﷽
Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326165770761559/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:10
Inu Hedra: Afwan,,,,,, Ustadz. Sebelumnya ana mau bertanya :
Manusia pertama kali diciptakan adalah Nabi Adam dan Siti Hawa. Nah Pertanyaannya adalah.......
Bagaimanakah Anak Cucu Adam itu berkembang biak sampai sekarang ini, sedangkan Pernikahan sedarah adalah Haram dan itu sudah ketentuan ALLAH Ta’ala ......?? Mohon solusinya...
Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:
Manusia pertama kali diciptakan adalah Nabi Adam dan Siti Hawa. Nah Pertanyaannya adalah.......
Bagaimanakah Anak Cucu Adam itu berkembang biak sampai sekarang ini, sedangkan Pernikahan sedarah adalah Haram dan itu sudah ketentuan ALLAH Ta’ala ......?? Mohon solusinya...
Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:
(1). Afwan saya tidak menyempatkan diri terhadap diskusi-diskusi sebelumnya (di atas). Karena itu pokok jawaban saya ini pada pokok pertanyaannya:
(2). Allah berfirmah dalam QS: 4: 1:
“Wahai manusia, taqwalah kamu kepada Tuhan kalian yang mencipta kalian dari satu orang dan mencipta darinya seorang istri lalu kemudian tertebar dari KEDUANYA, laki-laki dan perempuan yang banyak.”
Kalau kita perhatikan DARI KEDUANYA, maka sudah pasti mudah dipahami, bahwa anak cucu nabi Adam as itu adalah dari beliau as dan istrinya Hawa as. Dengan demikian maka tidak percampuran lain dari selain keduanya, baik yang berupa manusia sebelumnya atau jin atau kemungkinan-kemungkinan lainnya.
(3). Ketika bertebarannya anan cucu nabi Adam as itu dari diri beliau as dan istrinya, maka sudah pasti perkawinan anak-anaknya adalah dengan anak-anaknya sendiri.
(4). Agama-agama Tuhan yang diturunkan ke manusia itu memiliki ajaran tetap dan tidak tetap.
Yang tetap adalah akidahnya, sedang yang tidak tetap adalah fikih atau hukum-hukumnya.
(5). Hukum-hukum Tuhan sudah pasti mengikuti perkembangan budaya manusia. Ketika belum ada baju, bagaimana mungkin Tuhan akan mewajibkan hijab? Ketika belum ada orang bukan muhrim, bagaimana mungkin Tuhan mengharamakaan kawin dengan saudara sendiri? Wassalam.
Inu Hedra: Apakah mungkin yang tadinya halal bisa menjadi haram dan yang haram menjadi halal, dan apakah mungkin juga ALLAH bisa merubah hukum-hukum atau aturan yang sudah ditetapkannya. Dan dimana letak kesempurnaan ALLAH itu sendiri... Afwan...
Jack Marshal: Semua itu pakai proses. Orang sekolah dari tk sampai perguruan tinggi. Jaman dulu manusia kemampuan pikirnya terbatas sehingga Tuhan pun bertahap menurunkan hukumnya mulai Adam sampai dengan Muhammad. Dan pada Nabi Muhammad disempurnakannya hukum Tuhan.
Sinar Agama: Ibnu: Hukum itu bukan untuk Allah. Dan Allah sendiri sudah mengatakan bahwa Ia tidak akan menurunkan taklif kecuali sesuai dengan kemampuan manusia. Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa. “Allah tidak menugasi manusia kecuali sesuai dengan kemampuannya”. Ayat ini tidak ada yang tidak tahu.
Nah, ketika yang ada hanya sesama saudara, ketika baju belum dibuat manusia, ketika ini dan itu belum ada, maka bagaimana Tuhan menaklifi haramnya kawin dengan saudara, wajibnya pakai hijab dan ini dan itu????
Hukum itu untuk kesempurnaan manusia sesuai dengan kemampuannya. Kalau manusia itu tidak mampu lalu ditugasi dengan sesuatu yang paling hebat, tetapi ia tidak mampu, maka sudah pasti tugas itu bukan mau menyempurnakan, tetapi mau menghancurkan.
Karena itulah, justru karena Tuhan Maha Tahu itulah, maka dalam menurunkan fikihNya itu seyogyanya berkesesuaian dengan kemampuan manusia.
Minuman keras saja, dalam Islam di awal-awal turunnya agama, belum diharamkan. Padahal sudah ditanya beberapa kali dan turun beberapa ayat yang tidak mengharamkan minuman keras. Tetapi ayat tahap ke 3 kalau tidak salah, baru Tuhan menurunkan ayatNya yang mengharamkan minuman keras. Karena itu minuman keras itu hukum pertamanya yang sesuai dengan ayatNya, adalah halal, dan ayat kehalalan ini lebih dari satu ayat. Tetapi ayat terakhirnya baru pengharaman. Karena itulah dalam Islam dikenal dengan hukum nasakh dan mansukh, yakni hapus dan dihapus. Yakni ayat yang dihapus makna hukumnya dan ayat yang menghapus (yakni hukum baru menggantikan hukum lama).
Kalau main pukul ke Tuhan, maka berarti Tuhan tidak tahu kalau minuman keras itu tidak bagus untuk manusia hingga Ia menghalalkan dengan beberapa ayat sebelumnya itu. Lalu baru sadar kemudian, maka diturunkanNyalah ayat pengharaman.
Kan tidak begitu. Jadi, Allah sudah tahu dari awal, tetapi Allah juga tahu bahwa kalau diharamkan di awal-awal keislaman, mungkin akan mudharat untuk manusia itu sendiri, misalnya tidak ada yang mengikuti Nabi saww.
Jadi, memang Allah itu Maha Tahu, tetapi bukan Maha Tahu hanya pada hukum baik buruknya sesuatu pada manusia, tetapi juga Maha Tahu kapan hukum itu baik diturunkan dan kapan tidak baik, kapan manusia mampu melakukan dan kapan tidak mampu melakukan.
Jadi, keMaha TahuanNya itu tidak boleh kita batasi sesuai dengan kemauan kita, tetapi luaskanlah sebagaimana adanya.
Wassalam.
Hendy Laisa, Muhammad Wahid, Edo Saputra dan 19 lainnya menyukai ini.
Edo Saputra: Afwan..ustadz sedikit bertanya, apakah mungkin ada manusia lain, selain Adam, sedangkan di kalimat ayat al quran berbicara “wahai Adam” sedangkan di sisinya ada manusia lain yaitu “Hawa” kenapa? Allah tidak menyeru “wahai Adam dan Hawa” dari pembuktian itu jelas tidak menutup kemungkinan bahwa selain Adam ada manusia lain, selain Adam..? Dan Adam yang disebutkan al quran mungkin pigur Adam yang menjadi manusia insan kamil yang dipilih oleh Allah untuk menjadi khalifahnya di bumi, dan menurut ilmu genetika membuktikan bahwa dari hasil perkawinan Adam dan Hawa akan mengasilkan genitika yang tidak jauh dari genitika mereka, akan tetapi mengapa, genitika yang ada tidak seperti itu, contoh “Adam misalkan genetiknya dari bangsa Arab dan Hawa dari bangsa Arab, tentu dalam perpaduan opum yang ada akan lahir genetika yang tidak jauh berbeda, tapi mengapa ada genetika Cina, genetika Negro, genitika India dan lain-lain.. dari hasil riset fakta yang ada jelas, bahwa perkawinan sedarah memang diharamkan..mungkin perkawinaan anak ada bukan perkawinan silang sedarah melainkan perkawinan dengan genitika Adam dan Hawa yang lain... afwan...mohon pencerahan...?
Edo Saputra: NB “kalau memang dahulu nikah dihalalkan mengapa sekarang dihalalkan, dalam menyikapi hal ini seolah olah, Allah sengaja membenturkan syareatnya,,?? Dan kalau saja Allah kumpulkan para nabi, dari jaman nabi Adam as, dan sampai nabi Muhammad saww, mereka disatukan,, dalam satu kholakoh dan ditanyai dalam hal hukum Allah kira kira berbeda tidak..?? Tentu akal kita bicara tidak mungkin, kerena kita meyakini, bahwa Allah tuh Esa,,? Dan menurut riset saya melalui para ahli medis mengatakan, perkawinan silang sedarah dalam satu genetika akan menghasilkan ketidaksempurnaan dan akan mengalami cacat fisik kalau tidak akan mengalami cacat mental, dari riset ini mengatakan bahwa perkawinan silang sedarah memang tidak baik hasilnya,,, mohon pencerahan ustadz ini dalil akal..
Said Hasnizar: Salam ya Ustadz Sinar Agama. Ana ada buku yang menceritakan sejarah tentang Kabil dan Habil berdasarkan Riwayat Imam Ja’far ash Shadiq as yang sekira-kira berbunyi:
Anak pertama antara Adam dan Hawa adalah Ataqah. Beliau adalah wanita pertama dari rumpun manusia yang berbuat dosa, karena itu Allah mengirimkan seekor serigala sebesar gajah dan seekor burung rajawali sebesar keledai untuk membunuh Ataqah.
Setelah Ataqah, lahir Kabil. Ketika Kabil Baligh, Allah mengirim seorang wanita dari bangsa jin ber- nama Jehana berwujud manusia, itulah istri Kabil.
Setelah itu, lahir Habil dan ketika dewasa, Allah mengirimkannya seorang bidadari surga bernama Nazlah, dan itulah istri Habil.
Riwayat tentang pembunuhan Habil oleh Qabil juga sangat berbeda dengan riwayat yang selalu kita dapatkan dari sekolah biasa yang mengatakan bahwa pembunuhan itu adalah berdasarkan ketidaksenangan Qabil atas pilihan yang ditentukan ayahnya dalam hal istri.
Dalam riwayat yang saya baca di buku itu menerangkan bahwa pembunuhan itu terjadi karena ketidaksenangan Qabil atas tindakan ayahnya yang memilih Habil dalam hal ilmu kenabian, yang dalam pemikiran beliau, anak sulung lebih berhak.
Cerita ini lebih masuk akal dibanding dengan riwayat yang ada yang mana Allah menghalalkan pernikahan antar saudara. Dan bisa ditarik kesimpulan tentang adanya asal usul baik dan buruknya keturunan, yang mana keturunan Qabil dan Jehana (jin) menghasilkan mereka yang berperangai buruk, sementara antara Habil dan Nazlah menghasilkan keturunan yang berperangai baik, dan dari merekalah kemudiannya lahir Nabi Syait yang diberi gelar Hibatullah (kurnia Allah) oleh Nabi Adam as.
Belajar Islam Dan Syiah mau nyimak yang gampang-gampang aja..
Edo Saputra: mas Irfan saya ga bilang nabi Adam orang arab, itu cuma contoh saja, misalkan Adam dan Hawa sefises orang Indonesia, tentu gennya tidak akan jauh dengan induknya, kerena dalam satu keturunaan, kenapa ada sefises Cina, Negro, dan lain-lain...,dan yang ke dua dari hasil riset para ahli perkawinan sedarah akan membuahkan hasil yang tidak bagus yang akan berefek, cacat fisik atau mental.. bayangkan kalau memang perkawinan sedarah itu terjadi, tentu kita tidak sesempurna ini.
Said Hasnizar: Irfan Zidney: Sepertinya ente terlalu cepat menyimpulkan pendapat.
Pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil bukan karena iri sebab kurbannya ditolak dan kurban Habil yang diterima, tapi adalah karena Qabil termakan bujuk rayu Iblis agar membunuh Habil dengan mengatakan bahwa warisan ilmu kenabian itu akan jatuh ke tangannya jika Habil tiada.
Mari kita berlogika: Keridhaan Tuhan itu bukan ditampakkan dengan MENDAPATKAN ISTRI CANTIK, sebagaimana yang dikatakan sejarah bahwa Tuhan menjodohkan Habil dengan Iqlima yang cantik sedangkan Qabil dengan Labuda yang berwajah jelek (maaf jika terbalik ),
Apakah Tuhan tidak meridhai mereka jika seandainya Habil mendapatkan Labuda dan sebaliknya? Sekali lagi kecantikan bukan lambang keridhaan Tuhan.
Dan poin yang paling penting dari sejarah ini adalah bagaimana ILMU KENABIAN itu mutlak di tangan Allah, Dia-lah yang menentukan kepada siapa ilmu kenabian yang pastinya merupakan syarat untuk menjadi utusan-Nya kepada makhluk-nya.
Kita lihat bagaimana sunatullah itu terjadi dan terjadi, tatkala Bani Abd Manaf yang saling berseteru dalam hal hak penjagaan kota Mekah, Bani Hasyim yang diridhai Allah yang mendapat perlawanan dari saudaranya Bani Abd Syams.
Begitu juga Muhammad Saw mendapat perlawanan dari Abu Sufyan, Imam Ali as diambil haknya oleh pelaku Saqifah, dan begitulah seterusnya hak kenabian dan imamah itu selalu menjadi incaran kaum yang bukan ahlinya.
Jika dibandingkan dengan cerita awalnya, bagaimana mungkin Tuhan memerintahkan masing- masing anak Adam untuk berkurban hanya demi kecantikan raut wajah wanita????
Edo Saputra: menurut saya tidak menutup kemungkinaan bahwa ada manusia selain Adam, contoh di dalam ayat Allah menyaru “wahai Adam, pedahal di sisi ada Hawa, kenapa Allah tidak memanggil “ wahai Adam dan Hawa” padahal bukti ada manusia di sisi Adam yaitu Hawa,,? Jadi yang diceritakan di alquran adalah Adam yang menjadi pigur kholifah dan manusia insan kamil.. dan perkawinan sedarah itu kontra diktip seolah olah Allah membenturkan syareatnya, padahal kalau kita kumpulkan para nabi dari jaman nabi Adam sampai nabi Muhammad dalam satu kholakoh dan kita tanya tentang misi mereka kira kira berlainan ga? Kalau ajaran para nabi datang dari Allah yang esa, mengapa ada kontradiktip seolah olah Allah membenturkan syaratnya..?? Kerena pemberaturan dan hukum alam itu berlaku dengan sebab dan akibat,,, sesatu sebab tentu tidak jauh dari akibatnya.....
Edo Saputra: menurut saya tidak ada perkawinan sedarah di jaman Adam...
Said Hasnizar: Irfan Zidney: Jadi.. hasil dari keikhlasan Habil sebabkan kurbannya diterima dan bisa mengahwini Iqlima?
Bukankah itu menunjukkan bahwa Iqlima jadi simbol keikhlasan Tuhan?
Renungi dalam-dalam
Said Hasnizar: wkwkewk Ya udah.
Jika anda mengatakan saya sebagai lucu, terimakasih saja boy. Wkwkwk, ternyata kefanatikan membuat manusia malas berfikir. Wassalam.
Hendy Laisa: waw.. jangan bertengkar dong Sembilan Dua Belas dan Irfan Zidney... kalau tidak bisa terima masing-masing argumen yah jangan saling ejek ya...
Inikan diskusi ilmiah, kalau buntu tanya aja langsung ke yang punya notes supaya bisa lebih jelas.
Said Hasnizar: Betul apa yang antum katakan ya akhi HenDy Laisa.
Pengetahuan tentang perkawinan silang antara anak Adam memang tidak termasuk dalam keimanan, namun apabila ianya menimbulkan kemusykilan apabila dihubungkan dengan ayat al Qur’an, maka kita perlu mencari jawaban terbaik. Ana kira Ustadz Sinar Agama.
Said Hasnizar: Mau memberikan jawabannya akan persoalan tersebut
Hendy Laisa: afwan..menurut saya ustadz sudah menjelaskan dalam notesnya.
Said Hasnizar: Dalam riwayat pertama, yang menjadi persoalan adalah bukan masalah persembahan mereka berdua, karena hal itu memang shahih ada dalam firman-Nya. Namun kejanggalan yang timbul adalah SEBAB yang mengharuskan mereka melakukan acara persembahan itu, yang mana pada riwayat dikatakan sebagai MENENTUKAN BAHWA PILIHAN PASANGAN itu adalah atas perintah Tuhan.
Sedangkan riwayat kedua yang saya ceritakan dulu, mengatakan bahwa persembahan itu perlu dilakukan demi memperlihatkan bahwa Habil lebih berhak akan ilmu kenabian yang bakal diturunkan.
Mana yang lebih cocok bagi kita semua?
Hendy Laisa: Kalau saya sih lebih ngikut kata ustad sinar karena tidak terlalu penting dibahas karena gak mnyangkut masalah keimanan.. afwan.
Said Hasnizar: Tapi tak salah untuk mencari tahu bukan?
Hendy Laisa: iya gak salah, tapi bagusnya cari tau kepada yang kuasai hal itu.
Said Hasnizar: Sebelum melihat riwayat kedua, pernah ana tanyakan ke seseorang yang ana anggap guru tentang kawin silang, jawabnya juga persis seperti apa yang ditulis Ustadz Sinar Agama dan mungkin juga beliau tak pernah mendengar tentang riwayat yang kedua tadi, namun setelah ana melihat riwayat kedua, ternyata ianya lebih bisa ana terima ketimbang riwayat pertama.
25 Oktober 2012 pukul 19:47
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar