Tampilkan postingan dengan label Hadhrat Khadijah as. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadhrat Khadijah as. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Oktober 2018

Sejarah Singkat Hadhrat Khadijah as



Seri tanya jawab Widya Yuliana dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on May 10, 2012 at 1:18 pm



Widya Yuliana: Salam ustadz..ana mau tanya perihal Sejarah yaitu tentang bunda Khodijah istri Rosulullah. Diwaktu Bunda Khodijah menikah dengan Nabi saww sebenarnya gadis atau janda, karena yang ana tahu dalam suni dia janda, tapi ana sempat dengar gadis, ana belum sempat baca buku sejarah Bunda Khodijah, dan belum sempat bertanya...Syukron ustadz atas jawabnya, afwan ustadz karena ana belum lama menemukan Ahlulbait, yang ternyata membuat ana begitu bahagia setelah menemukan kelurusan serta kebenaran yang logis ilmu dalam ahlulbait.


Prabu Wes:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ وسَهِّلْ مَخْرَجَهُمْ والعَنْ أعْدَاءَهُم  اَلْحَمْدُ للهِ الّذى جَعَلَنا مِنَ الْمُتَمَسِّكينَ بِوِلايَةِ اَميرِ الْمُؤْمِنينَ وَالاَئِمَّةِ عَلَيْهِمُ السَّلامُ



Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Banyak perbedaan pandangan tentang sejarah hdh Khadijah as, baik di syi’ah atau di sunni.

(2). Banyak juga kebohongan-kebohongan yang dibuat dalam sejarah hdh Khadijah as, untuk menjatuhkan Nabi saww, hdh Khadiijah as sendiri dan bahkan imam Ali as di kemudian hari.


(3). Umur hdh Khadiijah as saja, di waktu kawin dengan kanjeng Nabi saww, memiliki beberapa versi, baik di syi’ah atau di sunni, misalnya sebagai berikut:

3-a- Umur, 25 tahun: Dikuatkan oleh Baihaqi dan beberapa ulama syi’ah. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Katsiir dan berbagai ulama sejarah sunni yang lain. Bisa dilihat di kitab-kitab seperti: Dalaa-ilu al-Nubuwwati, Baihaqii, 2/71; al-Bidaayatu wa al-Nihaayatu, 2/294-295; al-Siiratu al-Nubuwwati, Ibnu Atsiir, 1/265; al-Siiratu al-Halabiyyatu, 1/140; Muhammad Rasulullah, Siiratuhu wa Atsaruhu fii al-Hadhaarati, 45; dan lain-lain.

3-b- Umur 28 tahun: Dikuatkan oleh banyak ahli sejarah syi’ah dan sunni, sperti kitab-kitab: Syadzaraatu al-Dzahab, 1/14; Tahdziib Taariikhu Damasyq, 1/303; Sairu A’laami al- Nubalaa’, 2/111; Mukhtashar Taariikhi Damasyq, 2/275; Mustadraku al-Haakim, 3/182 Bihaaru al-Anwaar, 16/12; ....... dan lain-lain.

3-c- Umur 30 tahun: Bisa dilihat di kitab-kitab seperti: al-Siiratu al-Halabiyyatu, 1/140; Taariikhu al-Khamiis, 1/14; Siiratu Mughlathaai, 12; Tahdziibu Taariiki Damsyq, 1/303;
...dan lain-lain.

3-d- Umur 35 tahun, bisa dilihat di:al-Bidaayatu wa al-Nihaatau, 2/295; al-Siiratu al-Nab- wiyyatu, 1/265; al-Siiratu al-Halabiyyatu, 1/140

3-e- Umur 40 tahun, bisa dilihat di: Anssabu al-Asyraaf, 98; Siiratu al-Maghlathaai, 12; al- Muhabbir, 49; al-Mawaahibu al-Daniyyatu, 1/38 dan 202; Syadzaraatu al-Dzahabi, 1/14 dan 14; Taariikhu al-Khamiis, 1/264; Usdu al-Ghaabati, 7/80; al-Siiratu al-Halabiyyatu, 1/140; al-Siiaratu al-Nabawiyyatu, Dahlaan, 1/55; Taariikhu al-Islaam al-Dzahabi, 2/152; Tahdziibu al-Asmaa’, 2/342; al-Thabaqaatu al-Kubraa, 1/132; Tahdziibu Taariikhi al- Damasyq, 1/303; Bihaaru al-Anwaar, 16/12 dan 19.

3-f- Umur 44 tahun, seperti di: Tahdziibu Taariikhi Damasyq, 1/303

3-g- Umur 45 tahun, seperti di: Tahdziibu al-Asmaa’, 2/342; Mukhtasharu Taariikhi Damsyq, 2/275; al-Siiratu al-Halabiyyati, 1/140; Taariikhu al-Khamiis, 1/301; ..dan lain-lain

3-h- Umur 46 tahun,seperti di: Anssaabu al-Asyraaf, 98.

Catatan:

Kalau saya pribadi lebih cenderung kepada yang dikuatkan Baihaqii, yaitu yang berumur 25 tahun. Karena:

a. Umur beliau as waktu wafat, adalah 50 tahunan (yang dikuatkan Baihaqi). Dan karena beliau wafat 13 tahun setelah kenabian, dan kawin 15 tahun sebelum kenabian, maka umur beliau as waktu menikah antara 22-25 tahun.

b. Hakim pengarang Mustadrak menukilkan riwayat yang mengatakan bahwa wafat beliau as dalam umur 65 tahun. Akan tetapi Hakim mengatakn bahwa pandangan ini adalah sedikit. Ia juga mengatakan bahwa yang lebih kuat adalah bahwa beliau as tidak mencapai umur 60 tahun (al-Mustadrak, 3/182).

(4). Sedang apakah beliau as sudah pernah kawin sebelum kawin dengan kanjeng Nabi saww atau tidak, juga terjadi perbedaan pendangan dari pada ahli sejarah.

a. Sudah pernah kawin bahkan dua kali: 

Pertama, dengan lelaki bernama ‘Atiiq bin ‘Aa-idz bin Abdullah al-Makhzuumii.
Ke dua, dengan lelaki bernama Abu Haalah al-Tamiimii.

b. Tidak pernah kawin sebelumnya dengan alasan:

b-1- Ibnu Syahr Oosyuub dan Ahmad al-Balaadzieii dan Abu al-Qaasim al-Kuufii dan al-Murtadhaa di kitabnya al-Syaafii, dan abu Ja’far di al-Talkhiishnya, semuanya berkata bahwa Nabi saww mengawini hdh Khadiijah as dalam keadaan perawan.

b-2- Pandangan ini dikuatkan dengan padangan yang mengatakan bahwa Ruqayyah dan Zainab merupakan kedua putri dari Haalah saudari hdh Khadiijah as (Manaaqib Aali Abii Thaalib, 1/159; Bihaaru al-Anwaar, al-Maamaqaanii dan Qaamuusu al- Rijaal yang semuanya menukil dari al-Manaaqib).

b-3- Syi’ah dan sunni dari para ahli sejarah sepakat mengatakan bahwa sebelum kawin dengan Nabi saww hdh Khadiijah as dilamar banyak orang dari pemuka-pemuka Qurasy dan pemuka-pemuka lainnya dari orang-orang Arab, akan tetapi beliau as menolaknya. Lalu bagaimana mungkin beliau as menerima orang desa dari Bani Tamiim yang bernama Abu Haalah al-Tamiimii??!! Karena itulah ketika beliau as kawin dengan Nabi saww para wanita Qurasy marah kepadanya dan berkata:

“Semua pemuka Qurasy melamarmu tapi kamu menolaknya, lalu kamu kawin dengan yatimnya Abu Thaalib yang tidak punya uang??!!”.


b-4- Diriwayatkan bahwa hdh Khadiijah as memiliki saudari bernama Haalah (rujuk kitab-kitab nasab seperti, Nasabu Qurasy, karya Mush’ab al-Zubairii). Ia kawin dengan orang bernama famili Makhzuumii yang kemudian memiliki anak bernama Haalah juga. Kemudian ia (Haalah pertama atau saudari hdh Khadiijah as) kawin lagi dengan orang dari Bani Tamiim yang bernama Abu Hindun yang kemudian memiliki anak darinya bernama Hindun. 

Orang Tamiim ini juga sudah pernah kawin sebelumnya dengan perempuan lain dan memiliki anak bernama Zainab dan Ruqayyah yang kemudian ia –suaminya- mati. Setelah Tamiimii itu mati, anaknya yang bernama Hindun ikut kabilahnya sedang anaknya yang lain bersama dengan Haalah (ibu tirinya) yang disertai dengan putrinya yang lain bernama Haalah itu.

Hdh Khadiijah mengayomi mereka di rumahnya. Dan setelah kawin dengan Nabi saww, saudarinya yang bernama Haalah itu meninggal dan tinggallah anak- anaknya yang bernama Haalah dan anak tirinya yang bernama Zainab dan Ruqoyyah bersama beliau as dan menjadi anak-anak Nabi saww juga. Karena di Arab, keponakan itu juga dikatakan anak dan paman dikatakan ayah, karena itu keduanya dan begitu yang bernama Haalah itu, dihubungkan kepada Nabi saww padahal mereka anak dan anak tiri dari saudari hdh Khadiijah as yang benama Haalah tersebut nya tersebut (al-Istighaatsah, 1/68-69; Risaalaatun Haula Banaati al-Nabii yang dicetak di Penerbitan Hajariyyah di akhir kitab Makaarimu al-Akhlaaq).

Catatan:

Untuk anak-anak yang dihubungankan kepada Nabi saww, banyak juga pembahasannya. Saya selama ini masih meyakini bahwa Ruqayyah dan Ummu Kultsuum yang dikawini Utsmaan, adalah putri-putri Nabi saww. Akan tetapi menurut pandangan (b) di atas, keduanya bukan dari putri-putri Nabi saww dengan dalil-dalil yang banyak dan kuat.

Kalaulah pandangan ini benar, maka penjelasan filosofis terhadap perkawinan Utsman dengan keduanya yang pernah saya tulis sebelum ini, merupakan penakwilan pada kondisi hakikat ajaran Islamnya, bukan pada hakikat sejarahnya. Tapi kalau, pandangan ini salah, dan ternyata memang keduanya benar-benar putri-putri Nabi saww, maka takwilan yang pernah diberikan itu, meliputi kedua keadaannya, yaitu hakikat ajaran Islam dan hakikat sejarahnya.

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad.

Widya Yuliana: Syukron ustadz...atas jawabanya, Alhamdulillah ana menjadi faham.Ana juga menyakini tidaklah Muhammad Rosulullah manusia yang suci mendapatkan istri seorang janda bkas orang lain dan ana yakin Tidak mungkin Allah swt memberi Nabi saw istri seorang janda, selain setelahnya Bunda Khodijah Wafat. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ