Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Mei 2021

Apakah Allah Secara Langsung Mendengar Do’a dan Menyaksikan Atau Melalui PerantaraNYA


Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326172014094268/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:20


Bunga Cinta Kebenaran: Salam Ustadz,, Sebagaimana yang Ustadz jelaskan mengenai gradasi wujud, maka ada sebab-akibat, dan kita diciptakan melalui perantara-perantara, yang saya tanyakan bahwa kalau kita berdoa, apakah Allah secara langsung mendengar do’a kita ataukah melalui perantara-perantara ?..dan apakah Allah menyaksikan kita langsung tanpa melalui perantara-perantara..? Mohon pencerahan, syukran.

Jumat, 05 Maret 2021

Tentang Do’a Meminta Panjang Umur


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/324617234249746/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Februari 2012 pukul 18:06


Penanti Al-Muntazhar: Salam Ustadz Sinar Agama..apakah benar bahwa sangat berbahaya sekali bila kita berdoa minta umur panjang? Saya pernah mendengar dari orang bijak bahwa hal itu berbahaya,saya ingin tahu pandangan ustad yang saya hormati..afwan.

Minggu, 02 Agustus 2020

Doa-doa Menolak Jin


seri tanya jawab: Denok Saja dengan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/250780201633450/ by Sinar Agama (Notes) on Sunday, September 18, 2011 at 9:30pm


Denok Saja: Assalamu’alaikum Ustadz.

Mau bertanya dikit,..Ustadz,..selama ini yang saya lihat (sebagian tentunya)adalah pertanyaan- pertanyaan tentang hal-hal yang bisa di rasio,..bagaimana dengan yang tidak,..misal hubungannya dengan Syetan, jin, Iblis,..

Ustadz adakah amalan dari ajaran AB guna menolak gangguan, atau membantu menolong orang yang lagi diganggu bangsa JIN (kesurupan) misalnya,..

Selasa, 12 Mei 2020

Kiat-kiat Menggapai Hajat dan Terkabul Doa


seri tanya jawab: Vito Balataw dengan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=231336193577851 by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, August 10, 2011 at 7:16am

Vito Balataw: afwan ustadz, dari paparan ustadz dimalam lailatulqdr iitu disetujui atau tidaknya pilihan-pilihan kita setahun kedepan, baik dari sisi takwini atau tasyri’i maupun keduanya, dari sini timbul pertanyaan ana, bagaimana apa yang dihajatkan itu bisa direstu di takwini tapi juga di restu di tasyri’i nya. afwan

Jumat, 17 Januari 2020

Penjelasan Do’a Arafah Imam Husain as : ”Mendapat apakah orang yang kehilanganMu, dan kehilangan apakah orang yang mendapatkanMu?!”


Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068?view=doc&id=218954708149333 Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 16 Juli 2011 pukul 14:25


Sinar Agama: Bismillahirahmanirrahim

Kalau manusia memang benar-benar ingin mencari selamat dan kesempurnaan, maka sudah tentu ia tidak akan mementingkan hal lain di dunia ini kecuali Allah. Karena itu, semuanya akan serba Allah dalam hidupnya. Cara berfikir, cara hidup, cara senyum, cara cinta, cara benci

.... walahsil cara lahir batinnya dalam seluruh aspek kehidupannya, akan selalu diselaraskan denganNya atau dengan keHendakNya (syariat). Karenaitu, ia akan sesuai semua hidupnya, lahir dan batin, dengan agama Islam, secara profesional dan argumentatif gamblang.

Kamis, 19 Desember 2019

Shalat, Doa Mukminin dan Ampunan Tuhan, Bukan Otomatis Sebagai Pengampun


Seri tanya jawab KinAi RiNan dengan Sinar Agama November 2, 2013 at 4:09 pm


KinAi RiNan mengirim ke Sinar Agama: 17 April 2013

Salam, saya pernah menemui orang berkata “selagi kita ini sudah mengerjakan sholat maka kita sudah bisa di pastikan masuk surga karena kita ini seorang muslim, dan seorang muslim tiap hari di doakan oleh jutaan muslim lainnya, termasuk di doakan agar dosa dosa kita di ampuni, dan tentu doa itu akan di kabulkan karena yang mendoakan lebih dari 40 orang, yang mendoakan 40 orang saja bisa di kabulkan apalagi yang mendoakan jutaan orang tiap hari.

Pertanyaan saya:

1. Bagaimana menurut Ustadz kata-kata orang di atas ?

2. Bagaimana sebenarnya maksud hadist yang mengatakan bahwa setiap doa 40 orang pasti ada salah satu yang di kabulkan? (maaf teks hadits lengkapnya saya tidak tau tapi saya sering mendengar hadits ini saat ceramah-ceramah pengajian Sunni).

3. Sejauh mana doa saudara muslim yang mendoakan kita terutama doa di ampuninya dosa- dosa kita, apakah dosa kita akan habis setelah di doakan atau hanya berkurang aja ? Syukron Ustadz.

Achmadi Al Fauzi dan KinAi RiNan menyukai ini.


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

Mukaddimah:

1- Sepertinya, saya sudah sering menjelaskan bahwa ajaran Islam itu bukan satu ayat dan bukan pula satu hadits. Tapi ribuan ayat dan ribuan hadits.

2- Ketika Islam itu terdiri dari ajaran yang bersumber dari ribuan ayat dan hadits, sudah tentu ajaran yang akan diambil daripadanya, juga ribuan ajaran dan pelajaran, baik keimanan atau fikih dan hukum.

3- Ketika Islam itu terdiri dari ribuan ajaran akidah dan fikih, maka jelas tidak bisa ditegakkan hanya dengan beberapa ayat-hadits atau beberapa akidah dan fikih.

4- Menjadi Islam itu dari satu dua ayat dan hadits, atau dari satu dua akidah dan fikih, sama dengan membuat gambar manusia dengan hanya melukis telinga dan hidungnya.

5- Wahabi mengapa berwajah mengerikan, karena mereka, di samping membuat agama mereka dari satu dua ayat-hadits itu juga tidak mau mendengarkan dan adu argumentasi dengan pandangan lain serta, ini yang paling berat, memaksakan keyakinannya kepada golongan lain dan menghalalkan segalanya manakala tidak mau menerima akidah mereka. Jadi, kalau wahabi itu digambarkan sebagai singa, maka ia hanyaterdiri dari gigi dan taring saja. Terlebih gigi dan taringnya itu, dibuat dari ajaran Yahudi yang dinisbatkan kepada Islam. Akhirnya, mereka menjadi mengerikan di atas mengerikan. Sekalipun singa kalau lengkap, maka masih bisa dilihat keindahannya dari jauh, sebab bulunya yang indah, bentuknya yang juga gagah dan semacamnya, bisa dinikmati yang memandangnya. Tapi kalau hanya gigi dan taring saja, maka menjadi mengerikan secara luar biasa. Mereka itu, persis berada di arah yang berlawanan dengan Islam itu sendiri. Jadi, kalau Islam itu nur di atas nur, maka mereka adalah kesesatan di atas kesesatan. Kalau Islam itu murni dan asli, maka mereka itu adalah bid’ah di atas bid’ah.

6- Bayangin, wahabi, dengan satu hadits bid’ah, semua jadi bid’ah dan semua kebenaran lainnya pun sudah tidak berharga lagi hingga semuanya wajib masuk neraka dan dibunuh. Karena hadits bid’ah adalah semua bid’ah itu dhalaalah/sesat dan setiap sesat, tempatnya di neraka. Jadi, mau bertauhid, mau shalat dan puasa, mau haji, mau apa saja, pokoknya harus masuk neraka karena melakukan bid’ah.

Kan jadi kacau. Terlebih lagi mereka sama sekali tidak mengerti maksud bid’ah itu. Mereka mengartikan bid’ah itu adalah semua tambahan. Yang lebih mengenaskan sebenarnya bukan dedengkot wahabinya. Karena kalau dedengkotnya itu hanya dan hanya mencari jalan supaya bisa membantai muslimin dan menguasainya dengan nama Islam. Karena itu, bagi mereka kerajaan, sekolah, foto, cium tangan, menyembah, sungkem, tarian-tarian, pelacuran, tidak hijab, diskotik, sebagaimana yang kita lihat di kerajaan-kerajaan mereka, dengan rileks dan senang hati melakukannya. Tapi yang dibodoh-bodohi, yaitu muslimin dunia yang lugu, yang mau dipentungi di Ka’bah karena mencium ka’bah tapi tidak mengapa cium hajar aswad dan seterusnya apalagi yang keblinger dengan bantuan uangnya yang ia ambil dari hasil penjajahannya (menjajah Sunni di semenanjung jazirah Arab termasuk Makkah dan Madinah dengan mengorbankan ribuan Sunni yang digorok seperti binatang di alun-alun kota dan lapangan terbuka), maka mereka dipaksa ekstrim untuk menjaga nilai-nilai yang mereka gariskan, seperti membid’ah ini dan itu, seperti gambar, dan seterusnya.


Jawaban Soal:

1- Semua yang ditulis atas itu, yakni wahabi, diambil dari sisi ajaran Islam yang melarang bid’ah. Nah, begitu pula dengan apa yang antum tanyakan. Yakni sisi dan dimensi yang lain dari ajaran Islam ini. Yaitu dari sisi pengampunan karena didoakan muslimin.

Artinya, kalau hanya ini yang diambil dari Islam, maka sudah tentu akan menghasilkan wajah yang aneh pula. Memang boleh mengharap, tapi tidak boleh meninggalkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang lain. Wahabi juga boleh bergaya mau taqwa dan ingin membersihkan diri dari bid’ah, tapi: Pertama harus dipahami dulu apa arti bid’ah itu. Ke dua, jangan meninggalkan ayat-ayat dan riwayat-riwayat yang lain.

Jadi, kalau gambaran wahabi dari singa itu adalah hanya gigi dan taringnya, maka gambaran pengampunan ini sama dengan melukis buaya yang hanya air matanya saja. Yakni tanpa mata, hidung, kepala dan bagian-bagian tubuh lainnya. Akhirnya, akan menjadi lucu kalau melukis air mata lalu mengatakan kepada orang bahwa gambar itu adalah buaya. Persis seperti wahabi-wahabi itu. Dengan demikian, maka tidak benar kalau ajaran Islam mengatakan bahwa yang penting shalat lalu mau berbuat dosa apa saja, maka tetap akan masuk surga. Sisi ketidakbenarannya banyak, diantaranya:

a- Anggap sudah benar, sekali lagi anggap sudah benar, bahwa yang penting shalat. Tapi shalat ini adalah yang shalat menurut Tuhan, bukan shalat menurut kita. Shalat menurut Tuhan adalah yang sesuai dengan QS: 29: 45:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan maksiat dan mungkar/batil.”

Karena itu, kalaulah yang penting itu shalat, maka shalat yang menepis semua dosa dan kebatilan. Karena itu, lalu bagaimana orang yang shalat itu masih melakukan dosa. Itulah mengapa di Syi’ah, orang yang masih melakukan dosa tidak bisa jadi imam shalat. Karena shalatnya berarti belum benar secara lahir dan batin. Karena kalau benar, sudah pasti dijamin Tuhan bahwa ia tidak akan melakukan segala macam kebatilan dan dosa apapun. Minimal, secara sengaja. Karena itu kalau tidak sengaja, tidak dosa dan tetap tidak mengganggu lahir batin shalatnya.

Jadi, yang shalatnya sudah benar, pasti tidak akan melakukan dosa, alias kesalahan yang disengaja atau membiarkannya setelah tahu. Karena itu, ia pasti tidak akan berdosa dalam urusan-urusan dirinya, keluarganya, sosialnya, organisasinya, pertemanannya, budayanya, politiknya, ekonominya, berjihadnya, bertablighnya, mengajarnya, belajarnya, berdagangnya, pengajiannya, peringatan syi’ar-syi’ar Islamnya seperti mauludatau kesyahi- dan, menolong yang tertindasnya seperti Sampang, facebookannya, dan seterusnya.

Karena itulah, Islam mengatakan bahwa kita tidak boleh melihat hanya wajah dan bentuk- nya, tapi harus melihat nilai-nilai dasarnya dan kebenaran gamblangnya. Jadi, tidak perlu yang menjadi ustadz merasa lebih dari yang lain selain hanya dan hanya informasinya saja (karena muridnya bisa sangat lebih tinggi ketaqwaan dan derajatnya dari gurunya yang apalagi mengajar demi uang dan lain-lainnya sekalipun uang ini tentu halal kalau bukan ngajar fikih, tapi pahala mengajarnya akan hilang). Begitu pula, yang menjadi murid, jangan merasa lebih rendah dari gurunya kecuali hanya dan hanya dalam informasi dan ilmunya saja (tentu tidak boleh juga menyombongkan diri dan merendahkan gurunya. Maksud saya tidak perlu minder dan merasa pasti di bawah gurunya dari ketaqwaan) kecuali kalau baginya memang si guru itu orang yang ketatpada dirinya sendiri dalam ketaqwaan (lembut membenahi kesalahan orang lain tapi menampar pipinya sendiri dalam membenahi kesalahan dirinya sendiri). Dan kalau mendapatkan guru yang seperti itu maka junjunglah dia dan agungkan serta jadikan wasilah tawassul pada Allah, untukilmu dan ketaqwaan.

By the way, wajah yang dalam arti luas ini, sama sekali bukan penentu ketinggian derajat disisiNya. Seperti, tampan-tidaknya, cantik-tidaknya, guru-tidaknya, ustadz-tidaknya, alim-tidaknya, murid-tidaknya, partai-tidaknya, kaya-miskinnya, penulis-tidaknya, tokoh- tidaknya, hujjatul islam-tidaknya, ayatullah-tidaknya, orang tua-anaknya, darah biru- merahnya, dan seterusnya.

Memang, dalam tatanan sosial, semua memiliki hak dan kewajibannya. Tapi semua ini, hanya aturan ketaqwaan dalam sosial bagi setiap unsur-unsurnya, bukan peninggian secara otomatis bagi yang berhak ke atas yang harus memberikan haknya. Misalnya, orang tua yang harus ditaati dalam arti tidak boleh disakiti oleh anaknya, bukan berarti si orang tua itu langsung lebih tinggi dari anaknya. Jadi, bisa saja anaknya ahli surga dan kedua orang tuanya kekal di neraka. Begitu pula dengan hak-hak lainnya dalam sosial. Yakni antara yang diberi hak oleh Allah dengan yangdiwajibkan memberikan haknya oleh Allah.

b- Dalam hadits-hadits yang tidak bisa diragukan kebenarannya dikatakan bahwa:

“Kalau shalat seseorang sudah diterima, maka amal-amal lainnya akan diterima. Dan kalau shalatnya tidak diterima, maka ditolak pula amal-amal lainnya.”

Kalau hadits ini didekatkan dengan ayat di atas, maka maknanya akan menjadi jelas. Yaitu karena amal-amal baik seseorang yang shalatnya belum benar, maka bisa dipastikan ada errornya, mungkin dari sisi fikihnya, mungkin dari sisi niatnya, mungkin dari sisi ikhlashnya, mungkin dari sisi tidak ilmiahnya, mungkin dari sisi dalilnya, dan seterusnya.

2- Tentang pengampunan itu, sudah tentu Pengampunan Tuhan itu jauh lebih luas dari semuanya termasuk doa-doa semua muslimin dan bahkan Malaikat as, para Nabi as dan para Washi/ Imam as.

Kalau hanya dengan ayat dan hadits yang mengajarkan pengampunan, lalu meninggalkan yang lainnya, maka tidak beda dengan cara keimanan wahabi yang sudah pasti mencelakakan dan tidak akan pernah menyisakan apapun kecuali kefatalan dan ketidakseimbangan. Ringkasnya, tidak akan pernah menjadi Islam yang kaaffah/lengkap.

Karena itu, kita harus membaca ayat-ayat dan hadits-hadits lainnya, seperti yang sudah diterangkan di jawaban pertama itu.

Di samping itu, juga kita berusaha dengan tambahan-tambahan lainnya. Yaitu yang membuat potensi pada kita untuk menerima ampunanNya itu. Karena AmpunanNya itu, tidak pernah berhenti seperti Kasih dan SayangNya. Yang menjadi masalah adalah apakah kita punya potensi untuk menerimanya atau tidak. Kalau punya, maka kita akan terampuni dan terkasihi serta tersayangi. Tapi kalau tidak, maka akan menjadi sebaliknya.

Begitu pula dengan doa-doa mukminin. Memang, seperti dalam kesaksian dari orang yang meninggal dimana kalau disaksikan baik oleh 40 orang, maka akan diampuni Tuhan, merupakan rahmat dan berkah dari Tuhan yang tidak langsung, karena melalui mukminin. Akan tetapi, ia tetap tidak melampaui keluasan dan ketinggian ampunan dan kasihNya. Karena itu, tetap memerlukan kepada potensi untuk menangkap doa-doa muslimin itu.

Salah satu contoh. Muslimin memohonkan doa untuk kita yang melakukan dosa. Artinya, mereka sedih dengan dosa kita dan mendoakan pengampunan itu. Akan tetapi, kita yang didoakan, tidak merasa sedih dan karenanya mengulangi terus menerus. Kan berarti, dari psikologi keduanya itu sangat berbeda? Yang satu mendoakan karena kesedihan melihat saudara mukminnya melakukan dosa, tapi saudara mukminnya ini sama sekali tidak merasa dosa dan bahkan terus menerus melakukan dosanya tanpa taubat dan, lebih parah lagi, meyakini kepengampunan itu walau dengan dosa-dosa yang dengan sengaja diulang- ulangnya itu. Dua hal ini, jelas tidak bersenyawa dan, karenanya, sangat mungkin tidak akan saling menyapa di alam makna, apalagi mau melindungi yang lainnya.

Tapi karena dari satu sisi terlalu banyak dimensi keTuhanan yang mesti dibahas (bukan dimensi Tuhan, tapi dimensi pembahasan makrifatNya), dan terlalu banyak jalan rumit yang mesti dibahas juga, maka kita tidak bisa memastikan seratus persen pembahasan mengenainya (ampunan danjalan-jalannya secara nyata per-cm atau bahkan permili meternya). Karena itu, kita mesti terus meminta ampun untuk diri kita dan mukminin lainnya, sambil terus berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan dosa.

Karena itu Islam selalu juga mengajarkan tentang penjagaan diri dari dua perasaan dan keyaki- nan, yaitu antara keyakinan akan keselamatan dan pengkabulanNya dan antara ketakutan atas neraka dan penolakanNya (murkaNya). Ini yang dikenal dengan: “Antara takut dan harap”, atau “Maa baina al-khaufi wa al-rajaa-i”.


Penutup:

Tidak ada yang lebih ekstrim tentang ayat pengampunan Tuhan dari ayat berikut ini, Allah dalam QS: 4: 48:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik terhadapNya dan mengampuni dosa-dosa lainnya bagi yang dikehendakiNya.”

Perlu diketahui bahwa pengampunan ini bukan karena taubat. Karena kalau dengan taubat, maka dosa syirik pun pasti diampuni. Jadi, pengampunan ini adalah pengampunan fadhilah dan luthf, atau keUtamaan dan keLembutan Tuhan, atau Maha Kasih dan SayangNya.

Tapi apakah kita boleh menghambur dosa baik besar atau kecil, karena ayat ini? Jelas tidak bisa. Karena Allah mengatakan “...bagi yang dikehendakiNya”. Nah, kalau demikian halnya, lalu dari mana kita meyakini bahwa yang dikehendakiNya itu termasuk diri kita? Karena itu, kita tidak bisa terlena dengan ayat ini.

Lagi pula, Tuhan dengan ratusan ayatNya menjelaskan bahwa Ia akan memasukkan ke neraka siapa-siapa yang tidak menaatiNya. Karena itu, kita tidak memiliki jalan selamat kecuali berusaha sekuat tenaga untuk taqwa hingga tidak melakukan dosa apapun dan tidak meninggalkan kewajiban apapun. Tapi kalau kita sesekali jatuh dalam dosa, maka kita tidak boleh putus asa karena ada janji pengampunan itu. Jadi, terus berusaha taqwa sesempurna mungkin sambil terus memohon ampunanNya, merupakan jalan Islam yang diajarkan dan sempurna hingga tidak hanya tinggal gigi dan taringnya saja (bagi gambar harimau), atau tinggal buntutnya saja (seperti para pelugu yang mungkin termasuk kita-kita, na’udzubillah).

Jalan Satu-satunya:

Karena itu, tidak ada jalan lain kecuali berusaha taqwa secara profesional, yaitu dengan ilmu yang argumentatif gamblang, baik dalam akidah atau fikih dan, berusaha mengamalkannya secara ikhlash.

Semoga kita semua bisa menggunakan sisa-sisa umur kita ini, untuk ketaqwaan yang hakiki itu dan, semoga Tuhan membantu kita dan menerima kita semuanya, amin. Wassalam.


KinAi RiNan : Amin. Bihaqqi Muhammad wa aali Muhammad, syukron jawaban panjang lebarnya dan sudah jelas bagi saya tentang pertanyaan saya di atas.

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Kamis, 05 Desember 2019

Dari Mendoakan Orang Tua Sampai ke Sambel Kemiri


Seri tanya jawab Fatimah Zahra dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 2:22 pm


Fatimah Zahra mengirim ke Sinar Agama: 8 April 2013, Salam. Bagaimana efek spiritual kepada orang tua yang dikirimkan shalawat sebanyak-banyaknya. Dimana orang tua itu dalam kondisi sakit dan Sunni pula. Dan apa bila orang tua meninggal dunia, apakah dido’akan dan dikirim shalawat akan meringankan dosa-dosa mereka? Amalan apa yang harus dilakukan seorang anak, agar orang tuanya terbebas dari dosa-dosa?

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

Sunni itu, sudah berkali-kali saya katakan, bahwa sangat-sangat tidak ada masalah. Bahkan kafir sekalipun. Yang menjadi masalah itu, kalau sudah sampai kepadanya kebenaran Islam dan Ahlulbait secara profesional dan tanpa cacat baik ilmiah atau aplikatif, yang juga dipahami dengan benar dan profesional dimana dengan itu sudah mengerti bahwa agama selain islamnya itu atau madzhab selain Ahlulbaitnya itu, adalah agama atau madzhab yang salah dan sudah mengerti bahwa Islam atau madzhab Ahlulbait itu yang benar, tapi ia tidak mengikuti Islam atau Ahlulbait, maka sejak inilah dia memiliki masalah dengan Tuhan.

Tapi bagi yang belum jelas karena tidak sampainya kejelasan profesional itu kepadanya dan iapun bukan karena malas, tapi mungkin karena memang tidak mendengar tentang Islam atau Ahlulbait, atau mendengar juga, tapi ia merasa dengan ikhlash bahwa tidak memiliki sedikitpun keraguan dalam agama atau madzhabnya hingga iapun merasa yakin dan ikhlash bahwa tidak wajib mencari tahu tentangnya, atau mendengar penjelasannya tidak dengan ikhlash pula ia berfikir bahwa agamanya atau madzhabnya masih dipahami lebih benar...dan semacamnya dimana hanya Tuhan yang tahu alasan atau udzur yang hakiki yang mana, maka sangat mungkin dia ini masih diterima Allah. Memang, keadaan udzur yang hakiki hanya Tuhan yang tahu, mana yang beralas-alasan dan mana yang udzur hakiki.

Akan tetapi, kita sebagai muslim Ahlulbait as, tidak boleh langsung menerakakan orang lain karena agama atau madzhabnya. Kita boleh menyatakan salah, tapi harus dengan argumentasi yang kokoh dan santun serta lembut dan tidak memaksa dan tetap menjaga hubungan persaudaraan seagama atau semanusia.

By the way, mendo’akan orang tua dalam segala kondisi di atas itu, sangat-sangat dianjurkan oleh Islam Ahlubait dan in'syaa Allah tetap sangat mungkin sampai kepadanya dan dapat meringankannya atau bahkan meninggikan derajatnya (yakni kalau dalam madzhab Sunninya yang ma’dzur-diterima udzurnya oleh Tuhan seperti kemungkinan-kemungkinan di atas itu- itu ia termasuk orang yang memang taqwa dan menjaga agamanya.

Semua perbuatan baik dapat dilakukan, seperti mendoakannya, melakukan kebaikan dan pahalanya dihadiahkan padanya (seperti sedekah, shalat-shalat sunnah, umrah, ziarah, bacaan Qur'an, wakaf, bahkan sekalipun hanya berupa senyum sunnah kepada sesama jenis, dan seterusnya).

Fatimah Zahra :Makasih ustadz, ringan bebanku sekarang. Minta do’a antum ustadz, bapak saya kena struck ringan sekarang.

Piliang Dtk Panjang: Fatimah Zahra@ struck ringan bisa ditolong dengan pijit saja ada tempatnya, pembayaran seridhonya in'syaa Alloh banyak yang berhasil.

Fatimah Zahra: Piliang, iya kah? Makasih banyak info nya akhi.. Alhamdulillah..

Sinar Agama: Fatimah, ikut mendoakan in'syaa Allah. Oh iya, kalau struknya itu disebabkan tekanan darah tinggi, maka kalau makan, beli lalapan rebusan timun. Tapi tidak boleh banyak- banyak. Misalnya sehari dua biji atau dua biji pertiap makan. Tempo hari, ada nenek teman di Sulawesi yang sudah tidak bisa jalan bahkan karena darah tingginya itu (struk), lalu dengan makan timun rebus tersebut, maka sekarang sudah pulihkembali. Kalau kebanyakan bisa droup. Karena itu satu buah permakan atau dua, sudah cukup. Enak lo biar untuk orang sehat, apalagi sambelnya sambel kemiri (untuk kesehatan otak), lalu lauknya ikan mujaer, emas atau gurame yang digoreng. he he ... betul-betul, semoga cepat sembuh dengan keberkahan dan kesyukuran, amin.

Piliang Dtk Panjang: Eh aku jadi lapar, pak ustadz boleh juga tuh resepnya.

Sinar Agama: Piliang: Cukup sediakan nasi panas. Lalu sediakan pula rebusan timun itu. Ketika merebus bisa juga badan timunnya ditoreh pakai pisau. Lalu sediakan pula sekitar 5 kemiri yang digoreng bersama cabe pedas (secukupnya) dan satu buah tomat sebesar telur ayam. Setelah digoreng, lalu ketiga unsur itu diulek dengan disertai garam secukupnya. Jadilah ia sambel kemirinya. Sediakan juga ikan emas atau gurame atau mujair yang juga digoreng. Sudah deh, selamat makan sehat in'syaa Allah. Di sambalnya itu bisa dikasih sedikit kemangi yang bisa juga diulek-ulek tapi tidak sampai hancur. Oh iya, untuk sayurnya, selain timun rebus itu, juga bisa diganti dengan terung bakar (tapi ini bukan obat darah tinggi).Untuk rebusan timun itu, kalau kita tidak sakit, bisa makan lebih dari dua buah seperti yang ditulis di atas itu. Dan timun tersebut, membuat tidak keselekan dengan makan keringan ini. Karena ia mengandung air. Walhasil, enak deh in'syaa Allah. Semoga berkah dan disyukuri. amin.

Silver’dj Bama: Hmm.

Piliang Dtk Panjang: MasyaAlloh,,, ustadz. Bukan masalah agama saja yang dikupas, yang di dapur juga ustadz ahlinya. Syukron ustadz, saya akan coba tentang timun rebus dan sambel kemiri itu, suer, sambel kemiri saya baru dengar dari ustadz. Pasti saya akan coba membuatnya. He he Salam dan sholawat.

Allohumma sholli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad wa ajjil faroja aali Muhammad.

Fatimah zahra@ pijit yang saya katakan adanya di cipanas, tepatnya taman bunga, dengan bapak haji Ning, no hpnya nanti saya inbox.

Fatimah Zahra: Tenyata manfaat kemiri bagus juga yah ustadz. Alhamdulillah, kemiri itu bumbu idola saya. Selain bikin gurih juga bikin kental masakan. Alternatif untuk yang tidak suka MSG. Syukran ustadz.

Sinar Agama: Piliang: Hati-hati goreng kemirinya. Apinya jangan terlalu besar, karena ia cepat sekali gosong/hangus. Dan, sudah tentu jangan sambil facebookkan, karena benar-benar bisa gosong. Selamat mencoba semoga berkah dan tersyukuri.

Sinar Agama: Fatimah: Kemiri itu memang untuk otak dan ini ada dalam hadits tapi makruh kalau dimakan sendirian. Kemiri ini juga bisa dijadikangantinya micin yang kurang sehat itu. Baik untuk masak nasi goreng dan semacamnya.

Sang Pencinta: Ustadz sa: saya belum nyobain resep kemirinya nih ustadz, kayaknya kudu cari istri dulu, hehe. By the way Fatimah: semoga ayah lekas sehat seperti sedia kala, in'syaa Allah struk ringan cepat recovery-nya.

Sinar Agama: Pencinta: Kan bisa dipesan ke pembantu rumah atau kalau tidak ada, kan bisa pesan ke ibu he he...

Sang Pencinta: Iya sih ustadz, tapi saya ga biasa rikues-rikues gitu. Apa yang ada aja dimakan. Nanti deh saya bikin sendiri. By the way tiap hari makannya ustadz ?

Sinar Agama: Hati-hati kalau tidak biasa masak. Walaupun hanya goreng tomat itu tidak mudah. Karena kalau tidak dilobangi, maka bisa meletupdan bagian isinya bisa muncrat ke wajah atau ke mata. Dan kalau dilubangi terlalu besar, maka air di dalam tomatnya bisa keluar. Saya tidak ingin antum punya masalah gara-gara hanya ingin coba sambel kemiri, he he ..

Sang Pencinta: Saya dulu pernah punya warung kaki lima, ya minimal bikin sambel semoga bisa deh. hehe.

Sinar Agama: Ya..kalau begitu pintar atuh masaknya? he he ...

Zainab Naynawaa: Ustadz SA@ ko dengan resep sambel kemiri jadi ingat seseorang beliau juga jago buat sambel kemiri kalo tidak salah saya makan di rumah beliau sekitar tahun 15 tahun yang lalu, cuman waktu itu ga pake ikan mujaer hanya tempe dan lalapan, saja tapi sekalipun menunya sederhana wewnak dan nikmat itu disebabkan yang masak ahli dalam berfilsafat jadi rasanya penuh dengan argumen dan dalil dalil...semoga hal ini bisa mengingatkan beliau..semoga beliau selalu diberkahi...illahi amin.

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Jumat, 30 November 2018

Status Allah Sebelum dan Sesudah Mencipta



Seri tanya jawab Mahisa Sogeg dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama on Saturday, January 5, 2013 at 2:53 pm


Mahisa Sogeg mengirim ke Sinar Agama: 25-10-2012, Afwan Ustadz, apa status Allah sebelum menciptakan makhluq? Mana yang lebih dulu Kholiq atau makhluq? 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

  1. Status Allah sebelum mencipta adalah Kuasa Mencipta. Tapi harus diingat bahwa Allah tidak memiliki status karena apapun selainNya adalah makhlukNya yang, jelas tidak bisa mengurung- Nya. Status ini, kalau diartikan kondisi, maka jelas tidak akan pernah mengkondisiNya. Jadi, kita hanya pinjam kata dari kata “status” yang, mungkin lebih tepat kalau dikatakan MaqamNya dalam arti derajat WujudNya, bukan pemaqaman dan penderajatan. Jadi, tepatNya adalah maqam DzatNya.
  2. Untuk kewujudan Dzat Pencipta dengan kewujudan dzat Makhluk, jelas lebih dulu Dzat Pencipta. Tapi pensifatan Dzat Pencipta dengan sifat Pencipta, kalau dibanding dengan wujud makhluk, maka lebih dulu wujud makhluk. Tapi keberlebih-duluan di sini bukan jaman dan waktu, tapi hanya urutan dalam pahaman saja. Tapi kalau membandingkan pensifatan sifat Pencipta kepada Dzat Pencipta dengan pensifatan sifat makhluk kepada dzat makhluk, maka adanya bersamaan, karena Pencipta dan Makhluk itu dilihat dari pemahaman bisa dikatagorikan sebagai mutadhaaifain seperti atas dan bawah dimana harus dipahami secara bersamaan. 

Wassalam. 


Nur Ikhwan: Assalamu’alaikum Ustadz Afwan ana mau tanya Ustadz. Apakah ada amalan-amalan, tertentu agar dipermudah dalam hajat, seseorang Syukron, wa afwan 

Sinar Agama: Nur: sudah tentu saja ada banyak jalan, seperti banyak shalawat, istighfar, menolong orang dan lain-lain. Ada juga yang berupa shalat, misalnya: 

1- Bangun di tengah malam, lalu mandi sunnah (tentu ambil wudhu dulu supaya tidak perlu mengeringkan kepala sehabis mandi, tapi kalau mau wudhu sehabis mandi juga tidak ada masalah), lalu memakai bajunya yang paling bersih, lalu mengambil sedikit air dan membaca 10 x surat Qadr, lalu memercikkan sedikit dari air tersebut ke tempat shalatnya dan tempat sujudnya (tentu saja yang ke tempat sujud ini adalah secara meluas, yakni arah tempat sujud dan, sudah tentu pula yang untuk dikenakan pada turbahnya juga mesti sangat sedikit supaya turbahnya tidak rusak), lalu shalat dua rokaat dua rokaat yang di dua-dua rokaatnya membaca al-fatihah dan surat Qadr. Setelah itu baru memohon hajatnya. 

2- Ketika sudah tengah malam (dan ke atas) ambil wudhu dan bertawadhu’ dan merendah diri di hadapan Tuhan. Lalu shalat dua rakaat dimana di rakaat pertamanya membaca al fatihah dan surat ikhlash (Qul huwallaahu ahad ) dan di rakaat ke duanya membaca al-fatihah dan surat “Ya ayyuha al kaafiruun”. Ketika sudah selesai shalat, membaca “Subhaanallaah” 33 kali, dan “al Hamdu lillaah” 33 kali, dan “Allaahu akbar” 34 kali, lalu membaca doa ini: 


Kemudian sujud dan membaca: 


Kemudian membaca: 


Kemudian mengucap ini berulang kali sampai habis nafas : 

أَسْأَلُكَ
Kemudian membaca: 

مَا أَنْتَ أَعْلَمُ

Kemudian membaca: 

إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْ ءٍ قَدِيْرٌ


Kemudian membaca: 


Lalu sampaikan hajatnya. 


Sang Pencinta: Nur: Kiat-kiat Menggapai Hajat dan Terkabul Doa, Oleh Ustadz Sinar Agama: http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=231336193577851, 

Shalat Hajat Oleh Ustadz Sinar Agama: http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/231841550193982/, 

Doa, Ikhtiar, Tawassul, Syafaat dan Berkah, Oleh Ustadz Sinar Agama = http://www.facebook.com/home.php?sk=group_210570692321068&view=doc& id=212332345478236

Iwan Roses: Maaf Ustadz saya kurang bisa dalam membaca doanya dalam tulisan arab karena kurang jelas kalo di Fb ini, bisakah ditulis dalam tulisan indonesia biar mudah saya menghafalnya? Terima kasih. 

Sinar Agama: Iwan: Aduh afwan banget tentang hal ini. Coba antum minta bantuan orang lain. Pertanyaan yang harus kujawab di inbox dan dinding ini sangat banyak, afwan banget. Semoga antum menghalalkanku. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alla Muhammad wa aali Muhammad 

Irsavone Sabit: Betul ustadz, mungkin banyak teman-teman yang sama kasusnya dengan IWAN, tidak bisa membaca tulisan arabnya karena tidak jelas, jadi doa-doa tersebut tidak dapat diamalkan termasuk saya afwan ustadz 

Irsavone Sabit: Allahumma shalli alla Muhammad wa aali Muhammad 

January 14 at 7:36 am


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Jumat, 16 November 2018

Doa Yang Tidak Akan Pernah Diterima Allah




Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, November 10, 2012 at 11:30 pm


Sinar Agama: 14 Agustus, Bismillaah: 

Salah satu doa yang pasti tidak akan pernah diterima Allah, adalah doa yang meminta tidak disampaikannya dan tidak menyebarnya kebenaran di tengah-tengah masyarakat. 


Dharma Narendra T P, Arif Muhajir dan 74 orang lainnya menyukai ini. 

HenDy Laisa: Contohnya ustadz..afwan. 

Zainab Naynawaa: Afwan jika kebenaran tersebut disampaikan oleh ustadz mungkin ga ada masalah jika kita yang menyampaikan mungkin akan dijauhi dan pasti tidak dihiraukan... 

Baskoro Juragan Tahu : Di mana keadilan Allah jika demikian??? Bukankah iblis pun meminta waktu untuk menyesatkan manusia pun dikabulkan? Afwan ^_^ 

Orlando Banderas: Baskoro. Allah adil tapi juga Maha Bijak. Allah hanya akan mengabulkan doa kalau di situ ada hikmah (maslahat) di dalamnya. Salam. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Maya Zahra: Sabar ustadz... 

Heri Widodo: Allah Humma Sholi Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. 

Hidayatul Ilahi: Nyimak aja ah. 

Rosan Da Vinchi : kalau do’a yang isinya melaknat manusia ciptaan Allah gimana yaaaaaa ?? 

Sang Pencinta: Rosan mulai eksis lagi, tampak mulai terguncang karena kebenaran Ahlul Bait. 

Sinar Agama: Hendy: Contohnya masih anget di face book, he he he ... 

Sinar Agama: Zainab: Sampaikan kebenaran yang argumentatif dan itu yang bisa kita lakukan, lain-lainnya tetap santun pada siapapun. 

Sinar Agama: Baskoro: Syetan itu tidak meminta dihentikannya kebenaran, tapi meminta ijin untuk memerangi kebenaran. Jadi, beda doa syethan dengan doanya. 

Sinar Agama: Rosan: Mengapa kamu tidak tanya kepada Allah saja? Ia dalam QS: 3: 87, berfirman: 


“Bagaimana Allah akan memberi hidayah pada suatu kaum yang kafir setelah beriman sementara mereka menyaksikan bahwa rasul itu benar dan mendatangi mereka penjelasan-penjelasan, sungguh Allah tidak menghidayahi orang-orang yang aniaya/ zhalim (86) Balasan bagi mereka adalah laknat Allah, para malaikat dan semua manusia.” 

Orlando Banderas: Sang Pecinta dan Ustadz. Sepertinya komentar Rossan dihapus. Mungkin karena kata-katanya yang tidak senonoh. Mungkin gak untuk ke depannya kalau ada jawaban komentar tapi komentar sebelumnya di hapus agar menampilkan komentar sebelumnya tapi diedit untuk menghilangkan kata-kata tidak senonoh. Ini tujuannya agar pembaca lain juga tahu kronologisnya. Terima kasih. Salam. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: Aku cuma mengingatkan kaumku yang berseberangan.......... mengapa sampai ini hari belum juga menggunakan akal sehat. 

Sinar Agama: Rosan: Apakah kamu sekarang teringatkan dengan ayat yang kubawa itu? Atau masih mau ngeyel? 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 

Simpulkanlah sendiri dari ayat di atas, dan konfrontir dengan fenomena yang terjadi di kalangan ulama-ulama Syi’ah, apa yang terjadi itu hanyalah sebagian kecil dari azab Allah yang menimpa ulama-ulama Syi’ah, mereka khan mati hampir mayoritas memalukan... semoga ini jadi pembelajaran bagi syiah-syiah ke depannya............... Amien. 

Sinar Agama: Leiya: Selama masih berstatus istri, maka kupikir angkat saja dan apapun kata-katanya, jangan dimasukkan ke hati dan tidak usah dipikir. 

Sinar Agama: Rosan, dari dulu kamu memang suka muter-muter tidak karuan. Tanya tentang laknatnya manusia kepada manusia. Lah .. sudah dikasih ayatnya, malah muter ke komek-komek. 

Kamu mau ikut Qur'an atau komek? Dan anehnya, justru kamu sendiri yang menulis komek komek itu yang dicuatkan dari hatimu yang tidak suka argumentasi dan bukti. Ulama celaka kek, mati memalukan kek, semua dan semua, dikarang olehmu sendiri. Syukur pada Tuhan yang menjadikan pencela pada madzhab Ahlulbait as bisanya hanya mencela dan mengarang. Ketanpabuktian perkataan orang-orang semacam kalian jelas menunjukkan kebatilan kalian dan kebenaran kami. 

Leiya Melika: Sinar Agama@jJadi intinya perempuan itu harus selalu sabar. Begitu Kah ?...Terima kasih.. 

Sinar Agama: Leiya, tidak harus begitu, jadi bisa sabar atau minta cerai. Tapi keputusan ada di tangan suaminya, apakah mau menceraikannya atau tidak. Tapi kalau sabar, maka pahalanya sangat besar sampai dikatakan di riwayat-riwayat yang kita dengar dan baca di kitab-kitab, bahwa yang sabar terhadap kelakuan buruk suaminya, akan diberi pahalanya siti Asiah ra istri Fir’aun. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: Ustadz koq ndak mampu memberikan solusi yang baik, malah membuka peluang membubarkan rumah tangga orang... hei kalau ndak mampu kasih nasehat jangan main asal ngomong doank akibatnya yang dipikirkan tauuu. Ini masalah masa depan anak-anak orang lain koq kamu malah jadi provokator, waaah kebangetan kaleee kamu, tunggulah azab Allah atas perbuatan lidah kamu itu. 

Sinar Agama: Rosan: Solusi yang tepat itu harus mendengar dulu dari kedua belah pihak hingga dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi penyebabnya. 

Reza Fauzan: Al Hamid @ROSAN DV. ROS, ENTE NI SARAP ATAU APE SEEH????!!! KELIATAN BANGAT NYARI PERMUSUHAN!!! NGOMONG AJA UDAH GA JELAS, TAPI SOK AGAMIS, LO!!!! :p 

Bulan Bintang Merah: Kasihanilah Rosan. Tuna ilmu dia. 

Bande Husein Kalisatti: @Rosan : kacian deh lo..!@ 

Edewan Abdul Majid: Coba ditenangkan dulu, soalnya panas banget dech. 

Hikmat Al Isyraq : Percaya atau tidak, kenyataannya apa yang anda tolak akan eksis (bertahan). Dan makin anda benci akan makin menguat dan berkembang. 

Rosan Da Vinchi : Cobalah memaknai suatu masalah dengan mengedepankan pola pikir sebijaksana mungkin hingga akan memudahkan turunnya rahmat jikalau rahmat Allah yang menaungi hati kita maka tak akan ada peluang hawa nafsu berbicara..... anda mengatakan harus ada sharring dari kedua belah pihak untuk menentukan solusi apa yang patut diberikan aku setuju itu, itulah yang kumaksud dengan memaknai suatu masalah, namun yang terjadi adalah antum memberikan alternatif pada suatu masalah itu sendiri, ana mengajak antum berfikir kembali......... !!! 

Dharma Narendra T P: @rosan : bijaksana sekali anda, saya sampai terharu karena kritikan-kritikan membabibutakan mata anda sendiri, muntahkan semua kritikan anda lebih banyak lagi biar saya tambah terharu ustadz Rosan .... hik hik hik. 

Wassalam 

Haidar Dzulfiqar and 15 others like this. 

Sarboz Osemon: Ayat “berdoalah pasti aku kabulkan” dikatakan secara mutlak.. qoidnya dapat darimana? 

Sinar Agama: Sarboz: Apa antum kalau minta kepada Tuhan, supaya Ia jadi makhluk akan dikabulkan? Meminta kepadaNya supaya nabi Muhammad saww dicabut jadi nabi akan diterimaNya? Meminta kepadaNya supaya Ia membatalkan pangkat keimamahan 12 imam akan dikabulkanNya? Kalau meminta supaya antum jadi nabi atau imam, apa akan dikabulkanNya? 

Kalau meminta sekarang dikiamatkan akan dikabulkanNya? Kalau meminta supaya kebenaran itu jangan disebarkan dan jangan dibelaNya, akan dikabulkanNya? 

Ayat yang antum bawa itu mutlak, tapi ayat itu bukan satu-satunya ajaran agama kita. Ribuan ayat lainnya dan puluhan ribu hadits penjelasnya, adalah pengkondisi, penjabar dan mengqoyyid dari satu ayat tersebut. Jadi qoidnya adalah dari seluruh Qur'an dan riwayat. Kan qoid itu tidak mesti muttashil/ menyambung. Bukankah qoid itu bisa munfashil, yakni dalam kalimat-kalimat terpisah???!!! 

November 11, 2012 at 1:07am


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 27 Oktober 2018

Doa Yang Tidak Mungkin Terkabul



Seri status Sinar Agama dan Komentar-komentarnya 
by Sinar Agama (Notes) on Sunday, September 30, 2012 at 11:14 pm

Salah satu doa yang pasti tidak akan pernah diterima Allah, adalah doa yang meminta tidak disampaikannya dan tidak menyebarnya kebenaran di tengah-tengah masyarakat. 


Siti Handayatini, Wirat Djoko Asmoro dan 56 orang lainnya menyukai ini. 

HenDy Laisa: Contohnya ustadz..afwan. 

Zainab Naynawaa: Afwan jika kebenaran tersebut disampaikan oleh ustadz mungkin tidak ada masalah nah jika kita yang menyampaikan mungkin akan dijauhi dan pasti tidak dihiraukan... 

Baskoro Juragan Tahu 40 teman yang sama: Dimana keadilan Allah jika demikian???Bukankah iblis pun meminta waktu untuk menyesatkan manusia pun di kabulkan? Afwan ^_^ 

Orlando Banderas Baskoro: Allah adil tapi juga maha bijak. Allah hanya akan mengabulkan doa kalau di situ ada hikmah (maslahat) di dalamnya. Salam. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad. 

Maya Zahra: Sabar ustadz... 

Heri Widodo: Allah Humma Sholi Ala Muhammad Wa Ali Muhammad. 

Hidayatul Ilahi: Nyimak saja ah. 

Rosan Da Vinchi 13 teman yang sama: Kalau do’a yang isinya melaknat manusia ciptaan Allah gimana yaaaaaa ?? 

Sang Pencinta: Rosan mulai eksis lagi, tampak mulai terguncang karena kebenaran Ahlul Bait. 

Sinar Agama: Hendy: Contohnya masih anget di fb, he he he ... 

Sinar Agama: Zainab: Sampaikan kebenaran yang argumentatif dan itu yang bisa kita lakukan, lain-lainnya tetap santun pada siapapun. 

Sinar Agama: Baskoro: Syetan itu tidak meminta dihentikannya kebenaran, tapi meminta ijin untuk memerangi kebenaran. Jadi, beda doa syaithan dengan doanya. 

Sinar Agama: Rosan: Mengapa kamu tidak tanya kepada Allah saja? Ia dalam QS: 3: 87, berfirman: 

كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ 
(68) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِين 

“Bagaimana Allah akan memberi hidayah pada suatu kaum yang kafir setelah beriman sementara mereka menyaksikan bahwa rasul itu benar dan mendatangi mereka penjelasan-penjelasan, sungguh Allah tidak menhidayahi orang-orang yang aniaya/zhalim (86) Balasan bagi mereka adalah laknat Allah, para malaikat dan semua manusia.” 

Orlando Banderas: Sang Pecinta dan Ustadz. Sepertinya komentar Rossan dihapus. Mungkin karena kata-katanya yang tidak senonoh. Mungkin gak untuk ke depannya kalau ada jawaban komentar tapi komentar sebelumnya di hapus agar menampilkan komentar sebelumnya tapi diedit untuk menghilangkan kata-kata tidak senonoh. Ini tujuannya agar pembaca lain juga tahu kronologisnya. Terimakasih. Salam. 

Rosan Da Vinchi 13 teman yang sama: Aku cuma mengingatkan kaumku yang berseberangan.......... mengapa sampai ini hari belum juga menggunakan akal sehat. 

Sinar Agama: Rosan: Apakah kamu sekarang teringatkan dengan ayat yang kubawa itu? Atau masih mau ngeyel? 

Leiya Melika: Sinar Agama@ apa yang harus dilakukan seorang istri ketika suaminya mengatakan perkataan kotor terhadap istrinya? Salahkah sang istri bila tidak mau dan tidak berani angkat telepon dan balas sms dari suami karena takut mendengar kata-kata kotornya dan hanya akan membuat sang istri tersakiti hatinya... 

Rosan Da Vinchi · 13 teman yang sama: Simpulkanlah sendiri dari ayat di atas, dan konfrontir dengan fenomena yang terjadi di kalangan ulama-ulama Syi’ah, apa yang terjadi itu hanyalah sebagian kecil dari azab Allah yang menimpah ulama-ulama Syi’ah, mereka khan mati hampir mayoritas memalukan... semoga ini jadi pembelajaran bagi Syi’ah-Syi’ah ke depannya............... Amien. 

Sinar Agama: Leiya: Selama masih berstatus istri, maka kupikir angkat saja telponnya dan apapun kata-katanya, jangan dimasukkan ke hati dan tidak usah dipikir. 

Sinar Agama: Rosan, dari dulu kamu memang suka muter-muter tidak karuan. Tanya tentang laknatnya manusia kepada manusia. Lah .. sudah dikasih ayatnya, malah muter ke komik-komik. Kamu mau ikut Qur'an atau komik? 

Leiya Melika: Sinar Agama@ jadi intinya perempuan itu harus selalu sabar. Begitu kah... terimakasih.. 

Sinar Agama: Tidak harus begitu, jadi bisa sabar atau minta cerai. Tapi keputusan ada di tangan suaminya, apakah mau menceraikannya atau tidak. Tapi kalau sabar, maka pahalanya sangat besar sampai dikatakan di riwayat-riwayat yang kita dengar dan baca di kitab-kitab, bahwa yang sabar terhadap kelakuan buruk suaminya, akan diberi pahalanya siti Asiah ra istri Fir’uun. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Minggu, 14 Oktober 2018

Penjelasan Bait Do’a Kumail

Penjelasan Bait Do’a Kumail
“Wahai yang namaNya adalah obat dan zdikir- Nya adalah penyembuhan yang ketaatanNya adalah kekayaan"



Oleh Ustad Sinar Agama
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 9 Juli 2011 pukul 12:16



Al Louna: Dalam bait doa kumail ada yang berbunyi; Wahai yang namaNya adalah obat dan dzikirNya adalah penyembuhan, yang ketaatanNya adala kekayaan. 

Ustadz, apa makna dari bait doa tersebut? 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

(1). Nama Tuhan, adalah keberadaan tajalliNya. Katakanlah hakikat sifat-sifatNya. seperti(Seperti) hakikat Penyembuh, Pemberi Rejeki, Pemaaf ...dan seterusnya, bukan kata-kata itu sendiri. Sedang kata-kata dari nama-nama itu, adalah Namanya NamaNya, bukan NamaNya. 

(2). Ketika kita sudah mengerti NamaNya yang berupa hakikat wujud sifat dan kemuliaanNya itu, yakni bukan nama-nama yang kita ucapkan itu, maka kita harus meyakininya dalam hati bahwa hakikat wujud-wujud itulah yang memberikan efek kepada kita, bukan nama-nama yang kita ucapkan. 

(3). Nah, dengan mengerti hakikat tersebut , maka ketika kita mengucap dzikir dan mengingatNya, harus meniatkan diri menyebutNya dan mendzkiriNya. Yakni DiriNya dan sifat-sifat MuliaNya itu. 

(4). Jadi, dzikir lisan tanda dzikir hati dan dzikir hati sebagai pengikat ruh kita kepada nama- nama Agung itu. Nah, ketika tidak ada aral melintang (seperti dosa atau ingkar nikmat), maka sudah pasti ruh kita itu akan bersentuhan dengan asma-asma tersebut dan, sudah pasti apapun masalah yang dihadapi manusia akan dapat diatasi. Inilah salah satu arti dari “MengingatNya adalah obat dan mendzikiriNya adalah penyembuhan.” 

(5). Makna lainnya, ketika ruh itu sudah bersentuhan dengan asma-asma itu, maka baginya sudah tidak akan menjadi masalah lagi apapun yang akan menimpa dan diderita badannya. Karena itu, ia benar dalam keceriaan walau dalam derita. Karena indahnya bersentuhan dengan asma-asma itu telah membuat kelamnya dunia ini menjadi tidak terasa lagi. 

(6). Makna lainnya, ketika ruh itu sudah bersentuhan dengan asma-asma itu, maka bukan lagi kelamnya dunia ini tidak terasa lagi, akan tetapi benar-benar terlihat indah. Karena ia tahu bahwa kelam-kelam itu adalah tajalliNya yang lain yang untuk menguji keindahannya itu. 

(7). Poin lima itu bisa dikatakan maqam sabar, dan poin enam ini bisa dikatakan maqam ridha. 

(8). Sedang taat padaNya adalah kekayaan kukira sangat jelas. Karena kekayaan hakiki itu bukan di uang, jabatan dan sehat. Walaupun semua itu adalah rahmat. Akan tetapi kalau tidak digunakan dalam taat maka rahmat itu akan berubah jadi bencana. Dan paling besarnya bencana, bukan dituruni penyakit atau banjir atau hujan batu, akan tetapi KETIDAK TAATAN- NYA ITU SENDIRI. 

Karena itulah maka kekayaan hakiki yang dikatakan fiddun-ya hasanah itu, adalah ketaatan tersebut, yakni takwa. Orang mengira bahwa fiddun-ya hasanah adalah kaya dan sehat, padahal itu hanya satu dari sekian juta alat untuk mencapai hasanah yang sebenarnya, yaitu taat dan takwa itu. 

Jadi, kekayaan hakiki dan kesehatan hakiki itu adalah takwa dan taat tersebut . 


Tambahan

Kebanyakan orang yang posisi ruhaniahnya sedang-sedang (dari ilmu dan taatnya), ketakutan akan suatu bencana dan bala kalau berbuat maksiat. Karena itu, kalau mereka melakukan maksiat, cepat istighfar takut dituruni adzab. Hal ini beralasan, karena di Qur'an Tuhan beberapa kali menurunkan bencana karena dosa-dosa manusia. 

Padahal, kalau dia sadar dan mengerti, maka tidak ada bencana lebih besar dari maksiatnya itu sendiri. Bayangkan di bumi Tuhan, di Hadapan Tuhan, di Pangkuan Tuhan ia melakukan pelanggaran kepada Tuhan dimana hal itu ibarat telah mengencingi nabi-nabi. Bayangkan, masihkan ada bencana labih besar dari ini? 

Sedang adzab dunia yang disebut bencana itu hanyalah bencana bagi tubuh dan badan manusia. Padahal bencana hakiki adalah yang menimpa ruh manusia. 

KARENA ITU MAKA MAKSIAT ITU ADALAH HAKIKAT BENCANA YANG PALING BESAR SEDANGKAN DENGAN BENCANA ALAM ITU ADALAH BENCANA KECIL YANG HANYA BADANI YANG SIFATNYA HANYA MENJEWIR SAJA. 


Wassalam. 


Chi Sakuradandelion, Arif Fhadilah, Abu Thurab dan 23 lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Matahari Senja: Allahumma sholli alaa Muhammad wa Aali Muhammad wa’ajjil farajahum. 

Shodiq Ahmeed: Subhanallah wa-Alhamdulillah wa-Lailahaillallah wa-Allahuakbar... Allahumma Sholli ‘alaa Muhammad wa Aali Muhammad... 

Zahra Herawati Kadarman: Yaa man ismuhu dawaa wa dzikruhu syifaa wa tha’aatuhuu ghinaa............... 

24 Agustus 2012 pukul 0:35 · Suka



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Senin, 08 Oktober 2018

Filsafat Doa



Seri Tanya jawab “ Anggelia Sulqani Zahra dan Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 21:06


Anggelia Sulqani Zahra: Assalamu alaikum Uastadz. 

Allahumma sholli alaa Muhammad wa alaa aali Muhammad. Ustadz, mohon penjelasannya tentang FILSAFAT DO’A. 


Sinar Agama : Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Setiap mau membicarakan filsafat sesuatu, apapun itu, harus selalu mengingat kembali posisi filosofis atau kenyataan dari obyek yang akan dibahas. Karena itu terpaksa, untuk mengingatkan dan/atau memberi tahu teman-teman yang tidak terbiasa dengan filsafat, merangkum kembali apa-apa yang telah ditulis sebelumnya. 

Doa, adalah akibat yang muncul dari sebab yang bernama manusia. Dan karena doa itu ditujukan kepada Allah swt., maka di sini, minimal, mesti merangkum posisi filsafatnya dari tiga hal itu. 

Karena akan dikatakan, tentang Tuhan, bahwa: Ia adalah Wujud Mutlak. Artinya tidak memiliki esensi. Artinya tidak memiliki batasan. Karena itu, ketika Ia adalah Wujud seperti itu, maka Ia tidak akan pernah mengakibatkan keburukan apapun, baik yang berupa bencana, kesesatan atau bahkan siksa neraka. Karena kalau mengeluarkan satu saja keburukan itu, maka sudah pasti akan bermuara pada keterbatasanNya. Karena itu Ia adalah Cahaya Mutlak, Hidayah Mutlak, Keindahan Mutlak, ....dan seterusnya. 

Karena Ia seperti itu, maka Kuasa Yang dimilikiNya, tidak membuatnya menjadi ternodai hingga menjadi penyiksa, penyesat, penipu dan seterusnya. Artinya KeMaha KuasaNya, tidak berarti melakukan semua keburukan dan keterbatasan tersebut. 

Mungkin Anda bertanya, bukankah dalam Qur'an Tuhan mensifati Dirinya dengan Penyesat (Mudhil), Penipu bagi penipu (Khairu Maakiriin), Penyiksa (Muntaqim)....dan seterusnya? 

Untuk menjawab hal itu, maka bisa dengan berbagai jawaban yang diantaranya: 

(a). Bukan Tuhan yang menyesatkan yang keterlaluan, dan bukan Tuhan yang menyiksa yang harus disiksa, serta bukan Tuhan yang menipu para penipu terhadap kebenaran itu, dan seterusnya. Akan tetapi mereka sendirilah yang keluar dari Hidayah, Kejujuran, dan NikmatNya. Artinya, siksa itu sebenarnya tidak lebih dari keluarnya seseorang dari NikmatNya, sesat itu tidak lebih keluarnya seseorang dari HidayahNya, dan tertipu itu tidak lebih keluarnya seseorang dari kejujuran dirinya sendiri. Ringkasnya, siksa, tertipu, sesat, buruk, gelap dan semacamnya yang timbul pada seorang hamba yang secara lahir sebagai hukuman dariNya, semua itu, tidak lebih dari keluarnya seseorang dengan ikhtiarnya sendiri dari Cahaya MutlakNya itu. 

(b). Jawaban (a) itu adalah jawaban yang sesungguhnya. Artinya sesuai dengan kenyataannya. Akan tetapi, mungkin bagi yang belum terbiasa sabaran menelaah dan merenungi tentang kenyataan setiap sesuatu, masih bertanya, dan memang bisa dikatakan layak bertanya bahwa: Bukankan sekalipun merupakan pilihan kita, yakni kesesatan, ketersiksaan dan ketertipuan dan semacamnya itu adalah sesuatu yang buruk dan nyata dimana karena setiap kenyataan atau keberadaan itu datang dariNya, maka berarti juga bersumber padaNya, hingga dengan demikian berarti semua keburukan itu adalah juga merupakan akibatNya? 

(c). Keburukan, dalam kenyataan, tidak memiliki keberadaan. Hal itu karena semua sebab keburukan itu adalah ketiadaan sesuatu atau ketiadaan kesempurnaan. Jadi, apapun yang dikatakan jelek atau buruk, sebabnya adalah ketidak pemilikan suatu keberadaan. Seperti tak berilmu, tak berbadan lengkap, tak sehat, tak akhlak, tak kawin (zina), tak adil, tak … dan seterusnya). Artinya, semua tidak dan tiada-tiada itulah yang membuat kita mengatakan hal tersebut adalah jelek dan buruk. Tak adanya kenyamanan di neraka, adalah penyebab buruknya neraka. Tak adanya hidayah dan jalan benar pada setiap kesesatan, adalah penyebab dari keburukan sesat. Begitu seterusnya.
 
(d). Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa semua keburukan dan kejelekan itu disebabkan ketiadaan sesuatu atau ketiadaan kebaikan atau ketiada kesempurnaan. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa keburukan itu tidak ada. Hal itu karena ketiadaan sebabnya. 

Jadi, semua yang kita lihat dari keburukan itu, sebenarnya penilaian pikiran dan tidak ada keberadaannya. Persis seperti satu bagi dua, yang mestinya hasilnya dua, dikatakan setengah. Atau akhir dari garis adalah titik, dimana pada hakikatnya, titik itu adalah garis kecil yang, membuatnya tegolong kepada hakikat garis juga. Padahal titik itu, yang definisinya adalah akhir garis, merupakan ketiadaan. Karena ia di luar garis. Dan karena itu ia tidak ada sekalipun bisa ditunjuk dan diisyarati dengan disini dan disana. Begitu pula dengan satu benda dibagi menjadi dua adalah dua keberadaan. Sementara setengah itu tidak ada wujudnya. Yakni kewujudan setengah itu hanya di alam akal kita yang mengatakan bahwa dua benda ini adalah setengah kalau dibanding dengan benda pertama yang sudah tiada itu. 

Pendekatan di atas, tidak mesti sama dalam setiap dimensi. Penyamaan disini hanya ingin mengatakan dan menguatkan, bahwa betapa banyaknya sesuatu yang tidak ada tetapi dianggap ada oleh akal kita.Begitu pula halnya dengan buruk ini. Ia, keberadaannya, hanyalah di dalam akal dan berupa perbandingan dan komparatif. Yakni dibanding yang adanya, atau adanya kesempurnaannya, maka hal ini adalah jelek atau buruk. 

Jadi, buruk tidak ada dan tidak memiliki kenyataan karena dua hal, pertama karena sebabnya adalah tiada, dan ke dua karena ia berupa perbandingan akal hingga keberadaannya hanyalah di dalam akal. 

Keberadaan dalam akal inilah yang dikatakan dengan nilai atau akhlak, atau hukum atau kesepakatan, atau undang-undang dan semacamnya. 

(e). Sedang kebaikan, karena sebabnya adalah keberadaan sesuatu atau kesempurnaan, maka sebabnya adalah ada dan keberadaan. Dan karena sebabnya keberadaan, maka akibatnya yang bernama kebaikan, ia juga ada dan nyata. Seperti semua keberadaan di alam ini. Apapun keberadaan di alam ini, karena nilai baiknya disebabkan keberadaan, maka nilai itu tidak hanya berada di akal, akan tetapi juga ada di alam nyata dan hakikat. Inilah yang dikatakan dengan kenyataan atau filosofis. Filosofis, yakni nyatais. Filsafat yakni Ilmu Kenyataan. 

(f). Dengan penjelasan di atas itu, dapat dipahami bahwa kenyataan itu adalah baik dilihat dari sisi keberadaannya. Tidak shalat, tidak kawin, pembunuhan...dan seterusnya semua itu, adalah kebaikan dilihat dari kenyataan wujudnya. Yakni merupakan kesempurnaan. Zina, adalah kesempurnaan wujud dari dua jenis manusia yang memiliki semua kesempurnaan badani dan kenormalan jasmani. Karena itu, pertemuannya itu adalah kebaikan wujud atau kebaikan alami dan naturali. Begitu pula dengan perbuatan buruk yang lainnya. Semuanya, dari sisi naturalinya, adalah kebaikan dan kesempurnaan naturali. Pedang yang tajam, leher yang bisa luka, tenaga yang ada pada pengayun pedang dan seterusnya hingga terjadi pembunuhan dan penganiayaan, adalah kebaikan dan kesempurnaan wujudi, alami dan naturali. 

Sedang keburukannya, dilihat dari ketiadaan kawin, ketiadan hak membunuh, ketiadaan hidayah dan seterusnya yang, membuat semuanya itu tidak ada dalam wujud nyatanya, alaminya, naturalnya. 

(g). Akan tetapi, sebagai manusia berakal, tidak boleh menganggap semua keburukan karakter dan tanpa hukum serta tanpa akhlak itu sebagai sesuatu yang remeh temeh dan tidak perlu diperhatikan. Hal itu karena, penyepelehan itu akan membuat kita, artinya membuat keberadaan kita sebagai manusia yang bukan akliah saja tetapi bahkan nyata, menjadi wujud yang menurun dari hakikat kemanusiaan nyatanya itu. Artinya, kalau kita membunuh orang yang tidak layak dibunuh, atau berzina dan semacamnya dari hal-hal yang buruk di dalam akal dan baik di luar akal (nyata, karena ada), maka akan membuat keberadaan alami dan naturali dari manusia ini menjadi naturalinya keberadaan yang lebih rendah seperti binatang. 

Karena itu, hal-hal yang sekalipun keberadaannya hanya di dalam akal, atau kitab, atau kesepakatan, atau hukum atau undang-undang, atau Qur'an dan seterusnya, tetap harus diperhatikan karena membuat keberadaan alami manusia itu menjadi keberadaan yang lebih rendah derajatnya seara alami. 

(h). Memang, lebih rendah, lebih buruk ..dan seterusnya itu tetap akan berpulang kepada ketiadaan lagi. Artinya dikatakan buruk dan tidak baik karena ketiadaan lagi. Artinya keburukannya tetap tidak ada karena keburukannya disebabkan oleh ketiadaan sebab keburukannya. Karena itu manusia yang menjadi binatang, yang masuk neraka, dan seterusnya tetap merupakan kebaikan karena kalau dilihat dari sisi wujudnya, semuanya adalah kebaikan, seperti panasnya neraka, terbakarnya badan (karena kalau seperti besi badan tidak akan bisa berkembang dan bergerak), begitu pula menjadi binatang yang bisa bergerak, kawin alami (zina) makan harta orang, dan seterusnya adalah kesempurnaan keberadaan. 

Memang demikian halnya. Karena itulah maka semua yang ada sekalipun neraka itu, adalah kebaikan dan rahmatNya yang layak disyukuri. 

Akan tetapi, manusia yang masuk ke dalamnya, ia akan menderita. Artinya ia mendapatkan keberadaan dan kebaikan alami, yang baginya adalah penderitaan. Jangan jauh-jauh, kalau kita sandra Mas Indra Gunawan atau Mas Herry (he he he, hanya contoh), lalu memaksanya untuk masuk ke sekolah TK dimana harus pakai celana pendek seragam TK, dikalungi botol teh untuk minum, disuruh duduk bersama anak-anak TK yang lain, disuruh taat sama ibu gurunya yang menyuruhnya menyanyi, main sepor-seporan (kereta-kereta apian), menari dengan tari bebek, dan seterusnya, maka sudah dapat dipastikan kedua Mas itu akan tersiksa dan dalam waktu seminggu saja keduanya harus dimasukkan ke rumah sakit “tidak sehat akal” (bc: gila). 

Padahal kita tahu, bahwa sekolah TK itu adalah baik dan rahmat bagi keberadaan. Akan tetapi kalau yang memasukinya itu adalah keberadaan yang derajatnya melebihi derajat rahmat itu, maka rahmat tersebut akan menjadi balak dan bencana yang, tentu tetap merupakan kebaikan. Karena sebab kebaikannya adalah keberadaan dan bukan keburukan karena sebab keburukannya tidak ada.
 
(i). Karena itulah semua keberadaan itu adalah baik dan sudah disiapkan untuk keberadaan yang sesuai. Karena itulah Tuhan menurunkan manualNya yang berupa syariat yang untuk mengatur semua aspek kehidupan manusia, semua itu, agar manusia tidak menempati tempat yang bukan tempatnya. 

Nah, menempati tempat yang bukan tempatnya itulah yang terus dikatakan binatang, kesesatan, ketertipuan, neraka, siksa, sakit psikologi, sakit jiwa, gila, terlaknat, gelap, dhalliin, dan seterusnya. 

(j). Karena itulah manual itu benar-benar rahmatNya, bukan taklif atau tugas atau beban. Jadi, kalau manusia sadar akan kemanusiaannya, maka ia tidak akan pernah menatap syariatNya itu sebagai beban dan, apalagi malah mengatakannya sebagai sesuatu yang tidak meliputi segala aspek kehidupan dan tidak meliputi semua jaman serta keadaan dan, lebih apa lagi tidak mengatakan bahwa hukumku lebih dari hukumNya. Yakni tidak mungkin seperti itu. Karena tiga hal itu akan menurunkannya ke derajat lebih buruk dari binatang. 

Mungkin untuk yang pertama, tidak sampai seperti itu. Artinya, orang yang melihat bahwa hukum-hukumNya itu adalah beban dan taklif, tidak akan sampai dosa dan menjadi binatang atau masuk neraka. Akan tetapi, dia akan selalu atau hampir selalu, dalam melaksanakan ketaataannya, akan merasa berat, beban dan bisa saja terpaksa (sudah tentu terpaksa jauh lebih baik dari tidak melakukan, karena terpaksa ini juga bisa masuk surga). Namun, ketaatan seperti itu bisa gampang berhenti dan berubah ke arah lainnya yang biasa dikatakan maksiat. 

Beda halnya kalau menatap syariat itu sebagai rahmatNya, IndahNya, KasihNya, PerhatianNya, KeadilanNya...dan seterusnya, maka ia akan manis dan asik masyuk dalam melakukan semua kewajibannya dan sungguh-sungguh akan sangat membenci keburukan akhlak dan ketidak teraturan. 

Akan tetapi kedua lainnya, yakni mengatakan hukum-hukumNya tidak meliputi semua aspek kehidupan manusia baik dari sisi niscaya dan jamannya, atau mengatakan bahwa hukumku atau undang-undangku lebih baik dari hukum dan undang-undangNya, maka kedua hal ini benar-benar bisa mengantar manusia ke neraka jahim. 

Kepengakuan Fir’un sebagai Tuhan, sudah tentu bukan dari penciptaan. Karena dapat diketahui dengan nyata bahwa dia tidak mencipta air yang ia minum. Akan tetapi, yang jauh lebih menonjol, adalah di Ketuhanannya dari sisi perundangan dan hukum ini yang, karenanya ia mengatakan “Aku juga membuat manusia hidup dan mati”, yakni kuhukum hidup atau mati.

Dengan semua penjelasan di atas itu, maka dapat dipahami dengan argumentasi gamblang bahwa Tuhan hanyalah sumber kebaikan, kehidayahan, kebenaran, cahaya dan semacamnya. 

Dengan penjelasan di atas itu pula, dapat diketahui bahwa keburukan itu tidak ada, dan yang ada hanyalah penurunan derajat kebaikan ke kebaikan yang lainnya yang, bagi yang diturunkan, akan menjadikannya tersiksa karena ketidakcocokannya itu. Seperti api neraka yang baik kalau ditempati manusia yang turun ke derajat api itu yang sekalipun tetap baik, akan tetapi akan membuatnya tersiksa. 

Dan tersiksa itu, juga kebaikan yang lain dilihat dari dimensi wujud dan keberadaannya. Karena sebab semua kebaikannya adalah keberadaan dan kesempurnaan. Sementara sebab keburukannya adalah ketiadaan yang, membuat keburukan itu tidak ada. 

Karena itulah maka neraka itu tergolong rahmat Tuhan yang besar, karena membuat orang yang tidak suka padanya secara filosofis/hakiki, menjadi menaati manualNya dan bagi yang suka secara hakiki tetap mendapatkannya. Artinya, yang di dunia suka zina, korupsi, aniaya . dan seterusnya, semua itu akan mendapatkan apa-apa yang meraka suka tersebut (neraka). Karena itulah dalam Qur'an: 7: 156, dikatakan bahwa “dan rahmatKu meliputi segala sesuatu”. Artinya nerakapun merupakan rahmatNya. Seperti rumah sakit gila, rumah morfinis, rumah pelacuran, istana kezaliman, sarang perampok, majlis para koruptor, kantor pengadilan yang penipuan, penjara, dan seterusnya. semua itu merupakan kebaikan bagi pemilihnya. 

Jadi, pertama Allah sudah menurunkan manualNya atau syari’atNya, itu sudah kebaikan dan rahmat yang agung. Kalau diamalkan maka ia adalah kebaikan yang lainnya. Menjadi manusia yang baik dan bermoral, serta kemudian menjadi penegak keadilan dan masuk surga, merupakan kebaikan yang bersumber dari taat pada manualNya itu. 

Dan bagi yang tidak taat pada manualNya itu, maka ia berarti memilih kezaliman, kegelapan, ketidak bermoralan, dan api neraka, semua itu, juga merupakan rahmatNya. 

Jadi tergantung kepada manusia mau memilih rahmatNya yang mana. Mau memilih rahmatNya yang membuatnya senang dan bahagia serta sehat secara hakiki, atau memilih rahmatNya yang akan membuatnya menderita secara hakiki walau di dunia ini Nampak bahagia dan senang, na’udzubillah. 

Sampai disini, kita sudah membicarakan Tuhan dari dimensi DiriNya dan sehubungan dengan kebersumberanNya terhadap semua kebaikan. 

Sekarang, kita akan membahas DiriNya sebagai sebab. Artinya bukan sebab dari apa sebagaimana yang sudah dibahas, tetapi arti sebab itu sendiri. Karena itu maka layak dikatakan bahwa: 

Sebab, adalah suatu sifat bagi suatu wujud dimana wujud itu mewujudkan wujud lain. Tentu saja pembahasa sebab seperti ini, bukan pembahasan puncak. Tetapi nanti mungkin kita akan sampai ke tingkatan puncaknya. Tergantung rejekiku dalam menulis, dan rejekimu dan pembaca yang lain dalam membaca. 

Pada tahap ini, cukup dikatakan bahwa sebab itu adalah suatu wujud yang mewujudkan wujud lain. Dan Tuhan, sebagai sumber dari segala keberadaan, maka Ia adalah sebab bagi semuanya. 

Sebab pewujud itu, bukan berarti mewujudkan sesuatu yang sebelumnya tidak wujud. Karena tidak wujud, adalah tiada. Dan tiada tidak bisa diapa-apakan. Dia hanya bisa dimengerti, akan tetapi tidak bisa diapa-apakan. Satu-satunya yang bisa diapa-apakan padanya, adalah berita atau predikat. Artinya, semuanya hanya dalam akal saja. Yakni di luar, tiada itu tidak ada. Karena itu, maka Tuhan mengadakan semua yang ada ini, tentu dari keberadaan juga. 

Karena semua yang ada ini bersumber dari keberadaan juga, dan karena sumber segala sumber itu hanyalah Tuhan, maka semua kebedaraan ini, berasal dari WujudNya. 

Karena itulah maka keberadaan alam ini dikatakan sebagai Makhluuq, yakni yang berasal dari Khalaqa, yakni dikadar dan dibentuk. Jadi, makhluk ini adalah kadaran dan bentukan dari WujudNya yang Maha Tidak Terbatas itu. 

Dari sisi lain, sebab, adalah sebab bagi keberadaan sesuatu secara hakiki. Yakni dalam hal ini sebab keberadaan. Artinya bukan seperti sebab pendekat, seperti ayah ibu yang mendekatkan sebab hakiki badan (mani-ovum), atau tukang yang mendekatkan sebab hakiki bagi tembok. Karena kalau sebab itu bukan sebab hakiki dan hanya pendekat misalnya, maka ia hanya mendekatkan saja dan tidak ada urusan setelah yang didekatkannya itu terjadi. Yakni sebab pendekat ini akan tetap terpisah darinya, karena memang dari awal bukan bagian dari akibatnya itu. 

Akan tetapi, sebab hakiki atau sebab pewujud, maka ialah yang mewujudkan akibatnya itu. Artinya, ketika ia yang mewujudkannya, maka iapun akan tetap menjaganya selama ia mau menjaganya. Artinya, karena wujud akibat ini benar-benar disebabkan oleh sebabnya itu, maka keperluan akibat tersebut, sudah tentu tidak hanya pada awal keberadaannya. Akan tetapi dalam kebersinambungan keberadaannya. Karena kalau sebab keberadaan itu berpisah dari akibat yang ada itu, maka karena akibat yang ada ini dari sebab yang ada itu, maka akibat yang ada ini pasti akan menjadi tiada. Yakni sebagaimana keberadaan akibat benar-benar hanya dari sebabnya, maka keberadaannya memerlukan kepada sebabnya itu. Karena kalau terpisah dari sebab keberadaannya, maka keberadaannya akan menjadi tanpa sebab. Dan, tanpa sebab itu adalah sesuatu yang sangat mustahil. Karena itu akibat yang sudah ada itu, sudah ada karena dan bersama sebabnya. Karenanya kalau berpisah, maka ia akan menjadi tanpa sebab keberadaan. Yakni menjadi tiada kembali. 

Dan karena akibat itu adalah takaran dari diri sebab, maka ketiadaan akibat maknanya kembali kepada sebabnya lagi. 

Dengan semua uraian di atas itu, kita sudah mengerti bahwa apa makna Tuhan itu sebab dan sumber dari segala sesuatu. Artinya sebagai sumber dari apa? Dan juga sudah mengerti apa arti sebab dan kesumberanNya itu. 

Sekarang mari kita lihat apa arti akibat yang manusia ini dan doa itu. 


Karena sebab adalah penakar dari hakikat keberadaan akibat, maka manusia yang sebagai akibat Tuhan, adalah takaran dari keberadaanNya. Artinya, ia adalah kebaikan semata, walaupun memiliki keterbatasn dimana keterbatasannya ini disebakan oleh ketertakarannya itu. 

Sedang arti keakibatan manusia ini, adalah hakikat ketergantungan pada sebabnya. Karena bukan hanya di awal keberadaannya yang bergantung pada sebabnya, akan tetapi, pada kesinambungan wujudnya juga memerlukan sebabnya. Hal itu, karena berpisah dari sebabnya berarti berpisah dari sebab wujudnya dan, itu berarti tanpa sebab dimana ketanpasebabannya ini berarti ketiadaannya kembali. 

Jadi manusia itu, dalam setiap atom badannya, dalam setiap detak jantungnya, dalam setiap nafasnya, dan seterusnya selamanya begantung padaNya, seperti bergantungnya pijaran lampu listrik kepada arus yang mengalirinya hingga terpijar. 

Karena itu, apapun yang akan menimpa manusia, baik berupa kebaikan atau keburukan (tolong ingat pelajaran di atas hingga tidak salah mengartikan keburukan ini), maka akan mengalir padanya dari dalam dirinya sendiri. Artinya, semua yang akan terjadi pada manusia itu, sebenarnya, akan datang dari sebabnya. Dan karena sebabnya adalah hakikat batinnya, maka semua yang akan datang padanya itu dilarikan melalui jati dirinya sendiri. Artinya dari sumbernya yang berupa 

sebab itu menuju kepada manusia, seperti arus listrik yang mengalir lewat dalam lampu dan membuatnya terpijar. 

Dengan penjelasan ini, maka taufik dan petaka itu dari dalam diri manusia itu sendiri. Karena itulah maka apapun yang datang dari luar manusia itu, hanyalah pendekat dan instrument bagi munculnya sebab hakiki atau sebab wujudnya itu. 

Misalnya, perempuan bersoleh nan cantik dan istri orang. Ia bukan sebab manusia untuk men- duduki kebaikan lebih rendah dari kebaikan manusia yang kita katakan sebagai kebaikan binatang sebagaimana yang sudah dibahas di atas. Karena perempuan cantik yang menggodanya itu, hanyalah pendekat dan instrument bagi kebejatannya atau kebaikan lebih rendahnya itu. 

Nah, sebab hakiki bagi kemerosotannya itu, adalah gelora yang tidak dikendalikannya yang berada di dalam dirinya itu. Nafsu yang juga baik itu (baik hewani dan naturali), tidak dipandunya dengan akalnya yang juga keberadaan dan kebaikan yang lebih tinggi karena sesuai dengan derajatnya sebagai manusia. 

Ketika terjadi perzinaan (na’udzubillah min su-i anfusina), maka ia telah melakukan kebaikan naturali. Akan tetapi naturali hewani. Sedang dari tinjuan naturali akli, ia telah melakukan hal yang tidak sesuai dengannya. Yakni tidak sesuai dengan naturali akli yang berada di tingkatan yang lebih tinggi dari naturali hewani itu. 

Dengan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa semua yang akan menimpa manusia itu, berasal dari dalam dirinya sendiri. Artinya dirinya adalah sebab bagi keburukan atau kebaikannya. 

Inilah yang dikenal dengan Ikhtiar dalam ajaran Islam. 

Dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kebaikan dan keburukan manusia itu berasal dari dirinya sendiri. Dan inilah yang dikatakan sebagai ikhtiar dan pilihan. 

Dan karena wujud manusia sendiri itu merupakan kadaran dari WujudNya, maka manusia, sekalipun sebab bagi semua yang akan menimpanya, akan tetapi ia dilihat dari sebabnya adalah akibat. Karena itu, akibat manusia itu adalah akibat pula bagi sebabnya. Karena itu, maka kebaikan dan keburukan manusia itu adalah kadaran Tuhan juga. Yakni makhluuq Tuhan juga. Karena itulah maka kabaikan dan “keburukan” juga bersumber padaNya. 

Kebersumberan inilah yang memisahkan freewillnya Syi’ah dari Mu’tazilah. Karena, katanya, kalau di Mu’tazilah itu Tuhan tidak lagi ikut campur urusan manusia karena sudah memberinya segala potensi untuk jadi baik dan buruk serta sudah memberinya syariat. Akan tetapi kalau di Syi’ah, manusia, tetap bergantung padaNya dari dalam diriNya, bukan dari luar yang kemudian diberi atau tidak olehNya dari luar dirinya. Tidak seperti itu. Tetapi justru dari dalam dirinya sendiri. 

Akan tetapi, sekalipun akibat manusia itu adalah akibatNya juga secara hakiki, namun, yang bertanggung jawab itu adalah manusia itu sendiri. Hal itu, karena manusia bukan sebab naturali tanpa ikhtiar pada akibatnya seperti harimau yang memakan mangsanya. Akan tetapi karena manusia sudah diberikan akal, maka ikhtiarnya itulah yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Artinya, karena makhluk Tuhan yang lewat perantaraan manusia itu lewat ikhtiar manusia, maka manusialah yang harus mempertanggung jawabkannya, bukan Dia. 

Setelah kita ketahui semua perbuatan manusia itu adalah akibatnya dan akibatNya, dan setelah kita ketahui pula bahwa pemberiaanNya melaluinya -manusia- sendiri, maka sekarang kita akan melihat apa arti doa itu. 

Doa berasa dari Da’aa-yad’uu yang berarti memintai, mengingini dan mengharapkan. 

Dari arti bahasa ini, dapat dimengerti arti istilahnya yang sebenarnya tidak keluar dari makna katanya itu. Yaitu menginginkan sesutu atau mencarinya atau mengharapkannya. 

Ingin dan mengharap serta mencari adalah suatu rasa yang dirasakan oleh manusia dalam dirinya. 

Ingin dan mengharap serta mencari ini adalah suatu rasa yang dirasakan oleh manusia dalam dirinya. Artinya ia berupa sesuatu yang tersembunyi di dalam diri manusia itu sendiri. 

Ingin dan meminta serta mengaharap itu sendiri, yakni yang berada dalam jati diri manusia itu sendiri, bisa diaktualkan dalam dua bentuk, kata-kata (termasuk isyarat), bisa juga dalam bentuk perbuatan. 

Aplikasi kata yang keinginan itulah yang dikatakan “Membaca Doa”, yakni mengucapkan keinginan- nya. 

Ingin yang diucapkan itu, sudah tentu bukan merupakan aplikasi yang sebenarnya. Karenya aplikasi yang sebenarnya adalah aplikasi terhadap yang diinginkannya itu, bukan terhadap kata- katanya. Karena ia dari awal tidak ingin terhadap kata-kata keinginannya itu. Orang yang ingin hidayah dan surga, adalah ingin mengambilnya dan mencapainya, bukan ingin mengatakan “ingin padanya” atau mengatakan “Berikan padaku” atau “Hidayahilah aku” atau “Masukkanlah aku ke surga” dan semacamnya. Bukan seperti itu bukan?. 

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa doa itu pada hakikatnya adalah aplikasi usaha, bukan aplikasi kata-kata. Dan inilah yang kita katakan bahwa apapun yang akan menimpa manusia itu datang dari dalam dirinya sendiri yang sudah tentu juga dalam kontrol sebabnya yang telah ikut mewujudkan kebaikan dan keburukannya itu. 

Jadi, doa yang berupa kata-kata itu, tidak lain hanyalah sebab luar dan pendekat saja. Karena ia berfungsi mengingatkan manusia dan memicunya. Tentu saja ingat baru doa, bukan sebaliknya, tetapi yang saya maksudkan disini, adalah ketika manusia terbiasa dengan doanya, maka kebiasannya itu akan membuatnya ingat akan apa yang akan diucapkannya dalam doanya itu hingga menjadi ingat pada isi dan keinginannya, seperti yang biasa membaca doa Kumail. 

Tentu saja, karena doa bacaan itu adalah instrument, maka ia juga menghasilkan pahala dan perubahan pada diri manusia. Akan tetapi perubahan yang berkisar ingin dan kemantapannya saja, bukan pencapaian terhadap apa-apa yang diinginkannya itu. 

Dengan penjelasan di atas, doa yang sebenarnya adalah usaha mencapainya. Tentu saja, doa bacaan ini, berfungsi sebagai dzikir, syiar dan pengingat diri sebgaimana maklum. Jadi dia tetap penting dalam kehidupan manusia baik sendiri atau bersosial. 

Akan tetapi, doa yang akan mencapaikan manusia, adalah keinginan yang filosofis dan nyata alias hakiki. Yakni yang disertai usaha gigih, profisional dan tak kenal lelah. 

Dan karena pencarian dan usaha pencapaian itu, tidak bisa dicari kecuali dalam kadaranNya, dan melalui dirinya sendiri dari dalam dirinya, maka doa ini, merupakan ketaklukan yang penuh terhadapNya. 

Jadi, doa bacaan juga bisa berfungsi sebagai ucapan ketaklukan kepada Allah seperti syahadatain yang berupa pernyataan terhadap tauhid, bukan tauhid itu sendiri. Karena hanya pengucapannya. Tetapi hal itu penting dilihat dari berbagai dimensi seperti yang sudah dijelaskan di atas. 

Kalau doa ucapan itu adalah ikrar bagi kepapaan kita dan keserbapunyaanNya, maka doa yang aplikatif perbuatan atau usaha ini adalah hakikat dari padanya. Yakni hakikat dan keyakinan terhadap kepapaannya dan keserbapunyaanNya. 

Dengan demikian, doa, dari dua sisinya di atas, merupakan ketaklukan penuh kepadaNya, penyer- ahan diri padaNya serta harapan satu-satunya padaNya. 

Karena itu, orang yang berdoa dengan segala dimensinya itu, akan terjauhi dari bergantung dan mengharap dari selainNya. 

Tentu saja, ketergantungan padaNya itu, bukan berarti meninggalkan selainNya. Karena meninggal- kan selainNya berarti meninggalkanNya juga, karena selainNya adalah kekadaranNya. 

Tetapi hakikat meninggalkan selainNya itu, adalah dalam diri dan keyakinan serta tatapannya. Artinya, ia melihat semua keberadaan itu adalah instrumentNya. Karena itu kesukaan kepada selainNya itu bukan kesukaan kepadanya, tetapi kepadaNya. Dan memang begitu dalam pan- dangannya. 

Jadi dia hanya menghormati selainnya tetapi tidak mengagungkannya. Dia tidak mencitainya melainkan hanya mencintaiNya. Tidak mencelanya, tetapi tidak mencintainya. 

Orang yang hanya bermain pemahaman dalam point 40 itu, sama sekali tidak akan mendapatkan manisnya pencapaian walau ia merasa mencapainya. Orang yang hanya bermain kata-kata dan ucapan serta untaian tulisan kata dalam makalah atau catatan fb., tidak akan pernah merasakan keindahan IndahNya, kecahayaan CahayaNya, kehidayahan HidayahNya. Karena itu kita semua mesti berhati-hati memahami tulisan ini dan sungguh-sungguh dalam mengamalkannya. Semoga Tuhan selalu menyertai usaha kita, amin. 

Dengan semua uraian itu dapat dipahami dengan akal gamblang, bahwa doa adalah usaha dari dalam yang kadang menggunakan instrument dari luar, yang diaplikasikan dalam ucapan dan usaha, untuk mencapai apa-apa yang diinginkannya. 

Dan semua itu, terjadi seiring dengan keakibatan manusia terhadap kesebaban Tuhannya. Jadi, semua terjadi dalam dirinya dan DiriNya, dan datang dari dalam dirinya dan DiriNya. 

Wassalam. 


Chi Sakuradandelion, Agoest Irawan, Khommar Rudin dan 5 lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

8 Juli 2012 pukul 10:29 · Suka


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ