Tampilkan postingan dengan label Peperangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peperangan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Mei 2019

Islam dan Kekerasan, Tuhan dan Iblis


Seri tanya jawab Muhammad El’Baqir dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 10:53 am

Muhammad El’Baqir mengirim ke Sinar Agama: 7 Maret 2013, Salam ustadz. Kenapa Nabi Muhammad SAW suka perang?

Kalo alasannya demi membela Allah SWT, apa mungkin Allah mengajarkan umatNya berperang? Sebab mana ada perang yang baik, walaupun untuk membela agama. Buktinya Allah SWT saja tidak pernah ‘BERPERANG” dengan IBLIS, sekalipun iblis selalu menggoda seluruh umat ALLAH. Apakah Allah SWT pernah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhhammad untuk berperang? Lalu, kenapa seseorang yang sering berperang masih layak di sebut NABI? Afwan.

Sang Pencinta: Salam, sekilas saya pernah baca, tapi belum ketemu linknya.

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1- Perang itu bukan tidak baik, secara hakikat dan substansinya.

2- Damai itu juga bukan berarti baik, secara hakikat dan substansinya.

3- Pekerjaan-pekerjaan lainnya, seperti makan dan minum, tidur dan jaga,...dan seterusnya, bukan berarti baik atau tidak baik, secara dzat/hakikat dan substansinya.

4- Baik dan buruk di sini, bukan baik dan buruk yang bisa dibahas di filsafat dimana melihat dari sisi wujud naturalnya. Akan tetapi, pertanyaan antum dan jawabanku ini, dalam masalah baik dan buruk secara karakteristik atau akhlak atau perbuatan atau sosial, hingga karenanya, keduanya sama-sama ada, baik itu yang baik atau yang buruk.

5- Semua contoh-contoh di atas itu, seperti perang-damai, makan-minum, tidur-jaga,...dan
seterusnya...merupakan suatu perbuatan atau karakter diri atau sosial, yang bisa disifati
dengan baik dan buruk.

6- Kebaikan dan keburukan dari contoh-contoh itu, tidak mengidentikkan perbuatan-perbuatan tersebut secara dzat dan hakikat, tapi secara sifat dan aksidental. Artinya, ia bisa baik dan bisa juga buruk.

7- Contohnya makan: Kalau makannya di waktu kenyang atau makannya tidak bersih, maka ia akan menjadi pekerjaan yang buruk. Sebaliknya, kalau di waktu lapar (baca: sudah waktunya makan) dan makanannya bersih bergizi, maka ia akan menjadi baik. Begitu pula dengan tidak makan, tidur atau terjaga...dan seterusnya.

8- Contohnya juga, perang: Kalau perang melawan penyerbuan yang akan menghancurkan
diri, keluarga, negara atau agama, maka perang ini jelas baik. Tapi kalau untuk menjajah, memaksa, merampas kemerdekaan orang/bangsa lain, maka jelas akan menjadi buruk.

9- Dengan semua penjelasan di atas itu, maka yang antum tanyakan, yaitu perang, bukan
perbuatan buruk. Tapi merupakan perbuatan yang bisa baik dan bisa juga buruk. Jadi, tergantung mengapa berperangnya, bukan esensi perangnya itu sendiri.

10- Perang Nabi saww dan para nabi as sebelum beliau saww, semua dari jenis yang baik.
Karena sebabnya, yakni mengapa perangnya, selalu hal-hal yang baik. Seperti menahan serangan yang biasa dikatakan perang difensif atau pertahanan. Artinya, bukan penyerbuan dan penyerangan.

11- Ada lagi sebab dari perang Nabi saww dan para nabi as sebelum-sebelum beliau saww
yang menjadikannya perang yang baik. Yaitu, perang dalam mengangkat penghalang bagi sampainya agama Tuhan. Artinya, kalau di suatu tempat atau kota atau negara, tidak bisa diajarkan agama Tuhan kepada masyarakatnya secara bebas dan tidak memaksa, yang ketidakbisaan ini karena dilarang dan dihalang-halangi oleh kelompok tertentu, yakni bukan
masyarakatnya itu sendiri yang tidak mau, maka akal dan agama menyuruh kita mengangkat penghalang tersebut. Tapi mengangkat penghalang itu, tidak boleh langsung dengan berperang. Tapi harus dikabari dulu bahwa agama Tuhan mesti disampaikan ke masyarakat secara bebas dan masyarakatpun bebas mendengarkannya atau tidak mendengarkannya, dan diberitahu juga bahwa kalau mereka tetap mau menghalangi maka akan dilawan dengan kekerasan. Nah, kalau setelah diberitahu itu, mereka tetap menghalanginya, maka kita wajib menerjangnya. Dan kalau mereka menghalanginya dengan tentara dan persenjataan lengkap, maka kita wajib memeranginya.

12- Dengan semua penjelasan di atas itu, dapat dipahami bahwa perang Nabi saww dan para nabi as yang lain, adalah perang yang baik karena kalau bukan pertahanan berarti pemberantasan penghalang bagi sampainya kebenaran agama Allah kepada seluruh manusia. Jadi, ia bukan peperangan yang buruk, karena tidak memaksa siapapun untuk menganutnya atau menerimanya. Karena itu, maka Islam tetap bisa damai dan duduk serta hidup berdampingan dengan agama-agama lain sekalipun kalau agama-agama ini tidak mengganggu/menyerang dan tidak menghalangi sampainya kebenaran Islam kepada masyarakat.

13- Tuhan, bukan hanya membolehkan perang yang baik itu, akan tetapi bahkan mewajibkannya. Terlalu banyak ayat-ayatNya yang mewajibkan hal ini dan menjanjikan surga bagi mati di jalan ini yang dikatakanNya sebagai syahid dan bahkan mengecam bagi penakut yang cinta dunia, takut mati dan takut menderita. Salah satu contohnya ayat di QS: 9: 24:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

”Katakan: ‘Kalau ayah-ayah dan anak-anak kalian, dan saudara-saudara kalian, dan istri-istri kalian, dan keluarga-keluarga kalian, dan harta-harta yang kalian kumpulkan, dan dagangan yang kalian takutkan tidak lakunya, dan rumah-rumah yang kalian merasa nyaman di dalamnya, lebih kalian cintai dari Allah dan RasulNya dan berperang di jalanNya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan adzabNya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik/rusak.”

Terdapat puluhan ayat perintah perang ini, tentang fadhilahnya dan pahalanya sampai sampai dikatakan bahwa yang mati di jalan jihad ini, tidak akan pernah mati dan akan tetap
hidup dengan mendapat rejeki dari Tuhannya (QS: 2: 154; 3: 169). Ayat-ayat perintah perang ini sangat banyak, begitu pula tentang tidak boleh berlebihan dalam membunuh (yakni kalau mereka sudah tidak menyerang lagi atau tidak menghalangi sampainya penjelasan agama kepada masyarakat lagi), begitu pula tentang kecaman bagi yang tidak perang karena takut atau karena cinta dunia seperti di atas itu. Ayat-ayat ini seperti QS: 2: 190; 2: 218; 2: 244; 3:13; 3: 146; 3: 157; 3: 167; 4: 74; 4: 75; 4: 76; 4: 84; 4: 95; 5: 54; 8: 72; 8: 74; 9: 19; 9: 20; 9: 38; ...................dan seambrek lagi ayat-ayat tentang perintah perang dan keutamaannya ini serta kecaman bagi yang tidak mau berperang di jalan Allah, yakni di jalan kebenaran itu, yakni yang merupakan perang pertahanan atau pembersihan penghalang itu.

14- Kalau syethan, memang tidak perlu diperangi karena ia hanya bisa membisikkan saja dan tidak bisa memerangi kebenaran. Jadi, sebenarnya, yang ikut syethan, ia lebih jahat dari syethan itu sendiri. Karena syethan hanya membisikkan tapi manusia melakukan. Karena itulah di akhirat syethan berlepas diri dari semua perbuatan manusia. Perhatikan QS: 59: 16:

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلِْنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

“Sebagaimana syethan ketika berkata kepada manusia ‘kafirlah!’, lalu ketika manusia itu kafir, ia- syethan- berkata: ‘Saya berlepas diri darimu –perbuatanmu- sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan Semesta Alam.”

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الَْمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ
سُلْطَانٍ إِلَّ أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَ تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي
كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Dan berkatalah syethan tatkala perkara telah diselesaikan (telah kiamat): ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan sekedar aku menyeru kalian dan kalian mematuhi seruanku. Oleh karena itu, janganlah kalian mencerca aku dan cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalianpun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu’. Sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu mendapat siksaan yang pedih.”

Tambahan:

Memang ada golongan yang sejak kemunculannya pada sekitar th 1110 Hijriah, yaitu orang arab yahudi yang bernama suku Aalu Sa’uud (keluarga Sa’uud). Keluarga cukup besar dan berdomisili di kota Madinah, salah satu kota dari negara Jazirah Arab. Karena ingin meluaskan perdagangannya sampai ke daerah utara, seperti Iraq dan lain-lainnya, maka mereka pindah ke daerah lain di utara Jazirah Arab itu yang bernama Najd. Di Najd kala itu, terdapat tujuh kabilah muslimin yang ratarata Sunni. Keluarga yahudi ini, karena tidak ingin sulit berkomunikasi dan tidak ingin diganggu oleh muslimin, maka mereka menyamar sebagai muslim.

Ketika keluarga ini bertemu dengan Muhammad bin Abdu al-Wahhab yang karena aliran sesatnya telah diusir oleh orang tuanya yang Sunni dan juga dipenjara dan diasingkan, dan tentu setelah keluarga tersebut kuat posisinya, mulai menyerang satu persatu di sekitarannya. Membantai suku-suku itu dan merampas apapun yang dimilikinya serta membantai seperti kambing orangorangnya yang tidak mau meninggalkan madzhab Sunninya.

Alasan yang dipakai untuk memerangi kaum muslimin atas nama Islam itu, adalah, karena
semua muslimin selain yang taat pada pendapat Muhammad bin Abdu al-Wahhaab itu, dianggap ahli bid’ah, ahli taqlid kepada imam-imam madzhab, ahli madzhab yang bid’ah, ahli kubur (suka beribadah di kuburan), musyrik dan kafir. Aliran dan pengikut Muhammad bin Abdu al-Wahhaab ini, dikenal di dunia sebagai aliran Wahabiah, yakni pengikut ibnu wahhaab atau pengikut Muhammad bin ‘abdu al-Wahhab. Akan tetapi diri mereka ini menamakan diri sebagai Ahlussunnah (Tapi beda dengan Sunni yang bermakna pengikut madzhab Sunni yang bermakna madzhab dan mengikuti atau taqlid pada imam-imam Sunni seperti imam Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali. Karena mereka menamakan diri seperti ini untuk menipu umat dan juga memaknai Sunnah dengan Sunnatullah –Qur'an- dan Sunnatunnabi –Hadits.)

Jadi, ahlussunnah bagi mereka adalah mengikuti Qur'an dan Hadits. Yakni secara langsung
tanpa melalui ulama karena hal itu taqlid dan bid’ah), Salafi (pengikut orang-orang terdahulu), Muhammadiah (pengikut nabi Muhammad tanpa embel-embel lainnya seperti taqlid, madzhab, tawassul, doa di kubur, ...dan seterusnya dari hal-hal diyakini bid’ah dan syirik), Anshaaru al-Shahaabah (penolong shahabat), Thaalibaan, al-Qaaidah, ........dan banyak lagi nama-nama yang dipakai mereka. Semuanya berujung kepada kerajaan Saudi sebagai sumber, imam, khalifah, pemimpin dan pusatnya.

Setelah menguasai Najd, yakni setelah menundukkan semua tujuh kabilah/suku itu, maka mereka semakin banyak pengikutnya. Karena yang tidak ikut dari umat Sunni yang dijajahnya itu, langsung dibunuh di depan umum lebih hina dari binatang. Setelah itu menyerang daerah-daerah lain Hijaz atau Jazirah Arab itu, terutama Makkah dan Madinah. Ribuan Sunni digorok seperti binatang kalau tidak mau meninggalkan madzhab yang dianggap wahabi sebagai bid’ah itu, atau tawassul dengan para nabi dan wali yang dianggap musyrik itu, atau beribadah di kuburan yang dianggap syirik itu, ..........dan seterusnya.

Dengan semua penjelasan ini, maka muslim dari aliran Wahabi ini saja yang suka perang dan haus darah, terutama memerangi muslimin. Tentu saja tujuan dedengkot mereka memang membantai muslimin dengan tangan muslimin sendiri, supaya muslimin tidak sempat damai, bersatu, maju dan menyerang yahudi dimanapun berada terutama di negaranya yang bernama Israel itu. Karena itulah, perang Wahabi ini dengan muslimin, dan tidak perang dengan kafirin yang terutama yahudi jahat yang memerangi dan menjajah kaum muslimin seperti Israel.

Mereka bukan hanya menggorok, mengebom tempat-tempat umum seperti pasar dan masjid dan lain-lain, dan menjarah kaum muslimin, tapi juga membuat berbagai makar seperti mengubah kitab-kitab Sunni dan Syi’ah sesuai mau mereka, mengadu domba Sunni dan Syi’ah, mengarang kitab dengan mengatasnamakan ulama Syi’ah seperti imam Khumaini ra, ayatullah Makaarim Syiraazi hf dan ayatullah Ja’far Subhaani hf,..............dan lain-lain dari makar-makar kejinya.

Semoga umat muslimin segera menyadari kekejian wahabi ini, dan melihat kenyataannya dengan mata terbuka dimana di jaman sekarang inipun mereka terang-terangan bersatu padu dengan masehi dan Israel serta kafir Amerika dalam membantai muslimin Sunni dan Syi’ah di Suriah dan tempat-tempat lainnya. Amerikapun terang-terangan di depan sorotan tv mengumumkan dukungannya kepada mereka dan bahkan terang-terangan telah mengumumkan bantuannya seperti yang sekitar dua hari lalu mentri luar negeri Amerika mengatakan bahwa telah memberibantuan 60 juta dollar untuk wahabi-wahabi itu. Belum lagi senjata dan pendidikan perang yang selalu dikirim oleh Amerika dan Israel dan dengan dana terbesar dari raja-raja negara Arab yang wahabi itu. Amin ya Rabba al-‘Aalamin.
Wassalam.

Muhammad El’Baqir: Hmmmm... Salam dan terima kasih ustad sudah berkenan menjawab pertanyaan saya, semoga antum selalu dalam lindungan Allah swt beserta rasul dan ahlul baytnya...amiiin.

Muhammad El’Baqir: Na’am ustadz.. Oh ya ustadz.. Saya meyakini kalau agama islam itu agama yang benar dan sempurna, tetapi kalau saya mengatakan Saya beragama Islam & saya tidak pernah merasa agama lain salah & masuk neraka...saya enjoy saja jika Nasrani, Yahudi, Buddha, Hindu dll masuk Surga..apakah itu salah ustadz? Syukron.

Muhammad El’Baqir: Karena menurut saya pemeluk agama yang sudah dewasa adalah mereka yang jauh dari ANGKARA MURKA...& tidak membuat statement yang mencederai hubungan antar agama.. dan ketika masing-masing pemeluk agama saling memperbaiki akhlak/etika/attitude kepada sesama pemeluk..

Sinar Agama: Muhammad: Kalau agama Islam itu mengikut kepada yang antum yakini, maka memang akan seperti itu. Tapi kalau Islam itu mengikut kepada Allah dan Nabi saww melalui Qur'an dan Hadits, maka antum sama tidak boleh memikirkan apapun tentang hal-hal seperti di atas itu kecuali dengan dalil, baik dalil akal atau Qur'an-hadits itu.

Ketika antum sendiri mengatakan bahwa Islam benar, maka otomatis yang lain pasti salah. Begitu yakin bahwa madzhab tertentu yang benar, maka sudah tentu madzhab lainnya itu salah. Begitu pula tentang kebaikan, akhlak dan seterusnya. Apa itu baik, apa itu akhlak, .... dan seterusnya, semuanya harus pakai dalil dan Qur'an-hadits. Yakni bagi orang berakal dan bagi orang muslim.

Karena itulah, maka orang berakal, sudah pasti tahu bahwa dirinya tidak tahu apa-apa hingga bisa mengatakan menurutku begini dan begitu. Kecuali kalau ia menguasai semua ilmu politik, sosial, seni, fisika, psikologi, ....dan seluruh ilmu alam dan akhirat, materi dan non materi....dan seterusnya...dan itupun harus sampai ke tingkat lengkap (mencakup semua bab dalam masingmasing ilmu tersebut) dan harus benar secara pasti seratus persen.

Karena itulah, maka tidak ada orang berakal yang berani membuat nilai-nilai hukum, politik,
akidah ...dan seterusnya hingga terangkum dalam satu susunan yang dikatakan agama. Karena itulah, maka kita sebagai orang berakal, harus memeluk agama yang dibuat oleh Yang Maha Tahu, yakni Tuhan.

Itulah mengapa ketika agama sudah terbukti kebenarannya bahwa ia dari Tuhan, maka kita harus menerima dan mengamalkannya. Memahaminya dengan benar dan argumentasi gamblang serta mengamalkannya dengan penuh ketawadhuan (karena dari Yang Maha Tahu), kekudu-an (sangat patuh dan tunduk takut) dan keikhlashan.

Nah, ketika kita menerima Islam dengan semua argumentasi gamblang terhadap kebenarannya itu, maka konsekuensinya, adalah bahwa agama lain sudah pasti salah. Mana ada tauhid yang kita katakan benar, lalu trinitas juga benar. Kalau kita terima Islam yang benar, lalu bagaimana mungkin liberalisme juga dibenarkan?

Semua itu, kalau ditambah ratusan ayat Qur'an dan hadits yang mengatakan bahwa setiap
amalan itu harus berdasarkan hukum Islam, dan harus didasari oleh keimaman Tauhid Islam (bukan berhala dan kemusyrikan) dan kenabiannya.... dan seterusnya....serta juga harus ikhlash dan bukan karena untuk uang dan jabatan atau pujian....dan seterusnya...dari syarat-syarat diterimanya amal, maka sudah pasti yang tidak sesuai dengan semua itu, akan batal. Itulah mengapa Tuhan sering mengatakan bahwa amalan mereka itu tidak berarti. Karena dasar nilai baik-buruknya saja mengikuti akal ceteknya/dangkalnya, karena dilakukan bukan demi ketundukan kepada tauhid, ....dan seterusnya.

Tentu saja, Islam juga mengajarkan pintu ampunan bagi orang-orang yang belum didatangi Islam atau madzhab yang benar. Asal mereka itu baik secara umum, yakni seperti yang antum katakan itu, maka amal-amal mereka akan diterimaNya dan dosa-dosa mereka dimulai dari tidak tauhid/ Esa, tidak bernabi ke nabi Muhammad saww, tidak berhukum baik-buruk dari Islam, sampai pada syarat-syarat lainya(lainnya), akan dimaafkanNya. Hal itu, karena mereka memang tidak menentang kebenaran agamaNya, tapi karena memang karena belum sampai agama yang benar itu kepada mereka.

Kedua hal itu, yakni pembenaran semua agama dan madzhab, dengan pengampunan bagi
yang belum didatangi kebenaran agama dan madzhab, jauh berbeda. Kata orang, jauhnya
perbedaannya itu seperti langit dan dasar lautan.

Muhammad El’Baqir: Eemm bbkheer ustadz terima kasih atas jawabannya.
Wassalam.

Nur Cahaya: Mohon penjelasannya yang dimaksud syaitan manusia yang membisikkan itu
siapakah? Bagaimana kita tahu bisikan itu menipu /dusta yang indah-indah 6:112.

Sinar Agama: Salam, kalau yang mengajak kepada kebatilan itu dari manusia, maka ia adalah syaithan itu. Dan kalau tidak nampak apalagi berupa keinginan sendiri, maka hal itu dari jin/iblis. Jadi, apa saja yang batil, maka ia adalah syaithan. Karena syaithan adalah yang menjauhkan, yakni dari jalan dan rahmat Allah.

April 4 at 6:21pm via mobile


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 15 Desember 2018

Antara Harta dan Nyawa Bagi Liberalisme Dunia



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, March 23, 2013 at 12:23 am



Sinar Agama

PENGUSAHA LIBERAL SERING MENJUAL NYAWA MANUSIA 


Di Amerika, puluhan ribu mati saling tembak sendiri atau ratusan kali terjadi penembakan brutal yang menelan korban anak-anak dan rakyatnya. Tapi semua itu, tidak mencegah para pengusaha senjata di sana untuk menghentikan usahanya menjual senjata walaupun sudah 270.000.000 senjata ada di tangan rakyatnya. Belakangan ini, karena terjadi penembakan lagi di sekolah- sekolah TK, maka pemerintah bukan malah menutup bebas jual senjata di sana, akan tetapi malah membuat undang-undang yang membolehkan para guru membawa senjata ke sekolah. Yah jadilah usaha pabrik senjata semakin makmur dengan semua itu. Karena itulah, maka negara syam itu sebenarnya memang berada di tangan para pengusaha. 

Di dunia juga begitu. Kapan ada bisnis seperti senjata atau minyak atau uranium (seperti di Afghanistan), nah, mulailah ulah-ulah dibuat. Terorislah, peledakan lah, perang dengan teroris al Qaidah lah...dan seterusnya. Semua itu, hanya untuk jualan senjata, minyak, uranium dan lain-lain-nya. Tak perduli negaranya bangkrut dan punya hutang lebih dari 16 triliun dollar, asal pengusahanya tetap jalan. 

Jadi, pabrik senjata buat senjata, dan para pemasarnya adalah para teroris yang dididik dan dibiayai mereka sendiri seperti Usamah bin Laden yang dididik khusus di CIA. Yang dibodohin, tentu saja para anak buahnya yang diberi titel pejuang yang segera akan dimasukin surga dengan meledakkan dirinya di tengah-tengah masyarakat umum karena masyarakat itu ahli bid’ah dan musyrik. 

Persis seperti intel Inggris yang membodohi segolongan umat Arab melalui pengusaha Yahudi Aalu Saud dengan menggunakan pandangannya Muhammad bin Abdulwahhab yang membid’ahkan, mensyirikkan semua muslimin hingga berhasil menjajah Jazirah Arab yang bernama Hijaz dan merubah negara itu menjadi Saudi Arabiah. Ribuan sunni digorokin di Makkah dan Madinah, sebelum menguasainya sampai sekarang ini. 

Dimana saja ada bisnis, di situ pula nyawa-nyawa dilayangkan. Perancis yang getol ikut membantu teroris (baca: membantu secara diplomatik, dan berbisnis secara persenjataan karena uangnya dari raja-raja Arab yang membuat bid’ah kerajaan sampai sekarang ini) di Suriah yang di dalamnya ada al Qaidah, tapi di Afrika, tepatnya di negara Mali, Perancis membantu pemerintah berperang melawan al Qaidah. 

Jadi, petinggi teroris dan para pengusaha itu, sama-sama mendapat harta dari semua itu, lalu anak buahnya, yang beragama Islam atau lainnya (militan muslim dan kristen) mendapatkan imingan surga dan pengantinan dengan bidadari dan yang berseragam resmi tentara (seperti tentara-tentara Amerika atau Nato), mendapatkan pangkat dan/atau tembakan ke udara dikala mati. 

Bagi para pengusaha itu, tidak penting nyawa negara lain yang melayang, atau nyawa rakyat sendiri, muslim atau bukan muslim. Yang penting bisa menjual senjata dan tidak karatan di gudangnya. Karena kalau tidak ada perang, maka tidak ada orang yang beli senjata dan, karenanya senjata-senjata yang di gudang bisa karatan dan akan terus mengeluarkan biaya perawatan yang sangat besar. 

Yang lebih parah dari itu, kaum muslimin sendiri tidak mau sadar. Yang satu cukup dengan imingan surga dan pengantinan dengan bidadari melalui ayat-ayat yang ditafsirkan secara sangat kering dan dangkal serta, yang lainnya dibuat liberal (dengan berbagai beasiswa belajar di Islam di tempat mereka/barat) hingga tidak dapat mengerti esensi Islam selain yang mereka definisikan. Akhirnya, para pengusaha itu tetap hidup sampai sekarang, karena masih banyak nyawa yang suka rela diserahkan demi kesinambungan hidup mereka. 

Semoga suatu saat yang tidak terlalu jauh, muslimin akan menyadari hal ini hingga tidak mau lagi diadu domba para pengusaha liberal yang anti agama itu, amin. 

Paidi Bergitar, Enday Bendy Irawan, Angga Corleone dan 55 lainnya menyukai ini. 

Mohas Chien: Yah gak apa-apa, daripada di Syria orang-orang syiah membantai habis kaum muslim di sana, yang bukan syiah di bantai habis. Itu baru kejam. 

Adi Nuwas: Ilahi aamiin. 

Syahrurizal: Mc otaknya tidak waras ya! 

Wirat Djoko: Umat yang paling mudah di diadu domba dan dibodohi mungkin umat islam, hanya karena beda madzhab saja sudah sukarela jadi pembunuh saudaranya. 

Agung Kusuma Wijaya · 17 teman yang sama: Hehe MC MC. Terserah sampean wes mas (Terserah Anda lah mas.) 

Sudi Harto: Buka mata dulu Mas MC, teus sinau (belajar dulu) baru komen. he he he. 

Yusuf Muhamad · Friends with Alam Syah and 3 lainnya: Aduh MC, ente dapat pasal itu dari mana? Ngawur saja. 

Syuber Marantika: MC ‘belum bangun’ yuk bangunin. 

Reza Assad · Friends with Karina Dracaena and 2 lainnya: Tanda-tanda hancurnya Amerika sudah dekat skali. MC, maa imamukaa? 

Mohas Chien: Buka hatimu, bukalah sedikit untukku. Wkwkwkwk 

Dharma N TP: Untuk meletigimasi perbuatan zionis (israhell, us, uk, etc) di Syria, bersama sekutu zionist negara-negara Arab (Saudi, Qatar, etc) mereka semua membuat berita bahwa Syiah lah penyebabnya, padahal ya zionis-zionis juga sumber kebiadaban tersebut agar dimata dunia internasional negara-negara zionis dan sekutu Arab ada legalitas menginvasi Syria dan membantai yang tidak pro pemberontak atau apalah alasan yang bisa zionis buat, dengan demikian geopolitik zionis menjadi solid di tanah Arab. Ada 2 informasi besar yang kontradiktive(kontradiktif), Mohas Chien termasuk yang informasinya didapat dari sumber zionist dan sekutunya, maklumlah, Wahabi. 

Mohas Chien: Aku hanya bisa tertawa hahahahahahahahahhahahaha 

Dharma N TP: Saya juga dong bisa hahahahaha ! Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Minggu, 18 November 2018

Shahabat dan Perang Jamal






Seri tanya jawab Sufyan Hossein dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, December 20, 2012 at 12:35 am



Sufyan Hossein: Rabu: 26-9-2012, 

Salaamun alaikum... Ya ustadz Sinar Agama dan Akhi Sang Pencinta... 

Kemarin saya sudah membaca link-link diskusi dan catatan ustadz Sinar mengenai sejarah dan kronologi, dimulai sejak wafatnya Baginda Rasul SAWW, Pengangkatan khalifah pertama (yakni Abu Bakar), proses penyerbuan dan pembakaran rumah sayyidah Fatimah az zahra (as) sampai syahidnya Az Zahra (as)... Salam atasmu Ya Zahra... 

Kemarin ketika saya membaca sejarah itu, hati saya seperti terhenyak dan tersayat melihat penderitaan Ahlul Bayt(as) sepeninggal Rasul SAWW... 

Jika benar yang terjadi seperti itu, maka kecelakaan besarlah bagi orang yang menyakiti Ahlul Bayt (as)... Sungguh, saya baru mendengar kisah tragis ini, karena saya ini seorang Sunni, dan guru- guru saya ketika saya tanyakan tentang hal ini, beliau menjawab : Para shahabat ra adalah alim dan adil, baik ketika Rasulullah SAWW masih hidup maupun ketika Beliau SAWW telah wafat, dan pengangkatan dan pembaiatan khalifah, dari Abu Bakar , Umar, Utsman adalah ijma’ (kesepakatan) seluruh shahabat , termasuk Imam Ali as dan Hz Fatimah as... Dan ketika saya tanya kepada guru saya tentang sebab terjadinya perang jamal, beliau menjawab: setelah terbunuhnya khalifah Utsman, Aisyah menuntut kepada Imam Ali as, bahwa pembunuh Utsman harus segera diadili, namun Imam Ali as, berpendapat bahwa harus menunggu situasi kondusif dulu, baru pembunuh Utsman tersebut diadili... Menurut literatur Sunni, Imam Ali as dalam posisi yang benar... 

Namun ketika Aisyah menyadari kesalahannya ia lalu bertaubat. Di antaranya sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : Artinya : “Tidaklah terjadi kiamat itu sampai berperangnya dua kelompok besar dan dakwa (seruan) mereka satu.” (HR Bukhori dan Muslim).. 

Itulah salah satu tanda kecil kiamat kubro yang diprediksikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam-, bahwa akan terjadi peperangan antara 2(dua) kelompok muslim. Dan itu terjadi pada perang Jamal dan perang Shiffin. - Terjadinya Perang Jamal. Ketika amirul mukminin Utsman bin Affan terbunuh, keesokan harinya, orang-orang mendatangi Ali bin Abi Tholib untuk membaiatnya menjadi khalifah, akan tetapi Ali menolaknya. Ali berkata : sampai berkumpulnya manusia. Kemudian berkumpullah orang-orang, di antaranya Thalhah dan Az-Zubair. mereka membaiat Ali sebagai khalifah. 

Diriwayatkan bahwa Thalhah dan Az-Zubair meminta izin dari Ali untuk pergi umrah. dan ketika itu juga istri-istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam- baru menjalankan umrah dan kemudian tinggal di Mekkah karena terjadinya fitnah sampai terbunuhnya Utsman - rodhiallahu ‘anhu. kemudian Thalhah dan Az- Zubair menemui ‘Aisyah untuk dimintai pendapat mengenai hak atas darah Utsman. Maka ‘Aisyah setuju untuk menuntut hak pembalasan bagi para pembunuh Utsman. Kemudian datang Ya’la bin Umayyah dari Yaman ke Mekkah, dia adalah orang yang diangkat Utsman sebagai wakilnya di Yaman. dan mereka sepakat untuk pergi ke Basrah guna menuntut pembalasan atas para pembunuh Utsman. ‘Aisyah, Thalhah, Az- Zubair dan Ya’la dan 1000 pengendara kuda yang lain pergi ke Basrah. dan menyusul mereka 2000 orang lagi. ‘Aisyah menaiki onta yang diberi nama Askar yang ditelakkan di atasnya seperti rumah- rumahan. 

Suatu ketika mereka berhenti di salah satu sumber air milik Bani ‘Amir. kemudian ‘Aisyah mendengar lolongan suara anjing. ‘Aisyah bertanya kepada salah seorang dari mereka : telah sampai manakah kita? Maka dijawabnya : kita telah sampai “Jauab”. setelah mendengarnya ‘Aisyah berkata : lebih baik kita kembali. Orang- orang berkata : bagaimana anda kembali sedangkan menyetujui untuk pergi ke Basrah. Dan semua orang berharap agar anda dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di antara kita. ‘Aisyah tetap bersikeras meminta semuanya untuk kembali. Ditanya kenapa ingin kembali? ‘Aisyah menjawab: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam- pernah menyampaikan kepada para istrinya bahwa salah satu dari kita akan pergi dan menjadi peserta dalam perang Jamal. Keluar dan sebagai tandanya adalah lolongan suara anjing di sumur “Jauab” yang akan terbunuh di kanan dan kirinya banyak orang. Diriwayatkan bahwa Ali telah pergi bersama 900 penunggang kuda lainnya. Ali ingin meminta pertanggungjawaban Thalhah dan Az-Zubair karena mereka telah membaiatnya akan tetapi sekarang malah pergi tanpa persetujuan darinya. 

Diriwayatkan sebelum dimulainya peperangan, Ali menemui Az-Zubair dan berkata: aku bersumpah kepada Allah, apakah kamu tidak ingat ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam- berkata kepadamu bahwa suatu ketika kamu akan memerangi Ali sedangkan kamu dalam posisi yang salah (dholim). Az-Zubair berkata : aku lupa sejak dikatakan seperti itu. Maka aku sekarang tidak akan memerangimu. Az- Zubair kemudian pergi dan tidak ikut dalam peperangan. Abu bakrah pernah ditanya : kenapa anda tidak ikut pergi ketika orang pada pergi? Beliau berkata : aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam- bersabda : “akan keluar sekelompok kaum yang akan binasa yang pemimpinnya adalah perempuan di neraka. 

“Hudzaifah bin Al-Yaman berkata : bagaimana kalian suatu ketika akan membiarkan orang-orang di antara kalian akan saling membunuh dalam dua kelompok? Orang- orang bertanya : wahai Abu Abdillah, apa saran anda jika kami ada ketika itu? Hudzaifah berkata : lihatlah kepada kelompok orang yang membela Ali, karena sesungguhnya mereka di atas kebenaran. 

Kesimpulan: Perang Jamal terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat orang-orang pada masa itu tentang penuntutan balas atas terbunuhnya Utsman dan pendapat Ali yang lebih mendahulukan untuk menata kembali negara yang telah berpecah setelah terjadinya fitnah. Para Ulama sepakat bahwa Ali berada pada posisi yang benar. Akan tetapi telah banyak riwayat yang meriwayatkan bahwa Aisyah dan para sahabat lainnya yang menentang Ali telah bertaubat setelah itu. Dan para ulama melarang kita untuk menyalahkan salah satu dari mereka karena mereka adalah para sahabat Nabi –shalallahu ‘alaihi wasallam- dan mereka telah bertaubat. Dan karena sulitnya keadaan waktu itu, karena fitnah sedang menyebar di antara mereka. # Rujukan 

Fath Al-Bari fi Shohih Al-Bukhori, karya Ibnu Hajar Al-Asqolani. Al-Bidayah Wa An-Nihayah, karya Ibnu Katsir, 

Mohon Pencerahan ya ustadz, Jazakallah khairan 

— dengan Sinar Agama dan Sang Pencinta

Sufyan Hossein: Tentu saya tidak taqlid buta terhadap peristiwa di atas, saya ingin sekali dan berharap dapat penjelasan dari ustadz Sinar tentang kronologi perang Shiffin menurut pemahaman mazhab Ja’fari.. Supaya akal sehat saya dapat menimbang mana yang mendekati kebenaran.. 

Sang Pencinta: Sembari menunggu respon ustadz Sinar, izinkan saya komentar sedikit, secara logika sederhana jika ada dua pihak yang berperang, maka satu pihak berada di kebenaran, pihak lain salah, apala... 

{**}Ghadir Khum{/**} 

arsipsinaragama.com 

Sufyan Hossein: Salah seorang sahabat bercerita, “Suatu hari Rasulullah saw pergi bertamu. Di tengah jalan tampak Husain sedang bermain-main dengan anak sebayanya. Rasulullah menghampirinya karena ingin memangkunya, tapi Husain malah berlarian ke sana kemari. Rasulullah saw tertawa- tawa dan akhirnya berhasil menangkap Husain as. Kemudian Rasulullah mencium bibir Husain sambil mengatakan, ‘Husain bagian dariku dan aku bagian dari Husain. Sesiapa yang mencintai Allah pasti mencintai Husain as “’. 

Jabir mengatakan, “Aku melihat Hasan dan Husain sedang duduk di atas punggung Rasulullah saw. Rasulullah kemudian berjalan-jalan di atas tangan dan lututnya sambil mengatakan, ‘Unta kamu adalah unta terbaik dan barang yang dibawanya adalah barang yang ”terbaik”. Rasulullah saw adalah penyayang anak-anak bahkan ketika melakukan shalat pun beliau tidak mau mengecewakan anak-anak kecil. Salah seorang sahabatnya bercerita, “Kami sedang bersama-sama Rasulullah saw melaksanakan shalat, tiba- tiba Husain masuk. Ketika Rasulullah sujud, Husain menunggangi punggung Rasulullah. Rasulullah kemudian dengan hati-hati mendudukkan Husain di sampingnya. Setelah selesai shalat, kami bertanya kepada Rasulullah, Rasul menjawab bahwa Husain as adalah wewangianku.” 

Anas bin Maalik bertanya kepada Nabi saww: “Ahlulbait yang mana yang paling kamu cintai?” Nabi saww menjawab: “Hasan dan Husain.” (lihat riwayat-riwayat seperti ini atau semakna di: Shahih Turmudzii, jld. 2, hal 306; Faidhu al-Qadiir, jld. 1, hal. 138; Thabari dalam Dzakhaaitu al-’Uqbaan ya, hal 122; Kunuuzu al-Haqqaiq , hal. 5; Majma’ Haitsamii, jld 9, hal 175) 

Sufyan Hossein: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya. Dengan membaca pertanyaan di atas secara cepat dan global, maka sekedar untuk menambahi yang sudah-sudah: 

a- Sudah sering saya katakan bahwa ‘Aisyah itu salah satu pembenci Utsman dan sampai-sampai menyuruh orang-orang untuk membunuhnya. Misalnya riwayat-riwayat sebagai berikut: 

فلقد قالت عائشة: اقتلوا نعثال فقد كفر 

Berkata ‘Aisyah: “Bunuhlah Na’tsal (si Bodoh, maksudnya Utsman) karena ia telah kafir!” 

Lihat di: al-Futuuh, karya Ibnu A’tsam, 1/64; al-Mustarsyid, karya Ibnu Jariir Thabari, 165 (di sini malah ada sumpah ‘Aisyah bahwa ia bersaksi bahwa Utsman itu adalah bangkai di shiraathalmustaqiim); Taariikh Ibnu Atsiir, 2/206; al-Siiratu al-Halabiyyatu, 3/286; Tafsiir Aluusii, 16/108; Taariikh Thabari, 3/477; al-Kaamil fi al-Taariikh, 2/28, 3/100; 

Coba perhatikan kata-kata ‘Aisyah di tafsiir Aluusi ini (16/108): 


Ia -’Aisyah- adalah orang yang merangsang umat untuk membunuh Utsman dan berkata: 

“Bunuhlah si bodoh itu, karena ia telah berbuat fajir seperti orang-orang Yahudi dan dijuluki si bodoh.” 

Hingga ketika ia -Utsman- terbunuh dan umat membaiat Ali, ia -’Aisyah- berkata: 

“Aku tidak perduli apakah langit akan jatuh ke bumi, demi Allah, ia -Utsman- telah dibunuh secara teraniaya dan aku adalah orang yang menuntut darahnya.” 

Karena itulah, salah satu shahabat yang lain yang bernama Ibnu Ummu Kilaab mendebat ‘Aisyah. Perhatikan nukilan sejarah Sunni (yang di atas itu juga semuanya riwayat Sunni) Tariikh Thabari, 3/477 dan al-Kaamil Fii al-Taariikh, 2/28 dan 3/100 ini: 

.....kemudian ia -’Aisyah- menuju Makkah dan berkata: 

“Demi Allah, Utsman telah dibunuh secara aniaya, demi Allah aku menuntut darahnya.” Berkata kepadanya Ibnu Ummu Kilaab: 

“Demi Allah, mengapa demikian? Bukankah kamu yang pertama kali berpaling darinya -Utsman- dan kamu berkata: ‘Bunuhlah si bodoh karena ia sudah kafir?” 

Ia -’Aisyah- menjawab: 

“Sesungguhnya orang-orang itu memintanya bertaubat kemudian membunuhnya. Aku memang pernah berkata seperti itu dan orang-orang juga berkata seperti itu. Akan tetapi kata-kataku yang akhir ini, lebih bagus dari kata-kataku yang pertama.” 

Kemudian Ibnu Ummu Kilaab berkata padanya: 

“Dari kamu permulaannya dan dari kamu juga perubahannya ....”. 

b- Kalau diperhatikan, maka permusuhan ‘Aisyah dengan Utsman itu hakiki hingga karena itu ia menyuruh orang-orang untuk membunuhnya. Dan perlu diketahui, bahwa banyak sekali shahabat yang tidak mau kepemimpinan Utsman dan bahkan tidak mau shalat di belakangnya (lihat semua sejarah Sunni). 

Akan tetapi, karena umat berbondong-bondong membaiat Imam Ali as setelah terbunuhnya Utsman, di mana beliau as ini musuh paling utamanya ‘Aisyah, sebagaimana tertuang di hadits-hadits dan sejarah-sejarah Sunni, maka ‘Aisyah berubah haluan dari membenci Utsman menjadi membelanya. 

c- Ketika Imam Ali as menjadi khalifah, sudah seharusnya ditaati oleh semua orang. Kalau di jaman Abu Bakar, orang yang tidak bayar zakat ke pusat pemerintahan Abu Bakar dan membaginya sendiri saja, sudah dianggap kafir dan diperangi serta sebagian mereka dibakar hidup-hidup oleh jenderalnya Abu Bakar, yaitu Khalid bin Walid, maka bagaimana dan apa hukumnya bagi orang yang tidak ikut kebijakan Imam Ali as dan bahkan memeranginya dengan pedang dan pasukan? 

d- Tidak terima kepada keputusan khalifah yang syah, di samping sudah merupakan pelanggaran, kalaulah dianggap kebenaran juga, bukan berarti tuntutannya adalah melawan dengan pedang dan perang, hingga paling sedikitnya korban yang jatuh di perang jamal itu, sesuai dengan tariikh Sunni, sebanyak 13.000 shahabat dan taabi’iin. 

e- Sejarah hitam ini, merupakan kenyataan yang tidak bisa disangkal. Sementara taubat masing- masing orangnya, merupakan hal yang masih diperselisihkan. Terlebih lagi, taubat dari darah (membunuh), adalah qishash (dibunuh), bukan istighfaar. 

f- Ketika para shahabat itu saling berperang dan berbunuh-bunuhan dalam peperangan, bukan dalam perkelahian, di mana jelas ribuan orang melawan ribuan orang dan terjadi beberapa kali, maka yang paling sedikit bisa ditarik pelajaran darinya adalah bahwa mereka tidak bisa lolos sensor hadits. Karena sekali bohong saja haditsnya sudah dianggap dha’if, apalagi membunuh. Mengkritisi shahabat saja sudah dibilang kafir, apalagi membunuh dan bahkan membakar hidup-hidup shahabat. 

Maksud saya, adalah kita tidak bisa memukul rata bahwa semua riwayat yang ada dari mereka itu dikatakan shahih hanya dengan alasan bahwa mereka itu shahabat Nabi saww. 


g- Perkataan bahwa hal itu sudah diprediksi Nabi saww dan sebagai tanda-tanda hari kiamat, bukan berarti peperangan itu direstui Nabi saww dan sama-sama benar. Dengan demikian, maka kritikan dan kejelian terhadap masalah-masalah di atas, sangat diperlukan, karena kita harus memilih hadits mana yang mau kita ikuti dan hadits mana yang tidak boleh kita ikuti. Yakni hadits dari kelompok mana yang harus diikuti dan yang mana harus ditolak atau, setidaknya tidak dikomentari tapi tidak diikuti. Apakah kita akan mengikuti riwayat-riwayat yang diperangi atau yang memerangi, yang membunuh atau yang dibunuh...dan seterusnya. 

Intinya, kita tidak boleh mengorbankan akhirat kita hanya dengan semboyan-semboyan belaka walau, sudah tentu kita harus saling menghormati dalam arti tidak mencemooh dan tidak menindas orang-orang yang berpendapat lain. 

h- Taubat para penyerbu kepada Imam Ali as, kalaulah benar, hanya dijadikan sebagai pengesah keshalihan mereka oleh para pengikut mereka. Tapi tidak dijadikan ibrat dan penerapan secara konsekuensi kepada kehidupan beragama kita. Buktinya, tetap saja ketika berbicara tentang perang Jamal (misalnya), mereka-mereka ini tetap mengangkat dalil-dalil para penyerbu itu. Sementara ketika mereka-mereka ini mengatakan bertaubat, kan mestinya bertaubat dari semua jalan berfikir sampai kepada penyerbuan itu. Tapi anehnya, taubat itu hanya dijadikan supaya para shahabat itu tetap dihormati, tapi di lain pihak, ucapan dan dalil-dalil mereka untuk berontak itu, tetap dipakai sampai sekarang ini.

i- Semua shahabat alim dan semacamnya, sangat-sangat tidak relevan sama sekali. Kok bisa sama-sama alim saling berperang dan berbunuh-bunuhan dan, itupun sering kali dan dalam peperangan antara ribuan shahabat dengan ribuan yang lainnya (baca: bukan perkelahian biasa dan personal). Lah, kalau alim sama alim seperti ini, maka sebaiknya kita jangan menjadi orang alim, supaya tidak saling bunuh.

j- Kronologis setiap peperangan, hampir sama, baik yang diriwayatkan Sunni atau Syi’ah. Yang beda itu adalah cara menatap sejarah tersebut. Kalau di Syi’ah ditatap sebagai suatu kejadian yang harus diambil ibrat/pelajaran terutama dalam penyaringan hadits shahih dan tidak. Tapi di Sunni, biasanya dijadikan peristiwa masa lalu yang tidak boleh dibahas lagi karena mereka sama-sama adil, sama-sama alim dan sama-sama masuk surga. Walhasil.... 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 17 November 2018

Ada Apa Dengan Shahabat



Seri tanya jawab Orlando Banderas dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, December 13, 2012 at 11:18 pm

Orlando Banderas mengirim ke Sinar Agama: Minggu 9-9-2012, 

Salam. Ustadz mau tanya. Apa yang melatarbelakangi peperangan yang terjadi dalam sejarah perkembangan Islam ? Apakah semua peperangan itu karena diperangi oleh pihak kafirin (jadi sifatnya defensif) atau karena tidak mau bayar zakat bagi yang tidak memerangi? Sebegitu pentingkah membayar zakat sehingga harus memerangi bagi yang tidak membayar zakat? Atau ada alasan lain ? Kenapa Islam dianggap oleh orang kafir sampai sekarang sebagai agama yang haus darah ? Tolong penjelasannya. Terima kasih. Salam. 

Sattya Rizky Ramadhan: salam ijin nyimak.. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 

  1. Islam itu tidak membolehkan perang kecuali defensif atau bertujuan mengangkat penghalang yang menghalangi dakwah Islam. 
  2. Peperangan Nabi saww seluruhnya defensif dalam arti kedua makna di atas. 
  3. Peperangan antar shahabat itu banyak sekali dan korbannya dalam satu peperangan saja, seperti Perang Jamal (pemberontakan ‘Aisyah terhadap Imam Ali as) di mana paling sedikitnya yang ditulis sejarah Sunni (Muruuju al-Dzahab), sebanyak 13.000 orang shahabat dan tabi’iin. 
  4. Peperangan antar shahabat itu jelas tidak bisa disyahkan semuanya atau semua kelompoknya yang berseteru. Karena Islam, sekali lagi, tidak membolehkan membunuh siapapun manusia kalau bukan karena menangkal serbuan atau qishash (hukum bunuh untuk pembunuh). Jadi, keshahabatan shahabat, tidak bisa dijadikan penghalang bagi keberdosaan pembunuhan tersebut, terlebih dalam puluhan ribu jumlah. 
  5. Peperangan antara Abu Bakar dan Shahabat-shahabat suku Bani Tamim, dimana mereka adalah satu suku dan berjumlah satu kaum, adalah bukan masalah zakat. Tapi masalah penyerahan langsung zakat pada yang berhak dan tidak disetor ke pemerintahan Abu Bakar yang mendakwa diri sebagai khalifah Nabi saww. Di penyerbuan tersebut, yaitu dengan mengutus Khalid bin Walid sebagai panglimanya, Khalid ini telah berani membakar beberapa shahabat Nabi saww hidup-hidup di depan umum (lihat sejarah Sunni, Muruuju al-Dzahab) untuk membuktikan kekuasaan Abu Bakar. 
  6. Sudah sering saya nukilkan hadits Nabi saww di Bukhari bahwa Nabi saww tidak khawatir shahabatnya menjadi kafir lagi, akan tetapi sangat khawatir mereka mengejar dan bersaing tentang dunia dan mengorbankan akhirat. 

Misalnya Nabi saww pernah memberikan segolongan dari bagian-bagian baitul maal, tapi anshar memprotes keras di belakang Nabi saww. Lalu Nabi saww menjelaskan kepada mereka dan sekaligus mengabarkan bahwa para shahabat itu akan menjumpai hal sangat besar setelah kemangkatan beliau saww dan menganjurkan sabar hingga tidak memilih dunia dan memilih Nabi saww (baca: Islam). Tapi kata sang perawinya, yakni Anas: “Akan tetapi kami tidak sabar” (Lihat shahih Bukhar, hadits ke: 3147, 3146, 377, 3793, 4331, 4333, 4334, 4337, 5860, 6762 dan 7441). 

Di antara pertanyaannya adalah: 

a- Apa hal besar itu? 

b- Hal besar itu jelas dapat menyimpangkan shahabat dari Islam hingga karena itu Nabi saww menganjurkan untuk tidak memilihnya dan hanya memilih Islam, dengan sabdanya: “Sabarlah hingga kalian bertemu Allah dan NabiNya saww.” 

c- Dan Anas, sebagai perawi yang memahami maksud hadits, menyaksikan bahwa pa- ra shahabat, tidak sabar. Artinya telah melanggar Nabi saww dan memilih fitnah/ penyimpangan. 

d- ....dan lain-lain. 

7. Kesimpulannya, belasan atau puluhan ribu shahabat dan tabi’iin mati dalam berbagai peperangan di mana hal ini, jelas tidak bisa dikatakan benar dan Islami. Karena itu, maka kita harus memilih dari mana kita mendapatkan riwayat-riwayat Islam yang kita jadikan agama ini. 


8. Ahlulbait as yang makshum, yang dimakshumkan di Qur'an dan hadits-hadits Nabi saww, merupakan jalan satu-satunya yang harus dipegangi periwayatannya dalam meriwayatkan dan bahkan memaknai Islam kepada umat sejagat ini. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ