Tampilkan postingan dengan label Kebenaranisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kebenaranisme. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 November 2018

Doa Yang Tidak Akan Pernah Diterima Allah




Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, November 10, 2012 at 11:30 pm


Sinar Agama: 14 Agustus, Bismillaah: 

Salah satu doa yang pasti tidak akan pernah diterima Allah, adalah doa yang meminta tidak disampaikannya dan tidak menyebarnya kebenaran di tengah-tengah masyarakat. 


Dharma Narendra T P, Arif Muhajir dan 74 orang lainnya menyukai ini. 

HenDy Laisa: Contohnya ustadz..afwan. 

Zainab Naynawaa: Afwan jika kebenaran tersebut disampaikan oleh ustadz mungkin ga ada masalah jika kita yang menyampaikan mungkin akan dijauhi dan pasti tidak dihiraukan... 

Baskoro Juragan Tahu : Di mana keadilan Allah jika demikian??? Bukankah iblis pun meminta waktu untuk menyesatkan manusia pun dikabulkan? Afwan ^_^ 

Orlando Banderas: Baskoro. Allah adil tapi juga Maha Bijak. Allah hanya akan mengabulkan doa kalau di situ ada hikmah (maslahat) di dalamnya. Salam. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Maya Zahra: Sabar ustadz... 

Heri Widodo: Allah Humma Sholi Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. 

Hidayatul Ilahi: Nyimak aja ah. 

Rosan Da Vinchi : kalau do’a yang isinya melaknat manusia ciptaan Allah gimana yaaaaaa ?? 

Sang Pencinta: Rosan mulai eksis lagi, tampak mulai terguncang karena kebenaran Ahlul Bait. 

Sinar Agama: Hendy: Contohnya masih anget di face book, he he he ... 

Sinar Agama: Zainab: Sampaikan kebenaran yang argumentatif dan itu yang bisa kita lakukan, lain-lainnya tetap santun pada siapapun. 

Sinar Agama: Baskoro: Syetan itu tidak meminta dihentikannya kebenaran, tapi meminta ijin untuk memerangi kebenaran. Jadi, beda doa syethan dengan doanya. 

Sinar Agama: Rosan: Mengapa kamu tidak tanya kepada Allah saja? Ia dalam QS: 3: 87, berfirman: 


“Bagaimana Allah akan memberi hidayah pada suatu kaum yang kafir setelah beriman sementara mereka menyaksikan bahwa rasul itu benar dan mendatangi mereka penjelasan-penjelasan, sungguh Allah tidak menghidayahi orang-orang yang aniaya/ zhalim (86) Balasan bagi mereka adalah laknat Allah, para malaikat dan semua manusia.” 

Orlando Banderas: Sang Pecinta dan Ustadz. Sepertinya komentar Rossan dihapus. Mungkin karena kata-katanya yang tidak senonoh. Mungkin gak untuk ke depannya kalau ada jawaban komentar tapi komentar sebelumnya di hapus agar menampilkan komentar sebelumnya tapi diedit untuk menghilangkan kata-kata tidak senonoh. Ini tujuannya agar pembaca lain juga tahu kronologisnya. Terima kasih. Salam. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: Aku cuma mengingatkan kaumku yang berseberangan.......... mengapa sampai ini hari belum juga menggunakan akal sehat. 

Sinar Agama: Rosan: Apakah kamu sekarang teringatkan dengan ayat yang kubawa itu? Atau masih mau ngeyel? 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 

Simpulkanlah sendiri dari ayat di atas, dan konfrontir dengan fenomena yang terjadi di kalangan ulama-ulama Syi’ah, apa yang terjadi itu hanyalah sebagian kecil dari azab Allah yang menimpa ulama-ulama Syi’ah, mereka khan mati hampir mayoritas memalukan... semoga ini jadi pembelajaran bagi syiah-syiah ke depannya............... Amien. 

Sinar Agama: Leiya: Selama masih berstatus istri, maka kupikir angkat saja dan apapun kata-katanya, jangan dimasukkan ke hati dan tidak usah dipikir. 

Sinar Agama: Rosan, dari dulu kamu memang suka muter-muter tidak karuan. Tanya tentang laknatnya manusia kepada manusia. Lah .. sudah dikasih ayatnya, malah muter ke komek-komek. 

Kamu mau ikut Qur'an atau komek? Dan anehnya, justru kamu sendiri yang menulis komek komek itu yang dicuatkan dari hatimu yang tidak suka argumentasi dan bukti. Ulama celaka kek, mati memalukan kek, semua dan semua, dikarang olehmu sendiri. Syukur pada Tuhan yang menjadikan pencela pada madzhab Ahlulbait as bisanya hanya mencela dan mengarang. Ketanpabuktian perkataan orang-orang semacam kalian jelas menunjukkan kebatilan kalian dan kebenaran kami. 

Leiya Melika: Sinar Agama@jJadi intinya perempuan itu harus selalu sabar. Begitu Kah ?...Terima kasih.. 

Sinar Agama: Leiya, tidak harus begitu, jadi bisa sabar atau minta cerai. Tapi keputusan ada di tangan suaminya, apakah mau menceraikannya atau tidak. Tapi kalau sabar, maka pahalanya sangat besar sampai dikatakan di riwayat-riwayat yang kita dengar dan baca di kitab-kitab, bahwa yang sabar terhadap kelakuan buruk suaminya, akan diberi pahalanya siti Asiah ra istri Fir’aun. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: Ustadz koq ndak mampu memberikan solusi yang baik, malah membuka peluang membubarkan rumah tangga orang... hei kalau ndak mampu kasih nasehat jangan main asal ngomong doank akibatnya yang dipikirkan tauuu. Ini masalah masa depan anak-anak orang lain koq kamu malah jadi provokator, waaah kebangetan kaleee kamu, tunggulah azab Allah atas perbuatan lidah kamu itu. 

Sinar Agama: Rosan: Solusi yang tepat itu harus mendengar dulu dari kedua belah pihak hingga dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi penyebabnya. 

Reza Fauzan: Al Hamid @ROSAN DV. ROS, ENTE NI SARAP ATAU APE SEEH????!!! KELIATAN BANGAT NYARI PERMUSUHAN!!! NGOMONG AJA UDAH GA JELAS, TAPI SOK AGAMIS, LO!!!! :p 

Bulan Bintang Merah: Kasihanilah Rosan. Tuna ilmu dia. 

Bande Husein Kalisatti: @Rosan : kacian deh lo..!@ 

Edewan Abdul Majid: Coba ditenangkan dulu, soalnya panas banget dech. 

Hikmat Al Isyraq : Percaya atau tidak, kenyataannya apa yang anda tolak akan eksis (bertahan). Dan makin anda benci akan makin menguat dan berkembang. 

Rosan Da Vinchi : Cobalah memaknai suatu masalah dengan mengedepankan pola pikir sebijaksana mungkin hingga akan memudahkan turunnya rahmat jikalau rahmat Allah yang menaungi hati kita maka tak akan ada peluang hawa nafsu berbicara..... anda mengatakan harus ada sharring dari kedua belah pihak untuk menentukan solusi apa yang patut diberikan aku setuju itu, itulah yang kumaksud dengan memaknai suatu masalah, namun yang terjadi adalah antum memberikan alternatif pada suatu masalah itu sendiri, ana mengajak antum berfikir kembali......... !!! 

Dharma Narendra T P: @rosan : bijaksana sekali anda, saya sampai terharu karena kritikan-kritikan membabibutakan mata anda sendiri, muntahkan semua kritikan anda lebih banyak lagi biar saya tambah terharu ustadz Rosan .... hik hik hik. 

Wassalam 

Haidar Dzulfiqar and 15 others like this. 

Sarboz Osemon: Ayat “berdoalah pasti aku kabulkan” dikatakan secara mutlak.. qoidnya dapat darimana? 

Sinar Agama: Sarboz: Apa antum kalau minta kepada Tuhan, supaya Ia jadi makhluk akan dikabulkan? Meminta kepadaNya supaya nabi Muhammad saww dicabut jadi nabi akan diterimaNya? Meminta kepadaNya supaya Ia membatalkan pangkat keimamahan 12 imam akan dikabulkanNya? Kalau meminta supaya antum jadi nabi atau imam, apa akan dikabulkanNya? 

Kalau meminta sekarang dikiamatkan akan dikabulkanNya? Kalau meminta supaya kebenaran itu jangan disebarkan dan jangan dibelaNya, akan dikabulkanNya? 

Ayat yang antum bawa itu mutlak, tapi ayat itu bukan satu-satunya ajaran agama kita. Ribuan ayat lainnya dan puluhan ribu hadits penjelasnya, adalah pengkondisi, penjabar dan mengqoyyid dari satu ayat tersebut. Jadi qoidnya adalah dari seluruh Qur'an dan riwayat. Kan qoid itu tidak mesti muttashil/ menyambung. Bukankah qoid itu bisa munfashil, yakni dalam kalimat-kalimat terpisah???!!! 

November 11, 2012 at 1:07am


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 17 Oktober 2018

Tidak Terbantahkan, Belum Tentu Benar



Seri tanya jawab Ahmad Bahagia dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Monday, July 2, 2012 at 11:29 pm


Ahmad Bahagia: Salam ustadz.. mohon penjelasannya.. 

Apakah jembatan antara pengetahuan argumentatif tentang aqidah yang tak terbantahkan menjadi suatu keyakinan, lalu menjadi keyakinan yang berimplikasi pada amal sehari-hari. Bagaimana mengelola dunia agar tidak menjadi jurang pembatas antara keduanya. Terima kasih ustadz atas pemaparannya.. 


Ahmad Bahagia: Sebagai contoh misalnya orang-orang kafir yang hidup pada zaman Rasulullah saaw. Misalnya para pendeta najran, atau sebagian besar “sahabat-sahabat” Rasulullah saww yang pastinya telah menerima penjelasan masalah aqidah dari Rasulullah saaw.. Saya yakin pasti Rasulullah saww menjelaskannya secara jelas, gamblang, terperinci dengan argumentasi yang tidak terbantahkan, sangat pasti diterima akal. 

Tetapi mereka tidak menerima seruan Rasulullah saww sebagaimana orang-orang yang masih dalam kekafirannya atau tidak menerima keseluruhan seruan Rasulullah saww sebagaimana para “sahabat-sahabat”.. 

Yang jelas berpengaruh pada amal-amal yang dilakukan oleh mereka, misalnya tidak menerima keimaman Imam Ali as., dan seterusnya malah bahkan tega menganiaya Ahlulbayt as.. 

Ahmad Bahagia: Saya pernah berfikir bahwa semuanya karena kecintaan dunia, ataupun ego diri.. apa emang hanya itu masalahnya ustadz? Dan apa cara paling jitu buat mengelolanya ustadz? Terima kasih..

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya, tapi afwan saya belum paham maksud pertanyaan antum. Bisa dijelaskan lagi? Karena saya mengira yang ditanyakan itu adalah “jem- patan”-nya. Tapi antaranya, hanya satu saja. Jadi antara pengetahuan .... DENGAN APA??!!! 

Karena ...argumentatif tentang aqidah yang tak terbantahkan menjadi suatu keyakinan, lalu menjadi keyakinan yang berimplikasi pada amal sehari-hari..... ini adalah sifat dari pengetahuan itu. Tapi kalau antum punya maksud lain, coba terangkan secara lebih mudah. 

Pagi ini saya lihat lagi pertanyaan antum, kok ada terusannya di komen. Kemarin sewaktu saya menjawabnya, pertanyaan lanjutan di koment ini belum tampak. Apapun pertanyaan dan maksud antum dari uraian-uraian pertamanya sampai ke sebelum pertanyaan akhirnya, maka saya hanya akan menjawab pertanyaan akhirnya saja. 

Cara paling jitu untuk selamat adalah mencari ilmu Islam dengan akal-gamblang dan mengamal- kannya dengan seikhlash-ikhlashnya. Kalau hal itu dilakukan, maka semua perasaan dan kesukaan pada dunia, dengan sendirinya akan menjadi semakin tersingkir hinggga pada akhirnya antum atau kita semua, menjadi hamba-hamba yang hakiki, budak-budak yang hakiki, budak-budak yang tidak merasa memiliki apapun kecuali kenistaan dan kehinaan. Beribadah dan taat pada Tuhan untuk semakin menjadi hamba yang sempurna. Dan kesempurnaan hamba itu ada di tidak mulia dan tidak kepemilikannya itu. Jadi, taat bukan untuk mulia dan bersanding dengan Tuhannya, tapi taat untuk semakin hina di hadapannya, baik di dunia ini atau di akhirat kelak.

Ahmad Bahagia: Maaf ustadz kalau mutar-mutar.. saya juga agak bingung, karena logikanya seperti yang ustadz bilang pengetahuan menjadi keyakinan itu sifat dari pengetahuan itu.. sifat itu kan selalu mengikuti yang disifatinya ustadz, tapi realitanya kok kayaknya gak begitu. 

Sepertinya pengetahuan menjadi keyakinan itu cuma nampak sebagai sifat pada kehidupan nyata (duniawi). Mudah-mudahan ustadz bisa menangkap maksud saya.. terima kasih ustadz.. 

Orlando Banderas: Ahmad, menurut saya pengetahuan itu hanya teori tidak ilmu aplikatif karena banyak sebab seperti gengsi, cinta dunia, wanita, dan lain-lain. Salam. 

Ahmad Bahagia: Orlando, Salam dan terima kasih komentarnya.. saya juga berfikir +- sama, makanya saya menanyakan pertanyaan kedua. 

Diberi tahu sesuatu itu benar, lalu percaya sesuatu itu benar, lalu yakin sesuatu itu benar, lalu kebenaran yang diyakini itu berefek pada pola pikir dan perilaku.. normalnya, seharusnya, mustinya.. 

Mungkin saya salah mendefinisikan pertanyaan.. atau pertanyaan saya seharusnya.. sesuatu yang tidak dapat dibantah itu kok tidak bisa meyakinkan? 

Orlando Banderas: Sebenarnya sudah sering dibahas oleh Ustadz. Coba cari lagi. Salam.

Sinar Agama: Sesuatu yang tidak bisa dibantah itu belum tentu benar, karena mungkin yang mau membantahnya tidak mampu untuk membantah. Tapi kalau ketidakterbantahan sesuatu itu karena kegamblangannya, maka ini bisa dijadikan petunjuk tentang kebenarannya. 

Kebenaran gamblang yang tidak terbantahkan ini, juga belum tentu diyakini oleh hati yang memahaminya. Karena yakin itu ada dua, yakin hati dan yakin akal. Akalnya, sudah yakin, tapi hatinya belum yakin. 

Hati, ada dua makna. Hati yang tempatnya rasa dan perasaan, yakni di ruh yang daya-hewani (tempat pengaturan gerak ikhtiari, rasa dan perasaaan) dimana hati dengan makna ini adalah hati yang sering dipakai oleh umum, seperti tempat cinta, marah, benci, rindu, dendam ... dan seterusnya. Tapi ada hati yang bermakna akal-aplikatif. 

Nah, ketika seseorang sudah memahami dengan akal-gamblang tentang keberan sesuatu, maka hatinya memiliki dua sikap. Mengikuti kata akal-gamblangnya itu, sebagai obornya, karena akal- gamblang itu adalah akal-pahaman, atau tidak mengikutinya. Kalau mengikutinya, maka hatinya menjadi yakin dan kalau tidak maka sebaliknya. 

Kalau yang tidak yakin itu adalah hati yang bermakna ruh-daya-rasa/perasaan, maka kemung- kinan besar sebabnya adalah belum jinaknya hati tersebut selama ini. Karena bagi dia, kalau lapar yang penting makan, kalau syahwat yang penting disalurkan ... dan seterusnya. Tak peduli benar salahnya, dosa tidak-nya, karena ia memang tidak mengerti hal itu. Karena yang mengerti itu adalah akalnya, bukan rasa/perasaannya. Karena itu, sudah merupakan tugas akal untuk menjinakkannya. Yaitu dengan mengarahkannya kepada hal-hal yang dibenarkan saja. Termasuk mengarahkan untuk patuh pada pahaman gamblang tadi itu. 

Karena biasanya, ketika akal gamblangnya sudah paham tentang sesuatu yang benar tapi hati ini tidak meyakininya, biasanya yang dipahami akalnya itu sesuatu yang tidak disukai hati ini. Seperti lapar di siang bulan Ramadhan, atau mencegah pacaran, atau mencegah apa-apa yang ia inginkan. Karena itu, hati ini perlu dilatih dan dibiasakan. Tapi kalau yang diketahui gamblang itu adalah hal-hal yang disenangi hati rasa/perasaan ini, maka biasanya lancar-lancar saja. 

Kalau yang tidak yakin itu adalah hati yang bermakna akal-aplikatif, maka caranya, adalah tengok lagi kepahamannya itu. Kalau memang benar sudah merupakan akal gamblang terhadap kebenarannya itu, seperti “racun itu membunuh”, maka akal-aplikatif sudah semestinya malu kalau tidak mengaplikasikan ilmunya dan meminum racun tersebut. Jadi, penyakitnya bukan berantem dengan perasaannya, tapi berantem dengan konsekuensi dari pengatahuannya itu. Artinya, maukah kita mengaplikasikan konsekuensi itu atau tidak. Yakni maukah kita mengaplikasikan ilmu pahaman gamblang itu atau tidak. 

Karena itulah, maka ilmu-gamblang itu belum sepenuhnya cahaya dan petunjuk. Persis seperti Qur'an dan Hadits. Karena petunjuk yang lengkap, sinar yang lengkap, adalah manakala pahaman terhadap ilmu-gamblang, Qur'an dan hadits itu, sudah diaplikasikan oleh akal-aplikatifnya dimana hal ini pertanda pengetahuannya sudah sempurna, karena tahu-pahaman dan tahu-aplikatif, dan pertanda juga bahwa hati rasa/perasaannya sudah terkedali oleh akalnya secara penuh. 

Inilah yang disebut manusia yang sebenarnya, karena ia telah ikut akalnya, baik akal-pahaman atau akal-aplikatifnya dan, sudah tentu meninggalkan hati rasa/perasaannya dimana hal ini adalah makam binatang tak berakal.

Ahmad Bahagia: Terima kasih ustadz.

Saya langsung teringat dengan pekerjaan saya yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu yang dibuat berdasarkan persyaratan dan proses yang harus dijalankan dibuat berdasarkan ilmu, akal gamblang agar tidak terjadi suatu kesalahan atas hasil pekerjaan.. walaupun sudah gamblang pada pelaksanaannya juga tidak bisa terjadi begitu saja.. harus dipaksa, lalu terpaksa, lalu terbiasa, sampai terbentuk suatu budaya.. Harusnya hal yang sama bisa diaplikasikan ke kehidupan beragama juga ya ustadz.. penerimaan hati akal tetap harus dipaksa dulu agar hati rasa/perasaan bisa tunduk/jinak. 

Maaf kalau saya simpulkan demikian (mohon koreksi kalau saya salah menyimpulkan). 

Kalau inputnya adalah diri kita yang sekarang dengan spesifikasi yang keyakinannya masih dipertanyakan, kotor dan masih banyak maksiat, sedikit ibadah dan dekat dengan hal-hal yang dimurkai Allah (jauh dari Allah).. 

Dan output yang diharapkan adalah diri kita kelak harus memenuhi spesifikasi memiliki keyakinan yang kuat, bersih, tidak bermaksiat, banyak ibadah dan dekat dengan hal-hal yang diridhoi Allah (dekat dengan Allah).. 

Maka awalnya kita harus dipaksa untuk menjauhkan diri dari yang diharamkan dan memperbanyak ibadah walaupun dengan perasaan terpaksa, terus memaksa diri sampai terbiasa, terus membia- sakan diri sampai menjadi suatu adat kebiasaan.. 

Sinar Agama: Ahmad: Ahsantum, memang seperti itu adanya. Karena itu juga Tuhan sering memberitakan adanya neraka, supaya manusia mau takut dan taat padaNya walau terpaksa. Begitu pula sering mengimingi surga, supaya manusia dapat memaksa dirinya menekan hawa nafsunya dan memilih taat kepadaNya. Walau Tuhan tidak ingin manusia melakukan taat itu karena neraka dan surga, tapi demi kelayakannya menjadi yang terbaik karena akalnya tersebut. (Akal-pahaman yang untuk tahu bahayanya racun misalnya, dan akal-aplikatif yang menyuruh menghindari racun misalnya). Karena itu, Allah selalu memuji hamba-hambaNya yang hebat yang tidak melakukan taat karena keduanya itu (neraka dan surga). Yaitu yang ketaataannya hanya dan hanya karenaNya semata, seperti para anbiya dan rasul dan orang-orang shalih yang kelas tinggi (auliyaa’). 

Orang, KADANG-KADANG sering bergaya-gaya dengan mengatakan: 

“Saya jujur dan tidak mau membohongi diri, hingga karena itu sebelum saya ingin benar-benar taat, maka saya maksiat dulu, saya pacaran dulu, saya tidak shalat dulu ...dan seterusnya... karena saya tidak mau munafik.” 


Ini lagu syaithan yang paling laris di kalangan kaula muda, terutama mahasiswa/i. Lucu amat, maksiat jadi kejujuran dan ketidakmunafikan, lalu taat menjadi sebaliknya. 

Mereka mengira bahwa kalau ingin makan, maka harus makan walau di siang Ramadhan; kalau ingin lawan jenis, maka harus cari pacar; kalau malas shalat, maka harus tidak shalat..... dan seterusnya. Mereka tidak tahu bahwa inginnya rasa/perasaan itu adalah keinginan yang normal sebagai hewan. Sudah tentu yang baligh ingin kawin, yang kosong perutnya ingin makan ... dan seterusnya. Semua itu karena memang fitrah yang diberikan secara rata kepada semua binatang, termasuk binatang rasional ini. 

Tapi kalau manusia selain kebinatangan, juga memiliki kerasionalan, maka sudah merupakan tanggung jawab akal untuk mengatur nafsu-nafsu tersebut. Karena itu, sudah pasti banyak pertentangan seperti jauhnya perbedaan peradaban manusia dengan semua binatang di dunia ini. 

Karena itu kejujuran dan ketidakmunafikan, adalah mengikuti akal-gamblang dan menekan nafsu-nafsunya hingga takluk pada akal gamblangnya itu dan, di kemudian hari, menjadi terbiasa dengannya hingga, jadilah peradaban yang shalih yang menguasai kemasyarakatannya, bukan sosial yang amburadul seperti amburadulnya pergaulan binatang.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Senin, 30 Juli 2018

Sekelumit Tentang Kebenaranisme dan Relatifisme (Qur'an, Akal, Wahyu, Ilham dan Kasyaf)



Seri Tanya – Jawab
by Sinar Agama (Notes) on Monday, November 22, 2010 at 11:46 pm





Kebenaran: Hamparan ada dan kenyataan, seperti kita, alam, sosial, politik, hukum-hukum alam, Tuhan, agama (bukan aturannya), nabi-nabi, imam-imam, ibadah, taat, ...dst adalah Obyek dan Hakikat Kebenaran. Sedang akal (bc: argumentatif-gamblang/pasti), ilham, kasyaf dan wahyu adalah alat menuju hakikat nyata yang, cocoknya dikatakan Kebenaran, sedang salahnya, seperti akal-salah, dikatakan Kebatilan, dan yang belum pasti salah-benarnya dikatakan Info. 

1. Akal-tak-pasti yang dikatakan Info itu juga dikatakan Relatif (bc: Relatif-Horizontal yang bisa benar atau salah). 

2. Karena hakikat Ada dan Kenyataan memiliki Gradasi/tingkatan, maka Kebenran Mengenainya juga ber-Gradasi yang, ini juga dikatakan Relatif (bc: Relatif Vertikal yang semuanya benar). 

3. Wahyu agama pasti dipahami oleh pemilik atau penerus (imam makshum as) agama itu. Sedang Wahyu yang bukan agama (seperti wahyu kepada ibu nabi Musa as) atau wahyu ilmu- ilmu agama (seperti kepada imam makshum as) juga pada umumnya pasti dipahami. 

4. Kepastian pemahaman terhadap kedua Wahyu itu merupakan keutamaan karena ianya adalah Kebenaran itu. 

5. Sedang Ilham, kalau dari Tuhan, juga pasti dipahami dimana ianya juga dikatakan Wahyu (bc: bisikan malaikat utusan Tuhan) dan merupakan Kebenaran, yakni sesuai dengan kenyataannya yang terhampar dalam hamparan ada/nyata. 

6. Dan Ilham yang datang dari Jin atau Syetan dsb, juga pasti dipahami dengan benar. Akan tetapi bukan keutamaan karena tidak sesuai dengan kenyataannya. Dan kalau sesuai dengan kenyataannya, ianya memiliki tujuan yang tidak benar (Misalnya syetan membisiki bahwa si Fulan banyak uang, maka rampoklah. Karena dalam beritanya ia benar, tapi tujuannya ia menyimpang dari kebenaran filosofi hukum, bukan hukumnya. Karena hukum adanya hanya di ilmu, bukan di alam nyata). 

7. Ilham yang datang dari diri sendiri, memiliki dua kemungkinan, bisa benar dan bisa salah (relatif-horizontal). Sedang pembuktian munculnya ilham dari dalam diri sendiri, di kajian tentang Jiwa/ruh yang di luar jangkauan komentar ini. Ringkasnya, jiwa yang bersih dari segala materi, ego, riya, sombong......dst dari selain Tuhan (bc: yang profesional dan argumentatif gamblang secara agama serta tidak ngarang-ngarang sendiri atau berijtihad sendiri bagi yang bukan mujtahid dan bagi yang tidak belajar secara akademis) maka ia akan menjadi kekuatan yang bahkan bisa mengalahkan malaikat. Dalam pada itulah ia bisa menjadi Lidah Tuhan, Mata Tuhan ...dst. Jadi Ilham Tuhan tidak perlu disampaikan melalui malaikatNya, jadi cukup melalui dirinya sendiri. 

8. Ilham yang datang dari diri sendiri (bc: dari Tuhan melalui dirinya sendiri), kalau ia bisa dibuktikan dengan akal-gamblang atau pasti, maka adalah Kebenaran. Tapi kalau belum bisa, maka ia tetap dalam kondisi semulanya, yaitu Relatif-horizontal. 

9. Ilham yang benar, dan yang dipahami dengan benar pula, belum tentu bisa dibuktikan oleh pemiliknya. Terutama bagi pemiliki Ilham yang tidak mengenal ilmu-ilmu ilmiah, seperti Tafsir, Hadits, dsb, terutama ilmu-ilmu yang sangat sarat dengan argumentasi, seperti Logika, Filsafat dan Irfan. Jadi bisa saja Ilham seseorang itu sudah benar, tapi rancu dalam perkataannya. Jadi kerancuan perkataan orang yang memiliki Ilham ini, belum tentu menunjukkan bahwa Ilahmnya itu salah. 

10. Kasyaf, yakni terbukanya tabir atau hijab dari Kenyataan yang terhampar itu. Kalau kasyaf ini belum bisa dibuktikan secara akal-pasti, maka ia berposisi Relatif-Horizontal. Tapi kalau sudah bisa dibuktikan dengan akal-gamblang atau pasti, maka ia adalah Kebenaran itu. 

11. Sedang pembuktiannya juga ada di diskusi-diskusi tentang akhlak, filsafat dan Irfan. Ringkasnya, jiwa yang dibersihkan dari segala kekotoran secara cermat (sesuai dengan aturan dan maunya Tuhan) dan nikmat (tanda cinta hakiki pada Tuhan), maka jiwa ini dapat merobek hijab-hijab yang menutupinya dari hamparan ada dan kenyataan yang diakibatkan oleh cinta/ suka selainNya. Jiwa yang bersih di samping bisa menjadi Lisan dan Mata Tuhan, ia juga bisa merobek hijab-hijab yang menutupinya itu. Dan justru karena terobeknya itulah ia bisa menjadi Lisan dan Mata Tuhan. 

12. Namun dalam perjalanannya merobek hijab-hijab itu, seperti persiapannya menerima Ilham di atas, memilki liku-liku dan perjalanan yang tidak mustahil sangat panjang. Nah, dalam perjalanannya itulah percikan-percikan cahaya yang timbul dari memulainya perobekan- perobekan terhadap hijabnya itu, maka terbukalah hijab yang kita katakan Kasyaf ini. Akan tetapi karena ianya adalah permulaan, maka yang tertampak atau yang terkasyaf, bisa benar terlihat dan bisa juga salah. Oleh karena itulah, sebelum benar-benar sirna semua hijabnya (Fanaa’) maka secara umum, argumentasi-akal-gamblang/pasti, adalah alat satu-satunya untuk mendeteksi kebenarannya. Tentu kalau kita jauh dari Nabi saww yang makshum atau imam Makshum as. Wassalam. 

Ahmad Muhammad Yunus: Bertanya: 
Lalu apa bedanya Muhammad bin Abdulah dengan kita ? 

Sinar Agama: Jawab: 

Nabi saww dan para imam makshum as setelahnya (bagi yang mengimaninya) adalah manusia yang telah bersusah payah menepis semua pengotor Akal dan Jiwa, hingga dapat memahami dan mengkasyafi semua keberadaan yang terhampar sebagaimana ia. Pewahyuan agama (untuk para rasul) dan pewahyuan ilmu-ilmu agama (untuk selain rasul), sebenarnya, merupakan pelantikan belaka. Jadi, manusia yang sudah mengarungi empat perjalanan (lihat Wahdatul Wujud bag: 1- 6) sudah mengetahui dan mengkasyafi semua keberadaan selain Tuhan secara pasti, sekalipun ianya berupa hakikat atau keberadaan maknawi seperti hakikat shalat dan puasa atau shalat Zhuhur mengapa empat rokaat dan puasa wajib di bulan Ramadhan....dst. 

Jadi, hakikat wahyu adalah pelantikan. Tentu saja juga peng-kadaran atau pembatasan terhadap pengetahuan mereka yang bisa dan wajib disampaikan kepada umat. Jadi, tidak semua yang dikatahui mereka itu menjadi agama. Tidak demikian. Tapi Tuhan menakar pengetahuan mereka dan menentukan mana-mana yang boleh diajarkan, wajib diajarkan dan tidak boleh diajarkan. Yang boleh dan wajib diajarkan itulah yang kita kenal dengan agama. Jadi pewahyuan Malaikat Jibril as itu bukan mengajari Nabi saww, akan tetapi membawa ijin Allah terhadap yang harus diiajarkan Nabi saww. 

Komar Komarudin: Sukron akhii.. atas tagnya...Sungguh sangat bermanfaat buat ana 

Fajar Hidayat: Bisakah akal sampai kepada kebenaran mutlak (tidak lagi relatif) ? 

Sinar Agama: K-K, A-P: Terimakasih atas balasannya, semoga kita selalu bisa menyelimuti diri kita dengan inayahNya yang tidak pernah henti menghujani kita. 

Sinar Agama: F-H: apa yg antum maksudkan dengan “mutlak” ? Dan “Relatif” ? 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih juga untuk yg jempolin tulisan ringkas ini. 

Fajar Hidayat: Mutlak lawan kata relatif 

Muhsin Labib: syukran 

Bande Husein Kalisatti: yang dimaksud kebenaran relatif bertingkat apkah kebenaran bertingkat ustaz..? point 2 dan apakah ini hanya berlaku pada pemahaman hakikat ada atau bisa juga pada yg lain, mis syariat (fqh). Maksud pemahaman lai n adalah fiqh, afwan.. 

Yang point 8. tolong dijelaskan ust..? Bagaimana cara mebuktikan bahwa ilham yg datang dari Tuhan..? bisa jadi ilham yg datang itu benar menurut ana tapi tidak benar menurut yang lain. 

Sinar Agama: F-H: apa maksud antum mutlak dan relatif itu? saya tidak bertanya apa lawan mutlak dan relatif. Jawab dulu, nanti saya akan jawab pertanyaan antum kalau sudah jelas masalah maksud masing-masingnya. 

Sinar Agama: ust ML: afwan berat, dan terimakasih tanggapannya. Kalau ada ide dan saran atau kritikan, tolong jangan segan-segan. 

Sinar Agama: B-H, tulisanku di fb ini tentu disesuaikan dengan ruang yang ada, jadi kadang sangat padat, walau kadang saya juga bertele-tele menerangkan masalah. Nah, yang antum tanyakan ini adalah termasuk yang padatnya itu. Yakni tentang kebenaran bertingkat. Sebenarnya sudah jelas saya tulis, bahwa kebertingkatannya itu karena kebertingkatan hamparan ada ini. Jangankan yang sebab akibat, tentang kedalaman masing-masing ada-pun memilki tingkatan yang mungkin sulit dijangkau semuanya oleh manusia. Air yang kelihatan sederhana ini saja, dapat diterangkan dengan berbagai penerangan yang benar sekalipun nampak berlainan. Mulai dari benda cair, untuk minum, untuk tanaman, untuk masak, H2 O ..... dst sampai kepada bom hidrogen dsb yang perlu untuk mengetahuinya kepada belajar di pasca doktoral. Penjelasan-penjelasan itu berbeda, tapi semua benar secara mutlak, yakni tidak diragukan dan tidak mungkin salah. Inilah yang dikatakan dengan relatif vertikal yang semuanya benar. 

Itu baru air, nah bagaimana dengan ayat-ayat Qur'an yang dikatakan bahwa masing-masing ayatnya memiliki 7 lapisan dan masing-masing lapisan dari tujuh lapisan itu masih memiliki tujuh lapisan lagi? Atau bagaimana dengan mengenali Nabi saww dan para imam as? Atau bagaimana mengenali Tuhan itu sendiri? Di semua itu, termasuk yg sederhana seperti air, memilki lapisan- lapisan hakikat yang termasuk dalam hamparan ada dan kenyataan dimana informasi pada masing-masingnya itu dikatakan Kebenaran Mutlak akan tetapi dalam pada itu pula ianya bertingkat yang, bisa dikatakan Relatif Vertikal. 

Mengenai deteksi ilham dan semacamnya seperti kasyaf, maka tidak ada jalan lain dalam ketiadaan imam Makshum as, atau jauhnya kita dari makshumin as, adalah dengan jalan pembuktian akal- gamblang. Jadi, kalau yg kita kasyaf atau terilhami itu dapat dibuktikan kebenarannya dengan dalil akal yang mudah, gamblang dan pasti, maka dapat dikatakan benar, dan kalau belum dapat dibuktikan maka belum tentu benar, serta kalau terbukti kesalahannya dengan akal gamblang itu, maka berarti ia salah atau tidak benar. 

Kalau dalam ilham atau kasyaf itu masih terjadi perbadaan tentang benar dan salahnya, itu berarti belum didalilkan dengan akal-gamblang. Karena kalau sudah sampai pada akal-gamblang, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali perlu istirahat di rumah sakit jiwa. Karena tidak ada alasan lain ketika orang menolak misalnya benar dan mudahnya 1+1=2, kecuali sakit jiwa. 

Pada jaman sekarang ini ada orang yang sakit seperti itu, tapi ia tidak menyadarinya, oleh karenanya ia mengisi pada masing2 angka satu itu dengan isian tertentu, seperti 1 telur dan 1 buku, supaya tidak terjadi bilangan dua yang sama dan hitungan benar dan mudah itu menjadi salah adanya. Oleh karenanya orang seperti ini layak istirahat di tempat sejuk dan nyaman, dan kalau belum sembuh, maka harus dimasukkan ke dlaam rumah sakit gila, supaya tidak lebih parah, hingga ia akan menolkan kebenaran mudah lainnya, seperti keberadaan dirinya, ayahnya, rumahnya, keterbatasannya, ....dst. 

Jangan sesekali meremehkan hal-hal mudah, karena tanpa yang mudah itu, yang rumit tidak akan pernah bisa diyakini kebenarannya. Misalhnya seseorang mendapat ilham bawha Tuhan itu ada dan satu. Nah, ilham ini bisa dibuktikan dengan ilmu mudah dan mutlak benar. Misalnya, kita dan lingkungan kita terbatas, dan alam, karena rangkapan dari semua yang terbatas maka ia terbatas. Ini benar dan mudah. Dan kalau terbatas berarti memiliki awal dan akhir. Dan kalau demikian berarti sebelum awal ia tidak ada, dan kalau ada setelah awalnya itu, berarti ia diadakan, karena yang tak ada tidak mungkin mengadakan dirinya. Ini semuanya adalah ilmu benar dan mudah. Dan pengadanya, kalau terbatas, berarti ia juga perlu pengada. Dan kalau semuanya terbatas maka tidak mungkin ada keberadaan, karena semuanya pernah tiada. Dan kalau semuanya pernah tiada, lalu dari mana keberadaan ini? 

Dengan demikian berarti pengada sebenarnya alam ini adalah tidak terbatas. Dan kalau tidak terbatas berarti Ia tidak mungkin berjumlah. Dengan demiian sudah terbukti bahwa Tuhan itu Ada dan Esa. Semua ini dengan dalil akal-gamblang dan pasti. Jadi yang menolak dalil2 seprti ini, maka ia kurang sehat dalam berfikirnya. 

Hal-hal yang ghaib atau apa saja yang sulit dipahami, kalau kita mendapatkan ilham tentangnya, dan bisa dibuktikan dengan akal-gamblang ini, maka kita dapat memastikan bahwa ilham itu benar adanya, dan semua orang yang sehat akal juga mesti menerimanya sebagai kebenaran. Atau kita juga bisa meyakini kesalahannya kalau dengan akal-gamblang itu dapat dibuktikan kesalahannya. Dan orang-orang yang sehat akan juga mesti menerima bahwa ilham itu adalah salah adanya. 

Sebenarnya, kalau antum konsen, begitu juga bapak Fajar Hidayat konsen, maka semua yang terpampang di sini adalah sudah didukung dengan argumen akal-gamblang dan pasti itu. Dan semua pertanyaan antum bisa dijawab. Namun demikian, saya tetap mengharap pertanyaan kalau dirasa belum dipahami dengan baik, dan mengharap keritikan kalau dirasa belum terargumeni dengan akal-gamblang, karena bisa saja salah tulis atau sayanya yang salah menyimpulkan atau salah berargumentasi. 

Sinar Agama: Kunci satu-satunya pada pertanyaan bapak Fajar-Hisayat adalah meresapi apa makna mutlak itu, dan apa makna relatif itu. Jangan mencukupkan kepada istilah umum, tapi meresapi apa makna sebenarnya. 

Jadi, kalau maksud mutlak itu adalah benar secara pasti (dan ini yang memang kita inginkan) maka betapa mudahnya mencapai banyak kebenaran mutlak bagi kita, walaupun dalam kebertingkatan obyek2nya(obyrk-obyeknya) itu, atau dalam kebertingkatan kedalaman masing-masing obyeknya, seperti air dan ayat Qur'an pada contoh di atas. Tapi kalau yang dimaksudkan adalah tidak terbatas, karena Tuhan adalah Wujud Mutlak (dimana ini jarang dipakai dalam peristilahan), maka kita sudah pasti tidak akan pernah mencapainya. 

Anwar Mashadi: gabungan poin 1, 8, 10, 11: hasilnya adalah tugas manusia ialah membuktikan setiap info yang diterimanya, sehingga cocok dengan hakikat nyata dengan menggunakan akal (argumentasi gamblang) dan/atau dgn ilham, kasyaf sebagai hasil membersihkan jiwa, yang mana pembersihan jiwanya itu dilakukan melalui upaya sekuat tenaga, setelah apa-apa yang akan dilakukan itu diakui kebenarannya (olehnya) dengan argumentasi gamblang, meskipun ia belum tentu tahu hakikat seluruhnya dari yg diperbuatnya itu. (mohon koreksi) 

Fajar Hidayat: Ya syukron ustadz, sy belum mencermati setiap kalimat tp sudah semangat bertanya. 

Sinar Agama: A-M: Hampir benar. Mungkin saja benar, tapi belum terukir dengan lengkap. Pembuktian kebenaran itu harus dilakukan dengan akal-gamblang dan pasti. Begitu pula tentang ilham dan kasyaf juga harus bisa dibuktikan dengan akal-gamblang maka baru bisa diterima sebagai kebenaran. Dan kalau belum bisa dibuktikan maka tidak bisa dikatakan sebagai kebenaran, sekalipun sangat mungkin ia benar. Oleh karenanya menilai ilham dan kasyaf bisa dengan bertanya kepada para makshum as, atau kalau tidak berdekatan dengan mereka, maka jalan satu2nya(satu- satunya) adalah argumentasi akal-gamblang itu. 

Sinar Agama: F-H: Dari awal saya yakin itu. Yakni karena adanya sikit keterburuan, maka itu saya tidak lansung menjawab. Tidak ada usaha melebihi pemfokusan diri pada Allah dan akhirat dalam segala hal dalam kehidupan ini, hingga kejernihan jiwa bisa mengkilau dan semua kebenaran dan ilmu bisa terserap dengan baik. Dan tiada kerugian yg paling besar bagi kita, kecuali tidak melezati ke-Tuhanan dan kedimensian ukhrowian dari semua aktifitas kita. Hiruplah udara sekalipun, atau staterlah motor ojekan, atau bukalah pintu menuju tempat kerja.....dst dengan hirupan maknawiah Ilahiah dan kekarenaanNya. Menangislah dalam motor ojekan atau dalam langkah menuju kerja dan dalam kerja, dan janganlah menunggu mendungnya mata hanya di perayaan doa, tahajjut ...dst. Nikmatilah hidup ukhrawi dalam semua aktifitas duniawi. Yakni berilah ruh itu pada semua aktifitas kita. Dan mendongkel kecintaan kepada dunia, adalah pintu pertama menuju peruhanian dan pengukhrowian aktifitas dunia kita. Ya...demi Amirulmukminin as, suburkanlah kehidupan ukhrowi kita dalam dunia kita, amin. 

Fajar Hidayat: Apa diijinkan bahasan disini disimpan/dicopy/diunduh/diprint out untuk kemudian dibahas/didiskusikan bersama teman-teman pada suatu waktu ? 

Sinar Agama: F-H: Semua tulisanku di fb, asal untuk kebaikan dan bukan bisnis, maka silahkan saja mau diapakan. Semoga selalu dalam semangat menyelimuti diri dengan selimut Ilmu dan HidayahNya. 

Ammar Dalil Gisting: Allahumma shalli ’ala muhammad wa aali muhammad wa ’ajjil farajahum. 

Aby Faqir To Maradeka: syukron dah ditag... 

Rizal Alwy: Syukron katsir Ustad. 

Agoest D. Irawan: Syukran ya Ustadzi... 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua teman yang telah menjempoli dan mengo- mentari/menanggapi kiriman dan tulisanku ini. 

Husein Assegaff: Syukron ya akhi..Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad. 

Agas Radityha Cahaya Abadi: Alhamdulillah, syukron antum..jazakalloh hu khoiron khatsiron.. 

Yonan Heri: Hatur nuhun kang ustadz..sukron! 

Saeful Hidayat: Terima kasih Pak Ustadz. 

Murtiadi Caraka: Sukron ustadz..sudah di tag! Sangat bermanfaat. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua teman yang telah menjempoli dan mengo- mentari dan telah senang dengan tagku, smg (semoga) Tuhan selalu menjamu kita dengan Hidayah dan LembutNya yang memang tidak putus itu, amin. 

Gazali Rahman: Syukran Ustadz semoga antum selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Kuasa. 

Sinar Agama: G-R: Semoga Tuhan mendengarkan do’amu, dan semoga Ia seribu kali lipat mengembalikannya untukmu, amin 

Kariza Syahnimar: Syukran ya ustadz atas tagnya aq senang sekali sbb aq butuh pencerahn seperti ini sampe aq copi banyak ustad aku kliping (izin ya ustad) terimakasih atas curahan ilmunya. 

Sinar Agama: R-S: Silahkan saja asal demi kebaikan dan bukan untuk bisnis. Kamu juga bisa ambil di catatan-catatan dan komentar-komentar lainnya dari aku. Semoga bermamfaat bagiku dan kamu dan segenap teman-teman lainnya, amin



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ