Tampilkan postingan dengan label Suluuk Ilallaah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Suluuk Ilallaah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Desember 2018

Irfan Boleh Dipahami Tapi Tidak Boleh Dirasakan

Irfan Boleh Dipahami Tapi Tidak Boleh Dirasakan (bagi yang bukan pesuluk)




Seri tanya jawab Heri Widodo dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Monday, March 18, 2013 at 10:38 pm


Heri Widodo mengirim ke Sinar Agama: Rabu (12-12-2012), 

Assalam..wb.Ustad, afwan; Apakah seorang Irfan sangat Ikhlas terhadap apapun yang menimpa dirinya, & ruhaninya sangat ber- gantung total kepada Allah? Mohon penjelasan dan lain-lain. 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Irfan itu tidak melakukan dosa sama sekali, baik besar atau kecil. Tidak melakukan makruh sama sekali. Tidak menyukai apapun selain Tuhan. 

Nah, kalau kita masih punya dosa, maka jangan sesekali ingin mengejawantahkan perilaku orang- orang irfan ke dalam diri kita. 

Ketika jauh-jauh sebelum jadi irfan sudah meninggalkan semua dosa sebagaimana sering dijelaskan, maka apapun yang menimpa dirinya sebelum jadi irfan itu akan dilihat mengapa hal buruk itu menimpa. Apakah karena kesalahannya hingga ia karenanya telah melakukan dosa. Jadi, kalau hal buruk menimpa, orang yang ingin lepas dari dosa (jauh-jauh sebelum menjadi murid pesuluk dan murid irfan), akan melihat siapa-siapa yang salah dalam hal tersebut, bukan menerimanya. Tapi melihat dengan teliti jangan sampai dirinya sendiri yang salah. Kalau ternyata salah, maka ia harus bertaubat dan memperbaikinya serta kalau berkenaan dengan orang lain, maka ia harus mengqadhaa’ hak orang tersebut, seperti kalau menabrak orang lantaran ngantuk tapi tetep menyetir, atau bisnis sembarangan hingga membuat pemodal yang bekerja dengan kita menjadi bangkrut..... dan seterusnya. 

Antum dan siapa saja, tidak akan pernah mengerti perasaan irfan kalau masih melakukan dosa, makruh dan menyukai dunia. Karena itu, tugas antum adalah menghafal fikih keseharian dan tidak melanggarnya. Kalau sudah mampu maka tinggalkan dengan meninggalkan makruh. Kalau sudah mampu, maka jangan menyukai yang mubah dan apa-apa selain Allah. 

Tapi kalau hanya ingin mengerti tentang orang-orang irfan, maka hal itu tidak sulit. Semua orang bisa mengertinya. Akan tetapi harus mengosongkan diri dari pengkhayalan penerapannya pada diri sendiri. 

Menurut saya yang banyak dosa dan hijab ini, dan dengan disertai permintaan maaf dan kehalalan antum, terlihat dari pertanyaan-pertanyaan antum selama ini, sepertinya, antum ini ingin merasakan yang dirasakan orang arif/irfan. Hal ini yang membuat antum sulit memahami penjelasan-penjelasan alfakir. Karena itu, jangan memaksa diri untuk merasakan yang mereka rasakan. Kalau antum percaya kepada ana dan guru-guru ana, maka lakukan apa yang ana sarankan itu. Hafalkan fikih keseharian dan amalkan hingga antum bebas dari dosa. 

Orang mengira, bahwa fikih itu hanya menjaga najis, wudhu, mandi, shalat dan puasa. Hingga sering mengetatkan diri hanya dalam hal-hal seperti itu. Ini adalah permainan syaithan. Karena seringnya, orang seperti ini sangat-sangat melalaikan fikih yang lain, seperti fikih keluarga. 

Betapa kulihat sebagian orang, ketat dalam thaharah, shalat, puasa...dan seterusnya...hingga kalau perlu perang dengan semua orang yang beda pandangan dengan-nya tentang najis, buka puasa.....dan seterusnya. Akan tetapi, ia sama sekali tidak bertanggung jawab kepada anak dan istrinya. Padahal kewajiban keluarganya itu adalah kewajiban fikih yang justru lebih berat dari fikih-fikih pribadi itu. Karena kalau dosa yang menyangkut orang lain tersebut (anak dan istri) tidak dimaafkan, maka sangat-sangat sulit untuk lepas dari dosa kecuali kalau diqadhaa’nya. Fikih mengatakan bahwa belanja pada keluarga (istri) itu wajib dan kalau tidak dipenuhi akan terhitung hutang yang wajib dibayar (diqadhaa’) kalau sudah mampu. 

Kadang ada lelaki kalau dituntun belanja oleh istrinya, mengatakan bahwa istrinya cinta dunia. Emangnya dunia itu hanya uang dan pakaian? Malah bekerja, fb-an dalam keadaan menelantarkan keluarga...dan seterusnya...adalah cinta dunia yang nyata yang bukan hanya irfan yang mengecamnya, tapi bahkan fikih mengecamnya. 

Kadang ada lelaki yang mengatakan bahwa kalau istrinya tidak melayaninya akan dilaknat malaikat, akan tetapi ia tidak merasa dilaknat seluruh alam ketika bisa tidur dengan nyaman tanpa memenuhi tanggung jawab keluarganya. 

Saya tahu semua itu benar, yakni thaharah, shalat, puasa....dan seterusnya..itu memang harus ketat. Begitu pula seorang istri yang menolak untuk melayani suami akan mendapat laknat dalam tidurnya itu sampai terbangun besok paginya. Akan tetapi, ini hanya separuh saja dari kewajiban- kewajiban fikih itu. Karena lelaki atau seorang muslim, juga masih memiliki kewajiban fikih yang seambrek yang semua itu harus dikerjakan dengan ketat. Mengapa mau mengucap takbir saja waswas tapi kalau membentak istrinya tidak waswas????!!! 

Karena itulah saya sering mengatakan bahwa bawalah kitab fikih itu kemana saja dan baca walau dalam kesempatan yang sedikit tiap kesempatan itu ada. Karena di dalam fikih itu, terdapat uraian terhadap semua kewajiban, baik pribadi, keluarga, sosial, budaya dan politik. Semua ada di fikih. 

Anjuran tertulusku pada antum mas Heri, hadapi dunia ini dengan pemahaman dan perasaan fikih itu. Nanti kalau sudah berhasil meninggalkan semua dosa, maka baru nanti berusaha merasakan peninggal-kan makruh. Kalau sudah, maka nanti akan ana arahkan untuk merasakan peninggal-kan mubah. 

Atau kalau antum mau mengaji ilmunya saja dan tidak mencampurkan rasa dan penerapan, artinya dalam mengkaji irfan antum bisa mengosongkan diri dari pentajallian rasa irfani pada diri antum (yang kukira ada itu, semoga salah), maka ana akan menjawab dengan rinci sesuai dengan keluasan fb ini. Tentu kalau belum saya terangkan di wahdatu al-wujud yang sudah ada. 

Jawaban soalan

Ikhlash secara fikih itu harus profesional. Karena itu, kalau keburukan menimpa kita, maka kita harus melihat secara profesional (sesuai dengan fikih) hingga kita tahu siapa yang salah. Kalau kita yang salah, maka harus taubat dengan cara membenahi dan kalau berhubungan dengan ibadah atau orang lain, maka harus diqadhaa’. Jadi, ikhlash di fikih, bukan menerima yang menimpa, tapi berusaha tidak menyalahi aturan Tuhan yang sudah tertuang di fikih. 

Ikhlash secara irfan, sudah tidak khalash dari dirinya. Khalash yakni sudah selesai dari dirinya sendiri, yakni sudah fanaa’. Jawaban ini tidak akan pernah bisa dipahami kalau tidak disertai penjelasan-penjelasan lain seperti yang sudah diterangkan di wahdatu al-wujud. Jadi, ikhlash di irfan adalah sudah tidak melihat wujud siapapun selain Allah karena selain Allah, hakikatnya tidak ada dan yang terlihat dan yang terjadi hanya berkisar pada esensi saja. Jadi, tidak ada yang terjadi padanya, karena ia tidak ada. Tidak ada yang ia perlu ikhlashkan, karena ia tidak ada. Tidak ada yang perlu ia rasakan, baik sabar atau emosi, karena ia tidak ada. Nah, perasaan-perasaan seperti ini, kalau dilakukan oleh kita-kita yang masih punya maksiat dan dosa, doyan makruh dan apalagi mubah dan karamat serta surga, maka akibatnya.......tidak bisa dibayangkan lagi... Selain kesesatan nyata dan total, tidak ada lagi yang akan bisa kita raih. Na’udzubillah. Wassalam. 

Vito Balataw: Syukron ustadz atas penjelasannya, walau sebenarnya ana malu baca penjelasan ustadz, karena apa yang antum tulis semua ada dalam diri ana, kalau boleh berkata kasar diri ini hanya memikir perut dan di bawah perut semata. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Minggu, 25 November 2018

Suluk Ilallaah = Menyerahkan Kemerasa-wujud- an



Seri tanya jawab HenDy Laisa dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama on Friday, January 4, 2013 at 3:40 pm



HenDy Laisa: 21 Oktober, Salam... Dalam istilah perjalanan spiritual manakah yang lebih tepat dari istilah-istilah berikut: 
  1. Perjalanan Menuju Tuhan... 
  2. Perjalanan Menjadi Tuhan... 
Mohon pencerahannya beserta argumennya kalau bisa... Tafadhal! 

Iyang Samangka: Yang lebih tepat “Perjalanan Menuju Tuhan” dengan bahasa yang lain “Perjalanan Menuju Cahaya” 

HenDy Laisa: Iyang Samangka> Ahsan..argumennya bagaimana? 

Sinar Agama: Salam: Tidak ada yang benar. Argumentasinya ada di catatan-catatan wahdatu al wujud

Abdullah Ndonk Mubarak: Perjalanan menuju Tuhan dan menjadi Tuhan. argumentnya kalau bisa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 

Neo Quisling: Perjalanan manusia paripurna dalam kehidupan ini terdiri dari 4 tahap 
  1. perjalanan dari alam ciptaan MENUJU Allah 
  2. perjalanan dalam Allah 
  3. perjalanan kembali dari Allah menuju ciptaan kali ini bersama Allah 
  4. perjalanan dalam ciptaan bersama Allah 
(Mulla Shadra) 

Rido Al’ Wahid: Menjadi fana. 

Sainichi Maeda: Yang jawaban dari mullah Shadra. Itu yang benar. Atau gampangannya, dalam tubuh kita ada ruh ilahi. Andaikan Allah membolehkan tuhan itu ada banyak, kita bisa jadi tuhan. tapi sayang, qul huwallahu ahad. Tuhan cuma satu. 

Firdaus Said: Kemenjadian padaNya. Atau kepadaNya menjadi. 

Sainichi Maeda: Menjadi Tuhan, kalau Allah mengizinkan loh, tapi mau jadi Tuhan gimana? Nguasain nafsu, egois, emosi, dan sifat-sifat buruk iblis aja tidak bisa, hadeuhhh 

Achmad Badawi: Nabi Musa saja mau melihat saja nggak sanggup, bukit Tursina hancur, Musa pun pingsan, gimana menjadi Tuhan? 

Sainichi Maeda: makanya.... itu karena Allah tidak ngizinin om.... hadeuhh... coba kalo ngijinin.... what ever... we`ll se the GOD... itu cuman keinginan manusia yang haus akan bukti nyata aja kok... bagi yang mengerti hakikat untuk apa manusia diciptakan, tidak perlu sampai melihat.. tau BIODATA Tuhan aja udah cukup... ieuww 

Andi Zulfikar: Salam. Menurut ku yang menyimak pelajaran-pelajaran wahdatul wujud khususnya dari Ustadz SA hf, ya tidak ada yang betul...apalagi menjadi Tuhan? lah dirinya sendiri fana dan yang ada adalah Wajibul Wujud selain itu ya hancur tergilas oleh Wujud yang Satu 

Sainichi Maeda: Belajarlah lebih banyak lagi om.... belajar terus dan terus... nanti juga tau apakah kita pantas menjadi Tuhan APABILA Allah mengizinkan... dan kita juga bisa mikirin gimana caranya jadi Tuhan ( kalau Allah NGIJININ) dengan jiwa yang masih membutuhkan kepada penciptanya... baca yang bener.. diresapi... dan simpulkan dengan akal yang sehat, tanpa egois, tanpa emosi, dan tanpa fanatik. kebenaran itu bersifat universal loh... 

Sainichi Maeda: @ Hendry Laisa... Sebenarnya sama aja.. itu hanya permainan kata saja... intinya... AKU ADALAH TUHAN... (seperti yang di ucapkan Siti Jenar) 

Achmad Badawi: Walau memang seluruh Grand Master Spiritual sepakat dengan diktum: “Siapa nggak rasa, ketemu, ngalami, cium baunya, dia tak akan percaya jika diceritakan hasil perjalanan penyelaman spiritualnya”. Makanya para Grand Master Spiritual menggambarkannya melalui konsep-konsep tertentu, metafor dan lambang-lambang. Mulla Sadhra sendiri mewanti-wanti agar tak boleh menceritakan pengalaman spiritual bagi mereka yang tak memiliki ‘bahan, modal, pengalaman spiritual’. Dalam bukunya Mulyadi Kartanegara ditulis “Rumi tekankan kita untuk menyelam, di ‘kedalaman diri’, sebab menuntut mutiara sejati kehidupan melalui buku dan akal menurut Rumi diibaratkan seperti menimba air laut dengan timba yang kecil, satu kerja yang melelahkan namun tak mendapatkan apa-apa.” 

Sainichi Maeda: Jangan salah ngomong loh.... merasa, ketemu, ngalami, cium baunya or yang lainnya, BUKAN DENGAN JASAD YANG LEMAH INI....!!!! TAPI DENGAN RUH YANG DIHIASI CAHAYA ILAHIYAH... melihat itu bukan pake mata.. tapi penglihatan.. mencium bukan make idung, tapi penciuman, mendengar itu bukan pake kuping, tapi pendengaran, merasa itu bukan pake indra perasa, tapi menggunakan perasaan dan hati yang UNIVERSAL.. sesuai apa yang akan dirasakan.. ingat!!! kebenaran selalu bersifat COMPATIBLE.... 

Sainichi Maeda: Allah itu universal.. untuk siapa saja... jadi jika mau kenal Allah.. kita juga harus berfikir universal... kenali diri kalian, kalian pasti tau Allah itu apa, bagaimana, dimana, siapa..... (benar kata rumi)... merenunglah.. jangan banyak ngegosip....!!! 

Achmad Badawi: Spiritual itu exact-pasti, universal, tak bisa dikarang-karang, khayal halusinasi, atau bohong tertipu delusi. Makanya yang rasa, ketemu, ngalami, cium baunya, dia akan percaya. Sebaliknya yang nggak rasa, ketemu, ngalami, cium baunya, dia tak akan percaya. Hingga Mulla Sadhra pun mewanti-wanti agar tak boleh menceritakan pengalaman spiritual bagi mereka yang tak memiliki ‘bahan, modal, pengalaman spiritual’ - ‘mi’raj ke dimensi- dimensi alam yang lebih tinggi’. 

Sainichi Maeda: Luhft inilah pemikiran yang dibenci oleh Islam golongan yang lain santai aja lah mikirin Tuhan itu. 

Jack Marshal: Kok seperti kejawen? Bisa jelasin gak? 

Sinar Agama: Antum tinggal percaya atau tidak dengan wahdatulwujud (wahdatu al-wujud). Kalau percaya dengan dalil-dalil yang ada, maka berarati tidak ada wujud selainNya. Karena itu, kalau selainNya tidak wujud dan tidak ada, mana bisa “menjadi” atau “menuju”????!!! Menjadi dan Menuju itu adalah kata kerja yang perlu pelaku. Ketika pelakunya tidak ada, lalu siapa dan apa yang mau menjadi dan menuju? 

Jadi, sebagaimana sudah berkali-kali dijelaskan, bahwa suluk itu hanya untuk mengikis habis KEMERASAAN WUJUD hingga dapat merasakan dan melihat ketiadaannya. 

Mungkin antum bertanya, kalau tidak wujud kok bisa merasa dan melihat? Jawabannya, adalah ketiadaan itu bisa berupa tajalli dan bayangan atau wajah. Jadi, yang merasakan ketiadaan wujud itu adalah bayangan wujud atau wajah wujud atau tajalli wujud atau manifestasi wujud, bukan wujud itu sendiri. 

Dengan bahasa ringkas, yang merasa dan melihat ketiadaannya itu adalah esensi, bukan wujud dan eksistensi. 

Kalau kemenjadian padaNya, menjadiNya ...dan seterusnya, adalah pandangan Mutashawwifah atau sok shufi yang tidak memahami perkataan para arif/shufi-hakiki seperti Muhyiddin. Karena itu, mereka meyakini ittihad dan hulul, yakni menyatu denganNya atau disatui olehNya. Ini yang dikatakan menjadiNya dengan menujuNya atau ditujuNya. 

Ammar Dalil Gisting: Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad, yang merasa dan melihat ketiadaannya itu adalah esensi, bukan wujud dan eksistensi. 

HenDy Laisa: Ahsan Kuncinya Wahdatul Wujud. Syukron Ustadz Sinar Agama atas tambahan pengetahuannya. 

Rohman Suparman: “ Tuhan. Andai sayap-sayap mahabbah ini tak mampu menjangkau mihrob- MU. Namun aku tak mesti takut terjatuh karena ruang dan waktu sesungguhnya milikMU. 

Rohman Suparman: “ Tuhan. Imanku tak sekokoh bukit yang berdiri tegak menengadah ke langit. Namun bagai sebutir debu yang akan sirna andai diterpa angin. Biarkan aku menjadi belukar yang tumbuh di atas bukit agar pijakanku tak serapuh butiran debu. 

Achmad Badawi: Tumpullah lisan, Matilah pembahasan! Allohumma sholli ala Muhammad waali Muhammad. 

Firdaus Said: Salam, Ustadz Sinar Agama. Terima kasih atas penjelasannya, kami begitu sangat senang dan bahagia, Ustadz selalu meluangkan waktu untuk selalu memberikan pencerahan pada kami dalam catatan WW Bag. 2 Penjelasan Ustadz : Jadi, perubahan/amal, jalan dan tujuannya, tidak lain adalah wajahNya Dan karena semuanya adalah wajah Wujud, maka manusia, amal, jalan/agama dan tujuannya itu adalah kemenjadian-wujud, bukan wujud yang berbuat dalam wujud, berjalan di atas wujud dan menuju kepada wujud. Tidak demikian. Tetapi semuanya itu tidak lain kecuali kemenjadian-wujud. 

Kemenjadian-wujud, yakni selalu dalam kepengembalian-wujud itu kepada yang berhak dan kepengembalian-wujud, bukan berarti kita memilikinya dan kita kembalikan, bukan tetapi, menyerahkan wujud itu dari “kemerasaan-punya-wujud” kepada yang punya sebenarnya dan karena kita tidak pernah wujud, dan karena yang ada hanyalah merasa punya wujud, maka karena itulah Tuhan mengatakan “KepadaNya menjadi”, bukan “menjadiNya”. Yakni selalu dalam ketiadaan dan ketidak-punyaan-wujud. Artinya, karena Wujud=Allah, maka manusia selalu dalam “kemenjadian padaNya”, bukan “menjadiNya”. Yakni selalu dalam “kepenyerahan wujud” 

Dengan demikian, maka manusia di surga-neraka yang juga sama-sama tidak ada dan sama-sama wajahNya, maka tidak lain manusia itu berubah dari wajah yang satu menjadi yang lainnya, yakni dari kewajahannya sebagai manusia menjadi wajah lain yang disebut dengan surga-neraka itu dimana surga sebagai wajah dari RidhaNya dan neraka dari MurkaNya, mohon maaf jika kami salah memahami tulisan Ustadz. 

Sinar Agama: Hendi: Itu bukan tambahan, tapi sangat pengulangan dari catatan-catatan yang telah lalu. 

Sinar Agama: Firdaus: Sudah benar yang antum pahami sekarang ini. Jadi, perjalanan itu hanya perjalanan dalam khayalan, bukan yang sesungguhnya. Yakni dari khayalan memiliki wujud kepada menyerahkan wujud. Dikatakan khayal karena kita yang merasa wujud, bukan pemilik wujud yang sebenarnya. Jadi, suluk itu hanya untuk menyadarkan khayalan yang salah tersebut. Karena itu, dalam penjelasannya juga sering dikatakan seperti yang dinukil antum itu, yaitu “kepada Tuhan menjadi” sebagaimana Tuhan sendiri mengatakan hal itu di ayatNya sebagaimana maklum (QS: 3: 28). 

Jadi, perjalanan itu hanya dari esensi ke esensi. Yakni dari esensi yang merasa memiliki wujud ke esensi yang mengimani bahwa ia tidak punya wujud dan menyerahkan khayalannya atau kemerasa-wujudannya itu kepada yang memilikinya secara hakiki. Padahal, tidak ada yang diserahkan oleh esensi itu karena ia memang tidak wujud. 

Bande Husein Kalisatti: Bagaimana cara membunuh kemerasaanwujud Ustadz Sinar Agama? Afwan. 

Sinar Agama: Bande: Kan sudah sering diterangkan bahwa untuk menggempur kemerasaanwujud itu dimulai dari mengempur diri dari menentang Tuhan. Karena itu belajarlah dengan benar akidah dan fikih dan amalkan hingga tidak ada kesalahan lagi dan tidak ada dosa lagi. Ketika kita sudah lepas dari semua dosa, gempurlah diri kita itu di tingkatan berikutnya, yaitu meninggalkan makruh. Meninggalkan dosa dan makruh ini, mesti dengan hati dan badan. Jadi, hati membencinya dan badan menjauhinya. 

Ketika sudah tidak melakukan dosa dan makruh, maka barulah belajar menghilangkan hal-hal yang lebih kecil dalam mempertahankan kemerasa beradaan wujud itu, yaitu menyukai yang halal. Jadi, yang halal ini memang boleh dimakan dan pakai, tapi tidak boleh dengan rasa suka. Karena suka, akan menebalkan kemerasa beradaannya. Jadi, lakukan yang halal tapi tidak dengan rasa suka, terlebih terikat kepadanya. 

Sebenarnya, sejak dari berusaha meninggalkan kesukaan kepada yang halal inilah, suluk itu dimulai, Karena itu, ayatullaht Jawodi Omuli hf mengatakan bahwa orang yang masih menyukai yang makruh, walau ia sudah meninggalkan dosa sama sekali, jangankan menjadi pesuluk, menjadi murid pesuluk saja tidak mungkin. Di tempat lain mengatakan bahwa orang yang masih menyukai yang mubah, ia tidak akan pernah jadi pesuluk. 

Ketika sudah meninggalkan yang mubah dengan hatinya (tidak dengan badannya), maka ia sudah mulai akan bersentuhan dengan alam ghaib, kasyaf dan karamah. Nah, untuk menggempur kemerasaberadaaannnya itu, ia harus meninggalkan rasa sukanya kepada yang ajib-ajib dan yang hebat-hebat itu, seperti kasyaf dan semacamnya itu. 

Setelah ia meninggalkan semua itu dengan hatinya, maka ia akan melihat surga atau lauhu al- mahfuzh. Tapi ia tidak boleh menyukainya. Begitulah sampai ke Akal-satu. Dan ia tetap tidak boleh meyukai apapun selain Allah. Ketika itulah ia fana. Dan ia tidak boleh menyukai fana’nya karena itu ia akan fana’ dalam fana’. 

Ketika seseorang sampai ke tingkatan fana’ di dalam fana’ inilah maka ia baru bisa melepaskan wujud itu, yakni melepaskan kemerasaanwujud tersebut. 

Praktik rincinya bisa merujuk ke catatan “Suluk Ilallaah” yang baru dua seri (kuingat) dimana ia akan berlanjut dengan ijinNya. 

Edewan Abdul Majid: Dalam suatu peribadatan, itu ada namanya toleran, terutama kondisi dan keadaan yang tidak memungkinkan, ibadahpun tanpa materi itu enggak jalan, sekarang ini patokannya menjadi di persempit oleh kaidah-kaidah yang sifatnya keadaan yang mendukung, sementara dalam keadaan seperti ini apakah itu menjadi suatu permaslahan?, jika di bandingkan menjual kepiting dan menjual riba, mana yang lebih afdol?. 

Bande Husein Kalisatti: Iya Ustadz, syukron, antum sering menjelaskan, tapi ana ingin dijelasin lagi maklum murid bandel dan bebal he he... 

Edewan Abdul Majid: Makruh dan haram telah di jual manusia, mana yang lebih baik?. 

Edewan Abdul Majid: Atas dasar apa makan dan memelihara kepiting untuk demi seuap nasi itu haram? Kenapa yang berkerja di perbankan dengan potensi RIBA gila-gilaan tidak diharamkan? Kalau kamu berani haramkan yang kerja di bank, aku akan haramkan penjualan dan makan kepiting. 

Firdaus Said: Ya. Ilahi setiap kita mengulangi membaca cattan WW dari penjelasan Ustadz, semakin kuat keinginan untuk membakar habis diri ini, - tapi tidak semudah membakar kayu bakar kemerasaanmemiliki diri inilah sebagai sumber segala musibah dalam hidup akal ini telah mengetahui ke Wahdatul Wujud, tapi selalu saja dalam kehidupan sehari-hari kemerasaanwujud begitu kuat. 

HenDy Laisa: Ustadz Sinar Agama> Terimakasih atas pengulangan penjelasannya. 

Sainichi Maeda: Membahas wahdatul wujud atau yang lainnya yang berhubungan dan sesuai dengan marja` kalian masing-masing tapi ingat, lapisan alam berbeda beda. alam nasud (alam fisik) alam malakut (metafisik) alam jabarut (bahkan lebih luas dari metafisik) alam lahud (alam ketuhanan) dan Allah itu berada di alam yang lebih tinggi dari alam lahud boro-boro mau membahas tahu biodata Allah secara detail aja sudah merupakan karunia luar biasa ingat mas, om, Ustadz, pak atau siapalah Allah itu Tuhan semesta alam untuk siapa saja kalau mau menjadi orang yang bisa mempersatukan umat yang udah terpecah belah begini, berfikirlah dengan satu pemikiran yang mewakili segala cara berfikir seluruh umat di alam semesta kalau kalian pantas berarti kalian mampu menjadi pemimpin kalau tidak cukup sudah jangan bikin bingung kalangan- kalangan yang tak mampu (namun merasa mampu) untuk berfikir tentang Tuhan, eksistensi Tuhan, esistensi Tuhan, tentang epistimologi tentang ontologi atau ilmu yang lainnya cukup! biarkan imam mahdi (al-muntazhar) yang akan menjelaskan kepada kita semua. 

Gak usah banyak tingkah anda sekalian bukanlah bagian dari para marja`iyah atau sulukiyah atau yang lainnya. kalian bukan rahbar ingat Allah nggak suka orang-orang yang sok-sok-an islam tidak pernah roboh islam tidak pernah runtuh islam tidak pernah hancur jadi buang jauh-jauh pemikiran untuk menegakkan agama islam pemikiran untuk menjaga islam dan pemikiran-pemikiran yang lainnya kalian kan tidak mendapatkan Surat Mandat Kerja dari Allah untuk melakukan itu semua. dan yang udah dapet itu ada jadi kembalilah kepada yang udah dapet minta penjelasan melaluinya agar tidak kesasar pemikiran dan otaknya ala kulli hal Allah itu Tuhan untuk siapa saja dan apa bila akal kalian mampu mencerna perkataan siti jenar ( AKU ADALAH Tuhan ), berarti kalian sudah melewati tahap yang amat sangat jarang sekali orang mampu melewati tahap ini (aku adalah tuhan) by: siti jenar 

Sinar Agama: Edewan: Kalau antum sering membaca tulisanku dimana itu memang tidak wajib, maka antum pasti akan tahu bahwa Islam itu mengharamkan riba dan Begitu pula yang kerja di bank riba itu. dalam riwayat dari jalur Ahlulbait as, riba itu dibagi menjadi 60 bagian dimana dosa paling kecilnya, sama dengan zina dengan ibu sendiri di dalam ka’bah. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad 

Sinar Agama: Muchammad Husain (Sainichi Maeda): 

1- Kita sudah membahas hal-hal wahdatulwujud ini sekitar dua tahun. Kalau antum ada masa- lah, silahkan simak dulu tulisan-tulisan itu (16 seri) dan baru ngamuk-ngamuk disini. Kita tidak masalah antum mau mengamuk dan larang ini larang itu, tapi setelah membaca semua tulisan-tulisan itu. Tentu saja, setelah membaca catatan “Suluk Ilallah” yang baru 2 seri dari sekitar mungkin 75 seri. 

2- Ilmu irfan dan wahdatulwujud itu adalah ilmu argumentasi. Tentu saja, sebelum Mullah Shadra ra, sulit diargumentasi-i dan hanya mengandalkan kasyaf. Karena itu, mungkin antum lambat mendengar ini hingga menganggap bahwa mengerti wahdatulwujud atau hal-hal makrifatullah yang di atas filsafat itu adalah ilmu yang luar biasa. Memang, sesuai dengan palajaran kami di hauzah, untuk mengerti irfan ini harus belajar sampai sekitar 30-35 tahun (lihat kurikulum hauzah). 

Kami sudah memperlajari itu dengan ijinNya dibawah bimbingan para arif yang diwariskan Islam kepada kita. Itu kalau hanya masalah ilmunya. Lah, antum di sini ngamuk-ngamuk dan mengatakan kami-kami ini sok ini dan itu, dengan dasar apa? Bukankah antum ini yang sok ini dan itu, sok menstempel orang lain dengan sok, sok menasihati dengan tidak tahu lapangannya dan seterusnya. Afwan ana hanya mengimbangi tulisan antum. Jadi, jangan sakit hati.

3- Islam tidak pernah roboh hingga tidak perlu meniatkan diri untuk menegakkan Islam, kata-kata ini, tidak lain kata-kata para imperialis yang menipu muslimin dan kata-kata muslimin yang tertipu imperialis yang biasanya dikejawantahkan oleh orang-orang yang anti wilayatulfakih- mutlak. 

Allah Agung, Islam tidak pernah jatuh dan tetap nomor satu dan seterusnya tidak ada hubu- ngannya dengan kita. Allah Agung itu adalah Allah, tapi kita apa? Agama Islam itu tidak pernah roboh itu milik Islam, tapi kita apa? 

Allah Agung dan Islam Tidak Pernah Jatuh, itu urusan Tuhan dan Islam, bukan urusan kita. Urusan dan kewajiban kita adalah meninggikan diri kita dan menegakkan Islam. Yakni menegakkan Islam pada diri kita, keluarga kita dan sosial kita. Islam Agung itu adalah pada tempatnya. Tapi kita harus mengagungkan diri dengan Islam itu adalah tempat lain dan urusan lain. Nah, kita harus menegakkan Islam pada diri, keluarga dan sosial kita itulah yang diwajibkan agama dan akal serta merupakan kewajiban kita semua. 

Jadi, kita tidak boleh mengkhayal menegakkan Islam, karena ia bukan khayalan, akan tetapi karena ia merupakan kewajiban yang nyata. 

4- “Bukan marja’ dan bukan mandat” yang antum katakan, merupakan kata-kata usang para imperialis yang antum ulang lagi. Lah, antum kok tahu ada mandat-mandatan itu? Lah antum kok tahu bahwa kemandatan dan kemarjaa’an itu mengharamkan orang lain menjabarkan Islam? 

Lucu amat. Karena para marja’ yang bersusah payah menjelaskan Islam kepada murid- muridnya, begitu pula para pesuluk, selalu dan selalu, mewajibkan murid-muridnya untuk menyebarkan Islam ini. Yakni dengan argumentasi dan dalil serta kesabaran dan aplikasi. 

Loh kok tahu-tahu antum muncul dan mengatai kita orang-orang sok-sokan dan melarang kita melakukan diskusi-diskusi ini karena tidak punya mandat. Emangnya antum punya mandat untuk malarang ini. Atau, apakah antum punya dalil dari para marja’ dan pesuluk yang melarang kita berdiskusi agama ini? 

5- Mengembalikan masalah-masalah kepada imam Mahdi as. adalah langkah terakhir antum hingga tidak bertakiah lagi kepada kita. Karena seruan itu, memang seruan yang dimintai para orang-orang putus asa dan memang selalu yang dihembus-hembuskan para imperialis ketika ingin menjinakkan orang-orang Syi’ah dimana untuk menjinakkan orang-orang Sunni dengan cara lain, seperti mencipta Jama’ah Tabligh (yang ajaran intinya adalah melarang jihad dengan pedang kalau jihad nafsu belum selesai. Lah jihad nafsu itu kan tidak pernah selesai kecuali dengan ajal menjemput kita?). Banyak lagu-lagu syaithan yang diluncurkan oleh para imperialis itu hingga sekarang, untuk menjajah kita, apakah buminya, politiknya, harga bangsanya, ekonominya, militernya, pendidikannya dan seterusnya. 

Penutup: Ketika kata-kata favorit yang disukai “Aku adalah Tuhan”, dan komentar antum disini juga disebut sebagai suatu maqam, itu tandanya antum ketinggalan jauh dari pembahasan kita. Karena kata-kata itu adalah kata-kata sesat dan di luar Islam. Karena itu, kalau ada waktu ada baiknya kalau menelurusi catatan wahdatulwujudku yang sudah 16 seri itu. Wassalam. 

Ammar Dalil Gisting: M. Husain@: Antum itu tidak tahu bahwa sesungguhnya berkah kerja beliau yang tak kenal lelah itu dalam membimbing siapa saja yang mau, banyak sudah manfaat yang kami proleh dari tulisan-tulisan beliau (SA). Sehingga kami yang awam ini menjadi banyak tahu tentang apa dan bagaimana ilmu itu harus dipelajari, dipahami dan diresapi hingga akhirnya teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. 

Dan alhamdulillah dengan melalui catatan-catatan beliau (SA) kami bisa selamat dari perangkap para impelarialis yang menghendaki umat Islam selalu dalam kejumudan. 

Kami yang awam saja mampu memahami apa-apa yang beliau tulis dalam catatan-catatannya apalagi yang bukan awam? Kami tahu dan mengenal siapa beliau, biarkan manusia untuk mncari dan menggali ilmu tanpa harus didikte-dikte? 

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa äli Muhammad wa ‘ajjil farajahum!

MukElho Jauh: Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa Ali Muhammad

Bande Husein Kalisatti: @Muhammad husein, “Ngomong opo?” 

Zaranggi Kafir: Hehehe Edewan ngaku sering baca catatan Ustadz Sinar Agama tapi bacanya kecepetan kalee. Muchammad Husain ngamuk-ngamuk karena apa yee? Ane juga kagak ngarti dengan omongannye hehehehe 

Sainichi Maeda (Muchammad Husain): Waduuhh parah sumpah aku tidak ngatain ustadz kalian tapi ku hanya mengingatkan kalian SEMUA tanpa terkecuali termasuk diriku sendiri mau siapa kek, ustadz kek, kiyai kek, ulama kek, tetek bengek kek semuanya manusia biasa tidak ada yang di jamin kema`shumannya cuman imam Mahdi yang pantas untuk kita beri pertanyaan yang bikin otak kalian ruwet ini ilmu bolehlah banyak, gelar boleh lah tinggi, pengalaman boleh lah luas, tapi kalau itu sesat or salah or ngebingungin orang lain or malah bikin madlorot or apalah gimana coba? songong amat ngerasa dirinya paling-paling lu sapanya Tuhan hah? Sapa nya islam coba? cuman umatnya nabi Muhammad aja belagu wong nabi aja tidak ngajarin tuk jadi orang belagu umatnya nabi lain kali ya tapi ngaku jadi umatnya nabi Muhammad heemm butuh penjelasan ekstra memang wat orang-orang yang tinggi hati dan cara berfikirnya biarin imam Mahdi ajalah yang ngejelasin ntar lu lu pada bilang gue songong juga lagi hadeuuhhh 

Sainichi Maeda: (Muchammad Husain): @ Sinar Agama: beuuh parah dah Siti Jenar emang dijauhi ama wali songo tapi bukan berarti dia sesat dong!! antum aja yang tidak ngerti secara terperinci maksud Siti Jenar ngomong itu apa. Siti Jenar awalnya bagian dari wali songo, tapi karena cara berfikirnya terlalu ekstrem maka wali songo memilih untuk melepas Siti Jenar dari wali songo karena cara penyebaran islam yang digunakan walisongo adalah lemah lembut karena otak orang Indonesia itu otaknya budak kalau tidak dipukul, dibentak, dicaci, dikerasi, dan lainnya ga bakal ngerti. jadi kasian deh nih ya kalau emang buku antum itu baik benar mudah dipahami memberikan suatu pencerahan yang mana para pembaca tidak bakal nemuin di buku lain waduuhh udah best seller dan go internasional lah emang buku antum udah segitu tingkatnya? Buku antum dah ngelebihin tingkat nahjul balaghah ta? Kok sampe di bangga-banggain gitu? maaf kalau terlalu kasar coz gue makhluk kasar kalau makhluk halus tidak bakal punya facebook and bisa comment begini 

Sainichi Maeda (Muchammad Husain): @ Sinar Agama : (lagi) bukannya gue make pemikiran imperialis atau apalah memang kita butuh guru memang kita butuh yang lainnya untuk mengetahui apa yang kita belum ketahui tapi guru yang seperti apa? imam Khomeini nyuruh kita untuk bertanya kepada imam ali Khomenei setelah beliau tapi, coba baca berita-berita tentang masalah politik di IRAN rahbar sendiri dimusuhin oleh kalangan yang mengaku umat Nabi yang mengaku lebih pantas menerima dari pada rahbar (Ali Khomenei) apa itu yang kalian andalkan? apa orang- orang yang berguru pada orang yang salah yang anda andalkan? Nabi aja memerintahkan setiap umatnya membaiat Ali bin Abi Thalib bahkan baiat itu masuk kedalam syahadat yang mana malah menjadi syarat di hari akhir kelak saudaraku sekalian hidup itu cuman sebentar di jalan banyak ranjau jangan salah menginjak gara-gara kita mengandalkan ego, fanatism, emosi dan sebagainya setiap manusia memiliki sesuatu, dan segala sesuatu yang dimiliki manusia, sekecil apapun itu pasti akan dimintai pertanggung jawaban gue lupa dalilnya sebab dah lama tidak buka kitab-kitab enakan baca Qur'an tapi sayang, tafsiran ala khalifatuna maulana ’Ali bin Abi Thalib tidak ada coba ada mantap pastinya 

Zaranggi Kafir: Hehehehe jelas ente ntuh anti wilayatul faqih Muchammad Husain, ane kagak pinter-pinter amat ye tapi ane paham dikit ente ntuh berusaha mendiskreditkan Ustadz Sinar Agama yang telah banyak memberi pencerahan kepada kami-kami yang memang bodoh ini hehehe 

Coba baca aje ntuh komen Ustadz yang ane rasa mudah dipahami, gamblang en argumentatif serta masuk akal hehehe. Untuk Ustadz Sinar Agama yang ane kagumi, sabar aje Tadz hadapi orang model gitu, seperti biasa pasti Ustadz bisa patahkan argumen orang ntuh dan ane seribu persen dukung Ustadz hehehehe. 

Grey Landau: Ana al Haq ! 

Zaranggi Kafir: @much Husain, ente blom tau sedang berhadapan dengan siape, saran ane baca- baca aje dulu catatan wahdatu al wujud dari Ustadz Sinar sebelom ente ngoceh ngalor ngidul, kagak ada salahnye ente baca kan?hehehe 

Kalau ente anti pilsapat kagak perlu ente ngomong kayak gini sekali lagi ane yang fakir dan masih belajar cuma bisa omong yee ente kagak tau keilmuan Ustadz Sinar jadi gak usah merasa selepel ame beliau dalam diskusi ilmu afwan Ustadz Sinar kalau ane kelihatan agak gerah dengan omongannye si Much Husain ini ke antum, hehehe 

Sainichi Maeda (Muchammad Husain): So what gitu whatever see the truth huh 

HenDy Laisa: Muchammad Husain> Diskusilah dengan argumen jangan pakai emosi 

Mencari Guru: Engkau adalah “aku” andaikan bukan karena kemakhlukanku engkau tidak akan ada 

HenDy Laisa: Mungkin dengan kita membaca ulasan Ustadz Sinar Agama dalam catatan wahdatul wujud kita akan bisa memahami masalah postingan di atas 

Fitrah Zahra: Makanya jangan berandai andai hehehehe 

Zaranggi Kafir: Hehehe Muchammad Husain ente kehabisan amunisi argumen ye 

Ammar Dalil Gisting: Akhina Zaranggi, Sabar saja, Kita memang butuh orang-orang seperti M.Husain, Dunia butuh orang-orang semacam dia? Agar DUNIA tahu akan kecemerlangan ajaran kebenaran yang diemban orang-orang benar. 

Karna memang kebenaran perlu dibenturkan/digosok agar ketahuan aslinya, Anggap saja batu asah yang digunakan untuk megosok benda tajam, akan semakin tajam bila sering digosok, sementara batu asahnya sendri akan mengalami penipisan/gerang yang akhirnya patah dengan sndirinya. Buktikan saja nanti ! 

HenDy Laisa: Ammar Dalil Gisting> Ahsantum akhi, bagusnya jika dalam koridor diskusi yang benar sehingga kita-kita yang awam bisa memilah dan tercerahkan 

Wirat Djoko Asmoro: Aku datang dari Allah dan akan pergi kepada Allah,(sufi) 

Yuli Karel: Perjalanan mencari Tuhan hen 

Sinar Agama: M Husain (Sainichi Maeda): 

  1. Kalau imam Mahdi as yang perlu diikuti dan yang lain harus dijauhi, maka kamu harus dijauhi. 
  2. Bingung itu banyak modelnya. Ada yang karena tidak mudeng (tidak ngerti masalah) atau tidak paham, maka ini namanya harus belajar. Kalau orang tidak pernah sekolah kedokteran lalu membaca tulisan dokter dan membingungkan, maka bukan berarti yang ditulis dokter itu menjadi mudharat. Tapi yang baca itu harus sekolah dulu. 
  3. Yang ruwet itu adalah orang yang hanya bisa membuat dakwa tanpa argumen sedikitpun. yang kamu bingungi itu apa. 
  4. Kalau yang bukan makshum tidak terjamin, terus yang menjaminmu itu apa? Karena itulah, kalau kamu tetap tidak memakai argumen dalam permasalahan yang dibahas, maka kamu selamanya akan tetap tidak terjamin. tapi kalau menggunakan akal dan argumen yang diberi Tuhan, maka kamu akan keluar dari kebingunganmu itu dan akan masuk ke dalam keyakinan. 
  5. Kalau hanya makshum yang terjamin, maka buat apa makshumin mengajar yang tidak makshum? Toh nanti yang akan dipahami yang tidak makshum itu kan tidak terjamin juga? Karena itulah, para makshum as itu mengajar kita argumentasi supaya kita paham yang diajarkan mereka. Ketika para makshum as itu diutus Tuhan mengajar yang tidak makshum, artinya bahwa kita-kita ini bisa memahami dalil-dalil yang makshum itu hingga mencapai kebenaran yang makshum. Yaitu dengan dalil gamblang. Karena itu dalil gamblang itu menempati derajat ke dua setelah makshum. Masalah satu tambah satu sama dengan dua itu tidak makshum? Begitu pula tentang memahami agama ini. Tentu kalau kamu mau belajar. Kalau kamu belajar, maka kamu tidak akan jualan dakwaan tapi akan jualan argumen.
  6. Tentang Siti Jenar itu mah terserah kepada hakikatnya saja. Karena sejarah yang kita tahu sekarang itu, belum tentu benar penukilannya. Bisa saja “Aku adalah Tuhan” itu tidak pernah dikatakan siti Jenar. Tapi kalau dikatakan maka Siti Jenar benar-benar salah. Karena “aku” adalah “esensi”, bukan “wujud/eksistensi”. Lalu kalau demikian halnya, maka kapan esensi bisa menjadi eksistensi. Kan kalau mengatakan “Aku adalah Tuhan”, sama dengan mengatakan “Aku adalah wujud” atau “Esensi adalah eksistensi”? 
  7. Kalau masalah best seller itu mah urusan pasar. Yang kumaksud adalah bacalah tulisanku yang justru gratis di fb ini. Bandingin tulisan kok dengan Nahjul balaghah? Kitab itu sudah ratusan ribu dicetak atau sudah jutaan. Bagaimana bisa menyainiginya? Dan kalau ada kitab yang tidak bisa menyainginya, apakah berarti kitab itu salah? Kalau Begitu tulisanmu di fb ini jelas salah donk, karena bukan hanya tidak bisa menyaingi Nahju al-Balaghah, tapi justru tidak ada pembelinya sama sekali. 
  8. Ketika imam Khumaini ra mengusulkan Rahbar hf menjadi pemimpin Iran, lalu usulan itu disetujui oleh majlis Khubregon (para ahli) yang menetapkan pemimpin tertinggi Iran, maka beliau hf menjadi pemimpin Iran. Akan tetapi, bukan makna dari usulan imam Khumaini ra itu adalah melarang umat belajar ke orang lain. Kalau tidak boleh belajar ke orang lain, maka antum selama ini belajar ke siapa? Dan kalau belajar ke Rahbar hf, maka mana kata Rahbar yang melarang umat untuk belajar ke selain beliau hf? 
Antum ini persis seperti pencuri teriak pencuri. Karena antum menyuruh kami kepada sesuatu yang antum sendiri melanggarnya. Karena antum tidak memakai satu patahpun kata-kata Rahbar hf. Sementara kami yang sudah belajar ke Rahbar hf dengan berpedoman kepada fatwa-fatwanya dan belajar ke orang-orang yang menaati beliau hf di hauzah yang dipimpin oleh beliau hf sendiri (karena ketua hauzah untuk orang-orang luar negeri itu dipilih beliau hf sendiri). 

Betul juga kata-kata antum itu. Ketika belajar ke guru yang tidak jelas juntrungannya (asal dan tujuannya) seperti antum ini, maka akan sesat dan menyesatkan. Karena itu, maka belajarlah kepada yang nyambung ke Rahbar hf dengan bukti yang nyata dan argumen yang jelas, supaya antum selamat. 

Lagi pula, dalam Syi’ah, kalau akidah, tidak cukup dengan taqlid kepada siapapun, sekalipun kepada kenjeng Nabi saww sekalipun karena kalau hal itu terjadi, Tuhan mengatakan dalam Qur'anNya, bahwa ia masih ikut-ikutan dan belum beriman secara hakiki (QS: 49: 14). Wassalam. 

Ammar Dalil Gisting: Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad wa ‘ajjil farajahum wa ahlik a’da-ahum ! 

Sainichi Maeda: (Muchammad Husain): Berfikirlah secara objektif, sebab Nabi dah tidak ada, mentang-mentang gue yang bilang, omongan gue lu sepelein? Beuuhhh, ya udah lah, gue mengalah aja tapi untuk menang. 

Sainichi Maeda: (Muchammad Husain): Gue tidak ikutan lagi dah, iya aja dahh. 

Sinar Agama: M Husain (Sainichi Maeda): Semoga Tuhan menunjukimu dengan apa-apa yang kamu katakan sendiri. Karena yang kamu katakan itu, tidak ada yang mengena kepada kami dan benar-benar hanya mengena pada dirimu sendiri. Semoga kamu terlindungi dari sejarah dan pengalaman yang tidak baik dari orang-orang yang mendahuluimu. Ana mendoakanmu setulus hati. Dan kalau nanti ada kesempatan, coba-coba lihat tulisan-tulisanku dan kalau ada apa saja yang tidak kamu pahami darinya atau dari tempat lain, maka silahkan tanyakan dan diskusikan. 

Tapi kebiasaan kami, selalu pakai dalil dan tidak pakai dakwaan murni. Karena dakwaan murni tidak diajarkan oleh agama apapun. Karena itu para Nabi as, selalu mengajarkan umatnya untuk berargumen dalam kebenaran mereka dan tidak ada yang mengajarkan hardik menghardik. 

Aku tidak menjamin bisa menjawab pertanyaanmu walau sudah puluhan tahun belajar di hauzah, karena ilmu itu tidak ada batasnya. Tapi setidaknya, aku bisa mencobanya untuk membantumu. Itu kalau kamu mau tentunya. Wassalam. 

Sainichi Maeda: (Muchammad Husain): amieennn, ya, gue pikir-pikir lagi, bokap gue juga ngingetin gitu kok. dia yang ngajarin gue tentang semuanya, tapi yang gue serap dari ilmunya tidak nyampe 20 persen, masih banyak lagi, satu-satunya keinginan yang belum kesampean olehnya adalah berangkat ke IRAN, ketemu ama rahbar Ali Khomenei, ziarah ke makam para imam a.s, imam Khomeini, and final anak-anaknya pada nerima semua ilmu yang dia punya, gue emang agak kasar, tapi bokap gue tidak kok, peace, love and respect, salute to our prophet Muhammad and his families. 

Sukaenah Azzahro: Kenapa M Husein ganti nama menjadi SAINICHI MAEDA? dari sering-sering ganti nama saja kita sudah tahu kalau orang ini gak jelas, yang keluarpun (argumen) nya gak jelas. seperti orang gak lulus SMU (maaf). Saya menasihati antum dan diri saya sendiri. supaya antum lebih merendahkan hati untuk belajar, membuang sifat sombong, dan lain-lain. 

Sastro Widjoyo: @sainichi. Sebelum komentar harusnya ukur dulu seberapa ilmu yang engkau telah serap, beliau Sinar Agama itu sudah merelakan waktunya belajar sampe sekarang untuk mencari ilmu di hauzah, biarpun aku ini belum ketemu beliau, dari catatan atau rekaman pelajaranya, beliaulah yang paling kuat dalam argumenya, beda sama orang-orang baru mengenal sy’iah terus bikin yayasan/organisasi yang ujung-ujungnya nyari duit. Biar dapat sumbangan pasang plang besar deh pasti dapat sumbangan, emang bokap mu siapa? Orang Syi’ah kah? atau orang Sunni? Kalau bokapmu orang Syi’ah pasti kenal sama Ustadz S.A? 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Minggu, 05 Agustus 2018

Wahdatu Al-Wujud (Bagian: 14)




by Sinar Agama (Notes) on Saturday, February 19, 2011 at 1:08 am


Abdul Azis Baeha: Assalamualaikum, Hamdalah Wa Shalawat. Semoga Ustad tetap dan selalu dalam keRidhaan Allah SWT...Izinkan ana bertanya Ustad tentang hakikat Ajaran Takwini dan pengaruhnya dalam ibadah kita keseharian...... 

Pertanyaan ana ini terilhami dari cerita anak ana yang baru duduk di kelas III SD, tentang perjalanan antara Nabi Allah Idris AS dan Nabi Allah Musa AS yang mengisahkan pembunuhan anak kecil karena diketahui akan durhaka kepada ke 2 orang tuanya kelak, pembocoran perahu seorang nelayan yang akan dicuri orang kelak, dan perbaikan dinding rumah di sebuah desa orang-orang sombong yang menyimpan harta karun di bawahnya. 

Dalam kisah ini tentu kesimpulan setiap orang akan berbeda sebagaimana kadar ilmu yang diperolehnya. Akibatnya anak saya yang masih kelas III itu menjadiakn Nabi Musa dalam posisi bodoh dan tidak tahu apa-apa tentang kejadian masa depan sebagaimana pengatahuan Nabi Idris. 

Demikian Ustad sementara ini, Syukron, Wassalam, Wa Shalawat. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

1. Peristiwa itu, antara nabi Musa as. dan nabi Khidhr as. 

2. Sudah berkali-kali saya terangkan di tulisan-tulisan sebelumnya bahwa Perjalanan Suluk itu ada 4 tingkatan: Dari Makhluq ke Khaliq; Dari Khaliq ke Khaliq; Dari Khaliq ke Makhluq Bersama Khaliq; Dari Makhluq ke Khaliq bersama Makhluq. 

3. Sudah diterangkan pula bahwa yang sudah menyelesaikan perjalanan 3, adalah terminal akhir untuk mencapai derajat 4 yang diistilahkan pula dengan Maqam Kenabian. Karena maqam 4 itu adalah maqam mengajak makhluk lain kepadaNya. 

4. Untuk mencapai derajat kenabian itu, tidak disyarati dengan apapun kecuali suluk dan amal serta makrifat. Jadi, lelaki atau perempuan, sebelum kenabian nabi Muhammad saww atau setelahnya, tua atau muda, tanpan atau tidak, cantik atau tidak, kaya atau miskin, dari keturunan yang baik atau tidak, punya keluarga baik atau tidak....dst, tidak mempengaruhi capaian suluk dan derajat-derajatnya. 

5. Tidak semua yang sampai ke derajat kenabian itu pasti diangkat menjadi nabi atau rasul. Karena maqam kenabian itu adalah maqam ikhtiari yang dicapai oleh manusia secara pribadi. Sementara pangkat kenabian atau kerasulan adalah maqam sosial dan dakwah untuk mengajak manusia kepadaNya dimana sudah tentu diharapkan keberhasilannya dimana pasti menuntut metodologi, cara-ara, alat-alat dan syarat-syarat yang standart. Karena itu maka untuk maqam kerasulan ini, tidak cukup ketinggian derajat seseorang secara pribadi. Tapi diperlukan syarat-syarat lainnya seperti badani, keluarga dan sosialnya. Tentu saja kenabian dan kerasulan yang diangkat Tuhan ini adalah yang mengajak manusia kepadaNya dengan formal. Sementara yang tidak diangkat menjadi rasul/nabi formal, ia tetap memiliki derajat kenabian itu dan tetap wajib mengajak manusia kepadaNya dengan cara-cara kasyaf/ ilham/wahyu-ilmu yang ia dapatkan, tapi bukan dengan wahyu syariat. 

6. Jadi maqam kenabian adalah hasil ikhtiar manusia, tapi pangkat kenabian dan kerasulan yang bermakna utusan Tuhan untuk mengajak manusia secara formal itu, adalah pemberian Tuhan. 

7. Orang yang sangat tinggi derajat suluknya, secara pribadi, kalau tidak memiliki syarat-syarat lainnya, seperti badannya standart, keluarganya juga demikian, dari keturunan yang juga standart, tidak pernah salah sebelumnya....dst, maka tidak mungkin diangkat menjadi rasul utusan yang formal. Karena kalau dijadikan, maka ia bukan saja tidak akan berhasil dalam dakwahnya, tapi akan membuat manusia mengejeknya, menertawakannya dan semacamnya, sekalipun dengan ketidakadilan, karena masalah-masalah badani tidak berhubungan dengan akhlak atau karena masalah-masalah yang tidak menyangkut dirinya secara langsung (seperti keluarga, orang tua...dan seterusnya). 

8. Ketidakpengangkatan Tuhan seorang yang tinggi secara pribadi untuk menjadi rasul itu, bukan didasarkan kepada ke-Adilan-Nya. Karena dari timbangan keadilan, yang menjadi tolok ukurnya adalah setiap individu dan akhlaknya atau nilainya sendiri secara langsung, bukan badani atau keluarga dan lingkungannya. Karena itu Tuhan berhak mengazab orang yang tidak menaati atau yang mencela rasul yang cacat badannya atau keluarganya. Karena hal- hal itu tidak menyangkut nilai dan syariat. Akan tetapi Luthf-Nya, atau ke-Lembutan-Nya atau Kasih Sayang dan RahimNya, tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Artinya sudah pasti dari tinjuan ke dua itu, Tuhan akan menghindarkan manusia dari yang mempermudah memaksukkannya ke neraka, dan akan mempermudah untuk memasukkannya ke dalam surga. Karena itu tidak mungkin pesuluk hebat yang cacat badannya, pernah berbuat salah sebelumnya, cacat keluarganya...dan seterusnya, tidak akan pernah diangkat menjadi utusan formalNya, sekalipun tetap merupakan utusan tidak formalNya. 

9. Setiap yang sampai ke derajat kenabian (Perjalanan 4, bukan formalnya), bahkan derajat Perjalanan Ke Tiga-pun, secara umum, adalah sama ilmu dalam hal-hal yang berhubungan dengan makhluk dan rahasia-rahasianya, begitu pula tentang nilai-nilai dan akhlak serta syariatnya. Misalnya mereka sama-sama tahu mengapa pohon itu seperti itu, syariat itu seperti itu, shalat itu seperti itu, manusia itu seperti itu... dan seterusnya. 

10. Perbedaan yang bisa digambarkan bagi mereka-mereka para pesuluk itu, hanyalah di tingkatan Perjalanan Ke Dua, yakni di Asma-asma Tuhan, sebagaimana juga sudah sering saya jelaskan, baik dari sisi jumlah Asma-asmaNya atau Keluasan capaian dari masing-masing Asma-asmaNya itu. 

11. Kalaulah terjadi perbedaan, maka di rahasia makhluk, bukan di Asma-asma Khaliq. Itupun kalau terjadi. Kalau terjadi, maka bisa saja disebabkan oleh takaran ijin yang diberikan olehNya, baik tentang rahasianya atau tentang aksi yang harus diambil. Karena bagi yang sudah selesai Peralanan Pertama, yakni Fanaa’ dalam fanaa’, maka diri seorang pesuluk sudah tidak terlihat lagi. Sementara setelah ia mencapai Perjalanan Ke Tiga, ia kembali dengan Tuhan. Artinya matanya, telah menjadi MataNya, tangannya telah menjadi TanganNya...dst. Karena itulah sejauh mana mata, hati dan ruhnya bisa meliputi makhluk, akan ditentukan oleh IjinNya itu. Akan tetapi perkiraan ini (beda ilmu tentang makhluk), sangat lemah. Karena bagi yang sudah sampai ke Akal-Akhir saja, semua rahasia Barzakh dan Materi sudah ada dalam genggamannya. Apalagi yang sudah sampai ke tingkat Akal-Satu dan Fanaa’ serta sudah melanglangi Asma-asma Tuhan sesuai dengan kapasitas dan ijinNya, lalu sekarang ia kembali ke makhluk denganNya, maka rasanya sudah tidak ada lagi yang tidak diketahui oleh pesuluk yang sudah sampai ke tingkat ke 3 ini. 

12. Dengan semua mukaddimah di atas itu dimana sebenarnya merupakan ringkasan dari catatan-catatan yang telah lalu, seperti di wahdatulwujud, dan ditambah dengan tidak adanya perbedaan nabi dan rasul dilihat dari kepengutusan Tuhannya untuk manusia (karena bedanya di Syi’ah, hanya dari sisi melihat atau tidaknya dalam jaga, malaikat pembawa wahyu kepadanya dimana kalau melihat dalam jaga adalah rasul dan kalau hanya dalam mimpi maka ia adalah nabi) maka peristiwa kedua nabi as di atas itu dapat disimpulkan atau diperkirakan (setidaknya) sebagai berikut: 

a. Nabi Musa as adalah yang mencapai deraja kenabian dan diangkat menjadi nabi/rasul (nabi/rasul formal), sedang nabi Khidhr as adalah hanya mencapai derajat kenabian (nabi natural) akan tetapi tidak diangkat menjadi nabi/rasul (formal). 

b. Semua kata dan perbuatan kedua nabi itu, sudah tidak lagi punya diri mereka sendiri. Jadi, semuanya adalah ucapan dan perbuatanNya. 

c. Ucapan dan perbuatan keduanya yang berbeda itu, disebabkan oleh ijin dan tajalliNya. Artinya, maqam tajalliNya bagi keduanya, tidak sama. Semua itu, demi mengajari manusia (umat) agar dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. 

d. Ucapan dan perbuatan nabi Musa as itu, adalah bahasa dan amal syari’at (hukum-syari’at), sementara ucapan dan perbuatan nabi Khidr as itu, adalah Hukum-alamiah. Artinya tajalli Tuhan di dua tingkatan. 

e. Beda tajalli itu akan membuat yang fanaa’ yang menjadi alurannya tersebut, terbawa kepada masing-masing sifat dari tajallinya itu. Artinya, kalau tajalli Tuhan pada nabi Musa as itu adalah tajalli kerasulan, yakni hukum-karakter atau aturan hukum-syari’at, maka yang ditajalli-i akan terpengaruh dan terbawa kepadanya. Yakni, sekalipun ia tahu rahasia dibalik suatu peristiwa itu, akan tetapi ucapan dan amalnya akan tetap mewakili tajalliNya kepadanya hukum syariatnya itu. 

Jadi, nabi Musa as. sekalipun tahu terhadap rahasia ucapan dan perbuatan nabi Khidhr as., akan tetapi kekuatan tajalli kerasulan itu bisa menelan tajalli-alam tsb. Karena itulah, maka rasul itu, sebelum menjadi rasul adalah Hamba atau Budak, karena ia telah tidak memiliki apapun dan sekarang ia tidak lebih dari penyalur mauNya saja. 

f. Kedakhsyatan kekuatan masing-masing tajalli Tuhan yang berbeda pada kedua nabi itulah yang menyebabkan perdebatan mereka di peristiwa yang ditanyakan Anda itu, bukan pada perbedaan ilmu dan derajat keduanya (sekalipun mungkin kedua nabi as itu memiliki perbedaan derajat di tingkatan Perjalanan ke dua sebagaimana maklum). 

Wassalam. 

Haidar Dzulfiqar, Bande Husein Kalisatti and 28 others like this. 

Anwar Mashadi: Alhamdulillah... syukran li-Allah.... Tuhan... bimbing aku melalui tajalli terbesarmu saat ini.. Salam alaika ya Aba Shalih... ya Aba Shalih tolong haturkan salam terbaikku pada kakekmu, atas kelahiran beliau saw... salam..salam.. salam... 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua jempol dan komentarnya. Selamat atas lahirnya junjungan kita nabi besar Muhammad saww senin besok tgl 17 R.Awal. 

Heri Widodo: ALLAH HUMMA SHOLI ALA MUHAMMAD WA ALI MUHAMMAD. Banyak yg tdk paham bahwa dgn Izin NYA Manusia mampu di Maqam Kenabian. 

Sinar Agama: Heri: Cara dan sistem penyempurnaan yang dibentangkanNya adalah ijinNya, karena itu ambillah ijinNya itu, jangan menunggu ijin, karena menunggu ijin tidak diijinkan olehNya. 

Heri Widodo: Mengambil Karunia (Sistem) yang sudah dibentangkan kalau tidak mendapat Biidznillah walau manusia berikhtiar maksimal tidak bisa bisa. 

Roman Picisan: Ustadz bagaimana pendapat ustadz tentang Ahmadiyyah, kalau membaca note ustadz dimana maqam kenabiyan adalah ikhtiyari dan semua orang bisa mencapai maqam tersebut jadi bisa saja Mirza Ghulam Ahmad mencapai maqam kenabian...? Afwan kalau pemahaman saya pada note ustadz salah... Syukron. 

Cut Yuli: Izin share ya Ustad. 

Sinar Agama: Heri, apakah tidak mengambilnya juga ijinNya atau bukan? Kalau ijinNya berarti maksud ijin adalah sistem dan pengikhtiarannya (yang juga bagian sistem karena sistem peneyempurnaan itu juga diiringi dengan sistem pemilihan yang ikhtiari). Dan inilah yang benar dan yang kumaksud. Tapi kalau tidak dengan ijinNya, yakni karena yang ijin itu hanya dalam pengambilannya, maka antum sudah menyekutukanNya. Artinya ada wujud yang berupa perbuatan tidak memilih untuk menyempurna, yang tidak terjadi di bawah kontrol dan ijinNya. Ketahuilah bahwa ijinNya itu tidak terpisah semua kejadian baik dan buruk, karena semua bermuara dariNya. 

Dan ketidakterpisahannya itu sangat natural. Yakni memilih atau tidaknya kita terhadap ijinNya sama persis dengan panas dan membakarnya api terhadap ijinNya. Bedanya api dalam membakar tidak bertanggung jawab, tapi kita dalam memilih tidaknya bertanggung jawab karena salah satu sistemNya adalah ikhtiar itu. 

Dan ikhtiar ini karena akal kita. Lagi pula kalau memilih menyempurnanya itu harus dengan ijin tersendiri dan terpisah, maka sama dengan hidayah. Yakni yang tidak dalam hidayah karena Tuhan tidak memberinya hidayah atau tidak mengijinkannya mengambil hidayah. Kalau ini yang terjadi maka Tuhan harus bertanggung jawab terhadap semua kesesatan dan ketidak penyempurnaan. Wassalam. 

Sinar Agama: Roman: yang menjadi masalah ahmadiah bukan maqam kenabiannya, tapi pangkatnya. Karena itulah ia juga mengaku Isa as sekaligus. 

Sinar Agama: Cut: silahkan saja.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 04 Agustus 2018

Wahdatu Al-Wujud (Bagian: 11)






Seri Tanya Jawab : Herry Yuli Sunarno dan Ustad Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, January 26, 2011 at 7:16 am


Herry Yuli Sunarno: Salam ustadz.... afwan ana ingin bertanya lagi, mohon jawaban dari antum.. syukron. Tentang Firman Allah swt: ”Hai, jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Qs. Ar Rahmaan : 33). Apa ya maknanya..? 

Sinar Agama: Bismillaah… 

1. Penjuru langit dan bumi itu, ada dua hal, materi dan non materinya. Materinya yang kita kenal dengan Alam-Materi yang dibatasi dengan langit pertama. Karena Tuhan mengatakan bahwa langit pertama dihiasiNya dengan bintang-bintang. Jadi, galazi-galazi itu berakhir di langit pertama. Memang hal ini tidak pasti seratus persen, tapi Ayatullah Jawadi Omuli hf sangat memungkinkan hal tersebut. 

Tuhan berfirman dalam QS: 37: 6, ”Dan Kami hiasi langit dunia dengan keindahan bintang- gemintang”. Jadi, kemungkinan besar, selama masih materi, yakni dunia, maka ia dibatasi dengan langit pertama. Ini yang materinya atau Alam materinya. 

2. Yang ke duanya adalah non materinya, yakni non materi langit dan bumi. Inipun ada dua: 

a. Non materi yang ruh, yakni ruh setiap materi. Sudah sering saya menulis pembuktian adanya ruh pada setiap materi ini (lihat catatan2 sebelumnya). 

Nah, setiap materi, termasuk bumi dan langit, memiliki wujud nom materi yang me- ngatur dirinya secara langsung seperti manusia, binatang, tumbuhan, bebatuan dan seterusnya. Ruh materi ini disebut juga dengan Malakuuti al-Samaa’i wa al-Ardhi, yakni dimensi non materi dari langit dan bumi yang pernah dilihat nabi Ibrahim as (QS: 6: 75), dimana kita juga diperintahkan untuk melihatnya (QS: 7: 185). 

b. Sedang (b)-nya adalah non materi yang tanpa ikatan materi sama sekali. Inipun ada dua: b-1. Non materi Barzakhi, yaitu non materi yang hanya tidak memiliki beban materi tetapi masih memiliki sifat-sifat lainnya. 

b-2. Non materi Akli atau Akal, yaitu non materi yang sama sekali tidak memiliki sifat- sifat apapun dari materi. 

3. Dalam pembuktian adanya akhluk Akal atau malaikat tinggi ini, dan juga non materi Barzakhi, sudah sering saya katakan bahwa yang Akal adalah sebab bagi Barzakh dan Barzakh bagi materi (pembuktiannya bisa dilihat di catatan-catatan sebelum ini)..Yang ingin saya katakan sekarang, adalah bahwa setiap sebab itu atau sebabnya sebab, maqamnya lebih tinggi dari akibatnya, akan tetapi bukan tempat, tetapi posisi. Artinya tanpa sebab, akibat tidak mungkin terwujud. Nah, ketinggian posisi ini, ada di dalam akibat itu sendiri. Yakni sebab itu, ada di batinnya akibat, dan sebabnya sebab ada di batinnya batin akibat. 

Jadi, untuk mencari sebab, akibat harus mencarinya di dalam dirinya sendiri. Tentu saja, kalau sebabnya itu non materi, maka keberadaan di dalamnya itu bukan berarti tempat dan waktu. 

4. Setelah kita tahu tentang hakikat alam ini, yakni langit dan bumi ini, yakni bahwa memiliki lahir badani dan batin ruhi dan malakuti, kita sekarang akan lebih mengerti apa arti ayat yang ditanyakan itu, yakni peluang yang diberikan Tuhan kepada kita untuk melanglangi langit dan bumi. Begitu juga akan lebih dimengerti akan arti kemampuan di sini. 

5. Untuk obyek pelanglangannya, yakni langit dan buminya, berarti ada dua yang bisa dilanglangi, materi dan non materi. Untuk melanglangi materinya, maka bisa dengan dua cara. Dengan cara materi pula, seperti teknologi, dan bisa dengan non materi yang kita katakan ruh manusia itu. 

Jadi, untuk menelurusi bumi dan langit materi, manusia memiliki dua potensi tersebut, yakni potensi teknologi dan potensi pembersihan ruh dari materi hingga menjadi kuat ke-non materiannya. Yang teknologi jelas bagi setiap orang. Tetapi yang non materi ini mungkin tidak jelas bagi semua. Resepnya, siapa saja yang mengurangi keterhubungannya dengan materi, maka ruhnya akan menjadi semakin kuat dari sebelumnya. Baik jalannya sesuai Islam atau tidak. Kekuatan yang sesuai Islam itu dikatakan mukjizat dan karomah, sedang yang tidak sesuai itu dikatakan sihir dan/permainan. 

Misalnya orang dengan bertapa menjadi kuat ruhnya dan melanglangi bumi/langit materi. Atau dengan wirid-wirid dalam Islam, ia juga bisa melanglangi bumi/langit, tetapi masih tergolong permainan, bukan Islam yang Islam. Karena bagi islam, semua kemampuan batin itu bukan tujuan penciptaan, dia hanya berupa kemampuan, tetapi pencipataan dan kemampuannya ditujukan untuk yang jauh lebih sempurna, yaitu Insan Kamil dimana melewati Akal-Satu sekalipun. Dan perlu dikatahui bahwa kalau manusia sudah mati, maka ia sangat bisa melanglangi bumi/langit materi ini. Jadi, kemampuan petapa atau pemain-main dengan gaya karamat itu, sebenarnya orang yang lengah terhadap tujuan hidupnya dan buru-buru ingin melangnginya sebelum mati. Tetapi para Nabi dan aulia, sekalipun mereka mampu, tetapi kemampuannya itu tidak dicarinya, dan tidak pula digunakannya kecuali dengan perintahNya. 

6. Contoh Islam yang Islamnya, adalah mi’raj Nabi saww. Dimana pelanglangan beliau di tingkat materi ini, jelas dengan kemampuan Ruh beliau saww, dimana telah membawa badannya ke Palestina, ke antariksa dan sampai kepada langit pertama sebagai batasan alam atau dunia ini. Sedang contoh permainan atau juga karomatnya (karena keduanya terlihat sama dan yang membedakan hanya cara mencapai kekuatannya dan niat pelaksanaannya) seperti salah satu wali di jaman nabi Sulaiman as yang mengangkat singgasana ratu Balqis hanya dengan sekedip mata. Atau para penyihir yang terbang kesana kemari seperti Leyak (di Bali), dan lain-lainnya. 

Sedang contoh Islam yang bukan Islam hakikinya, adalah orang-orang yang terbang ke sana kemari, tanpa perintah Tuhan. Yakni yang hanya berdasar pada kemampuan yang didapat dari wirid dan semacam bertapa dan berdasar pada ayat di atas terhadap kehalalannya. Biasanya tentang mereka ini, kita mendengarnya di beberapa wali-wali di Indonesia atau di Yaman. Tetapi sudah tentu tidak ada yang pasti terhadap posisi sebenarnya setiap orang, apakah ia wali yang wali atau wali yang suka main-main. 

7. Sedang untuk dimensi malakuutinya langit dan bumi, maka dengan ruh yang ada pada manusia, manusia memiliki kemampuan untuk itu. Tetapi tetap saja ada dua cara, Islam yang Islam dan ada juga yang bukan islam atau Islam yang tdak hakiki tadi. Tetapi yang bukan islam dan Islam yang tidak hakiki, memiliki keterbatasan penembusan di langit dan bumi yang batin atau non materi ini. 

Contoh untuk Islam yang Islam, adalah para nabi dan imam serta wali yang wali. Mereka bisa menembus Barzakh tempat ilmu Allah tentang liku-liku semua alam materi termasuk ikhtiar dan perbuatan manusia dan akhir yang akan dicapai masing-masing orangnya (dimana dikenal dengan kitab takdir yang, berarti takdir Tuhan terhadap semua alam materi dan takdir Tuhan untuk berikhtiarnya manusia,,serta ilmu-ilmu pasti Tuhan terhadap pilihan, perubahan, pilihan akhir dan akibat atau hasil dari masing-masing ikhtiar manusia). Dan setelah itu, menembusi ’Arsy atau Akal-Akhir yang juga dikenal dengan al-Lauhu al-Mahfuzh dimana terdapat ilmu Tuhan tentang apa saja secara detail dan pasti dan tidak ada perubahan serta kebermacam-macaman yang dalam artian berdimensi. Jadi dia adalah wujud paling bawah dari yang tidak memiliki dimensi nyata, dan dimensinya hanya berupa i’tibar atau ide. Dan setelah itu terus sampai ke Akal-akal yang lainnya sampai ke Akal-satu, dan ke makam Asma-asma Tuhan seperti yang sudah sering saya katakan dan argumentasikan di catatan lainnya terkhusus tentang Wahdatulwujud 1-10. 

Sedang contoh yang tidak Islaminya, seperti Iblis yang karena pengabdiannya sebelum ingkar kepada perintah Tuhan tentang sujud dan kesombongannya di depan Tuhan serta merasa benarnya sampai sekarang dan merasa salahnya-Tuhan sampai sekarang pula, maka karena pengabdiannya yang luar biasa sebelumnya itu, Tuhan tetap memberikan kemampuan menembusi beberapa langit. 

Kalau Tidak salah sampai pada masa nabi Nuh as ia bisa menembusi langit ke lima, dan pada masa nabi Isa as ia hanya bisa menembusi langit ke 3 dan pada masa nabi Muhammad saww, tinggal satu langit saja. Tentu saja jumlah langit itu bisa salah, tetapi turun bertahapnya benar. Dan langit-langit ini sangat mungkin adalah langit batin atau non materi, bukan materi. Karena langit ke tujuh itu adalah sebelum ’Arsy. 

Jadi, langit pertama adalah materi, lalu langit ke dua dan sampai ke tujuh adalah non materi. Keberadaan langit ke dua ke atas ada di Barzakh, dan paling tingginya adalah langit ke tujuh dimana paling tingginya surga mukminin, menjelang ’Arsy dan Surganya Mukqarrabun atau Akal-akhir sampai ke atas. 

8. Sedang untuk alatnya, jelas juga ada dua, materi dan non materi. Yang materi untuk langit bumi materi seperti teknologi. Tentu saja teknologi inipun tetap bertopang pada ruh manusia karena dicapai dengan kemampuan akal dalam mengolah materi, dan akal salah satu daya ruh manusia. Sedang alat non materinya adalah ruh manusia dalam menembusi langit dan bumi, apakah materinya yang melalui alat akal dalam mengelolah materi itu atau non materinya langsung dalam membawa badannya ke seantero materi dan non materi langit- bumi. Dan cara pencapaiannya yang Islami adalah dengan syariat dan apa-apa yang telah diterangkan dalam teori seperti Suluk Ilallah yang ada dalam catatan alfakir itu. 

9. Yang perlu diperhatikan di sini, pelanglangan ke alam non materi, yakni ke alam sebab kita, yakni Barzakh dan Akal, yakni ke alam dan wujud di atas kita, karena bukan tempat dan waktu, dan karena sebab adalah batin akibat, maka pelanglangannya bukan dari tempat ke tempat, tetapi dari maqam ke maqam. Dan karena itu berarti pelanglangannya itu di dalam diri kita sendiri. Yakni semakin kita mencapai maqam yang tinggi berarti kita telah mencapai maqam yang lebih dalam, dalam batin kita. Jadi, mencarinya di dalam diri sendiri, bukan di luar ruh kita. Itulah mengapa imam Ali as mengatakan ”Apakah kamu kira bahwa kamu adalah sesuatu yang kecil, padahal di dalam dirimu terbentang alam yang lebih luar dari alam ini?” 

10. Sedang Isra’ dan Mi’rajnya Nabi saww, adalah dua-duanya, yakni pelanglangan dari materi ke materi, dari Masjidilharam ke Masjidilaqasha dan dari sana ke langit pertama (katakanlah batas alam materi). Dan dari batas alam materi inilah isra’ mi’raj itu dilakukan dengan ruhani saja, tapi tanpa meninggalkan badannya. Yakni yang naik itu adalah ruhnya saja. Dan ingat bahwa naik yakni menukik ke dalam diri, bukan ke luar sebagaimana maklum. Dalam hal ini, yakni mengapa harus dengan badan dulu sampai ke batas dunia materi, hanya Tuhan yang tahu hikmahnya. Kalau boleh diraba adalah sebagai tambahan pengetahuan kepada Nabi saww, sebagai rahmat buat beliau dan tanda kasih sayangNya, serta hujjah untuk umat manusia, baik umat terdahulu atau super modern sekarang ini. 

Kalau tanpa itu semua, maka isra’ mi’raj cukup dilakukan di rumah, karena yang melanglang itu adalah ruhnya, dan ke dalam diri, bukan ke luar. Karena itulah Nabi saww bersabda ”Shalat itu mi’rajnya mukmin”. Yakni dalam keadaan dia di kamar atau masjid, ruhnya melanglang sampai pada shidratulmuntaha. 

Catatan: Tentang kemampuan syethan melanglangi langit itu, dari sisi jumlah langitnya saya bisa salah, karena sudah tidak ingat lagi secara pasti berapa-berapanya dimasa-masa sebelum nabi Nuh as dan nabi Isa as. Tetapi barusan saya berusaha cari di hadits, baru ketemu bahwasannya sebelum lahirnya nabi Muhammad saww, syethan masih bisa menjangkau langit ke 3. Wassalam, sudah selesai. Silahkan simak dan komentar. Bagi yang tanya tentang energi prana, saya mengharap jelaskan dulu apa maksud energi itu. Karena kalau energi itu adalah energi yang umum, yakni yang materi, maka jelas ianya adalah materi. 

Herry Yuli Sunarno: Luar biasaa... Timbul pertanyaan baru ustadz... Bagaimana caranya kita menemukan alam yang lebih luar dari alam ini yang terdapat dalam diri kita...? 

Sinar Agama: Globalnya, adalah lakukan semua kewajiban dengan benar, tinggalkan semua maksiat, tinggalkan semua makruh, semua itu dengan hati dan raga. Kemudian tinggalkan dengan hati saja, apa-apa yang mubah, yang baik, karomat, ilmu, ibadah, surga, kasyaf, al- lauhu al-mahfuuzh....dst sampai ke Akal-satu. Yakni lakukan semua itu tetapi bukan karena suka, tetapi karena Allah swt semata. Dan jangan melirik semua selainNya. Ini cara Global dari yang Islami (benar). Dan rincinya bisa dipelajari catatan alfakir tentang Suluk Ilallah itu. Tetapi cara tidak Islaminya, maka kurangi keaktifan ruh kita dengan badan kita dan materi lainnya, seperti bertapa...dan seterusnya. 

Maka walau tidak terlalu tinggi, maka akan dapat menguak beberapa diantaranya. Tetapi kemampuan yang tidak Islami ini, bukan kemuliaan, karena nanti kalau kita sudah pada mati maka akan sakti semua dan berkaromah semua. 

Bedanya yang nerakais kesaktiannya menyembur-nyemburkan api, nanah, duri...dst, dan yang surgais mewujudkan kenikmatan-kenikmatan sesuai dengan tingkatannya. Jadi orang mukmin di surga jarinya juga akan mengeluarkan susu kalau dimaui. 

Sekian. Terima kasih. Al-fatiha- sholawat. Wassalam. 

In this note: Sinar Agama, Herry Yuli Sunarno 
Heriyanto Binduni dan 19 orang lainnya menyukai ini. 

Sinar Agama: Salam, belum selesai kok sudah dimuat? Tolong lengkapi tuh. 

Alexander Rofiq Zulkarnain detikcom - Teheran, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengingatkan Israel, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Tunisia dan Libanon. Hal itu disampaikan Ahmadinejad dalam pidatonya di depan warga Iran di Kota Yazd seperti diberitakan media Iran, Press TV, Kamis (20/1/2011). 

Menurut Ahmadinejad, negara-negara Barat bermaksud mengambil hak-hak warga Tunisia melalui perang psikologis. Kerusuhan massal dan aksi-aksiprotes telah melanda Tunisia dalam satu bulan terakhir. Kerusuhan pecah di Tunisia menyusul aksi pembakaran diri seorang pedagang buah berumur 26 tahun, Muhammad Bouazizi, yang membakar dirinya setelah polisi menyita barang dagangannya. Ahmadinejad menyerukan para politikus Tunisia untuk menerapkan kewaspadaan di tengah intervensi asing dan memperhatikan kebutuhan dan suara rakyatnya. Menurut Ahmadinejad, rakyat Tunisia menginginkan pemerintahan Islam. 

Dalam pidatonya, Ahmadinejad juga mengecam pengadilan PBB yang didukung Barat yang menyelidiki pembunuhan mantan Perdana Menteri Libanon Rafiq Hariri. Ahmadinejad mendesak AS dan sekutu-sekutu Eropanya untuk berhenti ikutcampur di Libanon. Libanon saat ini dalam kebuntuan politik menyusul bubarnya pemerintahan Perdana 

Menteri Saad Hariri yang ditandai dengan mundurunya 11 menteriterkait Hizbullah. Pengunduran diri 11 menteri itu terkaitpertikaian soal Pengadilan Khusus untuk Libanon (STL),yang menyelidiki pembunuhan Hariri pada tahun 2005.Pengadilan yang didukung AS itukabarnya akan memvonis beberapa anggota Hizbullah dalam kasus pembunuhan Hariri. Padahal gerakan perlawanan Libanon tersebut selama ini dengan tegas menolak tuduhan keterlibatan pembunuhan Hariri.20 Januari jam 6:18 · Suka · 3 

Anggelia Sulqani Zahra: Iye. ustad. Maaf..udah dilengkapi... 

Sinar Agama: Anggelia, kamu apa kabar? Sekali hilang tidak tahu kemana juntrungannya. Eh ... sekali datang ... terus nulis...he he he...semoga selalu dalam jalanNya. 

Alexander Rofiq Zulkarnain: Marilah Kita Bersatu Melawan Israel. 

Herry Yuli Sunarno: Waduhhh kok termuat di sini yaaa....pertanyaan lanjutan ana di dinding antum belum terjawab ustadz.. afwan. Shalawat dulu ahh.... 

الّلهمَّ صلِّ على محمَّد وآل محمَّد

Anggelia Sulqani Zahra: ustad..mohon maaf... saya setiap saat mengikuti diskusi-diskusi ustad di fb.. mencoba memahami catatan dan komentar-komentar ustad. Sesuai yang diinginkan setiap goresan ilmu ustad, sungguh dengan keterbatasan logika saya.. (yang hanya belajar dari rekaman-rekaman kajian ustadku, semoga Allah merahmatinya) membutuhkan ketenangan diri dan ketawadhuan untuk menangkap hikmahnya. Mohon maaf ustad... 

Muhammad Romeo Alweni: duuh.. udah pada main politik nih.. emank barusan hilang.. pada belajar di sospol ya? Ana sarankan mendingan kita belajar agama aja,biar gak sesat.. kan rugi, hidup cuma sekali.. dibodohin lagi.. 

Fatimah Zahra: Salam ustad,,, ini yg selalu jadi bahan renungan saya yang tidak ada habis- habisnya mohon jawab ya ustad.. Tentang perbuatan luar biasa manusia.. yaitu ada yang dari Tuhan (seperti mukjizat dan karomah yang diberikan oleh manusai yang suci) dan ada yang BUKAN DARI TUHAN. Saya baca di catatan ustad saya kutip pernyataan : ”contoh Islam yang bukan Islam hakikinya, adalah orang-orang yang terbang ke sana kemari, tanpa perintah Tuhan. Lantas atas perintah atau izin siapa kah perbuatan luar biasa yang di dapatkan manusia itu di dapat? 

Taruhlah seperti di buku yang saya baca, itu di dapatkan dari iblis, orang yang bersekutu dengan iblis.. nah di point ini lah saya yang lemah akal ini kebingungan,, Di mana peran Tuhan pada kejadian ini? Apa Tuhan serta merta tidak ada campur tangan sedikit pun di sini, padahal Tuhan itu sumber kausalitas,, 

Sinar Agama: Ok kalau ghitu, tolong juga diskusi lanjutannya di sana juga dimasukin kalau bisa dan tidak merepotkan. Terimakasih. Aku pamit dulu, tolong mas Herry lihat jawabku, dan untuk Fathimah tulis saja di komentarnya mas Herry itu pertanyaanmu, nanti setelah aku pulang I-Allah akan akan jawab. Mohon doa selalu wassalam ana harus keluar dulu. 

Fatimah Zahra: Baik ustad, saya tunggu jawaban ustad... 

Herry Yuli Sunarno: Iya ustadz... sudah ku lihat dan cukup mumet kepalaku.. panas rasanya baca dan mencoba memahami kalimat antum yang penuh dengan hikmah itu.... 

Komar Komarudin: Afwan PAK HERI perlu mukadimah baca panduan logika muslim dulu karya Ust Hasan Abu amar, terbitan mulla Shadra, sepertinya kayanya antum aga susah dapatkan buku itu, sudah tidak dicetak, kalau mau aku pinjamkan photo copi aja.. yah. Setelah itu tidak berhenti sampai di situ, harus ada pembimbing yang mengarahkan isinya alias ustadnya, baru bisa faham, dan ada ujiannya, saya aja beberapa kali ikut sama ustad dinyatakan lulus test hanya sampai bab EMPAT PERHUBUNGAN. Insyaa Allah saya mau lengkapi sampai selesai ..... 

D-Gooh Teguh: Om Komar: saya dicopykan dunk... sama dikirimken. Saya ganti biaya fotokopi dan jilidnya juga ongkirnya... jika bersedia inbox saya ya... sama nomer rekening dan besarnya... terimakasih... 

Fatimah Zahra: Om teguh saya juga mau dong hehehhee. 

D-Gooh Teguh: Yang punya om Komar gitu kok... kasih info urusan yang kuinboxkan... hadiah bersyarat. Hehehehe... nanti kukopikan dan kirimkan kalau om Komar bisa membantu kopi dan kirimken... 

Sinar Agama: Fatimah Zahra apa syarat hadiahnya?? Hehehehe 

D-Gooh Teguh: Mumetz... 

D-Gooh Teguh: Urusan yang diinbox itu to... sedang mencari jalan tersingkat untuk beroleh kesaktian... 

Fatimah Zahra: Kendalikan diri mu anak muda!!! Tapi jika om masih ingin buru-buru sesuai inbox itu baik. Lah.. In box no hp mu om. Biar aku pandu dari jauh mekanismenya.. 

Ariaan Teoh Abdullah Ariaan: Hurmmm... 

Sinar Agama: Betapa cintaku pada antum semua, saling berbicara seperti pada saudaranya sendiri, semoga Tuhan selalu menjaga kita semua, amin.... 

Sinar Agama: Ya... Anggelia, yang tanya jawab dengan Sulaim Hilmi itu bisa dijadikan Wahdatul- wujud-12, terimakasih, buruan ya... he he he 

Fatimah Zahra: Subhanallah...Kita pun cinta kepada ustad..Yang tak mengharap pamrih berbagi ilmu. 

Sinar Agama: Fathimah: ada dua padeng pamrihku: 

(1) Takut diazab Tuhan karena tidak membagi ilmuNya (tentu kalau ilmu yang benarnya), sebab dalam Qur'an dikatakan bahwa ilmu agama itu harus dibagikan (wajib). 

(2) Ingin mendapat pahalaNya, cintaNya, RidhaNya dan ampunanNya., maka itu sambung doa ma-ki’ (logat Sulawesi). hem.... 

Anggelia Sulqani Zahra: Salam. Terima kasih atas bimbingannya ustad. WW Bgn 12 udah terbit...



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ