Tampilkan postingan dengan label Kutubuh Al-Arba'ah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kutubuh Al-Arba'ah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Agustus 2018

Biografi Singkat Kutubu al-Arba’ah (4 Kitab hadits Syi’ah)





Seri Tanya-Jawab: Bintang Ali dan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, August 9, 2011 at 5:16am

Bintang Ali: Salam ustadz, saya pingin tanya soal biografi 4 kitab hadis utama syiah dan pengarangnya, lalu dimana saya bisa dapatkan? Syukron. 

Agoest D. Irawan: menyukai ini. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaananya, semoga memang diperlukan: 

1. Al-Kaafii, karya Kulainii. Ditulis di jaman Ghaib Kecil (Shughraa). Haditsnya yang tidak diulang terdiri dari 15.176 hadits. Dan dengan pengulangannya terdiri dari 16.199 hadits. Jumlah ini melebihi seluruh 6 kitab shahih Sunni kalau dihilangkan pengulangannya. 

Kitab itu ditulis dalam waktu 20 tahun lamanya. Ia merupakan kitab hadits terpenting di Syi’ah dan dihormati. Sudah tentu bukan berarti harus menerima semuanya. Karena itu harus dipelajari juga dengan ilmu-ilmu Rijal. Tapi bagi saya pribadi, ia merupakan kitab yang sudah tidak perlu dilihat dengan ilmu apapun, termasuk ilmu Rijal. Jadi, bagi saya sudah shahih semua. 



Tapi ingat, bukan berarti hadits shahih itu harus diambil semua. Karena yang dimaksud hadits shahih adalah hadits yang bisa dijadikan sandaran. Artinya, kalaulah kita salah menjadikannya sandaran, akan diampuni Tuhan. 

Dengan kata lain, hadits shahih di Syi’ah adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang-orangyg yang jujur/tsiqah, karena itu bisa dijadikan sandaran. Akan tetapi, bukan berarti orang jujur itu tidak salah mengucapkan, tidak salah meriwayatkan dan tidak salah memahami. 

Karena itu masih banyak hadits yang sama-sama shahih tapi saling bertentangan. Dan untuk menyelesaikan pertentangannya ini, harus diselesaikan melalui ilmu Ushulfiqih. Karena yang bertentangan itu, banyak yang bisa dipertemukan dan menghasilkan pemahaman yang ke tiga. 

Kulainii ra wafat di tahun 328 atau 329 H. 

2. Kitab ”Man Laa Yahdhuruhu al-Faqiih”. Karya Syaikh Shaduuq ra. Kitab ini merupakan kitab ke dua dari 4 kitab hadits terbesar dan terpenting di Syi’ah. Beliau wafat tahun 381 H. Kitab ini terdiri dari 5920 hadits dalam 666 bab. 

3. Tahdziibu al-Ahkaam, karya Syaikh Thuusii yang lahir di tahun 385 H. Kitab ini merupakan kitab ke 3 terpenting kitab hadits Syi’ah. Terdiri dari 1390 hadits. 

4. Al-Istibshaar, yang juga karya Syaikh Thuusii ra. Kitab ini terdiri dari 5511 hadits dalam 925 bab. 

Bintang Ali: Saya copas dari salah satu blog tentang al kafi, benarkah komposisi al kafi, terdiri dari: 5.072 hadis shahih, 144 hasan, 1128 hadis Muwatstsaq (hadis yang diriwayatkan perawi bukan syiah tetapi dipercayai oleh syiah), 302 hadis Qawiy(kuat) dan 9.480 hadis dhaif. 

(lihat Al Riwayat Li Al Hadits Al Tahrif oleh Sayyid Ali Al Milani dalam Majalah Turuthuna Bil 2 Ramadhan 1407 H hal 257) jadi kategorisasi hadits-hadits al kafi itu sesuai dengan sanad atau matannya ustadz atau dua- duanyanya? Syukron. 

Sinar Agama: Untuk ilmu Rijal, yang menjadi ukuran shahih tidaknya sebuah hadits, biasa terjadi perbedaan pandangan. Semua pandangan yang memuat banyak hadits dha’if itu sudah dibantah oleh ulama kontemporer yang memang mujtahid juga dalam masalah hadits dan rijal, yaitu ayatullah Muslim Dowari. Ternyata Hadits-hadits dhaif di Kafi itu hanya ada beberapa saja dan ianya merupakan pendamping hadits shahih. Misalnya Kulaini memuat 5 hadits shahih, lalu disisipkan 1 hadits dha’if. Begitu. Jadi, hadits dha’ifnya itu tidak berpengaruh kepada hadits shahihnya. Dan justru hadits dha’ifnya itu yang terkatrol oleh hadits shahihnya. Jadi, sanad atau adanya perawi lemah di hadits dha’if itu dapat diatasi oleh hadits yang semua perawinya shahih. Kan hadits dha’if boleh dipakai kalau sesuai sesuai dengan Qur'an dan hadits shahih? 

Umumnya hadits shahih itu dilihat dari sanadnya. Yang dilihat dari matannya itu hanya kalau jelas bertentangan dengan Qur'an, akal dan Hadits-hadits shahih lainnya yang lebih terkenal. Sering juga orang melemahkan hadits dari sisi matannya karena mengira bertentangan dengan Qur'an, akal atau aneh, akan tetapi sebenarnya hadits itu sama sekali tidak bertentangan dengan hal-hal yang telah disebutkan itu. Artinya, yang melemahkan itu, karena belum paham akan arti yang dikandung sebuah hadits, maka bisa saja ia melemahkannya sesuai dengan ilmunya, akan tetapi bagi orang yang memahaminya dengan benar, maka hadits itu shahih adanya. Misalnya Hadits-hadits yang berkenaan dengan Tuhan, Nabi saww dan para imam as. Atau yang berkenaan dengan hal-hal ghaib yang, biasanya hanya bisa dipahami melalui filsafat yang tinggi. 

Kesimpulan: Dengan semua penjelasan itu, maka tidak usah memperhatikan kedha’ifan-kedha’ifan itu, karena disamping dari awalnya sudah saling berbeda pendapat, juga sudah dibantah dengan dalil-dalil yang sangat kuat dan hal ini adalah yang terbaru (penemuan terbarunya). Yang ke dua, ketika Kulaini ra mengatakan shahih, maka jelas bisa dijadikan rujukan bagi kita, sebagai berita dari seorang mukmin, walaupun ukuran keshahihannya berbeda (seperti yang diajukan oleh orang-orang yang mengatakan bahwa sebagiannya tidak shahih). Walhasil, pembahasan ini harus merujuk kepada ilmu Rijal yang lama dan kontemporer. 

Tentu saja, selain mujtahid dan ulama, tidak bisa merujuk langsung ke Hadits-hadits itu. Karena itu, yang saya lihat, sepertinya di Syi’ah kurang dirangsang adanya penerjemahan hadits. 

Bintang Ali: Syukron ustadz..semoga ustadz tetap setia menemani kita yang butuh bimbingan dariNya melalui ustadz. 

Sinar Agama: Bintang: aku akan coba selau setia, kalau antum bersedia menerima banyaknya kekuranganku ... 

Bintang Ali: Siap Pak ustadz. Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ