tag:blogger.com,1999:blog-63039103246282079142024-03-14T10:31:35.186+07:00Sinar AgamaIslam Hakiki - Islam RelatifSinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.comBlogger644125tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-63324096460391829062021-07-16T14:30:00.003+07:002021-07-16T14:30:48.307+07:00Bertemu Dengan Nabi saw<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326181344093335/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:36</div><br /><br /><b>Daris Asgar</b>: Salam Ustadz, ijin mau bertanya,,, daerah saya ada tokoh Islam yang beliau ini Ahli Hadits tapi Suni,,,dan katanya beliau ini Habib keturunan Imam Husain As, beliau mengatakan kalau tidak salah pernah/sering bertemu dengan Nabi Saww baik dalam mimpi maupun langsung,,,juga dengan para Wali Allah,,, bagaimana pendapat Ustadz,,apakah hal ini benar?Karena kalau benar,,, kalau memang ajaran Suni itu salah,,, kenapa tidak diberitahukan oleh Nabi Saww ketika bertemu tersebut???<br /><br />Yang kedua Ustadz, bagaimana menurut Ustadz,, mengenai keturunan Nabi Saww langsung,,, ternyata banyak yang tidak sejalur ya Ustadz,, terimakasih Ustadz,,,<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<br /><br />(1). Benar tidaknya orang menyatakan melihat Nabi saww dalam mimpi atau langsung itu, kita tidak diwajibkan untuk mengururusinya. Akan tetapi kita tidak boleh mempercayainya, sekalipun tidak menyalahkannya. Jadi, apapun dakwaan dia itu, kita serahkan kepada Allah, dan kita tidak boleh terpengaruh kepada ajarannya dan akibat-akibat lainnya yang ditimbulkan dari dakwaannya itu, seperti menganggapnya wali dan seterusnya. Jadi, kita tidak boleh masuk ke arenanya, baik positif atau negatif. Walhasil, kita biarkan saja dia itu.<br /><br />Hal tersebut, karena mimpi atau melihat langsung itu, sama sekali tidak ada jaminan kalau di Syi’ah. Karena mimpi yang benar itu adalah mimpi melihat Rasul saww yang Rasul saww, bukan melihat Rasul saww yang diakuinya sendiri dalam mimpi itu. Yakni, syethan itu tidak bisa meniru wajah Rasul saww, tetapi ia bisa mengaku Rasul saww dengan wajah yang lain. Karena itu, kalau kita tidak kenal wajah asli Rasul saww, maka Rasul saww yang kita lihat itu belum tentu Rasul saww.<br /><br />Yang ke dua, melihat Rasul saww itu bisa karena hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan ajarannya. Misalnya ia Sunni yang membela para pembunuh Ahlulbait Rasul saww. Tetapi kalau dia tidak sengaja, dalam arti ia tidak tahu kalau yang dia bela itu adalah pembunuh kakek-kakeknya sendiri (kalau sayyid atau keturunan), lalu ia taqwa di dalam ajaran Sunninya itu, maka bisa saja karena semangat ketaqwaannya itulah Rasul saww mau melihatnya. Karena yang taqwa, walaupun ia salah dalam melakukan taqwa itu, tetapi karena tidak sengaja, maka akan mendapatkan maaf Tuhan dan Rasul saww sendiri. Jadi, mimpi benarpun, atau melihat langsung yang benarpun (anggap bukan syethan yang menjelma dan mengaku Rasul saww), tetap melarang kita mendengarkan ajarannya yang salah itu. Memang, bagi dia ajaran salah dia itu dimaafkan karena belum tahu, tetapi kita yang sudah tahu, maka tidak boleh mengikutinya.<br /><br />Dengan sedikitnya dua alasan di atas itu, maka kita tidak boleh mempercayainya dan mengikuti apapun ajarannya. Di Jakarta, dulu juga ada ajaran tariqah seperti itu, sampai Nabi saww itu didatangkan di majlis mereka dan semua muridnya yang sudah tinggi bisa melihat beliau saww. Tapi, sekali lagi, kalau di Syi’ah, hal itu belum tentu benar. Karena yang pasti benar itu adalah melihat Rasul saww yang sesuai dengan wajah aslinya, karena syethan tidak bisa menirunya. Tetapi kalau syethan sekedar mengaku Rasul saww dan dengan wajah sembarangn yang ia karang dan penuh cahaya, maka itu bisa saja terjadi. Karena itu, orang- orang itu, di akhirat bisa benar-benar akan kecele. Hal tersebut, karena mereka kurang teliti memahami hadits-hadits Rasul saww khususnya tentang ketidakbisaaan syethan meniru wajah Nabi saww tersebut dimana yang dibantah Nabi saww itu adalah kepeniruan syethan akan wajah beliau saww, bukan kepengakuan syethan sebagai beliau saww.<div><br />(2). Saya kurang memahami pertanyaan ke dua antum. Kalau maksudnya keturunan itu banyak yang tidak sejalan dengan Syi’ah, maka hal itu benar adanya, bahkan ada juga yang memusuhi. Hal itu karena mereka belum tahu dengan kebenaran yang ada. Dan kalau sudah tahu, tapi tetap saja, maka kita serahkan urusan mereka itu kepada Allah swt.<br /><br /><br /><b>Jack Marshal</b>: Sebetulnya seseorang yang benar-benar mimpi atau ketemu langsung dengan Nabi, itu adalah rahasia dia, tidak layak diceritakan pada umum, supaya tidak timbul riya, fitnah.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Jack: Boleh saja seseorang menceritakan fadhilah Tuhan yang diberikan pada seseorang/dirinya, karena Tuhan sendiri mengatakan: “Ceritakanlah nikmat-nikmat yang diberi- kan Tuhan kepadamu.” (QS: 93: 11).<br /><br />Tapi dalam penjelasan ayat tersebut, supaya tidak bertentangan dengan ayat-ayat lainnya, maka ceritakanlah pada orang yang kita yakin dia tidak akan dengki kepada kita dan juga ceritakanlah kalau kita tidak memiliki perasaan riya’, sombong dan semacamnya. Wassalam.<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Ammar Dalil Gisting</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">Sundari Sastrareja</span></b> menyukai ini.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-81698531140238975842021-07-16T14:24:00.004+07:002021-07-16T14:24:30.740+07:00Menghilangkan Rasa Takut Pada Makhluk Allah, Seperti Makhluk Halus Dan Manusia Yang Jahat<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326180780760058/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:35</div><br /><br /><b>Komariah Hermansyah</b>: Assalamu’alaikum. Minta maaf mau tanya, bagaimana caranya menghi- langkan rasa takut pada makhluk Allah, seperti makhluk halus dan manusia yang jahat. Hari minggu kemarin ada pembunuhan di daerah ku, cuma ketemu badannya sedangkan kepalanya tidak ada, dan tadi siang kejadian yang sama terjadi lagi. Sebagai manusia biasa ada perasaan takut yang berlebihan. Mohon doanya agar kami sekeluarga dan semua orang disini tidak pernah lagi mengalami hal seperti ini.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Takut itu fitrah yang diberikan Tuhan pada manusia supaya bisa bertahan hidup (dengan menjaga diri dari bahaya) dan supaya juga takut pada akibat buruk perbuatannya (neraka) hingga menyintai Allah yang menjadi penghidayahnya dengan mengimani dan mengamalkan semua ajarannya secara kaffah atau menyeluruh.</div><div><br />(2). Karena rasa takut ini bisa juga mengarah ke negatif, seperti takut hantu yang tidak semestinya takut, karena hantu tidak akan membunuh manusia dan hanya menakutinya saja, atau takut pada makhluk Tuhan yang menentang hukum-hukum Tuhan ...dan semacamnya, maka ia harus dikendalikan, baik arahnya atau kadarnya.</div><div><br />(3). Mengarahkan takut dan bahkan semua rasa dan perasaaan, seperti takut, cinta, benci, emosi. dan seterusnya, harus dengan akal dan agama.</div><div><br />(4). Sebagaimana sering saya tulis, bahwa akal ini juga hujjah Tuhan kepada kita sebegaimana agama. Karena agama bukan pembuat kebenaran, akan tetapi penguak kebenaran. Dan, akan juga banyak sekali kebenaran yang dapat dikuakanya dengan profesional, tanpa fanatik, tanpa kecenderungan rasa/perasaan dan dengan dalil yang gamblang. Memang, yang tidak diketahui akal lebih banyak dari yang diketahuinya. Karena itulah datanglah agama. Tetapi karena agama tidak hanya membahas yang tidak diketahui akal, artinya juga membahas yang diketahui akal, maka sudah tentu akan banyak sekali persamaan dalam obyek yang dilihat oleh akal dan agama.</div><div><br />(5). Walhasil, untuk mengobati rasa takut yang tidak terarah atau tidak terkadar dengan baik, maka harus mengerahkan ilmu-ilmu akal dan agama secara lapang. Jangan seperti layaknya orang yang beriman kepada sebagian agama dan mengingkari sebagian yang lain.</div><div><br />(6). Setelah penyadaran diri akan apa yang dihadapi, dan sudah dapat diketahui pula arahnya harus kemana dan/atau kadarnya harus berapa, maka dengan lapang pula harus diaplikasikan karena Allah.</div><div><br />(7). Cara-cara aplikatif yang efisien adalah memeranginya dari dalam juga dengan mengarahkan akal. Yakni setelah ketemu hakikat masalahnya, misalnya bahwa hantu itu hanya bisa menakuti, maka takut tersebut diperangi dari dalam. Misalnya jangan lari di tempat-tempat kita merasa takut hantu. Tetapi kalau takut adanya harimau atau pembunuh, maka sudah tentu harus lari, atau lari sambil mempersiapkan diri dengan ketenangan yang lapang. Jangan sampai ghopoh- ghopoh atau tegang karena bisa membuat kesalahan yang fatal dan membuat diri kita celaka.<br /><br />Wassalam.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-60675936034383018382021-07-16T14:20:00.004+07:002021-07-16T14:20:24.745+07:00Gambaran Singkat Empat Perjalanan Manusia<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326180400760096/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:35</div><br /><br /><b>Muhammad Dudi Hari Saputra</b>: Met Milad Ustadz,, Ustadz ana mau bertanya ni,, ^_^<br /><br />Bagaimana pandangan Syi’ah mengenai Irfan/Tassawuf?? Apakah dalam perjalanannya sama seperti Sunni (Syari’at,Tarikat, Hakikat dan Ma’rifat),, dan saya pernah membaca kupasan tentang Asfar Al-Arba menurut Mulla Sadra,, dengann 4 perjalanannya.<div><ol style="text-align: left;"><li>Perjalanan dari makhluk ke al-Haq (al-safar min al-khalq ila al-Haq),</li><li>Perjalanan dari al-haq menuju al-Haq bersama al-Haq (al-safar fi al-haq),</li><li>Perjalanan dari al-Haq menuju makhluk bersama al-Haq ( al-safar min al-Haq ila al-khalq bi al-Haq),</li><li>Perjalanan dari makhluk ke makhluk bersama al-Haq (al-safar fi al-khalq bi al-Haq). Mohon penjelsannya tentang 4 perjalanan ini ustad?</li></ol>Afwan sudah merepotkan,,<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih atas ucapan dan pertanyaannya:<br /><br />Saya sudah menulis semua yang antum tanya ini di tulisan-tulisan atau catatan-catatan sebelum- nya. Saya yakin di catatan yang berjudul Wahdatu al-Wujud (bag 1- 14 kalau tidak salah). Ringkasnya:<br /><br />Yang jelas di Syi’ah tidak seperti di Sunni memaknai syariat, thariqat dan hakikat. Di Syi’ah untuk mencapi thariqat, harus mengamalkan syari’at dan mempertahankannya sampai kapanpun dan kapan saja keluar syari’at maka ia akan kembali ke maqam permulaannya lagi. Begitu pula tingkatan berikutnya.</div><div><br />(1). Dari makhluq ke Khaliq adalah dengan meninggalkan semua yang haram, makruh dengan hati dan badan. Lalu meninggalkan yang baik, halal, karamah, surga selain Allah dengan hatinya, sampai juga meninggalkan kesukaan itu pada Akal-pertama yang dicapainya hingga Fana’ dan Fana’-nya fana’.</div><div><br />(2). Dari Khaliq ke Khaliq itu adalah setelah Fana’nya fana’ seseorang akan melanglangi Asma- asmaNya. Karena ia sendiri sudah menyadari ketidakberadaannya.</div><div><br />(3). Lalu setelah itu dengan perintahNya akan turun lagi ke Makhluk akan tetap bersama Khaliq, karena ia sudah tidak ada.</div><div><br />(4). Dari Makhluq ke Khalid bersama makhluk, adalah membawa makhluk ini kepada Khaliq. Perjalanan ini juga disebut dari makhluk ke makhluk bersama Khaliq. Dan bersama yang karena ianya sudah tidak ada dan yang ada hanya Tuhan.<br /><br />Detail Wahdatulwujud dan dalilnya serta cara mencapainya, sudah diterangkan secara lengkap pada catatan-catatan sebelumnya.<br /><br /><br /><b>Adil Priyatama</b>: ”dari makhluk ke khalik bersama makhluk” yang terkesan dalam benak saya adalah bermakna membawa makhluk ke khalik, sementara “dari makhluk ke makhluk bersama khalik” bermakna safar dari makhluk yang satu ke makhluk yang lain dalam naungan Khaliq”. Mohon penjelasan makna yang dimaksud dalam safar ke empat tersebut (makna seperti apakah yang bisa ditampungi oleh dua tuturan kalimat yang sungguh berbeda tersebut. Syukran.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Adil: Sudah dikatakan bahwa dua hal itu sama saja. Yakni sama-sama bermaksud membawa makhluk kepadaNya. Yakni membawa makhluk dari maksiat ke taat, dan dari kalau bisa dibawa dari kemerasaadaannya kepada kehanyaberadaanNya. Ketika berjalan diantara makhluk dengan Allah yang hanya Dia yang Ada, maksudnya menyetop kemaksiatan kepada ketaatan dan -kalau bisa- menyetop kemerasaadaan menjadi ketidakberadaan dirinya dan kehanyaberadaan DiriNya.<br /><br />Kalau antum mengartikan bersamaNya, yakni si yang berjalan itu adalah dirinya dan bukan DiriNya, maka antum akan bingung. Tetapi kalau dimaknai DiriNya yang berjalan dengan dirinya yang menncapai fana dan tingkatan ke 3 itu, sebagai tajalliNya (karena sekarang sudah di maqam ke 4), maka makna kepenghapusan kepenyetopan itu akan mudah dipahami.<br /><br />Wassalam.<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Cysers Gigle MochyDhienk</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">2 orang</span></b> lainnya menyukai ini.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-64947588924162743102021-07-16T14:11:00.005+07:002021-07-16T14:11:55.814+07:00Sabar dalam Islam<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama </span>http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326180020760134/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:34</div><br /><br /><b>Tini Agustini</b>: Salam .... afwan pak ustad kalau sabar itu memang ada batasannya yah ? Syukron.<br /><br /><b>Hidayatul Ilahi</b>: “jangan lah kamu membatasi kesabaran,, karena sesungguhnya itu membatasi kebersamaan mu dengan ALLAH SWT,, dan menutup peluang untuk mendapatkan pahala (pahala yang terbatas) COPAS ,,, afwan ustad.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Dilihat dulu apa maksud sabar yang antum maksudkan. Kalau sabar itu adalah diam dalam kebenaran dihinakan, maka ini jelas tidak boleh dalam agama.</div><div><br />(2). Sabar itu banyak sekali aplikasinya. Kalau maknanya ulet, maka ini sangat dianjurkan agama dan tidak ada batasnya.</div><div><br />(3). Apapun maksud kesabaran itu, harus dilakukan dengan petunjuk ulama yang mumpuni sebagai resep dokternya dalam menghadapi berbagai hal. Jadi, kalau berurusan dengan sosial, harus mendengar arahan ulama yang mumpuni dan taqwa. Tidak boleh melakukannya sendiri dengan inisiatif sendiri.<br /><br />Jadi, aplikasinya sangat banyak ragamnya. Begitu pula bentuk penanganannya. Wassalam.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-12104997915804230582021-07-16T14:05:00.000+07:002021-07-16T14:05:03.868+07:00Syi’ah-Sunnah: Tentang Qur'an, Hadits, Shahabat, Ushulfikih dan Persatuan<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">seri jawaban <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> untuk Bambang Ariyanto Widjaya. http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326179687426834/ by Sinar Agama (Notes) on Saturday,</div><br />December 31, 2011 at 12:24am<br /><br /><br /><b>Bambang Ariyanto Widjaja</b>: Tetapi perlu diingat, MUI telah mengeluarkan Fatwa tentang kesesatan ahmadiyah dan mewaspadai manuver/gerakan Syi’ah. Mengapa Syi’ah diwaspadai? Karena perbedaan masalah hal-hal yang sangat pokok. Al Qur’an dan riwayat Hadist berbeda sehingga masalah fikh pun tidak sama dengan Sunni. Perlu dicermati pula sikap Syi’ah Indonesia terhadap para Shahabat Rasulullah Shallahu’alayhi Wassalam dan para Ahlul Ba’it non keluarga Ali ra. Perbedaan Sunni dan Syi’ah sangat tajam sekali. Jika mereka ikut meng-kafirkan para Shahabat, maka jelas Syi’ah tidak akan pernah bisa bersatu dengan Sunni dan juga hati-hati dengan Taqiyyah mereka (sikap taqiyyah inilah yang menyebabkan peristiwa di YAPI, bangil, pasuruan).<br /><br />{{ Catatan dari Sinar Agama: Tulisan ini diambil dengan mencuplik komentar mas Bambang yang ada di komentar status Pencerah Hati yang ditag ke saya. Dan karena takut kepanjangan, maka komen-komen lainnya, baik dari mas Bambang atau yang menjawabnya dari teman-teman Syi’ah, tidak dimuat dalam catatan ini. Harap maklum. Karena tujuannya hanya ingin menjelaskan secara KTP tentang Syi’ah yang saya ketahui dan pentingnya persatuan (setidaknya tidak saling paksa) dalam menjaga kedamaian di bumi pertiwi yang damai selama ini. }}<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Bambang:<br /><br />(1). Afwan saya tidak menyempatkan diri membaca semua komen-komen di atas: <div><br /></div><div>(2). Aqidah Syi’ah itu jelas sekali ajarannya:<br /><br /><ul style="text-align: left;"><li>(a). Tentang Qur'an: Diyakini suci dan terpelihara sampai sekarang, karena Allah sendiri yang menjaganya sesuai dengan ayatnya, karena itu sangat menolak apapun masukan baru ke dalamnya. Baik masukan 112 bismillaah yang diyakini Sunni di setiap permulaan surat yang diyakini bukan Qur'an di Sunni, atau juga penyusunannya. Karena itu di Syi’ah Qur'an mesti disusun Allah sendiri, dan di Sunni disusun tim Utsman dan atas usulan Utsman. Jadi, kalau di Sunni Mushhaf Utsmani, tapi kalau di Syi’ah Mushhaf Allah. Sedang mushhaf (lembaran- lembaran) Faathimah as itu adalah ilmu-ilmu beliau as yang dituliskan Imam Ali as menjelang wafatnya yang ditulis demi supaya beliau as ikut andil dalam mendidik para Imam makshum as. Jadi, makshum as mengajari makshum as. Karena yang makshum tidak bisa diajari yang tidak makshum. Tentang pengumpulan Qur'an oleh Allah itu, bukan oleh Utsman dan bahkan bukan pula oleh Nabi saww sekalipun (karena memang tidak ada yang berhak terhadap Kitabullah selain yang punya, yaitu Allah), antum bisa melihat QS: 75: 17:</li></ul><br /><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><i>”Sesungguhnya hanya Kamilah yang berhak mengumpulkannya -Qur'an- dan membacakannya.”</i></blockquote><br /><ul style="text-align: left;"><li>(b). Hadits: Hadits Syi’ah adalah jelas. Yakni diambil dari orang-orang yang tsiqah dan tidak mau mengambil dari orang yang tidak tsiqah sekalipun dari shahabat. Kalau dari selain shahabat berdusta sekali saja haditsnya sudah jatuh, maka apalagi membunuh. Nah, kaidah ini di Syi’ah diterapkan kepada semua perawi, tidak perduli siapa orangnya. Ketika sampai ke shahabat dari perawi-perawi yang di bawahnya, juga demikian. Harus dilihat siapa shahabat yang merawikan itu. Tapi kalau di Sunni, kalau sudah sampai pada shahabat, diangggap sama seperti sudah sampai kepada Nabi saww itu sendiri. Jadi, kedudukan kebenaran shahabat di Sunni, dalam masalah hadits ini, disamakan dengan Nabi saww, yakni sudah pasti benar. Bedanya, Nabi saww penyatanya, dan shahabat perawinya. Tapi dilihat dari sama-sama benarnya ucapan dan maqamnya ketsiqahannya yang mustahil salah, adalah sama dengan Nabi saww. Ini di Sunni. Tapi kalau di Syi’ah, selama tidak ada dalil makshumnya, maka semuanya harus dilihat tsiqah tidak-nya.</li></ul><br /><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;">Kalau dilihat secara global, shahabat dengan shahabat, puluhan ribu dengan puluhan ribu lainnya, saling berperang di jaman itu. Abu bakar saja menyerang keluarga Nabi saww sampai ia menangis dan menyesal sebelum matinya dan mendamba tidak pernah menyerang rumah siti Fathimah as.(Tariikh Thabari, 4/52; Miizaanu al-I’tidaal, 2/215; dan lain-lainnya). Atau kalau kita lihat di sejarah-sejarah Sunni juga kita lihat sewaktu Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid menyerbu shahabat lain (Bani Tamiim), malah Khalid bin Walid berani membakar beberapa shahabat hidup-hidup di depan umum. Atau kita lihat perang ’Aisyah yang memerangi Imam Ali as sebagai khalifah yang syah (Sunni) atau sebagai Imam makshum as (Syi’ah) yang peperangannya disebut perang Jamal, menelan korban sampai 110.000 orang shahabat dan tabi’iin. Belum lagi perang-perang lainnya. Semua itu adalah puluhan/ratusan/ ribuan shahabat dan tabi’iin yang saling berperang. Sudah tentu saling menyalahkan, dan membunuh. Nah, kalau yang dibunuh itu salah, maka ia adalah shahabat. Kalau yang membunuh itu salah, maka ia adalah shahabat. Kalau dusta masalah dagangan saja sudah mendhaifkan hadits riwayatnya, apalagi saling mengkafirkan, saling menyesatkan dan membunuh.</blockquote><br /><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;">Karena itu, di Syi’ah, perawi yang diteliti, termasuk shahabat. Apakah ini dosa? Qur'an saja menurunkan surat bernama Munaafiqin dan ayatnya mengatakan bahwa Nabi saww tidak mengetahuinya, apalagi yang lainnya. Allah berfirman:</blockquote><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAVKLjmcJ180G2kei4j5mwP3qvVX55vg0LBurAaEnfm7EHX7LYPds_fU8pC8h7cVSPI4Cyh7mDWozClpOJEq98gFXefQ0uARiksRmTGZAbKCX7QiZc_wMHd7qLmieWkhKwCPBtuHR04RrW/s718/munaffikin.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="93" data-original-width="718" height="83" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAVKLjmcJ180G2kei4j5mwP3qvVX55vg0LBurAaEnfm7EHX7LYPds_fU8pC8h7cVSPI4Cyh7mDWozClpOJEq98gFXefQ0uARiksRmTGZAbKCX7QiZc_wMHd7qLmieWkhKwCPBtuHR04RrW/w640-h83/munaffikin.png" width="640" /></a></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><i>”Dan di sekeliling kamu dari orang-orang desa, terdapat ORANG-ORANG munafik, dan begitu pula di sekeliling kamu di antara orang-orang kota dimana mereka sangat keterlaluan dalam kemunafikan. Kalian tidak tahu mereka sedang Kami mengetahuinya. Kami akan mengadzab mereka dua kali lipat dan kemudian dipulangkan ke adzab yang sangat agung.”</i></blockquote><br /><b><i>Catatan ayat</i></b>: Banyak tafsiran Sunni menerjemahkan munafik itu pada salah satu orang atau tiga orang. Hal ini jelas bisa dikatakan lemah. Sebab Tuhan mengatakan bahwa para shahabat yang baik dan Nabi saww tidak mengetahui para munafik itu, lalu bagaimana penafsir itu mengetahuinya hingga menerjemahkan pada satu atau tiga orang. Karena itu, kemunafikan itu tidak akan diketahui kecuali kalau Nabi saww sudah tidak ada dan mereka sendiri mengeluarkan kemunafikannya itu ke permukaan amal mereka. Dan hal ini mesti kita serahkan padaNya saja sebab hanya Dia yang tahu secara sebenar-benarnya. Tujuan keterangan ini hanyalah untuk menolak penafsiran dan pemastian kepada beberapa orang. Karena sebagaimana kita tahu, bahwa para shahabat saling berperang. Sudah tentu ketika sudah saling menghalalkan darahnya, maka semacam sudah menetapkan kemunafikannya. Karena itu, kesalingpenghalalan mereka sulit dijadikan sandaran kita tanpa bukti dan dalil lainnya).<br /><br />By the way, kalau bohong sekalinya para perawi saja sudah melemahkan haditsnya, apalagi membunuh. Dan para shahabat, saling berbunuh dalam jumlah partai/banyak/kelompok, yakni dalam jumlah ribuan lawan ribuan, atau puluhan ribu lawan puluhan ribu.<br /><br />Syi’ah tidak memaksa orang lain untuk memakai hadits-hadits yang dihasilkan melalui penelitiannya itu, akan tetapai apakah orang lain bisa memaksakannya?<br /><br />Hadits Syi’ah juga tidak hanya dari Nabi saww, tapi juga dari makshumin as. Jadi, hadits adalah ucapan, perbuatan dan taqrirnya para makshum, baik itu Nabi saww atau para penerusnya yang makshum as. Dan kemakshuman mereka ini tidak boleh asal dakwaan atau didakwa. Karena selain Allah dan NabiNya saww tidak ada yang tahu siapa yang makshum, jadi harus ditentukan Qur'an dan Nabi saww. Dan, di riwayat Sunni seambrek dalil Qur'an dan hadits yang menyatakan bahwa Ahlulbait as itu makshum. Lihat QS: 33: 33.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgslDAGeVLq9dyn6NFm-KbakIj-zqpTU3S2mEvuDz23aacqBn7L8IMakFo9QwxgGsSAEDcAg5-Dso5PeEyJPHQ3mvQBxLP_EFYFvHI83TXEbv8WqauKKiIK2agM2UfCVFRyIkOhq6NPp3jE/s443/QS33_33.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="48" data-original-width="443" height="44" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgslDAGeVLq9dyn6NFm-KbakIj-zqpTU3S2mEvuDz23aacqBn7L8IMakFo9QwxgGsSAEDcAg5-Dso5PeEyJPHQ3mvQBxLP_EFYFvHI83TXEbv8WqauKKiIK2agM2UfCVFRyIkOhq6NPp3jE/w400-h44/QS33_33.png" width="400" /></a></div><br /><i>”Sesungguhnya Allah HANYA ingin membersihkan/menepis dari kalian Ahlulbait, segala kekejian/ kekotoran (dosa) dan membersihkan kalian sebersih bersihnya.”</i><br /><br />Karena itulah maka diyakini di Syi’ah bahwa jalan lurus atau shiratulmustaqim itu adalah jalan Islam yang lengkap dan benar seratus persen. Ilmu Islamnya dan Amalan Islamnya, lengkap 100% dan benar 100% juga. Karena Allah sudah berfirman bahwa jalan lurus itu ”wa laa al- dhaalliin”, yakni ” tidak salah sedikitpun”. Dan kalau jalan lurus ini ada, maka sudah pasti orang makshum juga harus ada. Itulah yang dikatakan penerus Nabi saww dalam menjaga agama terakhir yang telah diturunkan ke Nabi saww tersebut. Memang sudah tidak ada ajaran baru lagi, tapi yang sudah diturunkan ini harus dijaga 100% oleh dan dengan adanya orang makshum as tersebut. Sebab kalau tidak ada makshum, maka sudah pasti tidak akan ada jalan lurus itu, dan kalau demikian, maka Tuhan telah mempermainkan kita. Karena Ia telah mewajibkan kita shalat dan dalam shalat mewajibkan membaca fatihah di mana di dalamnya juga terkandung doa meminta jalan lurus itu. Nah, kalau jalan lurus itu tidak ada karena tidak adanya makshum, lalu kita disuruh memintanya, berarti Ia telah mempermainkan kita. Kan tidak mungkin? Dengan demikian maka makshum itu mestilah ada.<br /><br />Nah, Nabi saww yang makshum dan sumber ajaran, dan Imam yang makshum as sebagai penerus ajaran, semua ucapan, perbuatan dan taqrirnya diyakini sebagai hadits kalau di Syi’ah. Yakni sebagai sumber pemahaman terhadap Islam di samping Qur'an.<br /><br /><ul style="text-align: left;"><li>(c). Kalau taqiah atau taqiyah atau takiah atau takiyah itu, adalah ajaran yang jelas di Qur'an (QS: 16 : 106):<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBHJkPaH026ja3U51lPYBODDE9pGEJ4zRilhrPjdgFMXEmsy7nJxr8jafnr7CIZ0Nt1bC8GBivWC4nVNYnyfE3iekdzgiVs7DhmeKpGTuPRnbO28nsIhOoE3OyQkIC5btgVbrI3GW0V6rR/s446/QS16_106.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="54" data-original-width="446" height="49" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBHJkPaH026ja3U51lPYBODDE9pGEJ4zRilhrPjdgFMXEmsy7nJxr8jafnr7CIZ0Nt1bC8GBivWC4nVNYnyfE3iekdzgiVs7DhmeKpGTuPRnbO28nsIhOoE3OyQkIC5btgVbrI3GW0V6rR/w400-h49/QS16_106.png" width="400" /></a></div></li></ul><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><i>”Siapa yang kafir setelah ia beriman -akan dimurka dan diadzab-, kecuali kalau ia dalam keadaan terpaksa sementara hatinya tetap dalam keadaan iman.”</i></blockquote><br />Nah, taqiyah itu boleh sebagaimana Ammar ra yang melakukannya dan menjadikan ayat tersebut turun. Artinya, menyatakan kafir, kalau dipaksa, seperti terancam dibunuh, maka itu dibolehkan. Jadi, kalau dalam keadaan aman, maka menyatakan kafir itu adalah munafik dan akan diadzab Allah swt.<br /><br />Lah antum kok mempermaslahkan taqiyah ini, kok tidak mempermasalahkan umat penyebab taqiyah ini. Sebegitu parahkan umat islam ini hingga menyebabkan orang Syi’ah bertaqiyah?<div><br /><ul style="text-align: left;"><li>(d). Tentang kitab hadits, sesuai dengan penjelasan di atas, maka Syi’ah memiliki kitab-kitab hadits yang ditetlitinya sendiri dengan rijal yang ketat dan tanpa pilih kasih. Nah, apakah beda penelitian hadits-hadits Nabi saww ini merupakan keanehan? Di Sunni saja ada sekitar 20 kitab hadits dimana penelitian yang satu beda dengan yang lainnya. Lah .. kok bisa masing- masingnya itu tidak disesatkan, tapi kalau kitab hadits penelitian Syi’ah terus jadi sesat?</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>(e). Kalau tentang mengkafirkan shahabat itu sudah sering saya katakan, bahwa yang dimaksudkan itu adalah kafir terhadap imamah dan adanya kepenerusan makshum as dalam menjaga syariat ini. Jadi, kafirnya adalah kafir terhadap Imam, bukan pada Tuhan dan Rasul saww dan Qur'an, dan hari akhirat.</li></ul><br />Beda dengan kalau orang selain Syi’ah mengkafirkan orang Syi’ah, atau wahabi menghafirkan Sunni. Karena biasanya maksud mereka adalah dari tauhid. Kecuali sedang membahas akhlak yang sering juga membahas kafir nikmat. Begitu pula beda dengan hadits shahih Bukhari kalau mengkafirkan shahabat dimana sudah pasti maksudnya adalah murtad dari agama. Perhatikan hadits berikut ini:<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRFimOwrK3CARaXvjJp2nnF2W8Ncj314iGMRa17TCsM7KmmJBKKm3Sj0XqFWX2RhQNqGJUpy4eHdPUmQ9Jr7nsaQ-aPbZwe6BAODcofnfEG55y_suBXHTITcst-Gfx5pz-o_j-tEEYtQH8/s727/hadits.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="218" data-original-width="727" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRFimOwrK3CARaXvjJp2nnF2W8Ncj314iGMRa17TCsM7KmmJBKKm3Sj0XqFWX2RhQNqGJUpy4eHdPUmQ9Jr7nsaQ-aPbZwe6BAODcofnfEG55y_suBXHTITcst-Gfx5pz-o_j-tEEYtQH8/w640-h192/hadits.png" width="640" /></a></div><br />Diriwayatkan dari Muhammad ibnu Katsiir, dari Sufyaan dan al-Mughiirah bin al-Nu’maan dari Sa’iid bin Jubair dari Ibnu ‘Abbaas dari Nabi saww yang bersabda: “Sungguh kalian akan dikumpulkan di padang makhsyar dalam keadaan telanjang kaki, (dan seterusnya).<br /><br />Kemudian segolongan dari shahabatku dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang celaka, karena itu aku berkata: ‘Mereka itu shahabatku, mereka itu shahabatku.’ Allah berkata: ‘Mereka itu menjadi murtad ketika kamu telah meninggalkan mereka.’Karena itu aku berkata, seperti yang dikatakan hamba yang shalih (seperti nabi Isa as, pent.): ‘Aku menjadi saksi bagi mereka dikala aku masih hidup bersama mereka ’.” (lihat hadits ini dan yang mirip dengannya di: shahih Bukhari hadits ke: 3349, 3447, 4625, 4740, 6526; Shahih Muslim, hadits ke: 5104, 7380; dan lain-lain-nya).<br /><br />Karena itu kalau ada Syi’ah mengkafirkan shahabat, maksudnya adalah dari imamah dan kepemimpinan Imam-Imam makshum as. (jadi masih muslim karena tidak kafir dari Allah, Nabi saww, Kiamat, Kitab-kitab Ilahi dan seterusnya). Tapi kalau di hadits-hadits Bukhari dan<br /><br />Muslim ini, maka maksud pengkafiran shahabat ini adalah dari Islam, yakni menjadi Murtad. Kan beda jauh dari keduanya itu, lalu mengapa sikap yang diambil beda jauh dan tidak adil terhadap Syi’ah???!!!!?</div><div><br /><ul style="text-align: left;"><li>(f). Kalau masalah Ushulfikih, lah ..lucu amat. Di Sunni saja banyak perbedaan, terus mengapa kalau Syi’ah memiliki kaidah sendiri? Lagi pula tidak semua kaidah itu berbeda. Biasanya lebih banyak samanya dengan bedanya.</li></ul><br />Misal bedanya, kalau di Sunni boleh pakai kiyas dan bahkan harus. Tapi kalau di Syi’ah tidak boleh. Karena qiyas adalah meminjam hukum yang ada untuk dipakai ke benda-benda lain yang mirip dan tidak memiliki hukum. Di Syi’ah hal ini terlarang. Karena kalau demikian, sama dengan meyakini bahwa hukum Islam itu ada kurangnya, Qur'an dan hadits itu ada kurangnya, sehingga hukumnya tidak mencakupi semua hal. Misalnya tidak mencakupi durian, komputer, pesawat ...dst. Dan kalau hukum Islam itu tidak mencakupi semua itu, berarti ia kurang dan tidak layak jadi agama terakhir karena dunia dan budaya itu luas serta benda-benda itu bukan hanya di Arab dan juga akan ditemukan oleh mansuia atau dibuat manusia.<br /><br />Kalau di Syi’ah, semua ajaran Islam itu sudah ada untuk apa saja sampai hari kiamat. Karena itu, tidak boleh melakukan kiyas. Jadi, harus dicari di Qur'an dan hadits-hadits hal-hal yang sesuai dengan benda yang tidak ada di Arab itu dan/atau belum dibuat manusia itu. Itulah mengapa di Syi’ah keberadaan mujtahid itu harus ada di setiap jaman. Tapi kalau di Sunni mujtahid itu sudah dilarang dan hanya pada 4 orang dimana yang lainnya dimustahilkan dan dilarang mengaku mujtahid.</div><div><br /></div><div><br />(3). <b><i>Penutup</i></b>:</div><div><br /><ul style="text-align: left;"><li>(a). Saya walaupun tidak mewakili Syi’ah, tapi meyakini Syi’ah dan sudah banyak menulis tentang apa saja ajaran Syi’ah ini di fb ini sesuai dengan kemampuan yang cetek ini. Kalau antum ada waktu silahkan mengunjunginya.</li></ul><br />Syi’ah ini tidak bisa disamakan dengan ajaran sesat ahmadiah karangan Mirza Ghulam Ahmad yang sesat dan mengaku Imam Mahdi as dan nabi Isa sekaligus itu. Karena Syi’ah adalah ajaran Nabi saww sendiri, bahkan penamaannya, walaupun yang dimaksudkan adalah maknanya. Bisa dilihat di beberapa tafsir Sunni seperti Suyuuthi, dalam al-Durru al-Mantsuurnya:<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuGN9Xr4xTvq8HedWYdlK09uPskOPagkR9HKEXVnhuc1eKcjZebmHb3zoZH2bffQzmKg2mKmiL2IkqPvr9xlL2sE3j5YIio1XFi_2bOR-__TFnHdNqI1ntDXd01H6NUY121umnydGYLQv2/s745/al-Durru+al-Mantsuur.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="124" data-original-width="745" height="106" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuGN9Xr4xTvq8HedWYdlK09uPskOPagkR9HKEXVnhuc1eKcjZebmHb3zoZH2bffQzmKg2mKmiL2IkqPvr9xlL2sE3j5YIio1XFi_2bOR-__TFnHdNqI1ntDXd01H6NUY121umnydGYLQv2/w640-h106/al-Durru+al-Mantsuur.png" width="640" /></a></div><br />Jabir ra berkata: Kami sedang bersama Nabi saww, lalu datang Ali as, lalu Nabi saww bersabda:<br /><br />”Demi nyawaku yang ada ditanganNya, sesungguhnya orang ini dan SYI’AHNYA (pengikutnya) adalah orang-orang menang di hari kiamat.” Lalu turunlah ayat: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka merekalah sebaik-baik manusia.” (QS: 89: 7).</div><div><br /><ul style="text-align: left;"><li>(b). Syi’ah walau Imam-Imamnya saja dibunuhi, tapi ketika mendapat kemenangan, tidak pernah mengusik para muslimin yang lain yang tidak menentang pemerintahan hukum Islam. Bahkan di Iran, di beberapa kota yang mayoritas Sunni, dibolehkan menghukumi perkara- perkara mereka, baik kriminal dan sebagainya, dengan hukum Sunni. Yang penting Islamnya. karena itu, Syi’ah selalu mengajak bersatu untuk menghadapi kafirin yang tidak peduli Sunni-seperti Palestina- atau Syi’ah seperti Iran. Karena kalau kita ribut sendiri, maka sudah pasti mereka yang untung karena memang itulah yang diinginkan mereka supaya negara muslimin tetap dijajah atau hartanya terus dikeruk. Lagi pula, bersatu, damai dan berakhlak baik, itu, adalah ajaran Islam. Artinya saling manahan diri dalam keberbedaan dan keberlainan, adalah ajaran tinggi islam. Tapi Islam juga tidak mengajarkan menerima apa-apa yang tidak dianggapnya benar. Tapi saling toleransi adalah ajaran Islam, karena Islam adalah la iqraaha fi al-diin, yakni tidak ada paksaan dalam agama. Masehi yang menyesatkan nabi Muhammad saja ditolirer, mengapa yang mengkritik shahabat tidak bisa ditolerir? Kan jadi tidak lucu?!!?</li></ul><br />Sunni yang sering mendukung shahabat yang mengkritiki Nabi saww saja bisa dan boleh, mengapa yang mengkritiki shahabat terus tidak boleh dan tidak bisa??!!? (tentang kritikan shahabat pada Nabi saww itu, antum bisa lihat di sebab turunnya ayat hijab dimana kala itu Umar yang menasehati Nabi saww supaya istrinya pakai hijab, lalu Tuhan menurunkan ayat hijab itu, begitu pula di tempat-tempat lain seperti ketika Nabi saww mau menyolati orang munafik sampai Nabi saww ditarik-tarik oleh Umar supaya jangan menyolatinya karena munafik dan Tuhan mendukung Umar ...dan lain-lain). Kalau Sunni mau menerima hadits Abu Hurairah yang dihukum cambuk oleh Umar karena korupsi sewaktu menjadi gubernurnya Umar di Bahrain, lalu apakah mengikuti hadits-hadits riwayat Syi’ah yang begitu katatnya dianggap salah?<br /><br />Nabi saja di Sunni dikritiki dengan melengos dan bermuka masam tanpa akhlak pada seorang buta, mengapa mengkritiki shahabat terus tidak boleh? Di Sunni Nabi saww dikritiki telah mengharamkan yang halal, lalu mengapa mengkritiki shahabat jadi tidak boleh? Nabi saww saja di Sunni dikatakan telah kencing berdiri di depan umum (shahih Bukhari 1: 62), lalu mengapa mengkritiki shahabat menjadi tidak boleh ??????!!!!!!!!?<br /><br />Arti semua tulisan ini, adalah bahwa kita bukan hanya bisa, akan tetapi wajib bersatu sebagai sesama muslim. Tentu saja dalam keberbedaannya itu. Kalau semua sama, maka itu bukan persatuan namanya, tapi memang satu. Persatuan itu adalah berbeda akan tetapi saling tidak memaksa dan bahkan saling menolong dan menghormati. Tapi sudah pasti, kalau bicara dan diskusi ilmu, sudah tentu masing-masing madzhab boleh menyatakan keyakinannya terhadap madzhabnya sendiri bahwa ia benar dan yang lainnya salah. Tapi tidak boleh memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebisa mungkin saling tolong menolong dalam kehidupan sosial. Muhammadiah yang membid’ahkan dan menjahannamkan orang Sunni karena bid’ahnya, dan memusyrikkan orang Sunni karena berbagai perbuatan yang dianggapnya syirik, selama ini masih bisa hidup berdampingan, lalu mengapa bisa ada pembatasan pada Syi’ah??? Masehi yang menyesatkan nabi Muhammad saww saja, hidup senang dan damai walau bersebelahan dengan Sunni dan wahabi, tapi mengapa terus ada pembatasan pada Syi’ah? Kalau mau dialog, maka lakukan dengan baik, kalau tidak ketemu, mengapa tidak bisa saling tidak memaksa seperti pada sesaling berbedanya akidah, fikih dan bahkan agama selama ini di Indonesia???!!!!!?<br /><br />Wassalam..<br /><br /><br /><b>Tio Adjie</b>: Mantabs. Allahu Akbar. Alhamdulillah Allah menganugerahiku dengan cahaya Ahlul Bayt. Salam.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Muhammad:<br /><br />(1). Kalau ada yang tanya mengapa antum bershalawat pada Ahlulbait Nabi saww dalam setiap shalat antum? Saya sih ragu apa antum sadar atau tidak bahwa antum dalam melakukan kewajiban itu menyadari Aalu Sayyidinaa Muhammad itu apa? Ketahuilah, Syi’ah dan sunnah menyepakati bahwa mereka itu adalah Ahlulbait as yang dimulai dari Imam Ali, siti Fathimah, Imam Hasan dan Imam Husain as sebagai sebab turunnya ayat kemakshuman QS: 33: 33 itu.<br /><br />Akan tetapi masih ada lagi yang belum lahir yang dimasukkan oleh Nabi saww ke Ahlulbait, yaitu Imam-Imam makshum lainnya yang 12 seperti yang ada di shahih Bukhari dan Muslim.<br /><br />Nah, kalau antum sendiri tidak tahu siapa yang antum shalawati terus dalam shalat itu, dan tidak tahu sejarah yang antum shalawati itu, maka sudah jelas antum akan berkata seperti di atas itu.<br /><br />Coba antum tahu bahwa mereka itu adalah Ahlulbait as, dan mereka itu tidak ada yang mati biasa melainkan dibunuhi oleh umat Nabi saww, baik shahabat atau tabi’iin, atau tabi’iinnya tabi’iin (raja-raja Bani Umayyah -Mu’awiyyah dan Yazid dan yang lain- dan Bani Abbas, maka sudah pasti antum akan lebih nyaring menangisnya ketimbang kita. Karena Ahlulbait as yang antum shalawati yang dititipkan Rasul saww kepada kita disisi Qur'an (”Kutinggalkan dua perkara berat kepada kalian, Kitabullah dan Ahlulbaitku”) supaya yang ada di hadits shahih Muslim dan lain-lain-nya, maka sudah pasti akan meratapi sebagaiamana Rasul saww yang banyak sekali di riwayat Sunni yang telah menangisi sejak lahirnya Imam Husain as karena diberitahu Allah melalui malaikat Jibril as bahwa Imam Husain as akan dibantai oleh umatnya sendiri.<br /><br />(2). Ahlulbait as itu tidak perlu ratapan kita. Tapi ratapan itu untuk kita sendiri. Karena yang tidak menangisi keluarga Nabi saww yang dibantai padahal beliau saww menitipkannya kepada kita, maka ia sudah pasti tidak tahu terima kasih kepada beliau saww. apalagi kalau berpihak kepada shahabat dan tabi’iin yang membatainya. Kita akan lihat nanti di akhirat bagaimana antum menjawab pertanyaan Nabi saww terhadap hal ini.<br /><br />December 31, 2011 at 7:58pm</div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-64979124887613062512021-07-01T10:35:00.000+07:002021-07-01T10:35:04.758+07:00Verifikasi Maqam Spiritual<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustad <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326179074093562/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:32</div><br /><br /><b>Zulkarnain Syawal</b>: Salam. Menurut ustad, apakah maqam spiritual itu bisa diverifikasi? Dengan apa & bagaimana?<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<br /><br />Kalau maksud antum dengan verifikasi itu adalah pemeriksaan benar tidaknya, maka bisa saja. Yaitu dengan mempelajari ilmu hakikat (filsafat) yang banyak dan tinggi untuk kemudian dijadikan testernya. Tetapi yang saya maksud filsafat adalah yang sudah saya tulis di kurikulum Hauzah itu, bukan filsafat ala kebiasaan di Indonesia yang belajar sejarah pemikiran filsafat.<br /><br />Tetapi bisa juga diperiksa dengan yang lebih tinggi, seperti makshumin as. atau yang berada di bawah makshumin as, seperti para ulama yang wali yang sudah diyakini kebenaran maqam spiritualnya.<br /><br />Wassalam.<div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-68116659659069673322021-07-01T10:09:00.004+07:002021-07-01T10:10:49.396+07:00Gambaran Hukum Di Negara Iran<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326178654093604/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:31</div><br /><br /><b>Mount Kincai</b>: Apakah karena pilihan kita ke syiah .. dan ketika Negara IRAN yang diakui sebagai pusatnya Syiah ... tapi ada LANGKAH - LANGKAH dari pemerintah IRAN yang notabene ..pusat syiah ..yang kita kritik karena bertentangan pikiran dan hati kita .. terus keyakinan kita terhadap ajaran ahlul bait juga diragukan ...<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b>Astamin Zayi</b>: Setahu saya, Di Iran itu ada 2 hukum yang berlaku, hukum islam yang akan ditempuh oleh orang yang memilih dengan hukum itu untuk menyelesaikan perkaranya, juga hukum negara yang bersifat umum....<span></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Di Iran itu hanya satu hukum, yakni hukum Islam. Jadi sangat tidak benar yang dikatakan saudara Astamin. Tidak ada hukum di Iran kecuali hukum Islam.</div><div><br />(2). Karena Iran yang Syi’ah lebih mementingkan Islamnya dan memang Islam juga tidak boleh memaksa, maka daerah-daerah yang mayoritas Sunni, dibolehkan memutuskan dengan hukum fikih Sunni dalam masalah-masalah pertikaian mereka. Jadi, walalupun Syi’ah sudah diyakini benar oleh pengikutnya, dan merupakan mayoritas di Iran dimana hukum dunia yang bernama demokrasi telah membolehkan Iran membuat hukum general dari hukum Islam Syi’ah untuk semua orang, akan tetapi, karena Iran lebih mengedepankan Islam dan umatnya, maka ia melebihi demokrasi dalam memberikan kompromi, inilah yang sering saya katakan dengan santun. Karena itu, di daerah-daerah atau kota-kota yang mayoritas Sunni, hukum Islamnya memakai hukum Sunni. Karena yang dipentingkan dari negara Islam adalah negara Islamnya, bukan harus dengan madzhabnya.</div><div><br />(3). Amerika dan wahabi dari dulu dengan berbagai ratusan TV dunianya, dan ribuan site dan surat kabarnya, menggelombangkan segala macam fitnah dalam 30 tahun ini, semua demi menutupi kemuliaan negara Islam di Iran ini. Untuk menutupi wahabi yang main penggal dan tidak memberikan demokrasi apapun serta membuat bid’ah kerajaan, serta untuk menutupi demokrasi ala barat dan PBB yang sama sekali tidak ada nilai hakikinya dan kepalsuan semata. Itulah, saya sering katakan bahwa kita harus sabar dan profesional dan berdalil gamblang dalam setiap menghadapi masalah, walau menghadapi kebatilan sekalipun.</div><div><br />(4). Antum kalau mau mengkritik Iran, silahkan saja. Tetapi mengkritik. Bukan memfitnah. Artinya, data antum cukup akurat, tidak merujuk ke site-site barat atau Syi’ah liberal, dan antum ngeritiknya ke Iran. Bukan ke teman antum dengan sambil menim kopi di warnet atau di rumah atau di pengajian. Itu kalau antum mau mengkritik. Jadi, data lengkap terhadap kesalahan Iran (dalam anggapan antum itu), lalu jalan keluarnya ghimana dan kepada pemerintah Iran.<br /><br />Kalau datanya tidak akurat, dan antum juga belum konfirmasi dengan Iran, atau hanya melihat lahiriahnya, lalu antum juga tidak punya ilmunya tentang hal itu dan jalan keluarnya, dan, disampaikan ke orang lain dan bukan ke pemerintah Iran, maka hal itu namanya bukan mengkritik, tetapi bisa fitnah, menggunjing dan bahkan bisa dikatakan berusaha meruntuhkan wibawa Islam Iran. Karena itulah maka pekerjaan seperti itu bisa sampai ke tingkat haram. Karena kalau salah, berarti fitnah. Kalau benar berarti ghibah. Karena kalau mau menasihati harus kepada orangnya yang bersangkutan. Dan, sudah tentu kalau ngacak dan menyebabkan kurangnya simpatik muslimin kepada negara Islam, dosanya bisa lebih besar lagi.</div><div><br />(5). Di dunia bisa dikatakan tidak ada yang makshum dan suci, tetapi diri kita adalah obyek paling utama dari perkataan itu. Jadi, kita sendiri tidak bisa dibanding dengan para mujtahid dan marja’ yang adil dan yang telah berjihad puluhan tahun dan mengorbankan ratusan ribu syahid dan dimusuhi semua dunia yang kapitalis dan anti Islam dan juga tidak bisa dibanding dengan rakyatnya yang telah mengusung negara Islam dan mendikirkannya dengan ratusan ribu syahid dan ratusan ribu korban bom kimia dan cacat perang dan ditawan, serta diteror ...dan seterusnya itu.<br /><br />Jadi, memang tidak ada yang makshum, tetapi diri kita lebih tidak makshum dan lebih tidak tahu dari semua mereka itu, baik mujtahidnya atau rakyatnya.</div><div><br />(6). Karena itu, kritik mengkritik itu ada hukum fikihnya dan juga ada hukum akhlaknya. Hukum fikihnya seperti yang sudah disampaikan di poin ke 4, dan hukum akhlaknya seperti yang disampaikan di poin 5.<br /><br />Apapun antum dan dan kita-kita, siapapun antum dan kita-kita, mengkritik dengan salah atau benar, dosa atau tidak, berakhlak atau tidak, kalau tidak dengan niat mengacau dunia Islam dan hanya salah paham dan salah cara, dan memang tidak ingin menyombongkan diri di dunia ini, maka dosa apapun itu, tetap tidak akan sampai menjarah ke ranah iman kepada keyakinan kepada Syi’ah. Wassalam.<br /><br />@Astamin: Sudah tentu antum salah nangkap infonya. Karna tidak ada yang tahu kalau Iran itu negara Islam. Karena itu, semua hukum dan peraturan apapun yang berlaku adalah dari Qur'an dan Hadits.<br /><br />Wassalam.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-26436076407351318882021-07-01T10:04:00.002+07:002021-07-01T10:04:18.054+07:00Rahasia Tuhan<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326178060760330/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:31</div><br /><br /><b>Dede Delonge</b>: Salam..<br /><br />Ustadz.,saya ingin menanyakan sesuatu mengenai rahasia Tuhan., pertanyaan ini timbul dalam pikiran saya sebab tuhan memberikan akal kepada manusia untuk memahami dan mengetahui segala realitas dan syariat yang telah Dia turunkan., pertanyaan saya : Apakah betul Tuhan mempunyai rahasia? Dan rahasia apa-apa saja yang kita tidak boleh ketahui? Sampai mana batasan kita untuk mempelejari ilmu”-Nya? Mohon penjelasannya ustad., maaf jika pertanyaan saya kurang jelas.,<span><a name='more'></a></span><br /><br /><span style="color: #cc0000;"><b>Sinar Agama</b></span>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Memang saya tidak paham betul/jelas dengan pertanyaan antum ini. Tetapi saya akan meraba maksudnya dan akan menjawabnya sesuai rabaan itu. Kalau salah, maka tolong dikoreksi hingga saya bisa memberikan jawaban yang tepat.</div><div><br />(2). Kalau maksud rahasia itu adalah mutlak, yakni apa saja dimana termasuk Tuhan itu sendiri, maka jelas bahwa Ia sendiri sudah segala rahasianya rahasia. Tidak ada yang tahu DiriNya sampai kapanpun dan sejak kapanpun. Apapun yang kita tahu tentang Dia itu adalah kebenaran (kalau memang sudah benar) yang jaraknya dengan HakikatNya tidak terbatas. Karena jarak yang terbatas dengan yang tidak terbatas, juga tidak terbatas.</div><div><br />(3). Karena itu, manusia tidak dibatasi untuk mengertiNya, mengkasyafNya dan seterusnya.<br /><br />Tetapi setinggi apapun makrifah-makrifah tentangNya, itu, jaraknya terhadapNya, juga tetap tidak ada batasnya. Karena jarak antara yang tidak terbatas dengan yang terbatas, juga tidak terbatas. Kalau jaraknya menjadi lebih dekat, maka berarti Ia terbatas. Dan kalau Ia terbatas, maka Ia adalah makhluk, karena bermula dan sebelum mula tidak ada dan yang sebelum tidak ada lalu setelah mula menjadi ada, maka pasti diadakan (makhluk). Karena itu, karena Ia tidak terbatas, maka apapun kemulian dan setinggi apapun makrifah dan kemuliaan, tetap saja memilki jarak yang tidak terbatas teradapNya.<br /><br />Wassalam.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-52772018821933716012021-07-01T09:28:00.002+07:002021-07-01T09:28:37.341+07:00Penjelasan Tentang Tuhan Yang Transenden Dan Tuhan Yang Imanen<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326177264093743/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:29</div><br /><br /><b>Hudan Doank</b>: Salam ustadz mohon penjelasan tentang Tuhan yang Transenden dan Tuhan yang Imanen? Terimakasih.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Imam Ali as berkata “Tuhan itu bersama sesuatu tetapi tidak dalam artian bercampur, dan diluar sesuatu tetapi tidak dalam artian berpisah.”</div><div><br />(2). Kalau maksud antum dengan kata Imanen itu penggalan pertama, dan Transenden penggalan ke dua, maka maknanya adalah:<br /><br />Tuhan itu sebgai penyebab bagi semua keberadaan, sudah pasti bersama dengan semua keberadaan. Karena akibat selalu bergantung kepada sebabnya seperti pijaran lampu yang selalu tergantung pada arus listrik. Jadi, sudah pasti Tuhan akan bersama semua akibatNya. Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa Tuhan itu bersama dengan setiap sesuatu tetapi tidak dalam artian sentuhan/bercampur.<br /><br />Akan tetapi, karena yang namanya sebab itu, jauh lebih sempurna dari akibatnya, dan apalagi sebabnya itu tidak terbatas, maka sudah pasti jarak antara sebab yang tidak terbatas dengan akibatNya yang terbatas, sudah pasti tidak terbatas pula. Karena itu Tuhan jauh dari makhlukNya. Tetapi bukan dalam artian terpisah, tetapi dalam artian kesempurnaanNya.<br /><br />Itulah mengapa Tuhan memiliki sifat kontradiksi, seperti Ia adalah Lahir dan Ia juga adalah Batin.</div><div><br />(3). Tafsiran di atas itu masih dalam arena Ilmu Kalam atau Filsafat. Tetapi kalau dalam arena Irfan, maka berarti:<br /><br />Tuhan itu sebagai satu-satunya keberadaan (wahdatu al-wujud). Sudah pasti semua makhluk yang kita kira ada ini adalah tajaaliNya, manifestasiNya, alias esensi semata dan tanpa wujud. Karena itu, semua esensi ini akan menjadi terlihat kalau bergelantungan dengan wujud itu. Karena itulah maka semua esensi yang hanya esensi ini benar-benar bersatu dengan Wujud itu akan tetapi bukan bermakna bersentuhan atau bercampur (imanen). Tetapi karena hanya Tuhan yang Ada dan selainNya tidak ada, maka sudah pasti Ia jauh dari selainNya, tetapi bukan berarti jarak atau keterpisahan. Tetapi dari sisi maqamnya yang beda, karena maqam wujud dan esensi atau tajalli, sudah tidak bisa lagi dihitung dengan apapun.<br /><br />Jadi, kalau jarak antara kesempurnaan Tuhan dengan selainNya yang bernama makhluk, di penjelasan Filsafat dan Kalam, adalah tidak terbatas. Tetapi kalau jarak antara Allah yang ada dengan selainNya yang hanya tajalli, di penjelasan Irfan, adalah antara wujud dan bukan wujud yang tidak bisa dibandingkan sama sekali.<br /><br />Rincian dalil wahdatulwujudnya, silahkan merujuk ke catatan-catatan yang sudah ada. Dan tentang penjelasan filsafatnya antara keterikatan akibat pada sebabnya dan hubungan keduanya, juga bisa merujuk ke catatan-catatan yang sudah ada di penjelasan mengenai pembuktian wujud Tuhan (seperti yang berjudul: <a href="https://sinaragama12.blogspot.com/2018/08/pokok-pokok-dan-ringkasan-ajaran-syiah_12.html" target="_blank">Pokok-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi’ah</a>).<br /><br />Wassalam.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><br /></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-56161339536438908502021-07-01T09:18:00.005+07:002021-07-01T09:18:54.762+07:00Ilmu Kita Tentang Tuhan<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">seri tanya jawab Mulla Adhy Chaer dengan <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326176887427114/ by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, December 28, 2011 at 9:51pm</div><br /><br /><b>Mulla Adhy Chaer</b>: Assalamualaikum. Afwan ustadz.. jika yang dimaksud dengan ilmu adalah sesuainya yang kita tahu dengan kenyataannya..lalu bagaimana dengan Tuhan, saya masih kurang mengerti Tuhan sebagai kenyataan?<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Ammar Dalil Gisting</span></b> menyukai ini.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Ilmu itu memang sesuainya info yang ada di akal kita dengan yang senyatanya, atau obyek ilmunya.<div><br />(2). Sedang info yang salah, dikatakan sebagai kebodohan atau ketidaktahuan.</div><div><br />(3). Info yang salah, tapi diyakini benar, dikatakan tetap ketidaktahuan, tapi pemiliknya dikatakan Jahil Murakkab, Kebodohan Ganda atau Ketidaktahuan Ganda atau Bodoh Ganda.</div><div><br />(4). Ilmu banyak bagiannya. Salah satunya, dilihat dari infonya yang datang, apakah obyeknya langsung sehingga dikatakan Ilmu Hudhuri, atau copy-annya lewat panca indra hingga dikatakan Ilmu Hushuli.</div><div><br />(5). Ilmu Hudhuri itu ada 3 macam: Ilmu sesuatu pada dirinya sendiri; Ilmu sesuatu pada akibatnya; dan Ilmu sesuatu pada sebabnya seukuran akibatnya.</div><div><br />(6). Ilmu Tuhan terhadap DiriNya, atau ilmu makhluk yang memiliki akibat, terhadap akibatnya, adalah ilmu Huduri. Begitu pula ilmu akibat terhadap sebabnya.</div><div><br />(7). Ilmu akibat terhadap sebabnya ini tidak bisa melebihi ukuran diri akibat tersebut.</div><div><br />(8). Sekarang baru masuk bab Ilmu kita tentang Tuhan. Kalau ilmu kita itu Hudhuri, seperti mengetahuiNya tanpa perantaraan yang ada di ilmu Hushuli, seperti panca indra dan pikir, maka ilmu kita tentangNya adalah Hudhuri dan ini sebaik-baik ilmu tentangNya. Karena kita mengetahuiNya dengan kehadiranNya pada diri kita.<br /><br />Tapi jangan lupa bahwa harus dibedakan dengan berkhayal menghadirkanNya atau mengilmu- hudurikanNya. Karena banyak orang merasa menghadirkan Tuhan padahal itu khayalannya saja. Seperti merasa khusyu’ berdoa atau shalat manakala diiringi musik. Instrumen ini adalah haram. Karena itu ketika ia merasa khusyu’ dengan musik itu, sebenarnya ia hanyut dalam perasaannya sendiri hingga ia menghayal bahwa ia dekat denganNya atau bersamaNya. Begitu pula dengan perasaan-perasaan lainnya yang merasa telah merasakan kehadiranNya padahal ia bermaksiat padaNya. Kehadiran-kehadiran seperti itu sebenarnya adalah kehadiran yang sangat dangkal, karena di bawah perasaannya, bukan hakikat kehadiran yang dibahas dalam ilmu kehadiran atau Hudhuri itu.<br /><br />Sedang yang merasakan kehadiranNya dan tidak maksiat padaNya, ada kemungkinan itu memang benar ilmu Hudhuri tentangNya. Tapi bisa saja tetap hayalannya. Tergantung keadaan masing-masing. Yang jelas, kalau bermaksiat berarti bukan kehadiranNya, tapi kalau tidak maksiat belum tentu kehadiranNya.<br /><br />Apapun kehadiran itu, baik yang tinggi, seperti Ilmu Hudhuri ini atau yang rendah seperti hayalan itu, tetap saja memiliki manfaat dan merupakan hidayah Tuhan. Karena itulah, nanti di akhirat, yang bermaksiat tidak bisa membela diri, karena ia sudah tahu kalau dilihat Tuhannya, yakni dalam kehadiranNya. Itulah yang dimaksud Imam Khumaini ra, janganlah kalian bermaksiat, karena alam ini ada dalam kehadiranNya.<br /><br />Apapun tingginya dan bagaimanapun hakikat Ilmu Hudhuri tentang Tuhan ini, tetap saja tidak akan melebihi tingkatan dirinya, walau ia seorang Insan Kamil sekalipun. Karena itulah, maka Tuhan tetap lebih besar dari yang diketahuinya itu. Inilah makna Allahu Akbar, yakni Allah Lebih Besar. Yakni bukan lebih besar makhluk, karena yang terbatas tidak mungkin dibandingkan dengan yang tidak terbatas, lalu dikatakan yang tidak terbatas itu lebih besar. Karena terlalu jauh jaraknya, dan bahkan tidak terbatas. Karena jarak yang terbatas dengan yang tidak terbatas, adalah tidak terbatas pula. Mengatakan bahwa langit itu lebih tinggi dari manusia saja sudah lucu, kita lebih tampan dari keledai saja sudah lucu, padahal kedua- dua yang dibandingkan itu sama-sama terbatas, apalagi kalau salah satunya tidak terbatas (Tuhan). Inilah makna Allhu Akbar.</div><div><br />(9). Tapi kalau ilmu tentang Tuhannya itu didapat dari alat Ilmu Hushuli, seperti panca indra dan pikir atau renung, maka semua ilmunya adalah ilmu Hushuli. Jadi, kalau kita ini mengerti Tuhan dengan argumentasi maka itu semua adalah Ilmu Hushuli.</div><div><br />(10). Beda Ilmu hushuli dan hudhuri tentang Tuhan ini jelas sekali. Yang satu merasakan kehadiran- Nya sesuai dengan keluasan dirinya sendiri, bukan sesuai keMaha Luasan DiriNya, sedang ilmu Hushuli mendapat info tentang kehadiranNya itu. Jadi, Hushuli info kehadiranNya, sedang Hudhuri kehadiranNya itu sendiri.</div><div><br />(11). Ilmu Hudhuri sudah pasti benar karena yang datang adalah obyek ilmunya langsung, sedang ilmu Hushuli belum tentu benar, karena info.</div><div><br />(12). Kalau dasar dari Hushuli itu adalah argumentasi yang kuat dan gamblang, maka sangat mungkin ia merupakan kebenaran. Akan tetapi derajatnya tetap saja di bawah Hudhuri. Karena info tentang kurma dengan makan kurma itu berbeda sama sekali.</div><div><br />(13). Walaupun Ilmu Huduri yang dalam hal ini adalah ilmu tentang Tuhan itu adalah pasti benar (tentu yang hakikinya, bukan yang khayalannya atau dakwaannya atau perasaannya saja), dimana sudah dikatakan bahwa tidak akan melebihi batasan yang tahu hingga karenanya dikatakan bahwa Allah itu Lebih Besar, namun demikian, ilmu tersebut tetap bisa dikatakan benar. Artinya, walaupun orang buta mengerti gajah seukuran telinga yang dirabanya, tapi ia tetap saja bagian dari gajah dan tidak dusta. Ini contoh materinya. Sementara Tuhan bukan materi. Karena itulah, orang yang mengatakan bahwa ia merasakan kehadiranNya sebatas dirinya sendiri, maka bisa saja ia tidak dusta (tergantung pada hakikat yang dirasakan dan tanda-tanda aplikasinya). Tapi kalau mengatakan merasakan Tuhan sebagaimana Tuhan, maka ia pasti dusta, kecuali kalau bermaksud hiperbolik dalam sastra. Jadi, ilmu kita tentang Tuhan dalam Ilmu Hudhurinya ini juga memiliki gradasi, begitu pula ilmu-ilmu manusia dengan para malaikat, atau ilmu semuanya dengan Ilmu Tuhan itu sendiri.<br /><br />Sedang Ilmu Hushuli yang gamblang itu, walaupun bisa juga dikatakan pasti benar, namun demikian ia tetap di bawah Ilmu Hudhuri. Karena info tetap hanya info, bukan yang diinfokan. Akan tetapi, ia bisa dikatakan benar, karena memang infonya sesuai dengan kenyataanNya walau, sekali lagi, hanya berupa info.</div><div><br />(14). Salah satu beda Hudhuri yang didapat dengan mengaplikasikan ilmunya tentang Tuhan, dengan ilmu Hushuli yang filosofis dan argumentatif yang didapat dengan perenungan, adalah terbawanya ilmu Hudhuri itu ke mana saja walau ke kubur dan ke akhirat, akan tetapi ilmu Hushuli akan meninggalkan kita manakala kita sudah pikun dan apalagi mati.<br /><br />Itulah mengapa tidak ada filosof yang hakiki yang pernah bangga dengan ilmunya. Karena ia tahu, ilmunya hanyalah pintu pertama mengenalNya untuk diaplikasikannya. Jadi, ilmu argumentatif non taqwais atau non aplikatif, maka ia walaupun cahaya, akan tetapi merupakan cahaya pertama yang akan meninggalkan kita.<br /><br />Mana bisa orang dikatakan tahu Tuhan secara hakiki, walaupun sudah dengan menulis buku argumentasi tentang KeMaha Melihatan Tuhan dalam seratus jilid dan membuat pembacanya sampai pingsan-pingsan karena berfikir dan karena kehebatannya, tapi dalam pada itu, ia tetap melakukan riya’, maksiat, pamrih, dan seterusnya ???!!!!? Apakah bisa dikatakan bahwa ia tahu tentang keMaha Melihatan Tuhan itu dengan hakiki???? Itulah mengapa orang seperti ini, jangankan bisa melihat ilmunya di kuburan, menciumnya saja tidak akan bisa.<br /><br />Begitu pula sang ’Arif (baca yang mengaplikasikan semua ilmunya tentang Tuhan, bukan wahdatulwujud), ia juga tidak akan pernah membanggakan walau dalam hati tentang ilmu Hudhurinya itu. Karena sekali bangga, maka ia akan keluar dari Hudhurinya dan akan masuk kembali ke Hushulinya.<br /><br />Jadi, keduanya, Filosof dan ’Arif, sama-sama tidak akan pernah membanggakan dirinya walau pada dirinya sendiri, apalagi pada orang lain.<br /><br /><br /><b><i>Tambahan sedikit</i></b>:<br /><br />Ilmu Khudhri atau Hushuli yang benar itu, adalah benar dan boleh disembah kalau diyakini sebagai jauh lebih kecil dari Allah dimana dikandungi dalam takbir kita, Allahu Akbar. Tapi akan menjadi salah, kalau didakwa sebagai Ia secara hakiki, seperti orang buta yang mengatakan bahwa gajah itu lembaran SAJA.<br /><br />Itulah mengapa Imam Ja’far as mengatakan (+/-): ’Apapun yang kamu tahu tentang Tuhan, ia adalah patung buatanmu sendiri.” Artinya, bukan Tuhan secara hakiki. Karena itulah sembahlah Ia dengan ilmu kita itu, tapi selalu dinafasi dengan Allahu Akbar.<br /><br /><br /><b><i>Penutup</i></b>:<br /><br />Dengan semua penjelasan itu, apakah saudara-saudaraku sudah paham:<br /><br /><ul style="text-align: left;"><li>Mengapa alfakir selalu menekankan argumentasi gamblang ????!!!!!? Tentu saja supaya tidak salah mengaplikasikannya dan menuju Tuhannya.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Mengapa alfakir selalu menekankan aplikatifnya??!!!!? Tentu saja supaya ilmu tentang Tuhannya itu bisa dibawa mati dan ke akhirat.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Mengapa alfakir selalu menekankan ikhlash dan tanpa pamrih????!!!!? Tentu saja supaya tidak menentang ilmunya sendiri, karena hal itu akan membakar imunya itu sendiri hingga tidak tersisa untuk ke kuburan.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Mengapa alfakir selalu mengatakan hati-hati dalam agama untuk tidak ngomong sembarang- an????!!!? Tentu saja, supaya kalau salah, tidak menanggung dosa orang lain, yakni ikut dosa dan kesesatannya.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Mengapa alfakir selalu mengatakan jangan bersyair dalam beragama (hanya berkata-kata indah)?????!!!!!!? Tentu saja, karena syair-syair indah yang non aplikatif itu hanya akan menjadikan kita berhayal sudah menjadi orang muslim yang baik. Sementara hayal ini, jangankan dibawa ke kuburan, dibanding dengan ilmu hakikat yang Hushuli saja sudah jauh di bawahnya.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Mengapa alfakir sering mengatakan jangan pernah seperti wahabi yang membagi-bagi kebenaran dan kesesatan atau neraka dan surga di mana-mana seperti pewaris kebenaran dan surga-neraka itu???!!!!? Tentu saja karena ilmu Tuhan yang seperti ini, bukan tidak lagi terbawa ke akhirat, tapi akan menjadi saksi terhadap kefir’unannya, terhadap kemerasatuhanannya, kemerasamahabenarannya,..... dan seterusnya termasuk terhadap kegilaannya itu.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>Mengapa alfakir walau hati ini dipenuhi rindu tak terbatas, tapi tidak berani menyapa antum semua dengan dada penuh sesak kesombongan, keriya’an, kekotoran, kepamrihan dan kebah- lulan ini???!!!? Tentu saja karena masih mengharap pengabulanNya dan tidak akan putus asa atas rahmatNya.</li></ul><br />Wassalam.<br /><br /><br /><br /><b>Tio Adjie</b>: Allahu Akbar. Ya Allah ma’afkan kami yang pernah merasa kenal denganMu padahal kami adalah wujud yang terbatas sementara diriMu adalah yang Sempurna yang tiada terbatas. Ma’afkan kami yang berpikir bahwa perjalanan akhir pencari ilmu adalah dalil yang gamblang sementara disitu pula kami berbuat maksiat. Padahal Imam berkata tiadalah orang dikatakan tahu dan berilmu bila tidak bisa meninggalkan maksiat. Dan kami baru sadar bahwa dalil argumentatif yang tidak diaplikasikan dalam bentuk amal saleh tidak akan bisa menyelamatkan kami diakherat. Ya Allah ma’afkan kami. Terima kasih Ustadz sharing ilmunya, hanya Allah yang membalas. Salam.<br /><br /><b>Daris Asgar</b>: Sangat mencerahkan,,,Syukron Ustadz,,,...Semoga Antum sekeluarga mendapatkan Pahala Sebesar-besarnya,,,Ya Allah berikan dan jadikanlah Ilmu yang manfa’at kepada kami semua. Amin...<br /><br />January 30, 2012 at 4:02pm</div></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-48195895250211717132021-07-01T09:08:00.000+07:002021-07-01T09:08:01.381+07:00Hukum Bekerja Diperusahaan<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326176394093830/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:28</div><br /><br /><b>Sang Pecinta</b>: Salam, bagaimana hukumnya bekerja di perusahaan seperti Chevron, Freeport, Schlumberger, Total yang notabene punya USA dan kawan-kawan? Terimakasih ustadz.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b>Jack Marshal</b>: Bagaimana pula hukum bekerja pada instansi yang penuh dengan korupsi, manipulasi serta korupsi, walaupun itu milik pemerintah, dengan status kita sebagai pegawai negeri.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Kita tidak boleh bekerja di suatu perusahaan apapun (sekalipun barang halal) kalau perusahaan itu dimiliki oleh yang memerangi Islam secara terang-terangan dan/atau mendukung Israel.</div><div><br />(2). Jack: Bekerja di instansi pemerintah yang oknumnya banyak mengkorupsi harta rakyat yang ada di negara, maka kalau pekerjaannya itu halal (seperti PEMDA bagian pertanian) dan tidak mendukung korupsi-korupsi itu, baik dengan ikut mengambil uangnya atau dengan membantunya atau mendukungnya, maka pekerjaannya tidak haram dan begitu pula bayarannya.<br /><br /><br /><b>Jack Marshal</b>: Nanya lagi ustadz, kalau mengkomsumsi barang produk dari perusahaan yang mendukung musuh islam gimana, macam makanan, minuman, alat RT, dan lain-lain. Terimakasih.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Membeli barang-barang, apa saja, dari orang, perusahaan atau siapa saja yang mendukung dengan menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk Israel dan semua yang memerangi Islam secara terang-terangan, maka hukumnya adalah haram.<br /><br />Wassalam.<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Rahman Gajali</span></b> menyukai ini.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-30475287289700091642021-06-19T09:49:00.005+07:002021-06-19T09:50:05.966+07:00Anjuran/Pertimbangan Untuk Menyimpan Catatan-Catatan Ustad Sinar Agama<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326176077427195/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:27</div><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Sebenarnya aku malu menulis ini:<br /><br />Teman-teman fb yang selalu kucintai dan kudoakan. Kalau antum memang telah baik sangka pada alfakir ini, lalu telah sempat membaca tulisan-tulisan alfakir, lalu terlihat kebenaran argumentnya secara gamblang, maka kalau bisa, copy pastelah ke HP, komputer dan hafalan antum. Hingga dapat membantu menyinari teman-teman lainnya dimana saja antum menjumpai mereka. Jangan berusaha jadi ustadz, karena hal itu bisa menyimpangkan niat karena Allah kita kepada dunia fana ini (seperti kehormatan, amplop, harga diri dan semacamnya), tapi berusahalah menjadi hamba dan budak Allah seutuhnya. Itu saja. Jadi, belajar, berenung, menulis, ngesave, ngengopy paste dan menghafal serta membantu yang lainnya, adalah salah satu dari sekian ribu tanggung jawab yang harus dipikul untuk menjadi budakNya secara utuh. Afwan banget. Kutulis ini, karena banyaknya hamba-hamba Tuhan yang harus disantuni dan banyaknya tanggung jawab yang harus kita lakukan untuk menjadi budakNya yang diterimaNya.<br /><br />Salah satu alasannya yang lain, takut juga suatu saat fb ini menutup dirinya sendiri karena sudah seperti bumerang saja bagi zinonist dan wahabi. Jadi, kurasa sayang, kalau memang cocok dengan tulisan-tulisan itu, kalau suatu saat tidak bisa lagi menjangkaunya.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b>Andi Zulfikar</b>: Subhanallah ustadz sungguh antum benar-benar guru yang lurus semoga Allah mengasihani ustadz sekeluarga selamanya jangan lupakan aku selalu ustadz...mengenai fb terus terang itu juga yang saya khawatirkan kalau suatu saat itu ditutup dimana lagi kita dapat bertemu (saya sangat berharap/berkomunikasi dengann yth ustadz sinar agama.. besar harapanku jika suatu saat ustadz sudi memperkenalkan diri jangan lupakan aku untuk dapat hadir di majlis- majlis ilmu ustadz sinar agama.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih banget atas semua jempol dan komen-komennya yang membuat ana sendiri menangis di depan komputer. Karena memang ingin saling cinta, saling doa, saling belajar dan diskusi dengan terbuka dan ikhlash karena Allah, dan ,,,, sudah tentu ingin sekali diterimaNya sebagai budakNya. Dan kuulangi lagi, kalau doa, seperti-nya tidak ada hari tanpa doa dan tawassul untuk antum semua, semoga antum juga mengingatku dalam doa-doa antum di luar fb ini. Terimakasih.<br /><br />Sebenaranya aku ingin meminta antum semua untuk benar-benar merenungi apa yang kutulis dari hasil belajar puluhan tahun secara intensif ini. Memang lamanya belajar, tidak menjamin kebenaran, tetapi setidaknya, puluhan tahun dibimbing guru-guru besar dan mujtahid, maka sesedikit-sedikitnya yang nyantol, sangat diharapkan ada warna kebenarannya.<br /><br />Tapi ana malu mengajak antum seperti itu. Karena, kalau ada benar, kebenaran itu ada dimana- mana juga. Begitu pula seakan-akan aku telah mendakwa diri benar hingga mengajak antum seperti itu. Tetapi mengingat berlumutnya pantat ini karena belajar agama, ingin rasanya bertiak(berteriak) kepada antum semua untuk merenungi dan mengambil ukiran-ukiran tangan lemah ini.<br /><br />Jadi, ajakanku kepada tulisanku itu adalah ajakanku kepada guru-guru pengajarku, tetapi bagaimana bentuk ajakannya? Ingin mengajak, tetapi malu, takut juga pada Tuhan, tetapi memang dalam hatiku tulus, toh aku sinar agama (kalau aku adalah identitas yang dikenal antum, mungkin akan menjadi sombong dan riya’), begitulah kecamuk hari ini. Kecamuk antara rasa ingin mengatakan bahwa yang kutulis itu adalah ilmu-ilmu yang kukumpulkan puluhan tahun, walau seringkas tulisan di fb, dan antara rasa malu yang tidak terhingga, disamping rasa takut padaNya. Begitu-lah kecamuk itu.<br /><br />Karena itu, kutulis semua itu dengan penuh rasa malu dan rendah diri yang tidak dibuat-buat, artinya bukan tawadhu’ karena memang tidak ada jaminan. Karena itu pula kutulis:<div><br />(a). Kalau telah baik sangka, padahal aku ingin dibaik sangkai karena memang merasa di hadapan Allah tidak ingin menipu siapapun. Tetapi kepercayaan itu kan hak orang lain yang tidak bisa dipaksa bahkan mungkin dipinta.<div><br />(b). Kalau telah sempat membaca tulisanku. Padahal kuingin antum benar-benar menyempatkan diri untuk membacanya.</div><div><br />(c). Kalau telah melihat kebenarannya. Sekalipun aku sudah yakin pada kebenarannya karena selalu dengan argument yang tidak berbelit dan gamblang, tetapi karena kita tidak makshum (dosa dan lupa), maka kan bisa saja salah hitung, hingga yang kita kira benar, ternyata masih salah. Atau kalaulah sudah benar, tetapi kalau antum belum melihatnya karena tidak setuju atau belum memahaminya, kan tidak bisa diajak menghafalnya.</div><div><br />(d). Kalau bisa savelah dan hafalkanlah. Padahal aku sebenarnya ingin antum mengesave dan menghafalkannya sebagai bekal dunia-akhirat dan juga bisa membantu orang lain.</div><div><br />(e). Terakhir, karena takut pula ajakanku ini membuat yang mengamalkan ingin menjadi guru atau ustadz (bagi yang percaya ajakanku), maka kukatakan bahwa semua itu untuk diri kita sendiri dan sekalipun membantu orang itu harus dilakukan karena Allah. Jadi, belajar dan menghafal itu untuk diri kita dan jangan sampai untuk selain kita walaupun nantinya harus membatu yang lainnya. Artinya, belajar dan membantu itu semua untuk diri kita sendiri agar selamat dari sikasaNya, karena itu kukatakan untuk menjadi budakNya.<br /><br />Dan aku sengaja tidak memilih kata “hambaNya”, karena dalam kata-kata ini terdapat kemulian dan pemuliyaan diri kita. Karena itu, supaya tidak merasa apapun walau sudah alim dan bisa membantu orang lain, maka kukatakan menjadi BudakNya, hingga kehinaannya lebih terasa pada diri kita yang wajib selalu merasa hina di dunia dan akhirat. Karena dunia akhirat, semuanya adalah kerajaanNya semata.<br /><br />Akhirnya kuceritakan gelora cintaku pada antum semua, afwan kalau tidak berkenan dan benar- benar maafkan aku. Bukan ingin menggurui, tetapi ingin menjadi saudara yang bisa saling mengisi.<br /><br />Ketahuilah teman-teman yang selalu kucintai dan kudoakan, bahwa agama itu bukan puisi indah yang hanya bisa diungkap dengan keindahan kata. Tetapi ia merupakan hakikat yang nyata yang meminta kegigihan belajar dan aplikasi. Artinya, agama itu bisa dikatakan pahit kalau dilihat dari jerih payah yang harus dilakukan. Tetapi kalau dilihat dari sisi Kasih SayangNya, maka sudah tentu hati dan akal kita akan senang walu mati berlimang darah sekalipun. Apalagi hanya belajar berjam-jam dan mengamalkan dengan tekun dan serius.<br /><br />Yang alfakir lihat, banyak sekali menjadi agama ini hanya sebagai kekaguman belaka hingga mengukir isi-isinya dalam bentuk kata-kata yang indah. Hal itu jelas tidak salah, tetapi akan menjadi bumeerang, kalau kita hanya pandai melaukan itu semua. Jadi, harus dibarengi dengan aplikasi yang serius. Tetapi kita biasanya serius jaga makan, serius cari uang, tetapi tidak serius dalam masalah-masalah aplikatifnya agama ini, disamping tidak serius pula dalam mencari kedalaman ajarannya.<br /><br />Karena itu, kalau tidak ingin merugi, maka gunakanlah satu atau dua jam dari setiap hari umur antum semua, untuk mempelajari agama dengan serius dan mengaplikasikannya dengan gigih, ketar, serius dan karena Allah. Keras pada diri sendiri, tetapi santun pada orang lain.<br /><br />Untuk mencari guru tempat bertanya, maka carilah guru, baik di nyata atau di maya, yang memang benar-benar mumpuni dan mengerti agama yang juga hidup serius dalam agama dan aplikasi. Bukan yang menjadikan agamanya sebagai selingan hidupnya. Karena yang demikian akan mengurangi kemampuan berfikirnya atau keberfokusan berfikirnya, hingga sangat bisa melakukan berbagai kesalahan. Itulah pentingnya memilih guru agama dalam islam.<br /><br />Sebenarnya aku ingin berteriak seperti ini:<br /><br />“Hai teman-teman, demi Allah, kubur dan hisab itu benar-benar ada di belakangmu. Mengapa kamu masih bisa tertawa, terlebih masih sanggup meyakini sebegtu rupa kebenaran kamu. Kalau kamu benar, apa buktinya? Kalau sudah terbukti apa aplikasinya? Lalu mengapa hari-harimu ini hanya dijadikan tempat bernafas, makan, kerja, ... tetapi tidak mengerti dengan argumentasi bahwa kamu sudah pasti diterimaNya. Dan kamu hanya mencukupkan dengan shalat dan puasa. Sementra tanggung jawab masih terlalu banyak untuk disebutkan. Begitu pula, apakah akan sangat bisa menolong, shalat yang dilakukan dengan lewat saja, kering tanpa makrifat dan ketaatan mutlak di luar shalat? Mengapa kamu tidak bertanya tiap menit, apakah kamu sudah benar dan diterimaNya? ...dan seterusnya.”<br /><br />Karena itulah, maka marilah kita lebih serius menghadapi kuburan itu, seserius menghadapi ujian semester. Sebenarnya mesti lebih serius lagi memikirkan kuburan, karena yang akan ditanyakan banyak sekali dan penilainya Tuhan sendiri. Tetapi kalau kita menghadapi dan mempersiapkan kuburan itu seserius menghadapi ujian semester, maka kita sudah bisa dikata, calon-calon orang yang akan selamat, in syaa Allah. Wassalam.<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Hendy Laisa</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">Rahman Gajali </span></b>menyukai ini.</div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-19756308712318809082021-06-19T08:57:00.005+07:002021-06-19T08:57:31.941+07:00Yang Mana Harus didahulukan Belajar Aqidah, Akhlak, Atau Fikih<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326174667427336/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:25</div><br /><br /><b>Jack Marshal</b>: Ustadz, saya punya teman yang tidak pernah belajar dan mengamalkan agama dari kecil, setelah menikah dia sering tanya masalah aqidah, akhlaq maupun fikih sama saya, saya jawab menurut NU karena saya belajarnya dulu NU, sekarang saya tertarik belajar sama ustad, apakah harus saya sampaikan ke kawan saya yang dari ustadz. Mana yang lebih didahulukan belajar aqidah, akhlak, apa fikih. Terimakasih.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Biasanya untuk berdakwah itu, harus mendahulukan akidah. Tetapi kalau memang sudah beriman, maka bisa dikesampingkan, walaupun keimanannya masih banyak salahnya. Jadi, yang penting dia sudah beriman pada Tuhan dan Nabi saww dulu.</div><div><br />(2). Jadi yang disampaikan padanya, terlebih dahulu adalah, mengapa Tuhan itu menurunkan agama. Jadi, masuknya lewat filsafat agama.</div><div><br />(3). Saya menjelaskan ini karena saya memahami dari pertanyaan antum itu bahwa ia muslim tetapi tidak pernah beramal Islam.</div><div><br />(4). Kalau benar, maka saya akan teruskan. Bahwa setelah memahamkan filsafat agama, yakni mengapa Tuhan menurunkan agama dan untuk apa, maka diteruskan pada konsekwensinya, yakni apa konsekwensi kita dalam menghadapi agama itu.</div><div><br />(5). Setelah ia yakin bahwa Tuhan memang seyogyanya menurunkan agama, untuk mengatur manusia dengan dirinya, dengan manusia lainnya, dengan alam lingkungannya, dengan Tuhannya, dengan akhiratnya ....dan seterusnya. maka sudah bukan lagi bahwa agama itu sebagai tugas bagi kita sebenarnya, akan tetapi bahkan kasih sayang Tuhan bagi kita manusia. Jadi, agama bukan lagi suatu tugas dariNya, tetapi kasih sayang dariNya. Karena kalau tidak, maka kita akan saling menjajah, menjarah, membunuh, menjajah, dan seterusnya seperti kehidupan binatang yang tidak berbudaya dan tidak menjadi makhluk atau wujud mulia. </div><div><br /></div><div>(6). Setelah itu, barulah diajari fikih dan lain-lainnya, termasuk memperdalam lagi akidahnya. Wassalam.<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Ammar Dalil Gisting</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">Rahman Gajali </span></b>menyukai ini.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-83399089360743017232021-06-19T08:43:00.004+07:002021-06-19T08:43:37.975+07:00Sistem Dan Materi Pembelajaran Kepada Anak- Anak di Negeri Iran<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustad <span style="color: #990000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326173997427403/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:24</div><br /><br /><b>Ari Yani</b>: Asslamu’alaikum. Ustadz kalau di Iran sistem dan materi pembelajaran yang diberikan kepada anak-anak seperti apa ya. Terima kasih. Wassalam.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #990000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<br /><br />Sistem yang diberikan sudah sangat islami sekali. Tetapi bukan berarti islami ala teroris yang kaku dan keluar dari Islam itu. Ia didasarkan pada rasa santun yang luar biasa dan pendewasaan anak. Karena itu, seorang anak di sana harus berani dengan sopan menyoal guru atau orang tuanya, kalau tidak memahami atau tidak menyetujui seuatu yang didengar atau dilihat, untuk mendapatkan dalilnya -kalau ada dalilnya- atau mengingatkan -kalau memang tidak ada dalilnya.<br /><br />Dalam kecamuk ilmu dan peradaban itu, yang tua ikhlash menyayangi yang muda dan yang muda ikhlash menghormati yang tua. Jadi, hiruk pikuknya dialog dan perdebatan itu, kedua hal itu tetap terlihat dari dua arah. Tidak seperti di tempat lain dimana yang tua harus diterima terus oleh yang muda (disamping harus dihormati). Jadi, di Iran, yang ada saling cinta dan memposisikan masing-masing posisi sosialnya, tetapi semua itu tidak boleh sampai mengkebiri nilai kebenaran dan peradaban.<br /><br />Namun demikian, ketegasan ilmu itu tidak berarti saling hujat dan kaku, tetapi saling diskusi dan tanggung jawab. Di Iran, kalau ayah marah kepada anaknya, anaknya dilarang menundukkan kepalanya. Artinya, disuruh membela diri kalau memang ia benar. Bayangin, ayah yang marahpun masih dengan santun memberikan hak bela diri pada anaknya.<br /><br />Nah, dasar seperti ini sangatlah penting dalam peradaban manusia dan apalagi dalam mendasari sistem pendidikan. Karena itu, yang akan dimunculkan oleh sistem yang didasari pada hal-hal seperti di atas itu, adalah mencetak yang lebih muda untuk selalu menjadi lebih alim dari yang seniornya atau yang lebih tua. Seorang ayah dan guru atau profesor atau mujtahid, akan sangat senang kalau anak atau muridnya telah benar-benar bisa mengalahkannya dan lebih tinggi darinya. Mereka senang karena berarti metodologi pendidikannya sudah benar. Mana ada jaman yang mundur? Karena itu, kalau hasilnya sama, apalagi lebih rendah, maka para kaula tua/senior itu telah gagal dalam membuat sistem pendidikan.<br /><br />Nah, dari filsafat seperti itulah, ditambah lagi dengan wejangan-wejangan lainnya yang datang dari Islam, maka semua sistem pendidikan di Iran, sejak dari taman kanak-kanaknya, sampai universitasnya atau hauzah kelas tingginya, disusun dan disusun, dimajukan dan dimajukan.<br /><br />Satu lagi kerja besar Iran kemarin. Bahwa setelah 10 tahun para profesor dan mujtahid merembuk-kan sistem pendidikan yang mandiri diri dari barat dan timur, maka mereka, sekitar sebulan yang lalu telah meluncurkan sistemnya sendiri. Semoga dapat diaplikasikan dengan lancar dan tidak menemukan sesuatu kekurangan dan halangan yang fatal. Wassalam.<br /><br /><br /><b>MuSe Smoke</b>: Salam..., permisi ustadz, ikut menambah pertanyaan..., adakah faktor-faktor yang mempengaruhi sempurnanya sistem pendidikan seperti yang ada di Iran, dengan melihat sisi manusia yang kompleks ?, Mohon penjelasannya, sukron.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Muse: Saya kurang paham terhadap kekompleks-an manusia yang antum maksud. Kalau maksudnya adalah pengendara hawa nafsu dan keinginan-keinginan dunia yang bermilyarand macam, yang tidak mau susah tetapi mau masuk surga, yang mencukupkan dengan hal-hal kering, shalat kering, puasa kering dan penuh lawak ...dan seterusnya ... tetapi mau masuk surga; yang hubungannya antar laki dan perempuannya tidak karu-karuan tetapi mau masuk surga, yang lari dari hukum Islam tetapi mau masuk surga, yang menentang hukum-hukum Tuhan tetapi sok khusyuk pada Tuhan ..........dst maka hal seperti ini di dilarang bukan hanya ketinggalan jaman, tetapi benar-benar sudah dianggap barang purba.<br /><br />Tetapi kalau maksudnya adalah manusia yang kompleks karena ketinggian manusia itu tidak diketahui karena ia jauh sekali di atas malaikat, maka benar apa yang antum katakan. Bahwa pendidikan dan peradaban di sana itu sudah didasari pada hal-hal itu sejak sebelum revolusi. Hal itu, karena silih bergantinya para marja’ disana. Tetapi setelah revolusi tentunya, bukan hanya semacam mendasari dengan nasihat dan amal-amal yang tidak wajib dan pelanggarnya tidak didenda, tetapi diiringi dengan revolusi amal yang diserta dengan sanksi-sanksi yang perlu. Hal itu karena sudah memiliki negara yang sudah tidak numpang lagi pada raja-raja yang seperti mengaku titisan dewa seperti raja-raja lainnya, seperti di Ingris, Saudi dan beberapa negara- negara arab lainya.<br /><br />Wassalam.<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Sattya Rizky Ramadhan</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">2 orang</span></b> lainnya menyukai ini.<div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><br /></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-68038828018709887552021-06-19T05:58:00.007+07:002021-06-19T05:58:59.121+07:00Syarat-Syarat Memindahkan Kuburan<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326173647427438/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:23</div><br /><br /><b>Tini Agustini</b>: Assalamualaikum ustadz apakah boleh memindahkan kuburan, Kalau boleh apakah ada syarat-syaratnya, apakah jenazahnya harus di sholatkan lagi dan harus di bacakan talkin lagi syukron?<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<br /><br />Menggali kuburan itu tidak boleh/haram. Yang dibolehkan hanya dalam beberapa hal. Tapi kalau sudah dilakukan dan waktu dikuburkan dulu sudah dishalati, maka ketika mau dikuburkan untuk ke dua kalinya itu, tidak perlu dishalati.<br /><br />Kalau ana boleh tahu, mengapa mau memindahkan kuburan? Supaya nanti dapat diketahui, apakah jenis yang boleh atau jenis yang umum, yaitu yang haram. Afwan.<br /><br /><br /><b>Tini Agustini</b>: Kakak saya waktu meninggal di Jakarta di kuburkanya di Bandung, karena waktu itu keadaaan darurat jadi dikubur di Bandung tetapi sayang kuburannya kurang terawat kondisi kuburannya rusak ... atas kesepakatan keluarga besar harus di pindahkan ke Singaparna karena ada makam keluarga jadi bisa terawat dan keluarga besar bisa berziarah ke makam kakak saya<br /><br />.... Gimana ustadz ????<br /><br /><b>Tika Fauzi</b>: Salam wa rahmah ustadz. Kalau ga salah di Jakarta ada jangka waktu dan biaya rutin. Kalau kaya gitu boleh dipindah ke pemakaman keluarga? Mohon pencerahannya.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Tini: Hal yang antum sebutkan itu tidak menghalalkan pemindahan. Yang boleh memindah kubur atau menggali kubur itu kalau dimakamkan di tempat/tanah haram (di tanah orang lain tanpa ijin), atau mau dipindah ke tempat berberkah seperti di dekat kuburan Nabi saww dan imam makshum as.<br /><br />Tika: Kalau harus ada biaya rutin, maka wajib dibiayai secara rutin. Karena dari awal sudah diputusi di kubur di tempat yang berbiaya itu. Kalau tidak mampu membayarnya, dan kuburannya akan diisi orang lain, maka yang menggali itu yang dosa. Kalau hal itu akan terjadi, bilang saja pada yang ngurus untuk tidak membuang tulang belulangnya. Baru kala itulah, yakni kala digali olehnya itulah, maka tulang belulang itu diminta dan dimakamkan di tempat yang dikehendaki pada kehendak kedua tersebut.<br /><br /><b><br /></b><div><b>Jack Marshal</b>: Bolehkah kuburan non muslim dikuburkan dikomplek makam muslim yang tanah makamnya berasal dari wakaf yang dikhususkan orang muslim, dulu di tempat saya ada orang nonmuslim meninggal ditolak, sama warga dibelikan makam di lain tempat yang umum. Terimakasih ustadz.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Jack: Sebagaimana muslim tidak boleh dikuburkan di pekuburan non muslim, begitu pula sebaliknya.<br /><br />Tini: Kalau sudah dilakukan, ya istighfar dan untuk ke depan jangan melakukan sesuatu kalau belum tahu hukumnya. Yang jelas, kalau sudah digali (walaupun haram karena alasannya tidak syar’i), maka sudah tidak wajib lagi dikuburkan di kuburannya yang pertama.<br /><br />Wassalam<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Chi Sakuradandelion</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">Radinka Setra </span></b>menyukai ini.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-28015032320239663982021-06-19T05:49:00.001+07:002021-06-19T05:49:18.634+07:00Kawin Lari Yang Disebabkan Dia Tidak Mau Dinikahkan Dengan Pilihan Orangtuanya<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326173147427488/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:22</div><br /><br /><b>Komariah Hermansyah</b>: Maaf mau tanya komennya tentang kawin lari yang disebabkan dia tidak mau dinikahkan dengan pilihan orangtuanya yang tanpa sepengetahuannya pelaminan udah siap, tetapi tanpa minta persetujuannya terlebih dahulu apakah dosa? Dan anak yang tidak bisa merawat orangtuanya saat sakit, karena suaminya meminta dia mempertahankan pekerjaannya, apakah dosa?<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<br /><br /><div>(1). Kawinnya seorang wanita yang bukan janda memiliki syarat imbal balik dengan walinya (ayah/ kakek dari ayahnya). Artinya, anak wanitanya tidak boleh kawin tanpa ijin/restu ayahnya dan begitu pula sebaliknya. Jadi, kedua belah pihak, tidak boleh saling memaksakan. Tidak boleh, yakni melanggar hak. Dan melanggar hak orang lain, sudah tentu bisa bedosa.<br /><br /></div><div>(2). Seorang wanita yang sudah berumah tangga, maka seluruh kewajibannya mengikuti rumah tangganya sendiri. Artinya, tanggung jawab kepada orang tua itu sudah banyak berkurang. Apalagi seorang wanita.<br /><br />Tapi dalam kondisi yang ditanyakan itu, karena si istri tidak wajib kerja kecuali kalau sudah saling sepakat dengan suaminya, maka -kalau tidak saling sepakat- dianjurkan konpromi. Artinya, kalau bisa minta cuti dari tempat kantornya dan cutinya tidak membuat hasil kerjanya menipis hingga membuat penderitaan keluarga, maka sabaiknya suaminya memberikan konpromi, walau dalam waktu tertentu saja.<br /><br />Tetapi kalau suaminya tidak memberi ijin merawat orang tuanya, dengan alasan apapun, larangannya itu tidak bisa dilanggar oleh istrinya. Karena itu, maka istrinya itu tidak akan didosa karena tidak akan terhitung maksiat dalam ketidakmenolongan kepada perawatan orang tuanya itu.<br /><br />Wassalam.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-2196440496259353522021-05-07T03:54:00.001+07:002021-05-07T03:54:19.098+07:00Kurikulum Hauzah<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">seri tanya jawab Adil Privatama dengan <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326172577427545/ by Sinar Agama (Notes) on Monday, December 26, 2011 at 1:39pm</div><br /><b>Adil Priyatama</b>: Assalamu’alaykum. Mohon penjelasannya, kalau boleh, mengenai kurikulum inti yang diajarkan di hauzah selama 30 tahun itu, baik secara global maupun rincinya (mata pelajarannya, pengantar-pengantarnya, waktu belajarnya, metode belajarnya, beserta buku-buku rujukannya baik yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maupun yang masih dalam bahasa aslinya.)<br /><br />Mudah-mudahan jawaban dari Pak Sinar akan sangat bermanfaat, utamanya bagi yang sungguh- sungguh ingin belajar, lalu mengaplikasikannya, dan menjadi insan yang lebih insani.<br /><br />Mohon maaf kalau sudah pernah dijelaskan dalam tulisan-tulisan sebelumnya.<br /><br />(Oya, terima kasih atas jawaban paket pertanyaan kemarin dan sudah ada permohonan tambahan penjelasan, mudah-mudahan Pak Sinar berkenan ’menyambanginya’ kembali manakala kebetulan ada kesempatan.)<br /><br />Afwan, terimakasih, dan mudah-mudahan Pak Sinar senantiasa dalam kebaikan dan kesehatan, sehingga bisa lebih lama menjadi wasilah antara pecinta realitas dengan Sang Realitas Tersembunyi melalui penjelasan-penjelasan agama yang dijabarkan dengan bahasa gamblang melalui pemilik account FB ini, sesuai dengan namanya, Bpk. ”Sinar Agama”. Amin. Wassalam.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b>Adil Priyatama</b>: Afwan, bukan bermaksud lancang (barangkali terkesan demikian). Tapi kami yang sungguh triliunan tahun kecepatan cahaya jauhnya dari kebenaran ini, ingin menapakinya meski hanya seujung kuku - seujung kuku, meski sekedar dari nama-nama mata pelajarannya, atau sekedar kulit-kulit bukunya...<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Hauzah sekarang ini, sudah tidak lagi bisa dilihat lagi batasannya. Kalau kita belajar 100 tahun, juga tidak akan bisa mempelajari semuanya sampai ke puncaknya.</div><div><br />(2). Saya akan menulis sedikit tentang jalur-jalur pokok di hauzah. Yaitu untuk menjadi MUJTAHID FIKIH dan menjadi FILOSOF.</div><div><br />(3). Untuk menjadi Mujtahid, minimalnya belajar sebagai berikut:</div><div><ul style="text-align: left;"><li>(a). Bahasa Arab: Termasuk Sharf dan Nahunya. Buku yang dipakai adalah Jaami’u al- Muqaddimaat, dimana di dalamnya juga ada ilmu Logikanya secara ringkas. Kitab ini diselesaikan dalam dua tahun.</li></ul><ul style="text-align: left;"><li>(b). Setelah itu masih melanjutkan bahasa Arabnya dan Logikanya. Kitab yang dipelajari kalau di hauzah orang-orang Arab adalah: Untuk Nahunya, Syarah Alfiah Ibnu ‘Aqil, lalu setelah selesai ke kitab Mughni al-Labiib. Dan untuk sastranya, memakai kitab Balaghatu al-Waadhihah yang diteruskan ke kitab Syarhu al-Mukhtashar Taftaazaani. Dan untuk Logika memakai kitab Mantiqu al-Muzhaffar. Oh iya, untuk hauzah arab ini, bahasa arab yang dipelajarinya sebelum kitab Syarhu al-Alfiyah itu adalah al-Tashriif. Lalu nahunya, Nahwu al-Waadhih yang diteruskan ke Quthru al-Nadaa, lalu ke kitab-kitab yang sudah disebutkan itu.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tapi kalau hauzah Parsi atau selain Arab, untuk Nahunya memakai kitab Syarhu al-Alfiyah al- Suyuuthii, lalu diteruskan ke Mughni al-Labib. Dan untuk sastranya adalah sama. Sementara Logikanya memakai kitab al-Haasyiyah.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tingkatan ini dilalui dalam waktu 3 tahunan. Dengan yang di atas sudah menjadi 5 tahun. Tentu saja, untuk jaman-jaman sekarang ini, masih banyak lagi yang dikaji selain pelajaran itu. Hingga di Hauzah Qom yang untuk orang asing, selain pelajaran-pelajaran di atas itu, masih wajib juga belajar tajwid, tafsir, hadits, akidah, fikih sampai sekitar 62 materi pelajaran.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tingkatan di atas itu diistilahkan dengan tingkatan Mukaddimah.</div></blockquote><div><br /></div><div><ul style="text-align: left;"><li>(c). Setelah itu mulai belajar fikih berdalil dengan memakai kitab Lum’ah atau kitab lainnya. Kitab ini diselesaikan dalam waktu 3 tahun. Lalu diteruskan ke kitab fikih al-Makaasib yang diselesaikan dalam waktu 5 tahun.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Di samping belajar fikih berdalil tersebut, juga secara berbarengan, belajar Ushul Fikih. Dimulai dengan kitab al-Ma’aalim yang diselesaikan dalam waktu 1 tahun. Lalu diteruskan ke kitab Ushulu al-Muzhaffar yang diselesaikan dalam waktu 2 tahun. Lalu diteruskan ke kitab Rasaa-il yang diselesaikan dalam waktu 3 tahun. Lalu diteruskan ke kitab Kifaayatu al-Ushuul yang diselesaikan dalam waktu 2-3 tahun.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tentu saja, masih ada pelajaran sampingan-sampingan yang banyak seperti tafsir lanjutan, hadits, rijal dan seterusnya.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Pelajaran atau tingkatan di atas itu diistilahkan dengan Sutuuh.</div></blockquote><div><br /><ul style="text-align: left;"><li>(d). Setelah itu barulah masuk ke kelas yang diistilahkan dengan Bahtsu al-Khaarij. Yakni pembahasan luar kitab. Artinya, belajar ke mujtahid yang sudah tidak lagi memakai kitab. Tapi memakai fatwanya dan pendapatnya sendiri. Dan seorang murid yang belajar di sana sudah harus melatih diri untuk berijtihad. Karena itu, harus membantah gurunya kalau dianggap dalilnya tidak kuat. Karena itu kalaulah tidak sepaham, seorang murid tidak harus menerima pendapat gurunya dan ia sendiri bisa berpendapat lain dan bahkan bisa menulisnya. Tentu kalau penulisan itu, akan diterima sekalipun tidak sama dengan gurunya, kalau ia sudah senior atau lama balajar di Bahtsu al-Khaarij ini.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tingkatan ini disebut dengan tingkatan Khaarij. Dan pokok yang dipelajari adalah Fikih Berdalil dan Ushul fikih. Tentu saja masih ada pelajaran-pelajaran lainnya seperti tafsir, hadits, rijal...dan seterusnya yang merupakan kitab-kitab lanjutan dari yang sebelumnya.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tingkatan ini, bisa ditempuh dari sejak 7 tahun sampai 20 tahun atau bahkan lebih. Tergantung kepada guru yang mengajarnya. Semakiin lama, maka semakin dalam dan hasil mujtahid yang dihasilkan akan menjadi makin a’lam (makin pandai) dari yang pelajarannya pendek. Akan tetapi, ada juga orang jenius yang walau belajar yang pendek, ia bisa mendalaminya sendiri sampai menjadi yang termasuk A’lam seperti Ayatullah Baqir Shadr.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Kalau semua yang dilalui itu lulus ujian sampai ke tingkatan Khaarij ini, maka barulah ia mendapat surat keijtihadan dari pengujinya. Dan penguji akhir ini, tidak mesti gurunya sendiri, tapi bisa juga mujtahid lain yang juga sudah memiliki surat keijtihadan dari yang sebelumnya.</div></blockquote><div><br /><i><b>Catatan</b></i>:<br /><br />Untuk masa panjang pendeknya belajar, tergantung kepada situasinya. Di Iran, khususnya setelah revolusi, masa tersebut sudah dipendekkan, yakni masa pelajaran Mukaddimah dan Sutuuh. Kedua tingkatan ini sudah dijadikan 10 tahun. Jadi, diperpendek dari cara lama sekitar 4-5 tahun.<br /><br />Tentu saja, dengan berbagai cara untuk memenuhi dan mengisinya hingga semua pelajaran- pelajaran tersebut bisa diselesaikan dalam waktu 10 tahun itu. Misalnya dengan membayari bayaran bulanan yang bisa dibuat belanja hingga seorang murid tidak perlu bekerja. Sehingga dengan itu bisa memperbanyak waktu belajarnya. Kalau untuk orang luar negeri, maka dipres sedemikian rupa hingga bisa menjadi 9 tahun.<br /><br />Dengan program yang sudah dimapankan dari sisi efisiensi waktu yang disebabkan kemudahan biaya hidup (walau sederhana sekali), maka untuk mencapai ?? ijtihad itu, kalau sungguh- sungguh, bisa ditempuh dalam waktu sekitar 20 tahun, atau lebih pendek (tapi tidak a’lam).<br /><br /></div><div><br /></div><div>(4). Untuk menjadi Filosof:<br /></div><div><ul style="text-align: left;"><li>(a). Setelah belajar Logika di atas itu, maka pelajaran yang harus dipelajarinya adalah akidah dengan memakai kitab al-Baabu Haadi ’Asyr yang diselesaikan dalam waktu 1 tahun. Lalu dilanjutkan dengan Syarhu al-Tajriid yang diselesaikan dalam waktu 2 tahun.</li></ul><ul style="text-align: left;"><li>(b). Lalu mempelajari kitab filsafat yang dimulai dengan kitabnya Allaaamah Thaba Thabai ra yang berjudul Bidaayatu al-Hikmah yang diselesaikan dalam 1 tahun. Lalu setelah itu Nihaayatu al-Hikamah yang juga diselesaikan 1 tahun atau bahkan bisa sampai 2 tahun.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Kedua kitab ini menempati kitab lama yang dipelajari di filsafat. Karena dulunya permulaan filsafat dimulai dengan kitabnya Sibzawaarii ra yang berjudul Syarhu al-Manzhuumah.</div></blockquote><div><ul style="text-align: left;"><li>(c). Setelah itu, belajar filsafatnya Ibnu Siina ra yang berjudul al-Syifaa’ bagian Ilaahiyyaat-nya. Kitab ini diselesaikan dalam waktu 1-2 tahun.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>(d). Setelah itu meneruskan belajar filsafat dengan memakai kitabnya Mulla Shadraa ra. Kitab ini terdiri dari 9 jilid. Akan tetapi yang dipelajari hanya jilid 1, 2, 3, 6, 7, 8 dan 9. Jadi,hanya 7 jilid. Kalau kitab ini dipelajari secara cepat, maka masing-masing jilidnya memerlukan waktu 1 tahun. Tapi kalau mau normalnya, sekitar 2 tahun. Dengan demikian, kalau cepat maka diselesaikan dalam waktu 7 tahun dan kalau normal dipelajari selama 14 tahun. Tapi kadang dipelajari secara benar-benar mendalam hingga satu jilidnya saja sampai memakan waktu 6 tahun.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Dengan demikian untuk menjadi filosof memerlukan waktu sekitar 19-20 tahun.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Pelajaran ini, bisa dipelajari berbarengan dengan pelajaran-pelajaran Sutuuh dan Khaarij di atas. Tapi biasanya dan umumnya, pelajaran filsafat ini akan diperdalam ketika seseorang sudah mencapai Khaarij. Karena itu, untuk menjadi Mujtahid dan Filosof, kalau cepat, akan menjadi sekitar 25-30 tahun.</div></blockquote><div><br />(5). Untuk menjadi ’Arif (baca: Ulama Irfan):</div><div><ul style="text-align: left;"><li>(a). Setelah belajar filsafat sampai ke Ashfar, maka barulah seseorang bisa belajar Irfan atau Wahdatu al-Wujuud. Kitab pertama yang dipelajari adalah al-Tamhiid yang ditulis oleh Ibnu Turkah. Kitab ini, kalau cepat, diselesaikan dalam waktu 1-2 tahun.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>(b). Setelah itu diteruskan dengan kitabnya Muhyiddin Ibnu ’Arabi yang berjudul Fushuushu al-HIkam yang diselesaikan dalam waktu sekitar 3 tahun.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Dengan demikian, untuk bisa menjadi Irfan, memerlukan waktu sekitar 30-35 tahun.</div></blockquote><div><ul style="text-align: left;"><li>(c). Tapi kalau ada waktu, maka dteruskan dengan mempelajari kitab Irfan yang berjudul Mishbaahu al-Uns yang diselesaikan dalam waktu sekitar 3 tahunan. Tapi sepertinya kitab ini sudah tidak wajib lagi dipelajari, walaupun tetap baik dipelajari.</li></ul><br /><b><i>Catatan</i></b>:<br /><br />Kitab-kitab yang disebutkan di atas itu -semuanya- tidak bisa dipelajari sendiri. Yakni tidak bisa dipahami. Jadi, harus memakai guru.</div><div><br />(6). Pelajaran-pelajaran yang disebutkan itu hanya sedikit dan paling tidaknya kitab yang diperlukan. Tapi pelajaran Hauzah, dengan berbagai spesialiasi yang dibentuk di jaman sekarang ini, khususnya setelah revolusi Iran, masih banyak lagi kitab-kitab yang harus dipelajari untuk menjadi spesialis dalam bidang-bidang tertentu.<br /><br />Tentang Imam Mahdi as saja, ada Universitasnya sendiri. Bayangin, hanya membahas Imam Mahdi as saja, ada S1, S2 dan S3-nya. Berapa ribu makalah dan berapa ratus skripsi, tesis dan desertasi yang hanya menulis tentang Imam Mahdi as. Itulah mengapa saya katakan sekarang Hauzah itu sudah tidak bisa dibatasi lagi.<br /><br />Begitu pula untuk menjadi Allaamah dalam hadits, dalam Kalam dan seterusnya.<br /><br />Akan tetapi, yang ditulis di atas itu, yakni di pelajaran-pelajaran pokok untuk menjadi Mujtahid, Filosof dan Irfan. Karena semua itu sudah menjadi bekal yang bisa sangat dikatakan cukup dan bahkan istimewa. Memang, karena ilmu itu tidak ada batasnya, maka sang mujtahid dan filosof dan irfan itu, tetap bisa mendalami terus hingga menjadi mujtahid juga dalam bahasa arab, tafsir, hadits, rijal dan seterusnya. Jadi, dari tingkatan ilmu-ilmu mukaddimah sebagai bekal sebagai mujtahid itu, bisa ditingkatkan menjadi tingkatan ijtihad dalam semua bidang- bidang itu.<br /><br />Wassalam.<br /><br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Sang Pencinta</span></b> and <b><span style="color: #0b5394;">13 others</span></b> like this.</div><div><br /><br /><b>Ummi Tazkia Fathimatuz Zahro</b>: Subhanallah.. Kalau belajar di Indonesia, mungkinkah bisa mencapai itu ustadz?<br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Ummi: Bisa saja kalau kita rintis bersama. Yang kaya menyumbang dana, yang mampu menyumbang semampunya dan yang sudah belajar beberapa tingkatannya mengajarkan tingkatan yang sudah dipelajarinya.<br /><br /><b>Sang Pencinta</b>: Mari kita rintis suatu hari nanti ustadz..<br /><br /><b>Ummi Tazkia Fathimatuz Zahro</b>: Iya ustadz. Kita rintis bersama-sama untuk masa depan anak cucu kita, membuka peluang pemdidikan yang ga harus keluar negeri.<br /><br /><b>Hadi Apriadi</b>: Subhanallah..walhamdulillah wala illaha illallah wala haulla wala kuwwata illa billah.<br /><br /><b>Adil Priyatama</b>: Syukron atas penjelasannya.. Mudah-mudahan Tuhan berkenan memperhatikan Indonesia dan menyinari penduduknya dengan sinar agama-Nya yang menuntun kepada jalan lurus, jalan yang dikaruniai ni’mat, ni’mat dalam pengertiannya yang paling hakiki. Ni’mat yang Tuhan kehendaki untuk dirasakan bagi umat manusia seluruhnya, jika saja tidak enggan dan menutup diri. Dan semoga diri ini bukan termasuk orang yang enggan dikaruniai ni’mat tersebut akibat berlapisnya kebodohan dan bertumpuknya dosa-dosa. Amin.</div><div><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih sekali lagi atas semua jempol dan komen-komennya:</div><div><br />(1). Teman-temanku yang tidak pernah tidak kudoakan dan tidak pernah tidak kutawassulkan ... hauzah ini adalah jihad yang tidak kalah dengan jihad perang. Karena ia akan menadasari kehidupan menyeluruh. Jihad pedang itu diperlukan kalau diserang musuh dan semacamnya. Tapi baik dalam kondisi perang atau tidak, seperti Indonesia yang selalu damai, maka jihad yang menempati jihad perang itu adalah jihad ilmu dan budaya ini. Karena itu, kalau berminat berjihad demi membangus insaniyyah yang sesungguhnya, yang tidak hanya pandai berkata- kata sastra di masyarakat dan di hadapan Tuhan, maka mari mencoba melakukan jihad ilmu dan budaya ini dengan penuh keseriusan, pengorbanan, kesantunan, keprofesionalan ...dan keikhlashan.......</div><div><br />(2). Kalau keinginan itu hanya keinginan yang tidak aplikatif seriusis, maka itu adalah keinginan rasa dan perasaan yang masih berada di tingkatan daya-hewani, belum insani/akli. Tapi kalau disertai dengan aplikasinya yang tinggi, maka ia akan menjadikan keinginan insani/ akli.....</div><div><br />(3). Langkah pertama adalah menghilangkan rasa kecemburuan sosial diantara sesama pengikut Ahlulbait. Sebagaimana ke Sunni kita santun dan tidak memaksa, maka ke Syi’ah apalagi.<br /><br />Bangunan ilmu dan budaya ini harus dilepaskan dari segala macam merk ormas atau politik. Persis di Iran dimana Hauzah tidak dibawah wilayatulfaqih sekalipun. Artinya ia adalah mandiri hingga dapat juga dengan mandiri menilai hakikat yang terjadi tanpa adanya kemungkinan miring sana dan sini. Kalau di bawah wilyatulfaqih bisa ada kemungkinan akan membela wilayatulfakihnya yang mengepalainya walaupun terjadi kesalahah hukum dan akhlak.....</div><div><br />(4). Nah, kalau hauzah itu saja mandiri dari wilyatulwakih, mengapa hauzah di masa datang tersebut tidak bisa dimandirikan dari segala macam aliran politik atau ormas yang ada? Manfaat lain yang akan bisa didapat adalah bahwa ia akan menjadi tempat bertemunya semua aliran politik yang ada, tanpa membawa politik golongannya dan tanpa menjadi politik ke tiga. Jadi, bukan golput yang menjadi golpot (golongan politik baru).<br /><br />Memang, di Iran semuanya atau 99% dari orang-orang hauzah adalah orang-orang yang mengusung wilayatulfakih dan membelanya. Tapi sebagai konsep dan bukan sebagai dukungan pada individunya. Tentu, dukungan pada individu itu ada, tapi bersifat temporer. Yakni selama orang yang duduk di wilayatulfakih itu melaksanakan amanat-amanatnya dengan baik. Inilah yang dimaksud kemandirian itu. Artinya mereka semua berwilayatul fakih, tapi sebagai individu hauzah, tapi program hauzah dan semacamnya itu, harus diatur sendiri dan tidak di bawah wilayatulfakih. Jadi, birokrasi dan keuangan hauzah mandiri dari pengaturan wilyatulfakih.....</div><div><br />(5). Terus menghormati dan menaati di luar urusan-urusan hauzah (karena sekali lagi memang tidak di bawah wilyatulfakih) selama majlis khibrah (pemilih dan pemecat wilayatulfakih) memilih dan mendukungnya. Karena majlis Ahli Khibrah ini adalah majlis yang dipilih rakyat untuk memilih atau memecat wilayatulfakih.<br /><br />Nah, hauzah itu, karena memang harus meninggalkan dunia dalam arti sekalipun halal, mirip seperti para pendeta hindu, maka kemandirian itu memang sudah seharusnya. Karena meninggalkan segala macam kepentingan pribadi dan golongan, adalah tugas pertama seorang pelajar Hauzah yang sesungguhnya. Karena itu di Syi’ah, ulamanya juga dikatakan Ruhani atau Pendeta.......</div><div><br />(6). Langkah ke dua, adalah benar berjihad dalam pengumpulan dana. Karena di samping tanah dan bangunan, dana itu harus mencukupi kehidupan sederhana para pengajar dan murid- muridnya yang hidup memendeta dan fokus terus kepada ilmu dan budaya umatnya.<br /><br />Gotong royong tanpa merk, sebagaimana ruhani/pengajar dan calon-calon ruhaninya, adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Kalau hal ini ingin cepat diwujudkan dan menjadi tali bagi semua golongan tanpa ada sedikitpun warna di talinya itu............</div><div><br />(7). Hauzah, sudah pasti mendukung semua gerakan yang terpadu, sebgaimana mendukung negara Islam dan wilyatulfakih. Bahkan hauzahlah yang menjadi pilar-pilar bagi gerakan- gerakan itu. Tapi pada esensinya, bukan pada politik atau ormas tertentu, apalagi orang tertentu. Dan kalaupun harus mendukung, maka dukungan itu sebagai dukungan esensi. Dan kalaulah harus mendukung satu golongan, maka hal itu diserahkan kepada masing- masing ruhaninya/ulamanya sebagai penentu bagi kemaslahtan yang dilihatnya karena kita sudah percaya bahwa dia bukan pengejar dunia.<br /><br />Karena itu, jangan heran bahwa ruhani yang satu ikut golongan politik tertentu dan yang lainnya mengikuti yang lainnya. Semua itu, bukan karena kepentingan masing pribadi, karena sudah digembleng puluhan tahun di hauzah untuk tidak menyukai dunia walaupun halal, akan tetapi karena fokus taklif dan adanya kewajiban yang terlihat oleh masing- masing individu itu bisa berlainan. Jadi, warna warni tapi tetap satu. Misalnya, politik A sudah bagus, tapi untuk fokus ke Qur'annya masih kurang. Maka ruhani tertentu akan masuk ke golongan itu untuk menutupi kekurangannya itu. Begitu pula golpot (bukan golput) B dasar-dasar organisasinya masih memakai barat. Maka ruhani/ulama tertentu yang merasa mampu merubah, akan masuk ke sana untuk membimbing umat di golpot B itu mendasari golongannya dengan Islam. Begitu seterusnya........</div><div><br />(8). Nah, inilah yang dimaksudkan dengan hauzah itu harus lepas dari segala macam golongan. Karena ia akan bisa memasuki setiap golongan tanpa membawa warna baru, tapi mem- bimbing semua umat ini pada Islam yang semestinya dan, sudah tentu mengerem segala macam perpecahan dan permusuhan. Jadi, Hauzah itu bukan seperti sufi-sufi yang pergi ke gunung-gunung meninggalkan dunia. Tapi ia ada di dunia ini dan aktif banget, tapi hatinya ada di gunung menyepi sendirian dengan Tuhannya. Semua gerakannya tanpa pamrih dunia sedikitpun. Karena ia tahu, bahwa seujung jarum saja perjuangannya, aktifitasnya, asyuroannya, pendidikannya, ceramahnya, menulis bukunya, menulis fb-nya, menangisnya, ....dst dicampuri niat kepentingan dunia, maka semuanya itu tidak akan ada yang tersisa di akhirat kelak. Jadi, walaupun dunia sudah menjemputnya, dunia sudah mendekap Islam karenanya, dunia sudah mendekap Nabi saww dan Ahlulbaitnya as karenanya, dunia sudah sadar semua sudah taubat dan kembali ke Islam karenanya, tapi seujung jarum saja ia dalam melakukan semua itu memiliki kepentingan dunia, maka semua umat masuk surga kecuali dia sendiri yang akan pergi ke neraka.<br /><br />Itulah yang saya katakan bahwa kalau ingin ada hauzah, maka perlu jihad dan mengorbankan segalanya, harga diri (ego), harga golongan (seperti partai atau organisasi atau yayasan dan lain-lain), harga keluarga, harga budaya suku dan harta dan lain-lainnya. Tapi bukan kasar dan barbarian seperti wahabi, tapi penuh kesadaran dan kesantunan serta tanpa adanya sedikit saja pemaksaan. Karena kalau tidak seperti itu, maka tidak akan berhasil karena bertentangan dengan hakikat dan jatidiri huzah itu sendiri........</div><div><br />(9). Saya tahu, bahwa semua antum adalah orang baik. Tapi kata imam Ja’far as, bahwa ”Senang dunia itu (termasuk yang halal) adalah pangkal kesalahan/dosa.” Maksudnya, ketika kecen- derungan kepada suatu golongan dan ketidakcenderungan kepada golongan lain, dijadikan sebab beraktifitasnya kita dalam membangun Islam, maka hal itu bisa menjebak diri kita sendiri pada dunia ini. Tapi kalau karena Allah semata, maka apapun yang terlihat, apakah itu kebaikan lain golongan atau kekurangan golongan sendiri, maka pasti akan melakukan pengakuan dan dukungan aplikatif kepada yang benar dan akan melakukan koreksi aplikatif kepada yang salah walau golongan sendiri. Karena bagi yang kerjanya hanya karena Allah, maka golongan yang dimasukinya itu tidak lain hanya sebagai alat menaati Allah. Karena itu, maka mengapa harus cemburu dan apalagi menyerbu golongan lain yang melakukan taat?<br /><br />Teringat pada satu orang alim yang pernah tanya kepada wakil Rahbar hf tentang hiruk pikuk di negaranya, tentang sikap apa yang harus diambilnya, apakah ia harus masuk salah satu golongan yang ada atau bagaimana. Dijawab, jadilah ruhani yang sesungguhnya, jadilah guru dan pembimbing bagi semua golongan. Artinya, kalau kesadaran umat masih bermerk dengan golongannya dan golongannya itu yang dijadikan shiratulmustaqimnya, maka jang- anlah kamu memasuki golongan manapun dan jadilah pembimbing bagi mereka semua, tentu dari yang mau menerimamu. .............</div><div><br />(10). Hauzah adalah relitas masjid yang aplikatif. Hauzah adalah realitas arafah yang aplikatif. Hauzah adalah realitas tawaf dan sa’i yang aplikatif. Hauzah adalah jihad besar yang bisa dilihat. Hauzah adalah lempar jumrah yang aplikatif. Karena itu adalah peleburan dari segala macam kepentingan dunia. Karena itulah, walalupun ruhani tertentu ada di golongan tertentu, maka tetap saja dihormati masyarakat, karena masyarakat yakin bahwa ia tidak bergerak dengan kepentingan dunia sedikitpun dan pasti karena adanya tugas-tugas Ilahiyyah tertentu yang kepentingannya kembali kepada diri yang bersebrangan itu sekalipun.<br /><br />Nah, dengan uraian ini, apakah kita masih menginginkan hauzah itu? Yakni dengan keinginan filosofis aplikatif, bukan keinginan rasa dan perasaan yang hewanis????!!!? Allahu A’lam. Hanya antum-antum dan Tuhan yang tahu terhadap keinginan-keinginan antum itu. Wassalam.<br /><br /><b><i>Tambahan sedikit</i></b>:<br /><br />Untuk sebagian hauzah yang bukan untuk orang Iran, memang diatur oleh wilyatulfakih langsung. Akan tetapi hal itu hanya bersifat bantuan pengelolaan karena hubungannya dengan berbagai pusat-pusat ilmu internasional dan semacamnya.<br /><br />Btw, semua ulama dan pelajar agama hauzah adalah pengikut wilayatulfakih yang paling ekstrim, akan tetapi sebagai konsep yang aplikatif. Sedang apakah selalu mendukung yang mendudukinya, maka jawabannya adalah: MEMANG AKAN SELALU MENDUKUNG DAN MENGORBANKAN DIRI UNTUKNYA, NAMUN SELAMA YANG DUDUK TERSEBUT DIDUKUNG OLEH MAJLIS KHIBRAH (majlis pada ahli) YANG ADA.<br /><br />December 28, 2011 at 10:01pm</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-17412769810016287752021-05-07T03:10:00.001+07:002021-05-07T03:11:05.245+07:00Apakah Allah Secara Langsung Mendengar Do’a dan Menyaksikan Atau Melalui PerantaraNYA<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustad <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326172014094268/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:20</div><br /><br /><b>Bunga Cinta Kebenaran</b>: Salam Ustadz,, Sebagaimana yang Ustadz jelaskan mengenai gradasi wujud, maka ada sebab-akibat, dan kita diciptakan melalui perantara-perantara, yang saya tanyakan bahwa kalau kita berdoa, apakah Allah secara langsung mendengar do’a kita ataukah melalui perantara-perantara ?..dan apakah Allah menyaksikan kita langsung tanpa melalui perantara-perantara..? Mohon pencerahan, syukran.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terima kasih pertanyaannya:<div><br />(1). Mendengarnya dan menolongnya Tuhan terhadap doa-doa dan ijabah dari doa-doa itu, bisa dijelaskan dengan dua cara:<br /><ul style="text-align: left;"><li>(a). Cara ilmu Kalam dan Filsafat: Mendengar doa dan mengabulkan doa ini, dalam Ilmu Kalam dan Filsafat juga memiliki 2 penjelasan:</li></ul><ul style="text-align: left;"><ul><li>(a-1). Mendengar langsung. Mendengar langsung ini adalah dalam derajat ZatNya sebelum penciptaan. Karena itu, apapun yang terjadi di dunia sekarang ini, dari si fulan berdoa dan doanya dikabulkan hingga ditolongNya dan seterusnya, sudah didengar, diketahui dan diputusi dalam Zat Allah sebelum apapun terjadi.</li></ul></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Dalilnya, karena Allah itu tidak terbatas dan sebab bagi apapun keberadaan. Nah, karena itu, maka Tuhan tidak kurang suatu apapun dan tidak meluputi suatu apapun. Karena apapun dari suatu apapun itu, semuanya adalah akibatNya dan ZatNya juga tidak kurang suatu apapun. Jadi, Ia dalam ZatNya itu sudah merupakan kesempurnaan apapun dan sebab apapun. Karena itu Ia telah mendengar dan mengabulkan (atau menolak yang diminta dan memberi yang lainnya) sejak belum ada sejak, yakni sejak di maqam Zat Allah itu.</div></blockquote></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Akan tetapi, karena ZatNya itu tidak terbatas, maka tidak mungkin ada rangkapannya. Karena kalau berangkap, maka masing-masing rangkapannya itu akan menjadi terbatas. Dan kalau ZatNya terdiri dari rangkapan-rangkapan terbatas, maka pada akhirnya ZatNya juga akan terbatas, karena rangkapan keterbatasan juga akan menghasilkan keterbatasan.</div></blockquote></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Mengggabungkan dua dalil di atas ini, akan menyimpulkan secara gamblang kepada diri kita, bahwa apapun seluk beluk di dunia sekarang dan kapan saja itu, sudah ada dalam ZatNya, IlmuNya, KuasaNya, ...dan seterusnya.... akan tetapi tanpa warna warni dan bentuk-bentuk atau macam-macam. Karena warna warni, macam-macam dan bentuk-bentuk adalah keberbedaan yang saling membatasi, hingga menjadikan gabungannya sebagai sesuatu yang terbatas. Jadi, semua sudah ada dalam Zat dan Ilmu serta Kuasa Allah sejak sebelum adanya sejak, tapi tanpa keberbedaan dan kebermacaman apapun.</div></blockquote></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Ilmu, Kuasa, Kemuliaan, Pertolongan .... dan seterusnya ... ini, yakni dalam sudut pandang ini, dikatakan sebagai Ilmu, Kuasa, Kemuliaan .... dan seterusnya dalam maqam Zat.</div></blockquote></blockquote><div style="text-align: left;"><br /><ul style="text-align: left;"><ul><li>(a-2). Akan tetapi ada lagi Ilmu, Kuasa ....dan seterusnya dalam tingkat Fi’liyyahNya atau PerbuatanNya (baca: selain maqam zat). Nah, dilihat dari sudut ini, maka Tuhan mendengar doa dan menolong hambaNya ... dan seterusnya secara tidak langsung.</li></ul></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Di maqam inilah yang terus ada kehiruk pikukan dan kesibukan para malaikat. Misalnya malaikat menyampaikan doa, pesan, hajat dan seterusnya dari seorang hamba kepada Tuhan, lalu Tuhan melalui mereka mengabulkan, menolong dan seterusnya.</div></blockquote></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Bagitu pula di maqam inilah terus ada kenabian para nabi, kerasulan para rasul keimamahan para imam. Artinya, hidayah yang dari Tuhan itu disampaikan kepada umat melalui mereka- mereka as.</div></blockquote></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Begitu pula, di maqam inilah yang terus ada tawassul, dianjurkan bertawassul, tolong menolong antara Tuhan dan hambaNya atau sebaliknya (hamba menolong Tuhan) .......dan seterusnya. dan seterusnya.</div></blockquote></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Bagitu pula, di maqam inilah yang terus ada penciptaan kita-kita dan apapun yang ada sekarang ini dimana datang dari Allah melalui sebelum-sebelum kita. Karena itulah saya sering mengatakan bahwa keberadaan kita ini bukan kehendak Tuhan dari asal. Artinya, kita dicipta ini bukan dicipta, tetapi tercipta. Artinya, Tuhan mengijinkan terjadinya kita dari ikhtiar kedua orang tua kita. Jadi, kita ini tidak dicipta, tetapi tercipta. Artinya, tidak dicipta oleh Allah sesuai dengan IkhtiarNya dan KehendakNya secara murni, tetapi dari kehendak orang tua kita yang diijinkanNya dan dikehendakiNya.</div></blockquote></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Begitu pula semua hiruk pikuk keberadaan, kematian, kiamat, hisab ... dst dst. Yakni terjadi di maqam ini. Yakni penghubungkannya kepada Allah itu tidak secara langsung.</div></blockquote></blockquote><div style="text-align: left;"><br /><ul style="text-align: left;"><li>(b). Cara Irfan: Sebagaimana maklum dalam Ada dalam Irfan itu hanya satu, yaitu Allah itu sendiri. Dan yang lainnya, dimulai dari Akal-satu sampai ke Akal-akhir, lalu Barzakh dan materi, semua dan semua ini, adalah esensi yang tidak pernah wujud/ada dan hanya bergelantungan pada wujud/ada itu. Yakni bergelantungan pada Tuhan.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Dilihat dari sudut ini, maka apapun hiruk pikuk itu, dan terjadi di gradasi manapun, sebenarnya, hanya terjadi di esensi itu, dan tidak terjadi pada wujud yang satu tersebut.</div></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Ketika hiruk pikuk apapun itu hanya terjadi pada esensi, dan esensi ini bergelantungan di Ada/ wujud itu, maka sudah pasti tidak akan pernah mengganggu si Ada/wujud itu. Apapun warna, bentuk dan keberbedaan yang di esensi ini, tidak akan pernah menjalar ke Tuhan/Ada.</div></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Kan kalau di Ilmu Kalam, kalau kehiruk-pikukan dan kebermacaman itu disandarkan pada Tuhan langsung, maka Tuhan akan menjadi berangkap dan berubah dimana akan menjadikanNya terbatas sebagaimana maklum. Tetapi kalau di Irfan, karena kehiruk pikukan itu tidak terjadi pada wujud, dan hanya pada esensi, maka keterdihubungkannya hiruk pikuk itu pada Ada/ Tuhan, tidak akan menjadikanNya terhiruk pikuk dan berangkap.</div></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Dengan urain ini, maka kemendengaran doa dan kemenolongan Allah pada semua hamba dan semua hiruk pikuk itu, adalah langsung, tanpa satupun yang memerantarai.</div></blockquote><div style="text-align: left;"><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Kalau antum bisa memahami ini dengan baik, maka sudah sebegitu tinggi makrifah yang antum dapatkan dariNya. Dan hal ini, bagi kita semua, adalah rejeki yang tidak bisa dibanding denga seluruh isi alam semesta ini. Semoga saja ianya dapat kita aplikasikan dalam kehidupan secara serius, tanpa hura-hura palsu dan tanpa kemelencengan niat. Allahu A’lam. Amin.</div></blockquote><p><br /></p><p>(2). Masalah hubungan kehiruk pikukan dengan Tuhan itu, terdapat perdebatan yang sengit dalam Ilmu Kalam, Filsafat dan Irfan. Terpecahkannya ilmu-ilmu itu, adalah setelah dipecahkannya oleh Mulla Shadra ra. Karena itu, bagus kalau kita kirim fatihah buat beliau ra.</p><div style="text-align: left;">Memang, semua ulama itu, tidak ada apa-apanya kalau dibanding dengan makshumin as. Akan tetapi, mereka-mereka as itu, berbicara dengan umat sesuai dengan kemampuan para shahabat yang dihadapinya. Karena itulah, sering penjelasan mereka-mereka as itu terlihat mudah.<br /><br />Tentu saja, banyak juga penjelasan para makshum as itu yang sebegitu dalam yang tidak dipahami orang-orang di jaman mereka as kecuali oleh segelintir orang khususnya saja. Hadits-hadits itulah yang sering dikatakan mutasyabihaat (tidak jelas).<br /><br />Nah, ulama seperti Mulla Shadra ra ini, yang diteruskan oleh orang seperti Allamah Thaba Thabai, Imam Khumaini, Ayt Jawadi Omuli, Ayt Hasan Zodeh Omuli .... dst. adalah pemecah ayat-ayat dan hadits-hadits yang mutasyabihat itu. Tapi karena yang namanya argument dalam ilmu Logika itu harus jelas dan berdasar pada argumentasi gamblang, maka pemecahan mereka terhadap masalah-masalah mutasyabihat itu dengan alat yang mudah yang namanya “dalil gamblang”. Karena itu, maka pada jaman-jaman sekarang ini, menuntut ilmu jauh lebih mudah dibanding jaman dulu.<br /><br />Tulisan-tulisan sederhana di atas itu, tidak dapat ditulis kecuali setelah mempelajari filsafat sekitar 20-30 tahun secara intensif. Karena pada masing-masing kalimatnya itu, ada dasar dalilnya yang filosofis dan gamblang dan berakar, dimana tersebar secara meluas di hampir semua bab-bab filsafat. Karena itulah saya pernah mengatakan, bahkan ingin berteriak, supaya teman-teman rajin belajar. Karena, kalau antum mau menekuni satu persatu bab Ilmu Kalam dan Filsafat itu, maka diperlukan 20-30 tahun lamanya atau bahkan lebih dari itu. Nah, tulisan-tulisan ini, adalah Ilmu Kalam, Filsafat dan Irfan yang berupa terapan dari berbagai tiori dasar yang dipelajari di tiga disiplin ilmu itu (Kalam, Filsafat dan Irfan).<br /><br />Wassalam</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-63414107045784417992021-05-07T02:51:00.000+07:002021-05-07T02:51:28.171+07:00Melirihkan Bacaan Sholat Dhuhur dan Ashar<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326171550760981/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:19</div><br /><br /><b>Ahlwhy van Chester</b>: Salam..Ustadz. Saya mau tanya tentang sholat dhuhur & ashar, kenapa bacaan sholatnya dilirihkan tidak seperti di waktu lain.. Terimakasih ustadz..<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<br /><br />Cara-cara ibadah khusus (yang ditentukan caranya), sudah diatur oleh Allah melalui NabiNya saww. Jadi, tidak jahr-nya (tidak bersuaranya), bacaan shalat zhuhur dan ‘ashr itu juga sudah diatur oleh Allah sebagaimana shalat 5 kalinya itu sendiri, 3 waktunya itu sendiri, 4 rokaatnya itu sendiri, wajib baca fatihahnya itu sendiri, wajib ruku’nya itu sendiri, wajib 2 sujudnya itu sendiri.... dan seterusnya.<br /><br /><br /><b>Ahlwhy van Chester</b>: Afwan ustadz..<br /><br />Tetapi apakah tidak ada sejarah atau asal-usulnya, kenapa ashar dan dhuhur tidak bersuara? Ataukah ada ayat yang menjelaskan tentang ini ustadz??<br /><br />Sebab kawan saya ngotot, dan berkilah “jangan melakukan ibadah kalau tidak tau asal-usul na”.. Padahal sudah dijelaskan panjang lebar..<br /><br />Syukron ustadz..<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Ahlwhy:<br /><br />(1). Saya bukan tidak mau ngasih haditsnya. Tetapi di Islam/Syi’ah, untuk urusan fikih itu WAJIB taqlid. Karena untuk mengetahui satu hadits fikih atau ayat fikih saja, harus berlajar sekitar 20-30 tahun dulu di hauzah/pesantren secara intensif dan lulus ujian terus.<br /><br />Cara-cara yang umum dipakai oleh orang yang langsung pakai hadits itu, apalagi yang hanya dengan terjemahannya, sangat mudah ditipu. Karena hadits dalam satu masalah itu, banyak sekali bentuknya. Dan dari bentuk-bentuk berbeda itu, kalau tidak paham dikira langsung bertentangan dan menuduh hadits yang tidak disukainya sebagai hadits lemah atau palsu. Padahal keberbagai macaman dan bentukan dari hadits-hadits itu sering memberikan makna ke tersendiri ke kita, apakah larangannnya itu berarti makruh (bukan haram), atau memang haram. Begitu pula apakah yang perintah itu apakah ia memang wajib atau sunnah. Atau wajib/haram dalam kondisi tertentu dan sunnah/ makruh dalam situasi yang lainnya, serta menjadi mubah dalam kondisi yang lainnya.<br /><br />Sebenarnya, cara-cara yang biasa menggunakan langsung hadits-hadits dan ayat-ayat bagi orang awam itu, adalah pengkelabuhan yang nyata, apalagi ditambah dengan Syi’ar mengikut Qur'an dan hadits. Padahal hadits dan ayat itu lebih dalam dari lautan yang tidak mudah di selami kecuali oleh orang yang mengerti dan mempelajarinya berpuluh tahun dengan intensif dan lulus ujian.<br /><br />Persis seperti kesehatan. Kalau operasi jantung saja, tidak bisa dilakukan oleh yang tamatan SD, apalagi agama yang kemahirannya itu tidak cukup dengan 20 tahun.<br /><br />(2). Kalau mau melihat riwayatnya, maka seperti berikut ini:<br /><br /><br /><div style="text-align: right;">ـ وبإسناده عن مح ّمد بن عمران (1) أنّه سأل أبا عبد اهلل( عليه السالم )فقال :ألي علّة يجهر في صالة الجمعه وصالة المغرب وصالة العشاء اآلخرة وصالة الغداة ، وسائر الصلوات الظهر (2) والعصر ال يجهر فيهما؟ ـ إلى</div><div style="text-align: right;"><br /></div><div style="text-align: right;">أن قال فقال :ألن النبي( صلّى اهلل عليه وآله )ل ّما اُسري به إلى السماء كان أّول صالة فرض اهلل عليه الظهر يوم الجمعة فأضاف اهلل عّز وج ّل إليه المالئكة تصلّي خلفه وأمر نبيّه( صلّى اهلل عليه وآله )أن يجهر بالقراءة ليبيّن لهم فضله ، ث ّم فرض عليه العصر ولم يضف إليه أحداً من المالئكة ، وأمره أن يخفي القراءة ألنّه لم يكن وراءه أحد ، ث ّم فرض عليه المغرب وأضاف إليه المالئكة فأمره باإلجهار وكذلك العشاء اآلخرة ، فل ّما كان قرب الفجر نزل ففرض اهلل عليه الفجر فأمره باإلجهار ليبيّن للناس فضله كما بيّن للمالئكة فلهذه العلّة يجهر فيها</div><div style="text-align: right;"><br /></div>Di atas itu diceritakan tentang sebab tidak pakai suaranya shalat di siang hari (selain Jum’at) dan pakai suaranya bacaan di shalat malam hari (Maghrib, isya’ dan subuh).<br /><br />Ketika Imam Ja’far as ditanya tentang alasan tidak bersuara dan tidaknya shalat, menjawab:<br /><br />“Karena Nabi saww ketika isra’ mi’raj ke langit, lalu awal kali melaksanakan perintah shalat adalah shalat Zhuhur di hari Jum’at, kala itu Allah memerintahkan malaikat untuk menjadi makmumnya, dan memerintahkan Nabi saww untuk melakukan shalat dengan bacaan dengan suara supaya mereka - malaikat- paham terhadap fadhilahnya. Kemudian beliau saww diperintah -Allah- mellakukan shalat ‘Ashr akan tetapi Tuhan tidak menambahkan malaikat sebagai makmumnya, dan -Tuhan- memerintahkan beliau saww untuk mentidak suarakan bacaannya (fatihah dan suratnya). Lalu Tuhan menyuruh beliau saww untuk melakukan shalat maghrib lalu memerintahkan malaikat shalat di belakangnya dan memerintahkan Nabi saww untuk melakukan shalat dengan bacaan dengan suara. Begitu pula dengan shalat isya’. Kemudian ketika sudah menjelang subuh, Allah memerintah Nabi saww melakukan shalat subuh dan mewajibkan beliau saww dengan bacaan dengan suara supaya manusia memahami fadhilahnya sebagaimana dijelaskan pada para malaikat. Karena itulah shalat- shalat ini (yang di malam hari) dilakukan dengan bacaan dengan suara.”<br /><br />Ada juga hadits yang menjelaskan bahwa bersuaranya bacaan di malam hari karena gelapnya cahaya hingga bisa dikenali atau diketahui kalau ada orang yang melakukan shalat. Dan karena di siang hari itu terang, maka tidak perlu dengan suara karena pasti terlihat kalau di masjid -misalnya- ada yang melakukan shalat.<br /><br />Ini baru segelintir hikmah-hikmah dari dengan suara dan tidaknya bacaan. Hikmah yang diketahui Tuhan pasti lebih banyak dari semua itu.<br /><br />Yang perlu diketahui, bahwa aturan dengan suara atau tidaknya bacaan shalat itu, tidak hanya ada di Syi’ah, tetapi semua muslimin menyepakati hal ini.<br /><br />Satu lagi, mengetahui satu dua hadits dan tidak belajar alat-alatnya seperti ilmu hadits, ushulfikih ....dan seterusnya. tidak akan mengerti perasan (kesimpulan) fikihnya kecuali dengan khayalannya saja.<br /><br />Wassalam.<div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-28801320042955203442021-05-07T01:53:00.001+07:002021-05-07T01:53:30.624+07:00Gado-gado: Sekelumit Tentang Raj’ah, Agama Bumi, Peranan Qur'an, Akal dll<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">seri tanya jawab Adil Priyatama dengan <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span>. http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326171017427701/ by Sinar Agama (Notes) on Thursday, December 29, 2011 at 7:59pm</div><br /><br /><b>Adil Priyatama</b>: Assalamu’alaykum. Mohon penjelasannya mengenai persamaan dan perbedaan di antara hal-hal di bawah ini:<div><br />1. Antara ajaran/keyakinan agamis dengan ajaran/keyakinan non-agamis.<br /><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">(yakni bagaimanakah membedakan suatu keyakinan termasuk ranah agama, sementara keyakinan lainnya bukan termasuk agama.)</div></blockquote><div><br />2. Antara agama langit dan agama bumi.<br /><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">(apakah pembedanya adalah wahyu / kitab, karena beberapa agama yang dipersepsikan sebagai agama bumi ternyata memiliki kitab suci juga.)</div></blockquote><div><br />3. Antara ghaibnya Nabi Isa dengan ghaibnya Imam Mahdi.<br /><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">(apakah hidupnya di alam lain selain dunia yang kita huni ini, ataukah hidup dan bermasyarakat di dunia yang sama dengan yang kita huni hanya saja tidak dikenali.)</div></blockquote><div><br />4. Antara mati syahid dengan mati non-syahid.<br /><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">(karena dalam ayat dikatakan bawa yang mati syahid itu ’sesungguhnya mereka itu hidup dan menerima rizki dari Tuhannya’, bagaimanakah bentuk kehidupan para syuhada setelah kesyahidannya tersebut? Apakah hidup di alam lain, seperti ghaibnya Nabi Isa dan/ Imam Mahdi?)</div></blockquote><div><br />5. Antara raj’ah dengan reinkarnasi.<br /><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">(Apakah perbedaannya hanya dalam hal bahwa raj’ah itu kembalinya kepada tubuh yang sama sementara reinkarnasi dalam tubuh yang baru, atau ada yang lainnya?)</div></blockquote><div><br /><b><i>Tambahan dua pertanyaan</i></b>:</div><div><br />6. Apakah manusia yang sudah ada di surga dan neraka sebagai balasan dari kehidupannya yang dulu, sebelum penciptaan Adam yang sekarang ini, bisa diciptakan lagi ke alam dunia pada penciptaan berikutnya?</div><div><br />7. Apakah ketika kiamat kubra, alam barzakh juga punah (yakni kembali ke alam akal) ataukah kekal?<br /><br />Mohon maaf kalau merepotkan dengan banyaknya pertanyaan. Tidak lain karena yang satu berkaitan dengan yang lainnya, dan supaya lebih tergambar kumpulan pertanyaan yang ada dalam benak ini. Sehingga meskipun awalnya saya ragu untuk bertanya secara paket seperti ini, saya akhirnya memberanikan diri saja. Sekali lagi mohon maaf dan terima kasih sebelumnya. Wassalam.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaaanya:</div><div><br />(1). Keyakinan yang agamis itu adalah keyakinan yang timbulnya karena ajaran agama, baik yang masih lurus, atau sudah diselewengkan. Sedang yang bukan keyakinan agamis adalah yang merupakan keyakinan seseorang, atau umat atau kelompok atau suku tertentu yang turun temurun dari nenek moyang mereka yang memang munculnya bukan dari agama tertentu.</div><div><br />(2). Agama langit adalah yang bersumber dari Tuhan, baik masih lurus atau sudah diselewengkan. Sedang agama bumi adalah keyakinan apa saja tentang keimanan atau prilaku yang muncul dari manusia sendiri, hingga menjadi kebiasaan, adat dan aturan hidup.</div><div><br />(3). Ghaibnya nabi Isa as itu diangkat ke langit, tapi kalau Imam Mahdi hanya tidak dikenali.</div><div><br />(4). Mati syahid yang memiliki kedudukan seperti yang ditanyakan itu adalah yang mati dalam membela agama dengan segala tingkatannya. Seperti berperang, belajar agama karena Allah, dan seterusnya. Hidupnya seperti hidupnya ruh-ruh lain yang mati secara lahiriah. Karena itu, bukan hanya syahid, tapi semua manusia yang mati itu, ruhnya tidak mati. Beda syahid dengan yang lainnya, adalah mendapat rejeki terus menerus, tapi yang tidak syahid walaupun hidup mereka tidak mendapat rejeki tersebut.<br /><br />Jadi kehidupan orang mati, baik syahid dan bukan, dilihat dari sisi ketidakmatiannya, adalah sama. Karena itulah, maka kehidupan mereka berbeda dengan kehidupan nabi Isa asa dan Imam Mahdis as..</div><div><br />(5). Raj’ah itu kembalinya beberapa orang yang mati ke muka bumi ini, yakni hidup kembalinya beberapa orang yang mati dari dalam kuburnya. Tapi reingkarnasi adalah kembalinya ruh manusia yang non materi (bukan ruh dan badannya seperti raj’ah) dari manusia yang telah mati ke alam materi ini dengan bentuk lainnya, seperti gajah, sapi, kambing, ayam ...dan seterusnya.</div><div><br />(6). Manusia yang sudah di surga dan neraka itu, tidak akan kembali lagi ke alam materi.</div><div><br />(7). Kiamat kubra itu ada dua macam. Untuk dunia materi dipunahkan dan dikembalikan ke asal atau wathannya, yaitu alam barzakh (bukan barzakhnya orang mati, tapi barzakh antara materi mutlak dan non materi mutlak/akal). Sedang untuk kiamatnya makhluk-makhluk barzakh dan Akal (dari Akal-akhir sampai ke Akal-satu) adalah dengan menfana’kan mereka. Yakni mentidakmerasakan keberadaan mereka. Yaitu dengan menjelmanya Tuhan ke hakikat mereka dengan dosis yang ada di atas mereka, hingga mereka fana’ seperti para insan kamil yang mencapi fana’.<br /><br />Dua macam kiamat ini terjadi pada peniupan terompet pertama yang kita kenal dengan kiamat kubra. Tapi ketika pada peniupan ke dua, maka semua materi yang sudah kembali ke alam non materi dan non materi lainnya yang sudah difana’kan itu dihidupkan kembali, maksudnya disadarkan akan keberadaan mereka kembali dengan kembalinya Tuhan pada Asma Batin yang tidak terbatas itu. Ketika itu, semua pada sadar kembali akan keberadaannya dan mulaialah perhitungan atau hari hisab itu. Dan setelah semua orang di surga dan neraka (yang tidak bisa diampuni lagi), maka Tuhan mencipta kembali alam materi melalui bahzakh sebagaimana sudah sering dijelasakan di berbagai tulisan-tulisan alfakir. Begitulah seterusnya hingga tidak ada hingganya. Karena penciptaan itu adalah KasihNya dari ZatNya Yang Maha Tidak Terbatas itu. Karena itu, penciptaan itu tidak terbatas, karena ketidakterbatasanNya dalam kesempurnaan, kekayaan, kasih sayang, rahmat, kuasa dan seterusnya.<br /><br /><b><i>Penutup</i></b>: Malu mencari kebenaran dan ilmu itulah yang harus dimalukan dan harus siap-siap menunggu adzab Tuhan. Tapi yang sebaliknya, itu harus dilakukan dan tidak boleh dimalukan, karena semuanya adalah ibadah yang wajib, bukan hanya baik. Karena itu, jangan pernah sungkan bertanya atau berdebat asal memang ingin mencari ilmu-ilmu dan kebenaranNya. Saya justru senang dengan beberapa pertanyaan itu, karena kalau saya tidak salah kira, semua itu muncul akibat antum membacai tulisan-tulisan alfakir ini. Semoga Allah selalu merahmati kita hingga kita semua selalu dalam usaha mencari kebenaran dan mendapatkan serta mengaplikasikannya dengan tulus ikhlash kepadaNya, amin.<br /><br />Oh iya, kalau masih belum jelas atau puas dengan jawaban di atas, bisa diteruskan lagi, semoga saya bisa membantunya dengan profesional dan benar. amin.<br /><br /><br /><b>Adil Priyatama</b>: Terima kasih atas jawaban-jawabannya,.. Semoga profesionalitas dan ketulusan Pak Sinar beroleh balasan rejeki dari-Nya, rejeki yang terus menerus. Amin.<br /><br />Menyambut ajakan Pak Sinar untuk meneruskan, ada beberapa hal yang masih berharap tambahan penjelasan, sebagai berikut (penomoran sesuai / berkaitan dengan nomor pertanyaan di atas):</div><div><br />1. Apakah keyakinan yang berasal dari nenek moyang secara turun menurun itu ketika diselidiki secara filosofis, yakni tidak sekedar ikut-ikutan, dan kemudian muncul keyakinan bahwa itu benar, apakah dengan demikian itu juga termasuk bagian dari agama / sejalan dengan agama? (arah pertanyaan ini adalah; apakah filsafat dan logika itu merupakan bagian dari agama atau bukan? Bila iya, dan bila iya-nya itu karena kesesuaiannya dengan realitas atau karena tuntunan/perintah agama untuk menggunakan akal, apakah tolak ukur ini bisa digunakan juga untuk jenis-jenis ilmu lain, seperti matematika, psikologi, teosofi, dan lain-lain sebagainya, yang kita dapat bukan dari ajaran agama, melainkan kita peroleh dari bangku sekolah yang boleh dikata pelajaran umum/sekuler, atau bahkan mungkin bahan-bahannya berasal dari kurikulum barat, timur atau dari kearifan lokal?)</div><div><br />2. Mohon penjelasan lebih lanjut sehingga dapat membedakan secara tegas antara agama bumi dengan keyakinan non-agamis. Yang saya tangkap dari jawaban Pak Sinar, perbedaannya adalah: yang masuk agama bumi adalah berkaitan dengan ’keimanan’, sementara yang bukan agama bumi ketika keyakinan itu di luar ’keimanan’. (bila benar demikian, memunculkan pertanyaan lanjutan, saya nomori saja dengan nomor ”Apa bedanya antara ’keyakinan saja’ dengan ’keyakinan dengan keimanan’?”) Atau, barangkali sebenarnya agama bumi itu hanya sekedar istilah, sehingga tegasnya keyakinan yang ada hanyalah dua kategori; agama (yakni agama langit yang berasal dari Tuhan, baik yang benar ataupun sudah diselewengkan) dan keyakinan non agama (termasuk di dalamnya yang sering diistilahkan dengan ’agama bumi’)?</div><div><br />3. Jawaban dari Pak Sinar sudah cukup jelas bagi saya.</div><div><br />4. Sudah cukup jelas. Dan dalam hal ini berarti dari jawaban Pak Sinar, bolehkah ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara mati syahid, keghaiban, dengan raj’ah?</div><div><br />5. Dulu saya pernah mendengar keyakinan yang dibangun di atas landasan filosofis yang menyatakan kemustahilan tubuh yang materi ini yang sudah mati dan hancur serta telah menjadi bagian dari makhluk lainnya itu kembali menyatu dan bangkit kembali dari kematian dengan tubuh yang sama itu. Karena berdasarkan kenyataan, bahwa setiap 7 tahun sekali seluruh sel badan materi ini telah berganti seluruhnya, diganti sedikit demi sedikit dengan makanan/minuman yang kita konsumsi, dan seterusnya.</div><div><br />6. Sudah jelas, terima kasih.</div><div><br />7. Sudah semakin jelas, terima kasih banyak, Pak Sinar.<br /><br />Oh iya, perkiraan Pak Sinar bahwa ”semua itu muncul akibat antum membacai tulisan-tulisan alfakir ini”, benarlah adanya.<br /><br /><b>Doeble Do: Afwan</b>, saya ikut dalam diskusi. Pertanyaan pak Adil di no 7 atau yang terakhir tentang kiamat dan pak ustadz Sinar menjelaskan bahwa penciptaan tidak akan berakhir, namun hanya dari alam barzakh ke alam materi. Pertanyaannya:</div><div><br />1. Apakah di atas alam barzakh ke atas yakni alam akal tidak musnah, dalam artian tidak di kembalikan ke asal atau wathan seperti halnya alam materi...</div><div><br />2. Apakah semua makhluk akan saling bertemu di hari setelah penghisaban...</div><div><br />3. Yang di sebut kimat kubra, apakah semuanya, dari alam akal sampai alam materi akan musnah dan akan diciptakan kembali, namun dalam bentuk lain...<br /><br />Saya ucapkan terimakasih pak ustadz sinar atas jawabannya dan kepada pak Adil mohon maaf saya hadir di perkarangan dinding bapak...<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Adil:</div><div><br /></div><div>(1). Apapun informasi, apakah ia keyakinan atau pengetahuan, dan apakah ia tentang alam atau Tuhan, maka kalau ditopang dengan dalil yang memang hakiki dan gamblang, maka ia pasti akan sesuai dengan agama langit. Karena hidayah itu ada dua, akal yang akal dan wahyu Tuhan. Jadi, keduanya mustahil bertentangan. Akan tetapi, temuan akal itu bukan berarti agama itu sendiri. Karena biasanya ia bersifat ekslusif dalam arti terbatas pada obyek yang diketahuinya itu. Sedang agama wahyu sudah merupakan penjelasan bagi seluruh aspek kehidupan pada masing-masing masa diturunkannya agama tersebut. Karena itu, dalam Islam, akal ini adalah hujjah yang tidak beda dengan Qur'an dan hadits. Seperti tidak bolehnya membunuh orang. Ketidakbolehan yang didukung dengan akal filosofis argumentatif ini, sudah pasti akan sama dengan agama langit. Memang, karena akal itu banyak sekali keterbatasannya, dan akal sendiri yang mengatakan itu, maka akal sendiri mengatakan bahwa ia perlu kepada agama dari Tuhan itu.</div><div><br />(2). Agama bumi itu adalah keyakinan yang tergolong agama, adalah keyakinan-keyakinan seperti tentang Tuhan, tentang hukum-hukum sosial, tentang balasan-balasan hukum setelah mati ...dan semacamnya. Sedang keyakinan terhadap sesuatu yang bukan agama itu, adalah seperti keyakinan terhadap benarnya hitungan matematika, kimia, perbintangan, sejarah ....dan semacamnya. Jadi, keyakinan terhadap benarnya sesuatu itu, bisa bersifat agamis dan tidak agamis. Yang agamis bisa bersifat langit dan bisa bersifat bumi (yang ditemukan oleh manusia sendiri).</div><div><br />(3). Ok. Kalau sudah jelas. Syukurlah, yakni yang no, 3.</div><div><br />(4). Malah saya yang tidak paham pada penarikan kesimpulan antum di no. 4 itu. Apa maksud dari pernyataan tidak berhubungannya antara mati syahid, ghaib dan raj’ah? Kalau ghaib, jelas tidak mati dan tidak pula mati syahid. Tapi yang raj’ah, bisa saja orang yang matinya syahid dan justru yang mati syahid ini yang utama untuk mengalami raj’ah. Karena perjuagan mereka dilecehkan musuh-musuh mereka dan karena akhir umur mereka tidak dialami secara natural.</div><div><br />(5). Antum salah memahami penjelasan filosofis tentang kemustahilan dibangkitkannya lagi tubuh yang sudah hancur. Yang dimaksud itu adalah tubuh yang hancur ini bisa saja dikumpulkan lagi, akan tetapi ia sudah bukan lagi yang pertama itu. Karena daur ulang sudah bukan lagi yang didaur.<br /><br />Maksudnya, filsafat mengatakan bahwa kalau tubuh ini dibangun lagi nanti di akhirat, maka tubuh itu sudah tubuh yang lain. Karena itu, kalau disiksa, maka Tuhan menyiksa tubuh yang tidak berdosa. Apalagi tubuh kita di dunia ini dalam 7 tahun sudah berubah total. Karena setiap detik tubuh kita ini sudah bukan tubuh yang lalu. Karena setiap detik dosanya, berhubungan dengan tubuh yang bersangkutan. Nah, kalau dibangkitkan dengan daur ulangnya itu, anggap saja bisa dibuat yang asli dan bukan daur (dimana ini jelas mustahil, karena sudah lewat sifat- sifatnya seperti waktunya dan keadaannya, misalnya tubuh yang dulu dari mani dan yang sekarang dari tanah), maka tetap saja mustahil dilakukan keadilan. Yakni mengadzab yang berdosa. Karena kalau kita dibentuk sesuai dengan umur 30 tahunan, maka dosa-dosa yang dilakukan sedetik sebelum dan sesudah umur tersebut, sudah bukan badan yang 30 tahun itu. Karena itu, menyiksanya berarti tidak adil. Ini, maksud penjelasan tentang keberlainan badan tiap detik atau kemustahilan dibangkitkannya kita nanti dalam bentuk materi. Yakni karena Tuhan akan menjadi tidak adil, karena membalas tubuh yang bukan pelaku dosa atau pahalanya.<br /><br />By the way, dengan demikian, kedua bahasan itu, yakni antara raj’ah dan kemustahilan dibangkitkannya manusia secara materi itu, tidak berhubungan. Karena kemustahilannya kebangkitan akhirat dengan materi itu, bukan dari sisi ketidakmampuan Tuhan. Karena Tuhan pasti mampu melakukan daur ulang itu. Akan tetapi karena hal itu akan membuatNya tidak adil tersebut. Tapi raj’ah itu adalah kebangkitan kembali sebagian orang yang mati ke dunia ini, seperti yang telah terjadi sebelum Nabi saww sesuai dengan banyaknya berita itu di Qur'an, yang sudah tentu dengan badan daur ulangnya. Yakni bukan dengan badan aslinya. Kecuali kalau belum hancur di kuburan, seperti yang sudah banyak disaksikan dalam kehidupan kita ini. Yakni adanya tubuh yang masih utuh di kuburan walau sudah ratusan tahun.<br /><br /></div><div><br /></div><div>(6). Syukur kalau kalau sudah jelas.<br /><br /><br /><b>Tambahan sedikit</b>: Akal itu adalah hujjah apapun ia adanya. Apakah akal yang benar (filosofis) yang sesuai dengan kenyataan, apakah tidak sesuai karena salah memahaminya tanpa sengaja.<br /><br />Kalau ia benar secara hakiki, maka ia sama dengan Qur'an dan hadits. Karena Qur'an dan Hadits itu tidak membuat kebenaran, akan tetapi menguak kebenaran, menjelaskan kebenaran.<br /><br />Akan tetapi kalau tidak benar secara hakiki, maka diampuni atau tidaknya, tergantung kepada sengaja tidaknya, semi sengaja atau tidaknya (seperti malas mencari tahu terhadap yang dia sendiri sudah tahu kalau tidak tahu), atau tulus tidaknya (seperti kalau ego, sombong atau riya’ lalu keliru dimana sangat mungkin tidak akan diampuni). Tapi kalau normal-normal saja, maka pengetahuan akalnya tetap akan dijadikah hujjah oleh Allah diakhirat sebagai ukuran hisabnya.<br /><br />Jadi, orang yang belum didatangi agama langit itu, akan diukur dan ditimbang dan dihisab kelak di akhirat, sesuai dengan jangkauan akalnya di dunia, apakah yang ia jangkau itu dijangkau dengan normal (tanpa riya’ dan ego dan sombong dan pamrih dan seterusnya)) dan apakah yang dijangkaunya itu diaplikasikannya dengan baik atau tidak. Jadi, mereka tidak akan diukur dengan kebenaran agama langit. Itulah mengapa sering dikatakan bahwa temuan-temuan normal akal itu disebut dengan agama bumi. Dan agama bumi ini mencakup yang benar dan yang tidak benar tapi yang tidak sengaja dalam ketidakbenarannya itu.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Doeble:</div><div><br />(1). Tidak dikembalikan karena non materi memiliki hukum tidak terbatas ruang waktu. Karena itu mereka hanya difana’kan saja, lalu setelah itu disadarkan kembali.</div><div><br />(2). Yang benar penghisaban, karena berasal dari hisab yang berarti perhitungan. Kalau penghisapan, bisa berasal dari isap atau mengisap yang jelas maknanya beda, yaitu mengisap.<br /><br />Bertemu tidaknya orang-orang di hari akhirat setelah hari penghisaban itu, ada kemungkinan tetap bertemu, terutama yang setingkat di surganya.</div><div><br />(3). Jawaban ini ulangan yang entah keberapakalinya. Kiamat kubra yang berarti pemusnahan itu hanya di alam materi, yang lainnya di fana’kan saja..</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-44164507692328058832021-05-07T01:35:00.002+07:002021-05-07T01:35:24.243+07:00Cara Mengatasi Marah Dalam Rumah Tangga<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326169970761139/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:17</div><br /><br /><b>Zainab Naynawaa</b>: Salam ustadz. mengatasi berbagai masalah dalam rumah tangga seorang istri lebih sabar dalam menghadapinya tetapi pada segi prakteknya justru istri lebih mudah terpancing untuk marah, hal tersebut dipacu banyak hal seperti cape dalam pekerjaan rumah dan di luar rumah sebab istri harus mencari nafkah untuk keluarga bukan di sini istri merasa terbeban emang sudah harus istri yang menangani hal ini.<br /><br />Pertanyaannya bagaimana mengatasi marah/emosi (dalam hal ini ? harus dengan cara apa biar tidak timbul marah=emosi) ? Apakah karena lemahnya seorang istri dengan pekerjaan ganda akan cepat marah/emosi? Ustadz mohon berikan resep atau amalan yang menghindari marah/ emosi dalam hal ini ? Afwan syukron.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Marah yang dilarang itu adalah perasaan marah yang diiringi dengan hal-hal yang diharamkan, seperti merusak barang, memukul orang, mencaci orang, mengghibah orang, kufur nikmat Tuhan, dan semacamnya. Tetapi kalau tidak disertai dengan itu, tetapi diam misalnya, maka tidak haram.</div><div><br />(2). Jadi, marah yang harus dihilangin itu bukan perasaannya, tetapi pelampiasannya yang haram- haram itu. Kalau perasaannya, atau pelampiasannya yang halal, seperti membaca Qur'an, berwudhu atau diam tanpa aksi apapun, maka hal itu bukan hanya boleh, tetapi justru dianjurkan.</div><div><br />(3). Kalau ingin menghilangkan perasaan yang ada dalam hati, maka ya jangan marah. Itu saja.<br /><br />Yakni perangi juga dengan hati. Seperti takut kalau memanjakan marahnya berakibat buruk seperti yang diharamkan itu. Atau kalau diteruskan akan diadu syetan pada yang lebih parah. Atau takut tertanam terus hingga memunculkan kebencian. Atau takut nanti mengurangi keharmonisan (suami-istri). Atau takut pada murka Allah di akhirat. Atau takut tidak mendapat maafNya di akhirat. Atau nanti takut ini dan itu.</div><div><br />(4). Bisa juga memerangi marah dalam diri itu dengan banyak mengerti agama, seperti kalau marah pandangan mata, pendengaran telinga, pandangan akal ...dan seterusnya akan menjadi terlumpuhkan dan menjadi kabur hingga bisa melihat, mendengar dan menyimak apapun bisa salah dan sesat. Marah yang berketerusan akan menjadikan hati kita kaku, begitu juga ruh dan perbuatan kita. Marah akan merusak keindahan alam dan agama, atau merusak kebaikan suami atau yang kita kesali itu. Marah juga akan mengurangi syukur pada Tuhan. Marah juga akan membuat diri kita jadi ukuran baik-buruknya sesuatu. Marah juga akan membuat kita riya’ dalam beramal dalam rumah tangga dan sosial, karena berdasarkan pada penghargaan pada diri sendiri. Marah juga... ribuan mudharat lainnya.</div><div><br />(5). Marah di hati itu tidak bisa dihindari dan dihilangkan, karena ia rejeki dari Tuhan hingga dapat menjaga dan membela diri sesuai aturan agama. Yang dimaksud dengan memerangi marah dalam hati itu adalah marah yang berkepanjangan. Dan panjang ini, bukan maksudnya melebihi sehari, tetapi mungkin melebihi satu menit saja sudah dianggap berkepanjangan.</div><div><br />(6). Marah yang harus diperangi kalau berkepanjangan itu kalau bukan pada musuh-musuh Tuhan dan agama. Tetapi walhasil, pelampiasannya, harus sesuai dengan aturan agama. Jadi, kebolehannya itu harus seiring dengan hukum-hukum agama.</div><div><br />(7). Dzikir-dzikir juga banyak berfungsi, tetapi setelah menyadari bahwa marah berkepanjangan itu adalah salah dan bahaya (tentu harus disesuaikan dengan obyeknya masing-masing). Dan dzikir Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah, mungkin dzikir yang termasuk paling ampuh dalam hal ini. Allahu A’lam.<br /><br />Wassalam<br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Hendy Laisa</span></b> menyukai ini.</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><br /></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-82297801827732637632021-05-04T18:26:00.001+07:002021-05-04T18:26:26.961+07:00Perbedaan Pandangan Tauhid Antara Asyari’ah, Muta’zilah Dan Syi’ah 12 Imam<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustad <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326168164094653/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:14</div><br /><br /><b>Muhammad Dudi Hari Saputra</b>: Salam ustadz,, mohon dijelaskan ustad mengenai perbedaan pandangan Tauhid antara Asyari’ah, muta’zilah dan Syi’ah 12 imam?? Saya pernah membaca pandangan tauhid menurut ayatollah shaheed muthahhari,, bahwaa Syi’ah memiliki pandangannya sendiri mengenai Tauhid (zat, Sifat, Af’al dan Ibadah)... syukron.<div><span><a name='more'></a></span><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Beda tauhid Syi’ah dan Sunni itu terletak dalam bagaimana menjabarkan Tuhan, seperti:</div><div><br /><ul style="text-align: left;"><li>(a). Di Sunni dikatakan bahwa Tuhan memiliki Sifat-sifat, baik zatiyah atau fi’liyyah, yang berbeda dengan ZatNya. Sifat zatiyahNya atau Sifat DasarNya ada 20 dan Sifat-sifat lainnya bersumber kepada sifat ini. Atau Sunni yang tidak terlalu alim dan pandai mengitab, sering menganggap bahwa semua sifat-sifat yang 99 itu berposisi sama (tanpa pembagian). Intinya, Sifat-sifat Tuhan itu berbeda dengan ZatNya.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tapi kalau di Syi’ah, Sifat-sifat Zat itu Sama persis dengan ZatNya dan tidak ada perbedaan kecuali dia kepahaman kita saja. Tapi di hakikat nyataNya, Zat dan SifatNya itu adalah sama. Jadi, HidupNya itu adalah Allah itu sendiri. Begitu pula IlmuNya, KuasaNya, ...dan seterusnya dari sifat-sifat ZatNya.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tapi Sifat-sifat Fi’liyyahNya itu, bukan ZatNya, tetapi bersumber pada Sifat ZatNya. Dan ketika sudah dikembalikan pada Sifat ZatNya, barulah disamakan dengan ZatNya.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Jadi, Tuhan di Sunni memiliki rangkapan, yaitu rangkapan dari Zat dan Sifat, tetapi di Syi’ah tidak memiliki rangkapan apapun, baik dari Zat dan SifatNya.</div></blockquote><div><br /><ul style="text-align: left;"><li>(b). Tuhan di Sunni bisa dilihat dengan mata di surga atau akhirat. Tetapi di Syi’ah, Tuhan itu tidak bisa dilihat dengan mata dimanapun saja. Karena kalau dilihat dengan mata, maka Tuhan akan menjadi materi (karena materi yang bisa dilihat dengan mata), dan akan menjadi bertempat (seperti surga atau depan mata), dan akan menjadi terikat (dengan surga dan depan mata), dan memerlukan sinar (baik dari dalam DiriNya atau dari luas seperti lampu surga), dan menyalahi Qur'an-Nya (yang berkata kepada nabi Musa as bahwa beliau as “tidak akan pernah melihatNya.”), ..... dan seterusnya ,... dari konsekwensi melihat itu hingga akan menjadikanNya benda yang terbatas dan memerlukan kepada makhlukNya sendiri seperti surga, depan, sinar ... dan lain-lain.</li></ul><ul style="text-align: left;"><li>(c). Tuhan di Sunni, telah menentukan takdir nasib manusia yang bermakna nasib, bukan yang bermakna seperti memiliki dua tangan dan kaki, dan dua mata, kepala di atas, berjalan dengan dua kaki, memiliki perut, kepala, telinga ...dan seterusnya dari ketentuan-ketentuan bentuk manusia. Tetapi berupa ketentuan nasibnya seperti muslim tidaknya, taqwa tidaknya, kaya tidaknya, kawin tidaknya, kawin dengan si fulanah tidaknya, mati tidaknya, mati umur sekiannya, dan seterusnya. Karena itu dalam akidah Sunni ada point “iman pada takdir baik atau buruk”.</li></ul></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tapi Tuhan di Syi’ah tidak menentukan semua itu. Karena itu dalam akidah Syi’ah apa point keAdilan Tuhan.</div></blockquote><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li>(d). Tuhan di Sunni, tidak menentukan pengganti Nabi saww dari orang makshum, tetapi di Syi’ah mesti (baca: seyogyanya) menentukan karena kalau tidak ada makshum, maka jalan lurus tidak bakalan terwujud, karena jalan lurus itu adalah jalan Islam yang tidak salah sedikitpun (wa laa al-dhaallin), baik secara ilmu dan amal. Jadi, jalan lurus itu adalah ilmu Islam yang lengkap 100% dan benar 100% serta diamalkan 100%.</li></ul></div><div><ul style="text-align: left;"><li>(e). Kalau Tuhan di wahabi (bukan Sunni yang mengikuti Asy’ari dan Mu’tazilah), maka lebih parah lagi. Karena kalau di Sunni menjabarkan Tuhan dengan yang memiliki konsekwensi kebendaan dan materi, tetapi kalau di wahabi jelas dikatakan sebagai materi dan dilarang keras mengatakan bahwa Tuhan itu bukan materi. Di wahabi dilarang keras mengatakan bahwa Tuhan itu bukan non materi sekalipun juga melarang mengatakan materi. Tetapi dalam banyak penjelasan mereka maka jelas itu materi sekalipun tidak mengatakan materi. Seperti bahwa Tuhan turun dari langit ke langit-langit bumi setiap sepertiga akhir malam, seperti turunnya dirinya -Ibnu Taimiyyah- yang turun dari mimbarnya. Karena Ibnu Timiyyah mencontohkan turunya Tuhan dari langit itu dengan turunnya dirinya dari mimbar. Dan mereka jelas juga mengatakan bahwa Tuhan itu lebih besar empat dari dari ‘Arsy yang didudukinya. Walhasil, ajaran wahabi ini yang paling kacau di dunia Islam, tentu saja disamping haus pembid’ahan, pemusyrikan dan darah kaum muslimin. Walasil, mereka sudah merasa ada di akhirat dan yang lainnya di neraga dan tiang gantungan atau ledakan bom-bom mereka.</li></ul><ul style="text-align: left;"><li>(f). Tuhan di Sunni menurunkan agama yang tidak bisa dilaksanakan oleh manusia manapun kecuali Nabi saww. Karena itu yang makshum di Sunni hanya Nabi saww. Kalau di wahabi lebih parah lagi, karena kemakshuman Nabi saww itu hanya dalam menyampaikan agama. Lah ... kalau begitu rubah makna hadits itu dong. Kan hadits itu ukuran agama setelaeh Qur'an, sementara hadits itu adalah semua pembicaraan Nabi saww dan perbuatan beliau saww serta taqrir (persetujuan beliau saww). Karena kalau Nabi saww itu hanya makshum di penyampaian agama seperti ceramah agama, maka sudah jelas tidak termasuk semua pembicaraan apalagi perbuatan dan taqrir beliau saww. Karena itu, karena selain penyampaian agama beliau saww itu tidak makshum, maka tidak boleh dijadikan sandaran setelah Qur'an.</li></ul><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Tetapi kalau Tuhan di Syi’ah menurunkan agama yang pasti bisa dilakukan oleh manusia manapun, hingga karena itu, maka siapapun bisa makshum. Karena makshum itu adalah melakuakan semua perintah dan tidak melakukan dosa apapun. Nah, ketika agama Tuhan itu bisa dilakukan, dan manusia melakukannya, maka sudah pasti tidak ada dosa baginya dan, karena itulah ia akan mencapai derajat makshum itu. Tetapi kalau manusianya yang tidak mau, maka sudah pasti ia tidak akan sampai ke makshum.</div></blockquote><div><br /></div><blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: left;">Karena pengganti Nabi saww itu yang menjaga jalan Islam 100% itu, maka ia harus makshum. Karena itulah Tuhan memilih pengganti NabiNya saww dari orang yang Ia ketahui suci dari dosa, yaitu yang dikenal dengan Ahlulbait as.</div></blockquote><div><br />(2). Tentu saja disamping perbedaan yang ada itu, ada jug kesamaan-kesamaan tentang penjaran Tuhan di Syi’ah dan Sunni itu.<br /><br /><b><i>Penutup</i></b>: Rinciannya bisa merujuk ke catatan-catatan yang berserak alfakir, atau buku-buku yang sudah tersedia. Wassalam.<br /><br /><br /><b>Endro Grantun</b>g: @dian asmoro: anda akan menjumpai hal-hal yang menyakitkan dari ustadz yang lebih kejam dari pada syaithan ini... pikiran anda akan di cuci sebersih-bersihnya dari kepala anda, sehingga kepala anda jadi tak punya otak.. taubatlah wahai pak ustadz.<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Endro: Kalau kamu hanya main tuduh dan ngaku-ngaku, ya .. enak betul. Tetapi hasilnya, kebenaranmu itu hanya kebenaran ngaku-ngaku, bukan kebenaran agama. Nah, kalau aku salah menukil Sunni itu, monggo silahkan gugat dengan bukti, jangan dengan dakwaan. Kalau cuma mendakwa ma ... semua orang bisa. Tetapi kalau kamu minta ke saya berapa tafsir dan apa saja di Sunni yang telah mengatakan bahwa yang bermuka masam itu adalah Nabi saww, maka in'syaa Allah akan saya berikan.<br /><br />Maaf, koment saya ke Endro itu salah pilih contoh. Karena campur aduk dengan diskusi tentang bermuka masamnya Nabi di pertanyaan sebelum ini yang ditanyakanoleh Beni Aris.<br /><br />Tetapi intinya sama saja, yakni selain contoh bermuka masamnya Nabi saww di Sunni itu. Walhasil, semua yang ditulis tentang perbedaan tentang penjabaran tentang Tuhan di Syi’ah dan Sunni itu sudah sesuai dengan kenyataannya. Dan kalau si Endro ini ingin tahu sumbernya, maka saya akan memberikannya dengan mudah in syaa Allah.<br /><br />Wassalam.<br /><br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Ammar Dalil Gisting</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">4 orang</span></b> lainnya menyukai ini.<br /><br /><b>Ammar Dalil Gisting</b>: @Endro: Tolong di cek dulu kebenarannya apa-apa yang dikatakan oleh ustad Sinar Agama, sebelum menilai apalagi sampe menuduh tanpa dasar. Ajukan saja argumen- argumen anda kalau memang punya bukti kebenaran anda...<br /><br /><b>Hendy Laisa</b>: Endro ini orang goblok sekali..!!!.. Gak tau dia siapa ustadz Sinar Agama.<br /><br /><b>Khommar Rudin</b>:</div><div><br /></div><div><p class="p2" style="font-family: "Geeza Pro"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><p class="p2" style="font-family: "Geeza Pro"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;"></span></p><p class="p2" style="font-family: "Geeza Pro"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><div><span class="s1" style="font-kerning: none;"><br /></span></div><p class="p2" style="font-family: "Geeza Pro"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;"><br /></span></p></div><div><br /></div><div>11 Mei 2014 pukul 14:07</div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><br /></div></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-82200158991111686792021-05-04T18:11:00.001+07:002021-05-04T18:11:43.423+07:00Hukum Barang Tertinggal<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustad <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326167670761369/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:13</div><br /><br /><b>Widodo Abu Zaki</b>: Kita kerjasama agent Laundry, ada beberapa barang konsument tidak diambil, kita sudah bayar ke laundrynya. Setelah di hubungi konsumentnya pulang ke Jawa dan sudah tidak tinggal di tempatnya. Wal hasil sudah lama sekali barang itu tidak termanfaatkan dan memakan tempat. Bolehkan kita manfaatkan barang tersebut, karena sudah yakin pemiliknya ngak akan ngambil.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b>Irwan Samson Gaus</b>: Salam....Saya rasa diminta saja alamat pemiliknya biar dikirimakan ke alamatnya yang di Jawa atau kalau sudah ada ijin dari pemiliknya untuk di berikan ke kita.. (Afwan ustazd)<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Dilihat aturan main di laundry tersebut. Kalau ada peraturannya bahwa kalau tidak diambil satu bulan -misalnya- barang dianggap tidak diambil dan menjadi hak milik laundrynya, maka bisa diambil kalau sudah melebihi jatah tersebut.</div><div><br />(2). Tetapi kalau tidak ada aturannya itu, maka dipikirkan untuk pemecahannya ke depan dengan membuat aturan semacam itu.</div><div><br />(3). Dan untuk yang sudah-sudah, maka karena barang itu barang amanat dan tidak diatur kapan mengambilnya, maka tetap harus dijaga dan tidak boleh diambil. Paling buruk, nanti kalau waktu diambilnya, dimintai ganti rugi penjagaan.</div><div><br />(4). Mengingat amanat itu adalah ciri iman dan wajib secara fikih untuk dijaga (ketika tidak ada aturan pengambilannnya), maka sudah semestinya untuk menjaganya dan tidak mengambilnya dan menjadikannya semacam resiko bisnisnya yang dibuat tidak dengan peraturan yang semestinya.</div><div><br />(5). Kalau nanti dibuat peraturan batas pengambilan itu, misalnya setahun atau bberapa bulan, maka harus ditulis di nota tanda terima baju dengan jelas yang diberikan kepada setiap orang yang menyerahkan bajunya. Persis seperti aturan pengembalian tiket yang ditulis jelas dengan segala resikonya di tiketnya itu. Wassalam.</div><div><br /></div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-13318274970759731192021-05-04T18:04:00.001+07:002021-05-04T18:04:43.855+07:00Apakah betul kaum Syi’ah menuduh sunny bahwasanya Rasullulloh bermuka masam?<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326167180761418/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:12</div><br /><br /><b>Beni Aris</b>: Ustadz. , apakah betul kaum Syi’ah menuduh sunny bahwasanya Rosullulloh bermuka masam? ‘Abassa<span><a name='more'></a></span><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<br /><br />Syi’ah tidak menuduh Sunni menyatakan bahwa Nabi saww telah bermuka masam. Tetapi kalau kita lihat tafsir-tafsir, dan pernyataan-pernyataan Sunni, maka pernyataan mereka tentang bermuka masamnya Nabi saww itu tidak terhitung jumlahnya. Karena itulah Sunni juga mengatakan bahwa Nabi saww itu tidak makshum di selain masalah penyampaian agama. Karena itu mereka juga meyakini kesalahan beberapa nabi terdahulu, seperti nabi Adam as dan sebagainya.<br /><br />Nah, konsep seperti ini tidak dibenarkan di Islam (Syi’ah). Untuk mengerti seluk beluk ini, maka mesti merujuk ke pembahasan kenabian dalam Islam, adalah perujukan yang bijaksana.<br /><br />Kalau tafsir Sunni, biasanya menafsirkan yang bermuka masam itu Nabi saww. Tetapi kalau di Syi’ah, tidak seperti itu. Rinciannya panjang, dan berbagai kemungkinan penafsiran yang, ringkasannya:<div><br />(1). Kalau yang bermuka masam itu Nabi saww, maka tidak mungkin Tuhan akan menggunakan kata ganti dia. Karena dalam ayat itu Tuhan menggunakan kata ganti dia (orang ketiga). Ayatnya berbunyi:<br /><br />“Dia telah bermuka masam dan melengos * Ketika datang seorang yang buta * Tahukah kamu -yang melengos- mungkin dia itu yang akan mensucikan dirinya * Atau teringat ketika diingati (menerima nasihat) * Sedangkan bagi yang menyombongkan diri * Maka kamu menghadapinya dengan baik * Sedang engkau tidak perduli siapa yang akan mensucikan diri * Sedangkan pada orang yang datang padamu dengan bersemangat * Sementara ia takut (pada Allah) * Kamu memalingkan wajahmu darinya * Tidak demikian, sesungguhnya ia -Qur'an- itu adalah pengingat * Maka barang siapapun yang mau, maka ia akan terhidayahi * Yang berada di kitab terpuji (lauhu al-mahfuzh) * Ditinggikan dan disucikan * .............<br /><br />Sekali lagi, Tuhan menggunakamn kata ‘abasa, yang artinya “dia bermuka masam”. Jadi, jelas bahwa yang bermuka masam itu bukan Nabi saww tetapi orang lain yang dalam riwayat Syi’ah adalah Abbas yang waktu itu datang sebagai utusan dan wakil dari orang-orang Bani Umayyah.</div><div><br />(2). Ketika Abbas menemui Nabi saww sebagai wakil dan utusan dari Bani Umayyah, maka datanglah seorang buta yang bernama Ummi Maktuum, kemudian Abbas bermuka masam dan memalingkan wajah. Karena itu turunlah ayat-ayat tersebut.</div><div><br />(3). Kalau di Sunni Ummu Maktum itu menyela ketika Nabi saww sedang berdakwah kepada orang pemuka kafirin Qurasy. Karena Ummu Maktum menyela-nyela terus, maka Nabi saww kesal/ bermuka masam dan melengos. Akhirnya Tuhan menegurnya dengan teguran keras tersebut, yakni sampai beberapa ayat di atas itu.<br /><br />Karena itu di Sunni, setelah itu Nabi saww sangat menghormati Ummu Maktum dan setiap bertemu dengannya mengatakan:<br /><br />“Selamat berjumpa dengan orang yang menyebabkan datangnya peringatan keras Allah kepadaku.”</div><div><br />(4). Kalau di Syi’ah. Sebab turunnya seperti yang telah dinukil itu dan Nabi saww setiap bertemu Ummi Maktum berkata:<br /><br />“Selamat berjumpa dengan orang yang menyebabkan datangnya peringatan keras Allah kepada selainku.”<br /><br />5). Setelah kata ganti “dia” pada kalimat “dia telah bermuka masam dan melengos/berpaling”, maka ayat-ayat berikutnya yang berkata ganti “kamu”, seperti dalam ayat “tahukah kamu?. ”;<br /><br />" ... maka kamu menghadapinya dengan baik....”; “...kamu memalingkan wajahmu darinya. ”,<br /><br />adalah berposisi sebagai Haal atau Keadaan atau Kondisi bagi orang ke tiga yang bermuka masam dan melengos itu.<br /><br />Jadi ayat itu bermaksa seperti ini (+/-):<br /><br />Dia -Abbas- bermuka masam dan melengos ketika datang seorang buta. Tahukah kamu -Abbas- bahwa mungkin dia itu yang akan mensucikan diri dengan iman/kebenaran? Atau yang sadar ketika diingati? Sedangkan kalau kepada orang-orang yang sombong, maka engkau - Abbas- menghadipinya dengan baik sementara engkau tidak peduli dengan ketidakpenerimaan mereka terhadap Islam. Sedangkan yang datang padamu -Abbas- dengan semangat, dan takut pula kepada Allah, malah kamu -Abbas- berpaling darinya. Tidak demikian -wahai Abbas. Sesungguhnya Qur'an itu adalah pengingat bagi siapa yang mau diingati. Yang -Qur'an itu- berada di Lahu al-Mahfuuzh. Ditinggikan dan dimuliayakan dan seterusnya (dari ayat-ayat surat tersebut.).<br /><br /><b><i>Catatan</i></b>: Tafsiran di atas diringkas dari Tafsir al-Miizaan, karya ayatullah Thaba Thabai.. Wassalam.<br /><br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Chi Sakuradandelion, Muhammad Wahid, Eman Sulaeman</span></b> dan <b><span style="color: #0b5394;">61 lainnya</span></b> menyukai ini. </div><div><br /></div><div><b>Eman Sulaeman</b>: Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa ALi Muhammad Wa AjjilFarojahum.. </div><div><br /></div><div><b>Abuzahra Gagah</b>: Uswatun hasanah jelas jauh dari sifat bermuka masam.<br /><br />Bihaqqi muhammad wa aali muhammad.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nb bermuka manis bukan bermuka masam..<br /><br /><b>Bodro Purno</b>: Wirawan Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa ALi Muhammad Wa AjjilFarojahum.<br /><br /><b>Laskar Penanti</b>: Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad.<br /><br /><b>Laskar Penanti</b>:<br /><br />َع ِّج ْل فـََر َج ُه ْم<br /><br />َعلَى ُم َح َّم ٍد َو آ ِل ُم َح َّم ٍد َو<br /><br />ِّل َص<br /><br />اَللَُّه َّم<br /><br /><b>Mi Yu</b>: ada orang syiah yang comen gini: orang yang gak bisa baca tulis itu orang goblok-->yang dimaksud adalah Nabi, apa seperti ini yang di ajarkan ulama ‘’ syiah ke orang banyak ?<br /><br /><b>Abuzahra Gagah</b>: Itu syiah muawiyah yang bilang kalau Nabi tidak bisa baca dan tulis.<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Bukan, karena orang itu kalau bikin status isinya mencaci muawiyah juga.<br /><br /><b>Kun Nurachadijat:</b> ummi itu artinya belum mengalami, karena yang dimaksud dengan pandai itu ‘telah mengalami’. Nabi apapun sudah pernah kecuali menerangkan ‘ada dalam tiada’ ketika pertama kali wahyu turun.<br /><br /><b>Sang Pencinta</b>:<br />Nabi ummi/tidak, https://www.dropbox.com/.../e3zpy.../Wahdatul%20Wujud.pdf... hal 172. Wahdatul Wujud.pdf<br /><br /><b>Mi Yu</b>: SP @kenpa kirim link sih.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Nabi manusia biasa seperti kamu 18:110 yang juga diperingatkan karena kelengahan- nya dan setelah diperingatkan nabi sadar dan bertaubat 17:73-75, 66:1, 80-1-17, 33:1-2, 9:117.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya: “kalau Nabi masih melakukan kesalahan bagaimana Nabi membuktikan kebenaran agama dan hukum hukumnya..?<br /><br /><b>Ammar Dalil Gisting</b>: Ajiiibb...!!! Bagaimana bisa diterima, agama yang pembawa (nabi)nya masih melakukan kesalahan..??!<br /><br />Ajaran Agama diturunkan sebagai bimbingan/arahan, untuk jaminan keslamatan dunia dan akhirat..<br /><br />Lalu bagaimana mungkin ajaran itu bisa suatu keyakinan bahwa ajaran agama itu pasti benar dan selamat dari kesalahan kalau ternyata pembawanya (nabi) saja masih bisa salah..? Jangan-jangan ajaran yang diterima selama ini masih salah dan atau mengandung keraguan..?<br /><br />Bagaimana untuk bisa membuktikan/meyakinkan, atau apa jaminan kebenaran suatu ajaran kalau bukan dengan ‘kemakshuman’ seorang nabi..???<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mengikuti Allah, Rasul, nabi, ulil amri, sebenarnya adalah perintah mengikuti AlQuran 4:59, Allah menurunkan wahyu AlQuran, 42:7 wahyu adalah Ruh perintahNya, yang memberi petunjuk (AlQuran) 42:52 dan nabi menerima kitab dan hikmah yang membenarkan imannya dari satu rasul yang datang kepadanya (dibacakan AlQuran), nabi mengikuti AlQuran, 3:81, ulil amri, orang-orang beriman memutuskan perkara dengan AlQuran 5:48-49. Jika terdapat perbedaan kembali kepada AlQuran. Sehingga mengikuti nabi yang beriman adalah mengikuti AlQuran, bacalah AlQuran dan pahami agar menerangi hatimu, dan jadikan imanmu pembimbing amalmu dimuka bumi dilingkungan mana dirimu berada sekarang, hingga matimu, agar kamu menjadi orang bermanfaat dimuka bumi, tidak termasuk yang turut mendustakan ajaran Allah yang benar al Qur'an.<br /><br />7:158 Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (AlQuran) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk’.<br /><br />Nabi beriman kepada Allah dan kalimat-kalimatNya (al Qur'an), Nabi mengikuti wahyu, ikuti supaya mendapat petunjuk, petunjuk yang diikuti itulah al Qur'an.<br /><br />33:1 Hai Nabi, bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.<br /><br />33:2 dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.<br /><br />Wahyu yang diberikan adalah Ruh perintahNya, berupa al Qur'an (Kitab dan Hikmah).<br /><br />42:52 Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (al Qur'an) perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (al Qur'an) dan tidak iman, tetapi Kami menjadikan al Qur'an itu cahaya (penerang/petunjuk), yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (al Qur'an).<br /><br />Hikmah adalah alQur'an yang tinggi hikmah 43:4, bukan sunnah nabi (kitab-kitab diluar al Qur'an), nabi tidak membuat ketetapannya sendiri diluar al Qur'an.<br /><br />3:81 Dan, ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu satu rasul (AlQuran ketika dibacakan 5:67) yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya’. Allah berfirman: ‘Apakah kamu berikrar dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?’ Mereka menjawab: ‘Kami berikrar’. Allah berfirman: ‘Kalau begitu saksikanlah dan Aku bersamamu diantara saksi-saksi.<br /><br />Maka jika anda ragu atas berita yang mengatakan ini berita dari nabi (pemberita wahyu Tuhan) kembalilah kepada al Qur'an, yang membenarkan nabi, ulil amri dan orang-orang beriman. Karena sebenarnya tidak ada hadis lain selain al Qur'an untuk beriman, 77:50 berita-berita dari nabi hanya bersumber al Qur'an, nabi tidak membuat-buat hadisnya sendiri, jika ingin tahu yang dilakukan nabi maka pahamilah al Qur'an, supaya tidak termasuk orang tersesat, karena mengikuti cerita-cerita diluar al Qur'an.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya”: Semua golongan mengatakan berpegang teguh dengan al Qur'an dan sunah, bahkan ahmad mosadek juga mengklaim berpegang dengan al quran, tapi kenapa kontradiktif..?<br /><br /><b>Ammar Dalil Gisting</b>: Nabi yang nrima wahyu brupa al Qur'an saja masih bisa salah? kok, apalagi orang yang hanya sekedar bs nerjemahin al Qur'an yang mana tidak ada jaminan kebenarannya.... ???<br /><br />Jangan-jangan terjemahannya itu juga tidak sesuai dengan wahyu yang se-benar-benar wahyu yang suci (jauh dari kesalahan).. ??!<br /><br /><b>Edo Saputra:</b> nur cahya”: Bagaimana cara anda memahami al Qur'an..?<br /><br /><b>Ammar Dalil Gisting</b>: Ajiiiibbb. !!!<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya”: Tahukah kamu apa itu jalan yang lurus yang setiap hari kamu memintanya..??<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Mas Edo: Jika mengikuti sebagian besar yang dibumi akan tersesat 6:116, bergolongan- golongan mengikuti pemimpin-pemimpinnya masing-masing diluar al Qur'an itu kemusrikan 30:31-32, 15:90-94., mereka menjadikan petunjuk Allah al Qur'an terbagi-bagi mengikuti ajaran pemimpin golongan-golongan yang masing-masing menganggap benar.<br /><br />Din Allah hanya 1 al Qur'an untuk 1 umat dan al Qur'an tidak menjadikannya umat berselisih tetapi para pemimpin membuat umat berselisih. 21:92-95, 2:213, ikuti petunjuk dari al Qur'an, jangan ikuti pemimpin-pemimpin golongan 7:3-4.<br /><br />Jika ada perbedaan kembali kepada al Qur'an, pemahaman “hikmah” yang seharusnya al Qur'an itu sendiri yang “tinggi hikmah” 43:4 diganti ahli kitab dengan tambahan kurung (sunnah nabi), mereka mengganti pemahaman ayat-ayatNya dari tempatnya, perubahan yang sangat berani, tidak takut/tidak percaya hari akhir yang sangat pedih, mereka seperti mengikuti orang-orang tersebut dalam ayat 5:41-43. Allah Menjaga Kesempurnaan al Qur'an, mereka tidak dapat merubah-rubah al Qur'an, 6:115 mereka merubah-rubahnya dalam kurung tambahan dan membelokkan pemahaman ayat melalui kitab-kitab yang tersebut dalam kurung (diluar al Qur'an). Manusia tertipu. 6:112-114.<br /><br />Petunjuk jalan yang lurus itulah al Qur'an 17:9, 22:54, 46:30.<br /><br />Tulisan ini disampaikan kepada para pembaca tanpa dengki, bukan dari golongan, bukan dari hawa nafsu diri, semata mengikuti perintahNya dalam al Qur'an: penerangan dan peringatan 36:69, dengan penuh kasih sayang kepada sesama manusia agar manusia selamat dari perkataan- perkataan indah-indah yang menipu. 15:39.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mas Edo: nur cahya” bagaimana cara anda memahami al Qur'an..?<br /><br />- Berserah diri kepada Allah, adalah yang pertama kali disebutkan dalam ayat 33:35, untuk janji ampunan dan balasan yang besar, diperjelas di 22:78, 3:64 menyadari bahwa manusia tiada daya sedikitpun kecuali dari Allah, setiap saat semua kekayaan harta dan jiwa bisa Dia ambil semuanya 57:20</div><div><br />- Menyadari dihidupkannya manusia dibumi memegang amanat dari Tuhan semesta alam, terikat dengan perjanjian AlQuran, 57:8, 6:19, 33:72 untuk keselamatan bagi semesta alam, dengan petunjuk AlQuran, 81:21-29 anda akan merasakan benar-benar berserah diri dan hanya mengingat Allah dengan memurnikannya, ketika anda rasakan berada dalam ancaman maut ketika kapal anda tidak terkendali dalam badai laut dengan ombak setinggi gunung 31:32, atau ketika anda menyesali karena terlambat menyadari bahwa yang hak untuk diimani adalah hanya ayat-ayatNya 20:134, 28:47, 39:71.</div><div><br />- Mempercayai (beriman) Dia Tuhan Yang Satu, Pencipta semesta alam, Maha Mengetahui, Maha Kuasa. Penguasa hari akhir, Menambah iman dengan menambah pemahaman dari AlQuran, mulai dari yang mudah dan bertahap, 9:124-125, 73:1-20, agar pemahamanmu dari 1/3, 1/2, 2/3 gelap (malam) menjadi terang (fajar), tanpa riba, murni dari ayat-ayatNya. 39:1-3 Allah berkata- kata kepada manusia melalui rasul yang menyampaikan ayat-ayat Allah, AlQuran 42:51, 5:67, dan rasul itu ada pada dirimu sendiri ketika ia kamu bacakan untuk dirimu dan orang lain.</div><div><br />- Setelah dipahami menjadi iman, diamalkan dengan mentaatinya secara benar sesuai perintahNya, beriman dan beramal soleh atas bimbingan imannya. Mereka dibalas, tidak kawatir dan tidak bersedih 2:62.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 9:128 Sungguh telah datang kepada kalian satu Rasul ( rasul al Qur'an) dari diri kalian sendiri (anfusikum), kekuatannya untuk kesulitan kalian, memperdulikan kalian, untuk yang beriman suka belas kasih.<br /><br />16:113 Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka satu rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.<br /><br />Ayat 9:128 dan 16:113 menjelaskan Rasul (AlQuran) telah datang kepada kalian dari diri kalian sendiri, kedatangan atau penolakan rasul AlQuran itu datang dari diri kalian sendiri (anfusikum/ nafsin), ketika nafsin berserah diri kepada Tuhan dan meninggalkan mengikuti segala pemahaman petunjuk lain, maka AlQuran itu akan datang berangsur ketika dibaca akan terbuka dan masuk dalam hati terbangun pemahaman yang menerangi hati (penglihatan, pendengaran, rasa). Ketika hatinya membaca ayat-ayatNya, dengan berserah diri/muslim adalah syarat awal masuknya iman, taat, benar, sabar, rendah hati, sedekah, syiam, menjaga kehormatan, selalu mengingat Allah/ memeliharanya, bagi mereka Allah menjanjikan maghfiratan (ampunan) dan ajaran (balasan) yang besar 33:35. Namun mereka mendustakannya (mendustakan rasul/mengikuti/menyiarkan berita bohong seolah dari rasul).<br /><br />2:129 Ya Tuhan kami, datangkan untuk mereka satu Rasul dari mereka, yang akan mengatakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al-Hikmah, serta memurnikan (pemahaman) mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.<br /><br />91:7 dan diri (nafsin) serta penyempurnaannya (disempurnakan dengan hati/qolbu).<br /><br />91:8 maka Dia (melalui rasul AlQuran di dalam hati) mengilhamkan itu (nafsin/anfusikum) kejahatan dan ketaqwaannya.<br /><br />Sehingga kenapa dikatakan bahwa telah datang rasul dari dirimu sendiri.<br /><br />Ketika diperintahkan agar AlQuran itu dipahami didalam qolbu (hati) yang didada, 7:179, 22:46, maka hati yang telah didirikan/dipahamkan AlQuran, akan mengilhami anfusikum (diri kalian sendiri) ketaqwaan (mengikuti yang benar), atau kejahatan (mengikuti fitnah ayat-ayat mutasyabihat) sehingga sebenarnya dalam diri manusia terlahir dimuka bumi mengemban amanat AlQuran (rasulullah) yang telah dipercayakan kepada setiap diri manusia (nafsin/ anfusikum) bagi keselamatan semesta alam.<br /><br />33:72 Sesungguhnya Kami menawarkan kepercayaan/amanat kepada langit, bumi dan gunung- gunung, maka semuanya menolak untuk mengemban (amanat) itu dan mereka takut dari itu (lalai dari amanat), dan mengembanlah manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (melalaikan amanat AlQuran rasulullah).<br /><br />Kepercayaan yang diembankan oleh manusia adalah AlQuran.<br /><br />Setiap Manusia Mengemban sebagai utusan Allah dimuka bumi 9:128, mengemban amanat rasulullah AlQuran untuk ditaati setiap diri manusia, dan tiap-tiap diri itu mengemban, kemuliaan, kekuatan, keamanan dari azab dunia akhirat, kerahmatan, kasih sayang bagi semesta alam.<br /><br />81:27 Bukanlah ini (al Qur'an) kecuali peringatan bagi semesta alam.<br /><br />81:28 (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang hendak menempuh jalan yang lurus.<br /><br />81:29 dan tidaklah kamu berkehendak kecuali atas kehendak Allah, Tuhan Semesta Alam.<br /><br />KehendakNya itu dijanjikan ketika dirimu mentaati syarat-syarat kehendaknya dalam perjanjian al Qur'an.<br /><br />Selamat.<br /><br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya: “Jangankan antum, Ahmad Mosadek, Eyang subur, juga bicara seperti anda, “ berserah diri kepada Allah”.<br /><br />Yang menjadi tolak ukur kebenaran anda dalam memahami alquran apa..?<br /><br /><b>Nur cahya</b>: “agama islam itu jelas dan wajib diketahui kenenarannya, jangan bisanya mengklaim saja.<br /><br />Kalau anda sendiri mengatakan bahwa nabi saja bisa salah bagaimana anda..? Dengan apa anda meyakini saya bahwa pemahaman anda benar...?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Al Qur'an bagi diri orang-orang bertaqwa 2:2, kelak dirimu bertanggung jawab atas keputusanmu sendiri, tidak ada orang lain yang kamu sebut sebagai pemimpinmu yang menunjukimu jalan selain AlQuran dapat menolongmu di akhirat. Hanya Allah yang menyelamatkanmu ketika dirimu taat dengan benar, sabar, dengan kerendahan hati kepada petunjukNya al Qur'an. 33:35.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Edo Saputra:</b> nur cahya: semua golongan semua bicara sama dengan anda, berserah diri kepada Allah, dan kembali kepada kitabullah tapi kenyataannya kenapa kontradiktif..? Kalau anda sendiri mengatakan nabi saja bisa salah umumnya manusia bagaimana dengan pemahaman anda..? Dan dengan apa anda meyakini saya bahwa klaim anda benar benar sesuai dengan kehenadak Al quran itu sendiri..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya”: dengan pemahaman anda sekarang saja anda sudah menyalahi keyakinan anda, dan anda sudah mendiskriminasi orang yang tidak sepaham dengan anda, dan ironisnya anda tidak bisa membuktikaan klaim anda yang menurut anda sudah sesuai dengan kehendak tuhan itu sendiri.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mas Edo: Jika kita memahami al Qur'an, kesalahan nabi yang diperingatkan adalah peringatan bagi semua umat, dan jika anda perhatikan kesalahan yang diperingatkan tersebut memberitahu yang benarnya, sehingga para nabi dan manusia yang mempelajarinya sekarang dapat mengambil pelajaran apa yang salah dan bagaimana Tuhan memberi petunjuk yang benar dari al Qur'an.<br /><br />Semua golongan mengatakan beriman kepada Allah dan kepada rasulNya, tetapi mereka sebenarnya tidak beriman, karena iman yang benar bertumbuh dari al Qur'an. 9:124-125, bukan dari luar al Qur'an. Sedangkan mereka beriman mengikuti petunjuk selain al Qur'an. Keterangan- keterangan pemimpin tersebut bukan dari al Qur'an, dari terkaan yang menipu dengan mengatakan ini dari nabi tanpa kamu tahu sedikitpun, berita dari mulut ke mulut. Jika anda perhatikan dengan seksama dengan hati yang bersih tanpa paham-paham dari luar al Qur'an anda akan memahami makna An Noor 24:11-21, berita-berita diluar al Qur'an itu berita bohong dari golonganmu, berita baik bagimu (wahyu bohong mengajarkan ampunan dosa dan balasan) ketika anda mengatakan “ini ketetapan dari nabi” sebenarnya terikat dengan menghadirkan 4 saksi 24:13, jika tidak menghadirkan 4 saksi, yang menyampaikan berita tersebut, Dia tetapkan sebagai pendusta. Dampak dari mengikuti berita-berita tersebut adalah azab besar dunia akhirat, kecuali mereka mendapat karunia dan rahmat al Qur'an, 24:14, 29:51, berita itu dari mulut ke mulut yang kamu tidak tahu sama sekali dan menganggap ringan, disisi Allah besar, 24:15, jangan kembali mengikuti berita-berita tersebut selamanya 24:17, berita-berita petunjukNya yang tidak diturunkan dari Tuhan dalam al Qur'an itu diharamkan 7:33.<br /><br />Ayat-ayat menguatkan beredarnya berita-berita bohong bersumber dari orang-orang arab sendiri sejak diturunkannya al Qur'an 9:97, 9:101, 63:1-4, 4:81 (Allah menulis siasat selain taat/selain al Qur'an), 6:5 (kelak diberitakan yang mempermainkan al Qur'an), 17:73-75 (wahyu bohong).<br /><br />Saya hanya menyampaikan ruh perintahNya al Qur'an, tanpa dengki tanpa golongan. Dia perintahkan umat untuk bermusyawarah/berdebat terbaik dalam upaya mencari pemahaman Kitab, dengan syarat 1 Tuhan, 1 kitab, dan melarang berdebat dengan beda kitab (orang zalim) 29:46. Orang zalim 61:7 karena akan berselisih/berbeda ketetapan dan mereka membenci .<br /><br />Perhatikan dengan seksama ayat ini siapa yang mereka benci.<br /><br />22:46 maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai HATI/QOLBU (quluubun) yang dengan itu mereka dapat MEMAHAMI (BERPIKIR/PANDAI/INGAT) atau mempunyai TELINGA yang dengan itu mereka dapat MENDENGAR? Karena sesungguhnya bukanlah MATA itu yang BUTA, tetapi yang buta, ialah HATI/QOLBU(quluubu) yang di DALAM DADA (al shuduuri).<br /><br />Ketika mereka TIDAK MEMAHAMI AlQuran jika menyebut Tuhan dari ALQURAN SAJA, mereka berpaling dan benci.<br /><br />17:46 dan Kami membuat diatas HATI/QOLBU mereka PENUTUP agar mereka TIDAK MEMAHAMINYA dan didalam telinganya TULI. Dan apabila kamu menyebut TUHANMU dalam ALQURAN SAJA, NISCAYA mereka BERPALING dengan BENCI.<br /><br />Ketika mereka TIDAK MEMAHAMI AlQuran mereka mengatakan kafir apabila ALLAH SAJA disebut, dan mengatakan BERIMAN jika ALLAH DISEKUTUKAN.<br /><br />40:12 Yang demikian itu adalah karena kamu KAFIR apabila ALLAH SAJA. Dan kamu BERIMAN apabila ALLAH DIPERSEKUTUKAN. Maka PUTUSAN adalah pada ALLAH Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.<br /><br />Dari ayat tersebut dipahami pusat pemahaman manusia ada di Qolbu/hati yang ada di dada yang memiliki kemampuan memahami: melihat, mendengar dan merasa. Dan bagi orang-orang yang diatas hati mereka ada penutup, mereka tidak memahami, dan mereka yang tidak memahami jika disebut Tuhan dalam ALQURAN SAJA mereka berpaling dengan benci, atau mereka mengatakan kafir kepada yang menyebut Allah saja, dan mereka beriman apabila Allah disekutukan dengan sekutu orang-orang yang membuat petunjuk dengan cara dusta.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bukti kebenaran yang disampaikan benar itu dari al Qur'an sendiri ayat-ayat yang menjelaskan, 27:1, jika disampaikan al Qur'an dan anda membenci karena tidak sepaham maka, coba diteliti sumber yang memberi paham saudara dengan sumber paham dari al Qur'an. Karena penolakan kepada pemahaman ayat-ayat itu karena paham-paham diluar al Qur'an yang telah didoktrinkan kepada kita sejak kecil, dari bapak kita, para guru dan pengajar agama, sedikit mereka menyampaikan al Qur'an, sebagian besar mereka mengajarkan ajaran cerita mulut kemulut dari nenek moyang dalam kitab-kitab selain al Qur'an. Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya:” kok kamu tidak memahami semua pertanyaan saya, jawaban kamu selalu berputar dengan jawaban “berserah diri, kembali kepada al Qur'an dan seterusnya....<br /><br />Menurut saya jawaban kamu jawaban yang umum.<br /><br />Saya tegaskan lagi, sama kamu yang memahami hakekat al quran itu sendiri siapa..?<br /><br />Sedangkan setingkat makshum saja masih salah, jadi yang menjadi tolak ukur tentang kebenaran al quran apa nur cahya..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya: “ kemakshuman (ishmah) harus d pahami sebagai keterjagaan dan kekebalan di ranah kenabian, kemakshuman meliputi sejumlah aspek berikut : (a) berkenaan dengan kedudukan menerima, memelihara,& menyampaikan wahyu ; (b) berkenaan dengan dilindungi terhadap segala ketidaktaatan dan dosa; (c) berkenaan dengan dilindungi dari pelbagai skandal individu dan sosial.<br /><br />Berkenaan dengan poin pertama dari derajat ini, terdapat konsensus universal; kerena, seandainya terdapat kemungkinan adanya kekeliruan atau kesalahan pada derajat ini, kepercayaan manusia pada nabi akan goyah, dan mereka tidak akan percaya terhadap risalah nabi saw yang lain, akibatnya, seluruh tujuan wahyu akan runtuh.<br /><br />Al Qur'an memberitahukan kita bahwa Allah telah menempatkan para nabi as di bawah pengawasan total untuk menjamin bahwa wahyu secara benar disampaikan kepada umat manusia. Ini sebagaimana difirmankan : Qs. Al- jin (62) :26-28)<br /><br />Dalam rangkaian ayat ini, dua jenis penjaga disebutkan sekaitan dengan fungsi melindungi integritas wahyu : para malaikat menjaga nabi dari setiap jenis kesalahaan; dan Allah Swt sendiri yang menjaga nabi saw dan para malaikat. Alasaan pengawasaan komprehensip ini adalah untuk menjamin realisasi tujuan kenabiaan yaitu wahyu disampaikan kepada umat manusia.<br /><br />Para rosul Allah dijadikan kebal dari segala jenis dosa dan kesalahan dalam menjalankan hukum- hukum syareat, kerena seandainya sama sekali tidak sejalan dengan hukum hukum tuhan yang mereka sendiri kemukakan, maka tidak ada orang yang dapat mempercayai kebenaraan ucapan mereka, dan akibatnya, tujuaan kenabiaan tidak akan tercapai.<br /><br />Ust sinar agama sudah sering menjelaskan singkat tentang dalil keharusaan kemakshumaan ini, “kemakshuman itu penting bagi rosul, agar ucapan ucapan mereka dipercaya, dan tujuan kenabiaan terealisasi.<br /><br />23 Mei 2013 pukul 18:04<br /><br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Tambahan: Tentang para rosul yang tidak melakukan dosa, beberapa ayat alquran menekankan ini secara berbeda. Kami akan menyinggung beberapa ayat tersebut di bawah ini :<br /><br />A. Al Qur'an menegaskan para rosul sebagai tuntunan dan diangkat realitas tuhan,.......dan kami telah memilih mereka dan kami telah menuntun mereka menuju jalan yang lurus (qs. Al-an’am (6):87)<br /><br />B, Alquran mengingatkan kita bahwa siapapun yang dibimbing Allah, tidak seorangpun yang mampu menyesatkannya,<br /><br />" Dan siapapun yang Allah beri petunjuk maka tidak ada orang yang dapat menyesatkanya (Qs. al zumar (39):37)<br /><br />C. Dosa ‘ dipahami dalam pengertian ‘kesesataan’<br /><br />“sungguh ia (iblis) telah menyesatkan sebagian besar dari antara kamu (Qs.yasin (36):62)<br /><br />Rangkaian ayat ini, secara bersama sama, menunjukan bahwa para rosul nihil dari segala jenis kesalahan dan dosa.<br /><br /><b>Nur cahya</b>: Mohon maaf sekedar melurusaan pemahaman anda yang keliru, dalam memahami kemakshuman nabi saw...<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Ammar Dalil Gisting</b>: Terimakasih saudara Edo Saputra.. Ini bermanfaat sekali, ringkas dan argumentatif..<br /><br />Tidak terlalu boros dengan terjemahan-terjemahan ayat..?!<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: nur cahya”: Dengan pemahaman anda sekarang saja anda sudah menyalahi keyakinan anda, dan anda sudah mendiskriminasi orang yang tidak sepaham dengan anda,dan ironisnya anda tidak bisa membuktikaan klaim anda yang menurut anda sudah sesuai dengan kehendak tuhan itu sendiri.<br /><br />Al Qur'an adalah peringatan, jika mereka yang mendengar al Qur'an menyadari bahwa dirinya diperingatkan al Qur'an, sepatutnya mereka istighfar, meminta ampunan atas segala kesombongan dan kesalahan, tidak melawannya dan memohon diberi petunjuk yang benar dari al Qur'an dengan bertanya dan mencari lebih lanjut ayat-ayat yang menjelaskannya yang membuatnya beda paham, agar pemahamannya semakin meninggikan derajatnya 7:176, 7:179<br /><br />Sekali lagi saya hanya menyampaikan al Qur'an apa adanya dari ayat-ayatNya. Jika pemahaman anda menolak telitilah pemahaman ayat-ayat yang disampaikan, dan telitilah sumber berita- berita yang menolak peringatan al Qur'an tersebut, 49:6 jika terdapat perbedaan pemahaman kembali ke al Qur'an. 4:59, 5:48-49 Memahami al Qur'an dilarang dengan petunjuk-petunjuk dari luar al Qur'an, 7:33. Sehinngga ketika kita memahami al Qur'an kita harus mengosongkan hati kita (berserah diri) dengan paham-paham di luar al Qur'an dan membuka seluas-luasnya pemahaman al Qur'an tanpa penolakan, maka al Qur'an akan menambahmu ilmuNya, membenarkan/ membersihkan pemahaman anda tentang Tuhan tentang dirimu, tentang ampunan, tentang balasan, tentang sholat, zakat, haji, dan semua berkaitan dengan perintahNya agar manusia kembali kepadaNya di tempat yang tinggi (surga).<br /><br />Saya meyakini tidak ragu bahwa yang saya sampaikan adalah al Qur'an, karena penjelasan ayat- ayat dijelaskan dari ayat-ayat tidak sedikitpun bersumber dari luar al Qur'an. Saya meyakini para nabi juga hanya menyampaikan ayat-ayat yang jelas, dengan murni. Al Qur'an itulah yang membuatnya iman dan petunjuk yang benar.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Cuma menyampaikan dengan cara copan dan dia sendiri enggan memahami apalagi mengamalkan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Pemahaman Nabi dan Rosul menurut al Qur'an Kitab yang benar<br /><br />http://www.penerang.info/.../nabi-rasul-dan-alquran.. Selamat<br /><br />Penerang. info: Nabi, rasul, dan al Qur'an menurut petunjuk al Qur'an Pengembaraan penglihatan, pendengaran dan rasa sebagai karunia... penerang.info<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bagi orang-orang yang merubah sumpah syahadatnya yang seharusnya adalah bersyahadat mengikuti 6:19 dan 7:172, dengan menyandingkan syahadat Muhammad Rasulullah, merubah syahadat tersebut menutup hatinya kepada jalan Allah (al Qur'an) mereka mendengar perkataan orang yang mengagumkanya 63:1-6.<br /><br />Selamat atas kalian karena kesabaran kalian 13:24.<br /><br /><b>Abuzahra Gagah</b>: Jika terdapat pemahaman untuk melengkapi atau membenarkan pemahaman ini dari ayat-ayatNya agar lebih murni, silahkan dapat bersedekah kekayaannya.<br /><br />Selamat...<br /><br />Keluar dari kontek rasulullah bermuka masam.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Perhatikan siapa yang dibawa berombong-rombong ke pintu neraka dan ke pintu surga 39:71-75, perhatikan yang bertaqwa mengikuti apa di 2:2.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya”: Oke kita kembali ke al Qur'an ana sangat setuju, dan semuapun mengatakan sama seperti anda.<br /><br />Pertanyaanya buat anda apakah anda mampu mengungkap maknawi al quran yang sesungguhnya yang sesuai dengan perintah Allah..?<br /><br />Sedangkan setingkat nabi saja masih melakuan kesalahan menurut anda.<br /><br />Dan dengan apa anda membuktikan kebenaran al quran dan hukum hukumnya..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya”: Kalau anda masih meragukan ke makshumaan nabi, berarti anda sendiri sudah menolak untuk kembali kepada al Qur'an, pedahal banyak sekali ayat ayat yang menerangkan dan jaminaan bahwa sesuatu yang keluar dari lisan nabi adalah wahyu yang diwahyukan (ucapan yang selalu dibenarkan oleh tuhan)..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: seorang rosul pilihan saja masih melakukan kesalahan dengan menunjukkan sikap akhlak yang tidak terpuji dengan bermuka masam dan berpaling,<br /><br />Padahal kalau kita kembali kepada al quran ada firman Allah yang mengatakan” bahwa nabi mempunyai ahlak yang agung”.<br /><br />Kenapa antum tidak kembali kepada al Qur'an..?<br /><br />Pedahal antum sendiri yang selalu mengarahkan orang agar kembali kepada al quran dan antum sendiri yang melanggarnya? Dengan meyakini bahwa nabi manusia biasa yang bisa melakukan kesalahaan.. ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mas Edo: Silahkan dipahami perbedaan rosul dan nabi.<br /><br />5:67 Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang- orang yang kafir.<br /><br />Nabi itu dibenarkan rasul yang datang padanya, membenarkan imannya, ketika nabi itu menyampaikan al Qur'an, ucapan itu rasulNya 3:81, ketika al Qur'an itu diucapkan di tengah- tengah di antara kamu ucapan al Qur'an itu rasulNya 39:71. Jika nabi tidak menyampaikan al Qur'an, dia tidak menyampaikan utusanNya AlQuran 5:67.<br /><br />RasulNya adalah utusanNya, yang menyampaikan perintahNya, perintah yang disampaikan adalah wahyu Ruh perintahNya. Ruh perintahNya, Ruh yang ditiup ke dalam dada (hati) manusia ketika dihidupkan, namun ketika terlahir RuhNya masih dalam 3 gelap 39:6 (hatinya: penglihatan, pendengaran, rasa), RuhNya diterangi dengan penerang cahaya AlQuran ruh perintahNya 42:52, wahyu yang diturunkan ke dalam dada setiap manusia yang bertaqwa, sehingga ruh itu didirikan ditegakkan dalam hatinya/ imannya dan menyuruh/mengilhami diri (nafsin) untuk beramal soleh. Nafsin (diri) itu yang lengah 7:172, bukan utusanNya, utusanNya yang di dada RuhNya selalu benar.<br /><br />Nafsin dan hati (quluubun) adalah pasangan yang membimbing dan yang dibimbing, yang membimbing Ruh perintahNya yang selalu benar, nafsin yang lengah, nabi manusia biasa yang memiliki pasangan ghaib (diri/nafsin dan hati/quluubun), yang membimbing nabi (pemberita wahyu) itu utusan yang di quluubun, dan nafsin nabi itu tunduk sujud kepada Ruh perintah yang di quluubun/hati.<br /><br />Nabi yang diperingatkan Tuhan melalui hatinya itu adalah diri/nafsinnya, rasul dalam hati yang membimbing itu membenarkan iman nabi. 3:81, 42:52.<br /><br />Muhammad itu bukan bapak laki-laki, dia adalah rasul Allah ketika dia menyampaikan AlQuran (ruh perintah ucapan rasul), ketika Muhammad lengah, karena ketidaktahuannya atau karena ingin menyenangkan pasangan hatinya yaitu nafsinnya, 66:1, dia diperingatkan dan diberitahu rasulNya yang membimbing sehingga dia beriman/memahaminya dan mentaatinya.<br /><br />Dalam dirimu ada ruh yang dihati dan ada nafsin, kelak nafsin yang diadili dengan saksi hatimu, jika hatimu ada 2, maka itu hanya perkataan dari mulutmu, bukan dari Allah (al Qur'an) 33:4.<br /><br />Nafsin dan penyempurnanya (dengan pasangan hatinya 32:9, hati yang memahami dengan yang 3: pendengaran, penglihatan, rasa 7:179,22:46), melalui hatinya Dia mengilhami nafsin ketaqwaan dan kefasikan,<br /><br />91:7-10. Dua hati itu yang satu mengilhami kefasikan, dan Allah tidak menghendakinya. Taatlah nafsin kepada Allah dan RasulNya (AlQuran) yang ada dalam hatimu. Supaya kamu tidak lengah mengingkari perjanjianmu dengan Tuhanmu ketika Dia menghidupkanmu 7:172<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 40:17 Pada hari ini tiap-tiap nafsin diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 45:17 dan Kami berikan kepada mereka ayat-ayat yang jelas (al Qur'an) bagi urusan (al amri) maka tidak mereka perselisihkan kecuali setelah datang kepada mereka ilmu kedengkian diantara mereka, sesungguhnya Tuhanmu Dia akan memutuskan diantara mereka pada hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan.<br /><br />45:18 Kemudian Kami jadikan kamu diatas suatu syari’at bagi urusan (al amri), maka ikutilah ia (syari’at) dan jangan kamu mengikuti keinginan orang-orang yang tidak mereka mengetahui.<br /><br />45:19 Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertaqwa.<br /><br />45:20 (Al Qur'an) ini adalah pedoman bagi manusia, dan petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.<br /><br />42:13 Dia mensyari’atkan bagi kamu dari Din (aturan Allah) yang diperintahkan kepada Nuh dan yang Kami wahyukan kepadamu dan yang Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Musa dan ‘Isa hendaklah kamu dirikan Din (dirikan sholat/aturan/AlQuran) dan jangan kamu berpecah belah didalamnya, amat berat atas orang-orang yang musyrik apa yang kamu seru (Din) kepadanya. Allah memilih siapa yang Dia kehendaki dan Dia memberi petunjuk kepada siapa yang kembali (kepada al Qur'an).<br /><br />9:29 perangilah (dirimu untuk mengikuti) orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak dengan hari akhirat dan tidak mereka mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan RasulNya dan mereka tidak ber-Din (dengan) Din yang hak dari orang-orang yang diberi Al Kitab sehingga mereka diberi balasan dari tangan-tangannya (amalnya) dan mereka orang-orang yang direndahkan.<br /><br />Syariat dari satu Din Allah yang diperintahkan bagi para nabi, bagi urusan, Din yang hak dari kitab, ayat-ayat yang jelas bagi urusan, mereka perselisihkan Din yang satu karena ilmu mereka yang mengajarkan dengki diantara mereka yang berselisih yang memecah belah Din.<br /><br />Iman yang ada pada diri seorang nabi itu adalah berasal dari satu rasul dan rasul itulah al Qur'an yang membuat seseorang beriman, rasul tidak untuk panggilan kepada manusia tetapi rasul adalah RuhNya berupa al Qur'an yang dipahamkan didalam hatinya. Dengan ruh al Qur'an didada itulah Allah menjadikan manusia menjadi mulia ditinggikan derajatnya dari hewan, aman dari azab dunia (musibah) dan azab akhirat (neraka).<br /><br />Nabi manusia biasa seperti kamu yang menerima kitab dan hikmah AlQuran. Selamat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Perjuangan terberat adalah memerangi kefasikan pada diri sendiri untuk menjadi taqwa, 91:8 melepaskan paham golongan pada diri karena mengikuti orang-orang tidak beriman, berjuang untuk kembali kepada tali Allah al Qur'an. Hanya sholat (memahami al Qur'an) dan sabar (teguh tidak lengah) yang dapat menolongmu, mintalah pertolonganNya dengan dirikan sholat (dirikan paham al Qur'an) dan sabar tidak lengah 2:153.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: Dikatakan oleh nabi “saya adalah manusia biasa juga yang kepasar, kepasar dan kawin juga”... Artinya nabi mengakui sisi kemanusiannya sebagai wujud hamba di hadapan Allah artinya nabi juga tidak luput dari dosa hanya saja ketika beliau berbuat salah Allah menegur melalui lisan jibril as, bukan artian nabi terbebas dari dosa.. ! Dan bermuka masam itu bias saja Abbas, nabi, atau yang lain yang hadir saat itu artinya ayat itu turun untuk semua yang hadir termasuk nabi karena Allah memberi peringatan melalui lisan nabi kepada umat dan diri nabi sendiri jika tidak percuma ada kitab tanpa pelaku, karena yang dikatakan buta, tuli, bisu itu semua mahluk termasuk nabi (dalam hakekatnya) jika tidak percuma turunya kitab dan jibril kepada nabi serta kersulan.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur cahya: kalau kita mau kembali kepada Alquran tentang pemahaman anda yang mengatakan nabi bermuka masam dan perpaling, kenapa di ayat yang lain Allah memuji akhlak nabi Saww “ Dan sesungguhnya kamu (nabi) benar benar berbudi pekerti yang agung. ( Qs al- kalam (68):4).<br /><br />Seperti yang diketahui oleh seluruh umat bahwa satu ayat di atas ayat lain harus saling menguatkan dan mendukung akan tetapi kebanyakan manusia memaknai bahwa surat abassa itu turun atas teguran kepada nabi sehingga sehingga memberikan penilaian kepada kita ada suatu bentuk kesalahan yang dilakukan nabi.<br /><br /><b>Nur cahya</b>: seharusnya seorang muslim harus gembira dengan pendapat yang menjauhkan nabinya dari perbuataan shombong dan kafir. Tidak malah meradang radang mengekuarkan dalil dali yang ga karuan,<br /><br /><b>Nur cahya</b>: Kenapa justru manusia agung itu harus di anggap bermuka masam..?<br /><br />Ini beretentangan oleh logika, logika mengatakan bahwa pribadi nabi berwatak agung,. Ga mungkin bermuka masam dan berpaling.<br /><br />Kerena kalau antum konsisten mau kembali kepada al quran, antum tidak akan terjerumus kepada pemahaman yang salah, coba kita kembali kepada al quran .<br /><br />Allah berfirman “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (kerena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Qs al lukman :18).<br /><br />Allah berfirman “sesungguhnya kami takut akan (azab) tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang orang bermuka masam penuh kesulitan. (qs al insan(76):10).<br /><br />Allah berfirman : sesudah itu dia bermuka masam dan mengkerut kemudian dia berpaling dari kebenaran dan menyombongkan diri.<br /><br /><b>Nur cahya</b>: kalau kita konsisten kembali kepada al quran kamu akan setuju dengan pendapat saya, kerena, Al quran menerangkan yang bermuka masam itu adalah orang-orang yang sangat merugi di hari kemudian.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Manusia yang menyadari kesalahannya karena diberi petunjuk dari Allah melalui utusanNya dan kemudian dia bertaubat dan memperbaiki diri kembali kepada petunjuk adalah termasuk orang-orang yang berbudi pekerti yang agung, bukan termasuk orang-orang yang tetap melawan (fasik) meskipun ayat-ayatNya disampaikan. Perhatikan 42:52 nabi sebelumnya adalah manusia yang tidak iman. Dan imannya bertambah dengan berproses/ berangsur dari AlQuran 17:106.<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: Jangan terlalu mengkultuskan sehingga lupa dengan diri sendiri.. Hai manusia... Muhammad adalah nama yang dikabarkan sebagai penutup bagi nabi untuk manusia, Muhammad juga khalifah sebagaimana Adam.. Bila umat tidak ikut ajakannya bukan urusan Muhammad tapi bila keluarganya tidak ikut ajakannya itu yang masalah, jadi Muhammad sama dengan manusia lainya menjaga budipekerti dan keluarganya, inilah maksud Muhammad, mengenai kecintaan kepada keluarga Muhammad yang diucapkan beliau itu bermain pada syareat dan hakekat, bila syariat saja tanpa hakekat juga sia-sia dan sebaliknya jadi keduanya harus sejalan.. Syiah dia hanya bermain di Syareat... !<br /><br /><b>Muhammad Wahid</b>: Hadeeuh.. Masih aja ada ummat/manusia ini yang menganggap nabi Muhammad Saww, manusia biasa (punya dosa & salah).. Al-quran cuma paham terjemahan saja, sudah merasa ngerti segala-galanya.. *Faham istilah Makshum ga sih?!.. Sedih daah<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Erwin: Dengan tolak ukur apa antum memahami hakekat sedang di syareat saja antum masih rancu dan kontradiktif..? Sekelas nabi saja antum bilang bisa salah bagai mana dengan antum..? Kalau antum memahami nabi masih berbuat salah, bagaimana nabi membenarkan al quran dan hukum hukumnya...?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya: Kamu sudah tidak konsisten dengan ucapan kamu, untuk kembali kepada al Qur'an.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Maaf tidak konsistennya dimana ya bang Edo ?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur cahya: Banyak ayat ayat yang menerangkan tentang kemakshuman nabi tapi kamu masih kukuh dengan pemahaman kamu.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Bang Edo: Ketika ayat ini pertamakali diturunkan kepada Muhammad bagaimana anda memahami ayat 4:81, 63:4 tersebut ? Siapa yang mendengar dan kagum ? Siapa yang tidak tahu dan diberitahu waspadalah ? Kira-kira ketika Muhammad mendengar perkataan orang- orang yang mengagumkannya tersebut apakah anda akan mengikuti turut mendengarkan dan mengikuti ajarannya ? Jika sekelas nabi kagum tidak mengetahuinya, apakah anda tahu sekarang siapa orang-orang yang mengagumkanmu ? Bagaimana anda memahami ayat 17:73- 75, apakah anda mengikuti wahyu bohong, tahukah apakah wahyu bohong tersebut ? Apakah sekarang anda meninggalkannya ? Atau mengikuti wahyu bohong tersebut ? Jika sekelas nabi diperingatkan dan hampir-hampir mengikuti, apakah sekarang kamu tahu apakah wahyu bohong itu ? Allah memberitahumu yang benar melalui AlQuran. Apakah wahyu bohong yang dahulu didengar dan hampir diikuti itu kamu memahaminya ? Kamu sekarang tidak tahu, kamu kagum dan mendengarnya. Waspadalah.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: @edo saputra.... Anda tau kota tua di negeri Jepang .. ! Ia bernama ‘edo’... Nabi berkata “saya adalah kota ilmu sedang Ali adalah pintunya”.. Anda seperti kota ilmu yang tak mempunyai pintu tuk masuk kota ilmu itu.. Seperti itu lah pemahaman orang yang hanya syariat tanpa hekekat seperti anda... Penjelasan saya aja anda bingung apalagi lebih jauh... Anda anak muda yang masih perlu belajar kepada yang tua, seseorng yang mengaku sebagai hamba berarti masih merasa lemah dan banyak dosa atau ia ngaku sisi manusianya (nafsu) masih potensi kepada dosa dan itu diucapkan nabi demikian, jika anda membantah berarti anda membantah nabi, sangkin luasnya ilmu quran Ali berkata “quran ialah yang anda terima melalui pendengaran, mata, dan perkataan” nahjul balagha... Artinya quran bukan hanya yang tertulis bukan ???? Ini saja mungkin anda akan bantah... !!! Bodahlah orang yang lupa diri sendiri dan keluarganya sementara ia berputar pada itu-itu saja diluar dirinya...<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Erwin: Kita jangan bicara hakekat kalau pemahamaan kita masih rancuh, manusia akan mengetahui hakekat yang sesungguhnya apabila syareatnya sudah benar, justru orang orang yang tinggi ilmunya seperti nabi dan ahlulbaytnya mereka yang mengetahui semua hakekat, seperti riba hakekatnya seperti orang memakan api dan seterusnya..kalau antum sendiri meyakini hakekat apalagi nabi, dan nabi tidak mungkin nabi melakukan kesalahaan kerena nabi manusia yang berilmu yang mengetahui semua hakekat, dengan penjelasaan antum maka terbantahlah semua argumen antum yang mengatakan nabi bermuka masam dan berbuat salah kerena nabi adalah manusia yang mengetahui hakekat sejatinya.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Al Qur'an sebenarnya telah dipasang dalam dirimu 29:49 dalam wujud ghaib dalam hati yang berisi RuhNya, 32:9, dipasang dalam wadah fisik dengan pasangan ghaibnya yaitu nafsin (nafsu) yang sama dengan hewan ternak, ketika Ruhnya belum dikenali oleh nafsumu (3 gelap) ketika terlahir, 39:6, yang membedakan dirimu manusia atau hewan adalah ketika nafsumu menyuruh memasukkan wujud fisik al Qur'an berupa lembar-lembar tulisan ke dalam hatimu dengan melihat, mendengar dan merasaNya ayat yang tertulis dan ayat-ayat yang nyata di bumi di langit sehingga dirimu menjadi terang melihat ruh perintahNya dan menjadikanmu iman. 42:52 Menjadikan nafsumu terbimbing oleh imanmu, dan nafsumu taat mengikuti ruh perintahNya.<br /><br />Al Qur'an yang terang dalam dadamu menjadi pembimbing amalmu untuk berbuat kebaikan dimuka bumi memberi manfaat kepada dirimu dan semesta alam 38:87<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Nur Cahaya: Jika kita memahami al Qur'an, kesalahan nabi yang diperingatkan adalah peringatan bagi semua umat, dan jika anda perhatikan kesalahan yang diperingatkan tersebut memberitahu yang benarnya, sehingga para nabi dan manusia yang mempelajarinya sekarang dapat mengambil pelajaran apa yang salah dan bagaimana Tuhan memberi petunjuk yang benar dari AlQuran. ???????????? Omongan apa ini ? Jadi kita disuruh mempelajari kesalahan nabi ? Mempelajari yang benar dari nabi aja kita banyak salahnya, apalagi mempelajari yang salah. Saya sebagai orang awam merasa heran, bagaimana mungkin bisa mendapatkan kebenaran dari sumber yang salah. Kalau gini ceritanya gak heran akan banyak orang berakal ragu terhadap agamanya.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syahran: yang kamu anggap benar dari nabi itu ketika ucapanmu mengatakan “katanya” , sebenarnya kamu tidak tahu yang benar dan kamu mengikuti yang salah, tapi dirimu tidak tahu jika dirimu mengikuti yang salah. AlQuran memberitahukanmu yang benar dan yang salah.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Apakah maksud ucapan “katanya” berarti kita akan tahu langsung kebenaran Al Qur’an tanpa lewat “perantaraan” Nabi ? Kalau tanpa Nabi, jangan-jangan hanya 1/2 benar bukannya 100% benar. Bagaimana ini, tambah bingung saya ??? Emangnya kamu sudah sangat jago ya di dalam menafsirkan Al Qur’an ? [nb. tidak ada ucapan saya yang pake katanya itu hanya prasangka kamu]<br /><br /><b>Muhammad Wahid</b>: Lucu amat... Allah mewahyukan al-Qur'an kepada nabi saww untuk disampaikan kepada umat manusia... Lah, manusia nya menyerang nabi, dengan penafsiran-penafsiran orang-orang fasik dari al-Qur'an yang diwahyukan kepada nabi saww.. Logika nya dimana ya?!. Sok tau banget, menyalahkan nabi..<br /><br />Makanya, baca al-Qur'an itu jangan cuma taunya dari terjemahan Depag, emang mereka siapa?!. (Pengadaannya aja dikorupsi kok).<br /><br />Apa ga cukup ya, status ustadz SA itu, sebagai pencerahan. Ga salah emang, sebagian besar orang, membaca al-Qur'an hanya sampai dikerongkongannya saja, karena akalnya tidak dipergunakan. Naudzubillah!..<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: @nur... Bila orang terlalu mengkultuskn sesuatu walau kita melurusknnya mereka tetap bersikukuh.. Seakan-akan mereka “bunga mawar” harum dengan warna merah tapi berduri.. Itulah Syiah.. !! Tak sperti Ali... ! Makanya Ali berkata “andai ke-khalifahan ada yang mau ambil tentu saya lemparkan kepada orang tersebut “ nahjul balagha.. Ini membuktikan bahwa Ali yang ditugaskan sebagai pengganti nabi sebagai khalifah sebenarnya tidak mau, hmhmmhm... Kelihatanya para syiah perlu pertimbangan lebih dalam mengenai ini...<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: @edo... Lihat coment saya... Saya katakan yang bermuka masam bisa saja nabi, abbas dan orang-orang yang hadir pada waktu itu hingga turunlah ayatnya, kita disini berbicara mengenai sisi kemanusiannya nabi bukan kenabian, jadi wajar andainya nabi berbuat salah karena nabi toh bukan Tuhan, anda katakan jangan berbicara hakekat sedang hakekat Muhammad aja mungkin anda katakan seperti Isa, buktinya pengkultusan anda sehingga lupa apa yang sebenarnya Nabi maksudkan (kita berbicara sisi Muhammadnya sebagai manusia bukan nabinya), sesuai nama anda ‘edo’ anda kota yang hancur karena rezim anda sendiri sedang pintu kota anda dibawa-bawa orang lain...<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: Syiah ini bodoh.. ! Semua rahasia ada padanya tapi ia lupa isinya, coba tanyakan siapa yang disembah pasti deh di jawab allah... ! “Siapa tuhan langit dan bumi, allah katakanlah Alhamdulillah” quran, siapa muhammad ?? Ia adalah nabi dan rasul sekaligus hambanya.. Sedang syiah melihat sisi nabinya.. Hambanya tidak apalagi rasulnya.. Mendingan nasrani nyata-nyata salah tapi bila ia masuk islam bukan main solehnya.. ! Payah nih syiah.. !!!<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Syahran: Kamu tidak sendiri Dia, para Malaikat orang-orang beriman menolongmu menerangkan al Qur'an membenarkan imanmu dari pemahaman al Qur'an.<br /><br />Saya hanya tahu dari al Qur'an karena saya menyadari saya tidak tahu apa-apa demikian juga manusia yang lain kecuali mereka yang bertaqwa 2:2. Tiap manusia terlahir dengan karunia kemampuan memahami al Qur'an. Dirinya sendiri yang lengah tidak teguh dan mau dengan kesungguhan berkomunikasi dengan ruh perintahNya yang ada dalam kitab dan ayat-ayat dilangit dan dibumimu sekarang ketika hidupmu. Jika anda punya pemahaman yang bertentangan dengan ayat-ayat, telitilah sumber berita itu, anda akan mendapatkan berita itu dari “katanya” dan mereka termasuk kamu mengatakan itu berita dari lisannya/perintahnya nabi atau itu yang dilakukan nabi, padahal kamu tidak tahu sedikitpun. Bukan dari berita yang benar dari Tuhan. Berita-berita itu dusta/bohong 24:13 dan haram 7:33. 24:11-21.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang M Wahid: Nabi Muhammad sebelum sebagai nabi beliau tidak tahu kitab tidak iman. 42:52. Dengan kitab itu Dia memberi petunjuk, petunjuk itu diturunkan berangsur. Pembenaran iman Muhammad itu tidak sekaligus turun, penguatan iman dalam hati berproses dan tersusun 25:32, 76:23, 9:124-125. Hingga sempurna Dia menurunkannya dan tidak ada yang dapat merubah-rubahnya. 6:115, jangan ragu 6:114, jika mengikuti kebanyakan yang dibumi kamu tersesat, mereka hanya berprasangka dan berdusta. 6:116.<br /><br />Bacalah dirikan hikmah bacaan itu dalam hatimu (dirikan sholat) dan tunaikan dengan bersih tanpa riba dari kitab-kitab nenek moyang (tunaikan zakat)<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Kalau mau jujur, semua ilmu yang kita dapatkan pasti berasal dari “katanya”, lantas apa salah kalau saya belajar hukum-hukum islam berdasarkan “katanya” ? Tiap manusia terlahir dengan karunia dan kemampuan yang “berbeda-beda” dalam memahami AlQuran. Oleh karenanya diperlukan sosok yang menjadi decision maker untuk mengatakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang lahir dan mana yang batin. Nah.. apabila decision maker itu tidak 100% benar bagaimana mungkin keputusan yang dihasilkan bisa 100% benar ? Apakah kita beragama didasarkan atas 50% kebenaran atau 99% kebenaran ? Berapa pun itu, selama masih ada defect/cacat dalam sumber agama kita, berarti Islam itu tidak sempurna. Lagi pula saya tidak malu memahami agama berdasarkan “katanya” karena saya “tahu diri” bahwa untuk belajar ilmu itu butuh waktu bertahun-tahun itu pun belum tentu faham tergantung kapasitas akal-nya... peace !<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Bukti orang syiah berakal adalah mereka berani mengatakan nabi Muhammad goblok karena gak bisa baca tulis, nabi Muhammad gak beriman sebelum jadi nabi, al Qur'an sekarang tidak asli, selamat orang syiah memank cerdas.<br /><br /><b>Syahran Nst:</b> Mari turunkan intensitas kesombongan kita dan yang lebih penting lagi ga usah deh “pamer kebegoan”.<br /><br /><b>Edo Saputra: Erwin</b> : anda bicara tentang hakekat, tapi pemahaman anda jauh sekali dari hakat ahhlak, kalau anda tahu hakekat pasti anda anda setuju dengan pendapat saya, bahwa seorang makshum tidak mungkin melakukan kesalahan, kerena melakukan kesalahan sama saja makshumin melakukan kesesatan, kerena kesalahan hakekatnya adalah kesesataan.<br /><br />Kalau seorang manusia yang jelas d jamin kemakshumaannya masih melakukan kesalahan.<br /><br />Bagaimana pendapat anda tentang kemakshuman beliau dalam mewujudkannya termasuk dalam hukum hukum..??<br /><br /><b>Erwin La Ode:</b> Edo... Bila nabi tak pernah bersalah mengapa Musa disuruh mencari Khaidir untuk belajar ilmu kepadanya ??? Bukankah syiah meyakini kehidupan Muhammad seperti kehidupan Musa (ada kemiripan perjalanan).. Ingat kita bicara sisi kemanusian Muhammad bukan nabi karena nabi itu gelar dari Allah, Sebelum Muhammad 40 tahun maka ia belumlah nabi masih manusia biasa, lalu makshum kah dia.. ?? Anda seperti nasrani.. !!<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syahran: Berita Tuhan diturunkan kepada manusia dalam wujud AlQuran (kitab yang tinggi hikmah 3:81, 43:4), penerang, petunjuk, pelajaran 5:67, yang sekarang telah sampai pada anda, dan Dia tidak membuat sekutu untuk menetapkan keputusan 18:26.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Bodro Purno Wirawan</b>: Saya masih jelas mengingat komentar Ust. Sinar Agama di status beliau tentang ahlul bayt...<br /><br />Dan koment ini ditujukan kepada saudara NUR CAHAYA....<br /><br /><b>Sinar Agama</b>: Nur: Silahkan baca banyak catatanku tentang Ahlulbait. Sepertinya KAMU TIDAK MENGENAL BAHASA ARAB SAMA SEKALI.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: erwin : Dalil Dalil tentang keharusaan adanya ke makshumaan para rosul yang saya kemukakan di atas, sama-sama berlaku bagi keharusaan adanya kemakshumaan sebelum mereka menerima misi kenabiaan. Kerena, orang yang telah menghabiskan sebagian hidupnya dalam kubangan dosa & kesalahaan,<br /><br />Kemudian setelah itu mengklaim d tugaskan untuk memberi petunjuk yang benar, tidak dapat dipercaya. Namun, orang yang sejak awal hidupnya nihil dari setiap jenis ketidaksucian,<br /><br />Niscaya akan mendapatkan kepercayaan semua orang.<br /><br />Juga, orang-orang yang mengingkari kebenaran risalah tuhan; maka semuanya akan terlalu mudah untuk menunjukan masa lalu yang gelap sang rosul, sekaligus mencemarkan nama dan karakternya, yang kerenanya merusak risalah tuhan itu.<br /><br />Kontek semacam itu, hanya satu orang yang telah menjalani kehidupan suci tak tercela; sedemikan, hingga beliau pantas menyandang gelar “Muhammad yang dapat dipercaya (al amin)<br /><br />Beliau mampu, berkat kecemerlangan pribadinya yang berkilau, menyingkirkan kabut gelap propaganda jahat yang dihembuskan para musuhnya dan, melalui sikap yang teguh dan mulia, secara bertahap menyinari atmosfir kelam bangsa arab jahiliyah.<br /><br />Selain pelbagai pertimbangan itu jelas bahwa seseorang manusia yang tidak melakukan dosa sejak awal hidupnya diposisikan lebih tinggi dari manusia lain setelah ditunjuk untuk menjalankan misi kenabian ; dan lingkup petunjuknya akan, sesuai dengannya jauh lebih besar : kebijakan tuhan menuntut, hanya orang terbaik, yang sangat sempurna kecerdasaanya, yang layak dipilih sebagai model dan teladan umat manusia.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 41:44 Dan jikalau Kami jadikan al Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa asing, mereka mengatakan: ‘Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya asing dan arab, Katakanlah: ‘ ini (al Qur'an) adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan ini (al Qur'an) buta bagi mereka. Mereka itu dipanggil dari tempat yang jauh’.<br /><br />Ketika dikatakan al Qur'an dengan bahasa asing (indonesia) mereka meminta terjemahan bahasa asing. Jika terjemahan bahasa asing tidak sesuai dengan pemahaman hatinya karena kebutaan dan ketuliannya kepada al Qur'an, mereka mengatakan kamu tidak tahu bahasa arab.<br /><br />Bahkan orang arabpun yang ahli tata bahasa arab, yang hafal, mereka tidak memahami, mereka tuli, buta, bahkan mereka membuatmu kagum dan kamu mendengarnya. 9:97, 63:4<br /><br />Selamat.<br /><br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mas Bodro dan Ustadz Sinar Agama: Apakah yang dimaksud rumah untuk kiblat Musa 10:87? Apakah bangunan yang jatuh ke neraka bersamanya 9:109 ? Apakah Bangunan keraguan 9:110 ? Jika kamu memahaminya kamu akan tahu yang dimaksud ahli rumah, bangunan tempat sujud (mesjid) kemudharatan, kekafiran, kemusrikan 9:107, mesjid yang sejak awal didirikan atas dasar taqwa lebih patut kamu sholat 9:108.<br /><br />Dia memberimu petunjuk yang lurus dengan al Qur'an 42:52 Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nur Cahya: Afwan diskusinya disesuaikan dengan statemen di atas, lebih enaknya di halaman yang lain aja, biar ga rancu afwan...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b> : Ayat-ayat menyusun bangun rumah pemahamanmu dalam hatimu.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Silahkan bang Edo buka lapak baru, saya tidak ada akses untuk posting status baru, kecuali admin nya bermurah hati.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya : kamu tingal cari katalog ustadz sa yang bisa didiskusikan afwan...?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Kalau kamu yang masam bukan ditujukan kamu semua yang membacanya termasuk Muhammad yang pertama menerimanya. Yang kagum dan mendengar orang-orang munafik 63:4 siapa ? Yang hampir-hampir condong membuat wahyu bohong dan diancam hukuman berlipat 17:73-75 siapa ? Yang mengharamkan yang dihalalkan siapa 66:1 ?<br /><br />Salam<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Nur Cahaya: Jagonya copas.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mi Yu: Copasnya gunakan hati supaya memahami 7:179 jangan hanya dibaca arabnya dengan melagu-lagukannya, kamu tetap buta, kitab itu pengingat dan penjelas 36:69.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Oh gini orang yang sudah memahami ma‘rifat, hati dan ucapanya ga bersesuaian sih..?<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Nur: Bisa di buktikan ucapanmu kalau guwe buta ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: MiYu: Apakah tahu ayat mana yang menjelaskan syahadatnya nabi ?<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Buktikan dulu ucapanmu, jangan sok tau loe!<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Nur: Kamu seneng ya banyak orang syiah mengatakan nabi goblok karna gak bisa baca tulis dan mengatainya tanduk syaithan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: MiYu: Membuktikannya dengan jawaban anda atas pertanyaan : syahadatnya nabi ada di ayat berapa ? Kalau tidak tahu berarti belum melihat ayat alias buta ?<br /><br />Saya prihatin umat selalu berselisih tentang masalalu, melupakan AlQuran dan melupakan amanat kepada kehidupan dirinya dimuka bumi.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: MiYu: Kenapa bangga dan berselisih sebagai golongan-golongan ? Bacalah, dirikan dalam hatimu (dirikan sholat) 15:90-94, 30:31-32, perbuatan membagi-bagi Din bergolongan(- golongan termasuk mensekutukan Tuhan/kemusrikan.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Al Qur'an kitab peringatan, ketika rasul menyampaikan sebutan bagi manusia seperti tersebut dalam 7:176 (anjing), 7:179 (hewan ternak), 62:5 (keledai), apakah kita akan mengatakan rasul tidak santun ? Dengan perumpamaan tersebut supaya manusia memahami, sebagai orang beriman akan memahami yang disampaikan nabi bukan dari dirinya sendiri tetapi dari ruh perintahNya yang menyuruh “katakanlah:”.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Sinar Agama</b>: Nur: Qur'an itu peringatan dan itu pasti. Tapi Qur'an yang kamu pahami, kamu sendiri tidak bisa menjaminnya karena kamu sendiri tahu dari awal bahwa kamu tidak makshum dan semua guru-guru kamu. Karena itu, mengapa meyakinkan apa-apa yang kamu tolak sendiri kebenarannya?<br /><br />Ipank Ka Zen: nyimak.<br /><br /><b>Abuzahra Gagah</b>: Kalau yang menafsirkan alquran bukan seorang yang ma’sum, bagaimana kita sebagai orang yang bodoh?..<br /><br />Tentu kebenaran yang haqiqi tak pernah tercapai..<br /><br />Bukankah ALLAH BERFIRMAN LA YAMASSUHU ILLAL MUTHAHHARUN..( TIDAK BISA MEMAHAMI kecuali ORANG-ORANG YANG DISUCIKAN)...<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: yang disucikan adalah nabi Saww dan ahlulbaitnya, kita harus merujuk dengan pemahaman mereka.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Merekalah yang mengetahui makna al Qur'an sejatinya yang sesuai dengan kehendak tuhan.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: antum dalam memahami kemakshuman nabi saja sudah salah, apalagi memahami al Qur'an.<br /><br /><b>Abuzahra Gagah</b>: Edo@ Ahsan, tidaklah pantas jika justru para musuh-musuh ahlul bait dengan serampangan dan sembarangan tanpa beban untuk menafsirkan kalam suci, sedangkan mereka bukanlah orang-orang makshum.(terhindar dari kesalahan)?<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: abuzahra: ‘Betul’ semua mengklaim sudah berpegang dengan al quran, seorang musadeq pun, bilang sudah kembali kepada al quran tapi kenapa kontradiksi..? Mereka lupa dengan orang orang yang sudah dipilih dengan Allah “sesungguhnya alquran itu tidak bisa disentuh kecuali dengan orang-orang yang disucikan” dalam ayat ini Allah memberi keterangan kepada kita, bahwa ga sembarang manusia dengan seenaknya mentakwil al quran, kecuali dengan merujuk kepada orang orang yang sudah dipilih oleh Allah Swt.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Manusia diperintah memahami al Qur'an, dan mendirikannya dalam hatinya dengan murni tanpa kitab-kitab tambahan, bukan memahami al Qur'an dari petunjuk orang lain sebagai tambahan petunjuk. Karena manusia tidak dapat membuat petunjuk tentang Allah selain dari Allah al Qur'an, 28:56. Sehingga Dia telah membuat ikatan pengakuan kepada setiap diri (nafsin) bahwa Allah Tuhannya, supaya nafsin tidak lengah. 7:172, dan ketika dibumi diperintah unt mengakui bahwa al Qur'an sebagai peringatan, tidak ada Tuhan selain Allah, dan meninggalkan segala kemusrikan 6:19. Tetapi ternyata kebanyakan manusia lengah, 6:116 kebanyakan mereka tertipu terlihat baik ( wahyu bohong), 15:39, yang jika diikuti diancam siksa berlipat 17:73-75. Tiada hadis lain selain AlQuran 77:50.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Nur: Rajin belajar agama di internet ya.<br /><br /><b>Syahran Nst:</b> @Nur Cahaya: Manusia diperintah memahami AlQuran, dan mendirikannya dalam hatinya dengan murni tanpa kitab-kitab tambahan, bukan memahami AlQuran dari petunjuk orang lain sebagai tambahan petunjuk. HEBAT...HEBAT...kamu ini manusia yang sudah sekelas nabi ???, para mujtahid tak kamu anggap dan yang paling parah kamu anggap manusia lain punya kemampuan menafsirkan seperti kamu ??? Kamu itu terlalu pintar atau tak mengerti psikologi manusia ? Bukankah setiap manusia diciptakan dengan kemampuan berpikir berbeda-beda ada yang mudah mengerti, ada yang lambat mengerti, ada yang mengkhususkan belajar agama, ada yang mengkhususkan belajar matematika, masing-masing punya porsi sendiri-sendiri. Untuk belajar suatu keahlian atau skill diperlukan waktu pembelajaran, maka tak heran seorang ahli matematika bertanya masalah agama pada ahli agama karena memang dalam urusan agama dia bukan ahlinya, ini namanya “tahu diri”. Setelah saya perhatikan seluruh statement kamu, maka dapat disimpulkan bahwa kamu itu seorang INGKAR SUNNAH.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Apakah manusia bisa menetapkan orang ini berdosa dan orang ini tidak berdosa ? Tidak seorangpun tahu dosa manusia, Nabi sendiri tidak tahu orang-orang munafik disekelilingnya, 9:101, nabi sendiri manusia yang juga diperingatkan 33:1-2, 17:73-75, bagaimana kemudian ada orang yang menetapkan orang-orang ini bebas dosa, yang kamu berdosa sehingga tidak pantas menyampaikan AlQuran,<br /><br />Jika sekelas nabi tidak tahu orang disekelilingnya, bagaimana anda bisa menurut perkataan cerita nenek moyang yang bisa menetapkan orang-orang tidak berdosa dan pilihan Allah, sehingga anda menuruti apa saja ceritanya ? Waspadalah dirimu sebenarnya tidak tahu dan menganggap ringan disisi Allah besar 63:4, 24:15<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Udah ga nyambung bosen lihat copasaan yang ente sendiri ga paham.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Sudahlah, kamu Nur Cahaya/ Islam Saja dan semua mahluk sejenisnya memang Ingkar Sunnah yang sok tahu masalah agama tak akan laku di forum ini. Kelihatannya aja pintar.....<br /><br />tapi ??? hehehe<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Bang Syahran: Silahkan disimak ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang mengatakan inkar sunnah dan benci kepada Allah Saja/AlQuran saja tanpa riba kitab-kitab sunnah.<br /><br />Ketika mereka TIDAK MEMAHAMI AlQuran jika menyebut Tuhan dari ALQURAN SAJA, mereka berpaling dan benci.<br /><br />17:46 dan Kami membuat diatas HATI/QOLBU mereka PENUTUP agar mereka TIDAK MEMAHAMINYA dan didalam telinganya TULI. Dan apabila kamu menyebut TUHANMU dalam ALQURAN SAJA, NISCAYA mereka BERPALING dengan BENCI.<br /><br />Ketika mereka TIDAK MEMAHAMI AlQuran mereka mengatakan kafir apabila ALLAH SAJA disebut, dan mengatakan BERIMAN jika ALLAH DISEKUTUKAN.<br /><br />40:12 Yang demikian itu adalah karena kamu KAFIR apabila ALLAH SAJA. Dan kamu BERIMAN apabila ALLAH DIPERSEKUTUKAN. Maka PUTUSAN adalah pada ALLAH Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.<br /><br />Dari ayat tersebut dipahami pusat pemahaman manusia ada di Qolbu yang ada di dada yang memiliki kemampuan memahami: melihat, mendengar dan merasa. Dan bagi orang-orang yang di atas hati mereka ada penutup, mereka tidak memahami, dan mereka yang tidak memahami jika disebut Tuhan dalam AL Qur'an SAJA mereka berpaling dengan benci, atau mereka mengatakan kafir (inkar) kepada yang menyebut Allah saja, dan mereka beriman apabila Allah disekutukan dengan kitab-kitab sunnah.<br /><br />41:20 Sehingga apabila mereka sampai ke NERAKA, PENDENGARAN, PENGLIHATAN dan KULIT mereka menjadi SAKSI terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.<br /><br />39:41 Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk MANUSIA dengan membawa KEBENARAN; siapa yang mendapat PETUNJUK maka (petunjuk itu) untuk DIRINYA SENDIRI, dan siapa yang SESAT maka sesungguhnya dia semata-mata SESAT BUAT DIRINYA SENDIRI, dan kamu sekali-kali BUKANKAH orang yang BERTANGGUNG JAWAB terhadap mereka.<br /><br />23:78 Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, PENDENGARAN, PENGLIHATAN dan RASA. Amat sedikitlah kamu bersyukur.<br /><br />Semoga anda termasuk orang-orang yang bersyukur, yang menggunakan pendengaran, penglihatan dan rasa, berusaha untuk memahami ayat-ayat Allah, sebagai penerang, petunjuk, pelajaran, dan tidak termasuk orang-orang yang benci dan berpaling jika hanya AlQuran saja atau Allah saja yang disebut, tidak mengingkari ayat-ayat Allah. Karena masing-masing diri (nafsin) kelak pendengaran, penglihatan dan kulit akan menjadi saksi. Selamat<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Berhubung saya itu bukan ustadz, saya hanya bisa bilang : CAPEK DECH !!!<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Comen bisanya copas ma selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Ga nyambung Nur Cahya.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Di atas hati jantung bukan kolbu..!<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: pemahaman itu akal bukan kalbu.<br /><br /><b>Fahmi Husein</b>: Panjang-panjang diskusinya tapi gak nyambung,, gak mungkin siapapun mampu menjelaskan al Qur'an secara benar kecuali orang-orang yang di jamin oleh Tuhannya sebagai orang yang selalu benar (makshum). Itulah fungsi Rasul dan Ulil Amri!<br /><br /><b>Fahmi Husein</b>: Perlu kami jelaskan, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta Ulil Amri adalah ketaatan mutlak!!<br /><br />Makanya kemutlakan itu diwajibkan makshum (keterjagaan, keterhindaran dari segala salah dan dosa).<br /><br />Anda dapat bayangkan andai tidak mutlak?! Pasti rancu, seenak hawa nafsunya dalam “mencomot” ayat seperti yang nur lakukan ini.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ada yang percaya manusia ada yang bisa menghitung dosa dan menetapkan si A tidak punya dosa sehingga boleh menafsir al Qur'an boleh membuat-buat petunjuk amalan- amalan tentang ampunan dosa dan pahala menggantikan ayat 33:35.<br /><br />13:40 Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja (al Qur'an), sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.<br /><br />Orang yang hina dibinasakan diakhirat menyesal yang disesali adalah karena telah meninggalkan ayat-ayat) Allah al Qur'an yang disampaikan rasul. Bukan kitab-kitab sunnah “katanya” dari cerita- cerita mulut kemulut.<br /><br />20:133 Dan mereka berkata: “Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?” Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab- kitab yang dahulu?<br /><br />20:134 Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum al Qur'an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus satu rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?”<br /><br />28:47 Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus satu rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin”.<br /><br />6:155 Dan al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: MiYu: masih belum melihat.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Jika al Qur'an menyuruh berbuat tertib, maka ulil amri (pengurus urusan) itu mengatur supaya hidup dalam bermasyarakat dengan tertib: sehingga terjadi keteraturan dan keselamatan, jika disuruh berbuat adillah, maka pengurus urusan itu mengatur keadilan dalam berkehidupan, tetapi jika berbuat tertiblah kemudian kamu merubahnya maknanya tertib menjadi selain tertib dan kamu mengatakannya selain tertib itu katanya dari nabi, dan dari penerus nabi, kemudian kamu mengikuti dan tidak kamu gunakan akal pemahamanmu, untuk mencari kebenaran dari al Qur'an yang dimaksud tertib, dan akhirnya sebagian-sebagian kamu ganti maknanya sholat, zakat, haji, syiam, sedekah dan lain-lain mengikuti “katanya” dan kamu tinggalkan penjelasan yang benar dari al Qur'an.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Fahmi Husain: Benarkah mengikuti murni al Qur'an kehidupan menjadi kacau ? Silahkan dipahami ayat 2:213 apa yang membuat perselisihan diantara umat ?<br /><br />2:213 Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah MENURUNKAN BERSAMA MEREKA KITAB YANG BENAR, untuk memberi KEPUTUSAN di antara manusia tentang PERKARA yang mereka PERSELISIHKAN. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang BERIMAN kepada KEBENARAN tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya (kehendakNya yang mengikuti al Qur'an). Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (al Qur'an)<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syiah dan Sunni berselisih karena mereka masing-masing mengikuti siapa ?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya sendiri mengikuti siapa..???<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Saya tidak bergolongan saya mengikuti al Qur'an saja petunjuk dari pencipta saya yang sangat saya yakini dan saya takuti ketika saya lengah atau mau mengikuti petunjuk selainNya, karena ancamannya sangat keras bagi yang mendustakanNya, Dia penciptamu dan pencipta semesta alam.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: tidak melihat memahami dengan apa ? 7:179, 22:46, quluubun (qolbu/hati) bukan liver quluubun itu ghaib di dadamu pasangan quluubun itu nafsin tidak lain adalah dirimu yang berkehendak (bernafsu), nafsin itu disuruh tunduk kepada quluubun, melalui quluubun itu Dia membimbing nafsinmu ketika al Qur'an kamu dirikan dalam quluubun, bacalah al Qur'an berangsur-angsur hingga wahyu al Qur'an itu menerangi quluubun dan Dia menuntun nafsumu untuk menyuruh beramal soleh, Dia membimbing kepada jalan kembali. Al Qur'an dibuka dengan AlFatiha renungkan isinya kamu meminta, ditutup dengan AnNas, memperingatkan ada syaitan yang biasa bersembunyi (tidak kamu sadari) yang membisikkan dalam dada dan surat 2-113 itu tertutup bagi hatimu tidak kamu pahami karena syaitan jin dan manusia itu masuk melalui ajaran- ajaran yang menipumu.<br /><br />Salam<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ustd SA: Nur: Qur'an itu peringatan dan itu pasti. Tapi Qur'an yang kamu pahami, kamu sendiri tidak bisa menjaminnya karena kamu sendiri tahu dari awal bahwa kamu tidak makshum dan semua guru-guru kamu. Karena itu, mengapa meyakinkan apa-apa yang kamu tolak sendiri kebenarannya?<br /><br /><br /></div><div>Kebenaran mana yang saya tolak ? Bagaimana anda meyakini bahwa nabi dan ada orang-orang tertentu yang bisa ditentukan sebagai ahlulbayt ? Bagaimana menetapkan seseorang ahlulbayt atau bukan ? Jika nabi tidak tahu orang-orang munafik disekelilingnya 9:101, bahkan nabi kagum dengan penampilannya, mendengar perkataannya ? 63:4 Bagaimana nabi bisa tahu yang ada dalam hati manusia ? Apalagi menetapkan seseorang punya dosa atau tidak. Bukankah kewajiban nabi hanya menyampaikan ? Mengukur seseorang dosa atau tidak hanya Allah.13:40 Tidakkah anda berpikir ?<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Semua Comentar yang di suguhkan oleh Nur Cahaya ini akan atau bahkan telah memberi isyarat Bahwa dialah yang Makshum ...itu sangat jelas.<br /><br />Saya Ucapkan selamat.<br /><br /><b>Salman</b>: gila sendiri...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Saya hanya menyampaikan al Qur'an, saya sendiri tidak tahu berapa ukuran dosa saya, saya juga tidak tahu kedalaman saya akan al Qur'an 1/3 gelap, ,1/2 atau 2/3 gelap, saya tidak tahu 73:20, untuk itulah saya tidak melepaskan ayat-ayat dalam belajar tentang Tuhan dan tentang diri, hanya dengan al Qur'an, karena petunjuk lurus dari Tuhan terdapat dalam al Qu ran. Saya tidak tahu apakah saya bersih atau tidak, hanya Allah yang tahu, bagaimana anda tahu saya bersih atau tidak ? Tidak seorangpun tahu. Bagaimana anda percaya ada orang bisa menentukan dosa seseorang ? Sekali lagi saya hanya menyampaikan ayat-ayat. Itu yang juga dikatakan oleh nabi dari perintahNya “katakanlah” 3:79. Bukan “katanya”.<br /><br />Salam<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Bisa jadi ketidaktahuan anda akan ukuran dosa dosa anda itu malah membuktikan bahwa anda sebenarnya sedang Mensucikan diri anda, dan agaknya menurut anda, andalah yang paling pantas menyentuh al Quran itu ...<br /><br />Sementara kami yang mengikuti orang yang terang disucikan Allah yang tertera dalam alquran yang anda baca sebagai rujukan anda, adalah islam yang dengan istilah Islam ‘’katanya ‘’<br /><br />Jadi sangat mustahil menurut anda, anda keliru ...sedang pihak lain keliru.<br /><br />Semakin kuat pembuktian bahwa anda dengan comentar anda, anda menyatakan diri anda Makshum Nur Cahaya<br /><br />Sekali lagi saya ucapkan selamat untuk anda ....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Anda mentaati nafsin orang-orang terdahulu, bukan taati Allah yang menurunkan al Qur'an, dan rasulNya yang menyampaikan AlQuran. Karena yang anda ikuti berbeda dengan al Qur'an, kembalilah taati al Qur'an.4:59<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Pengumuman: Telah muncul seorang makshum terbaru bernama Eyang Nur Cahaya, bagi anda yang ingin meminta syafaat boleh menghubungi beliau.<br /><br />Nur Cahaya: 6:5 Sesungguhnya mereka telah menolak yang haq (al Qur'an) tatkala ia (al Qur'an) sampai kepada mereka, kemudian sampai kepada mereka berita-berita yang mereka gunakan mengolok (al Qur'an).<br /><br />Nabi menyuruh kamu untuk menyampaikan dan mempelajari al Qur'an.<br /><br />3:79 Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: ‘Hendaklah kamu menjadi pengabdi-pengabdiku bukan pengabdi Allah. Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.<br /><br />Siapa yang menyuruh jangan mengabdi kepada nabi, karena nabi menyuruh manusia menyampaikan dan mempelajari al Qur'an, mengabdilah kepada Allah dengan memahami al Qur'an dan mengamalkan perintahNya.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya : kalau antum ga bermadzhab terus ibadah atau sholat ente bagaimana..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Jangan seperti wahaby ngakunya memurnikan agama dan tidak bermadzhab nyata di lihat fikihnya, fikih empat madzhab..?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Edo : sudah jelas ibadahnya, ibadah versi Eyang Nur Cahaya, khan langsung dari Al Qur’an.<br /><br /><b>Syahran Nst:</b> @Nur Cahaya: Manusia diperintah memahami al Qur'an, dan mendirikannya dalam hatinya dengan murni tanpa kitab-kitab tambahan, bukan memahami al Qur'an dari petunjuk orang lain sebagai tambahan petunjuk. Saya pertegas : TANPA KITAB-KITAB TAMBAHAN ???<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Kalau saya perhatikan comennya paham wahaby...?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: yang jelas ini orang Narcis abis..bis..bis<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Kalau kita bicara al quran ahmad mosadek juga bicara pake al quran,.bahkan mosadek lebih exstrim dari nur cahya musadek ngaku dapat wahyu dari gunung salak, kalau nur cahya belum, baru bisa mentakwil al quran saja tanpa mau merujuk kepada orang yang sudah d pilih oleh Allah, (hasil karya nur cahya).<br /><br />Dulu saya pernah argumentasi dengan orang musadeq, nah orang musadeq itu selalu baca dalil al quran, setiap pertanyaan saya selalu di jawab dengan dalil quran, mirip dengan argumen argumen nur cahya,<br /><br />Maap nur cahya: cuma bagi pengalamaan saja.<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Kalau semua orang Seperti Nur Cahaya ini maka tak perlu lagi Hauzah atau pesantren Mah ...<br /><br />Madrasah-madrasah pada tutup aja ..<br /><br />Maka Hasilnya nggak tau lagi siapa yang Alim dan siapa yang bodoh, dan tragisnya semua orang akan mengaku sebagai Imam semua ... nggak tau lagi mana yang Imam mana yang makmum....<br /><br />Senang dong zionis ....<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Jagankan mentawil al quran, mentawil kemakshuman nabi saja nur cahya masih salah, bagaimana mentawil al Qur'an yang tidak terbatas hikmahnya?<br /><br />Kerena al Qur'an mempunyai makna batin yang bertingkat tingkat.<br /><br />Kerena itu al quran berkata “tidak akan bisa menyentuh al quran kecuali orang orang yang disucikan”<br /><br /><b>Salman</b>: Mazhab baru ....<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: justu itu di syiah tuh ga sembarang mentafsirkan al quran walaupun ada, hanya orang orang tertentu saja itupun mereka tidak dengan pemikiran sendiri, mereka harus merujuk kepada riwayat riwayat ahlulbait agar tidak menyalahi maknawi sejatinya.<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: Siapa aja bisa jadi ahlulbait... !!! Engga percaya ??? Cari aja sendiri.. !!!!<br /><br /><b>Edo Saputra</b>; Erwin hehehehe...betul sekali,tapi bukan ahlulbait rosulullah.<br /><br /><b>Syahru Pan Rizal</b>: mazhab musadek, gafatar, kaya gangsing muter-muter dari satu copas ke kecopas ayat yang lainnya Cape deeeeh.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Edo belum paham yang disebut apa rasul dan apa nabi? Tidak akan percaya kalau ada nabi perempuan. Sehingga menolak ayat-ayat yang memperingatkan nabi, 33:1, 17:73-75. Tidak percaya dalam dirimu sebenarnya ada rasul. Tapi kamu selalu melawannya. Karena lebih mengikuti “katanya” dan meninggalkan rasulNya.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: al Qur'an memberitakan merujuk riwayat-riwayat yang tidak diturunkan dari Allah adalah haram 7:33.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>; 9:128 Sungguh telah datang kepada kalian satu Rasul ( rasul al Qur'an) dari diri kalian sendiri (anfusikum), kekuatannya untuk kesulitan kalian, memperdulikan kalian, untuk yang beriman suka belas kasih.<br /><br />16:113 Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka satu rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.<br /><br />Ayat 9:128 dan 16:113 menjelaskan Rasul (al Qur'an) telah datang kepada kalian dari diri kalian sendiri, kedatangan atau penolakan rasul al Qur'an itu datang dari diri kalian sendiri (anfusikum/ nafsin), ketika nafsin berserah diri kepada Tuhan dan meninggalkan mengikuti segala pemahaman petunjuk lain, maka al Qur'an itu akan datang berangsur ketika dibaca akan terbuka dan masuk dalam hati terbangun pemahaman yang menerangi hati (penglihatan, pendengaran, rasa). Ketika hatinya membaca ayat-ayatNya, dengan berserah diri/muslim adalah syarat awal masuknya iman, taat, benar, sabar, rendah hati, sedekah, syiam, menjaga kehormatan, selalu mengingat Allah/memeliharanya, bagi mereka Allah menjanjikan maghfiratan (ampunan) dan ajran (balasan) yang besar 33:35. Namun mereka mendustakannya (mendustakan rasul/mengikuti/menyiarkan berita bohong seolah dari rasul)<br /><br />2:129 Ya Tuhan kami, datangkan untuk mereka satu Rasul dari mereka, yang akan mengatakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al-Hikmah, serta memurnikan (pemahaman) mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.<br /><br />91:7 dan diri (nafsin) serta penyempurnaannya (disempurnakan dengan hati/qolbu)<br /><br />91:8 maka Dia (melalui rasul al Qur'an di dalam hati) mengilhamkan itu (nafsin/anfusikum) kejahatan dan ketaqwaannya.<br /><br />Sehingga kenapa dikatakan bahwa telah datang rasul dari dirimu sendiri.<br /><br />Ketika diperintahkan agar al Qur'an itu dipahami didalam qolbu (hati) yang didada, 7:179, 22:46, maka hati yang telah didirikan/dipahamkan al Qur'an, akan mengilhami anfusikum (diri kalian sendiri) ketaqwaan (mengikuti yang benar), atau kejahatan (mengikuti fitnah ayat-ayat mutasyabihat) sehingga sebenarnya dalam diri manusia terlahir dimuka bumi mengemban amanat al Qur'an (rasulullah) yang telah dipercayakan kepada setiap diri manusia (nafsin/ anfusikum) bagi keselamatan semesta alam.<br /><br />33:72 Sesungguhnya Kami menawarkan kepercayaan/amanat kepada langit, bumi dan gunung- gunung, maka semuanya menolak untuk mengemban (amanat) itu dan mereka takut dari itu (lalai dari amanat), dan mengembanlah manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (melalaikan amanat al Qur'an rasulullah)<br /><br />Kepercayaan yang diembankan oleh manusia adalah al Qur'an<br /><br />Setiap Manusia Mengemban sebagai utusan Allah dimuka bumi 9:128, mengemban amanat rasulullah al Qur'an unt ditaati setiap diri manusia, dan tiap-tiap diri itu mengemban, kemuliaan, kekuatan, keamanan dari azab dunia akhirat, kerahmatan, kasih sayang bagi semesta alam.<br /><br />81:27 Bukanlan ini (al Qur'an) kecuali peringatan bagi semesta alam,<br /><br />81:28 (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang hendak menempuh jalan yang lurus.<br /><br />81:29 dan tidaklah kamu berkehendak kecuali atas kehendak Allah, Tuhan Semesta Alam Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Salman al Qur'an mengajarkan agar manusia tidak bermazab, karena termasuk kemusrikan 30:31-32, 15:90-94.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Syahran: PetunjukNya al Qur'an tanpa kitab tambahan. 77:50.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Fahim. Tempat-tempat pengajaran itu hendaklah mengikuti kata nabinya 3:79.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Fahim. Ribuan tahun sejak diturunkannya para nabi manusia itu seharusnya satu umat dengan 1 Tuhan 1 kitab, Taurat, Injil, al Qur'an terpecah belah bergolongan karena manusia menambah-nambah merubah-rubah maknanya dengan kitab-kitab sekutu. Mereka berselisih karena dengki saling merendahkan diantara golongan bukan karena kitab Allah 2:213<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Alpaspasani: Bagi yang tidak bisa melihat al Qur'an jika dibacakan al Qur'an seperti muter-muter karena hatinya tertutup dengan sumpah-sumpahnya sendiri yang dipahamkan dengan paham-paham selain al Qur'an 63:1-4.<br /><br /><b>Syahru Pan Rizal</b>: Cuma modal copas aje cape deeeh.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Edo: Perintah dirikan sholat dalam Qur'an bukan beritual dengan gerakan-gerakan dan bacaan tertentu. Dirikan sholat adalah perintah Tuhan dirikan susunan bangun pemahaman al Qur'an dalam hati, agar menjadikanmu iman dan pemahaman itu membimbingmu kepada amal soleh. Memahaminya tunaikan zakat: tunaikan dengan bersih apa adanya dari al Qur'an tanpa hadis2 lain selain al Qur'an.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya emang kamu hidup di jaman Nabi..?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Nur Cahaya: Manusia diperintah memahami al Qur'an, dan mendirikannya dalam hatinya dengan murni tanpa kitab-kitab tambahan, bukan memahami al Qur'an dari petunjuk orang lain ??? Ini kalimat seolah-olah benar tapi sebenarnya Eyang Nur sedang unjuk kesombongan. Dilihat dari kalimat ini berarti Nabi Muhammad adalah orang lain, apakah kamu ingin mengatakan bahwa tak perlu nabi untuk memahami al Qur'an ? Memangnya IQ kamu berapa sih ? Saya jamin orang dengan IQ tertinggi di alam semesta ini sekarang sampai nanti pun dipastikan memerlukan petunjuk Nabi atau penerusnya.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: al Qur'an memberitakan ”katakanlah” yang ada dalam al Qur'an itu perintah dari Tuhan kepada Muhammad untuk mengatakannya. Persis seperti itulah yang disampaikan nabi Muhammad. Ketika al Qur'an dihadapanmu dan kamu mengucapkannya. kamu melakukan hal yang sama dengan nabimu 1200 tahun lalu.....hendaklah kamu mengikuti nabimu. Jadilah kamu nabi pemberita/ penyampai al Qur'an karena kamu mempelajarinya 3:79. Dirimu ada rasul dirimu menjadi nabi adalah lebih beriman daripada mengikuti nafsumu sendiri yang tidak mengikuti dan taat pada ruh perintahNya, ruh Nya adalah rasul dalam dirimu sendiri yang selalu kmu dustakan.<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Nyimak, sambil garuk kepala...hedeh....<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Nur : ruh Nya adalah rasul dalam dirimu sendiri yang selalu kamu dustakan. Bisa jelaskan apa maksudnya ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Memahami al Qur'an tidak perlu iq khusus karena Penciptamu Maha Mengetahui kitab yang sesuai bagi orang-orang bertaqwa atau bagi yang suka melawan tersedia ayat-ayat mutasyabihat (bermakna ganda) supaya kamu bisa mencari-cari takwilnya.<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Ups .. pam pam ..... sudah Mengerti saya .. anda Nur Cahaya, terbaca oleh saya adalah seorang yang ingkar sunnah ..<br /><br />Kalau begitu dengan kemampuan anda yang menurut anda adalah kemampuan Menerangkan, maka anda sebenarnya di posisi yang tidak konsisten, satu sisi anda tidak ingin orang Menerima sesuatu dalam pemaknaan alquran itu dari fihak lain yang mereka jadisikan rujukan karena anda anggap itu sebagai yang mengikuti nafsi, tetapi dilain sisi anda menyediakan diri anda sebagai tempat rujukan ...<br /><br />Nah satu tingkat peringkat anda anda naikkan lagi, anda seakan-akan menempatkan diri anda sebagai ‘’ nabi ‘’ baru, dengan sunnah sunnah anda ,,,,<br /><br />Anda tidak hanya mendeklerasikan diri anda sebagai Makshumah, tetapi juga anda berusaha meberi syinyal bahwa kenabian itu atau ke Rasualan itu bersemayam di diri anda lantas anda coba terangkan sesuatu dengan cara cara anda yang kami fahami sebagai rujukan ....<br /><br /><b>Syahran Nst:</b> @Nur : Ruh Nya adalah rasul dalam dirimu sendiri yang selalu kamu dustakan. Bisa jelaskan apa maksudnya ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Fahim. yang saya sampaikan ayat-ayat al Qur'an sehingga pahamilah ayat-ayatNya bacalah al Qur'an supaya kamu memahami siapakah dirimu sendiri siapa pembimbingmu yang ada dalam hatimu, pembimbing yang sebenarnya untuk kembali ?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: ???<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Ketika anda mengatakan ini: Fahim yang saya sampaikan ayat-ayat al Qur'an sehingga pahamilah ayat-ayatNya bacalah al Qur'an supaya kamu memahami siapakah dirimu sendiri siapa pembimbingmu yang ada dalam hatimu, pembimbing yang sebenarnya untuk kembali ?<br /><br />Bagaimana jika saya berkata apa yang anda sarankan itu, ketika saya mengikuti anda bisa anda artikan saya mengikuti nafsi mu ?<br /><br />Bukankah anda berkata, jika kami merujuk kepada orang terdahulu yang jelas jelas di sucikan Allah dalam kitabnya anda sebut sebagai mengikuti nafsi juga ....<br /><br />Nur Cahaya saya fikir diri anda harus masuk dalam asbabun nuzul salah satu ayat atau bahkan surat dalam al Qur'an.<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Mestinya anda sadar diri ,.....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Manusia disuruh mengikuti yang diturunkan Allah al Qur'an sehingga ketika disampaikan ayat-ayat lihat dengar dan rasakan dengan hatimu sehingga kamu sendiri memahaminya dari ayat-ayatNya. Dengan syarat anda kosongkan paham-paham lain dari ajaran- ajaran di luar al Qur'an supaya hatimu terbuka kepada paham-paham al Qur'an.<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Apanya yang akan saya kosongkan, sementara saya berusaha untuk Memahami Alquran itu ...<br /><br />Masalahnya kepada siapa saya merujuk, agar saya bisa mengisi fahaman saya Akan al Qur'an ....<br /><br />???<br /><br />Sementara tidak akan menyentuh akan Alquran Itu kecuali orang orang yang suci itu kata<br /><br />Alquran ....<br /><br />Lantas logika awam saya akan membuat pertanyaan ...:<br /><br />SIAPA SAYA ?????<br /><br />Abu Thurab: Apakah Saya pernah bergaul dalam keseharian saya bersama Rasul sang penerima Wahyu ???<br /><br />Atau segudang pertanyaan yang jelas jawabnanya pastilah Never karena saya hidup dimasa sekarang jauh dari masa Rasul dalam penerangannnya akan maksud maksud Alquran yang harus saya fahami jika saya ingin di sebut sebagai Manusia berIman dan Taqwa ...<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Atau Saya Mesti Terbang Kelangit, Lantas menemui tuhan agar iya bersedia menerangkan semua makna makna Alquran baik yang MUHKAM dan Muthashabihat ????<br /><br />Begitukah ??????<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Atau Kehadiran Mereka yang dalam keseharian dalam kehidupannya yang dekat bersama rasul pada masa rasul hidup akan saya maknai sebagai :<br /><br />Yang tak punya faedah untuk genersi saya ???<br /><br />Lantas Andalah yang paling punya Faedah dengan segala keterangan anda akan Alquran ????<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Tepok Jidad Saya Baca Comentar Anda ??!!!??<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Sosok musadeq perujudan wanita yang dapat wahyu dari gunung sindur..xixixi..<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Ini orang tarekat kemanunggalan, ga perlu dengan syareat lagi..?<br /><br />Ibadahnya cukup dengan bersemedi, menunggu bisikan bisikan di dalam hati, menjadi wahyu untuk nur cahya?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Manusia disuruh mencari karunia rahmat dibumi yang dibumi seluruhnya diberikan untuk manusia, jika menjadi ahli dokter jadilah dokter yang memberi manfaat, jika ahli bangunan berprofesilah yang memberi manfaat, ahli apapun berbuatlah yang memberi manfaat bagi keselamatan. Berbuatlah dengan adil, tertib, memaafkan, kasih sayang, damai, maka dirimu termasuk orang-orang yang mengemban amanatNya dimuka bumi. Dia tidak mengajarkan manusia berbuat permusuhan, saling dengki, dengki antar gol, antar partai, antar agama, bagaimana berani manusia berbuat tidak adil dengan korupsi, berebut kekuasaan untuk kesenangannya, mereka tidak dirikan sholat tidak tunaikan zakat, tidak beriman dan tidak beramal soleh, mereka lengah mengikuti Tuhan-Tuhan yang bergolongan-golongan, hatinya keras, rusak, tidak melihat, tidak mendengar, tidak merasa, nafsunya mengikuti kesenangan yang menipu.. Dirikan sholat dirubah dirikan dengan berdiri, rukuk dengan membungkuk, sujud dengan telungkup, bagaimana bisa paham al Qur'an ? Pantas jika manusia dikatakan bodoh dan zalim 33:72<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Satu lagi ga boleh merasa paling benar sendiri betulkan..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Ya sudah, kita wajib saling menghormati saja sesuai dengan keyakinan masing-masing, gitu aja kok repot.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Sudah usia Puluhan tahun masih tetap tidak paham al Qur'an, tetap saja berdiri, membungkuk, telungkup, tetapi tiap hari minta ditunjuki jalan lurus, tetapi tiap hari berdiri, membungkuk, telungkup, mereka sering menyuruh sholat tetapi mereka tidak mengerjakannya, sholat mereka dirumah Allah seperti bersiul dan bertepuk tangan tidak sholat (memahami al Qur'an). 26:226, 8:35, mereka tidak mengerjakan sholat, kecelakaanlah bagimu 4x berulang Allah menyebutnya dalam 75:31-35.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Hidup Indonesia. Bravo bhineka tunggal ika...<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur: Jalan yang lurus jalan apa sih..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Tidak ada dengki, merasa direndahkan, jika yang disampaikan al Qur'an maka jika diri merasa diperingatkan yang memperingatkan bukan saya, tetapi al Qur'an. Yang lebih Benar juga al Qur'an, bukan diriku. Aku hanya mengikuti taat Allah dan taat rasul al Qur'an. Penyampaian ini semata kasih saya kepada bang Edo tetapi tidak ada paksaan...untuk mengikuti... tiap diri bertanggung jawab pada dirinya masing-masing keajiban manusia hanya menyampaikan.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Nur: Saya ini terlalu bodoh untuk dapat mengerti ketinggian bahasa kamu, tolong dijawab pertanyaan saya : ruh Nya adalah rasul dalam dirimu sendiri yang selalu kamu dustakan. Bisa jelaskan apa maksudnya ?<br /><br /><b>Edo Saputra:</b> Nur Cahya: Bagi bagi ilmu bolehkan, saya cuma bertanya sesuai dengan statemen kamu tentang jalan yang lurus..?<br /><br /><b>Abubakar Hadi Fadhil</b>: AFWAN USTADZ SINAR AGAMA, KATANYA ANDA SEORANG USTADZ, TETAPI KENAPA ANDA JUSTRU MEMFITNAH DENGAN JAWABAN SEPERTI INI “Syi’ah tidak menuduh Sunni menyatakan bahwa Nabi saww telah bermuka masam. Tetapi kalau kita lihat tafsir-tafsir, dan pernyataan-pernyataan Sunni, maka pernyataan mereka tentang bermuka masamnya Nabi saww itu tidak terhitung jumlahnya. Karna itulah Sunni juga mengatakan bahwa Nabi saww itu tidak makshum di selain masalah penyampaian agama. Karena itu mereka juga meyakini kesalahan beberapa nabi terdahulu, seperti nabi Adam as dan sebagainya ". JUSTRU ISLAM MENGATAKAN BAHWA YANG MA’SHUM ITU ADALAH PARA NABI TERMASUK NABI MUHAMMAD SAW.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Abu bakar bin hadi: Kesalahan apa yang lakukan adam? sewaktu adam melakukan ke salahan secara syar‘i fikih sudah diberlakukan belom..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Jalan yang lurus itu adalah al Qur'an<br /><br />46:30 Mereka berkata: ‘Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.<br /><br />22:54 dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al Qur'an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.<br /><br />17:9 Sesungguhnya al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syahran: Silahkan dipahami ayat-ayat tentang ruhNya, rasulNya dalam dirimu sendiri, tetapi kamu selalu mendustakanNya.<br /><br />42:52 Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (al Qur'an) dari perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Al Kitab (al Qur'an) dan tidak iman, tetapi Kami menjadikan al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.<br /><br />Ayat 42:52 menjelaskan bahwa yang diwahyukan kepadamu Ruh dari perintahNya, yang membuat kamu mengetahui kitab dan menjadikanmu iman, dengan al Qur'an itu Allah menunjuki siapa yang Dia kehendaki, dengan kitab itu kamu menunjuki jalan yang lurus. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa yang diwahyukan adalah al Qur'an (alkitab yang menjadikan iman) dan al Qur'an itu ruh perintahNya yang diturunkan dalam hati manusia bertaqwa, al Qur'an bagi orang-orang bertaqwa adalah petunjuk 2:2.<br /><br />2:2 Kitab (al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,<br /><br />Kamu yang dimaksud menurut al Qur'an itu adalah dirimu sendiri ketika dirimu mengucapkannya/ mengatakannya/membacakannya al Qur'an dengan taqwa.<br /><br />Ketika al Qur'an Ruh itu masuk dalam dada sebagai paham dalam hati ia adalah RuhNya utusanNya yang menuntun amalnya, kiblat bagi arah jalannya.<br /><br />9:128 Sungguh telah datang kepada kalian satu Rasul (rasul al Qur'an) dari diri kalian sendiri (anfusikum), kekuatannya untuk kesulitan kalian, memperdulikan kalian, untuk yang beriman suka belas kasih.<br /><br />Hati itu tidak diterangi cahaya rasulNya al Qur'an tetapi digelapkan dengan kitab-kitab selain al Qur'an, yang diimani sebagai kitab sekutu, yang mendustakanNya.<br /><br />16:113 Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka satu rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.<br /><br />15:29 Maka apabila Aku (Allah) telah menyempurnakan kejadiannya (penciptaan manusia), dan telah meniup kan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.<br /><br />RuhNya itu ditiupkan maka Tunduk (rendah hati) dan Sujud (taat) nya malaikat itu bukan kepada diri nafsin tetapi kepada ruhNya yaitu al Qur'an yang ada dalam dada manusia (hati/quluub)). 29:49. Kepada ruh al Qur'an itu malaikat taat (sujud). Al Qur'an diturunkan bagi siapa yang Dia kehendaki (yang mengikuti al Qur'an),<br /><br />40:15 yang tinggi derajat-Nya yang mempunyai kedudukan, Dia menurunkan Ruh dari perintah- Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya supaya memberi peringatan hari pertemuan.<br /><br />19:64 Dan tidaklah Kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.<br /><br />Kami yang turun dengan perintahNya dengan kebenaran untuk meneguhkan orang beriman, yang meneguhkan iman adalah ruh al Qur'an<br /><br />16:102 katakan: “telah diturunkan Ruh Qudus dari Tuhanmu dengan kebenaran untuk meneguhkan orang-orang yang beriman dan petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.<br /><br />Apakah yang dimaksud satu rasul di 3:81 yang telah membuat nabi beriman dan nabi menolongnya? Rasul itu yang membenarkan imannya nabi. Rasul itu kitab dan hikmah ketika datang kepadamu (dipahami dalam hati) .<br /><br />3:81 Dan ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah (al Qur'an 43:4) kemudian datang kepadamu satu rasul yang membenarkan apa yang ada padamu (imanmu/pemahamanmu), niscaya kamu akan sungguh- sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu berikrar dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami berikrar”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah dan Aku bersamamu diantara para saksi”.<br /><br />Al Qur'an adalah ucapan rasul yang mulia, memiliki kekuatan, memiliki kedudukan aman untuk satu taat dan iman.<br /><br />69:40 sesungguhnya ini (al Qur'an) benar-benar ucapan rasul yang mulia. 81:19 sesungguhnya ini (al Qur'an) ucapan Rasul yang mulia.<br /><br />Ayat 69:40 dan 81:19 menjelaskan bahwa yang dimaksud rasul adalah “ucapan” tentu ucapan utusan itu adalah ayat-ayat kalimat yang diturunkan Allah dalam bahasa Arab karena perkataan tersebut pertama kali diturunkan kepada diri manusia (nafsin) bernama Muhammad yang memahami perkataan dengan bahasa kaumnya yaitu bahasa arab.<br /><br />81:20 memiliki kekuatan dengan memiliki kedudukan aman. 81:21 untuk satu taat dan iman.<br /><br />Perkataan yang mulia yang memiliki kekuatan memiliki kedudukan aman untuk satu taat dan iman tentulah merujuk pada perkataan yang tertulis dalam Kitab al Qur'an yang diturunkan dari ruh perintahNya, yang menjadikannya cahaya petunjuk jalan yang lurus bagi siapa saja yang mengambilnya dengan benar mengikuti petunjukNya (yang Dia kehendaki).<br /><br />Ayat-ayat tersebut menjelaskan kedudukan al Qur'an bahwa al Qur'an Ruh dari perintahNya yang mulia, memiliki kekuatan, memiliki kedudukan aman, sebagai satu yang ditaati dan diimani. Dan dapat dipahami bahwa al Qur'an itulah yang sebenarnya rasulullah, bukan dari diri manusia (nafsin),<br /><br />Nur Cahaya: Al Qur'an “ucapan utusan (rasul)”. Maka al Qur'an itu rasul ruh perintahNya. Tetapi Setiap ucapan bukan rasul al Qur'an.<br /><br />5:67 Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan, kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.<br /><br />Taufan “angin utusan (rasul)” maka Topan itu rasul. Tetapi Setiap angin bukan rasul Taufan.<br /><br />7:133 Maka Kami utus kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.<br /><br />32:9 Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan rasa, kamu sedikit sekali bersyukur.<br /><br />Perhatikan ruh yang ditiupkan kedalam hati itu ayat-ayatNya yang menjadikan, penglihatan, pendengaran, rasa 7:179.<br /><br />7:179 Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.<br /><br />Yang melihat bukan mata tapi hati yang didada.<br /><br />22:46 maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.<br /><br />91:7 dan nafsin serta penyempurnaannya.<br /><br />91:8 maka Allah mengilhamkan kepadanya (penyempurna/pembimbing yang di hati kepada nafsin) kejahatan (pengingkaran ayat-ayatNya) dan ketaqwaannya.<br /><br />15:30 Maka bersujudlah (taatlah) para malaikat itu semuanya bersama-sama, 15:31 kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama yang sujud (taat) itu.<br /><br />Ruh al Qur'an, ucapan rasul dibawa kedalam hatimu<br /><br />26:193 telah dibawa turun Ruh Al-Amin (ruh yang terpercaya).<br /><br />26:194 ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,<br /><br />26:195 Dengan bahasa Arab yang jelas. Al Qur'an dalam kitab terdahulu.<br /><br />26:196 Dan sesungguhnya al Qur'an itu benar-benar dalam Kitab-kitab orang yang dahulu.<br /><br />Kitab-kitab terdahulu tentu berbahasa kaum yang dimengerti. Jika al Qur'an kemudian sampai ke Indonesia tentu al Qur'an itu dapat dimengerti setelah diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti. Dan ketika al Qur'an itu diucapkan maka ucapan itu ucapan utusan dan ucapan utusan itu ruhNya bukan dari diri manusia.<br /><br />14:4 Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang<br /><br />Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.<br /><br />26:197 Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?<br /><br />26:198 Dan kalau al Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, 26:199 Lalu ia membacakannya kepada mereka; niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.<br /><br />Jika tidak mengerti tidak beriman hatinya tidak paham al Qur'an, dan mereka memasukkan dalam hatinya paham-paham yang lain dari al Qur'an dan mengajarkan dalam bahasa kaum.<br /><br />26:200 Demikianlah Kami masukkan ke dalam hati (quluubi) orang-orang yang durhaka. 26:201 Mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih,<br /><br />26:202 Maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya,<br /><br />26:203 Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami? 26:204 Maka apakah merek meminta supaya disegerakan azab Kami?<br /><br />26:205 Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun,<br /><br />26:206 Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, 26:207 niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.<br /><br />26:208 Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang- orang yang memberi peringatan;<br /><br />26:209 untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.<br /><br />Aikah (Mekah) dan AlHijr (Medinah) dua kota yang pernah diperingatkan dengan azab keras hujan batu panas kaum Luth. Tidakkah kamu memperhatikan sisa-sisa negeri yang diazab karena mendustakan Allah. Dan negeri itu mengulangi pendustaan Allah.<br /><br />6:5 Sesungguhnya mereka telah menolak (mendustakan) yang haq (al Qur'an) ketika sampai ia (al Qur'an) kepada mereka, kemudian sampai kepada mereka berita-berita yang mereka pergunakan mengolok.<br /><br />18:6 Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (al Qur'an).<br /><br />6:116 Dan jika kamu menuruti KEBANYAKAN orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.<br /><br />Berita-berita diluar al Qur'an yang “katanya” wahyu nabi itu berita-berita bohong, berita-berita itu tidak pernah menghadirkan 4 saksi ketika diberitakan 24:13, bacalah 24:1, 24:11-21.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Kikiki .... anak saya bisa nulis yang begituan boss ....<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Nur: Apakah penjelasan ini merupakan hasil olah pikir kamu atau “katanya” ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Yang saya sampaikan murni dari pemahaman hati saya kepada al Qur'an tidak sedikitpun saya mengambil paham dari luar al Qur'an. Al Qur'an pelajaran dari Tuhan, Dia menjelaskan melalui ayat-ayat yang jelas kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. Jalan al Qur'an itulah yang lurus.<br /><br />6:126 Dan inilah jalan Tuhanmu; yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Saya setuju dengan jawaban kamu bahwa jalan yang lurus itu “al Qur'an “ pertanyaanya al Qur'an yang mana neh..?. Kita lihat contoh, orang NU bilang berpegang dengan Qur'an dan menurut NU pemahaman al Qur'an sudah benar, orang muhamadiyah juga sama, orang wahabi juga sama, orang nii juga sama, orang LDii juga sama, orang ahmadiyah juga sama, orang tarekat kesupiaan juga sama, dan tarekat kebatinanpun seperti ahmad musadeq yang dapat bisikan wahyu dari gunung sindur mengatakan sudah mengikuti al Qur'an tapi kenapa kontradiksi di antara mereka..? Bahkan di antara mereka mengklaim paling benar di antara golongnya. Dari pemahamaan yang lain, bukankah alquraan itu petunjuk bagi manusia kenapa malah sebaliknya??<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: saya akan mengutif ayat al Qur'an yang berbunyi “ Andai saja al Qur'an itu bukan datang dari sisiku, niscahya terdapat ihtilaf (perbedaan) di dalamnya. Coba di renungi sendiri?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Luar biasa Nur Cahaya ini, jadi bener-bener murni dari pemahaman hati kamu ? Saya yakin kalau hanya modal belajar iqro dan terjemahan Depag akan sulit memahami al Qur'an, tentunya sudah banyak ilmu yang kamu pelajari sehingga sudah bisa memahami dan bahkan menafsirkan al Qur'an ala Nur Cahaya.<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: Kalian semua berputar-putar dengan Qur'an.. !!! Qur'an itu luas maknanya.. Mau ke kiri dan ke kanan bisa tergantung keilmuan bersangkutan, satu ayat saja sudah cukup mewakili seluruh alam semesta, bila kalian demikian terus menerus saya yakin kalian tidak punya pendirian tetap, karna pendapat itu tak bisa dipaksakan tapi dipahami... Ingat.. !!!<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Erwin: Ngomong apa kamu ? Yang didiskusikan ini justru masalah pendirian tetap itu<br /><br /><b>Edo Saputra:</b> Erwin: Justru permasalahaan seperti ini harus disatukan sesuai dengan kehendak Tuhan, kalau kita meyakini bahwa Tuhan itu Esa, yang membuat hukum tentu tidak kontradiktif, seperti yang kita alami sekarng, dan kita harus menemui al quraan sejatinya.<br /><br /><b>Erwin La Ode</b>: @nasution...bukankah sampean hanya nama saja ?? Sampean terlupakan ?? Sampean berbintang 4 tapi merahasiakan kejadian, sampean bagian dari sejarah kelam bangsa ini yang hampir terlupakan.. Coment cahaya aja bingung apalagi tentang makna nama.. ??? @edo.. Anda lebih bijak dari nasution mesti anda dekat, cari terus maknanya semoga peroleh petunjuk.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Erwin: Omonganmu makin ngelantur ga karuan, apa hubungannya peristiwa ‘65 dengan saya ? Apa yang dibingungkan dari coment cahaya, ucapanmu dan cahaya sangat jelas buat saya, hanya saja saya ingin menyadarkan orang-orang sok tau kayak kalian.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Maaf Ustadz Sinar Agama, saya jadi ‘nyampah’ di sini..hehehe...sekali lagi... afwan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: yang anda sampaikan mereka semua mengatakan yang paling benar dan mereka berselisih itu dijelaskan semua didalam al Qur'an, karena mereka mengikuti pemimpin masing-masing, yang lebih parah umat diingatkan waspadalah 63:4 kepada berita bohong wahyu dari cerita-cerita yang. “Katanya” dari nabi Muhammad, 24:13 mereka berselisih karena mereka mengikuti pemimpinnya masing2, 2:213, 7:2-4 dari kitab-kitab bohong, masing-masing itu ada tokoh-tokoh pembuat dan penyebarnya. Di banyak milis FB grup-grup islam, saya menemukan sedikit sekali orang-orang yang memurnikan al Qur'an tidak saling kenal tetapi mereka memiliki kesamaan pemahaman. Dan sangat mudah memahami diantara mereka ketika terjadi perbedaan pendapat karena rujukan perbedaannya masih dalam 1 kitab, satu Tuhan 29:46 mereka semakin kaya pemahamannya dalam satu iman al Qur'an. Jika anda perhatikan perbedaan-perbedaan yang ada sekarang itu mereka tidak kembalikan kepada al Qur'an tetapi masing-masing tetap berpegang pada ajaran pemimpinnya masing-masing.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ayat-ayat semakin jelas ketika kita ikuti tanpa penolakan karena paham yang sudah tertanam dalam hati . Ayat-ayat yang menyatakan tidak ada hadis lain selain AlQuran dilawan 77:50, 45:6, 6:114, 39:23, mereka diazab dengan kebinasaan, mereka tidak teguh (sabar) seperti keteguhan rasul-rasul yang menyampaikan AlQuran 46:35, 5:67.<br /><br />Salam<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Jawaban kamu selalu berputar putar, emang kamu memahami al quran bisa dengan sendirinya..? Apa bisa bermemfaat al Qur'an tanpa penjelas ?<br /><br />Penjelas al quran itu sendiri, kalau kita memahami al Qur'an cuma dengan rabaaan hati apa dijamin bisa pas dengan kehendak tuhan, sedangkan al quran sendiri menerangkan “ tidak akan tersentuh maknawi al quraan yang sesungguhnya kecuali kepada mereka orang orang yang disucikan.<br /><br />Dari ayat itu bisa ditarik permasalahaan bahwa untuk memahami al Qur'an harus mempunyai syarat khusus, dan di jamin kebenaraanya,<br /><br />Kerena, jalan yang lurus itu jalan yang tidak pernah salah yang kebenaraanya 100% dan agamanya benar 100%.<br /><br />Nah untuk merujuk kepada jalan yang lurus kita butuh orang orang yang dibenarkan tuhan, Yang umumkan dan diakui secara nas al quran,<br /><br />Merekalah orang orang yang pilih oleh Allah Swt, untuk menjadi penjelas penjelas al quraan itu sendiri, kerena mereka adalah orang orang yang disucikan dan dibenarkaan tuhan,<br /><br />Kalau kita menafikan orang yang sudah jelas di pilih oleh tuhan, berarti, jalan yang lurus itu sudah tidak ada,<br /><br />Dan kita akan sia sia meminta jalan yang lurus di dalam sholat kita. Kerena al quraan itu kitab yang jelas yang harus kita pahami.<br /><br />Bukan harus meraba raba dengan hati kita yang jelas jauh dari kebenaraan, kerena kita manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: @Edo : Sudah jelas kalau Nur Cahaya hanya mengikuti pemahaman dirinya sendiri yang “katanya” sudah tertanam dalam hati, jadi argumen apa pun selama tidak cocok dengan perasaannya sudah pasti akan tertolak.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Nah yang jadi masalah mau ikut perasaan atau ikut akal ? Mau ikut suka/tidak suka atau benar/salah ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syahran: Al Qur'an kitab yang nyata kejadian masa lalu yang tidak terjangkau rekaman sejarah, sekarang dan akan datang hingga setelah kematian diberitakan dalam kitab yang benar, saya mengetahui hadis-hadis selain al Qur'an, kisah-kisah para nabi yang tidak saya ketahui sedikitpun (ghaib) perselisihan Sunni, syiah, dan lain-lain sebab-sebab azab masa lalu yang ghaib kisah para rasul adalah dari petunjuk al Qur'an. 3:58. Saya tahu syarat-syarat ampunan dosa dan balasan yang terbesar juga dari al Qur'an 33:35. Saya tahu apakah yang sebenarnya perintah sholat, zakat, sedekah, dan lain-lain terkait dengan pengabdian kepada Tuhan adalah dari Tuhan melalui al Qur'an.<br /><br />Keselamatanmu karena keteguhanmu kepada perintahNya al Qur'an. 13:24, 42:52<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Tidak menyentuh (memahami) kecuali orang-orang yang bersih dari kekafiran. Jika anda belajar ilmu marketing menggunakan buku sejarah yang dikatakan orang- orang munafik itu buku sejarah sebagai pelajaran dari suhunya marketing maka kamu akan tidak paham marketing, hatimu tertutup masuknya ilmu marketing yang benar karena dirimu kemasukan paham sejarah yang dipercayai sebagai ilmu marketing. Jika anda belajar dengan buku cara bersepeda roda 2, maka jika yang anda pelajari bersepeda roda 3 apakah jika kamu amalkan untuk bersepeda roda 2 apakah dirimu bisa ? Kenyataan tanpa belajar buku, ketika anda belajar bersepeda , anda sebenarnya menggunakan penglihatan, pendengaran dan rasa untuk dipahami dan setelah mencoba berkali-kali anda bisa menemukan mengatur keseimbangan bersepeda dengan roda 2, karena sebenarnya dalam dada telah ada ruhNya yang menyempurnakan dirimu sehingga dirimu bisa naik sepeda roda 2, jika kamu terus mengikuti kitab roda3 kamu tidak pernah bisa mengamalkannya mengendarai roda 2. Perhatikan proses Ibrahim dalam memahami Tuhannya 6:76-79, al Qur'an kitab nyata petunjuk bagi kejadian hidupmu, memperingatkanmu atas apa yang kamu kerjakan, al Qur'an nyata petunjuk hidpmu ada dalam dadamu 29:49, azab kebinasaan bagi yang mendustakanNya. 16:113.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Saudaraku, dalam memahami agama kita tidak cukup dengan al quraan saja, seorang nabi saja memahami al quran harus ada bimbingan wahyu, kerena hakikat al quran sangat luas, dan setiap hurup atau ayat mempunyai makna batin bertingkat tingkat, dan hanya orang orang tertentu saja yang bisa mengetahui hakekat al quran itu sendiri, nah, kalau kamu masih menafikan orang orang yang jelas dijamin kebenaraannya, bagaimana kamu memahmi al quran memahami hukum hukumnya seperti fikihnya..?<br /><br />Apa kamu akan mengklaim diri sendiri bahwa kamu sudah mendapat bimbingan wahyunya melalui hati kamu,<br /><br />Allah berfirman: sesungguhnya prasangka itu tidak dapat menggapai kebenaran dan hanya menduga duga”<br /><br /><b>Nur cahaya</b>: kalau kita beragama tidak merujuk kepada orang yang sudah tujuk dan d umumkan secara nas alquran,<br /><br />Maka ibadah kita hanya prasangka yang tidak akan mencapai kebenaran yang di inginkan tuhan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syahran: Jika disampaikan ayat-ayat yang menjelaskan, yang disampaikan itu bukan kata saya, tetapi kata al Qur'an, yang anda sendiri bisa membacanya, tetapi jika anda membacanya dengan kitab-kitab hadis syiah, dan orang lain membaca dengan kitab-kitab hadis Sunni maka anda akan berselisih bahkan saling bunuh, sejak dahulu. Jika anda memahami dengan sesama golonganmu kamu saling menolong, jika kamu mendengar ayat-ayat al Qur'an saja tanpa hadis dari sekutu Allah kamu benci, .17:46, 40:12.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Wahyu itu al Qur'an 69:40, 2:23, 35:31, 42:52.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Wahyu yang diturunkan kepada Muhammad itu al Qur'an, ketika dirimu gelap, dan kamu membacanya dan memasukkannya paham-pahamNya dalam hatimu sebenarnya kamu juga melakukan hal yang sama apa yang dilakukan Muhammad 1200 tahun lalu, wahyu itu diturunkan kepadamu 75:16, Ruh itu ditiupkan kepadamu sehingga Dia menyempurnakan penglihatan, pendengaran dan rasa-mu. Karena kamu memahami ayat-ayatNya 7:179, 22:46, ruhNya Dia masukkan dalam dadamu menjadikan cahaya petunjuk 42:52<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: al Qur'an tidak menyebut nama-nama orang tertentu kecuali para nabi yang dikisahkan dalam kitab Allah, untuk diikuti tetapi yang diikuti adalah kata-kata yang bermakna yaitu Allah, rasulNya, nabi yang beriman, pengurus urusan (ulil amri) yang beriman. Dan pengurus urusan, nabi, rasul itu bisa dirimu ketika dirimu mengikuti 33:35, ketika dirimu menyampaikan 5:67, ketika dirimu mengikuti 33:1-2, ketika dirimu 3:79, ketika dirimu berikrar 3:81. Karena kitab itu petunjuk kepada dirimu mengemban amanatNya dimuka bumi yang tertulis dalam kitab sebagai perjanjianmu, manusia yang telah Dia dihidupkan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 5:7 Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami taati”. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu).<br /><br />Ketika Dia melahirkan dirimu, kamu telah diambil sumpah pengakuan berjanji dengan saksi Allah, bahwa Allah Tuhanmu 7:172, nabi berjanji/bersumpah/bersyahadat dengan saksi Allah memperingatkanmu dengan al Qur'an. 6:19.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Persangkaan dan menduga-duga itu adalah ditujukan kepada kitab-kitab hadis. Memahami al Qur'an tidak menduga-duga. Tetapi berangsur-angsur dengan membaca ayat- ayatNya dari yang mudah dipahami, hanya dari al Qur'an saja. Ayat-ayat tersebut diturunkan dengan susunan, ketika disusun ayat-ayat itu seperti potongan-potongan permainan puzle yang jika potongan-potongan tersebut disusun dari yang tidak berujud hanya ujud kumpulan huruf- huruf kata-kata dan ayat-ayat, memberikan potongan-potongan pemahaman yang mengkonstruksi paham yang makin jelas wujudnya sebagai suatu bangun bayt allah. Bangun paham yang terbangun yang berdiri dalam hati, mendatangkan rasa kasih sayang, pemaaf, condong damai, berlaku adil, tidak dengki, mengajak kepada kebaikan, keselamatan, yang menepati janji, yang menjaga, memelihara.<br /><br />Malaikat menurunkan pemahaman al Qur'an dalam hatimu 16:2, 77:1-6, 8:12.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syaitan-syaitan menurunkan pemahaman hadis-hadis bohong dalam hatimu 26:210, 26:221-222, yang banyak dosa dan pendusta dalam ayat 26:222 dijelaskan di 24:11-13, yang menyiarkan diazab 24:19, syaitan2 di 26:221 dijelaskan di 24:21.<br /><br />Nur Cahaya: Ketika dirimu gelap dan ada kehendak yang kuat dalam dirimu unt melepas kemusrikanmu untuk mencari penerang dari cahaya al Qur'an kegelapan malammu itu adalah kemuliaanmu, gelapmu saat itu adalah lebih baik dari 1000 bulan, kegelapanmu menurunkan malaikat-malaikat atas perintahNya untuk mengatur urusan fajarmu. Kegelapanmu menjadikan keselamatanmu hingga kamu fajar terang dirimu paham kepada dirimu sendiri kepada jalanmu untuk kembali kepada Tuhanmu dengan diri yang tenang 97:1-5, 89:27-30, tenang karena pemahamannya kepada hadis paling baik AlQuran 39:23.<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Tepok jidad. ....Sekarepmu lah. ....mutar sini mutar sana. ..<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo:<br /><br /><b>Nur Cahya</b>: saya akan mengutif ayat al Qur'an yang berbunyi “ Andai saja al Qur'an itu bukan datang dari sisiku,niscahya terdapat ihtilaf ( perbedaan)di dalamnya. coba di renungi sendiri?<br /><br />Ketika saya membaca menerima pemahaman murni dari al Qur'an tidak satupun dari keseluruhan ayat-ayatNya saling bertentangan. Sehingga pengiman al Qur'an murni mudah saling bertukar paham karena ayat-ayat saling menguatkan paham dan tidak bertentangan.<br /><br />Ketika anda yang berpaham pada tuhan yang bergol syiah berdebat dengan orang-orang yang bertuhan dari gol Sunni anda berselisih. Seharusnya jika merujuk kepada Allah yang menurunkan dan rasul yang menyampaikan al Qur'an tidak akan ada perbedaan. Sehingga Dia menetapkan mereka yang bergolongan adalah kemusrikan, 15:90-94, 30:31-32, dosa yang tidak diampuni, amalmu sia-sia. Kembalilah saudaraku kepada petunjuk Tuhanmu, tinggalkan kemusrikanmu. 6:19. Perjuangan mendaki bagimu adalah melepaskan dirimu dari budak syaitan 24:21, bacalah dengan kesungguhan dan kerendahan hatimu 24:1, 24:11-21, Dia hendak memberimu rahmat, pelajaran keselamatanmu melalui al Qur'an 29:51.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: al Qur'an tinggi hikmah 43:4, Fahim meremehkan al Qur'an, dirimu kelak menyesali sikapmu sendiri, yang tidak memahami ayat-ayatNya 56:80-81, 28:47.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Ada 2 jalan, jalan yang satu adalah mendaki dan sukar, jalan itu adalah melepaskan budak syaitan yang mengikuti tuan-tuan yang menyiarkan kitab-kitab bohong dari golongan mereka 90:10-13, 24:11-21.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Mas Nur Cahaya, aliran ingkar sunnah yach..?? Maaf..<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ingkar sunnah itu apa ya maknanya ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Todhoerikei: Membuat ketetapan inkar sunnah mengikuti Tuhan siapa ? Apakah jika AlQuran tidak sesuai dengan ajaran nenek moyangmu kamu mengatakannya inkar sunnah?<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> 33:61 dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.<br /><br />33:62 Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.<br /><br />33:38 Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. Sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,<br /><br />Sunnah Allah kepada nabi, adalah nabi sebagai penyampai risalah Allah (al Qur'an).<br /><br />33:39 (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah (al Qur'an), mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.<br /><br />8:38 Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: ‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku sunnah orang-orang dahulu’.<br /><br />Sunnah Allah bagi orang-orang yang mendustakannya adalah azab kebinasaan, sunnah adalah cara atau hukum Allah sebagai ketetapan Allah, al Qur'an tidak mengajarkan ada sunnah nabi, nabi tidak membuat sunnah. nabi mengikuti sunnah Allah yang Dia turunkan dalam wujud al Qur'an (kitab dan hikmah) Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Kamukan hidup bukan di jaman Nabi, bagaimana kamu mengamalkan fikih tata cara shalat. ?<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Bagaimana Menurut Nur Cahaya, tata cara pengurusan jenazah seorang muslim meninggal dunia?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: T Ef Ef: Afwan pertanyaan jangan dibrondong, satu satu saja, kita akan urut mulai fikih salat dari mana nur cahya memahami tentang solatnya..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Jika kita mengeluarkan semua ayat yang ada kata sholat, dalam al Qur'an akan mengkonstruksi bangun (rumah/bayt) pemahaman perintah untuk memahami al Qur'an, agar menjadikan yang dipahami tersebut iman yang selalu diingat dalam hatinya, melalui hati itu ruh perintahNya al Qur'an itu menuntun memerintah amalmu kepada amal kebaikan, apapun profesi peranmu dimuka bumi yang Dia perankan kepadamu. Dirikan sholat dalam al Qur'an seringkali berpasangan dengan tunaikan zakat, dan jika kita keluarkan semua ayat yang terkandung kata tunaikan zakat, maka ayat-ayat tersebut mengkonstruksi bangun pemahaman tunaikan dengan bersih/suci tanpa ditambah-tambah dengan paham-paham yang mengotori paham al Qur'an. Sehingga dirikan sholat dan tunaikan zakat adalah dirikan bangun pemahaman al Qur'an dalam hati sehingga dirimu memiliki ketajaman penglihatan, pendengaran dan rasa akan kebenaran terhadap segala urusan dimuka bumi, dari Tuhanmu atas dasar ayat-ayatNya.<br /><br />Dirikan sholat (memahami al Qur'an) adalah berproses dari tidak paham menjadi paham, bisa cepat, lambat atau membatu, tergantung keberserahan dirinya kepada Allah yang memberi petunjuk dari ayat-ayatNya dan Dia menyuruh dirikan sholat hingga kamu memahaminya dengan bersih, setelah paham kemudian, paham itu selalu kamu ingat menjadi iman, menuntun semua langkah hidupmu, jika kamu disuruh tinggalkan kemusrikan maka tinggalkanlah, jika kamu disuruh dirikan sholat tunaikan dirikan dan tunaikan, maka kerjakanlah agar sholat itu menjadikanmu iman, dan dengan iman itu membimbing amalmu kepada amal soleh. Maka mereka yang beriman, beramal soleh, dirikan sholat, tunaikan zakat maka tidak ada kekuatiran dan tidak bersedih hati. 2:277.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: tata cara kamu meleksaanakan fikih tahu dari mana..? Seperti sholat harus dikerjakan 5 waktu. ?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Hahaha...setiap ditanya urusan fikih, selalu muter-muter. kata dia dirikan sholat itu sama dengan memahami qur’an...hey bung ! Yang ditanya itu TATA CARAnya. jawab !<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Hahaahhahahaah...oke deh mas edo saputra..lanjutkan..<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Kaya gasing...<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Saya jawab sendiri saja..kalau ada orang meninggal, terserah tata caranya karena dalam al Qurvan tidak ada panduan mendetail..hehehehe...begitu kan mas Nur Cahaya. ???<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Wah mumpung ada yang ngerti al Qur'an kayak Nur Cahaya, saya pengen nanya nich... Apa hukum orang muslim wajib di khitan menurut ayat al Qur'an ?... (ingat dari ayat Qur'an bukan yang lain/hadits)<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Tata cara orang meninggal? Apa makna orang meninggal kemana jasad akan kembali ? Urusan itu dahulu manusia dicontohi burung gagak 5:31, manusia mengada-ada tata cara, kalau tidak mengikuti tata cara dosa, haram. Perlakukan jenasah itu dengan sewajarnya untuk dia bisa kembali ke tanah, jiwanya (nafsin), urusan Allah, bukan lagi urusan manusia yang hidup.<br /><br />Jika dirikan sholat adalah dirikan pemahaman al Qur'an dalam hati maka cara dirikan itu adalah bacalah, 29:45 ketika mata dan telinga membaca hatimu mencerna melihat dan mendengar kebenaran Tuhanmu, untuk kamu tolak atau kamu dirikan dalam hatimu. Jika kamu dirikan maka sholatmu (Ruh perintahNya) akan mencegah perbuatan tidak bermoral dan jahat (berdustakan Allah), Manusia membuat tatacara sendiri dengan badan berdiri badan tunduk badan telungkup, apakah perbuatan tersebut dapat memahamkan al Qur'an ? 100 tahun dirimu diberi hidup dan mengikuti sholatmu kamu tidak akan memahami al Qur'an.<br /><br />Khitan itu untuk apa? Siapa yang menyuruh khitan?, Jika saya mengambil amandel atau usus buntu atau dikhitan, untuk kepentingan kesehatan, silahkan saja manusia yang ingin mengambil atau tidak perbuatan tersebut untuk menjaga kesehatannya, Dia tidak membuat ini halal ini haram kecuali dalam al Qur'an 16:116.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Hahaha..Nur Cahya mulai ga nyambung nih! nur: saya bertanya bagai mana kamu bisa mengetahui hukum al Qur'an tentang fikih sholat, seperti menentukan waktu sholat lima watu dalam sehari semalam..?<br /><br /><b>Abu Thurab</b>: Kikkkiki. Kalau bahasa padang nya, gaya penerangan Nur Cahaya ini bisa di sebut “”nan Kalamak di Aden “”<br /><br />Suko siko Hati Den “”<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Nur Cahaya bilang Khitan itu untuk apa? Siapa yang menyuruh khitan ? kok sama ya dengan katanya Paulus : “Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. “ (Gal 5:2)<br /><br />“Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Krislus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman bekerja oleh kasih. “ (Gal 5:6)<br /><br />“Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda- tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum- hukum Allah. (1 Kor 7:1819)<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Silahkan dipahami makna sholat dalam al Qur'an, Dia tidak menyuruh ritual, Dia menyuruh dirikan sholat itu bermakna dirikan pemahaman al Qur'an itu. Tata cara memahami gunakan kemampuan memahamimu, bacalah...kapan? Ketika kamu tidak memahaminya, memahaminya dengan berangsur-angsur bertahap dari yang mudah 73:1-20.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Jika ada perbedaan pendapat berita-berita hadis paus, hadis para imam pembuat hadis, kembali kepada al Qur'an, sebagai kitab pembenar atas kerusakan berita-berita Kitab Allah dari manusia.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Hehehe Nur Cahya: Apakah kewajiban sholat yang lima waktu cukup dengan pemahaman saja tanpa peleksanaanya??<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mengabdi Tuhan dengan ritual itu seperti orang-orang Musa, mereka membuat kitab hadis (Talmud) yang mengajarkan tata cara dan mereka meninggalkan Taurat. 5 waktu sholat dengan gerakan tertentu dan dengan bacaan tertentu itu seperti tatacara para penyembah berhala, ritual-ritual itu mengada-mengada, al Qur'an tidak mengajakanmu, ritual tata cara itu tidak menjadikanmu memahami al Qur'an, dekat dengan Tuhanmu. Bacalah 5:101-103.<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Nur Cahaya bilang Kembali kepada al Qur'an, justru itu saya kembali kepada al Qur'an, oleh karena ilmu Al Quran saya sangat sedikit makanya saya tanya kepada anda yang sangat ngerti al Qur'an.. ternyata jawaban anda sama seperti kata si Paul. terus kalau saya pegang pendapat anda,.. ya sama aja saya membenarkan katanya si Paul....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Di ayat 2:277 disebutkan sholat, zakat, iman dan amal soleh, itu 4 rangkaian yang saling berkaitan: memahami dengan bersih, mejadi iman, imannya membimbing amalnya.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 29:45 juga menjelaskan proses dari bacalah kemudian dirikan sholat, agar menjadi ingatan sehingga menuntun amal untuk mencegah, mengingat pemahaman al Qur'an ruh perintahNya itu lebih besar.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: M Fadli: Pemahaman tatacara yang mengharamkan dan menghalalkan diluar al Qur'an itu hanya mengada-ada, silahkan dibaca kembali ayat 16:116, 7:33, Tuhanmu tidak membuat tata cara haram dan halal tentang sunat Kembalilah kepada al Qur'an. Apakah yang halal dan haram menurut al Qur'an.<br /><br />Salam<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Mas nur Cahaya ini jika meninggal pasti ndak keberatan mayatnya digabung dengan bangkai binatang, soalnya kan tidak ada larangan petunjuk dalam al Qur'an versi dia ini,,itu termasuk memperlakukan sewajarnya .. bahkan saran saya mestinya besok-besok harus memakai jasa burung gagak untuk gali kuburan artinya mati yaa mati titik.,,<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: @Nur Cahaya: Saya kan tanya masalah wajib sunat berdasarkan ayat Qur'an ? Dari jawaban anda dapat saya pahami bahwa khitan/sunat tidak wajib, karena tidak ada perintah khitan/sunat dalam al Qur'an. jadi yang melakukan khitan/sunat monggo yang nggak mau ya nggak apa-apa karena khitan/sunat bukan perintah Allah melainkan untuk kesehatan. gitu kan bry.... o ya.. anda khitan apa nggak nich ?. Terus dari mana anda tau kalau khitan/sunat itu untuk kesehatan ?....<br /><br /><b>Bodro Purno Wirawan</b>: Menurut al Qur'an. iblis terusir dari surga Allah bukan karena dia tidak beriman, bukan karena dia malas beribadah.....<br /><br />“Tetapi. Karena menolak bersujud kepada Nabi Adam as .... karena kesombongannya ”<br /><br />Silahkan anda cerdas. tapi ingat setitik kesombonganpun akan menggelincirkan anda kedalam jahannam....oke ....mas/mbak bro NUR. ??<br /><br />Silahkan saja rasul/nabi mau sampean tafsirkan sebagai apa....dan siapa. tapi ingat hanya ada satu yang mengerjakan zakat pada saat ruku’......<br /><br />“Sesungguh pemimpin kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang memberikan zakat ketika sedang ruku’. Barang siapa yang berwilayah kepada<br /><br />Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman, sesungguhnya hizbullah adalah orang-orang yang jaya.”<br /><br />Salam.......<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kalau saya disunat karena orang tua saya yang nyunat. Kalau sehat atau tidak sehat tergantung memelihara kebersihannya yang tidak disunat kalau menjaga kebersihan juga tidak masalah. Tapi saya sekarang tahu. Bahwa sunat itu manusia sendiri yang mengada-ada hukumnya.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Mas Bodro: Zakat dengan ruku itu apa ya ? Apakah makna zakat dan ruku ?<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Wah, kaya nya ada paket “ajian nge Les sakti” Asli kacau jawabannya....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: T Ef Ef: Jika dirimu sudah wafat, tubuh tinggal dimakan ulat dan badan membusuk. Silahkan saja segera dikubur nanti bau dan ulatnya menebar bakteri. Anda tidak paham perumpamaan-perumpamaan dalam al Qur'an. Anda mengolok ayat-ayat Tuhanmu. sadarilah azabnya, dirimu melawanNya.<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: @NC: kalau mau jawab pertanyaan yang konsisten donk, awalnya anda bilang (“Jika saya mengambil amandel atau usus buntu atau dikhitan, untuk kepentingan kesehatan, silahkan saja manusia yang ingin mengambil atau tidak perbuatan tersebut untuk menjaga kesehatannya”) jadi anda dikhitan itu untuk kepentingan kesehatan toh. terus setelah saya tanya lagi anda jawab (“Kalau saya disunat karena orang tua saya yang nyunat”) lha kayak nggak ikhlas banget tuh sama orang tua anda. Saya tanya lagi dari mana anda tau kalau khitan/sunat itu untuk kesehatan ?.... e.e.e. dijawab masalah menjaga kebersihan si "OTONG”. tapi gak apalah itu kan hak anda.... cuma satu yang pasti kalau disunat SI OTONG terliat LEBIH KINCLONKKK.... hehehehe<br /><br /><b>Nur Cahaya</b> : M Fadli manusia berproses dalam pemahaman bagi yang tertutup hatinya dia tetap saja tidak mau memahami. Ibrahim awalnya menganggap bintang itu Tuhannya, kemudian beralih bulan itu Tuhannya, kemudian beralih matahari itu Tuhannya hingga Ia memahami Tuhan yang sebenarNya.<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Kalau tadi muternya kaya gasing, sekarang muternya kaya “entut hansip”, mau lewat bawah tehalang sepatu, naik lagi ke atas tehalang ikat pinggang nya....hedeh. muuulek ae nang njero clono...ampun dah...maboookk...<br /><br /><b>M Fadli Rahman NC</b>: Justru dalam proses inilah saya bertanya kepada anda. kan anda lebih ngerti Al Quran, cuman pemahaman yang anda berikan itu lo tinggi banget, bikin saya tambah puyeng.... padahal saya sudah berupaya membuka hati saya tapi tetap aja gak ngerti. apa saya yang bebal ya....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: M Fadli: Dirimu mengikuti kitab-kitab tata cara. Dirimu akan sulit memahami karena dalam dirimu ada paham yang lain dari al Qur'an.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Maaf Nur Cahya: Argumen kamu sudah ga nyambung. !<br /><br /><b>M Fadli Rahman NC</b>: Anda ini aneh, ibarat maling teriak maling ya anda ini. anda tuduh semua orang yang pake sunnah rasul sebagai paham yang lain selain al Qur'an. lha anda sendiri apa pake Qur'an ? Tuh liat tulisan tulisan anda diatas... terjemahan versi DEPAG anda pake. bukankah nabi saja anda katakan tidak makshum apalagi DEPAG... kenapa anda tidak malu berdalil dengan hasil karya DEPAG... Nur Nur... buat hasil karya sendiri napa...<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Terdapat tata cara masa lalu, dan bagi yang kembali mengerjakannya, Allah memberi hukumannya.<br /><br />5:95 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang persembahan korban, ketika kamu ihram dan siapapun membunuhnya diantara kamu dengan sengaja maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan persembahan korban yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai persembahan korban yang dibawa sampai ke Ka’bah atau membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. ALLAH TELAH MEMAAFKAN APA YANG TELAH LALU. Dan BARANG SIAPA YANG KEMBALI MENGERJAKANNYA, NISCAYA ALLAH AKAN MENGHUKUMNYA. Allah Maha<br /><br />Kuasa lagi pemilik balasan.<br /><br />5:96 dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan memakannya kesenangan bagimu dan bagi yang dalam perjalanan dan diharamkan atasmu binatang buruan darat selama kamu berihram dan BERTAQWALAH kamu kepada Allah yang kepadaNya kamu dikumpulkan.<br /><br />5:97 Allah telah menjadikan KA’BAH RUMAH HARAM ( haraam/terlarang 16:116) BERDIRI UNTUK MANUSIA, dan bulan-bulan haram (terlarang), persembahan kurban (al hadya), kurban yang diberi syarat(al qalaaida), demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya ALLAH MENGETAHUI apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah MAHA MENGETAHUI segala sesuatu.<br /><br />5:98 ketahuilah bahwasanya Allah SANGAT KERAS SIKSAANNYA dan bahwa sesungguhnya Allah MAHA PENGAMPUN Maha PENYAYANG.<br /><br />Ayat 5:95-96, ka’bah, rumah haram (terlarang) berdiri bagi manusia, bulan haram, persembahan qurban, syarat hewan qurban, larangan membunuh hewan persembahan ketika ihram, ketentuan bagi yang membunuh hewan qurban, penyembelihan di lokasi ka’bah, ketentuan-ketentuan tersebut sebagai ritual-ritual masa lalu yang Allah peringatkan agar tidak mengerjakannya kembali, niscaya Allah menyiksanya, Allah sangat keras siksanya, Maka umat diperintahkan untuk kembali bertaqwa kepada Allah.<br /><br />Ayat 5:97 menjelaskan bahwa semua yang ada dibumi termasuk ka’bah dijadikan Allah, dan Allah mengetahui segala sesuatu atas ritual-ritual yang mereka lakukan, dan semua yang ada dilangit dan dibumi, Allah mengetahui apa yang dikerjakan setiap manusia dalam menghambakan diri kepada Tuhannya. Allah akan menghukum kepada orang-orang yang tetap mengikuti penghambaan orang-orang masa lalu termasuk ritual yang dihubungkan dengan batu ka’bah rumah haram sebagai ibadah masa lalu mereka. Mereka dahulunya menganggap dan menjadikan ka’bah adalah rumah/masjid haram, tempat untuk berdiri, untuk menghamba kepada Allah.. Dan Allah mengingatkan untuk tidak mengulangi kembali menghamba dengan cara masa lalu dengan ka’bah. Niscaya Allah akan menyiksanya.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Masjid haram adalah bukan bangunan gedung diatas tanah yang ditengahnya ada ka’bah rumah haram. Masjid adalah tempat sujud sebagai kiasan bangunan ingatan/pemahaman didalam qolbu.<br /><br />9:107 dan orang-orang yang mengambil/ mengerjakan MASJID KEMUDHARATAN dan KEKAFIRAN dan MEMECAH BELAH antara ORANG-ORANG MUKMIN dan menyambut bagi orang-orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya dari sejak dahulu dan sungguh mereka bersumpah: “tidak kami menghendaki selain kebaikan dan Allah Dia menjadi saksi”. Sesungguhnya mereka sungguh ORANG-ORANG PENDUSTA.<br /><br />9:108 janganlah kamu BERDIRI DIDALAMNYA selama-lamanya sungguh MASJID DIDIRIKAN atas (dasar) TAQWA SEJAK AWAL HARI lebih hak bahwa kamu BERDIRI DIDALAMNYA, DIDALAMNYA orang laki-laki ingin bahwa mereka MEMBERSIHKAN DIRI dan Allah Dia menyukai orang-orang yang BERSIH.<br /><br />9:109 apakah orang-orang yang MENDIRIKAN BANGUNANNYA atas TAQWA dari Allah dan diridhoi ataukah orang MENDIRIKAN BANGUNANNYA DITEBING JURANG YANG RUNTUH, sehingga runtuh dengannya KEDALAM API (neraka) JAHANAM dan Allah TIDAK MEMBERI PETUNJUK orang-orang yang BERDIRI.<br /><br />9:110 tidak berakhir BANGUNAN-BANGUNAN mereka, yang mereka BANGUN keraguan dalam QOLBU (hati) mereka, kecuali terbagi bagi QOLBU mereka, dan Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana.<br /><br />Ayat 9:107-110 menjelaskan bahwa yang dimaksud bangunan, Masjid (tempat sujud), tempat berdiri, tempat membersihkan diri adalah bangunan/masjid didalam Qolbu, bukan bangunan fisik diatas tanah. Bangunan keraguan akan berhenti jika Qolbu mereka tidak terbagi-bagi, yaitu jika bangunan mereka dibangun atas dasar taqwa hanya kepada Allah, bangunan rumah Allah/ baytullah mengikuti petunjukNya AlQuran.<br /><br />Masjid kemudharatan, kekafiran dan memecah belah orang-orang beriman adalah bangunan qolbu yang tidak mengikuti al Qur'an, qolbu yang mengikuti ajaran orang-orang musyrik, yang membuat mereka berselisih karena mengikuti ajaran dari tuhan-tuhan mereka masing-masing (musyrik), mereka mengikuti sebagian kitab dan kafir kepada sebagiannya, dengan mengikuti kitab- kitab lainnya..Tempat berdiri (maqom) yang dahulu dijadikan tempat berdiri Ibrahim, bangunan yang dahulunya ada didalam Qolbu Ibrahim, bukti nyata maqom Ibrahim yang ditinggalkan Allah adalah Kitab al Qur'an, ruh dari Allah al Qur'an, yang dahulunya adalah bangunan didalam Qolbu Ibrahim, yang diturunkan Allah kepada Ibrahim melalui Kitab (lembar tulisan) dan Hikmah 3:81, 87:19, 4:54, 53:37<br /><br />3:95 katakanlah benarlah Allah maka ikutilah millata (yang diikuti) Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.<br /><br />Rumah sebagai petunjuk tentu bukan rumah bangunan fisik diatas tanah. Jika rumah adalah bangunan didalam Qolbu maka bangunan didalam Qolbu yang memberi petunjuk adalah ruh AlQuran, dahulunya disebut Bakkah. Bakkah adalah kitab yang dahulunya diturunkan kepada Ibrahim, dibangun Ibrahim dalam Qolbunya.<br /><br />3:96 sesungguhnya dahulu rumah dibangun bagi manusia ialah rumah Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semesta alam.<br /><br />3:97 didalamnya (Bakkah) terdapat ayat-ayat yang jelas, Maqom (tempat berdiri) Ibrahim ; dan barang siapa memasukinya menjadi AMAN (dari azab); atas kehendak Allah kepada manusia untuk HAJI di BAYT (Baytullah, Rumah Allah). SIAPA SAJA SANGGUP MENUJU SEBUAH JALAN. BARANG SIAPA KAFIR maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan semesta alam (jalan itu yang membutuhkan adalah manusia, bukan Allah).<br /><br />Ayat 3:97 menjelaskan bahwa didalam rumah Bakkah terdapat ayat-ayat yang jelas sebagai maqom (tempat berdiri) Ibrahim, maqom tentu diartikan sebagai bangunan dalam Qolbu Ibrahim bersumber dari ayat-ayat Bakkah Kitab Allah yang diturunkan kepada Ibrahim. Berada didalamnya mengikuti petunjuk Allah manusia akan aman dari azab dunia dan akhirat. Bangunan Qolbu yang dibangun diatas taqwa adalah mengikuti AlQuran, terlarang (haram) untuk memusyrikkan Allah, Masjid Haram, tempat sujud terlarang bagi kemusyrikan/kekafiran.<br /><br />5:101 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan yang jika diterangkan kepadamu akan membahayakanmu (menyusahkanmu) dan jika kamu menanyakan tentang itu ketika diungkapkan al Qur'an, dijelaskan padamu, Allah memaafkan tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.<br /><br />5:102 Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu kemudian mereka tidak percaya kepadaNya.<br /><br />Allah tidak membuat-buat syarat tata cara.<br /><br />5:103 Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.<br /><br />Wasilah ( ketetapan untuk mendekatkan Tuhan) bersumber dari AlQuran.<br /><br />28:51 Dan sesungguhnya telah Kami wasilahkan perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mengingat.<br /><br />Mereka mengada-adakan korban dengan hewan untuk syarat sampai kepada Tuhannya.<br /><br />6:136 dan mereka menyediakan untuk Allah dari apa yang Dia telah ciptakan dari ladang dan binatang ternak sebagian lalu mereka mengatakan ini untuk Allah menurut anggapan mereka dan ini untuk sekutu kami maka apa yang ada untuk sekutu mereka maka tidak dia sampai kepada Allah dan apa yang ada untuk Allah maka Dia sampai kepada sekutu, mereka amat buruk apa mereka tetapkan.<br /><br />Mereka mengikuti petunjuk dari orang-orang yang tidak mengetahui.<br /><br />5:104 Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun dan tidak diberi petunjuk?.<br /><br />5:105 wahai orang-orang beriman atas kalian, diri kalian (anfusikum) tidak memberi kemalangan kepadamu orang yang sesat ketika kalian mendapat petunjuk kepada Allah tempat kembalimu semuanya, maka Dia akan memberitakan kepadamu tentang apa kamu gunakan untuk melakukan.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: M Fadli: Tidak semua terjemahan depag salah, tetapi tetap harus diteliti dengan keterangan ayat-ayat yang lain. Karena pemahaman sebagiannya telah dirubah. Jika ada yang ahli tatabahasa arab silahkan dibenarkan terjemahan menurut tata bahasa. Ahli tata bahasa, hafal arab al Qur'an apakah membuatmu memahami al Qur'an ?<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Bodro Purno Wirawan</b>: Seenaknya copas” terjemah ayat. emang Qur'an yang anda pake buat hujjah itu Qur'an yang turun kepada siapa??<br /><br />Jawabnya sinngkat saja....ga usah pake kebanyakan copas....ngelantur. !!!<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: nga co ah...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bodro: Ayat-ayat yang jelas ini menjelaskan al Qur'an diturunkan untuk siapa ? 2:2 Kitab (al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, Kamu yang bertaqwa itu termasuk Bodro jika kamu bertaqwa.<br /><br />3:138 (al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.<br /><br />77:50 Maka kepada hadis apakah selain al Qur'an ini mereka akan beriman? Selamat<br /><br /><b>Bodro Purno Wirawan</b>: @NC: Apakah anda menerima langsung turunnya ayat itu satu persatu. ??<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Alhamdulillah pikiran anda mulai terbuka @NC: kalau pendapat anda begitu bolehkan kalau saya jadikan begini “idak semua Sunnah/Hadits itu salah, tetapi tetap harus diteliti dengan keterangan hadits2 dan ayat2 yang lain. Karena sebagiannya telah dirubah dikarenakan jauhnya jarak kita dengan Nabi SAWW. Jika ada yang ahli tatabahasa arab, ahli ushul fiqih mufassir dan lain-lain. Silahkan dibenarkan menurut kaidah-kaidah yang sesuai. Sehingga membawa kita kepada pemahaman al Qur'an itu sendiri” nah itu juga yang dilakukan oleh Ustadz Sinar Agama. Seterusnya yah kembali kepada kita masing-masing.. mau nerima apa nggak.. bukan berarti kita harus memaksakan faham kita kepada orang lain. okey bry.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Saya kembalikan mentaati perintah 49:6, 77:50 dan 5:48-50. Saya kaum Indonesia memahami al Qur'an dengan bahasa Indonesia, dengan mencari terjemah-terjemah lain dalam inggris terutama al Qur'an kata perkata sangat membantu mengolah meneliti makna kata dalam ayat-ayat. Jika terdapat istilah zakat, sholat dan lain-lain, kemudian makna kata tersebut dijelaskan dari luar al Qur'an, maka telitilah dengan semua ayat yang terkandung kata zakat maka bangun zakat, sholat dan lain-lain itu akan semakin jelas ketika semakin banyak ayat yang anda baca dan pahami. Sekali bangun itu anda pahami dari luar al Qur'an, dalam dirimu akan ada penutup yang menutupi paham al Qur'an masuk kepada dirimu. Sehingga kenapa al Qur'an bagi yang taqwa adalah petunjuk 2:2, 3:138. Bagi yang kafir bertambah kekafirannya. Mereka makin banyak dibacakan makin melawan/menolak.<br /><br />Ketika Yang Maha Mengetahui memberitakan ritual-ritual masa lalu haji, kabah, binatang korban, bulan haram, mereka makin mengatakan kepada ayat-ayatNya ngaco Kamu.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Bodro Purno Wirawan</b>: Udah saya sampaikan....jawab dengan singkat dan jelas....g usah kebanyakan copas....hasilnya ngelantur. !!!!<br /><br />Saya ulangi.....<br /><br />@NC: Apakah anda menerima langsung turunnya ayat itu satu persatu. ??<br /><br /><b>Nur Cahaya Bodro</b>: @NC: Apakah anda menerima langsung turunnya ayat itu satu persatu. ??<br /><br />Bacalah... karena niat tulus dan kesadaranmu kepada al Qur'an yang Mulia...ketika dirimu gelap kepada al Qur'an in'syaallah kegelapan itu titik gelap dirimu untuk menjadi fajar. Maka para malaikat turun mengatur urusanmu membantumu hingga dirimu fajar.<br /><br /><b>M Fadli Rahman:</b> Semua umat muslim juga mengatakan kembali kepada perintah al Qur'an Suci melalui Lisan Nabi SAWW yang suci... cuma perlu diketahui disini Apakah nabi SAWW cuma bilang nih Qur'an untuk kalian pahamilah sendiri ?... tentu tidak kan... masak Nabi SAWW begitu ?... tentunya Nabi SAWW berkewajiban memberikan penjelasan tentang al Qur'an itu melalui lisan suci Nabi SAWW... Nah atas pernjelasan itulah munculnya hadits-hadits asbabun nuzul dan lain- lain.. adapun masalah orang Indonesia seperti anda katakan juga tidak salah. namun alangkah indahnya pemahaman itu apabila kita ambil dari bahasa aslinya sebagai sumber yang otentik dengan cara bertanya kepada sesiapa yang menguasainya (mufassir)... okey bry...<br /><br /><b>Bodro Purno Wirawan</b>: Bukan jawaban itu yang saya minta.....Saya ulangi.....<br />1. Al-Qur'an....pertama” diturunkan/diwahyukan kepada siapa. ?? Siapa penerima secara figur authentiknya. ??</div><div><br />2. Apakah anda menerima wahyu 1 per 1 secara langsung. ???<br /><br />Ga usah pake muter-muter....<br /><br />Selamat.....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: M Fadli: Memahami al Qur'an itu perintah kepada setiap diri manusia, dirikan sholat itu perintah untuk memahami al Qur'an, “bacalah” itu kata perintah, “katakanlah” itu perintah kepada dirimu untuk ditaati, “hai orang-orang beriman” itu peringatan dan perintah, dan begitu banyak peringatan, perintah dan pelajaran itu dinyatakan. apakah kita menganggapnya remeh saja ? Manusia masih saja mau dibohongi orang-orang arab dengan ajaran-ajaran dari luar al Qur'an, sedangkan nabinya telah mengatakan atas perintah ’Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (pengemban amanat Tuhan), karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. 3:79.<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Hahaha<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ketika anda baca dari tulisan atau dengar dengan telinga dan masuk dalam hatimu kemudian meneguhkan pemahaman itu sebagai imanmu. maka sebenarnya Dia menurunkan wahyu kepada dirimu, masuknya wahyu dalam dirimu itu dengan perantara malaikat ghaib yang tidak kamu melihatnya. Dan wahyu itu akan Dia turunkan kepadamu seiring dengan ketekunanmu mencari pemahaman dari Dia melalu ayat-ayatNya, Kejadian tersebut terjadi pada setiap diri manusia ketika berproses memahami al Qur'an. Sama seperti ketika Muhammad menerima wahyu, dia dibacakan secara berangsur-angsur. Kitab yang dibaca Muhammad itu sama persis dengan al Qur'an yang sekarang ada. Masuknya Ruh perintahNya itu wahyu. Allah berkata-kata kepada manusia melalui satu rasul (al Qur'an) kemudian diwahyukan kepada yang dikehendaki yaitu yang taat pada kehendakNya. 42:51.<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: @NC: Tatkala keluarga berkumpul ditempat makan lalu ayah memerintahkan kepada anaknya Nak makanlah. apakah cukup dengan mendengarkan perintah tersebut si anak langsung kenyang ?.. tentunya si anak mengambil piring, memungut nasi dan lauk pauknya lalu memasukkan kedalam mulutnya suap demi suap sampai kenyang. apakah yang dilakukan si anak bukan dari bagian perintah ?. terus siapakah yang mengajarkan tata cara tersebut kalau tidak bapaknya ?.....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Maka perintah dirikan sholat (pemahaman al Qur'an) itu diikuti dengan tunaikan dengan bersih/zakat), sehingga menjadikanmu iman/ yang dipahami dipercaya dan ingat, dengan iman itu pemahaman-pemahaman itu menyuruh mencegah (amal soleh).<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Dipahami makanan bergizi itu menyehatkan, jika kamu tidak makan yang bergizi apakah kamu sehat ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 2:277 Sesungguhnya orang-orang yang BERIMAN, mengerjakan AMAL SALEH, mendirikan SHALAT dan menunaikan ZAKAT, mereka mendapat balasan di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Asli nich orang kaya acara di TV “Suka Suka NIZAM”.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bagi orang-orang yang melakukan sholat dan zakat mengikuti 1 kitab meskipun tidak pernah bertemu, mudah mereka saling memahami, sesama golongan syiah mudah mereka mengikuti ajaran syiah, demikian juga Sunni, tapi jika Sunni dan syiah berdebat mereka membenarkan masing-masing dan saling dengki berselisih karena Tuhan mereka berbeda.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur: kaya gangsing jawabane.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Hahaha..jawaban dan cara menjawab mas Nur Cahaya khas aliran ingkar sunnah..<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Sebenarnya mas nur cahaya ini pengikut dari umar bin khattab dengan ucapannya yang terkenal “ cukuplah al qur’an di sisi kita”..<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Suka menggosip (cerita-cerita katanya) orang-orang yang sudah meninggal 49:12.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Orang-orang yang mengatakan orang-orang yang al Qur'an saja Ingkar sunnah, sebenarnya mereka ingar al Qur'an, karena al Qur'an tidak mengajarkan sunnah nabi, sunnah nabi dilarang, karena nabi disuruh mengikuti al Qur'an 33:1-2, 7:33, 10:15.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 45:8 dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.<br /><br />45:9 Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Kasihan dirimu belum melihat....ayat-ayatNya terlihat muter-muter.... terus jangan berhenti memahami ayat-ayatNya, perjuangan terbesar anda mengusir gangguan syaitan yang telah masuk dan menutupi hatimu kepada masuknya al Qur'an Ruh perintahNya. AlFalaq, AnNas.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Hahahahahaa..cape deeh..by the way terima kasih yaa mas Nur Cahaya karena sudah mampir menggelontorkan seabrek terjemahan ayat ayat suci al Qur'an karim..<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: T Ef Ef: Sekarang masih hidup masih bisa tertawa dan bilang capek, mereka yang diwafatkan tidak paham al Qur'an mereka menyesal..dan meminta bisa dihidupkan kembali di bumi...perlu waktu berproses memahamiNya dari yang sedikit. batu bata itu disusun berangsur hingga terbentuk bangunan, batu bata itu ayat-ayat, bangunan itu bayt Allah al Qur'an, tempat sujud (taat) haram bagi kemusrikan (masidil haram).<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Dirikan bangunan itu.....itu perintah dalam al Qur'an. dirimu setiap hari sholat tapi sebenarnya dirimu belum mendirikannya.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya : bagai kamu bisa memahami al quran yang begitu luas maknawinya memahami kemakshuman saja masih salah.. Pie toh nur?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Syareat, tarekat, hakekat dan ma’rifat harus sesuai...!<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Syariat yang diperintahkan Tuhanmu:<br /><br />42:13 Dia telah mensyari´atkan bagi kamu tentang DIN (aturan) apa yang telah diperintahkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (al Qur'an) dan apa yang telah Kami perintahkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Dirikan DIN (sholat/al Qur'an) dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada DIN itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepadanya orang yang kembali (kepada al Qur'an).<br /><br />Syariat untuk semua nabi sama dirikan din, dirikan Sholat dirikan al Qur'an. Jangan berpecah belah bergolongan karena itu musrik 30:31-32, 15:90-94. Itulah syariat yang diperintahkan Tuhanmu, diperintahkan pada semua nabi, semua umat manusia dimuka bumi. Mereka semua hanya 1 Din 1 umat 2:213. Manusia memngada-ada syariat dan meninggalkan syariat yang diperintah Allah bagi semua umat dimuka bumi.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Nabi tidak bisa mengetahui disekelilingnya terdapat orang-orang munafik 9:101. Bagaimana bisa kemudian manusia membuat ketetapan bahwa manusia ini tidak berdosa, yang ini berdosa. Siapa yang bisa tahu kemunafikan seseorang ? Dirimu dibohongi cerita-cerita orang- orang Arab mau saja ? Tuhanmu memberitakan yang benar melalui AlQuran.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur: ... Itu ayat tujuan untuk siapa tolong jelaskan?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Untuk “kamu” Edo, dan kamu yang pertama kali menerima al Qur'an itu adalah Muhammad.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Hehe termasuk “nc”donk? Kamu memahami al quran membingungkan emang saya hidup di jaman nabi..?<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Mungkin Nur Cahaya ni gak waras.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES, Kitab itu rahmat bagimu...kamu bingung karena dalam hatimu ada pemahaman lain yang membuatmu bingung memahaminya, dirimu mensekutukan petunjukNya, sehingga kenapa dikatakan kemusrikan itu tidak diampuni, ? Karena kamu menjadi sulit memahami al Qur'an, dan sulit melepas keyakinan yang sudah tertanam dalam dirimu, karena paham al Qur'an berbeda dengan paham kitab-kitab hadis. Jika al Qur'an mengatakan dirikan sholat adalah dirikan bangun pemahaman al Qur'an, selama pahammu tentang sholat adalah ritual dengan gerakan, maka ayat-ayat yang menjelaskan sholat tidak akan dapat masuk dalam pemahamanmu dan kamu tetap tidak percaya pemahaman sholat dalam al Qur'an sampai wafatmu. Mudah-mudahan Tuhan menyadarkan dirimu, sebelum kelak dirimu menyesal dan kamu kembali kepadaNya.<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Aamiin...hoaaaammhh...Ngantuk cuy...<br /><br /><b>Mi Yu</b>: Dasar monyet ngantuk kog comen.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: saya sangat setuju dengan pendapat bahwa al Qu ran rahmat buat kita semua, yang buat saya bingung pemahaman kamunya, dalam memahami al Qur'an tanpa asbun nujulnya?<br /><br /><b>Baim Upik</b>: Mi yu @ priiiitt prit !! yellow card..!!<br /><br />Tolong itu, koleksi fauna nya kok dikeluar-keluarin...?!?<br /><br />(#monyet kok teriak monyet?#)<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bang Edo: Kisah-kisah orang-orang terdahulu itu dikisahkan dalam al Qur'an sebagai kisah yang benar dari Allah. Kisah-kisah itu contoh, penerangan, pelajaran bagi yang bertaqwa (menyadari kebenaran petunjukNya untuk dipahami dan untuk diamalkan).<br /><br />24:34 Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.<br /><br />Al Qur'an tinggi hikmah.<br /><br />43:3 sesungguhnya kami membuat ini bacaan (al Qur'an) arab agar kalian memahami.<br /><br />43:4 Dan sesungguhnya ini (al Qur'an) dalam ummi Al Kitab di sisi Kami, benar-benar tinggi hikmah.<br /><br />Manusia disuruh mengambil hikmah dari al Qur'an tidak dari kisah-kisah sejarah asal usul, karena kisah-kisah sejarah itu berisi terkaan-terkaan manusia, bukan dari rekaman video yang nyata dan asli dari masa lalu. Yang akhirnya menyesatkanmu membuatmu selalu mengatakan pelajari al Qur'an dengan asal usul sejarahnya ayat, dan sejarahnya ayat itu tidak menjelaskan al Qur'an. Karena ayat-ayat itu sendiri bacaan yang jelas.<br /><br />15:1 ini adalah ayat-ayat bacaan (al Qur'an) yang jelas.<br /><br />Al Qur'an itu rekaman video masa lalu masa hidup dan masa setelah matimu. Yang diturunkan Tuhanmu. Bacalah. pahami dalam hatimu supaya kamu terbimbing menjadi sutradara bagi<br /><br />panggung hidupmu yang indah dimasa kehidupanmu sekarang dan kehidupan keduamu setelah matimu.<br /><br />Bagaimana jika seseorang bertuhan beberapa tuhan (dengan beberapa kitab) yang tuhan- tuhannya berselisih (hadis-hadis selain al Qur'an itu berselisih),<br /><br />dibandingkan dengan seseorang dari satu Tuhan (satu kitab), apakah sama kedua orang yang bertuhan beberapa dengan yang bertuhan satu.<br /><br />39:29 Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan (tuan tuan yang berselisih) dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak memahami.<br /><br />Mereka yang bertuhan dengan beberapa kitab tidak memahami al Qur'an, mereka berpaling.<br /><br />20:100 Barangsiapa berpaling dari pada al Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat,<br /><br />82:16 Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu. 82:17 Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?<br /><br />82:18 Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?<br /><br />82:19 (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Para imam para makshum yang kamu sebut-sebut dan menjadi tuan-tuan anda yang membawa kitab-kitab diluar al Qur'an itu tidak lagi menolongmu seperti didunia dengan petunjuk- petunjuk mereka yang berselisih, segala urusan akhirat dalam kekuasaan Allah. Jika dirimu menyadari diduniapun segala urusan kekuasaan Allah Tuhan semesta alam yang menurunkan bacaan yang jelasa al Qur'an penerangan semua manusia, petunjuk bagi yang bertaqwa.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Oh.. gitu toh. oh ya.. dari mana anda tau kalau Tuhan suni sama Tuhan syiah berbeda ?.... dari info eyang gaib ya......<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Jika anda syiah silahkan dicoba berdebat dengan orang Sunni tentang kitab masing- masing, supaya anda mengetahui sendiri dan memahami maksud dari 2:213, 30:31-32, 15:90-94.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Kan anda yang bilang begitu. kok malah nyuruh saya berdebat, itu mah sama aja nyuruh saya nyari sendiri jawabannya.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Saya nanya A kamu jawab B cuape deh..!<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Qs attaubah ayat 101 yang kamu copas itu mengataakan bahwa sebagian orang muhajirin dan anssor banyak yang munafik, jadi klaim kelompok wahaby yang mengatakan semua shahabat adil keliru, dan tersanggah dengan ayat tersebut, setuju nc hehehe..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Para imam ahlulbait yang jelas telah disucikan oleh Allah selalu dinafikan dengan kamu. Bagaimana dengan diri kamu yang jelas jelas tidak makshum..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kenapa al Qur'an menyebutkan pemahaman dalam hati itu sebagai bangunan/ rumah/tempat yang aman (bayt) ?</div><div><br />- pembangun bangunan itu adalah hati yang dapat melihat, mendengar dan merasa ayat- ayatNya 7:179, 22:46, penyempurna manusia 32:9, anda dapat memahami “petir” karena anda memahaminya dengan penglihatan, pendengaran dan rasa, sehingga anda takut jika diperingatkan dengan azab petir.<br /><br />Perhatikan fonemena yang dipelajari dunia barat tentang kemampuan manusia membangun pemahaman dengan yang disebut sebagai visual (penglihatan), auditory (penglihatan) dan kisesthetic (rasa) , yang diteliti oleh Neil Fleming. Pemahaman kepada sesuatu membentuk mindmap (pola pemahaman), dalam diri manusia, yang jika digambarkan kembali pemahaman tersebut dalam selembar kertas, setiap manusia dapat menggambarkannya dengan bentuk- bentuk pola seperti bangunan yang hanya bisa dibaca kembali oleh yang menggambarnya. Silahkan cek contoh-contoh bangun mindmap manusia dalam mengungkapkan pemahaman sesuatu dengan search google images “mindmap”.<br /><br />Al Qur'an itu terkandung bangun rumah Allah (baytallah) yang manusia disuruh mendirikannya dalam hati, agar Dia menyempurnakan manusia dengan penglihatan pendengaran dan rasa dari RuhNya.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Pemahaman yang tanpa bimbingan akan menjerumuskan kamu ke lubang kesesataan nc..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES, jika para imam itu menjelaskan atas dasar petunjuk al Qur'an saya akan mengikutinya, jika atas dasar dari luar al Qur'an tentu tidak saya ikuti. Ajarannya Mengikuti atau tidak mengikuti dapat dibedakan ketika kita memahami AlQuran.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Kalau kamu belajar apa kamu lantas bisa dan memahami..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Apa al Qur'an bisa dipahami kalau tidak turunkannya nabi sebagai penjelasnya..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ahlulbayt itu tidak menunjuk kepada orang perorang. Pahami dulu makna bayt dalam al Qur'an supaya kamu memahami ahlulbayt itu orang-orang yang merujuk pada bayt apa ? Bagaimana kemudian bisa ditetapkan orang-orangnya ? Siapa yang menetapkan, bisakah manusia menetapkannya ? Manusia kok mau saja dibohongi orang-orang arab masa lalu yang tidak paham al Qur'an, bahkan dengan berbohong ini dari nabi. Kamu tidak tahu sedikitpun 24:15.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Terciptanya manusia saja harus melalu proses dan tidak langsung begitu saja, begitupun dalam memahami ilmu al quraan harus ada bimbingan yang tugasnya menjelaskan tentang maksud al quran yang pas yang sesuai dengan keinginan tuhan.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: dalam memaham kalammullah, sangatlah tidak mudah, sampai sampai tuhan mengutus seorang nabi yang dipercayai untuk menjelaskan ayat ayat Allah, orang orang yang bisa memahami ahekat al quran sejatinya ga sembarangan, dan harus mempunyai ciri kuhusus, dan hanya nabi dan ahlulbait yang diberi kepercayaan oleh Allah, untuk memberi bimbingan pemahaman kepada manusia.<br /><br />Kalau manusia selalu menafikan mereka bagaimana bisa memahami al Qur'an yang sebenarnya..?<br /><br />Yang ada hanya klaim dan prasangka saja yang mereka dapati.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Gabung lagi<br /><br />NC# 1. menurut kamu, apakah ayat al qur’an saling terkait dan saling menjelaskan satu dengan yang lain ?<br /><br />_ kalaukamu menjawabnya tidak terkait dan masing-masing berdiri sendiri, tidak saling menjelaskan, maka argumentasimu sebelum-sebelumnya tentang satu hal dengan mengemukakan seabrek terjemahan ayat tentu bathil.<br /><br />_ kalau kamu menjawab sebaliknya, maka bagaimana menurutmu tentang surah 33:33 dihubungkan dengan terjemahan ayat “ fi kitabin ma’nun, laa yamassuhu illal muthahharun?”.. selamat..<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Mantab... itu baru ayat.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: 9:100 muhajirin (orang yang berhijrah dari kemusrikan kepada keimanan Tuhan Yang Esa/al Qur'an 4:100) dan anshor (penolong Allah/al Qur'an 3:52) , mereka orang-orang yang diridhoi Allah. Sementara 9:101 itu orang-orang munafik yang didepan nabi berkata taat dan tanpa sepengetahuan nabi membuat-buat hadis selain taat 4:81, 63:1-4, mereka disiksa 2x karena mereka menulis sendiri dan dampak penyiaran dari tulisan kepada umat bumi. 2:79.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Orang pertama masuk Islam, yang awal nya dan akhirnya juga baik Allah ridho kepada mereka (attaubah 100) kalau yang munafik? Allah azab 2 kali dengan azab yang berat attaubah 101.<br /><br />Pertanyaan orang yang awal baik di akhirnya tidak baik kira-kira Allah ridho tidak..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Jika para imam itu menjelaskan atas dasar petunjuk al Qur'an saya akan mengikutinya, jika atas dasar dari luar al Qur'an tentu tidak saya ikuti. Ajarannya Mengikuti atau tidak mengikuti dapat dibedakan ketika kita memahami al Qur'an.<br /><br /><b>Edo Saputra:</b> nc: bagaimana kamu bisa memahami al Qur'an yang benar, sedangkan di hati kamu menolak kebenaraan mereka.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nabi dan ahlulbaitnya adalah guru yang akan membimbing dalam memahami al Qur'an yang benar.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nabi dan ahlulbaitnya adalah para ahli di bidang agama yang akan membimbing manusia dalam memahami al Qur'an.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Memahami al Qur'an tanpa pembimbing akan membuahkan kesalahan,dan kesalahan akan membuahkan kesesaataan dan kesesatan adalah perbuataan syetan.<br /><br />Kerena itu nabi dan ahlulbaitnya terbebas dari kesalahaan.<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: Mengapa haram hukumnya memberikan al Qur'an kepada orang kafir? Ya begini jadinya seperti Nur Cahaya.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: NC@,,Haaalo,,, ntar dulu..pertanyaan ku terakhir diatas belum kamu jawab..<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ayat 33:33 berkaitan dengan nabi, jadilah nabi (penyampai/pemberita al Qur'an), nabi lebih dekat untuk beriman daripada mengikuti ajaran dari dirinya sendiri (nafsin).<br /><br />33:6 Nabi lebih dekat untuk beriman, dari mengikuti nafsu mereka sendiri, dan pasangannya ummi mereka dan yang sekandung, sebagian mereka (nafsin) lebih dekat kepada sebagian lainnya dalam kitab Allah (hatinya) dari pada orang-orang beriman dan orang-orang yang berhijarah (berhijrah ke jalan Allah/al Qur'an), kecuali kamu berbuat kepada pelindung-pelindungmu kebaikan. Itu dalam kitab tertulis.<br /><br />Ayat 33:6 menjelaskan pasangan dalam diri manusia sejak tercipta dalam kandungan 39:6 adalah quluubun (hati) dan nafsin (nafsu), manusia nabi lebih dekat dengan beriman, hati nabi menjadi induk untuk taat bagi nafsin nabi, nafsin yang tunduk dan sujud kepada hati sehingga keduanya (nafsin dan hati nabi) lebih dekat kepada kitab Allah daripada orang-orang beriman dan yang berhijrah ke jalan Allah, kecuali orang-orang beriman dan berhijrah tersebut mereka berbuat kebaikan kepada pelindung-pelindung kalian (orang-orang yang mentaati Allah /AlQuran), mereka terlindungi dari datangnya azab negeri/bumi dan akhirat yaitu orang yang bertaqwa menjadikannya AlQuran petunjuk.<br /><br />Kebanyakan Manusia tidak menyadari nafsin dan hatinya, mereka tidak menyadari diturunkannya al Qur'an ruh perintah supaya menerangi yang dihati kepada nafsinnya, agar keduanya dekat dengan kitab Allah, dan mereka selalu mengajarkan (memahamkan) kitab karena mempelajari kitab, bukan dari dirinya sendiri (nafsin).<br /><br />Nabi (pemberita wahyu al Qur'an) bisa siapa saja laki atau perempuan.<br /><br />33:30 Hai perempuan Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan tidak bermoral (mendustakan berita wahyu) yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.<br /><br />33:31 Dan barang siapa diantara kamu sekalian tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.<br /><br />33:32 Hai perempuan Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu lemah dalam berkata sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya (keingkaran kepada ayat-ayatNya) dan ucapkanlah perkataan yang baik (atas dasar pemahaman al Qur'an).<br /><br />Yaanisaaa dalam 33:30 bukan berarti isteri, al Qur'an menyebut isteri sebagai im’ra-ata seperti tersebut di 66:10.<br /><br />Nabi ( laki maupun perempuan) diperingatkan jangan ikuti orang-orang kafir dan munafik, ikuti wahyu yang diturunkan Allah (al Qur'an). 33:1-2.<br /><br />33:33 dan hendaklah kamu tetap di rumahmu (rumah iman/pemahaman dalam hatimu) dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (beriman dengan selain al Qur'an dengan tingkah laku jahiliah) dan dirikanlah shalat (dirikan pemahaman al Qur'an), tunaikanlah zakat (tunaikan dengan bersih tanpa tambahan) dan taatilah Allah dan Rasul-Nya (al Qur'an). Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait (Ahli rumah /orang-orang yang hatinya memahami/beriman) dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari pemahaman dari luar al Qur'an).<br /><br />33:34 Dan ingatlah apa yang diungkapkan di rumahmu (bangun pemahaman iman dalam hatimu) dari ayat-ayat Allah dan hikmah (al Qur'an 43:4). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.<br /><br />Allah tidak membedakan laki dan perempuan siapa saja yang mengikuti 10 syarat Dia janjikan ampunan dan balasan terbesar.<br /><br />33:35 Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim (1), laki-laki dan perempuan yang mukmin (2), laki-laki dan perempuan yang taat (3) laki-laki dan perempuan yang benar (4), laki- laki dan perempuan yang sabar (5), laki-laki dan perempuan yang rendah hati (6) laki-laki dan perempuan yang bersedekah (7), laki-laki dan perempuan yang syiam (8), laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya (tidak berdusta) (9), laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah (memelihara yang 1-9), Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan balasan yang terbesar.<br /><br />Apakah yang 10 tersebut ? al Qur'an peringatan dan penjelasan, ayat-ayat menjelaskannya. Jika nafsin lengah tidak memahami al Qur'an dan tidak menyuruh mengikuti al Qur'an, apakah ampunan dan balasan yang terbesar akan diberikan Tuhan kepada dirimu ?<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Belum paham-paham apakah bayt /ahlul bayt? Manusia tidak dapat menetapkan seseorang itu sebagai ahlul bayt atau bukan. Beriman atau tidak, Bertaqwa atau tidak. Karena dalam diri manusia ada unsur tidak terlihat yi iman dan seseorang dikatakan semakin iman ketika ia semakin paham al Qur'an, jika ukuran iman itu al Qur'an buat apa al Qur'anmu, buat apa penglihatanmu , pendengaranmu, dan rasa, 7:179 kenapa tidak kamu gunakan untuk memahami al Qur'an ? Supaya dirimu beriman, supaya dirimu ahlulbayt, 33:33, supaya dirimu dikaruniai kenabian, 3:79, Tuhan menyebut orang-orang yang tidak memahami ayat-ayatNya sebagai hewan ternak, sebagai anjing, dan keledai. 7:179, 7:176, 62:5.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Justru dalam memahami harus ada bimbingaan, tanpa bimbingaan akan membawa anda semakin jauh dari al quran. Kalau anda menafikan orang yang dipilih, bagaimana pemahaanan anda bisa benar ?<br /><br />Kalau pemahaman anda tentang nabi saja masih salah, bahwa nabi orang yang mencontohkan kesalahan dan kelalaian bagai mana dengan pemahaman anda yang hanya bersandar kepada hati anda yang tidak dijamin kebenaraannya..?<br /><br /><b>Ipank Ka Zen</b>: Selamat itu maksudnya apa yah?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Saya sering bicara sama kamu, semua golongan mengklaim kebenaraan termasuk kamu, nah untuk menyatukan pemahaman kita butuh pigur manusia yang pilih oleh Allah, yang secara jelas yang sudah diumumkan secara nas al quran, yang akan membimbing kita tuk memahami al Qur'an yang pas.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: HS: Haram mengikuti yang tidak diturunkan Allah 7:33, mereka menjadi kafir sebenarnya karena membedakan yang diturunkan Allah al Qur'an dengan yang disampaikan rasul al Qur'an 4:150-151, 5:67, yang disampaikan rasul dirubah menjadi kitab-kitab hadis “katanya” yang menurut 24:13 dusta. Yang tidak sedikitpun mereka tahu 24:15, Allah mengetahui 24:19, mereka seperti mengikuti orang-orang haaduu (huuda, yahuuda, yahudi, kemusrikan kaum huud, kaum yang pertama melakukan kerusakan setelah azab kaum Nuh), kemusrikan turun temurun berulang kepada kaum setelahnya, kaum Musa hingga kaum Muhammad. 5:41-43, 85:21.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Yang memimpin jalan yang lurus itu Allah sendiri melalui ayat-ayatNya.<br /><br />24:46 Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.<br /><br />Jika kamu diajari para imam telitilah apakah mereka menyampaikan ayat-ayat yang menjelaskan. Karena manusia itu pada dasarnya sama tidak tahu apa-apa kecuali dari Allah sedangkan Allah telah memberi petunjuk kepada manusia melalui AlQuran. Yang sudah dimudahkan dengan bahasa pemahaman manusia/bahasa kaum<br /><br />Salam.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: yang kamu pahami itu bukan dari al Qur'an kamu tertipu. Carilah yang dimaksud bayt dalam Qur'an supaya kamu paham yang dimaksud ahlulbayt.<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: 11:12:14 ini bukanlah sebuah perkataan biasa dan bukan pula refleksi otak manusia, melainkan wahyu dari langit yang bersumber dari ilmu dan kekuasaan tuhan yang tidak terbatas.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Selamat atau salam sebagai ucapan penghormatan kepada sesama manusia siapapun meskipun kepada orang-orang yang berbeda iman atau orang-orang tidak tahu (jahil). Sebagai ucapan yang baik, kasih sayang, ucapan keselamatan 24:61, 36:58, 51:25, 19:46-47, 16:32,<br /><br />4:86, 24:27, 6:54, 25:63, 28:55, 13:24, 15:46, 60:7, 19:96.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: HS: Wahyu itu juga turun kepada anda ketika anda mempelajarinya. Al Qur'an untuk manusia, Tuhanmu Maha Tahu ukuran kemampuan manusia untuk memahami al Qur'an karena Dia yang mencipta, al Qur'an dimudahkan dengan bahasa yang bisa dipahami manusia. Jika nafsin ada kemauan dan meninggalkan kemusrikannya.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Kalau kita semua mengklaim ahlulbait, yang dimaksud surat.33:33 adalah diri kita, bagaimana al Quran bisa dipahami secara benar.<br /><br />Kerena pemahaman kamu tidak sesuai dengan pemahan saya.<br /><br />Begitupun pemahaman saya belum tentu sama dengan pemahaman yang lain, dan seterusnya.. dan akan menjadi rancu.<br /><br />Dan untuk menjaga kerancuan dalam memahami al quran, Allah turunkan nabi dan para imam sebagai mubayin al quran kerena merekalah puncak yang mempunyai tingkat tertingi dari manusi manusia yang ada.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Petunjuk al Qur'an itu untuk dirimu manusia, Bacalah itu perintah, dirikan dan tunaikan itu perintah, katakanlah itu perintah kepada dirimu.<br /><br />39:41 Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (al Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Saya sangat setuju bahwa al quran diturunkan untuk petunjuk bagi manusia. Pertanyaan apakah bisa kita pahami al quran tanpa bimbingan atau mubayin mubayin al Qur'an..?<br /><br />Sebab inilah Allah menurunkan para nabi untuk menjelaskan kalammullahnya, agar kita bisa memahami al quran dengan benar sesuai dengan kehendak tuhan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Petunjuk al Qur'an untuk diri, supaya RuhNya masuk dalam hati menyempurnakan diri manusia. Dirikan dalam hati supaya memahami, pemahaman al Qur'an itu petunjuk dari Allah 7:179, yang meninggikan derajat manusia dari hewan 7:176 karena al Qur'an itu petunjuk, petunjuk itu menuntun amal.<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>; Jadi mengapa nc@ anda memakai dengan seabrek dalil quran..sehrusnya anda tidak memakainnya..anda seharusnya memakai wahyu dr tuhan anda.km hnya membaca lalu dengan akal seolah-olah itu adalah wahyu untuk anda.. nah ini sudah bnyak contoh yang mengaku nabi, jibril, imam mahdi, dan lain-lain, nah sekarang anda mengaku siapa.. jelas anda tidak shalat seperti kaum muslim.. tidak puasa.. tidak mengakui Muhammad sebagai nabi dan nabi-nabi lain.. tidak naik haji.. dan seabrek lagi.. nah sekarang saya mau tanya anda muslim kah.. dan sekarang mengaku siapa? Pantaskan anda saya sebut, Seorang yang kafir mutlak..<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Saya setuju al Qur'an itu untuk diri, agar ruhnya masuk ke diri kita, Ia, kalau memahaminya benar, dan pas dengan kehendak tuhan,kalau tidak celaka sampean, yang ada hanya prasangka hati saja.<br /><br />nc: Hati seperti saya atau kamu, tidak akan bisa menyibak hakekat al Qur'an sejatinya kerena km manusia biasa yang bisa salah dan banyak berbuat dosa, dan dalam memahami al Qur'an kita butuh mubayin yang siap membimbing manusia ke jalan yang lurus kerna jalan yang lurus itu jelas, kebenaran dan agamanya 100%.<br /><br />Merekalah para mubayin al quran yang telah diberi mandat oleh tuhan.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Al Qur'an itu akan menjadi petunjuk bagi manusia apa bila dalam memahaminya benar dan sesuai dengan kehendak tuhan.<br /><br />Kalau tidak benar, bisa kamu lihat banyak perpecahan dan ikhtilaf pertentangan didalamnya. Nah, untuk menyatukan perbedan perbedaan kita butuh manusia yang bisa menyatukan perbedaan itu.<br /><br />Itulah yang disebut imam atau mubayin al quran yang telah diakui oleh tuhan. Kerena jalan yang lurus pasti ada.<br /><br />Nah untuk mengikuti jalan yang lurus itu kita butuh bimbingan imam yang makshum, yang terbebas dari kesalahaan, kerena jalan yang lurus itu, jalan yang tak pernah salah, yang benarnya 100% dan agamanya100%.<br /><br /><b>Ipank Ka Zen</b>: Hebat ya mas Nur Cahya, tanpa bimbingan bisa jabarin makna al Qur'an. Saya mau tanya, ada berapa planet yang ada di alam jagad raya ini ?<br /><br />Adakah manusia di kehidupan planet itu, selain di bumi ini ? Apa mereka mengenal adam dan hawa ?<br /><br />Bila anda memang bisa menjabarkan arti makna kandungan al qur’an, pasti anda bisa menjawabnya dan di sertai pembuktian nyata, bukan angan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Al Qur'an, bisa dipelajari, karena kitab itu kitab pelajaran bagi yang mau mengambil pelajaran, dengan merendahkan ego dan mengosongkan paham lain (melepas kemusrikan) sehingga ruang hati itu kosong ketika ayat-ayat itu dibaca hati bisa melihat dengan bersih untuk masuknya pemahaman sedikit demi sedikit secara berkelanjutan, nabi Muhammad memahami al Qur'an juga masuk/turun berangsur-angsur dalam masa kenabiannya. Nabi itu penyampai al Qur'an, kenabian itu lebih iman, nabi bisa laki bisa perempuan. Mereka selalu ada pada setiap jaman, andapun bisa menjadi nabi jika beriman kepada 3:81, mengikuti al Qur'an 33:1-2, memperingatkan dengan al Qur'an 6:19, bacalah ayat-ayat tentang nabi diposting saya tentang 33:33 diatas.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Hati-hati Nur Cahya banyak tarekat-tarekat yang menyimpang kerena tidak ada bimbingan,mereka bersandar hanya kepada hati bukan kepada akal.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Al Ahzab 33:33 merekalah ahlulbayt yang mempunyai spiritual yang sudah mencapai hakekat sejatinya yang harus kita ikuti.<br /><br />Kerena al quran tidak bisa disentuh kecuali dengan orang orang yang disucikan.<br /><br />Nabi dan keluarganya adalah orang orang yang mempunyi pemahaman tingkat tertinggi dalam memahami hakekat al quran.<br /><br />Kerena itulah Allah menyuruh mereka untuk membimbing umat untuk memahami al quran yang sesuai dengan kehendaknya.<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: Hehe bener-bener ya.. memang anda bukan muslim.. kitab quran ini hakikat-hakikat unggul dan rahasia-rahasia unik keberadaan. Kandungan-kandungan mutiara-mutiara .. dan lain- lain istimewanya.. Dan anda seenaknya memakai dalil-dalil.. yang benar-benar ngawur dan belum tentu dengan maksud dan tujuan.<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: Lebih edan kan si nur..nabi ada laki ada perempuan.. kita juga bisa menjadi nabi.. dan lain-lain agama kok permainkan.. sudah banyak orang terjebak seprti anda.. kata) anda kosongkan hati untuk memahami quran..sehingga akan mudah mendapatkan wahyu.. di saat itulah syaitan bermain.. seperti anda pemain baru.. dalam dunia penyesatan.. menambah titik terangkan bahwa anda.. bukan muslim.. mungkin 1 minggu lagi mengaku seorang nabi...<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: Kalau anda muslim belajarlah kepada yang mumpuni pengetahuannya.. kalau anda non muslim dan ingin mengetahui tentang islam.. mari jangan malu-malu untuk bertanya kepada yang mumpuni.. anda tidak sendiri..<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: IKZ: Saya tidak tahu apa-apa saya hanya tahu dari al Qur'an. Al Qur'an kitab bacaan arab, ayat-ayat terkandung Ruh perintahNya , 42:52, ayat2Nya tidak hanya tertulis dalam kitabNya, ayat-ayatNya juga ada di bumi dan dilangit, jika semua ayat-ayat Allah ditulis dengan tinta laut 7 bumi sesudah keringnya. Tidak akan cukup. 31:27 Ayat-ayat yang dibumi dilangit itu tersebut dalam al Qur'an 45:1-15.<br /><br />Berapa jumlah seluruh planet dijagat raya saya belum mengetahuinya, jika kita belajar al Qur'an saya memulai dari yang mudah, dan mengukur diri untuk tidak bernafsu ingin sekaligus tahu, atau mencari tahu yang tidak Dia turunkan. Dari surat-surat itu bertambah pemahaman saya. 9:124-125.<br /><br />Jika IKZ mengetahui jumlah semua planet jagat raya silahkan berbagi, saya menyimak. Bumi yang berpasangan dengan langit ada 7.<br /><br />15:87 Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh yang berpasangan dan al Qur'an yang agung.<br /><br />7 yang berpasangan dan al Qur'an, perintah Allah berlaku padanya.<br /><br />65:12 Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi (7 bumi). Perintah Allah (al Qur'an) berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.<br /><br />Salah satu bumi itu tempat yang kita tinggali, PerintahNya 42:52 berlaku dibumi ini.<br /><br />Diberitakan Dzulqarnain dari bumi melakukan perjalanan antar matahari (galaksi) bumi-bumi itu, salah satu bumi yang dikunjungi terdapat bahan tanah yang sama dengan bahan penciptaan Adam (shalshalin). 15:28, 18:86-98, bahan tanah Adam itu berbeda dengan bahan tanah manusia yang dibumi ini (thuraabin) 30:20, 40:67.<br /><br />Ketika dibumi Adam itu Dzulkarnain ada kaum diperintah untuk menghukum atau memberi kebaikan. Hukuman itu diberikan kepada Adam untuk membawa diturunkan ke bumi yang manusianya suka berselisih.<br /><br />Kemudian Dzulkarnain melakukan perjalanan meninggalkan matahari yang dibarat kearah timur (terbit) terdapat kaum yang terlindungi (kaum yang beriman).<br /><br />Kemudian Dzulkarnain melakukan perjalanan galaksi kearah lain menemukan kaum yang tidak mengerti pembicaraan (asing/bumi lain), kaum itu ditolong Dzulkarnain dari kaum yang berbuat kerusakan, dengan membuatkan pelindung hingga mereka tidak terjangkau (terbang pergi dari bumi, selamat dari kerusakan.<br /><br />Tempat orang-orang yang berbuat kerusakan tersebut perjalanan terakir Dzulkarnain bersama Adam adalah bumi yang sekarang 18:93-98. Yang kaumnya berbuat kerusakan, dan Adam membawa amanat kebaikan dibumi ini, tetapi sebagian besar umat bumi hingga akhir jaman sebagian besarnya mendustakannya 6:116, 2:30, 38:78.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: HS; Jika ada yang berbeda dalam pemahaman jelaskan dengan ayat-ayatNya. Agar pemahaman kepada ayat-ayatNya lebih dekat dengan yang benar.<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: Saya tidak seperti anda yang serampangan memaknai alquran..nauzubillah.. sehingga dengan akal sendiri.. memaknai sholat bukan dengan gerakan-gerakan... nabi ada yang perempuan.. dan lain-lain.. kamu bilang baca dengan hati yang kosong... sehingga seakan-akan mendapat wahyu.. dari tuhan apa syaithan bro.. semua kaum muslim tidak ada yang seperti anda... yang bisa menjadi nabi.. tobat sob.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Orang tarekat sholatnya cukup meditasi, seperti bersila sambil sedakep, mengosongkan hati, mengucap lapad “Allahhu”setelah mengosong hati akan terdengar bisikan suara yang gemuruh yang menurut dia kemenunggalan, menyatunya rasa pada dirinya, rasa Allah dan rosulnya. Itu predikisi saya.<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>; Edo: Mungkin juga tuh... masalahnya saya seumur-umur baru ketemu orang yang fahamnya kaya gini....<br /><br /><b>Ipank Ka Zen</b>: Saya tidak tahu jumlah seluruh planet di alam semesta. Dan juga saya itu awam.<br /><br />Dari comen anda, sepertinya anda itu tahu kandungan ayat al qur’an ko anda malah bertanya sama saya ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Semuanya dari bacaan seperti anda ingin belajar mengemudi ada teori rambu- rambu peringatan dari bacaan ada praktek. Karena kitab itu kitab pelajaran.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bertanya anda Siapa tahu anda sudah diberi tahu ayat Dia dan saya belum diberitahu..<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 39:18 yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal.<br /><br />20:40 Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya (mengungkapkannya) kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu”.<br /><br />18:24 kecuali : “In'sya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini”.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: HS: Gunakan kemampuan memahami ayat-ayat Allah dengan mentaati 7:179.<br /><br />22:54 dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al Qur'an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.<br /><br />22:55 Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Quran, hingga datang kepada mereka saat (azab dunia) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: MF: Ayat-ayat itu nyata kamu heran dengan peringatan al Qur'an, karena kamu menyembunyikan hikmah-hikmah al Qur'an dibalik hadis-hadismu.<br /><br />7:63 Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat rahmat?<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: NC: mau tanya, cara memahami dengan hati itu gimana ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 38:4 Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”.<br /><br />38:5 Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar- benar suatu hal yang sangat mengherankan.<br /><br />38:6 Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka : “Pergilah kamu dan tetaplah tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.<br /><br />38:7 Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam Din yang terakhir; ini tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.<br /><br />38:8 mengapa al Qur'an itu diturunkan kepadanya di antara kita?” Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap al Qur'an-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: NC: Tidak menjawab pertanyaan, terlalu global, kiat praktisnya saja ?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: NC: Kalau ditanya “cara” berarti anda harus menjelaskan metodologi memahami dengan hati itu ? misal : langkah 1 belajar bahasa arab, langkah 2 belajar balaghoh, dan langkah- langkah selanjutnya [terserah anda mungkin punya metodologi tersendiri yang saya mohon penjelasannya]<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: SN: memahamiNya dengan merendahkan serendah-rendahnya diri kepada perkataan-perkataanNya al Qur'an dan meninggikan setinggi-tingginya bahwa perkataan dalam al Qur'an itu perkataan dari Allah kepada dirimu. Bacalah...ketika bacaan itu membenarkan imanmu terimalah dan buanglah pemahaman yang melawan karena pemahaman yang melawan itu dari syaitan. berjuanglah dengan teguh untuk meneguhkan kebenaran dariNya. Jangan heran ketika ternyata berbeda seperti ayat-ayat 38:4-8. Bacalah 73-1-20. Selamat<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Sebelum bisa memahaminya, tentunya ada prasyarat yang terutama bahasa arab, jadi mohon jelaskan metodologinya ? Khan ga ujug-ujug orang itu bisa paham.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Saya tidak ahli tata bahasa arab, saya tidak mengerti bahasa arab, saya kaum Indonesia sehingga saya gunakan bahasa yang dapat saya pahami karena seorang arabpun mereka bisa buta kepada al Qur'an yang berbahasa Arab. Kita bisa mencari makna kata dengan kemampuan analisa/meneliti yang sudah diberi Allah pada setiap manusia, dari ayat-ayat kata perkata dari bahasa yang dimengerti, al Qur'an telah banyak diterjemah oleh ahli penterjemah dalam berbagai bahasa, dan telah tersedia dalam digital kata perkatanya dapat diolah untuk difilter berdasarkan kata-kata tertentu..... sehingga kita bisa mengeluarkan ayat-ayat sesuai kata perkatanya. Jangan terburu-buru, pemahaman demi pemahaman dari yang mudah anda ingat, bukan mengingat ucapan arabnya tetapi ingat pemahamannya. Sehingga pemahaman- pemahaman itu menyusun bangun pemahaman dalam hati sebagai iman yang semakin jelas/kuat.<br /><br />Dia semakin memudahkan sebagai karunia dan rahmat bagi yang mau mencari....<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Sebelum saya berikrar dengan 6:19, iman saya mengikuti guru-guru sejak kecil. Setiap ada pemahaman baru dari al Qur'an yang berbeda dengan paham sebelumnya saya lepas, demikian seterusnya sedikit demi sedikit berangsur pemahaman ayat melepas pemahaman selain ayat. Sebelum saya paham yang dimaksud sholat dalam al Qur'an saya memahami sholat dengan ritual 5 waktu, dan sebelum saya paham dengan paham sholat menurut al Qur'an saya ikuti sholat ritual, setelah saya paham kurang lebih berproses 2 tahun siang malam mencarinya dalam al Qur'an, hibgga semakin yakin dan saya lepas sholat ritual itu dengan paham al Qur'an. Setiap manusia berbeda-beda dalam berproses. Tergantung seberapa besar kesadarannya akan pentingnya memahami petunjuk Tuhan bagi keselamatannya. Saya baru 3 tahun ini memurnikan pemahanan al Qur'an, dan tidak pernah berhenti untuk memeliharanya dan makin meneguhkannya agar menuntun kepada amal diri dan termasuk orang2 yang diberi selamat.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Pemahaaman melalui hati adalah penyatuan rasa,rasa Allah dan Rasa rasul yang ada di diri kamu, yang harus disatukan dan diselaraskan. Ketika rasa Allah dan rasul sudah disatukan dalam diri ‘nc’.<br /><br />Nur cahya harus meyakini bahwa sesuatu yang timbul dari hati itu jawaban dari tuhan, dan nc harus meyakini hal itu.<br /><br />Kerena menurut argumen nc setiap doa pasti ada jawaban dari tuhan, melalui pelentara hati,<br /><br />Refrensi: Hadits kudsi suratal fateha.<br /><br />Ketika nc sudah bisa menyatukan rasa Allah dan rasa Rasul dalam dirinya ini yang dinamakan “mukasyafah” akan terbukanya tabir ke gaibaan.<br /><br />Dan ibadahnya cukup meyakini sesuatu melalui hatinya, dan dirinya meyakini akan bimbingan langsung dari maha guru yaitu (Allah).<br /><br />Untuk meyakini hal itu nc harus bermeditasi dengan pengosongan diri atau pikiran dengan memejamkan matanya dan hanya membaca kalimat Allahhu.<br /><br />Setelah pengosongan berhasil akan terjadi reaksi seperti gemuruh dan akan timbul suara yang diyakini maha guru yang siap menjawab pertanyaan pertanyaan nur cahya, jawaban langsung yang berikan dengan maha guru, untuk memahami segala sesuatu.<br /><br />Kerena menurut nc suara hati yang sudah menyatu manunggal adalah bimbingan dari tuhan. Demikian kira pemahaman melalui hati persi nc.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: NC: Setiap ada pemahaman baru dari al Qur'an yang berbeda dengan paham sebelumnya saya lepas, demikian seterusnya sedikit demi sedikit berangsur pemahaman ayat melepas pemahaman selain ayat. Pertanyaan : berarti saat ini dalam masalah pemahaman, masih ‘berproses’ artinya ada kemungkinan berubah lagi atau bagaimana ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Iya benar berproses, berproses dalam memahami itu tatacara yang Dia ajarkan, jangan tergesa-gesa, jika Aku bacakan kemudian ikuti bacaan itu (tinggalkan yang lama ikuti yang al Qur'an. Semua ada tuntunannya semakin jelas. Ayat-ayat itu seperti permainan puzle, kita tidak tahu sama sekali ayat-ayat itu ketika ayat-ayat belum tersusun, semakin tersusun kunci- kunci bangunan semakin jelas terlihat, dan semakin mudah memahami ayat. Persis seperti puzle, semakin terlihat gambar rumahnya jika ada potongan puzle kita bisa lebih mudah meletakkan potongan pemahaman puzle itu dibangunan tersebut, perlu keteguhan untuk membangunnya. Bangunan itu akan makin kokoh ketika kita membangunnya sepanjang hidup kita. Setiap jengkal waktu, tempat lingkungan terkandung tanda-tanda yang perlu dipahami apakah setiap langkah yang akan dilakukan termasuk amal soleh. Semakin kita memahami/iman, amal soleh itu semakin membimbing. Iman, amal soleh, memahami dengan bersih tidak kawatir tidak sedih, 2:277, bukan yang hadap barat itu kebajikan 2:177.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Al Qur'an terkandung ayat-ayat mutasyabihat, (bermakna ganda) bisa tersesat bisa yang lurus. Jika kita mensekutukan dengan kitab-kitab ajaran yang lain ayat-ayat mutasyabihat bagi yang mensekutukan itu akan mengambil pemahaman yang menyesatkan. Jika manusia masih menganggap batu kabah di masjidil haram, maqom Ibrahim, bayt itu benda-benda maka ayat-ayat mutasyabihat itu terlihat kepada benda-benda tersebut.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: NC: Sebelum saya paham dengan paham sholat menurut al Qur'an saya ikuti sholat ritual, setelah saya paham kurang lebih berproses 2 tahun siang malam mencarinya dalam al Qur'an, hingga semakin yakin dan saya lepas sholat ritual itu dengan paham al Qur'an. ====== Karena menurut anda pemahaman itu berproses, maka di dalam sholat-pun telah terjadi proses perkembangan pemahaman pada diri anda sehingga sholat anda pun ‘berbeda’ dengan cara nabi melainkan dengan cara al Qur'an yang anda pahami, benarkah ? Mohon penjelasan bagaimana cara anda sholat, anggap saja sharing ilmu.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Shalat nc: Dengan bermeditasi seperti Nabi menerima wahyu di goa hira hehehe....<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: SN; Ketika anda mengatakan cara sholat nabi 1200 tahun lalu dan itu kamu ikuti sebenarnya yang anda ikuti itu “katanya“ dan ketika kita turut mengikuti dan menyiarkannya Allah menetapkannya kamu turut dosa dan terkena azab 24:11 , gol mu itu orang-orang beriman sehingga mereka dipertanyakan 24:12, berita-berita tersebut ditetapkan dari pendusta, karena pemberitaannya tidak menghadirkan 4 saksi, ini ketetapan Allah 24:1, sekiranya tidak ada al Qur'an (rahmat besar 29:51) kamu semua tersesat terkena azab besar dunia akhirat karena berita- berita bohong 24:14, berita mulut kemulut itu kamu tidak tahu, kamu anggap ringan saja, sisi Allah. Besar 24:15, mengapa kamu tidak mengatakan ini dusta besar 24:16, jangan lagi berbuat itu selama2nya 24:17, Allah menerangkan kepadamu 24:18, itu perbuatan tidak bermoral azab pedih dunia akhirat, kamu tidak tahu, Allah tahu, 24:19, karena rahmatNya (al Qur'an) Dia penyantun penyayang 24:20, itu perbuatan syaitan yang menyutuh berbuat dusta dan melawan Allah 24:21. Dia melarang semua bentuk petunjukNya diluar yang Dia turunkan (diluar al Qur'an 7:33.<br /><br />Ayat-ayat tersebut memberi ketetapan yang jelas dan tegas kepada berita-berita kata nabi dari mulut kemulut dan firman-firman Allah menurut katanya.<br /><br />Atas pemahaman tersebut semua ajaran yang bersumber dari luar al Qur'an saya lepaskan semua, semua ritual itu al Qur'an menyebutnya sebagai kemusrikan haadu/ huudan/ yahuuda/ yahudi, merubah makna ayat pada tempatnya dengan berita-berita bohong 5:41-43, itu jenis kemusrikan kaum huud dari kaum aad kaum yang pertama dibinasakan karena mendustakan Allah setelah azab Nuh 53:50, 22:42.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Al Qur'an itu rahmat yang membenarkan imanmu dari bisikan syaitan yang masuk kdlm hatimu, sebagai janji iblis yang hendak menyesatkan kamu semua dengan cara menipu terlihat baik, wahyu tipuan, kecuali orang-orang taqwa.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mereka mengagumkanmu waspadalah 63:4.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Lho saya pikir kita sudah saling mengetahui bahwa diantara kita ada perbedaan saya melakukan apa yang kata anda “katanya” dan anda melakukan cara anda sendiri. Bagi saya ini ga ada masalah, saya tak mau memaksa anda dan saya pun tak mau dipaksa, hanya saja saya ingin mengetahui metode anda tersebut [sholat menurut al Qur'an pahaman anda] agar kita bisa saling menghargai pendapat masing-masing. Karena anda sudah tahu cara sholat “katanya”, sekarang giliran anda menjelaskan cara sholat anda agar lebih fair, dan please make it simple... ga usah jawab muter-muter.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Salam persaudaraan hehehe...<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Alaikum salam... xixixixi...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Saya tidak memaksa, kalau anda merasa dipaksa, sebenarnya saya hanya menyampaikan al Qur'an, karena al Qur'an sebagiannya peringatan bagi nafsin saya dan yang turut membaca.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Bang Syahran Nasution@: Cara shalatnya itu ‘ berdiri kemudian sujud ‘..tanpa bacaan dan doa-doa.<br /><br />Terhitung seorang Musafir begitu keluar dari rumah, karena dalam alqur’an yang NC pahami ga ada ukuran jarak ( meter, kilometer dan sebagainya).. Pokoknya. al Qur'an banget.<br /><br />Mas Nur Cahaya@: Mohon dikoreksi kalau ga benar..<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: NC: saya ga merasa dipaksa kok. belum dijawab pertanyaan saya ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Dirikan Sholat yang saya pahami dari al Qur'an adalah perintah dirikan pemahaman al Qur'an dalam hati, agar menjadi paham/keyakinan/iman dengan iman itu menuntun amalnya. Sehingga cara dirikan sholat bagaimana ? Bacalah....bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptamu. Karena kitab itu pelajaran dan peringatan.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Jadi tanpa ada takbirotul ihrom, baca alfatihah, dan lain-lain. Begitukah ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Apakah bisa hanya dibaca ? Tunaikan zakat. Dirikan sholat dan tunaikan zakat, dirikan bangun pemahaman al Qur'an dalam hati dan lakukan dengan bersih tanpa ditambah (riba). Apakah cukup hanya memahami ? Jadikan pemahaman itu iman dan atas iman itu amalkan sebagai amal soleh, maka tidak sedih tidak kawatir 2:277.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Iya. al Qur'an ternyata sangat berbeda, banyak hal disembunyikan ribuan tahun oleh orang-orang munafik. Dan umat semua tertipu, dan dibuat buta kepada al Qur'an. AlQuran ayat-ayat yang nyata, kenapa disebut rahmat yang besar dalam AlQuran ? Karena didalamnya mengungkap yang sebenarnya terjadi dibumi masalalu masa kini dan masa depan, semua kita melihat AlQuran dibuat terbalik dan mempermainkan (mengolok-olok).<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Yeyeyeyeeye,,, bikin gemes kan? Hehehe<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Jadi anda sudah mengakui bahwa cara sholat anda berbeda secara ekstrim dengan cara nabi [tanpa takbirotul ihrom, alfatihah, dan lain-lain]. Bagi saya bukan masalah karena ini urusan keyakinan. Namun ada satu yang mengganjal di diri saya, selama ini al Qur'an + Nabi Muhammad identik dengan Islam, nah kalau AlQur’an + Nur Cahaya. apa ya ? Agama baru ?<br /><br />Mazhab baru ? atau bingung dech !<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Trend minimalis...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Apa yang saya sampaikan murni hanya saya peroleh dari al Qur'an. Semua kemusrikan ajaran saya lepas. Jika anda baca kembali penyampaian saya semua ayatNya tidak ada yang bertentangan, setiap paham saya menyebut atas nama Tuhan dengan ayat-ayatNya. Bacalah dengan nama Tuhanmu... bacalah ayat-ayatNya. kok malah dibaca arabnya disuarakan dengan merdu seperti syair lagu, dilombakan. membaca 1 ayat meskipun tidak paham “katanya” dapat pahala....<br /><br />36:69 Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Bukanlah ini (al Qur'an) kecuali peringatan dan bacaan (al Qur'an) penjelasan.<br /><br />“Katanya” itu dusta besar 24:16, 24:13.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>; Mas Nur Cahaya yang menggemaskan@: Tahu ndak siapa atau bangsa apa yang menemukan huruf latin yang kamu pakai memahami terjemahan al qur’an. ???<br /><br />Singkat kata sebenarnya kamu dibodohi oleh penemunya itu...<br /><br />Symbol symbol yang kamu pakai ini ternyata temuan manusia loh. bukan Tuhan.<br /><br />Katanya kamu ga mau ikut manusia, tapi nyatanya huruf-huruf itu bikinan manusia....<br /><br />lol.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Untung terjemahannya bukan bahasa sanksekerta...<br /><br />Hahahahaa<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: SN: Jadi anda sudah mengakui bahwa cara sholat anda berbeda secara ekstrim dengan cara nabi [tanpa takbirotul ihrom, alfatihah, dan lain-lain].<br /><br />Coba teliti kembali anda sering turut mengatakan cara nabi...coba ditelusuri darimana asalnya sumber berita “cara nabi”. Berita itu dari mulut ke mulut 24:15, bukan dari rasul, dari golonganmu 24:11. Al Qur'an menjelaskannya 24:18. Dan semua berita mulut ke mulut itu sudah ditetapkan hukumnya yang menyiarkan dosa, azab besar karena mereka mengikuti dan turut menyiarkannya. Bacalah 24:1, 24:11-21.<br /><br />Berita mulut ke mulut yang mengajarkan bagian tata cara sholat dengan menyebut “amin”. Berita bohong dari mulut ke mulut.<br /><br />Shahih Bukhari 4115: Telah menceritakan kepada kami (mulut) ‘Abdullah bin Yusuf Telah mengabarkan kepada kami (mulut) Malik dari Sumayya dari (mulut) Abu Shalih (Dzakwan) dari (mulut) Abu Hurairah(Shakhr) radliallahu ‘anhu bahwaRasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bila imam mengucapkan, ‘Ghairil maghdluubi ‘alaihim walaadl-dlalliin (Bukan orang- orang yang dimurkai dan bukan orang-orang yang sesat) ‘ maka ucapkanlah, ‘Aamiin’, Barangsiapa ucapan aamiin-nya bersamaan dengan aamiin para malaikat, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”<br /><br />Ampunan dosa dengan menyebut amin ? Ajaran dari Tuhan siapa ? Tuhanku tidak mengajarkannya dalam al Qur'an.<br /><br />Kitab-kitab tersebut juga memberitakan berita-berita gosip cabul yang merendahkan nabi.<br /><br />(BUKHARI - 260) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Hisyam berkata, telah menceritakan kepada saya bapakku dari Qatadah berkata, telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata,: “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi isterinya pada waktu yang sama di malam hari atau siang hari, saat itu jumlah isteri-isteri Beliau sebelas orang”. Aku bertanya kepada Anas bin Malik radliallahu ‘anhu: “Apakah Beliau mampu?”. Jawabnya: “Beliau diberikan kekuatan setara tiga puluh lelaki”. Berkata, Sa’id dari Qatadah bahwa Anas radliallahu ‘anhu menerangkan kepada mereka bahwa jumlah isteri-isteri Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu sembilan orang”.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Nilai berita dari mulut ke mulut = nilai berita dari Nur Cahaya, jadi hukum menyiarkannya dosa [ini logika kamu yang saya pake].<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Akibatnya, orang yang punya logika sehat, mengharuskan berita itu harus keluar dari mulut yang makshum. Kalau dari mulut-mulut orang-orang yang anda sebutkan ga ada jaminan...setuju ?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Mosok dari mulut makshum keluar berita bohong [waduh malu saya bilang “mulut” ga sopan kayaknya... sebaiknya ucapan... kalau makshumin sabda...hehehe].<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: FYI: Saya ga pernah bilang “amin”, dalam hal ini saya setuju dengan cerita kamu<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: T Ef Ef: Saya makan nasi, nasi dimasak manusia, nasi itu menyehatkan saya, saya tahu nasi busuk dan nasi yang tidak busuk dari baunya. Orang latin itu membuat saya bisa pandai, saya bisa membaca, saya tahu ilmu bumi, sejarah, matematika, dan akhirnya saya bisa memahami al Qur'an dengan bahasa kaum. Kamu juga tahu bahasa kaummu, kamu ahli bahasa bahkan bahasa itu bahasa kaumu tapi hatimu buta. Yang buta bukan mata. Yang membuat manusia bodoh disuruh pahami al Qur'an, kitabnya malah disimpan, malah berdiri, tunduk, telungkup, berulang- ulang, dan tiap hari minta ditunjuki jalan lurus, jalan lurusnya disimpan. Apa bisa dia paham ? Selalu menyuruh sholat tetapi dia sendiri tidak melakukan.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: SN: Tidak amin tapi hadap batu?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Ikut kelilingi batu?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Lho apa salah dengan itu?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Hahaha...kelihatannya anda sangat anti dengan “perantara”.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Mengikuti ini?<br /><br />Shahih Bukhari 2941: Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy telah mengabarkan kepada kami Humaid bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; “Abu Bakr mengutusku sebagai orang diantara orang-orang yang menyampaikan pengumuman pada hari Nahar (tanggal sepuluh Dzul Hijjah) di Mina, yang isinya; “Tidak boleh bagi orang musyrik melaksanakan hajji setelah tahun ini, tidak boleh mereka melakukan thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang dan hajji akbar adalah hari Nahar”. Dan sesungguhnya disebut haji akbar karena adanya pernyataan orang-orang tentang hajji ashghar (kecil) maka Abu Bakr mengumumkan kepada manusia pada musim hajji tahun itu bahwa (hajji akbar) adalah saat orang-orang musyrik tidak berhaji pada haji wada’ yang ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakannya”.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: sebelum diteruskan... jangan kasi hadits Abu Hura-Hura, tukang tipu kayak gitu kok dipercaya, ga usah ngerti hadits..anda cukup belajar sejarah dan paham peta politik pada waktu itu, bisa tau siapa Abu Hura-Hura.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Jika keliling untuk jalan-jalan melihat kemusrikan umat masa lalu... tidak haram. Jika mengatakan dari mulut ke mulut itu cara nabi, yang mendapat wahyu Allah, dan menjadi ketetapan wajib kalau tidak dilakukan dosa. maka berlaku ketetapan ayat-ayat tentang dusta<br /><br />24:13, 24:14, ancamanNya keras.<br /><br /><b>Syahran Nst:</b> Oh.. saya ngerti sekarang kenapa anda ga percaya hadits. ya jelas hadits kayak gitu dimasukin ke otak, buat saya hal kayak gini cukup pake common sense saja.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: SN: Saya tidak anti dari hawa nafsu tetapi perantara itu mendustakanNya dan saya takut azabNya untuk mengikuti perantara, sehingga saya lepas semua paham perantara itu karena mereka tidak mengikuti hukum Tuhan hadirkan 4 saksi.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Coba hadis SN sampaikan berita sabda-sabda nabi yang menyampaikan sholat, zakat apakah hadis itu menyampaikan ayat-ayatNya ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Hadis-hadis syiah juga sama terkena hukum 24:1, 24:13.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Saya heran dengan anda, bukankah al Qur'an itu sendiri perantara ? Ya udah sembah aja tuhan langsung tanpa perantaan ilmu dari al Qur'an. piye tokh ?<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Saya ini orang bisnis, adalah suatu keniscayaan peran seorang perantara dalam kelancaran berbisnis dan saya yakin di dalam pelbagai aspek kehidupan lain pun perantara itu memang diperlukan, cuma mungkin muncul dalam bentuk yang berbeda-beda namun pada intinya tetap perantara.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Dalam bisnis ada penipu yang mengagumkanmu, dan kamu mentaatinya.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Saya ga ngerti omongan kamu, ya kalau ada berani nipu gue hajar.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: al Qur'an perantara utusan dari Allah. Hadis-hadis itu perantara dari syaitan 27:221- 222, yang dosa dan dusta 24:11, 24:13.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Jadi al Qur'an itu perantara ?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Bagaimana bisa hajar, kamu kagum. 63:4.<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Bodohnya kamu ini, mosok kagum sama penipu ??? Dari sini saja saya sudah tau ada yang salah dengan logika kamu. gimana bisa ngomong banyak tentang Qur'an dengan kualitas akal seperti ini ???<br /><br /><b>Syahran Nst</b>: Ternyata... saya berdiskusi dengan ??....hahahaha. rekans sudah ga usah ditanggapi. orang sakit ternyata.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kamu tidak tahu 9:101, hampir-hampir kamu mengikuti mereka mengajak membuat wahyu bohong 17:73-75.<br /><br />Kamu sekarang tidak tahu bahwa yang kamu ikuti wahyu bohong.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: al Qur'an itu utusan ucapan 81:19-21, 42:51.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Sunni syiah bergolongan termasuk kemusrikan 30:31-32, 15:91-94.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kamu tahu kebenaran al Qur'an, turut menyembunyikan.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Kenapa NC sampai menolak orang arab berikut hadistnya ???<br /><br />Sepertinya berangkat dari ini nih “ di sekeliling Nabi terdapat orang orang munafik, yang sangat keterlaluan dalam kemunafikannya....” lalu mengambil kesimpulan semuanya pembohong, padahal ga ada kata “ semua” disitu..<br /><br />Mungkin karena alasan kehati-hatian dalam berkeyakinan sampai NC langsung saja ke al Qur'an tanpa perantara, padahal mustahil bin mustahal, namanya saja kitab berarti ada huruf, kata kalimat dan seterusnya... kemudian NC mesti melihat, mendengar membacanya dengan mata telinga mulut dan sebagainya..<br /><br />Nah, kesemuanya itu adalah alat perantara untuk memahaminya., kesempurnaan pemahaman tergantung dari kesempurnaan alat perantara itu...<br /><br />Kerapkali NC pada terjemahan diatas meletakkan simbol-simbol seperti: //,,( ), dan bahkan memberi keterangan sendiri.. nah ini bagaimana ?? Sementara dalam kitab tidak ada simbol garis miring, kurung krawal serta kata dan kalimat keterangan tambahan setelah terjemahan...<br /><br />Berarti NC minimal telah mempercayai seorang perantara dalam, memahami al qur’an yakni penerjemah itu...<br /><br />Mengapa NC mempercayai penerjemah yang bersangkutan dengan terjemahannya itu, padahal anda ga pernah ketemu dan pasti dia bukan orang suci toh ??..peterjemah itu pastilah menggunakan alat untuk menterjemahkan al qur’an agar sesuai dengan sebenarnya..<br /><br />Nah disadari atau tidak, diakui atau tidak oleh NC. Berarti kamu mengkuti ilmu bahasa arab penterjemah tersebut,, nah berarti dibutuhkan mimimal pengetahuan bahasa arab dalam memahami al qur’an disamping ilmu ilmu yang lain tentunya...<br /><br />------------------------------------’’’’’----------------<br /><br />Barulah aku percaya sama kebenaran keimananmu “yang tanpa perantara iitu “ jika a dan hanya jika nama mas NC disebutkan secara jelas oleh Allah swt dalam kitab suci al Qur'an?..hehehehehe candaaa.<br /><br /><b>T Ef Ef Todhoerikei</b>: Benar bang Syahran Nasution Okeee deeh.. gak perlu di tanggapi.. capeee...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Silahkan dipahami 24:13, nabi terikat perjanjian 3:81 dan nabi disuruh mengikuti AlQuran 33:1-2. Siapakah syaitan ? Mau tau 26:221-222, yang dusta dan dosa adalah yang menyiarkan berita bohong. 24:11.<br /><br />Tidak menjalankan amanat Tuhan Bodoh dan zalim 33:72.<br /><br />Jika disebutkan dalam kurung itu ada penjelasan ayatNya. Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Sudah kawan kawan ga bakal nyambung diskusi sama dulur nur cahya.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Menurut Nur Cahya riwayat riwayat islam dan nb sendiri hanya gambaran saja, dia sudah ga wajib lagi meleksanakan syareat, kerena syareat hanya gambaran, yang penting pemahaman. Refrensi ikro : bacalah pemahaman...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Allah tidak mengajarkan al Qur'an dengan cara riwayat. Al Qur'an itu syareat bagimu dan sama bagi semua nabi, al Qur'an itu riwayat dari Tuhan sebelum hidupmu, saat hidupmu dan setelah hidupmu. Riwayat yang dibuat manusia itu sudah berbeda dengan Ruh perintahNya pemahaman dalam al Qur'an, dan kamu tidak mengetahuinya, sehingga kenapa manusia diperintah gunakan al Qur'an unt kembali, untuk memutuskan urusan 5:48-49, diperintah bacalah dan dirikan bacaan itu..., perintah kepada nabi ikuti 33:1-2. kamu mengikuti riwayat, dan riwayat itu menipumu untuk membuat kamu bodoh dan zalim kepada al Qur'an. Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Hehehe.. benarkan prediksi saya?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Kata kamu sudah hijab? Saya tanya apa jawaban bismilah..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Hehehe.. benarkan prediksi saya? Sebetulnya sudah mulai bisa membedakan ... tetapi tetap menolak tidak mau.<br /><br />ES: nc: Kata kamu sudah hijab? Saya tanya apa jawaban bismilah..?<br /><br />Maksud pertanyaannya bagaimana ?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nc: Setiap bacaan al Qur'an ada makna batin yang tidak kita ketahui, nah untuk mengetahui makna batin itu, tidak sembarang orang yang tentunya bisa memahaminya. Untuk memahami kita butuh dengan pemahaman hati yang siap membimbing diri kita ke arah hakekat, itu yang disebut Muksyafah, terbukanya hijab yang mengetahui segala hakekat.<br /><br />Nah untuk mengetahui bahwa kamu sudah memahami hakekat (bukan sekedar klaim saja) nah, saya bertanya apa hakekat bismilah cara makna batin..?? bukan makna lahirnya.<br /><br />Seperti ada riwayat dalam hadits qudsi : setiap kita mungucapkan doa dengan ayat quran pasti ada jawaban dari Allah melalui hati.<br /><br />(refrensi surat alfateha tentang hadits qudsi “setiap nb berdoa pasti ada jawaban)<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Hadits: Dari Allah itu al Qur'an tidak ada hadis selain al Qur'an unt beriman 77:50, sehingga tidak ada hadis qudsi, hati-hati anda turut menyiarkan dan mengikuti, dosa dan azab besar, ini peringatan dari Tuhanmu yang Dia sampaikan dalam al Qur'an kitab yang nyata 24:11- 13.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Setiap yang kita lihat, dengar dan rasa itu masuk ke hati unt dipahami. Jika yang kamu lihat dengar rasa itu ajaran wahyu bohong dari syaitan mengaku dari nabi, maka hatimu memahami syaitan dan menutup pemahaman al Qur'an, hatimu seharusnya bisa memahami al Qur'an, dirimu sendiri yang menutupinya dengan wahyubohong hadis-hadis bohong. Sehingga kamu kesulitan memahami al Qur'an.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kamu memahami ilmu kedokteran manusia dari ilmu kedokteran Hewan apa bisa? Dan mengatakan sulit sekali memahami ilmu kedokteran manusia harus melalui pembimbing imam dokter hewan, dan dia tertipu bangga dengan ilmunya. Mereka lebih percaya kepada imam dari hewan dibandingkan imam dokter manusia yang belajar dari kitab Ilmu dokter manusia.<br /><br />Kamu memahami Ilmu dari Tuhan al Qur'an dengan ilmu dari syaitan hadis-hadis bohong 24:11- 21 yang mirip dengan al Qur'an ada kisah nabi, sabda-sabda nabi dan firman-firman Tuhan. Apakah bisa ?<br /><br />Nur Cahaya Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu. , 24:63.<br /><br />Al Qur'an ucapan rasul 69:40.<br /><br />Al Qur'an bukan ucapan penyair, sedikit kamu beriman 69:41. Dan bukan ucapan peramal, sedikit kamu mengingatnya 69:42. Susunan (tanzil) dari Tuhan semesta alam 69:43.<br /><br />Jika ia mengadakan ucapan atas kami 69:44.<br /><br />Niscaya kami pegang tangan kanannya (menahan tulisannya) 69:45. Kemudian benar-benar kami potong urat jantungnya (binasa) 69:46.<br /><br />Tidak seorangpun dapat menghalangi pemotongan urat nadi tersebut 69:47. Al Qur'an peringatan bagi orang bertaqwa 69:48.<br /><br />Kami tahu diantara kamu mendustakan 69:49.<br /><br />Al Qur'an penyesalan bagi orang2 kafir (tidak memahami/tidak beriman) 69:50. Ini (al Qur'an) benar yakin 69:51.<br /><br />Pujilah (muliakanlah) DENGAN NAMA TUHANMU 69:52.<br /><br />Ayat2 69:40-52 mengajarkan bahwa al Qur'an ucapan utusan, bukan ucapan penyair, peramal, susunan dari Tuhan, ancaman kebinasaan bagi yang merubah ucapan, ada yang mendustakan, penyesalan bagi yang kafir, al Qur'an benar yakin, pujilah/muliakan dengan nama Tuhan, memuji dengan nama Tuhan memberi makna perintah, dan layaknya memuliakan perintah adalah memahami perintahNya unt kemudian perintah itu ditaati dilaksanakan.<br /><br />Peringatan itu adalah al Qur'an dan al Qur'an itu ucapan utusan (al Qur'an ucapan utusan, maka al Qur'an itu utusan/rasul), taufan angin utusan, maka taufan itu utusan/rasul.<br /><br />Ketika kita melangkah maka melangkahlah dengan nama Allah bukan langkah yang membinasakan. Langkah dengan nama Allah langkah yang mengikuti perintah al Qur'an. Yang kasih yang sayang yang pemurah, yang pemaaf....dengan namaNya...Dia pemilik nama-nama terbaik... berbuat baiklah.. jangan merasa lebih tinggi dari Tuhan diberi tahu al Qur'an malah memberi tahu dengan cerita hadis-hadis penyair, peramal yang menerka-nerka. Yang berdusta, mengada-ada ucapan yang menyiarkan urat jantung terputus. Berserah dirilah agar Dia menuntunmu dengan perintahNya al Qur'an.<br /><br />Naiklah kedalam ini (kapal penyelamat) DENGAN NAMA TUHANMU 11:42. DENGAN NAMA ALLAH yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang 27:30.<br /><br />Bahwa janganlah dirimu sombong (meninggikan) terhadapKu tetapi datanglah kepadaKu dengan berserah diri 27:31.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Muter muter gaya gangsing.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Saya tanya tentang hakekat kamu ga bisa jawab? Muter muter menyalakan orang pie toh nur.<br /><br /><b>Edo Saputra:</b> Nur Cahya: Semua bisa berdalil seperti kamu, kamu merasa benar dari eyang subur, eyang subur merasa benar dari kamu, di antara kamu dan eyang subur berhujah dengan al quran yang sama, nah untuk menjadi tolak ukur memahami al quran yang sesuai dengan kehenadak tuhan bagaimana..??<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Saya tidak kawatir jika selama yang saya pahami dari ayat-ayatNya, dibandingkan saya mengikuti kitab-kitab lain yang sudah ditetapkan bahwa Dia tidak bersekutu dalam ketetapanNya 18:26.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Sulit sekali melihat kebenaran ayat-ayatNya. memohonlah kepadaNya agar Dia berkenan membukakan mata hatimu unt dapat melihat kebenaran petunjuk al Qur'an. Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Kebenaran yang mana? Kebenaran yang menurut eyang subur..? Kebenaran yang menurut ahmad mosadeq..? Apa kebenaraan menurut kamu...? Dalam tiga contoh itu mereka berhujah dengan pemahaman hati mereka masing-masing.<br /><br />Dan mereka mengklaim tentang kebenaran itu sendiri, dengan pemahaman mereka masing masing pedahal mereka berhujah dengan al quran yang sama.<br /><br />Nah untuk memgetahui tentang kebenaran dalam memahami al quran, tolak ukur apa..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Beragama bukan sekedar memahami saja, tapi dituntut kinerja yang baik dan semua harus mendukung dari segala sisi.<br /><br />Kalau kamu seorang arsitektur, tentunya tidak cukup hanya dengan memahami struktur saja.<br /><br />Kamu akan dituntut kinerja dalam peleksanaannya, sesuai ilmu yang kamu pahami, baru bisa terwujud.<br /><br />Begitupun dalam hal agama, tidak cukup dengan pemahamaan saja, dan harus diwujudkan secara nyata dan bersesuaiaan.<br /><br />Kalau kamu menganggap agama cukup dengan pemahaman tanpa perujudaan yang nyata, itu sama saja kamu menafikkan ajaran yang dibawa rosulullah saww.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Kamu ibarat seorang yang ingin mendaki gunung, tapi kamu tidak patuh dengan intrukstur yang akan memandu kamu untuk menuju puncak, kamu tidak patuhi rambu rambu keselamataan yang sudah jelas terlihat.<br /><br />Malah kamu cenderung memakai bahasa hati kamu dan memilih jalan pintas, yang menurut kamu, jalan tersebut akan lebih cepat sampai kepuncak tujuan.<br /><br />Tapi sangat disayangkan bukan ke selamataan tapi kebinasaanlah yang akan didapati di tengah perjalanan yang tersesat.<br /><br />Begitulah hasil perjalan seorang pendaki gunung yang sudah menampikan rambu rambu petunjuk yang sudah d berikan oleh intruksturnya.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Tolok ukurnya al Qur'an. Telitilah yang disampaikan ayat yang mana semua dijelaskan ayat. Silahkan disampaikan jika ada yang beda beda yang mana bedanya supaya dapat dijelaskan dari al Qur'an. 5:48-49.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Al Qur'an itu menyuruh beriman dan beramal soleh. Dengan iman itu menuntun amalmu untuk yang terbaik berbuat adil, damai, tidak bermusuhan, kasih sayang, keselamatan, kemurahan, kerendahan hati..... bacalah.. bacaan itu rahmat besar keselamatanmu dunia akhirat, agar kamu paham.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Nur Cahya: Dengan kamu mengatakan Nabi bermuka masam saja sudah kontra diksi dengan ayat ayat lain dan bagaimana kamu menyikapinya..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Gunung itu Dia yang mencipta. kehidupan ini Dia yang mencipta dan Dia menurunkan petunjuk al Qur'an petunjuk yang hak untuk keselamatanmu. Bagaimana kemudian kamu mengikuti petunjuk selainNya... kelak kamu akan sampai pada alamat yang salah. kamu kira itu petunjuk jalanmu kesurga padahal ia membawamu ke neraka. Karena kamu dibawa meninggalkan petunjukNya.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: al Qur'an itu berisi rambu peringatan, 6:19 al Qur'an itu penerangan yang menerangi jalanmu. kamu gelap kepada penerang al Qur'an 42:52, 4:174, 57:9, 3:138.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Siapa yang diperingatkan dan hampir condong membuat wahyu bohong ? 17:73-75. Peringatan itu berlaku kepada semua manusia dan nabi. Perintah jauhi kekafiran itu juga berlaku bagi nabi 33:1.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Al Qur'an itu benar yang ga benar pemahaman kamu..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Seorang Nabi saja untuk memahami al quran butuh pembimbing melalui malaikat, itupun memurut kamu nabi masih berbuat salah.<br /><br />Bagaimna dengan pemahaman kamu yang hanya berpedoman cukup dengan hati dan tidak ada tolak ukur kebenaraannya.<br /><br />Kalau cuma teriak teriak menyeru kembali kepada al quran semuapun bisa, yang harus di pahami adalah bagaimana kita memahami al quran secara benar dan sesuai dengan kehendak tuhan, lalu Allah kirim al quran melalui nabinya, agar bisa menjelaskan maksud dan tujuanya, agar al quran tersebut bisa kita pahami dengan benar, dan menjadi petunjuk bagi manusia.<br /><br />Nah, kalau kamu selalu menafikan kemakshuman mereka, dengan mengataakan nabi manusia biasa yang tidak luput dari dari kesalahan, terus dengan argumen apa kamu membuktilan kebenaraan al quran dan hukum hukumnya..??<br /><br />Untung kamu diskusi dengan sesama muslim coba kalau kamu diskusi dengan seorang pengingkar kenabiaan, bagaimana kamu membuktikan kebenaran tentang al quran dan kenabian..??<br /><br />Memahami kemakshumaan saja masih salah bagaimana al Qur'an..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Yang membimbing nabi itu al Qur'an yang dibacakan. Kemudian diikuti 75:28, tidak seperti anda ketika ayat-ayat dibacakan anda tidak ikuti, selalu menolak karena hatimu berisi paham-paham yang menolak dari hadis-hadis. Kamu ragu kepada al Qur'an dan lebih percaya hadis-hadis.<br /><br />Selamat.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Maaf argumen kamu sudah ga nyambung, kamu harus banyak belajar lagi dan banyak memahami al quran kepada ahlinya jangan menurut perasaan hati saja.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kenapa Kamu tidak ikuti paham al Qur'an kamu sudah diberi mata telinga hati untuk mamahami 7:179, 22:46. Tidak kamu pergunakan, al Qur'an telah dimudahkan untuk kamu, kamu sendiri yang menolak karena ada paham lain bersemayam dalam dadamu, bukan dari Tuhanmu. Hadis-hadis itu...<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Bagaimana kamu memahami alquran yang pas memahami kemakshumaan sudah salah..?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Allah berfirman: al Qur'an tidak akan bisa disentuh kecuali dengan orang orang yang disucikan.<br /><br />Dalam memahami ayat ini sangatlah jelas bahwa tidak sembarang manusia yang akan paham al Qur'an sejatinya.<br /><br />Hanya orang orang tertentulah yang bisa memahami al quran.<br /><br />Kerena mereka orang orang yang disucikan yang diberi mandat untuk menjadi mubayin al quran itu sendiri oleh Allah Swt agar bisa menjadi petunjuk bagi manusia.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: Paham yang kamu dapat itu siapa yang mengajarmu ? Apakah makshum apakah yang bersih ? Pahammu sangat kuat dalam hatimu hingga kamu terkunci dengan pahammu sendiri yang diajarkan guru-gurumu hingga kamu tidak sedikitpun mau memahami sendiri al Qur'an dengan akalmu. Allah murka pdamu 10:100.<br /><br />Edo Saputra Al Qur'an itu benar yang tidak benar adalah cara pemahaman kamu.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Dan kamu tidak akan pernah paham al Qur'an hingga kematianmu itulah laknat Allah bagi orang-orang yang mendustakan al Qur'an, kamupun tidak sadar dirimu turut mendustakannya, siapapun menyampaikan kebenaran al Qur'an dengan murni kepadamu dirimu akan mengatakan kalimat yang sama karena paham didada kamu beda dengan paham dalam al Qur'an.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: ES: yang kamu nyatakan al Qur'an itu benar sebetulnya benar dalam penglihatanmmu itu yang kamu benarkan paham kitab-kitab hadis, bukan paham al Qur'an saja.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: Memahami kemakshuman saja masih salah bagaimana memahami al Qur'an..?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Silahkan dijelaskan makshum petunjuk dari Tuhanmu.<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: Gak... selamat.<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: nc: Baca lagi postingan saya di atas yang menjelaskan tentang kemakshuman. Masa mau diulang terus...<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Siapa yang memberitahu si A makshum si B tidak makshum ?<br /><br /><b>Edo Saputra</b>: kemabali ke lektop...!!<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>:<br /><br />Raswan Qauliyah:<br /><br /><p class="p2" style="font-family: "Geeza Pro"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><br /><b>Erwin La Ode</b>: Al Qur'an untuk Muhammad disampaikan ke umat logikanya apapun ayat yang turun kepada Muhammad jelas untuk umat dan untuk Muhammad, karena alquran nasehat bagi yang membaca dan yang mendengarkan, sebab Muhammad manusia dan hamba keturunan Adam juga berpotensi salah sebagaimna adam berbuat salah juga, Ali berkata “lidah itu seperti pedang bermata dua” nahjul balagha, jadi pahami. Ini... ! Persoalan di atas memahaminya harus bisa membedakan mana Muhammad selaku manusia atau hamba dan mana Muhammad yang disebut nabi atau rasul.. Jika tidak kalian sampai 2014 tidak akan selesai..<br /><br /><b>Said Hasnizar</b>: Salam Kepada Ust.Sinar Agama.<br /><br />Sejauh pengetahuan saya tentang Surat Abassa, yang bermuka masam di ayat tersebut adalah Utsman bin Affan dan sudah dua Ustadz yang mengatakan bahwa beliaulah yang bermuka masam walau ianya saya dapat lewat dialog tanpa bukti yang autentik. Baru kali ini saya dapat dari ustad bahwa Abbas yang bermuka masam. Abbas yang manakah yang dimaksud?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kisah-kisah itu ditujukan kepada kamu yang membaca. supaya kamu mengambil pelajaran tidak mengikuti bermuka masam itu. Dan tidak mengikuti kagum dengan penampilan orang-orang munafik dan mendengar mereka, 63:4, tidak mengikuti membuat wahyu bohong 17:73-75. Al Qur'an terkandung tinggi hikmah 43:4, petunjuk, pelajaran 3:138.<br /><br />Selamat<br /><br /><b>Said Hasnizar:</b> Nur Cahaya: Di sini yang saya tanyakan adalah Ust Sinar Agama yang merupakan seorang berilmu yang tidak kami ragukan keilmuannya, jadi saya harap anda jangan ikut-ikutan ya mbak.. karena.. ilmu anda sudah terukur tak jauh lebih tinggi dari tenggorak anda, tak jauh lebih dalam dari batas penglihatan anda.<br /><br />Kenapa saya berani menjengkal anda?<br /><br />Karena saya pernah di ajak teman untuk mengikuti pengajian yang metode belajar al Qur'an nya seperti anda..: Baca, fahami, artikan TANPA PEDULI ASBABUN NUZUL nya.<br /><br />Hal itu saya ketahui setelah saya pura-pura bertanya makna firman Tuhan: Sesungguhnya Kami ingin mensucikan kalian hai Ahlulbait sesuci-sucinya.<br /><br />Apa jawaban Sang Kyai selevel anda tadi?<br /><br />“Sesungguhnya Allah ingin mensucikan wanita-wanita (istri kaum beriman) sesuci-sucinya. Oleh karena itu mereka wajib mentaati suaminya, berdiam di rumah, keluar jika perlu saja, bla-bla..”<br /><br />Saya bertanya, “Apakah ayat itu untuk umum Pak?”<br /><br />Beliau menjawab, “ Ya, untuk seluruh istri orang beriman, agar mereka bisa suci dan masuk surga.”<br /><br />Mendengar itu jawaban Kyai selevelmu tadi, hatiku bergumam, “Kecian banged nih kyai.” dan pamit pergi.<br /><br />Jadi, di sini saya minta agar anda tahu diri wahai Nur Cahaya, keilmuan anda sedikitpun tak saya butuhkan.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Sembilan yang tinggi ilmu dapatkah anda menerangkan baytmu sendiri ? Tahukah siapakah pasangan yang ada dalam dirimu ? Untuk apa pasangan dalam dirimu itu diciptakan ? Kamu kenal dengan pasangan dalam dirimu ?<br /><br /><b>Hadi Mahdi</b>: Nur: Apakah kamu setuju dengan ahsanul hadist dan lahwal hadist?<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: HS: 39:23 Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (Ahsanal hadist yaitu) al Qur'an yang bermakna ganda, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.<br /><br />31:6 Dan sebagian dari manusia ada yang membeli perkataan kosong (lahwal-hadits) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah dengan tidak mempunyai pengetahuan, dan ia jadikan (ayat-ayat Allah) itu ejekan; adalah bagi mereka adzab yang menghina.<br /><br /><b>M Fadli Rahman</b>: Sholawat yuk...<br /><br /><p class="p2" style="font-family: "Geeza Pro"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;"><br /></span></p><b>Haydarye MC Mjlk</b>: Allahumma solli alaa Muhammad wa Aali Muhammad.<br /><br /><b>Mi Yu</b>: 0821 1524 1313<br /><br /><b>Haidar Atiqoh Melodys</b>: Seringkali ini di bahas mereka tetap saja memakai “bermuka masam begini” khiasan namun modus.<br /><br /><b>Khommar Rudin</b>: <br /><p class="p2" style="font-family: "Geeza Pro"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px;"><span class="s1" style="font-kerning: none;"><br /></span></p><b>Nur Cahaya:</b> Bayt /rumah/bangun bukanlah makna fisik, bayt Allah bukanlah rumah allah fisik dari batu. Pemahaman tersebut merendahkanNya. Bertaubatlah. Disetiap diri ada bangunan, bukan bangunan keraguan dalam hati, tetapi bangunan keimanan yang bersumber dari al Qur'an...<br /><br /><b>Kun Nurachadijat</b>: Mohon ijin bertanya, apakah sebutan “Alaihi Salam” (AS) itu bisa untuk siapa saja sepasca nabi Muhammad?<br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Kun: Bisa saja. Wong ia adalah pengucapan salam. Karena itu, tidak beda dengan mengucap salam diantara kita. Tapi memang secara umum hanya dipakai untuk orang yang makshum as.<br /><br /><b>Kun Nurachadijat</b>: Kalau begitu, apakah sayidina Utsman bisa digelari Alaihi Salam tersebut secara beliau shahabat nabi sehingga terjamin kemakshumannya, Ustadz?<br /><br /><b>Aristin Anggraeni</b>: Nabi juga manusia! Sekarang kita mau belajar ajarannya atau yang lainnya, semua kembali ke diri kita.<br /><br /><b>Pither Ceztlee</b>:.<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: Kenapa kita yang hidup sekarang mengandaiandai orang yang hidup ribuan tahun lalu yang dikisahkan menurut katanya... Apakah Tuhan bodoh mengajarkan manusia sekarang atas dasar katanya dengan menerka-nerka dan berselisih ? Apakah Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, para nabi<br /><br /><b>Aristin Anggraeni</b>: Membaca al Qur'an harus dengan akal apalagi memahaminya. Asal jangan mengakal-akalinya bahkan taqiyah pun boleh demi maksud dan tujuan sektenya saja dengan atas nama Islam.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Boleh atau tidak boleh urusan tentang aturan Tuhan gunakan ketentuan dari Tuhanmu al Qur'an 5:48-49.<br /><br /><b>Aristin Anggraeni</b>: Hehehe, jangan mengatasnamakan Tuhan lho, hehehe... hanya demi taqiyah, hehehe.<br /><br /><b>Nur Cahaya:</b> Ketika kamu mengatakan kamu mengatakannya atas nama apa ? Lupa dengan 1:1, 96-1-5 ? Kamu menyuruh mengganti 1:1 dengan atas nama selain Tuhan Allah ? Dengan nama tuhan tuhan lain orang-orang yang kamu minta menunjukimu ? Dengan nama tuhan si A , tuhan si M,<br /><br /><b>Nur Cahaya</b>: 14:52 (Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.<br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: @Nur Cahaya, kamu selalu menukil ayat-ayat akan tetapi tidak mengikuti ayat. Ayat mengatakan (QS: 56:77-80):</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjisfi7QZz_ZfafFT-4DHmD4qEa4-MAWyiU__nPaBgt5JxKH0U1qciP1TPm9NtiuPgeRmTvj9CnSHt-zfcIjxujjHCnvUW-OiHBUtHGy9xWrHJEkgflrMGJniv3CKd2TUX_PmeHms4aAj7l/s735/QS+56+77+80.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="49" data-original-width="735" height="42" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjisfi7QZz_ZfafFT-4DHmD4qEa4-MAWyiU__nPaBgt5JxKH0U1qciP1TPm9NtiuPgeRmTvj9CnSHt-zfcIjxujjHCnvUW-OiHBUtHGy9xWrHJEkgflrMGJniv3CKd2TUX_PmeHms4aAj7l/w640-h42/QS+56+77+80.png" width="640" /></a></div><br /><div><i>“Sesungguhnya dia adalah Qur'an Mulia. Ada di kitab terjaga (Lauhu al-Mahfuuzh). Tidak bisa menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (makshum). Diturunkan dari sisi Tuhan Pengatur Semesta Alam.”</i><br /><br />Karena itu, kembalilah kepada Nabi saww dan Ahlulbait as supaya kamu bisa memahami Qur'an yang kamu nukil selalu itu.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div><br /></div><div><br /></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6303910324628207914.post-16734585679506309352021-05-04T00:25:00.006+07:002021-05-04T00:26:09.816+07:00Takdir Baik dan Buruk<div style="text-align: center;"><p class="p1" style="background-color: white; color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 24px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">﷽</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Ustadz <span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span> http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326166554094814/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:11</div><br /><br /><b>Jack Marshal</b>: Ustadz mau nanya tentang takdir, orang-orang sering menyebut ‘..udah takdir Tuhan.’. Kalau kejadian baik betapa baiknya Tuhan. Tapi kalau kejadian buruk apa Tuhan sejahat itu, tolong jelasin Ustad.<span><a name='more'></a></span><br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Salam dan terimakasih pertanyaannya:<div><br />(1). Sudah tentu takdir/nasib seperti itu tidak ada dalam Islam.</div><div><br />(2). Takdir yang ada adalah berisi ketentuan-ketentuan alami, seperti api panas, air cair ...dan seterusnya.</div><div><br />(3). Tentang nasib manusia itu ketentuan dan takdirnya adalah “Semua yang menyangkut pikiran dan perbuatan manusia itu, maka tergantung pada pilihannya sendiri.”</div><div><br />(4). Karena itu, apapun yang menyangkut manusia, seperti imannya, taqwanya, rejekinya, umurnya, pasangan hidupnya dan seterusnya ditentukan oleh pilihannya sendiri.</div><div><br />(5). Akan tetapi, karena apa saja yang ada di dunia ini adalah makhluk Tuhan, dan perbuatan manusia itu juga keberadaan di alam ini, maka ia juga merupakan makhluk Tuhan.</div><div><br />(6). Akan tetapi, karena sebelum munculnya keimanan dan perbuatan manusia itu, terlebih dahulu melalui akal dan ikhtiar manusia, maka sudah jelas bahwa yang akan bertanggung jawab adalah manusia itu sendiri.<br /><br />Inilah yang sangat dikenal dalam Syi’ah, sebagai ajaran diantara keduanya. Yakni diantara keyakinan Sunni, baik Jabariahnya Asy’ari (determinisme) atau Ikhtiariah Mu’tazilah (freewill). Selengkapanya lihat di catatan-catatan lainnya, terutama <a href="https://sinaragama12.blogspot.com/2018/08/pokok-pokok-dan-ringkasan-ajaran-syiah_12.html" target="_blank">“Pokok-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi’ah”</a><br /><br />Anjuran, tengok-tengoklah catatan yang ada (kalau ada waktu) di catatan akun ini atau di Mekar Sari Dua Belas, atau yang ada di Group Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama, atau yang ada di blog yang dibuat oleh Arsip Sinar Agama atau Anggelia.<br /><br /><br /><b>Jack Marshal</b>: Bagaimana dengan Tindakan nabi kan tidak berasal dari kehendaknya sendiri. Nabi itu memilih atau dijadikan Nabi oleh Tuhan..<br /><br /><br /><b><span style="color: #cc0000;">Sinar Agama</span></b>: Jack: Nabi saww itu menjadi nabi karena pilihan Allah. Tapi pilihan itu bukan diundi, tetapi dilihat siapa yang layak. Nah, kelayakan Nabi saww itulah yang merupakan ikhtiar beliau saww. Artinya, kemakshuman sampai digelari al-amin oleh orang-orang arab pada waktu sebelum menjadi nabi, merupakan ikhtiar mulia nabi hingga layak dipilih Allah untuk menjadi nabi dan rasulNya.<br /><br />Wassalam.<br /><br /><br /><b><span style="color: #0b5394;">Anda, Nazriel Adam Ygselalucyangkkakninna, Arif Fhadilah, Wahyu Wahyu, </span></b>dan <b><span style="color: #0b5394;">9 orang</span></b> lainnya menyukai ini.<br /><br /><b><br /></b></div><div><b>Daris Asgar</b>: Allahumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad Wa ‘Ajjil Farojahum </div><div><br /></div><div><br /></div><div>23 Maret 2014 pukul 16:24</div><div><br /></div><div><br /></div><div><p class="p2" style="color: #2d6516; font-family: "Geeza Pro"; font-size: 18px; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: center;"><span class="s1" style="font-kerning: none;">اللَّهُمَّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">صَلِّ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">عَلَى</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وآلِ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">مُحَمَّدٍ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">وعَجِّلْ</span><span class="s2" style="font-family: Times; font-kerning: none; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span><span class="s1" style="font-kerning: none;">فَرَجَهُمْ</span></p></div><div style="text-align: center;"><br /></div>Sinar Agamahttp://www.blogger.com/profile/00244371898578542210noreply@blogger.com0