Tampilkan postingan dengan label Ayatullah Jawadi hf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ayatullah Jawadi hf. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Agustus 2018

Lensa (Bgn 29): Penjelasan (QS Ali ‘Imran [3] : 54) Tentang Tipu Daya Orang-Orang Kafir



Oleh Ustad Sinar Agama
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 15:54



Haidar Dzulfiqar : Salam Ustadz. Semoga Antum dalam keadaan sehat wal’afiat. Mohon izin bertanya dan penjelasan Ustadz atas pemahaman dan pertanyaan saya dibawah ini :

“Tipu Daya (Makar) Allah ?”

Hidup dalam kejujuran dan kebenaran, merupakan salah satu prinsip moral dalam ajaran Islam, dan semua agama tentu sangat menganjurkannya pula. Apakah lagi Allah SWT dan Rasulullah SAWW dan Ahlul Baitnya as, yang pada masa Pra Kenabiannya, Beliau SAWW telah menyandang dan mendapat pengakuan gelar sebagai Al-Amin (Yang Sangat Terpercaya).

Namun demikian, masih saja ada orang-orang yang menolak dakwah Beliau SAWW dan men- dengki terhadap Ahlul Bait Beliau as. Mereka berharap, dengan menyakiti Ahlul Bait as, mereka dapat menyakiti hati Rasulullah SAWW. Sedemikian gencar dan sengit permusuhan yang mereka lancarkan, mereka buat makar dan tipu daya yang juga sedemikian hebatnya untuk “mengganyang” gerakan Rasulullah SAWW dan Ahlul Baitnya as hingga hari ini.

Aku membaca sejarah dan menyaksikan dengan kedua mataku, bagaimana penolakan, per- musuhan dan dan serangan-serangan mereka terhadap para pengikut Islam Yang Murni, Islam Ahlul Bait as yang sedemikian gencar dan sengitnya. Sehingga aku coba renungi kembali menatap ayat Al-Qur’an, yang disitu Allah SWT berfirman :

”Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS Ali ‘Imran [3] : 54)

Aku berhenti sejenak dan bertanya, apakah makar itu sama dengan tipu daya ?

Lalu bagaimana dengan penafsiran ayat tersebut ? Apakah Allah juga “menipu” dan “memperdaya” mereka, sementara Allah mengajak mereka kepada kebenaran ? Apakah “Tipuan” boleh dibalas dengan “Tipuan” ? “Kejahatan dibalas dengan kejahatan” ?

Padahal, MAHA SUCI ALLAH DARI SEGALA SIFAT-SIFAT YANG BURUK.

Ayatullah Jawadi Amuli dalam sebuah buku mengatakan tentang beberapa sifat :
  1. Membalas kejahatan dengan kejahatan merupakan sifat anjing.
  2. Membalas kebaikan dengan kebaikan, itu sifat keledai.
  3. Membalas kejahatan dengan kebaikan, itu sifat manusia. 
Bukankah sifat Allah tak sebanding dengan sifat-sifat makhluk-Nya, dalam hal ini sifat manusia. Bagaimana semestinya kami memahami ayat tersebut? Bersediakah Ustadz menjelaskannya ? Mohon berikan penjelasannya demi menghindari kesalah-pahaman kami. Terima Kasih Banyak sebelumnya. ^_^

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas pertanyaannya:

1. Kejahatan itu ada ukurannya, ada yang harus dibalas ada yang bisa dimaafkan.

2. Salah satu bentuk balasan itu adalah hukum Islam tentang qishash. Kalau seseorang membuta- kan mata orang lain atau membunuhnya dengan batil, maka matanya juga harus dibutakan dan juga harus dibunuh. Tentu kalau dituntut oleh yang teraniaya dan dalam negara Islam.

3. Namun ada kejahatan-kejahatan yang layak diperhatikan, seperti digunjing, diolok-olok .. dan semacamnya dimana di sini bisa dimaafkan. Tapi boleh membela diri dan harus manakala difitnah atau olok-oloknya itu mempengaruhi kredibilitasnya.

4. Tetapi ada olok-olok yang tidak bisa dimaafkan dan harus dibalas, yaitu manakala dalam pe- perangan dengan kafirin untuk saling menjatuhkan mental misalnya. Seperti perang dingin, atau mukaddimah sebelum perang panas.

5. Akan halnya makar dan tipu daya, itu harus dilakukan dalam perang. Seperti mengatur jebakan-jebakan dan semacamnya. Jadi makar ini adalah bagus asal benar penggunaannya. Misalnya mau menjebak intel lawan dan semacamnya.

6. Kalau dengan Tuhan, maka Tuhan tidak perlu memakar karena Ia Maha Kuasa, bukan karena harus memaafkan. Karena ada makar yang bisa dimaafkan ada yang tidak bisa. Terutama makar untuk menjatuhkan kebenaran. Taktik-taktik licik untuk memerangi kebenaran, tidak bisa dimaafkan oleh siapapun karena ia berperang dengan Yang Maha Benar.

Sebenarnya, ketika pemakar itu dengan melakukan makarnya, maka ia telah memakar dirinya sendiri. Karena itu adalah hakikat senyatanya. Semua orang yang bohong, menipu, mencuri, menzhalimi ...dan seterusnya orang lain atau agama, sebenarnya, ia telah berbohong, menipu, memakar, mencuri ...dan seterusnya dirinya sendiri. Inilah salah satu yang disebut makar Tuhan.

7. Yang ke dua makar Tuhan itu bisa bermakna menggunakan tentaranya seperti malaikat dan manusia shalih, untuk menghancurkan makar mereka yang ingin menghancurkan kebenaran itu. Artinya, makar mereka itu akan menjadi makar dan jebakan untuk diri mereka sendiri dengan kehendak dan KuasaNya. Ini dulu yang bisa saja jawabkan, kalau masih ada yang belum jelas bisa ditanyakan lagi.

Haidar Dzulfiqar : @Sinar Agama : Khair Ustadz, Jazza kumullah khairan katsiran... Syukran atas penjelasannya yang cukup rinci. Insya Allah cukup jelas. Dan semoga melalui lisan dan pena Antum kami semua terselamatkan dari kesesatan dalam mempelajari petunjuk-petunjuk Allah dalam kitab suci-Nya dan Ahlul Bait, itrah Rasulillah saww. Semoga Allah mengganjar Antum dengan sebaik-baiknya ganjaran. Do’a kami untuk Antum selalu. Semoga Antum tak pernah lelah mengajarkan dan membimbing kami. Terima Kasih sekali lagi atas segalanya. Salam. ^_^

Sinar Agama : Salam dan terimakasih baik sangkanya, terlebih doanya, semoga Tuhan mengabul- kannnya untuk kita semua, amin..

Haidar Dzulfiqar: Amin Ya Allah...Ya Rabb... 

Tika Chi Sakuradandelion dan 8 orang lainnya menyukai ini.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ



Senin, 20 Agustus 2018

Lensa (Bgn 10): Tentang Mimpi



Oleh Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:04


Mimpi itu adalah hujjah Tuhan akan keberadaan barzakhi (non materi yang masih memiliki sifat- sifat materi selain bebannya). Ayatullah Jawadi pernah mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang nabi yang menceritakan hakikat surga dan neraka yang tidak terikat ruang dan waktu, abadi, dan seterusnya. Orang-orang bertanya seperti apa dan seperti apa. Akhirnya Tuhan mencipta mimpi itu. Lalu di pagi harinya, mereka datang kepada nabi tersebut dan berkata bahwa sungguh aneh karena dalam keadaan tidur dan terpejam mata, tapi telah melihat banyak hal (mimpi). Nabi as itupun berkata “Seperti itulah akhirat itu”. 

Mimpi itu biasanya memiliki makna. Tetapi maknanya tergantung pada keadaan masing-masing orang. Oleh karenanya satu mimpi bisa memiiki makna yang berbeda pada orang yang berbeda. Ta’bir mimpi artinya ‘Abara. Yakni “melewati”. Jadi dari mimpi sesuatu, ke sesuatu yang lain. Yakni sesuatu yang pertama itu menjadi jembatan dan lewatan menuju sesuatu yang ke dua yang sebagai maknanya. 

Mimpi itu bisa memiliki satu lewatan/ta’bir bisa juga lebih. Jadi tidak bisa dipastikan, karena sesuai dengan keadaan masing-masing orang dan bahkan sesuai dengan keadaannya hari itu. Biasanya, mimpi orang yang tidak suka bohong, memiliki ta’bir yang lebih sedikit, dan bahkan mungkin satu takwilan saja. Tetapi yang tahu pasti maknanya hanyalah orang arif. Sedang yang tidak arif hanya bisa menebak-nebak saja sesuai dengan kebiasaannya. 

Wassalam. 

Bande Husein Kalisatti, Khommar Rudin dan 9 orang lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad wa ajjilfarrajahum. 

14 Juli 2012 pukul 18:42 · Suka


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ