Rabu, 02 Januari 2019

Persaudaraan Yang Dituntut Agama




Seri tanya jawab Siti Munawaroh dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 7:56 am


Siti Munawaroh mengirim ke Sinar Agama: 17 Februari 2013 melalui BlackBerry Smartphones App 

Salam, hanya usulan saja ustadz, karena banyaknya saudara-saudara yang butuh bimbingan, apa tidak sebaiknya yang komentar-komentar tidak bermanfaat dan suka mengacau, antum delete saja. Karena banyak anggota baru yang daftar biar lebih efektif diskusi dan mimbar antum, kadang karena penasaran jadi membaca juga malah menghabiskan waktu. Maaf kalau kami kurang sabar seperti antum. 


Orlando Banderas: Kalau saya gak setuju di delete, karena justru pertanyaan sepele sekalipun dan kelihatan nyeleneh justru juga ditanyakan orang yang lama sekalipun di syiah cuma gengsi menanyakan dan sangat bermanfaat bagi yang baru di syiah. Afwan. 

Sang Pencinta: SM: Benar yang dikatakan mas OB. Di sisi lain teman-teman Wahabi berpotensi untuk mengambil pelajaran dan bertanya (walau dengan caci maki) pada ustadz tentang apa yang tidak diketahuinya/dilecehkan. Yang saya lihat beberapa teman Wahabi ekstrem sudah tobat. 

Irsavone Sabit: itulah yang dikatakan Ustadz Sinar Agama, bahwa agama ini sudah sangat sempurna dan mengatur segala hal termasuk diskusi dengan wahabi ekstrim sampai pada orang kafir, dari orang pintar sampai orang yang paling dungu sekalipun, tetapi masih banyak juga di kalangan orang syiah yang cerdas tidak mau terlibat dalam diskusi maupun dialog bahkan terkesan membiarkan fitnah yang merajalela dari kalangan orang yang tidak tahu dan faham benar tentang syiah, paling tidak untuk orang yang awam dapat mengambil pelajaran dari dialog tersebut, contohnya saya..he he he. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih usulannya. Seperti yang dikatakan oleh saudara- saudara lainnya, bukan hanya aku tidak ingin mendelete, tapi bahkan takut padaNya kalau mau mendeletenya. Kecuali yang keterlaluan dan sangat mengejek terus tanpa mau diskusi, seperti yang menamakan diri Cabul itu. Sebenarnya, kalau dia tidak mengulang-ulang yang dia tanyakan dan tidak selalu mengejek, misalnya dia debat dengan kita walau misalnya dengan sedikit keras hati dan kata-kata yang kurang enak sekalipun, maka sangat mungkin saya tidak mendeletenya. Tapi karena sebaliknya, maka setelah mungkin setahun baru saja aku mendeletenya. 

Semua itu bukan karena aku sabar. Aku juga kadang sampai sakit hati dan kepala. Tapi aku yang hina ini, sangat takut pada Allah untuk tidak membantu sesama saudara yang nakal sekalipun. Ketahuilah, akhirat itu sangat berat dan bukan main-main. Belum tentu yang kita kira kebaikan yang kita miliki ini benar-benar kebaikan. Untuk diterimanya sebuah kebaikan, sangat memerlukan syarat yang sangat ketat, seperti harus dengan ilmu, harus dengan ikhlash yang luar biasa yang satu atompun tidak ada unsur riya’nya. Sementara kalau dosa, maka tidak perlu syarat-syarat tersebut. 

Jadi, itulah yang membuatku lebih baik memilih diejek dari pada tidak membantu atau lebih baik memilih diejek dari pada tidak menyampaikan yang kuyakini benar secara profesional. Ketika alfakir/aku membahas mega merah, sungguh terasa sesak dadaku, karena aku tidak ingin berbeda dengan siapapun dan aku tidak ingin ibadah siapapun punya masalah. Tapi kalau tidak kusampaikan (walau tidak diambil) maka tidak ada perbandingan di masyarakat hingga bisa mencabut mawas diri dan kehati-hatian dimana kalau nanti di hadapan Tuhan punya masalah, akhirnya yang tahu juga yang akan disalahkan. Karena itulah maka dengan hati tak suka dan tak enak hati, tetap saja kusampaikan. Tentu saja, jalan kita tidak boleh memaksa siapapun. Tugas kita hanya diskusi terbuka dan dengan kalimat-kalimat santun serta dalil yang gamblang alias mudah dipahami. 

Jadi, yang mengejek-ejek itu bukan hanya wahabi, tapi yang ala wahabi juga seperti itu sekalipun mungkin secara lahiriah sudah Syi’ah. 


Kalau kita mengaplikasikan yang namanya persaudaraan saja, maka dunia ini akan jadi indah karena yang pahitnyapun akan menjadi manis di hadapanNya. Berbeda boleh saja, tapi kemesraan harus tetap terjaga. Begitu pula saling doa dan memintakan ampunan padaNya di siang atau malam hari, dalam ramai atau dalam sepi. 

Kalau cinta hanya pada orang yang sama dengan diri kita, maka ia bukan cinta orang lain/ mukminin, tapi cinta diri sendiri. Kalau cinta hanya pada orang yang sama dengan kita, maka ia bukan cinta yang diwajibkan agama. Kalau cinta hanya pada orang yang sama dengan kita, maka ia bagian dunia yang fana dan bukan bagian akhirat yang baqaa’. 

Terakhir, hati ini terlalu sakit dengan batasan 5000 pertemanan ini. Sungguh hati ini dan dekapan hinaku ini, ingin sekali menyapa dan menjalin cinta dengan semua, tak perduli dari suku bangsa apa, apalagi hanya dari yayasan mana, tak perduli ia sama denganku atau jauh berbeda nun jauh di sana. 

Ya Allah, hanya Engkau yang tahu jujur atau dustaku, kalau aku jujur, maka berikan rahmat cintaMu padaku dan pada teman-temanku semua dan, kalau aku dusta, maka hal itu hanya dari kebodohanku belaka dan, karena itu maka ampunilah aku dan teman-temanku semua, amin. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar