﷽
Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326165287428274/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:09
Firman Asyhari: Bagaimanakah Syiah manjawab pertanyaan “Dimanakah Allah“
Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:
(1). Antum sudah benar bertanya pada orang Syi’ah yang belajar dari Allah melalui NabiNya dan melalui pewaris-pewaris makshum NabiNya as. Karena kalau antum ke wahabi, maka akan di jawab Tuhan duduk-duduk di ‘Arsy dan turun ke langit bumi di setiap sepertiga akhir malam.
Karena Tuhan yang duduk-duduk di ‘Arsy dengan memaknai secara kasar ayat-ayat Tuhan, karena tidak mau mendengar penjelasan Nabi saww dan para imam yang makshum as, akan menjadikan Tuhan itu benda yang duduk-duduk di ‘Arsy.
Bayangin kalau sudah begitu, maka tidak heran kalau di shahih Bukhari dikatakan bahwa nanti Tuhan di surga mendatangi para ahlu surga. Tetapi ketika Tuhan mengaktakan “Aku Tuhan kalian”, mereka secara serempak mengatakan “Na’udzubillah minka”, yakni “Aku berlindung pada Allah dari kamu”. Akhirnya, karena Tuhan ditolak dan Tuhan tetap memaksa bahwa Dia adalah Tuhan/Allah, maka akhirnya disepakati untuk membuktikanNya. Akhirnya Tuhan disuruh membuka betisnya, dan setelah betis Tuhan ini dibuka, baru semua orang sepakat kalau Dia adalah benar-benar Tuhan dan bersujud kepadaNya (Shahih Bukhari, hadits ke: 7439).
(2). Lagi pula, kalau Tuhan turun ke langit bumi setiap akhir malam, maka Tuhan tidak akan pernah naik lagi. Karena sepertiga akhir malam itu selalu berputar di bumi dan tidak pernah henti sampai hari kiamat. Padalah dikatakan bahwa kalau sudah pagi Tuhan naik lagi ke ‘ArsyNya.
(3). Bagus kalau kubawakan hadits berikut ini, dari kitab Irsyad karya Syaikh Mufiid:
ان بعض احبار اليهود جاء إلى أبى بكر فقال له : أنت خليفة نبى هذه االمة ؟ قال له : نعم ، فقال له: انا نجد في التورية ان خلفاء االنبياء أعلم أممهم فخبرنى عن اهلل اين هو في السماء هو أم في االرض ؟ فقال له أبوبكر : هو في السماء على العرش ، فقال اليهودى: فأرى االرض خالية منه وأراه على هذا القول في مكان دون مكان ؟ فقال له ابوبكر : هذا كالم الزنادقة اعزب عنى ) 1 ( واال قتلتك ، فقال له أمير المؤمنين على بن ابى طالب عليه السالم : يا يهودى قد عرفت ما سألت عنه وأجيب عنه به ، وانا نقول ان اهلل جل جالله اين االين فال أين له ، وجل ان يحويه مكان ، هو في كل مكان بغير مماسة وال مجاورة يحيط علما
بما فيها وال يخلو شيئ منها من تدبير تعالى
.........
“Apakah anda khalifah Nabi dari umat ini?” Abu Bakar menjawab: “Benar begitu”
Mereka berkata: “Di dalam kitab Taurat kami dikatakan bahwa khalifah/pengganti para nabi itu adalah paling pandainya umat Nabi tersebut. Karena itu beritahukanlah kepada kami tentang Allah, apakah Ia di langit atau di bumi?”
Abu Bakar menjawab: “Ia berada di langit, duduk di atas ‘Arsy”
Si Yahudi berkata: “Kalau begitu kulihat Tuhan itu tidak ada di bumi, dan kalau begitu berarti Ia ada di suatu tempat dan tidak ada di tempat lain.”
Abu Bakar berkata: “Perkataanmu ini adalah perkataan orang-orang zindiq/kafir. Pergilah, karena kalau tidak, maka akan kubunuh kamu.”
Kala itulah berkata imam Ali as: “Wahai Yahudi, aku paham apa pertanyaanmu itu dan aku akan menjawabnya. Karena itu kukatakan bahwa Tuhan itulah yang telah menentukan (mencipta) tempat, karena itu tidak ada tempat yang bisa mengurungNya. Dia Lebih Agung dari peliputan tempat. Ia ada di setiap tempat tetapi bukan berarti bersentuhan (terikat) dan bukan pula berarti berdempetan/berjejer. Dia mengetahui semua yang ada di dalamnya dan tidak tak ada satu makhlukpun yang luput dari pengaturanNya. ”
(4). Karena itu ya akhi fillah, Tuhan itulah yang telah membuat «tempat» dan «dimana» itu, lalu bagaimana «tempat» dan «dimana» yang merupakan makhlukNya ini bisa meliputiNya. Karena itu ‘Arsy kek, surga kek semua itu adalah tempat dan makhlukNya. Karena itu, tidak mungkin Tuhan diliputinya.
Memang ajaran selain dari imam makshum as itu akan mengatakan bahwa Tuhannya seperti bulan purnama atau menunjukkan kakiNya, atau meletakkan kakiNya di neraka hingga neraka berkata “cukup-cukup” ....dan seterusnya. Karena itu, maka sudah pasti Tuhan yang seperti ini diliputi tempat, seperti surga (dimana tidak ada di luar surga), di ‘Arsy (dimana tidak ada di bumi), di depan (ketika dilihat bagai bulan purnama karena pasti ada di depan) ....................dan seterusnya.
(5). Kita sebagai Syi’ah tidak mau heboh dengan akidah yang kita anggap sesat, karena semua sudah jelas dan tidak ada paksaan dalam agama. Lagi pula di akhirat kan ditanggung sendiri- sendiri.
Wassalam.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar