Tampilkan postingan dengan label Ahlak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ahlak. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Juni 2021

Yang Mana Harus didahulukan Belajar Aqidah, Akhlak, Atau Fikih


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326174667427336/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:25


Jack Marshal: Ustadz, saya punya teman yang tidak pernah belajar dan mengamalkan agama dari kecil, setelah menikah dia sering tanya masalah aqidah, akhlaq maupun fikih sama saya, saya jawab menurut NU karena saya belajarnya dulu NU, sekarang saya tertarik belajar sama ustad, apakah harus saya sampaikan ke kawan saya yang dari ustadz. Mana yang lebih didahulukan belajar aqidah, akhlak, apa fikih. Terimakasih.

Minggu, 12 Mei 2019

Shalat di Awal Waktu = Meninggalkan Fikih Ringan ke Fikih Berat, Bukan ke Akhlak


Seri tanya jawab Andri Kusmayadi dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, April 11, 2013 at 9:34 pm


Andri Kusmayadi mengirim ke Sinar Agama: Minggu (10-3-2013) Salam. Afwan Ustadz, ada yang terlewat, kalau dengan sengaja mengakhir-akhirkan shalat, tapi masih dalam waktunya itu dosa gak? Terimakasih. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: Tidak dosa tapi kurang baik kalau tidak ada halangan. 

Andri Kusmayadi: Nah, sekalian Ustad Sinar Agama, pingin memperjelas perbedaan fikih dengan akhlak...bisa tidak untuk kasus di atas bahwa secara fikih tidak haram, tapi secara akhlak salah? 

Soalnya kurang baik itu kan bukan bahasa fikih? Bener tidak ustad pemahaman ana itu? Btw, ana kirim pertanyaan ke inbox juga Ustad, udah lama...masykur... 

Sinar Agama: A K: Benar dan tidak benar. 

  • - Benarnya, kalau pengamalan akhlak itu, yaitu tidak mengundurkan waktu itu, dikarenakan pembolehan fikihnya. Jadi, kita melakukan kesunnahan dalam fikih,yaitu dalam mengawalkan shalat dimana hal ini juga dikatakan akhlak. Karena itu, tidak ada pendahuluan akhlak di atas fikih. Karena mendahulukan shalat itu, diterangkan di fikih sebagai sunnah. Jadi, pindah dari fikih mubah menunda shalat yang lebih ringan, ke fikih sunnah untuk menyegerakan shalat yang tentu lebih berat. Jadi, berpindah dari fikih ke fikih dan dari fikih yang ringan ke fikih yang lebih berat. Bukan seperti yang diinginkan pindah dari fikih ke akhlak yang, biasanya untuk keringanan dan enak-enakan. 
  • - Salahnya, kalau antum memaksudkan bahwa dengan mendahulukan shalat berarti telah mendahulukan akhlak dari fikih. Alasan kesalahannya, adalah keterangan di atas itu. 
Wassalam. 

Andri Kusmayadi: Sudah jelas Ust. Sinar Agama tentang jawaban contoh kasus ini...tapi, tentang perbedaan definisi akhlak dan fikih dari contoh itu belum jelas benar. Mungkin antum sudah membahas masalah definisi akhlak dan fikih ini secara panjang lebar, atau mungkin Sang Pencinta bisa memberikan linknya. Terimakasih. 

Sinar Agama: Andri: Sudah sering kita bahas itu, coba antum cari di catatan. Intinya, akhlak itu, kalau di tatapan umum, adalah tinjauan tentang kelakuan, sifat-sifat dan karakter-karakter manusia. Jadi, bahasanya adalah baik dan tidak baik. Sedang fikih itu batasan dari baik dan tidak baiknya itu. Artinya, memiliki bobot wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. 

Karena itu, maka orang yang meninggalkan fikih demi akhlak, dalam pandangan akhlak-Islam itu sendiri, jelas tidak berakhlak. Karena bagaimana mungkin seseorang meninggalkan ketentuan Tuhannya tanpa alasan yang benar yang sudah disebut di fikih taqiah dan hanya mengikuti kesukaannya sendiri, bisa disebut berakhlak??!!! Hal seperti ini, bukan hanya keluar dari akhlak, akan tetapi menantang Tuhan seperti iblis yang menantangNya ketika diwajibkan secara fikih untuk bersujud kepada nabi Adam as. Artinya, ia bukan hanya menyalahkan Tuhan dan aturan fikihNya, akan tetapi juga menyalahkan fikih buatanNya itu. Artinya dia merasa lebih alim dan pandai dari Tuhan seperti iblis yang merasa lebih benar dari Tuhannya itu dimana karena itu ia menantangNya untuk memberikan umur panjang, hingga ia dapat membuktikan kebenarannya dan kesalahanNya. 

Andri Kusmayadi: Jelas sekarang Ustad.... nanti ana cari-cari linknya untuk lebih paham lagi... sambil nunggu dari sang pencinta. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 11 Mei 2019

Perbandingan Dosa Ghibah dan Selainnya


Seri tanya jawab Andri Kusmayadi dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Sunday, April 7, 2013 at 11:04 am


Andri Kusmayadi mengirim ke Sinar Agama: Minggu (10-3-2013) Salam. Afwan, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan. 

1. Tahapan terendah seorang muslim itu melaksanakan kewajiban atau meninggalkan yang haram? Mengingat suka ada orang yang tidak pernah shalat, tapi dia baik, tidak berzinah, mabuk-mabukan, berjiwa sosial tinggi dan lain-lain... Sebaliknya, suka ada orang yang shalatnya rajin, begitu juga kewajiban-kewajiban lainnya, puasa, khumus, dan lain-lain....tapi dia juga tetap bermaksiat kepada Allah dengan berzinah....Mohon penjelasannya..... 

2. Ketika salat zuhur berjamaah, kita masuk imam sudah rakaat ketiga, dan kita membaca alfatihah dan suratnya belum selesai, apakah itu termasuk satu rakaat atau belum sehingga harus disempurnakan ketika selesai salat? 

3. Ingin lebih paham tentang perbedaan fikih dan akhlak. Mungkin dengan memberikan contoh... seperti ini. Saya pernah membaca Imam Khomeini mengatakan bahwa ghibah itu lebih besar dosanya dibandingkan dengan membunuh atau berzinah? Nah, hal ini secara fikih atau akhlak? Bukankah, kalau membunuh atau berzinah itu ada hukumannya seperti dibunuh lagi atau dirajam, sedangkan ghibah itu tidak ada hukumannya? Demikian pertanyaan dari saya. 

Terimakasih sebelumnya. 

D-Gooh Teguh: 3. Kafir juga gak ada hukumannya di dunia. Yang kasat mata lho... bukan yang kasat-meta. 

SangPencinta: Salam, untuk no 1 kurasa ini mencukupi, 
http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/486549254723209/ 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

1- Yang meninggalkan dosa, apapun dosa itu, maka akan ditulis dan akan disiksa atau diampuni sesuai dengan hitungan dan kebijakan Tuhan. Tapi yang meninggalkan shalat, akan menggugurkan semua kebaikannya. Karena di fikih diterangkan bahwa kalau shalat diterima maka semua amal baiknya akan diterima dan begitu pula sebaliknya. 

Sementara zina juga tidak kalah besarnya. Apalagi kalau sudah punya istri, maka hukumannya adalah dirajam. Yakni dipendam separuh badan dan dilempari batu sampai mati. 

2- Shalat makmum yang di belakang imam, hanya diwajibkan fatihah kalau tidak cukup waktu dan imam sudah pergi ke rukuk. Tapi kalau sudah membaca surat dan imam pergi ruku’, maka diselesaikan secepatnya dan mengejar imam ke ruku’. Tapi kalau belum baca surat imam sudah ke ruku’, maka surat itu ditinggalkan (tidak dibaca). 

3- Fikih itu adalah hukum Tuhan. Haramnya ghibah juga hukum fikih. Dan dalam mengerti hukum-fikih, tidak mesti ada embel-embel hukumannya, terlebih di dunia. 

Kalau bisa antum tambahkan rujukan kata-kata imam Khumaini ra itu, maka akan lebih sempurna, supaya kita semua tahu, apakah penjelasan itu memang ada dan seperti itu atau tidak. 

Sinar Agama: Teguh: Salam untuk antum dan untuk semua teman-teman. Semoga selalu dalam rahmat dan lindunganNya , amin. 

D-Gooh Teguh: Terima kasih ustadz... harapan kita hanya “Tuhan mengampuni sebagian besar dosa-dosa”. 

Sinar Agama: Teguh: Mengapa tidak mengampuni semua dosa-dosa kita??!!! he he... 

D-Gooh Teguh: Saya kutipan bebas dari salah satu ayat aja ustadz... ayat yang menenteramkan qalbu saya yang legam ini. Juga “jika Rasul memohonkan ampunan maka Tuhan akan mengampuni”. 

Pegangan ketenteraman hidup di dunia. Jadi ingat, ada juga yang terjemahnya mengampuni semua dosa-dosa. Asyik... 

Sinar Agama: Teguh: Ahsantum. 

Andri Kusmayadi: Terimakasih Ust. Sinar Agama, Sang Pencinta, dan D-Gooh Teguh atas penjelasannya... oh ya tentang pendapat imam Khomeini tentang ghibah itu ada di link ini. 
http://indonesian.irib.ir/en/hidden-2/-/asset_publisher/yzR7/content/id/5267836/pop_up?_101_ 

INSTANCE_yzR7_viewMode=print 

Imam Khomeini: Amar Makruf dan NahiMunkar Bersama Imam - Terkini indonesian.irib.ir 

Di awal kedatangan Imam Khomeini ra di... 

Sinar Agama: Andri: Ahsantum. Dalam setiap hal, memiliki berbagai dimensi. Salah satu dimensi dari ghibah itu adalah menjatuhkan orang di depan masyarakat dan membuatnya malu bahkan untuk bertaubat. Ini tentu lebih besar dari membunuhnya. Tapi dari sisi tersebut. 

Sementara kalau dilihat dari sisi menghilangkan nyawa seseorang, maka Tuhan mengatakan seperti membunuh semua orang. 

Begitu pula zina. Zina, kalau muhshaan atau zina besar, maka dipendam separuh badan dan dilempari batu sampai mati. Dosa ini terlalu besar. Tapi ghibah tidak memiliki hukum seperti ini dan taubatnyapun, menurut imam Khumaini ra sendiri cukup dengan berhenti dan (secara tersirat dipahami) harus mengembalikan harga diri orang itu di orang-orang yang diberitakan tentang keburukannya itu. Artinya, menurut imam ra tidak perlu mencari orang itu dan meminta kehalalannya. Cukup menyesal dan berhenti dan secara tersirat dipahami seperti yang di atas itu. 

Misalnya juga, menzinahi istri orang. Ini lebih dari merajang-rajang suaminya itu. Seakan telah menusukkan ribuan pisau kepada diri dan harga dirinya sebagai suami. Jadi, semua ini tidak bisa dianggap enteng. 

Akan tetapi, dari satu sisi yang lain, ghibah bisa lebih besar dari itu semua seperti yang sudah dijelaskan di atas itu. Karena zina bisa saja tersembunyi, tapi ghibah penyebaran keburukan hingga seseorang itu tidak memiliki harga dan harga diri di dunia dan di masyarakat dan bahkan bisa membuatnya lebih putus asa untuk taubat dimana hal ini tidak kalah besarnya dari semua dosa-dosa di atas itu atau bahkan lebih besar. 

Lagi pula, ghibah itu bertingkat. Semakin yang dighibah itu orang taqwa dan apalagi ulama, maka akan semakin besar dosanya, karena bisa dosa pada agama karena telah mejauhkan masyarakat dari sumber agama. 

Tapi ghibah itu memiliki syarat-syaratnya. Seperti dosanya tidak dilakukan di depan umum. 

Beda dengan kalau di depan umum, tulisan di fb atau di buku, atau rekaman di dan seterusnya. 

Dan masih banyak lagi pembahasan ghibah ini. Seperti tidak masalah menggunjing manakala di pengadilan, manakala ingin meminta nasihat pada orang yang dianggapnya bisa menyelesaikan masalahnya, atau supaya melindungi orang lain dari keburukan dan kejahatannya. 

Tambahan: 

Tujuan penjelasan ini, jangan sampai meringankan zina dan pembunuhan karena gampangnya orang melakukan ghibah dan tidak adanya hukum rajam baginya serta lebih gampangnya taubatnya. Tapi juga jangan sampai meremehkan ghibah ini karena ia dosanya, setidaknya, tidak kalah dengan dosa-dosa di atas. Wassalam. 

Andri Kusmayadi: Oh begitu ya Ustadz...terimakasih atas penjelasannya.... 

Sinar Agama: Andri: Iya, banyak sekali sudut pandang kelebihan dan kekurangan dari perbandingan satu perbuatan dengan yang lainnya. 

Misalnya dalam hal kebaikan di katakan dalam riwayat bahwa meminjamkan itu lebih baik dari memberi. Semua ini harus dipadukan dengan hal-hal lainnya, seperti kondisinya, orangnya, masalahnya, ......dan seterusnya. Karena itu, bisa satu perbuatan itu lebih besar ketimbang yang lain dari satu sisi, tapi dari sisi pandang yang lain bisa berbalikan. Karena itulah maka agama tidak bisa dipelajari dengan tidak spesifik dan dalam waktu yang lama. Dan karena itu pulalah masyarakat umum disuruh bertanya ke ulama dan karena itulah melihat wajah ulama saja bagi orang umum sudah merupakan kesunnahan yang disunnahkan agama itu sendiri. 

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 12 Januari 2019

Uswah Hasanah dan Akhlak ‘Uzhma




Seri tanya jawab Memburu Kebenaran dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 8:34 am


Memburu Kebenaran mengirim ke Sinar Agama: (25-2-2013) Salam ustad semoga panjang umur dan sehat selalu, yang selalu tiada hari tanpa jihad fisabilillah dengan penuh keiklasan dan tanpa pamrih. Maaf mau nanya. 

  1. Apakah ayat 33;21= tentang sebutan uswatun hasanah pada pribadi rosul dalam ayat tersebut ditujukan semenjak rasul mendapat wahyu pertama(40 thn) sampai wafat, atau dari mulai lahir (0 tahun sampai wafat)??
  2. Di umum ada kata Ahlakul adzimah dan ahlakul karimah, apa perbedaan makna kedua ahlak tersebut?
  3. Apa perbedaan Ahlak dan fikih dan apakah yang harus didahulukan Ahlak atau FIKIH dalam pengamalan?? 

Syukron sebelumnya. 

Sang Pencinta: Salam, ikut bantu, jawaban no 3. https://www.dropbox.com/s/2rje4k7hd3rytjs/Akhlak%20vs%20Fikih.pdf 

Akhlak vs Fikih.pdf 

www.dropbox.com

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

1- Uswatun hasanah sudah tentu memaksudkan secara pasti, setelah kenabian. Karena betapa- pun baiknya Nabi saww sebelum kenabian dimana juga dikatakan sebagai makshum, akan tetapi bukan setelah Islam yang mengandungi semua ajaran. Puasa sebelum kenabian, tidak seperti puasa setelah kenabian. Begitu pula tentang shalat dan lain-lainnya. 

Akan tetapi, karena di ayat tersebut tidak mencamtumkan waktu dan jaman dan hanya fokus pada Nabi saww yang sebagai uswah hasanah, maka sebelum kenabian juga bisa dijadikan panduan bagi kita tapi di masalah-masalah umum yang belum dan tidak perlu disempurnakan agama Islam.

2- Akhlaku al-’Azhiimah dan Akhlaku al-Kariimah sebenarnya hampir mirip, akan tetapi beda dalam tingkatan saja dan, hal itu tergantung pada yang mengatakan atau menuliskannya. Jadi, tidak mesti memiliki perbedaan diantara keduanya, dan kalaulah bermaksud membedakan maka bisa sangat tergantung kepada pemakainya, karena dalam penderajatan tingkatan- tingkatan akhlak itu, bisa terjadi perbedaan pendapat dan eksperimen masing-masing. 

Kalau mau pengglobalannya, mungkin bisa dikatakan bahwa akhlak-akhlak lahiriah yang baik, disebut dengan Akhlak Karimah, tapi yang berhubungan dengan batin, adalah Akhlak ‘Uzhmaa. Misalnya, ketika seseorang tidak mengejek orang lain karena kekurangannya, maka ia termasuk Akhlak Karimah. Tapi ketika ia tidak mengejek dengan hatinya sekalipun, maka bisa dikatakan Akhlak ‘Uzhma. 

3- Untuk masalah akhlak dan fikih ini saya sudah sering membahasnya dan di atas sudah pula dinukilkan oleh Pencinta, mohon disimak. Pendeknya, antum harus taqlid pada marja’ antum dan jangan pusing dengan apapun yang dikatakan oleh bukan marja’ antum. Karena dalam Syi’ah, kita wajib taqlid pada marja’ dan haram mengikuti kata-kata orang lain yang apalagi bukan hujjatulislam sekalipun apalagi ayatullah/mujtahid dan marja’. 

Perhatian

Akhlak ini ada dua pengertian: 

1- Pertama adalah akhlak yang merupakan bagian dari ajaran dan ilmu Islam sebagaimana yang lainnya seperti akidah dan fikih dan seterusnya. 

2- Akhlak yang merupakan seluruh bagian Islam yang mencakup akidah, fikih dan akhlak itu sendiri....dan seterusnya. 

Kata-kata Nabi saww yang mengatakan: 

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” 


adalah Akhlak yang ke dua. Karena Nabi saww diutus dengan membawa Islam yang utuh dimana di akhir hayat beliau saww Allah menurunkan ayat penutupanNya yang menyatakan tentang penyempurnaan agamaNya ini (QS: 5: 3). 

Jadi, akhlak ke dua ini, mencakup akidah karena ia akhlak batin kita kepada Allah dan semua utusan-utusanNya serta semua agamaNya. Dan ia juga mencakup fikih karena fikih menata akhlak kita kepadaNya (fikih pribadi) dan kepada seluruh makhlukNya (fikih sosial). 

Semua ini sudah sering diterangkan di catatan-catatan sebelumnya, silahkan menyimak di nukilan Pencinta. 

Sinar Agama: Pencinta, terima kasih bantuannya, semoga diterimaNya, amin. Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Hukum Mengerjakan Hal-Hal Lain di Waktu Kerja



Seri tanya jawab Sang Pencinta dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 8:31 am

Sang Pencinta: (25-2-2013) Salam, katakanlah jam kerja dalam kantor itu dari jam 08-17.00, istirahat jam 12-1. Ketika ber-fb-an/melakukan bukan yang terkait kerjaan di waktu kerja ini, apakah terhitung haram? Terimakasih ustadz — bersama Sinar Agama. 


Muhammad El’Baqir, Muh Kasim, Abdillah Toha Assegaf dan 14 lainnya menyukai ini. 

Hidayatul Ilahi: Nyimak. 

Sang Pencinta: Jika kondisi seperti ini, pegawai restoran yang sedang sepi restorannya, lalu ia ber-fb, gimana? 

Lordd Erlan: Kalo lagi kerja ada pengemis lewat di depan kantor gimana? 

Sattya Rizky Ramadhan: Salam..ikut nyimak..memiliki pertanyaan yang sama, ditambah sekarang pindah tempat kerja yang jam kerjanya 4X24 jam dan sisa harinya sama dengan jam kerja pada status di atas. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Sebenarnya jam kerja itu tergantung kepada uruf/’urf kerjaan dan kontrakan kerjanya. Artinya, bisa saja setiap tempat memiliki maksud tersendiri, sebagai berikut: 
  • 1- Kalau maksudnya secara umum masyarakat memang tidak boleh mengerjakan sesuatu yang lain, maka tidak boleh mengerjakan apapun di waktu kerja. Tapi mungkin maksud yang seperti ini, sangat sedikit dan mungkin hanya di beberapa tempat, seperti pemandu pendaratan pesawat, operasi badan, perang, pilot tempur....dan seterusnya...yang memang dipahami seperti itu. 
  • 2- Kalau maksudnya secara umum masyarakat dipahami bahwa memang tidak boleh mengerjakan apapun yang lain, tapi maksudnya adalah yang mengganggu pekerjaannya, maka tidak boleh melakukan apapun selain pekerjaan kantornya yang dianggap secara umum keluar dari pekerjaan kantornya. Misalnya, facebookan waktu kerja, membaca Qur'an waktu kerja, shalat dan beribadah di waktu kerja, .....dan seterusnya. Tapi kalau facebookannya itu hanya sepintas dimana secara umum tidak mengganggu pekerjaannya yang memang sedang senggang itu, maka kemungkinan tidak sampai ke tingkat haram. Memang, hal itu harus benar-benar teliti. Karena harus sedikit dan tidak boleh kalau memang masih ada pekerjaan. Tapi kalau dianggap hanya seperti membalas sms dan kalau membalas sms ini tidak terhitung secara umum bahwa ia keluar dari pekerjaan dan mengganggunya, maka tidak akan sampai ke tingkat haram (tentu saja, menjawab sms itu juga harus di kala senggang -hati-hatinya). 
  • 3- Ketika kembali kepada pemahaman umum bahwa pekerjaan itu hanya membolehkan pengecualian dalam beberapa hal, maka hal itu dibolehkan, seperti ke kamar kecil, menolong orang atau memberi pengemis yang pekerjaannya tidak terganggu dan tidak berbahaya. Tapi harus teliti, apakah pos yang ditinggalkannya itu tidak merugikan perusahaan atau apalagi keamanan. 

Kesimpulan dan nasihat

Kembali kepada pemahaman umum dan mengambil jalan yang lebih hati-hati sedikit, selama tidak membuat waswas, adalah jalan yang paling selamat. 


Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 02 Januari 2019

Islam Bukan Obat Bagi Penyakit Akibat Menentang Islam


Seri tanya jawab Muhammad Dudi Hari Saputra dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 8:03 am

Muhammad Dudi Hari Saputra mengirim ke Sinar Agama: Salam ustadz. Saat ini penyakit korupsi menyerang di setiap sendi masyarakat indonesia,, 

Menurut pandangan ustadz, bagaimana islam menawarkan solusinya dalam hal ini? Dan bagaimana jika dikaitkan dalam konteks keIndonesiaan?? Syukron wa afwan... 


Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 

Islam itu bukan alat menyulam untuk menambal, tapi ia alat untuk mendasari perubahan manusia, baik pribadi, keluarga, sosial dan politik. Karena itu, cara satu-satunya adalah kembali ke Islam secara utuh/kaafah dengan kesadaran dan tanpa paksa sedikitpun. 

Kalau dari awal sudah melarang hijab atau dari awal sudah mencampur lelaki dan perempuan di sekolah-sekolah, kalau dari awal tidak menghukum pacaran dan perzinaan karena hukum keIndonesiaan, lalu kalau sudah banyak zina meminta Islam mengobatinya tapi dalam konteks keIndonesiaan itu, maka sama dengan tidak minta diobati dan ditangani. 

Begitu pula dengan korupsi. Ketika dari awal hukum-hukum politiknya ala keIndonesiaan dimana juga hukum-hukumnya serta pengadilan-pengadilannya, maka meminta pandangan Islam mena- ngani akibat buruknya, sama dengan tidak minta ditangani. 

Sama dengan seorang murid yang berkata kepada gurunya: 

“Wahai guru, aku ini tidak shalat, bagaimana caranya supaya aku shalat tapi dalam keadaan tetap tidak shalat.” 

Muhammad Dudi Hari Saputra: Saya sudah menduga jawaban ustadz akan seperti ini, saya sepakat islam adalah dasar dari perubahan itu, bukan sekedar alat atau metode, hanya saja bagaimana menjadikan islam sebagai dasar perubahan ustadz? Mengingat masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan enggan untuk menjadikan agama sebagai panglima? Afwan... 

Sinar Agama: M D: Memangnya di jaman Nabi saww tidak majemuk, hingga kata-kata barat yang disusupkan melalui Pluralisme itu dapat dijadikan pembendung perubahan mendasar yang diajarkan Tuhan melalui agamaNya itu???? Atau jangan-jangan Tuhan tidak tahu kalau dunia ini penuh kemajemukan hingga Ia hanya dan hanya menurunkan agamaNya dan menolak yang lainnya serta mewajibkan penghuni bumi ini menerima agamaNya secara utuh tanpa kecuali walau setengah ayatpun karena kalau menolak sebagiannya dikatakan kafir sebagaimana Ia jelaskan dalam Qur'anNya???? 

Atau Tuhan sia-sia mengajarkan dalam agamaNya bagaimana menangani kemajemukan itu, hingga kita menanganinya dengan konsep lain selain konsepNya? 

Muhammad Dudi Hari Saputra: Iya ustadz, ana percaya itu, tapi bagaimana menghadapi kondisi masyarakat yang enggan menerima islam sebagai dasar berfikir dan bertindaknya? Setiap kali kebenaran islam yang disampaikan, masyarakat itu sudah pesimis dan antipati duluan dengan pernyataan seperti : jangan masukkan agama kedalam urusan politik, atau bagaimana dengan cara menerapkan islam yang benar di saat para ulama dan kalangan intelektual muslim di indonesia masih belum menemukan konsep yang sempurna tentang islam itu sendiri? Malahan banyak ulama Indonesia yang melakukan korupsi dan mendukung pemimpin yang despotik,, saya pun berkeinginan mewujudkan pondasi masyarakat indonesia seperti di Iran, tapi apakah mereka paham tentang syiah? Jika mereka paham, apakah otomatis menerima syiah? Dan jikapun menerima syiah, apakah mereka paham konsep wilayat al-faqih? Dan jikapun paham, apakah mereka menerimanya? Tentu perlu waktu yang panjang untuk menjelaskan itu semua, dan di saat proses menjelaskan yang panjang itulah, saya kemudian resah, bagaimana bisa menerapkan islam yang benar di tengah masyarakat yang belum paham dan siap ini? Mohon wejangannya ustadz. 

Sinar Agama: M.D: Tidak ada keharusan menjadi Syi’ah untuk kembali kepada Islam. Dari mana antum dapat hal ini? Dari satu sisi antum bertanya, tapi dari sisi yang lain antum memberikan jalan keluar, ini yang membuat antum bingung. 

Mestinya, ketika sudah dikatakan bahwa kembali muslim harus ke Islam supaya semua penyakit sosialnya bisa teratasi, maka soalan ke dua mestinya menanyakan apakah Islam punya cara dalam menangani berbagai perbedaan dan bahkan menghadapi minoritas agama lain? Bukan malah membuat jalan keluar sendiri yang antum buat. Itulah mengapa antum agak sulit kembali kepada yang gamblang (Islam), karena antum sendiri sudah mempunyai persepsi sendiri tentang islam itu. Sebenarnya hal ini bukan hanya antum, akan tetapi mungkin kebanyakan muslim Indonesia seperti itu. Yakni dari satu sisi mau mencari jalan dari Islam, tapi ia sendiri sudah mendefinisikan Islam itu sendiri dalam dirinya. Padahal, semestinya ia merombak dulu pengertian dirinya tentang Islamnya itu. 

Muhammad Dudi Hari Saputra: Na’am ustadz, saya tidak berani untuk memberikan jalan keluar sebagaimana yang ustadz maksud, pertanyaan saya tak lebih hanya sekedar perjalanan intelektual dan sosial saya saja selama melihat kondisi masyarakat saat ini. Terima kasih ustadz untuk penjelasannya. Melanjutkan pernyataan ustadz bahwa ummat islam seharusnya kembali kepada islam dan kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan apakah Islam punya cara dalam menangani berbagai perbedaan dan bahkan menghadapi minoritas agama lain? Sebenarnya itu yang saya maksud dengan keIndonesiaan ustadz, yaitu sebuah bangsa yang plural dan beragam, karenanya saya bertanya bagaimana islam (yang gamblang) menghadapinya?? 

Sinar Agama: M.D: Sepertinya antum tetap dengan persepsi dan jalan keluar yang antum bayangkan itu hingga ianya terus mencari tempat penyisipan melalui berbagai lubang yang sepintas menengadah pada pemikiran tersebut untuk penyalurannya. Karena itu, pertanyaan antum yang sekarang ini kembali kepada pertanyaan antum yang pertama dan, jawabannya tetap sama, yaitu umat Islam harus kembali kepada agamanya dalam segala bidang. 

Mungkin antum tidak sengaja melakukan itu atau saya yang salah dalam menilai tulisan antum. Tapi yang antum pikirkan itu, memang merupakan pikiran ke-Indonesiaan yang sudah beratus tahun mengangker di bangsa kita tercinta ini. Yaitu dari awal berlomba-lomba meninggalkan Islam dan bahkan menghinakannya sebagai jalan hidup satu-satunya, tapi kalau mengalami berbagai penyakit sosial akibat dari hal tersebut, selalu para sok ulama dan cendikia, tampil ke depan dengan melantun-lantunkan ayat dan riwayat untuk memberikan obat penyakit tersebut sementara hati mereka anti terhadap Islam yang menyeluruh ini. Itulah yang dikatakan oleh para wali-wali Tuhan sebagai berputar di poros syethan dengan mencitrakan Islam. 

Mana ada Islam keIndonesiaan??!! Mana ada Islam keAraban??? Mana ada Islam keIranan??!! .............. dan seterusnya????!!!!! Kok bisa Tuhan menurunkan Islam, lalu dibelah-belah seperti kue tart demi untuk pencocokan kepada setiap brutalisme akhlak di depan Allah swt? 


Muhammad Dudi Hari Saputra: Sepakat ustadz,,, hanya bagaimana menerapkan islam yang gamblang itu di masyarakat Indoenesia ini ustadz,, itu saja,,, kalau kembali lagi jawabannya harus yang gamblang, iya saya terima itu,, tapi how (bagaimana)?? Sedangkan masyarakat Indonesia ini kalo denger agama itu sebagai dasar pemikiran dan tindakan, udah NO duluan,,, ini yang saya alami selama perkuliahan di Indonesia ustadz. 

Afwan ustadz jika sudah banyak nanya,, misalnya gini, dalam pemberantasan korupsi tentu islam punya jalan untuk mengatasinya, nah kemudian tantangannya bagaimana menerapkan nilai islam ke dalam negara Indonesia ini yang tidak menjadikan islam sebagai dasar konstitusinya? 

Sinar Agama: M.D: Ana rasa sudah sangat jelas jawaban alfakir di atas itu. Pertanyaan yang bertubi-tubi dan sama dari antum ini, kurasa, antum benar-benar kurang memahami tulisan antum sendiri dan begitu pula tulisanku. Coba disimak-simak lagi dan kosongkan dulu pikiran antum itu, maka i-Allah akan ketemu jawabanku itu. 

Saya tidak menyuruh antum menyepakati jawaban ana itu, tapi hanya sekedar meminta mengertinya, bukan menyepakatinya. Karena bagi ana, antum belum memahami jawaban ana itu dan bahkan ana mengira bahwa antum belum memahami dengan gamblang tulisan antum itu sendiri. Karena ana sudah mengatakan bahwa antum dalam bertanya, sambil juga membawa jalan keluar (metode) yang dibayangkan dimana hal seperti itulah yang antum inginkan dari ana, sehingga karena itulah maka jawaban ana itu tidak antum rasakan sama sekali. 

Coba antum baca-baca lagi dalam keadaan mengosongkan metode yang antum bayangkan itu dan kalau belum ketemu, coba baca lagi dan seterusnya. Baru nanti kalau sudah dapatkan jawabanku, antum teruskan membahasnya ke peringkat berikutnya, yakni sepakat atau tidak. Dan kalau sepakat, lalu apa kendalanya dan semacamnya. Kalau ana sudah tidak melihat lagi jawaban antum di sini, maka tolong diingatkan di dinding yang baru bahwa antum punya tulisan di sini. Karena di samping sudah ke bawah banget, mungkin juga ana sudah lupa seperti kemarin ana sudah lupa tentang hal ini. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Persaudaraan Yang Dituntut Agama




Seri tanya jawab Siti Munawaroh dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 7:56 am


Siti Munawaroh mengirim ke Sinar Agama: 17 Februari 2013 melalui BlackBerry Smartphones App 

Salam, hanya usulan saja ustadz, karena banyaknya saudara-saudara yang butuh bimbingan, apa tidak sebaiknya yang komentar-komentar tidak bermanfaat dan suka mengacau, antum delete saja. Karena banyak anggota baru yang daftar biar lebih efektif diskusi dan mimbar antum, kadang karena penasaran jadi membaca juga malah menghabiskan waktu. Maaf kalau kami kurang sabar seperti antum. 


Orlando Banderas: Kalau saya gak setuju di delete, karena justru pertanyaan sepele sekalipun dan kelihatan nyeleneh justru juga ditanyakan orang yang lama sekalipun di syiah cuma gengsi menanyakan dan sangat bermanfaat bagi yang baru di syiah. Afwan. 

Sang Pencinta: SM: Benar yang dikatakan mas OB. Di sisi lain teman-teman Wahabi berpotensi untuk mengambil pelajaran dan bertanya (walau dengan caci maki) pada ustadz tentang apa yang tidak diketahuinya/dilecehkan. Yang saya lihat beberapa teman Wahabi ekstrem sudah tobat. 

Irsavone Sabit: itulah yang dikatakan Ustadz Sinar Agama, bahwa agama ini sudah sangat sempurna dan mengatur segala hal termasuk diskusi dengan wahabi ekstrim sampai pada orang kafir, dari orang pintar sampai orang yang paling dungu sekalipun, tetapi masih banyak juga di kalangan orang syiah yang cerdas tidak mau terlibat dalam diskusi maupun dialog bahkan terkesan membiarkan fitnah yang merajalela dari kalangan orang yang tidak tahu dan faham benar tentang syiah, paling tidak untuk orang yang awam dapat mengambil pelajaran dari dialog tersebut, contohnya saya..he he he. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih usulannya. Seperti yang dikatakan oleh saudara- saudara lainnya, bukan hanya aku tidak ingin mendelete, tapi bahkan takut padaNya kalau mau mendeletenya. Kecuali yang keterlaluan dan sangat mengejek terus tanpa mau diskusi, seperti yang menamakan diri Cabul itu. Sebenarnya, kalau dia tidak mengulang-ulang yang dia tanyakan dan tidak selalu mengejek, misalnya dia debat dengan kita walau misalnya dengan sedikit keras hati dan kata-kata yang kurang enak sekalipun, maka sangat mungkin saya tidak mendeletenya. Tapi karena sebaliknya, maka setelah mungkin setahun baru saja aku mendeletenya. 

Semua itu bukan karena aku sabar. Aku juga kadang sampai sakit hati dan kepala. Tapi aku yang hina ini, sangat takut pada Allah untuk tidak membantu sesama saudara yang nakal sekalipun. Ketahuilah, akhirat itu sangat berat dan bukan main-main. Belum tentu yang kita kira kebaikan yang kita miliki ini benar-benar kebaikan. Untuk diterimanya sebuah kebaikan, sangat memerlukan syarat yang sangat ketat, seperti harus dengan ilmu, harus dengan ikhlash yang luar biasa yang satu atompun tidak ada unsur riya’nya. Sementara kalau dosa, maka tidak perlu syarat-syarat tersebut. 

Jadi, itulah yang membuatku lebih baik memilih diejek dari pada tidak membantu atau lebih baik memilih diejek dari pada tidak menyampaikan yang kuyakini benar secara profesional. Ketika alfakir/aku membahas mega merah, sungguh terasa sesak dadaku, karena aku tidak ingin berbeda dengan siapapun dan aku tidak ingin ibadah siapapun punya masalah. Tapi kalau tidak kusampaikan (walau tidak diambil) maka tidak ada perbandingan di masyarakat hingga bisa mencabut mawas diri dan kehati-hatian dimana kalau nanti di hadapan Tuhan punya masalah, akhirnya yang tahu juga yang akan disalahkan. Karena itulah maka dengan hati tak suka dan tak enak hati, tetap saja kusampaikan. Tentu saja, jalan kita tidak boleh memaksa siapapun. Tugas kita hanya diskusi terbuka dan dengan kalimat-kalimat santun serta dalil yang gamblang alias mudah dipahami. 

Jadi, yang mengejek-ejek itu bukan hanya wahabi, tapi yang ala wahabi juga seperti itu sekalipun mungkin secara lahiriah sudah Syi’ah. 


Kalau kita mengaplikasikan yang namanya persaudaraan saja, maka dunia ini akan jadi indah karena yang pahitnyapun akan menjadi manis di hadapanNya. Berbeda boleh saja, tapi kemesraan harus tetap terjaga. Begitu pula saling doa dan memintakan ampunan padaNya di siang atau malam hari, dalam ramai atau dalam sepi. 

Kalau cinta hanya pada orang yang sama dengan diri kita, maka ia bukan cinta orang lain/ mukminin, tapi cinta diri sendiri. Kalau cinta hanya pada orang yang sama dengan kita, maka ia bukan cinta yang diwajibkan agama. Kalau cinta hanya pada orang yang sama dengan kita, maka ia bagian dunia yang fana dan bukan bagian akhirat yang baqaa’. 

Terakhir, hati ini terlalu sakit dengan batasan 5000 pertemanan ini. Sungguh hati ini dan dekapan hinaku ini, ingin sekali menyapa dan menjalin cinta dengan semua, tak perduli dari suku bangsa apa, apalagi hanya dari yayasan mana, tak perduli ia sama denganku atau jauh berbeda nun jauh di sana. 

Ya Allah, hanya Engkau yang tahu jujur atau dustaku, kalau aku jujur, maka berikan rahmat cintaMu padaku dan pada teman-temanku semua dan, kalau aku dusta, maka hal itu hanya dari kebodohanku belaka dan, karena itu maka ampunilah aku dan teman-temanku semua, amin. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 15 Desember 2018

Irfan Boleh Dipahami Tapi Tidak Boleh Dirasakan

Irfan Boleh Dipahami Tapi Tidak Boleh Dirasakan (bagi yang bukan pesuluk)




Seri tanya jawab Heri Widodo dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Monday, March 18, 2013 at 10:38 pm


Heri Widodo mengirim ke Sinar Agama: Rabu (12-12-2012), 

Assalam..wb.Ustad, afwan; Apakah seorang Irfan sangat Ikhlas terhadap apapun yang menimpa dirinya, & ruhaninya sangat ber- gantung total kepada Allah? Mohon penjelasan dan lain-lain. 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Irfan itu tidak melakukan dosa sama sekali, baik besar atau kecil. Tidak melakukan makruh sama sekali. Tidak menyukai apapun selain Tuhan. 

Nah, kalau kita masih punya dosa, maka jangan sesekali ingin mengejawantahkan perilaku orang- orang irfan ke dalam diri kita. 

Ketika jauh-jauh sebelum jadi irfan sudah meninggalkan semua dosa sebagaimana sering dijelaskan, maka apapun yang menimpa dirinya sebelum jadi irfan itu akan dilihat mengapa hal buruk itu menimpa. Apakah karena kesalahannya hingga ia karenanya telah melakukan dosa. Jadi, kalau hal buruk menimpa, orang yang ingin lepas dari dosa (jauh-jauh sebelum menjadi murid pesuluk dan murid irfan), akan melihat siapa-siapa yang salah dalam hal tersebut, bukan menerimanya. Tapi melihat dengan teliti jangan sampai dirinya sendiri yang salah. Kalau ternyata salah, maka ia harus bertaubat dan memperbaikinya serta kalau berkenaan dengan orang lain, maka ia harus mengqadhaa’ hak orang tersebut, seperti kalau menabrak orang lantaran ngantuk tapi tetep menyetir, atau bisnis sembarangan hingga membuat pemodal yang bekerja dengan kita menjadi bangkrut..... dan seterusnya. 

Antum dan siapa saja, tidak akan pernah mengerti perasaan irfan kalau masih melakukan dosa, makruh dan menyukai dunia. Karena itu, tugas antum adalah menghafal fikih keseharian dan tidak melanggarnya. Kalau sudah mampu maka tinggalkan dengan meninggalkan makruh. Kalau sudah mampu, maka jangan menyukai yang mubah dan apa-apa selain Allah. 

Tapi kalau hanya ingin mengerti tentang orang-orang irfan, maka hal itu tidak sulit. Semua orang bisa mengertinya. Akan tetapi harus mengosongkan diri dari pengkhayalan penerapannya pada diri sendiri. 

Menurut saya yang banyak dosa dan hijab ini, dan dengan disertai permintaan maaf dan kehalalan antum, terlihat dari pertanyaan-pertanyaan antum selama ini, sepertinya, antum ini ingin merasakan yang dirasakan orang arif/irfan. Hal ini yang membuat antum sulit memahami penjelasan-penjelasan alfakir. Karena itu, jangan memaksa diri untuk merasakan yang mereka rasakan. Kalau antum percaya kepada ana dan guru-guru ana, maka lakukan apa yang ana sarankan itu. Hafalkan fikih keseharian dan amalkan hingga antum bebas dari dosa. 

Orang mengira, bahwa fikih itu hanya menjaga najis, wudhu, mandi, shalat dan puasa. Hingga sering mengetatkan diri hanya dalam hal-hal seperti itu. Ini adalah permainan syaithan. Karena seringnya, orang seperti ini sangat-sangat melalaikan fikih yang lain, seperti fikih keluarga. 

Betapa kulihat sebagian orang, ketat dalam thaharah, shalat, puasa...dan seterusnya...hingga kalau perlu perang dengan semua orang yang beda pandangan dengan-nya tentang najis, buka puasa.....dan seterusnya. Akan tetapi, ia sama sekali tidak bertanggung jawab kepada anak dan istrinya. Padahal kewajiban keluarganya itu adalah kewajiban fikih yang justru lebih berat dari fikih-fikih pribadi itu. Karena kalau dosa yang menyangkut orang lain tersebut (anak dan istri) tidak dimaafkan, maka sangat-sangat sulit untuk lepas dari dosa kecuali kalau diqadhaa’nya. Fikih mengatakan bahwa belanja pada keluarga (istri) itu wajib dan kalau tidak dipenuhi akan terhitung hutang yang wajib dibayar (diqadhaa’) kalau sudah mampu. 

Kadang ada lelaki kalau dituntun belanja oleh istrinya, mengatakan bahwa istrinya cinta dunia. Emangnya dunia itu hanya uang dan pakaian? Malah bekerja, fb-an dalam keadaan menelantarkan keluarga...dan seterusnya...adalah cinta dunia yang nyata yang bukan hanya irfan yang mengecamnya, tapi bahkan fikih mengecamnya. 

Kadang ada lelaki yang mengatakan bahwa kalau istrinya tidak melayaninya akan dilaknat malaikat, akan tetapi ia tidak merasa dilaknat seluruh alam ketika bisa tidur dengan nyaman tanpa memenuhi tanggung jawab keluarganya. 

Saya tahu semua itu benar, yakni thaharah, shalat, puasa....dan seterusnya..itu memang harus ketat. Begitu pula seorang istri yang menolak untuk melayani suami akan mendapat laknat dalam tidurnya itu sampai terbangun besok paginya. Akan tetapi, ini hanya separuh saja dari kewajiban- kewajiban fikih itu. Karena lelaki atau seorang muslim, juga masih memiliki kewajiban fikih yang seambrek yang semua itu harus dikerjakan dengan ketat. Mengapa mau mengucap takbir saja waswas tapi kalau membentak istrinya tidak waswas????!!! 

Karena itulah saya sering mengatakan bahwa bawalah kitab fikih itu kemana saja dan baca walau dalam kesempatan yang sedikit tiap kesempatan itu ada. Karena di dalam fikih itu, terdapat uraian terhadap semua kewajiban, baik pribadi, keluarga, sosial, budaya dan politik. Semua ada di fikih. 

Anjuran tertulusku pada antum mas Heri, hadapi dunia ini dengan pemahaman dan perasaan fikih itu. Nanti kalau sudah berhasil meninggalkan semua dosa, maka baru nanti berusaha merasakan peninggal-kan makruh. Kalau sudah, maka nanti akan ana arahkan untuk merasakan peninggal-kan mubah. 

Atau kalau antum mau mengaji ilmunya saja dan tidak mencampurkan rasa dan penerapan, artinya dalam mengkaji irfan antum bisa mengosongkan diri dari pentajallian rasa irfani pada diri antum (yang kukira ada itu, semoga salah), maka ana akan menjawab dengan rinci sesuai dengan keluasan fb ini. Tentu kalau belum saya terangkan di wahdatu al-wujud yang sudah ada. 

Jawaban soalan

Ikhlash secara fikih itu harus profesional. Karena itu, kalau keburukan menimpa kita, maka kita harus melihat secara profesional (sesuai dengan fikih) hingga kita tahu siapa yang salah. Kalau kita yang salah, maka harus taubat dengan cara membenahi dan kalau berhubungan dengan ibadah atau orang lain, maka harus diqadhaa’. Jadi, ikhlash di fikih, bukan menerima yang menimpa, tapi berusaha tidak menyalahi aturan Tuhan yang sudah tertuang di fikih. 

Ikhlash secara irfan, sudah tidak khalash dari dirinya. Khalash yakni sudah selesai dari dirinya sendiri, yakni sudah fanaa’. Jawaban ini tidak akan pernah bisa dipahami kalau tidak disertai penjelasan-penjelasan lain seperti yang sudah diterangkan di wahdatu al-wujud. Jadi, ikhlash di irfan adalah sudah tidak melihat wujud siapapun selain Allah karena selain Allah, hakikatnya tidak ada dan yang terlihat dan yang terjadi hanya berkisar pada esensi saja. Jadi, tidak ada yang terjadi padanya, karena ia tidak ada. Tidak ada yang ia perlu ikhlashkan, karena ia tidak ada. Tidak ada yang perlu ia rasakan, baik sabar atau emosi, karena ia tidak ada. Nah, perasaan-perasaan seperti ini, kalau dilakukan oleh kita-kita yang masih punya maksiat dan dosa, doyan makruh dan apalagi mubah dan karamat serta surga, maka akibatnya.......tidak bisa dibayangkan lagi... Selain kesesatan nyata dan total, tidak ada lagi yang akan bisa kita raih. Na’udzubillah. Wassalam. 

Vito Balataw: Syukron ustadz atas penjelasannya, walau sebenarnya ana malu baca penjelasan ustadz, karena apa yang antum tulis semua ada dalam diri ana, kalau boleh berkata kasar diri ini hanya memikir perut dan di bawah perut semata. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Kamis, 15 November 2018

Kepentingan Dapat Mengikis Segalanya



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, November 10, 2012 at 11:17 pm


Sinar Agama: 14 Agustus, Bismillaah: 

Kepentingan dan kecenderungan, dapat menggilas semua hal mulai dari harga diri, intelektual, akhlaakulkariimah, kesantunan, kepintaran, ketenangan, kesejukan dada, ilmu pengetahuan, ilmu agama, kesarjanaan, kepemimpinan, ketokohan ..... 


Saya sampai berfikir, mungkin inilah yang dimaksud para urafa yang mengatakan: “Dirimu sendiri, adalah berhala yang paling besar.” 

Siti Handayatini, Nure Beheshti dan 73 orang lainnya menyukai ini. 

Husein Jon: Istilah Ali Syariati “Berhala Psikologis”... 

Pranata Hirr Ad-Dausi: Hmmm aja deh... 

Anwar Mashadi: Katanya: orang musti mengenal dirinya, untuk kenal/tahu Tuhan[nya]. kalau dia sudah tahu bahwa dirinya adalah berhala terbesarnya, lalu, apakah dia sendiri yang harus menghancurkannya, atau meminta bantuan pada “dua tangan Ibrahim (as)” sang penghancur berhala.. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 
Berhala hidup juga masih ada di Teheran yang menamakan dirinya Ali Khamenei Alhusaini. 

Ky Na: Di hatimu Rosan.. Berhala nya. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 
Eehhhh Ky Na.. masih juga terbelenggu dengan kesesatan. Itu karena kamu tidak sungguh- sungguh mencari kebenaran yang hakiki. 

Ky Na: Justru kebenaran hakiki milik Syiah. Karena Syiah sudah ada sejak jaman nabi. Emangnye aqidah ente kaga jelas sumbernye ? 

Emen Ashmade: Masalah aqidah itu masalah hati dan hanya Allah yang tahu mana yang benar dan yang jelas..!!! 

Juni Anto: Darimana lagi kamu mendapat contekan,,,heheheh. 

Yosep Kurnia Pratama: Rosan Da Vinchi@ hujahnya apa, dasarnya apa, Ali Khamenei berhala hidup.. anda jangan asal komentar aja dan fitnah.. tanpa memahami dan mengenal lebih dalam.. 

Juni Anto: Ngomong apa sih loe,,,sok pinter.. 

Emen Ashmade: Iya dong banyak yang sok pinter tu.. ga usah membahas masalah aqidah terlalu berlebihan seolah-olah yang paling benar. Intinya jalankan aja perintah Allah dan jauhi laranganNya.. kalau yang pinter ngomong banyak.. tapi yang pintar menjalankan sedikit..!! 

Juni Anto: Okeeeeeeee...... 

Emen Ashmade: Ky na@intropeksi diri kamu tahu apa kamu tentang Syiah.. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 
Tanpa disadari fatwa-fatwa si Ali mengarahkan pengikutnya kepada jalan kesesatan itu berjalan secara slow but sure, lihat bagaimana doktrin-doktrin si Ali terhadap ulama-ulama Syi’ah yang mengeluarkan fatwa-fatwa sesat, apa ini terlepas dari si Ali secara pribadi, intervensi atas lahirnya fatwa membumihanguskan para eksodus muslim Suriah dengan menghalalkan ditumpahkannya darah dan harta kaum muslim Sunni.. anehnya pemimpin sekaliber Ahmadinejad pun tak mampu menetralisir pola keberagamaan di negeri tiran tersebut. 

Emen Ashmade: Rosan@itu benar apa yang kamu katakan..!! 

Reza Assad · 2 teman yang sama: 
Bener ustadz..kepentingan dan kecenderungan sering membutakan dan membelokkan tujuan kita) Beginilah cobaan para tashayu... makanya ingat-ingat pesan nabi saw... untuk tetap teguh memegang “Al-Qur’an dan Itrah Ahlul Bait Nabi saw..” sampai mati. :) 

Quthril ‘ilim
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1729324587625&set=a.1183031690644.2029395.10 73764695&type=3

Foto Dinding 

Bismillaah Al-Mushowir 

“hawa nafsunya sebagai tuhannya” Allohumma Sholli ‘ala S.... 

Oleh: Quthril ‘ilim 

Syarifah Anies · 43 teman yang sama: Rosan Da Vinchi @ yang pasti ini Indonesia kenapa anda berpikir terlalu jauh ke negerinya orang....? Apa anda kepingin dibilang pinter dan intelektual seperti yang di katakan penulis posting ini ...? Terus adakah di posting ini membawa-bawa masalah mazhab ....? Hati-hati bung tulisan dan komentar anda adalah 

“HARGA DIRI” ANDA SENDIRI ! 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas semua komentar-komentarnya. 

Sinar Agama: Yang cukup mengherankan adalah orang-orang yang selalu mengulang kata-kata yang sama tentang keterhidayahannya dan kesesatan orang lain, akan tetapi sama sekali tidak membawa dalil. Jadinya ya ... main dakwa saja. Saya khawatir, orang-orang seperti ini, nantinya hanya akan masuk surga dakwaan/imajinasinya saja dan jauh dari surga yang hakiki. 

Perkataan taat pada Allah sangat mudah diucapkan, tapi Allah yang dipahami seperti apa dan memerintahkan apa, ini yang swaaangat sulit ditentukan. Dan, tukang dakwa, sama sekali tidak memiliki saham apapun di daerah ini. 

Muhammad Alwi: Ana copas ustadz... 

Muhammad Alwi

1). Janganlah kebencian kalian kepada suatu kaum membuat kalian berlaku tidak adil. 

2). Cukup dikatakan pembohong bila yang masuk pada kita, kita terima semuanya (baik sunnah atau-pun Syiah). 

3). Konflik Suriah, hati-hati menuruti kata hati. Yang Syiah membela karena rejim saat ini adalah Syiah (Walaupun Syiah Alawi). Yang Sunni mencaci habis, karena sentimen madzab, karena rakyat Suriah adalah Sunni. Bagaimana dengan di Iraq, bagaimana dengan di Bahrain, bagaimana di Afghanistan..dan seterusnya. 

Kalau kita baca...info-info dari berita X mereka punya tujuan akan menggulingkan Rejim (Infonya jelek, sangat jelek), Tapi kalau kita baca Info dari berita-berita lain Y, maka sebenarnya oposisi sudah tidak didukung rakyat, tapi didukung yang lain (Taliban, Nato, Saudi). 

Apakah dengan seperti ini kita ikut-ikutan, mencaci-maki dengan sentimen mazhab kita masing-masing. 

4). Lebih baik diam.... bila tidak jelas mengetahui masalahnya. 

5). Bukankah aneh...siapapun Sunnah-Syiah : Saat kita sedang “NORMAL”, kita mengatakan media barat, itu menghancurkan Islam, punya agenda terselubung dan lain-lain. Tapi saat konflik antar mazhab (Sunnah-Syiah, Kasus Suriah), kita mempercayai semua media barat. 

Lihat Kasus: Pembantaian Houla…itu gambar-gambar bohong yang dibuat oleh barat. 

http://www.crescent-online.net/2012/08/the-anglo-wahhabi-zionist-war-on-syria-goes-into-high- gear-tahir-mustafa-3191-articles.html

Dan lain-lainl. Di bawah…. 

Ya Allah berikanlah kami kebijakan dalam berfikir dan bertindak, dalam era dimana sentimen , rekayasa, kebohongan, ketiadaan harga diri dan lain-lain sangat merajalela. 

The Anglo-Wahhabi-zionist war on Syria goes into high gear, Tahir Mustafa, Crescent Magazine 

www.crescent-online.net, The Anglo-Wahhabi-zionist mafia is determined to prevent a peaceful resolution t...Lihat Selengkapnya 

Arya Wisesa: Astaghfirullahaladziim.. 

Daris Asgar: Na’udzubillahi min dzalik... 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Doni Handoyo: Yahudi itu bahaya, tapi lebih bahaya lagi Wahabi...dan sungguh bodoh orang yang mau mengikutinya 

Eri Medan: Allahumma shalli alaa Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil farajahum .. Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Minggu, 21 Oktober 2018

Pencuri Teriak Pencuri



Seri status Sinar Agama dan Komentar-komentarnya 
by Sinar Agama (Notes) on Sunday, September 30, 2012 at 11:04 pm


Sinar Agama: Bismillaah:

Kepentingan dan kecenderungan, dapat menggilas semua hal mulai dari harga diri, intelektual, akhlaakulkariimah, kesantunan, kepintaran, ketenangan, kesejukan dada, ilmu pengetahuan, ilmu agama, kesarjanaan, kepemimpinan, ketokohan .....

Saya sampai berfikir, mungkin inilah yang dimaksud para urafa yang mengatakan: “Dirimu sendiri, adalah patung yang paling besar.”


Siti Handayatini, Nure Beheshti dan 73 orang lainnya menyukai ini.

Husein Jon: Istilah Ali Syariati “Berhala Psikologis”...

Pranata Hirr Ad-Dausi: Hmmm saja deh...

Anwar Mashadi: Katanya: orang musti mengenal dirinya, untuk kenal/tahu Tuhan[nya]. Kalau dia sudah tahu bahwa dirinya adalah berhala terbesarnya, lalu, apakah dia sendiri yang harus menghancurkannya, atau meminta bantuan pada “dua tangan Ibrahim (as)” sang penghancur berhala..

Rosan Da Vinchi 13 teman yang sama: Berhala hidup juga masih ada di Teheran yang menamakan dirinya Ali Khamanei Alhusaini.

Ky Na: di hatimu rosan.. Berhala nya

Rosan Da Vinchi 13 teman yang sama: Eehhhh Ky Na .. masih juga terbelenggu dengan kesesatan. Itu karena kamu tidak sungguh-sungguh mencari kebenaran yang haqiqi.

Ky Na: Justru kebenaran hakiki milik syiah. Karena syiah sudah ada sejak jaman nabi. Emangnye aqidah ente tidak jelas sumbernya ?

Emen Ashmade: Masalah aqidah itu masalah hati dan hanya Allah yang tau mana yang benar dan yang jelas..!!!

Juni Anto: Darimana lagi kamu mendapat contekan,,,heheheh.

Yosep Kurnia Pratama: Rosan Da Vinchi@ hujahnya apa, dasarnya apa, Ali khomeini berhala hidup..anda jangan asal komen saja dan fitnah.. tanpa memahami dan mengenal lebih dalam..

Juni Anto: Ngomong apa sih loe,,,sok pinter..

Emen Ashmade: Ia don banyak yang sok pinter tu..tidak usah membahas masalah aqidah terlalu berlebihan seolah olah yang paling benar. Intinya jalankan saja perintah Allah dan jauhi larangannya..kalau yang pinter ngomong banyak..tapi yang pintar menjalankan sedikit..!!

Juni Anto: Okeeeeeeee......

Emen Ashmade: Ky Na @intropeksi diri kamu tau apa kamu tentang syiah..

Rosan Da Vinchi 13 teman yang sama: Tanpa disadari fatwa-fatwa si Ali mengarahkan pengikutnya kepada jalan kesesatan itu berjalan secara slow but sure, lihat bagaimana doktrin-doktrin si Ali terhadap ulama-ulama Syi’ah yang mengeluarkan fatwa-fatwa sesat, apa ini terlepas dari si Ali secara pribadi, intervensi atas lahirnya fatwa membumi hanguskan para eksodus muslim Suriah dengan menghalalkan ditumpahkannya darah dan harta kaum muslim Sunni.. anehnya pemimpin sekaliber ahmadibejad pun tak mampu menetralisir pola keberagamaan di negeri tiran tersebut.

Emen Ashmade Rosan@itu benar apa yang kamu katakan..!!

Reza Assad Berteman dengan Karina Dracaena dan 1 lainnya: Bener ustadz..kepentingan dan kecenderungan sering membutakan dan membelokkan tujuan kita. Beginilah cobaan para tashayu...makanya ingat-ingat pesan nabi saw...untuk tetap teguh memegang “Al-Qur’an & Ittrah Ahlul Bait Nabi saw..” sampai mati. :)

Quthril ‘ilim:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1729324587625&set=a.1183031690644.2029395.10 73764695&type=3

Bismillaah Al-Mushowir

“hawa nafsunya sebagai tuhannya”

Allahumma Sholli ‘alaa Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. Oleh: Quthril ‘ilim 

Syarifah Anies · Berteman dengan Zen Assegaf dan 41 lainnya: Rosan Da Vinchi @ yang pasti ini Indonesia kenapa anda berpikir terlalu jauh ke negerinya orang ....? Apa anda kepingin di bilang pinter dan intelektual seperti yang di katakan penulis postingan ini ...? Terus adakah di postingan ini mem-bawa-bawa masalah mazhab ....? Hati-hati bung tulisan dan komen anda adalah

“HARGAI DIRI” ANDA SENDIRI !

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas semua komen-komennya.

Sinar Agama: Yang cukup mengherankan adalah orang-orang yang selalu mengulang kata-kata yang sama tentang keterhidayahannya dan kesesatan orang lain, akan tetapi sama sekali tidak membawa dalil. Jadinya ya ... main dakwa saja. Saya khawatir, orang-orang seperti ini, nantinya hanya akan masuk surga dakwaan/imajinasinya saja dan jauh dari surga yang hakiki.

Perkataan taat pada Allah sangat mudah diucapkan, tapi Allah yang dipahami seperti apa dan memerintahkan apa, ini yang swaaangat sulit ditentukan. Dan, tukang dakwa, sama sekali tidak memiliki saham apapun di daerah ini.

Muhammad Alwi: Ana copas ustadz...

1) “Janganlah kebencian kalian kepada suatu kaum membuat kalian berlaku tidak adil”. 

2) Cukup dikatakan pembohong bila yang masuk pada kita, kita terima semuanya (baik sunnah atau-pun Syiah).

3) Konflik Suriah, hati-hati menuruti kata hati. Yang Syiah membela karena rezim saat ini adalah Syiah (Walaupun Syiah Alawi). Yang Sunny mencaci habis, karena sentimen madzab, karena rakyat Suriah adalah sunny. Bagaimana dengan di Iraq, bagaimana dengan di Bahrain, bagaimana di Afghanistan..dan seterusnya.

Kalau kita baca...info-info dari berita X mereka punya tujuan akan menggulingkan rezim (Infonya jelek, sangat jelek), Tapi kalau kita baca Info dari berita-berita lain Y, maka sebenarnya oposisi sudah tidak didukung rakyat, tapi didukung yang lain (Taliban, Nato, Saudi).

Apakah dengan seperti ini kita ikut-ikutan, mencaci-maki dengan sentimen madzab kita masing-masing.

4) Lebih baik diam....bila tidak jelas mengetahui masalahnya. 

5) Bukankah aneh...siapapun sunnah-syiah : Saat kita sedang “NORMAL”, kita mengatakan media barat, itu menghancurkan Islam, punya agenda terselubung dan lain-lain. Tapi saat konflik antar madzab (Sunnah-Syiah, Kasus Suriah), kita mempercayai semua media barat. 

Lihat Kasus: Pembantaian Houla…itu gambar-gambar bohong yang dibuat oleh barat. 

http://www.crescent-online.net/2012/08/the-anglo-wahhabi-zionist-war-on-syria-goes-into-high- gear-tahir-mustafa-3191-articles.html

Dan lain-lain. Di bawah….

Ya Allah berilaknlah kami kebijakan dalam berfikir dan bertindak, dalam era dimana sentiment, rekayasa, kebohongan, ketiadaan harga diri dan lain-lain sangat merajalela.

The Anglo-Wahhabi-zionist war on Syria goes into high gear, Tahir Mustafa, Crescent Magazine 

www.crescent-online.net

The Anglo-Wahhabi-zionist mafia is determined to prevent a peaceful resolution t...Lihat Selengkapnya

Arya Wisesa: Astgfrllhldzm..

Daris Asgar: Na’udzubillahi min dzalik...

Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad.

Doni Handoyo: Yahudi itu bahaya, tapi lebih bahaya lagi wahabi...dan sungguh bodoh orang yang mau mengikutinya 

Eri Medan: Allahumma shalli alaa Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil farajahum .. Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ