yang dihadapinya. Misalnya:
    • a- Semua wajib mengikuti ajaran Tuhan dalam menata kehidupan pribadi, keluarga atau bernegara dan berinteraksi dengan agama dan negara lainnya.
    • b- Pucuk pimpinannya, wajib seorang makshum, baik dekat atau jauh, baik hadir atau ghaib.
    • c- Alasan makshumnya jelas di samping harus dijamin benar dalam ilmu dan amalnya, hingga benar-benar diyakini jujur dan benar dalam segala keputusannya seperti pada masa Nabi saww, juga dikarenakan yang tidak Makshum as, tidak akan memahami Qur an secara penuh hingga dapat mengatur segalanya sesuai dengan hukum Tuhan, terutama terhadap benda-benda atau hal-hal yang baru yang muncul di masyarakat sampai hari kiamat.
    • d- Ketika imam jauh atau ghaib, maka gantinya adalah marja’ yang paling a’lam sebagaimana diperintahkan mereka para Makshumin as sendiri. Itulah mengapa Rahbar hf menfatwakan bahwa yang tidak percaya pada wali faqih mutlak, asal dia mujtahid yang pendapatnya tidak mewajibkan dan/atau dia taqlid pada mujtahid yang beda ini, maka tidak menyebabkannya menjadi murtad dari agama. Itu tandanya, minimal, sangat mungkin bagi yang tidak mempercayainya yang tidak mujtahid dan berpandangan beda atau bagi yang tidak taqlid pada mujtahid yang beda pandangan itu, menjadi murtad dari islam. Ingat, saya katakan sangat mungkin. Tidak memastikan. Anda bisa mengiranya sendiri.
    • e- Alasan kemungkinan murtadnya (kalau tidak boleh dikata kemurtadannya) bagi yang Syi’ah dan menolak wali faqih mutlak ini, karena merupakan bagian terang dan gamblang dari agama. Yakni kepemimpinan dan wilayah Tuhan, yang disalurkan kepada Nabi saww, lalu kepada imam Makshum as, lalu kepada wakil-wakil mereka, untuk melindungi umat dari kesesatan, kerusakan, ketidakadilan dan kezhaliman. Karena itulah, mengingkari wali faqih, sama dengan mengingkari yang diwakili dan yang menunjuknya sebagai wakil, yaitu imam. Dan mengingkari imam Makshum (bagi yang sudah mendengar penjelasan benarnya dan mengakuinya dalam hati) adalah sama dengan mengingkari Nabi saww. Begitu seterusnya sampai kepada Allah. Kalau mengingkari satu hukum wajib shalat saja sudah dihukumi kafir dan najis (sesuai fatwa para marja’), apalagi pemimpin umat yang urusannya, jauh lebih besar dari shalat yang berdimensikan pribadi. Pemimpin, adalah penentu Islam tidaknya masyarakat, adil tidaknya masyarakat, mati hidupnya masyarakat, zhalim tidaknya masyarakat, shalat tidaknya masyarakat, jilbab tidaknya masyarakat, haji tidaknya masyarakat, Islam tidaknya hukum negara....dan seterusnya.
    • f- Jangan dikira, kalau menerima wali faqih lalu boleh memaksakan negara Islam di setiap tempat. Karena para nabi as dan imam Makshum as saja, tidak pernah memaksakannya. Semua itu, tergantung umat, apakah mau menerima hukum Tuhan atau tidak dalam segala aspek kehidupannya.
    • g- Tapi ingat, ketidakpemaksaan para nabi as dan imam as serta para marja’, terhadap suatu negara agama Tuhan, bukan berarti Tuhan tidak mengajarkan sistemnya dan tidak mewajibkan pengimanan dan pengamalan terhadapnya. Jadi, semua sudah tersedia dan hanya manusialah yang mesti menentukan pilihannya sendiri.
    • h- Kalau masyarakat tidak memilih Islam, seperti negara Islam atau pemimpin dari nabi atau imam Makshum as atau wali faqih, maka Tuhan, para nabi as, para imam Makshum as dan para marja’ wali faqih, tidak akan pernah memaksanya.
    • i- Nah, ketika masyarakat tidak dipaksa, maka Islam yang kaya, memiliki ajaran lain dan hukum lain, menghadapinya. Persis seperti ketika memberi hukum halalnya babi bagi orang yang tidak memiliki apapun yang bisa dimakan untuk mempertahankan kehidupannya. Artinya, Islam itu berlapis. Artinya, Islam itu bukan hanya memiliki sistem kenegaraan dan pengaturan yang lengkap dan sempurna, melainkan bahkan memiliki gradasi-gradasinya. Jadi, para nabi as, pada imam Makshum as, para marja’ wali faqih dan muslimin yang taqwa, ketika melihat umat tidak menerima negara Tuhan, maka mereka akan memilih sistem politik lapisan ke dua. Kalau yang ke dua ini juga tidak diterima umat, maka yang ke tiga. Begitu seterusnya. Hal-hal yang bersifat gradasi ini, yakni dari tatanan dan sistem Negara Islam, dari sejak paling wajibnya, sampai pada yang daruratnya, tidak akan dipahami kecuali oleh para nabi as, imam Makshum as dan para marja’. Itulah mengapa merupakan suatu kesombongan, manakala ada orang yang tidak menyentuh jemari kaki ijtihad saja, sudah berteriak-teriak bak nabi utusan Tuhan. Terlalu naif ketika tatanan negara Tuhan itu bahkan bergradasi dan kaya, dari yang sesuai dengan penerimaan atau kedaruratan walau berlapis sejuta keadaan, dikatakan tidak memiliki sistem yang jelas mengenainya. Wallaahi, kita semua akan menjadi saksi pernyataan ini kelak di akhirat, kalau tidak ditaubati.
    • j- Kalau saya mengatakan bahwa Rahbar hf itu adalah rahmat bagi semua muslimin di semua negara, karena semua bisa merujuk kepada beliau hf dalam segala gradasi kenegaraIslaman yang ada dalam fikih dan hukum Tuhan.
    • k- Supaya tidak salah paham, yang saya maksudkan dengan gradasi dalam kenegaraIslaman, adalah penyikapan bernegara yang diatur Islam walau dalam sistem anti Islam sekalipun (kalau menjadi pilihan umat). Dimana asasnya adalah tidak memaksa umat dan mempertahankan mereka dari kehancuran yang lebih fatal dari gradasi berikut dan berikutnya.
    • l- Misalnya Pancasila. Walaupun ia bukan sistem Islam, akan tetapi bisa saja umat muslim dan Syi’ah wajib menerimanya. Misalnya kalau terjadi kondisi apabila tidak menerimanya, bisa menyebabkan mudharat yang lebih besar seperti hilangnya agama atau terbantainya semua muslimin. Apalagi sekali lagi, dari awal Islam memang tidak mau dan mengharamkan pemaksakan kehendaknya pada siapapun. Ini hukum dunianya. Dan di akhirat, Allah memiliki hukumNya sendiri.
    • m- Saya teramat heran pada orang yang mau saja dibodoh-bodohi dengan diperntentangkannya Syi’ah dengan Pancasila dan NKRI atau subversif. Dari mana itu semua? Emangnya tidak melihat bagaimana Nabi saww berdamai dan menerima secara politis Islam yang berkeadaan darurat, seperti pemerintahan kerajaan Habasyah, kondisi sosial-politik Makkah dan Madinah. Di Madinah itu, bahkan perdamaiannya adalah berteman dengan temannya teman dan perang dengan lawannya teman. Teman yang dimaksukan di sini adalah kafirin seperti Yahudi. Nabi saww tidak pernah memerangi siapapun, kecuali diperangi. Atau maksimal, kalau dihalangi dakwahnya. Tapi kalau tidak dihalangi, maka tidak ada aturan dalam Islam untuk memerangi suatu negara hanya karena kekafirannya atau apalagi muslim yang tidak bersistem Islam.
    • n- Karena itu, ikutlah Tuhan melalui NabiNya saww, imam MakshumNya as dan para marja’ wali faqihNya, baik dalam negara Islam yang utama, atau dalam sosial yang berkedaruratan. Jangan mengarang sendiri konsep persatuan, kalau tidak pernah menjamah kaki ijtihad sekalipun. Takutlah kepada Allah dan khawatirlah pada akhirat yang tiap saat dapat mendatangi kita.
    • o- Saya menulis ini dalam keadaan lelah, semoga tidak merusak alur bahasannya dan semoga benar di hadapan dan diterimaNya, amin.

Firdaus Said: Ya Allah ... Menulis dalam keadaan lelah, tetapi sarat dengan dalil-dalil akal, dipenuhi dengan semangat negara Islam, dan penuh kebijaksanaan dalam melihat keadaan ummat’ sedikit tergambar mengapa imam Mahdi as harus ghaib.. Karena menunggu kesiapan ummat untuk mengikuti sistem pemerintahan Islam yang akan beliau terapkan, maka tugas para ulama berjuang membangun kesadaran umat agar dapat menerima/menyambut kepemimpinan beliau as dalam sebuah sistem pemerintahan Islam...

Semoga Allah memudahkan langkah para ulama, memberikan kesehatan dan kemuliaan disisinya sebagai pembantu-pembantu para Makshumah.. Teruntuk ustadz Sinar Agama, terimakasih dan semoga Ustadz dalam keadaan sehat dan dipanjangkan umur dan menjadi bagian dalam perjuangan menyambut kehadiran imam Mahdi as..

Kiki Overloadpro: @Sinar agama, agama memang sudah sempurna, tapi apakah tatanan kehidupan sudah disempurnakan atau proses menyempurna? Kalau menurut antum bahwa wajib bermekanisme Islam dalam bernegara dengan sistem islam yang hak, yang kalau tidak dengan itu berarti tidak mengikuti jalan yang benar, terlalu banyak contoh-contoh yang kontradiksi dengan yang ada pada pemahaman antum, bagaimana imam Ali saat khalifah bukan pada dirinya, berarti imam Ali keluar dari prinsip-prinsip kesempurnaan islam kalau merujuk yang antum konsepsikan, bagaimana para ulama baik saudara suni dan Syi’ah saat pemimpin negaranya non muslim atau bukan negara islam, bahkan seluruh umat muslim pada saat dibawah naungan khilafah dinasti umayah, abasiyah, ustmaniyah, apa itu bisa disebut sudah sempurna? Please deh, ana juga paham kalau apa yang terjadi tidak seperti apa yang semestinya, islam sudah sempurna pada semestinya, tapi islam yang terjadi belum layak dibilang sempurna, coba antum sebutkan sistem islam dimana yang sudah sempurna?

Di zaman nabi masih ada penghianatan, padahal sudah sempurna, sampe hari ini mungkin Iran yang kita anggap mendekati sempurna pun masih ada saja kekurangan pastinya, jadi ana rasa terlalu naif mengatakan apa yang terjadi sudah sempurna, meskipun ana dan siapapun yang muslim juga pasti sepakat bahwa islam yang semestinya sudah sempurna

Anggelia Sulqani Zahra: Alhamdulillah terima kasih banyak ustadz atas komentar dan penjelasannya...

Ricky Zen Pulungan: Ketidaksempurnaan dalam implementasi bukan berarti sistem yang tidak sempurna atau tidak memiliki sistem yang sempurna.

Singgih Djoko Pitono: Islam sudah sempurna...Kesempurnaan Islam itu diterjemahkan oleh Imam Ali as disetiap tindakan beliau seterusnya oleh imam-imam yang telah dikehendaki Allah... Masih sangsi? Apa bedanya dengan penoreh sejarah kekhilafahan yang berkelindan dan berakhir dengan dinasti ustmany itu... kalau masih sangsi...

Sinar Agama: @Kiki, sepertinya antum sama sekali tidak membaca tulisanku he he...

Demi Allah, kalau tidak semalam habis menulis (menjelang tidur) atau tadi pagi yang bangun dengan hanya tidur sekitar dua setengah jam, teringat satu masalah yang baik untuk jadi pelengkap dalil. Yaitu:

“Bahwa para imam Makshum hidup dalam berbagai tirani (dilihat dari kacamata imamah). Karena itu, masih kurang kayakah Islam ini memberi jalan keluar politik dalam kehidupan manusia. Apalagi kalau ditambah dengan sirah atau contoh hidup para ulama yang hidup dalam kurun waktu seribu empat ratusan tahun lebih.

Emangnya Islam ala Ahlulbait as itu sudah ada dari awal keIslaman sepeninggal Nabi saww, kecuali pada sedikit masa imam Ali as dan imam Hasan as. Emangnya negara Islam itu sudah ada sebelum negara Islam Iran? Lalu apakah mereka semua itu, yakni para ulama dan imam Makshum as, tidak hidup dalam tatanan politik Islam hingga dikatakan bahwa Islam tidak mengatur tatanan politik.”

Sekarang setelah saya pulang tugas dan duduk di depan komputer, terkejut dengan tulisan antum itu. Lah, kok bisa yang justru dalil ana itu, dikembalikan ke ana sendiri? Padahal dalil di atas yang baru ana tulis itu, hanya pelengkapnya saja. Lah, kok bisa tulisan sejelas itu tidak antum pahami? Karena itu, baiknya antum baca dengan baik, tapi kosongkan dulu diri antum dari pikiran antum. Sebab sepertinya dari kemarin, antum menulisnya itu-itu saja. Tentu saya tidak menyempatkan membaca semua tulisan antum yang diskusi dengan teman-teman.

Kosongkan dulu pikiran antum dan baca sekali lagi atau dua kali lagi. Berusahalah memahami tulisanku itu, ala aku. Nah, setelah paham apa yang ana maksudkan, baru antum protes kalau antum tidak setuju.

Yang antum tulis itu, jauh dari ana. Karena justru bukti sejarah itulah yang ana jadikan dalil untuk menggradasikan amaliah politik Islam yang dalam keadaan darurat dan yang terlalu banyak gradasinya itu. Silahkan muthaala’ah lagi.

Sinar Agama: Kita bicara ajaran, orang lain bicara orang. Kan nggak klob blassshhh.

Kiki Overloadpro: @Sinar, ana rasa bukan hanya ana yang harus mengosongkan pikiran, tapi antum juga sama harus mengosongkan pikiran untuk menerima realita, karna standar konsep yang ada di kepala kita baik bersumber dari wahyu atau ajaran agama adalah belum tentu mutlak alias relatif, relatif disini dalam arti memerlukan relasi-relasi untuk menuju kemutlakan, realitas eksternal adalah kenyataan yang di alami setiap orang menuntut di bangunnya suatu kesepakatan sosial tanpa primodial agama dan idealisme yang dibawa masing-masing individu, makanya dibangunnya kontrak kebersamaan yang kita bilang negara tidak ada hubungannya dengan keyakinan dan idealisme kita pribadi, kalau kita cocok dengan kesepakatan sosial yang mana point utamanya sesuai dengan idealisme kita, maka kita bisa andil didalamnya, atau hanya beberapa point dan beberapa point belum tentu, apa kita tetap andil atau tidak itu pilihan kita masing-masing, contoh sederhana saat nabi membuat piagam Madinah, tidak sepenuhnya keinginan umat islam, tapi itu dibangun dari kontrak sosial bersama sehingga disepakati menjadi sistem pemerintahan di Madinah, yang didalamnya ada agama lain dan kebudayaan lain, kalau secara filosofis bisa dibagi kepemimpinan transenden atau imamah dan kepemimpinan imanen atau khalifah, yang pertama adalah yang semestinya tidak bisa dipilih manusia, karna ini penujukan Tuhan langsung, yang kedua adalah yang terjadi tidak dipilih

Tuhan langsung melainkan pemilihan umum manusia, yang kedua bisa baik bisa buruk karna tidak ada jaminan ketuhanan, standar memilihnya adalah rasional logis, yang pertama standar memilihnya adalah keimanan dan kebersihan hati (akal ontologis), misalnya di Libanon saat pemimpin negaranya bukan yang standar pemimpin dalam arti ideal, tapi secara rasional mau membangun negara dan bekerja sama dengan umat islam membangun negara, ini lah bangsa bangsa yang disebut dalam alquran, tidak mesti pemimpin itu islam atau mutlak benar, karna kehendak pilihannya di orang banyak, sedangkan pemimpin dalam arti ideal standarnya beda lagi islam saja bahkan tidak cukup, harus makshum, kalau secara ajaran kita berharap yang ideal adalah yang juga terjadi, permasalahannya kalau yang terjadi tidak seperti semestinya apa kita dengan ektrem mengubahnya, atau secara gradual membenahinya?

Sinar Agama: Kurasa tambahan pada jawaban di soalan sebelum ini, bagus juga dimuat di sini. Ini ana nukilkan:

Tambahan: Supaya teman-teman tidak mengira bahwa saya mengarang sendiri tentang pengajaran akidah Syi’ah tentang imamah itu, maka saya ambil dari satu kitab yang menjadi pelajaran dasar di hauzah, yaitu Baab Haadi ‘Asyr, karya ‘Allaamah Hillii. Perhatikan ketika menerangkan imamah:

{{ Definisi Imaamah: Pertama (definisinya) adalah KEPEMIMPINAN UMUM DALAM URUSAN-URUSAN AGAMA DAN DUNIA (politik dan semacamnya) DARI SESEORANG SEBAGAI WAKIL DARI NABI saww.

DAN IMAMAH INI ADALAH WAJIB SECARA AKAL, KARENA IMAMAH ADALAH LUTHFUN (merangsang kebaikan dan mempersulit keburukan) KARENA KITA TAHU BAHWA KALAU UMAT INI MEMILIKI PEMIMPIN YANG MEMBAWA KE JALAN LURUS DAN DITAATI, DIMANA MEMBELA YANG TERTINDAS DARI PENINDAS, DAN MENEKAN PENINDAS DARI PENINDASANNYA, MAKA HAL SEPERTI ITU JELAS LEBIH MENDEKATKAN KEPADA KEBAIKAN DAN MENJAUHKAN DARI KEBURUKAN. SEMENTARA LUTHFUN ITU ADALAH WAJIB DAN MESTI SEBAGAIMANA SUDAH DIBAHAS SEBELUMNYA. }}

Perhatikan definisi imamah dan salah satu dalil akalnya dari salah satu bab ushuuluddin yang bernama imamah ini.

Ajaran segamblang ini bukan hanya tidak dipahami dengan benar, akan tetapi malah dikatakan sebagai penggontok-gontokan. Wallaahi tajarri.

Sisi Lain:

Terlalu banyak rujukkan sehingga orang Syi’ah-pun malas membacanya dan hanya bisa mencari-cari kekurangan yang padahal islam itu agama yang lengkap, dan membuat hujah ini untuk menurunkan derajat rasulullah sehingga nantinya dia bisa menggunakannya untuk menjatuhkan kenabian rasulullah dan meninggikan derajat Ali ra sebagai Tuhan meraka dan Husein dan Hasan rodhiallohu ‘anhuma sebagai anak Tuhan, masyaAllah nau’dzubillahimin zalik, semoga Allah memberi hidayah kepada mereka semua dan menjadikan hidup meraka barokah tidak seperti para pedahulu mereka yang mati megenaskan dibakar oleh Ali ra. yang telah menganggap Ali ra sebagai tuhan, dan mati karna di perangi oleh solehudeen, karna harus menegakan kemerdekaan di Palestin, dia harus menghabiskan Syi’ah dulu karna mereka menyadari Syi’ah adalah musuh dalam selimut, yakni orang-orang munafik perusak agama islam dan penebar kepalsuan belaka.

Kiki Overloadpro: @Sinar agama, kalau imamah adalah kepemimpinan dalam arti ilahiah dan politik atau sosial juga itu adalah definisi yang idealnya secara ajaran agama Islam madzhab Syi’ah, bagaimana dengan konsep khilafah yang faktanya proses pengangkatannya dengan berbagai cara ada yang pemilihan umun, kudeta, pebunjukan khalifah sebelumnya, yang dalam sudut pandang Syi’ah bukan khalifah tapi imam Ali menerimanya secara sejarah, meskipun secara idealismenya tentu imam menolak, tapi sikap imam adalah sikap yang harus kita ikuti sebelum pemimpin yang makshum ada membangun pemerintahan politik, bagi kita di masyarakat yang majemuk dan plural seperti Indonesia atau Libanon mustahil menerapkan apa yang ideal menurut kita tanpa menghiraukan orang-orang yang berbeda dengan kita, disitu adalah wilayah amal yang terikat dengan kapan dan dimana kita berada, kalau kita memaksakan kehendak maka kita tidak beda dengan ekstremis islam lainnya, makanya perlu ada pembagian ideal dan faktual, transenden dan imanen sebagai konsekuansi logis penerapan wilayah amal dari apa yang kita imani, yang pasti dalam wilatah iman atau ideal setiap muslim khususnya Syi’ah sama dalam point utamanya.

Satria Langit: Taukan kalian ...comen dan balasan dalam masalah ini di catat rapi oleh wahaby tuk di bukukan.

Elok ZA: Nyimak aja.

Baginda Raja Gorga II: Tuu..khan..masuk tetangga yang jauh panggang dari api (ga nyambung bingitz comentnya). Udahan ya teman-teman,,,ga cian ma tetangga...?

Ga pa pa,,, malah sangat berterima kasih mereka mau mencatat dan membukukan,,,problemnya mereka ngerti apa enggak..??? Udah ya,,, entar ada waktu ketemuan aja di tempat yang di sepakati sambil ngopi-ngopi & makan gorengan.

Menyangkut masalah Theologi, Epistimology, Filsafat, Irfani, Science, dan sebagainya, bikin grup aja khusus alumni Qum & Najaf. Yang mayoritas pengikut AB aja masih flanga flongo termasuk saya,,,,,apalagi tetangga sebelah,,,,kacian khan,,,,!Please. deh. aah...???

Mailyuda Brata: Hari gini masih debat agama, lihat tuh di Libanon, pasukan Sunni bergabung dengan Hizbullah untuk menghadapi Israel.

Khommar Rudin:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sinar Agama: @Kiki, antum ini nulis apa mas....mas.....???!!!! Mendingan kalau baca lalu komentar sekalipun nggak nyambung. Tapi ini, bukan hanya tidak nyambung, tapi betul-betul terlihat tidak membaca.

Sinar Agama: @Satrian, kita bersyukur kalau mereka juga ikut menyebarkan. Wong kitab Syi’ah ratusan ribu buku kok di depan kita dan para wahabi-wahabi itu. Syukur kalau wajabi juga mengingkatkan orang Syi’ah untuk tidak baca buku sms yang mengaku Syi’ah.

Sinar Agama: @Brat, emangnya di sana sudah ditutup kajian agama? Lah terus untuk apa perang atas nama agama mas???? Lagi pula, antum sedang ngapain sekarang???

Kiki Overloadpro: @Sinar Agama, ana baca sebelum ana koment, dimana letak predikasi ana yang invalid dalam menanggapi? Dimana kesalahan premis ana? Buku sms ini pun sudah ana baca dan ana kaji dari penulis langsung sebelum diterbitkan, antum kok tidak merespon dengan logika yang baik, tapi malah menghakimi, mana basis metodologinya?

Azmy Alatas: Nama sistem bernegaranya apa tooo??? Wilayatul faqih? Ato apa?

Azmy Alatas: Wes mandek po? Segini tok komennya...

Satria Pmlg: Fahami, konsepnya,,apa bila ada yang tidak cocok dengan konsep,,,,maka jangan salahkan konsepnya tapi salah kan pelakunya,,,,,Islam itu benar,,,jika yang beragama Islam melakukan kesalahan maka jangan mnyalahkan ajaran Islamnya tapi salahkan orang yang melakukan kesalahan,,,,

Azmy Alatas:Satria Pmlg, Enda usah diajari bab ngono kuwi...wes khatam dari zaman jebot....

Satria Pmlg: Ingat kawan ,,KESALAHAN ADALAH KEGAGALAN MEMAHAMI HUKUM ALLAH DAN MEMPRAKTEKKANYA,,,,,,ULIL AMRI adalah konsep ,,, yang harus kita fahami dan harus kita taati,,,jika kita gagal faham dan taat,,maka jangan salahkn ULIL AMRINYA,, tapi salahkan diri kita sendiri ,,,,mungkin ini maksud dari keterngan Ustadz SA,,

Satria Pmlg: Azmiy alatas, saya anggap kamu gagal memhami konsep,,,, jadi kurang legowo,,hehehe.

Azmy Alatas: Anggap saja demikian, saya gagal paham agar anda legowo...Satria Pmlg.

Azmy Alatas: Coba tolong copaskam komentar sinar jaya, saya tak bisa baca karena diblokir....

Azmy Alatas: Sistem bernegara ala Islam yang sempurna itu namanya sistem apa ya Mr. Satria Pmlg????

Azmy Alatas: @sinar agama: coba kalau berani buka blokirnya? Saya justru semakin ragu antum puluhan tahun di Iran di sana antum cari nyaman bukan belajar.

Azmy Alatas: Nek masalah sistem ideale ada yakni ada di dalam pikiran Imam Ali as yang harus ditafsir ulang dulu oleh para ulama.. yo ga perlu diajari... semuanya ya ngono kuwi..

Azmy Alatas: Sistem bernegara Islam yang diterapkan di Iran saat ini sudah mutlak, atau masih akan berubah menyempurna?

Satria Pmlg: Azmiy,,melasi temen diblokir,,,,hehehe,,,ikhlas dalam tolabul ilim akhiy,,,, jadi lebih adem,,,

Azmy Alatas: Biasa bae...

Satria Pmlg: Ya wes sing sabar,,,ya,,,,

Azmy Alatas: Lanjutkaaaannn.....

Hikmah Munirah: Diskusinya oke ilmiah sayang komentar Sinar Agama ke saudara kiki...ada yang kasar tuch ....udah mencela..kok sekaliber beliau..bisa kepancing komentar kasar ..menghujat ..kayak ogut aja nee..sabar men. .relax dulu...tarik nafas pelan-pelan otak boleh panas tapi hati tetap dingin.. btw diskusinya oke punya..saya menyimak dengan sangat..berbobot dan berisi banget.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Sorry bro.

Comment SA koq gak terbaca?

Hikmah Munirah: Ho..ho..ho.. jangan-jangan antum di blokir tuch pak Irsan Fadlullah Al Hajj.. .. kok jadi kayak jonru ya...anda bertanya jonru memblokir.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Banggaaa nyaaa

Di blokir oleh seorang Marja

Hihihiiiiii

Mufida Rahma Laila: Buku SMS itu KIKI ada sumbangsihnya tho....

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=864580103592960&set=a.427089434008698.120077.100001229357851&type=1&comment_id=868691889848448&offset=0&total_comments=101




Artikel selanjutnya:
================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar