Tampilkan postingan dengan label Manusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manusia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Maret 2021

Tentang Kebiasaan Manusia Berbuat Salah


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/324617850916351/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Februari 2012 pukul 18:08


Eby Ahmad: Assalamu’alaikum. Ustadz mau tanya. Mengapa manusia selalu mengulangi perbuatan yang salah?

Sudah tau salah tapi sering dilakukan... bagaimana mengatasinya? Apa ada fadilah-fadilah untuk mengatasinya?

Kamis, 06 Agustus 2020

Dunia Khayal


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/251693774875426/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 22 September 2011 pukul 15:45


Al Louna: Salam ustadz. Tolong jelaskan pandangan,mengenai dunia khayal dalam islam. Syukran.

Tujuan Akhir Hidup Manusia


Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/250779621633508/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 20 September 2011 pukul 16:49


Syair Pengembara: Salam ustadz. Mau tanya.

1. Kemanakah sebenarnya tujuan akhir hidup manusia, ke surga atau bersatu dengan Tuhan ?( maaf ini karena ada pandangan yang tidak berharap ke surga)

2. Apa makna kekal di surga dan di neraka ? Apakah kekal yang abadi atau kekal sementara? (mengingat surga dan neraka adalah ciptaan Tuhan, sesuatu yang dicipta tentu ada batasannya.)

Selasa, 12 Mei 2020

Makshumin as Mengetahui Rahasia Alam dan Perbuatan Semua Manusia


seri tanya-jawab: Rinie Sardadi dan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=231337216911082 by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, August 10, 2011 at 6:38am


Rinie Sardadi:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz.. semoga ustadz dipanjangkan umurnya dalam ketaqwaan. saya ingin bertanya, saya pernah mendengar di malam lailatul qadr nasib kita selama setahun kedepan ditentukan,lalu diserahkan ke imam mahdi afs.benarkah begitu ustadz? pertanyaan kedua, imam mahdi afs mengetahui setiap yang kita kerjakan,apakah pengetahuan ini sama dengan pengetahuan Allah akan makhluknya?

Minggu, 12 April 2020

Makna Penciptaan Jin dan Manusia


Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=224760304235440 Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juli 2011 pukul 16:15


Herry Yuli Sunarno: Salam ustaz... langsung saja ya ustadz pertanyaan saya... tentang firman Allah swt : "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."(Qs. Adz Dzaariyaat : 56).. Mohon penjelasannya ya ustadz... syukron.

Semoga syafaat Muhammad dan keluarga sucinya senantiasa bersama antum dunia akhirat... ilahi amin. Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad...

Kamis, 04 Oktober 2018

Hakikat Manusia



Seri Tanya Jawab CintakasihNya Kasih dan Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 13:49


CintakasihNya Kasih: Salam. Ustadz saya mau tanya: 

1. Apakh hakikat dari manusia itu? 
2. Menjadi manusia itu “capek”, karena harus melaksanakan segala aturan-aturan, dan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban. Hal ini berbeda dengan malaikat yang tampaknya di posisi yang aman. Mohon pencerahannya ustad? 


Semoga ustad selalu dalam selimut kasihNya. Makasih. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

(1). Manusia itu adalah makhluk materi yang mengandungi non materi yang dikatakan ruh atau jiwa. 

(2). Ruh manusia memiliki tiga tingkatan secara global. Yaitu Badani, barzakhi dan Akli. 

(3). Karena manusia memiliki materi yang mana hanya materi yang memiliki potensi dan non materi tidak, maka manusia dengan dimensi akalnya itu bisa menaikkan derajatnya sampai ke tingkat surga, akal-akhir, sampai ke Fana dan Fana’nya Fana’ serta ke maqam Asmaa-u al- Husna. 

(4). Ketika manusia mencapai derajat Fana ke atas itulah ia bisa menjadi khalifah Tuhan (wakil Tuhan) untuk mengatur semua alam. 

(5). Ketika manusia itu menjadi khalifah Tuhan dalam mengatur semua makhluk, maka ia juga jadi pengatur bagi malaikat. Karena setiap malaikat hanya jadi wakil Tuhan dalam bidang- bidang terntentu.
 
(6). Ketika insan adalah calon khalifatullah, dan lebih tinggi dari semua malaikat, maka sudah tentu tidak gratisan. Karena itu perlu perjuangan. 

(7). Ketika manusia sudah jadi khalifah dimana sekarang adalah imam Mahdi as. maka layaklah di malam Qadr (perestuan terhadap yang akan terjadi satu tahun ke depan), maka layaklah para malaikat itu turun ke bumi mengunjunginya untuk mendapatkan perestuan dari apa- apa yang akan terjadi dari semua kejadian alam semesta ini. 

Wassalam. 

CintakasihNya Kasih: Setelah membaca penjelasan “hakikat manusia” di atas, rasanya indah, namun ada rasa takut dan sedih. Karena dalam pelaksanaannya berat+butuh perjuangan untuk menjadi “hakikat manusia”. Bahkan tampaknya belum terlintas menjadi khalifahNYa, karena mendapat maafNya saja, entahlah.. Sedih jiwa ini, karena masih sering ngeluh, gak sabar, belum ikhlas menerima apa yang diberikanNya.. Mohon doanya ya ustad dan terima kasih atas penjelasannya.. Salam. 

Sinar Agama: Kasih: Jangan dikira para pencapai makam itu tidak bergetir-getir dan kelelahan seperti halnya kita- kita. Akan tetapi adalah kewajiban untuk menujuNya dengan jalan benar argumentatif dan aplikatif. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Allahumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Ustadz Mohon bertanya.. 

1.- Apakah potensi yang dimiliki Manusia itu berbeda - beda?
 
2.- Apakah Potensi yang dimiliki manusia itu ada dari lahir atau sebelum Lahir? (misal : Gen orang tuanya Baik/buruk,hasil zinah... dan seterusnya) 

3.- Potensi Manusia “ Suci Jelas Memang Sangat Memiliki Potensi dari segala Pandang Sudut walau Sangat Berat Perjuanganya. Pertanyaanya bagaimana Manusia’’ selain Manusia Suci mungkin Perjuanganya Sangat Sulit?.. 

Mohon Pencerahanya Ustadz.. Wassalam. 

Sinar Agama: Muke: 
1.- Potensi manusia itu jelas memiliki perbedaan. Akan tetapi perbedaan-perbedaan ini adalah kesempurnaan dari manusia itu secara majemuk dan, yang paling penting adalah tidak menjadikan pemiliknya terditerminis oleh potensinya tersebut. Misalnya, orang buta, tidak dideterminis oleh keadaannya itu hingga, misalnya, boleh membunuh, boleh berzina, boleh tidak belajr, boleh tidak takwa ... dan seterusnya. Jadi, apapun potensi yang dimiliki manusia, baik genetiknya, sel-sel keturunannya yang sering menularkan sifat orang tuanya ke anaknya, kaya miskinnya, normal tidak-nya, ... dan seterusnya ... semua ini, tidak menjadi pendeterminis atau pemajbur atau pemaksa bagi kehidupan manusia hingga ikhtiarnya menjadi tidak berfungsi. Tidak demikian. 

Yang akan membedakan mereka dari perbedaan potensi itu, bukan di tugasnya masing- masing yang sama-sama wajib menjadi insan kamil atau takwa, tapi hanya di bentuk ujian yang dihadapinya dan, sudah tentu di pahalanya. 

Misalnya, orang buta yang belajar Qur'an dan menghafal satu surat, akan lebih besar pahalanya dari orang yang melihat yang belajar Qur'an dan hafal satu surat. Anak yang bergenetik agak bodoh yang belajar ulet dan dapat memahami makna bismillah -misalnya- akan lebih besar pahalanya dari orang yang bergenitik cerdas dan belajar hingga paham makna bismillah. 

Semua penjalasan ini, sebenarnya merupakan ulangan dari berbagai tulisan-tulisan sebelum- nya. 


2.- Manusia suci itupun sama dilihat dari potensi ini. Yakni tidak keluar dari sunnatullah yang ada pada al-kaun atau ciptaanNya ini. Beda mereka dengan kita adalah, kalau mereka 

mengaplikasikan semua yang mereka ketahui hingga mereka mencapai derajat maksum, sedang kita dari kecil sudah terbiasa melanggar yang kita tahu hingga ya ... beginilah jadinya, ruwet dan semrawut dilihat dari sisi kejiawaan, kepribadian dan bahkan sosial. Semoga Tuhan sudi memaafkan kita semua. 

Eman Sulaeman: Amin Ya Robbii... Sukron Ustadzuna... 

Semoga antum diperkaya khazanah Ilmiah dan selalu memperbaharui Keilmuan Islamiyah... Amiin.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Kamis, 23 Agustus 2018

Kisah Penciptaan Ruh Manusia Menurut Filsafat dan Qur'an



Seri tanya-jawab antara Fan Malaka dan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, April 7, 2011 at 3:22 am



Fan Malaka: Assalamu alaikum ustads, saya mau bertanya tentang jiwa, saya pernah dapat referensi yang mengatakan bahwa jiwa itu bermula secara material dan berkelanggengan secara spritual.

Apa maksudnya itu, apakah jiwa itu merupakan materi? Terus dimana batasan antara materi dengan non materi? Tolong penjelasannya. Terimakasih sebelumnya.

Gonzalo ’nanda’ Higuain Haeruddin Syam Deejay Gany

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 



(1). Dalam bahasa Arab hal yang antum tanyakan itu dikenal dengan: ”Maadiyatu al-huduuts wa ruuhaaniyatu al-baqa’ ”, yakni bahwa ruh itu adalah materi secara keberadaannya dan ruhi secara kelanggenngannya. 

(2). Sebelum saya terangkan lebih jauh, perlu diketahui bahwa keyakinan para filosof sebelum Mulla Shadra ra, dan begitu pula para muslimin, meyakini bahwa ruh manusia itu sudah dicipta sebelum badan dan berada di alam ruh atau alam alastu (bukankah Aku Tuhan?). Mereka meyakini bahwa ruh itu ada sebelum badan dan baru setelah badan bayi di dalam perut sudah siap menerimanya, maka Tuhan melalui malaikatNya, meniupkan ruh itu ke dalam tubuh janin yang ada di dalam perut ibunya tsb, yakni sekitar kandungan berumur 4 bulan. 

(3). Dalil bagi para Filosof, adalah dari Plato yang telah membuktikan adanya ”alam mitsal” atau ”alam barzakh” atau ”alam mirip materi” atau ”alam khayal” atau ”alam ide” atau ”alam seperti mimpi” atau ”alam mirip materi selain materialnya atau matternya”. 

(4) Sedang dalil dari muslimin adalah QS: 7: 172, yang berbunyi: ”Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka (seraya berfirman): ’Bukankah Aku ini Tuhan kalian?’ Mereka berkata ’Benar, kami menjadi saksi.’” 

(5) Karena itu, maka alam ruh itu dalam Islam dikenal dengan ”Alam Dzar” atau ”alam bibit” atau ”alam atom” atau ”alam ruh” atau ”alam alastu” (mengambil dari ayat di atas yang berbunyi ”alastu birobbikum”, yakni ”bukankah Aku Tuhan kalian”) karena itu muslimin juga mengistilahkan dengan nama ”alam alastu” yakni ”alam bukankah Aku” ...dst. 

(6). Sebelum saya meneruskan jawaban ini, saya perlu ingatkan Antum pada susunan tiga alam makhluk: Pertama makluk Akal dengan derajatnya yang banyak, yakni malaikat tinggi. Kedua, makhluk Barzakh yang disebut dengan malaikat tengah antara malakat tinggi dan alam materi. Ke tiga, alam materi. 

(7). Allah mencipta langsung hanya Akal-pertama, dan dari Akal-pertama itu, Allah mencipta Akal-ke dua, dan dari ke dua ke ke tiga, begitu seterusnya sampai ke Akal-akhir yang juga dikenal dengan ’Arsy dan Lauhu al-Mahfuzh. 

Dari Akal-akhir itu Allah mencipta malaikat tengah yang dikenal dalam Qur'an dengan ”mudabbiraati amran” atau ”pengatur semesta materi”, seperti malaikat Jibril, Mikail, malaikat hujan, bumi, langit, sungai, laut, angin, .... dan seterusnya dari semua makhluk materi. 

Kemudian dari malaikat Barzakh itu, Tuhan mencipta alam materi ini. 

Semua ini, sudah sering diterangkan di catatan-catatanku tentang filsafat dan irfan atau akidah dan Kalam. Jadi, kalau ingin tahu dalilnya, tentang megapa harus demikian, maka silahkan merujuk ke tempat-tempat itu. 

(8). Sebelum aku teruskan, orang seperti Moldiy (nama akun) itu pusing dengan keberasalan hadhrat Faathimah as bahwasannya beliau as dari jabaruut dan dikiranya hal itu sama dengan Kristen yang mengatakan bahwa Isa as dari titisan Tuhan, karena ketidakmengertiannya terhadap bahasa orang yang berbicara dan dimaknakannya dengan bahasanya sendiri dan ilmunya sendiri yang bak katak dalam tempurung. 

Ketahuilah, bahwa alam Akal itu disebut dengan Jabaruut. Jadi semua materi dari Barzakh yang juga disebut dengan Malaakut, dan Barzakh ini dari Jabaruut itu. Jadi, bukan hanya para nabi dan rasul atau makshumin atau hadhrat Faathimah yang dari jabaruut, tapi semua alam materi ini dari sana datangnya. Karena itulah Jabaruut itu juga disebut denga ”Gudang Tuhan”, atau ”Khazaain” (QS: 15: 21) yang kurang lebih bunyinya: ”Tidaklah setiap sesuatu apapun, kecuali dari gudang Kami, dan Kami menurunkannya sesuai ukurannya”. 

Jadi, kehebatan para makshum as itu bukan dari sananya, tapi ketika kembali dengan ikhtiar taqwanya itulah dimana mereka berhasil kembali lagi ke Jabaruut itulah yang dikatakan kehebatan. Karena manusia banyak mangkal di Barzakh bagian neraka (karena surga neraka bertempat di Barzakh itu), dan kalaulah agak hebat berada di Barzakh bagian surga. Tapi mereka melesat jauh sampai ke ’Arsy, dan di atasnya, sampai ke Akal-pertama dan Asma- asma HusnaNya. Nah, Ilmu Tuhan tentang keberhasilan mereka yang sampai ke tingkat tinggi itulah yang dikatakan bahwa mereka berasal dari sana. Karena Ilmu Tuhan sebelum kejadiannya, rinciannya lihat di Wahdatulwujud. Karena itulah Akal-satu itu dikatakan juga dengan Nur-Muhammad, yakni Ilmu Allah tentang keakan mencapainya Muhammad saww ke maqam itu. 

(9). Setelah kita ingat lagi akan susunan tiga alam itu, maka ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan alam ruh bagi yang mengimaninya, adalah alam barzakh itu. Jadi ruh-ruh manusia sudah dicipta di sana dan setelah ada janin yang siap menerimanya, maka ditiupkan ke dalamnya hingga bayi itu menjadi hidup. Nah, pertanyaan Tuhan itu, terjadi di alam ruh yang disebut dengan berbagai nama itu yang, kedudukan alamnya adalah alam Barzakh tersebut. 

(10). Sesuai dengan yang mengimani alam ruh ini, baik karena dalil filsafati atau dalil Qur'ani, maka ruh adalah ruhaaniyyatu al-huduuts dan baqaa’, yaitu bahwa ruh manusia itu adalah non materi secara awal kejadiannya dan begitu pula kelanggenannya. Karena sebelum ditiupkan adalah non materi (ruhi) dan setelah matinya nanti kembali lagi menjadi ruhi atau non materi. Jadi, baik awal kejadiannya atau kelanggengannya, ruh itu adalah ruhi atau non materi.

(11). Akan tetapi bagi Mulla Shadra ra, semua dalil itu, tidak benar dan kurang pada tempatnya. Dengan alasan, bahwa kalau ruh itu dari awal sudah ada, berarti dia hebat dan penuh pengetahuan. Karena sewaktu keberadaannya non materi, maka tidak ada yang terhijabi baginya kecuali keberadaan yang ada di atasnya. Dan karena itulah, mereka yang mengimani itu juga mengiyakannya dan mengatakan bahwa ketika ruh itu menyatu dengan badan maka semua ilmunya sirna karena terhijabi dengan badan. Dan karena itulah, kata mereka, kadang kita ketika melihat sesuatu seperti pernah melihatnya sebelumnya, sebenarnya kejadian itu karena memang sudah dilihatnya sewaktu di alam ruh itu tapi sudah lupa karena hijab badannya. 

Nah, ketika ruh itu tahu segalanya, lalu mengapa Tuhan menurunkannya ke materi hingga menjadi bodoh kembali? Bukankah semua perbuatan Tuhan itu memiliki hikmah? Lalu apa hikmah penurunan ruh yang hebat ini ke alam materi dan kebodohan ditambah dengan syahwat yang nantinya bisa masuk neraka? 

Jadi, bagi MS (kependekan Mulla Shadra ra), hal seperti itu tdk masuk akal karena tidak adanya hikmah dari penurunan itu. Lalu bagiamana menurutnay tentang penciptaa ruh yang non materi ini? 

MS mengatakan: ruh itu memang ditiupkan kepada badan ketika badan bayi sudah siap menerimanya. Akan tetapi yang ditiupkan kepadanya bukan ruh yang sudah ada, tapi pengadaan baru yang dilakukan dengan peniupan itu yang dilakukan oleh malaikat yang mengurusi manusia. 

Artinya, malaikat ruh itu, adalah wujud yang satu. Dia adalah tuhan spesies manusia atau pengatur manusia yang selalu mengontrol perkembangan ruh lemah ke ruh kuat yang biasa dikenal dengan ruh manusia ini dan siap menjadikannya, alias membentuknya menjadi ruh manusia yang de fakto. Jadi, malaikat ruh bukan membuat ruh-ruh yang banyak dan setelah itu meniupkannya ke bayi di dalam perut, bukan begitu. Akan tetapi ia sendiri yang satu itulah yang meniupkan ke dalam badan bayi yang sudah siap itu. Artinya, mewujudkan dan merestui perkembangan ruh yang dikontrolnya itu untuk menjadi manusia. 

Dengan penjelasan yang lain: Ketika seorang ayah makan daging kambing atau biji-bijian yang mengandung hormon, maka benda mati yang disebut materi itu menjadi semakin halus di dalam perut karena menjadi gizi. Di dalam kaidah dan dalil yang lain di filsafat, tidak ada benda yang tidak memiliki ruh. Batu, tanah, biji-bijian, daging, ... semuanya, memiliki ruh. Dalilnya lihat di catatan-catatan sebelumnya. 

Nah, ketika daging atau biji-bijian yang memiliki ruh daya tambang itu (karena kerja ruhnya hanya semacam memutar-mutar atom badaniahnya) menjadi gizi, disini ruh tambangnya belum berubah ke ruh yang lebih tinggi, baik nabati atau hewani. 

Akan tetapi, ketika sudah menjadi mani di kandung mani seorang calon ayah, maka benda mati atau yang hanya ber-ruh dengan ruh tambang itu, kini memiliki ruh yang lebih tinggi, yaitu ruh nabati (berkembang) dan bahkan hewani karena bisa bergerak dengan kehendak. 

Ketika ia bertemu dengan ovum yang juga memliki ruh daya tambang, nabati dan hewani, maka pertemuan kedua benda itu membuat kedua ruhnya juga bertemu. 

Ruh yang bertemu itu semakin hari semakin menguat. Hingga pada sekitar umur 4 bulan, ruh itu sebegitu menguatnya hingga bisa dikatakan ruh manusia. Artinya sudah mulai melakukan gerakan-gerakan manusia walau dalam bentuk keterbatasannya di dalam perut.

Memang, manusia itu dikatakan manusia ketika sudah bisa memahami universal. Akan tetapi karena kepotensian dia di dalam perut dan begitu pula nanti setelah lahir, bisa dikatakan sudah sangat dekat pada de faktonya itu. Karena itu, bayi di dalam perut dan yang sudah lahir tapi belum memahmi universalpun dapat dikatakan manusia, karena kedekatakan potensinya pada de faktonya itu. 

Arti peniupannya itu adalah restu yang berupa pewujudan pada pencapaian ruh pada estafet manusia yang paling dasar itu. Karena semua proses itu tidak bisa terjadi kecuali dengan pengaturan Tuhan yang melalui para malaikataNya itu. Begitu seterusnya berkembang menjadi pandai dan taqwa, atau bodoh tan fasik, atau alim dan fasik .... dan semacamnya, maka pada akhirnya ia mati. Artinya ruhnya meninggalkan badannya. 

Nah, ketika ia mati itulah ia menjadi ruh yang mutlak atau non materi yang mutlak alias tanpa campuran materi lagi. Jadi, Ruh Manusia itu pada awal kejadiannya adalah materi, tapi dalam kesinambungan dan kelanggengannya adalah non materi atau ruhi. 

Inilah yang diaktakan bahwa Ruh Manusia itu materi di awal kejadiannya dan non materi di kelanggengannya. Berbeda dengan yang sebelumnya yang mengatakan non materi atau ruhi di awal dan kesinambungannya. 

Karena itulah yang mngingkari Tuhan dikatakan Kafir, karena ia tidak bisa mengingkarinya. Kafir yakni Coverer atau ”yang menutupi”. Yakni menutupi apa-apa yang ada di hatinya tentang kepercayaannya terhadap adanya Tuhan. Yakni menutupinya dengan kata-katanya yang dusta dengan berkata ”aku tidak percaya adanya Tuhan”. 

Wassalam. 

Bande Husein Kalisatti and 36 others like this

Fatimah Zahra: Ustad, mantap!! Cuma yang jadi pertanyaan saya, apa kah ruh dan jiwa itu sama? Mohon pencerahannya ustad. Syukran... 

Mata Hati: Ustad saya mau tanya, peristiwa Adam dan pohon larangan itu apakah ada di alam mitsal? Dan kalau memang benar demikian tampaknya penciptaan Adam pun berproses melalui materi yang berevolusi sehingga menjadi manusia yang sadar, mohon penjelasannya!

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua jempol dan komentarnya. 

Sinar Agama: Fathimah: Ruh dan jiwa/nafsun itu sama saja. 

Ruh dikatakan ruh karena kecenderungannya pada kenonmaterian mutlak, yaitu Akal-akhir. Karena ruh dari dimensi daya akalnya (dari keempat daya ruh: tambang, nabati, hewani dan akli) bisa melesat sampai ke Akal-akhir dan bahkan Akal-pertama. 

Sedang Ruh dikatakan Nafsun atau Jiwa, karena kepengurusannya terhadap materi. Yakni karena dimensinya dalam mengatur materi atau badannya. Yaitu ruh yg dimensi daya tambangnya (mengatur putaran-putaran atom, darah dst), dimensi daya-nabatinya (mengatur pertumbuhan badannya dan beranak pinaknya) serta dimensi daya-hewaninya (yang mengatur gerak ikhtiari dari pada badannya).

Sinar Agama: Ricok, 

(1). Sebagian orang menafsirkan bahwa Ruh yang dimaksud itu adalah malaikat Jibril as. 

(2). Akan tetapi di tafsir al-Miizaan, dkatakan bahwa ia adalah yang dimaksud Tuhan dalam ayat yang lainnya yang berbunyi: 

“Katakan bahwa ruh itu adalah dari urusan Tuhan!” 

Jadi, Ruh disini adalah wujud non materi sebagaimana telah dijelaskan oleh pengarang tafsir tsb di tempat lain. 

(3). Dalam hadits yang diriwayatkan dalam tafsir di atas yang dinukil dari tafsir al-Burhaan, 

......
بإسناده عن أبي بصير قال∫ كنت مع أبي عبد الله عليه السلام فذكر شيئا من 
:أمرالإمام إذا ولد فقال 
استوجب زيادة الروح في ليلة القدر فقلت: جعلت فداك أ ليس الروح هو جبرئيل؟ فقال: جبرئيل من الملائكة
."و الروح أعظم من الملائكة أ ليس أن الله عز و جل يقول: "تنزل الملائكة و الروح

yang kurang lebih artinya: ...dari Abu Bashiir, berkata: Aku bersama Abu ‘Abdillah as. lalu beliau menerangkan tentang sesuatu yang berkenaan dengan imam dikala lahirnya. Beliaupun berkata: “Imam adalah yang wajib diziarahi oleh Ruh pada malam lailatu al-Qadr.” Aku berkata: “Maaf, bukankah Ruh itu adalah malaikat Jibril?” Beliau menjawab: “Jibril itu dari bangsa malaikat, sedangkan Ruh ini adalah lebih agung dari malaikat. Tidakkah Allah telah berfirman: ‘Turun malaikat dan Ruh. 



(4). Kalau boleh saya simpulkan dari penukilan di atas, maka Ruh yang dimaksud dalam surat al- Qadr yang turun bersama para malaikat dan ia lebih agung dari malaikat itu adalah Makhluk non materi yang mengurusi manusia yang biasa disebut dalam filsafat dengan tuhan spesies manusia. 



Alfakir juga sering mengatakan, terutama dalam menjelaskan tentang penciptaan nabi Adam as (lihat catatan berjudul: Peristiwa nabi Adam as. dalam Pandangan Filsafat -hadiah kecil hari ied al-Ghadiir), bahwa Malaikat yang mengatur manusia ini lebih tinggi dari malaikat-malaikat lainnya. Karena itu tingkatannya di alam Barzakh lebih tinggi dari yang lainnya. Yakni di atas neraka dan surga. Artinya makhluk Barzakh yang ada di kaki ’Arsy atau menjelang ke ’Arsy atau Lauhu al-Mahfuuzh. 



(5). Dalam pembahasan kita di atas, maka Ruh yang kita bahas adalah ruh yang ada pada manusia ini. Dan ruh yang dibahas di surat al-Qadr itu adalah peniup ruh yang ada di bahasan kita di atas itu. 

Semoga sudah jelas dan wassalam.

Sinar Agama: Anggelia, kamu sudah tidak perlu lagi meminta ijin, karena semua orang sudah dibolehkan menampilkan semua tulisanku selain yang berjudul “suluk ilallah” itu dimana saja dan dalam bentuk apa saja, asal untuk kebaikan dan tidak untuk bisnis. Ini dari sisi hukum halal- haramnya. Sedang dari sisi akhlaknya, yang tidak kuwajibkan juga dalam hal ini, maka memang meminta ijin itu adalah bagian dari akhlak. Jadi, jawabkanku, silahkan saja, he he he(.)

Sinar Agama: Abdul Hakim, aku sudah menjelaskan apa yang antum tanyakan itu di catatan- catatanku. Terutama di catatan yg berjudul ”Peristiwa nabi Adam as Dalam Pandangan Filsafat -hadiah kecil hari ied al-Ghadiir” itu. 

Intinya: Badan nabi Adam as dicipta dari tanah dan penciptaannya di bumi. Tentu saja karena dari tanah, maka pasti mengalami proses sesuai dengan hukum alam yang, mungkin kita sekarang belum bisa mengetahuinya. Proses yang tidak kita ketahui itu, yang pentingnya, adalah pengadaan calon badan nabi Adam as ini kepada badan yang layak mendapatkan ruh manusia. Karena itu, sudah pasti dari tanah itu terproses menjadi daging dulu, jantung dulu, darah dulu, mata dulu, paru-paru dulu ....dan seterusnya. 

Nah, setelah badan itu siap, maka ditiupkanlah ruh individu manusia oleh pengurus manusia itu yang juga disebut dengan Ruh A’zham atau Ruh Agung atau juga Ruh Universal dimana lawannya adalah Ruh Individu kita-kita ini. Namun, walaupun nabi Adam as sudah mulai bernafas dan hidup setelah peniupan ruh itu (dimana peniupannya ini juga dari dalam diri seperti yang sudah diterangkan di atas), akan tetapi karena ia adalah manusia pertama, maka Alah mengajarinya dalam wahyu mimpinya. 

Di atas telah dikatakan bahwa makhluk agung non materi yang mengurusi manusia ini menempati tempat atau maqam yang paling tinggi di alam barzakh. Artinya ada di atas surga. Karena itulah, maka nabi Adam as dapat melihat surga kalau Allah mengijinkannya. Dan begitulah yang terjadi. Demi pengajarannya itu. Maka terjadilah apa yang terjadi yang dimuat dalam kitab suci Al-Qur'an itu, sampai beliau dikeluarkan darinya. Yakni bangun dari tidurnya karena sudah lapar yang tidak tertahan dimana dalam Qur'an dikatakan dengan memakan buah terlarang itu. Yakni terlarang karena kalau memakannya menjadi bangun. Yakni terlarang makan buah itu, karena maksudnya adalah perutnya merasa lapar dan ingin makan serta memutusi makan. 

Nah, ketika nabi Adam as memutusi makan karena sudah lapar sekali secara fisik yang ia juga tidak tahu hal itu sebelumnya karena merupakan lapar pertama kalinya, yang telah digambarkan dengan tergiurnya pada buah terlarang itu, maka ia-pun makan buah terlarang tersebut. Tapi dalam mimpi wahyunya itu tergambar dengan tergiurnya yang teramat sangat (yakni gambaran lapar yang sangat) pada buah tsb. Maka terjadilah yang sudah terjadi itu. Yakni harus makan dan memakannya. Akhirnya, beliau as dikeluarkan dari surga, ALIAS bangun dari tidur dan mimpi wahyu pertamannya itu. Dan seterusnya. Wassalam.

Bande Husein Kalisatti: @Ustad SA : kalau boleh ana memahami dari penjelasan antum tentang makan buah khuldinya nabi Adam as, adalah saat Allah swt meniupkan ruh individu manusia (Ruh A’zham) maka metabolisme tubuh (jasad) Adam bekerja.. karena bekerja inilah maka muncul hawa lapar, haus dalam jasad Adam as.. nah karena utulah maka Adam as makan buah khuldi untuk menghilangkan rasa lapar tesebut.. afwan ustad..kalau salah tolong dioreksi.

Sinar Agama: Bande: Tuhan meniupkan ruh individu, yakni ruh Adam as itu melalui Ruh A’zham/ agung. Yang lainnya sudah benar. Karena perutnya lapar, maka nabi Adam as sudah tidak tahan untuk tidak makan buah Khuldi yang dilihatnya dalam mimpinya itu yang ada di dalam surga itu, tanpa ia pahami mengapa tidak bisa mengekang dirinya untuk tidak makan. 

Sedang waswas syethan itu hanyalah keinginan syethan untuk mempercepat bangunnya nabi Adam as supaya bisa cepat diganggunya dan anak keturunannya seperti ia dapat membuktikan kepada Tuhan bahwa ia benar tentang pandangannya bahwa ia lebih afdhal dari manusia.

Muhammad Nawawi Markarma: Dan setelah terbangun dari tidurnya yg pertama, ia melihat dirinya dlm keadaan tidak berpakaian, maka diambillah dedaunan untuk menutupi auratnya, bukan begitu ustad Sinar Agama?

Sinar Agama : Muhammad, benarlah begitu wahai saudaraku...... dan karena seluruh kebaikan atau kesesuaiannya dengan manusia yang ada di alam materi ini berasal dari surga (yang sesuai seperti api dari neraka), maka dedaunan duniapun bisa dikatakan dedauanan surga.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 22 Agustus 2018

Lensa (Bgn 19) : Filsafat Penciptaan



Oleh : Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:24


Socrates Mautauaja : Ass.wr.wb. ustad Sinar saya ingin tanya, sering kali saya merenung kenapa saya diciptakan oleh Tuhan sehingga saya ada di dunia ini, padahal saya tidak meminta untuk diciptakan.

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

Tuhan mencipta itu karena Ia Maha Kasih. Karena itu, apa saja yang bisa dicipta, apakah kebaikannya tidak dicampuri dengan efek samping atau dicampurinya secara tidak mayoritas, maka Ia pasti ciptakan. Karena kalau tidak dicipta berarti Ia kikir dan bakhil. 

Aresto membagi keberadaan terbatas itu pada 5 keadaan: 

1. Kebaikannya murni 

2. Kebaikannya mayoritas 

3. Kebaikannya sama dengan keburukannya 

4. Keburukannya mayoritas 

5. Keburukannya murni 

Bagi yang pertama, seyogyanya dicipta. Yang ke dua juga demikian, karena kalau tidak mencipta- kannya, berarti meninggalkan kebaikan yang lebih banyak. Dan meninggalkan kebaikan lebih banyak, demi keburukan yang lebih sedikit, adalah keburukan yang nyata. Sedang yang ke tiga, empat dan lima, sudah pasti tidak akan diciptakannya, karena berarti Tuhan melakukan keburukan. Dan hal itu, mustahil, karena pelaku keburukan disebabkan kekurangannya, seperti tidak tahu, lupa, lengah, sakit jiwa.... dan seterusnya. 

Yang bagian pertama itu, adalah wujud-wujud non materi. Karena mereka tidak terikat dengan ruang dan waktu, maka mereka tidak memiliki keburukan atau efek samping. Sedang yang ke dua, adalah alam materi ini. 

Sedang Anda, bukan Tuhan yang menghendaki keberadaannya, tetapi orang tua Anda. Dan Tuhan hanya merestuinya, karena itu Anda menjadi ada. 

Dengan demikian, kalau Anda mau protes, maka proteslah kepada kedua orang tua Anda yang telah mendekatkan sebab hakiki bagi badan Anda (mani dan ovum) yang, keberadaan badan Anda itu menjadi sebab (sebab potensi) bagi keberadaan ruh Anda. 

Irsavone Sabit : Mungkin ada pertanyaan selanjutnya SN, kenapa dilahirkan dari orang ini dan bukan orang yang itu.

Sinar Agama : Alam ini, walau terjadinya disebabkan oleh materi yang lainnya, seperti kita yang disebabkan mani-ovum, akan tetapi, karena akibatnya akibat itu juga akibat bagi sebab dari sebabnya, maka semua alam materi ini, adalah akibat dari Tuhan juga. Karena itu bisa dikatakan bahwa alam ini adalah ciptaanNya. 

Dan karena sebab hakiki itu adalah sebabnya para sebab, maka pencipta hakiki dari alam materi ini, adalah Tuhan Yang Maha Perkasa.

Irsavone Sabit : Bila dilahirkan dari orang itu, akidahnya baik serta kaya, kalau dilahirkan dari orang ini, buruk ahlaknya dan miskin. 

Akan tetapi, karena kita dari ikhtiar ayah bunda kita, maka penghendak pertama kedatangan kita, adalah ikhtiar orang tua kita, bukan Tuhan. Setelah itulah baru Tuhan dengan ijinNya, mengijinkan kita untuk ada dengan sistem yang telah dibuatNya dan telah dipilih oleh orang tua kita.

Sinar Agama : Irsavone: Jawabannya sama saja, karena ikhtiar orang tua kita. 

Walhasil, semua yang lahir ke dunia atau terjadi di dunia ini, kalau bersumber dari sebuah ikhtiar, maka ikhtiar itulah yang telah menyebabkannya, bukan Tuhan secara langsung. 

Misalnya, anak-anak manusia, banjir yang diakibatkan sampah manusia yang menyumbat saluran sungai, longsor yang diakibatkan ditumbangnya pohon-pohon penguat oleh manusia, penyakit- penyakit kelamin yang diakibatkan oleh pergaulan bebas manusia, dan seterusnya. Semua keberadaan itu, datangnya dari Tuhan tidak secara langsung dan tidak dikehendakiNya secara langsung. 

Jadi, yang menghendakinya langsung adalah yang memilih ikhtiarnya itu.

Irsavone Sabit : Dan pertanyaan kemudian, apakah setiap orang dimintai pertanggung jawaban dan beban yang sama atas tindakannya yang karena latar belakang mereka berbeda?

Sinar Agama : Sabit: Sungguh aku simpatik pada antum, karena Allah telah memberikan cara berfikir sistematis, setidaknya dalam hal ini. Dari awal saya perhatikan koment antum, rapi dan selangkah demi selangkah. Semoga Tuhan menyayangi kita semua dengan akal gamblang dan sistematis, biarlah harta dan semacamnya itu dimiliki penggebunya. 

Semua pertanyaan yang diajukan Tuhan kepada kita semua, adalah sama. Dalam arti akan dimintai tanggung jawab dan tidak ada toleransi di dalamnya. 

Jadi, semua fasilitas dan kondisi yang ada yang dicipta orang lain, itu hanya membuat kadar pertanggungjawabannya yang akan sedikit berbeda. Katakanlah kadar dosa dan pahalanya. 

Misalnya, kalau anak kiyai atau ulama atau ustadz, maka shalat dia hanya akan menghasilkan satu pahala saja yang sesuai dengan yang dijanjikan Tuhan. Karena bagi dia atau si anak ini, sejak kecil sudah dididik sedemikian rupa.

Akan tetapi, bagi anak orang kafir yang masuk Islam, atau anak perampok yang taat, atau anak penjudi yang taat, atau anak koruptor yang taat, maka pahala shalat dia tentu akan lebih tinggi dari pahala shalat anak kiyai di atas itu. 

Perbedaan pahala itu, karena perbedaan kondisi. Artinya, pahala lebih yang dimiliki oleh anaknya orang yang tidak taat itu (tapi anaknya taat), diperoleh dari hasil juang terhadap lingkungan yang dihadapinya. Karena itu, ia layak mendapatkan pahala ekstra. Beda dengan anak kiyai itu yang tidak memiliki unsur juang lingkungan yang memang karena lingkungannya sudah bagus. 

Akan tetapi sebaliknya. Kalau anak kiyai itu tidak shalat dan anak yang tidak taat itu juga tidak shalat, maka dosa yang akan didapat oleh keduanya akan berbeda pula. 

Yakni dosa anak kiyai melebihi dosa anak orang yang tidak taat itu. Hal itu karena lingkungannya yang diingkari pada anak kiyai telah menyebabkannya memiliki dosa ekstra. 

Dari penjelasan di atas, maka asal pahala dan dosanya, adalah sama. Nah, disinilah yang saya katakan bahwa semua orang akan menghadapi hisab dan perhitungan Tuhan yang sama nanti di akhirat. 

Sedang perbedaan lingkungannya, tidak menyapu tanggung jawab di atas itu. Dan dia hanya membedakan kadar dan jumlah pahala dan dosanya saja. 

Kalau antum ingin tahu secara lebih rinci dan mendasar, walau iapuan tetap tertulis dalam tulisan yang sangat ringkas, maka kunjungilah catataanku yang berjudul Poko-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi’ah, bagian ke duanya. 

Wassalam. 

Tika Chi Sakuradandelion, Khommar Rudin dan 2 orang lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad.


27 Mei 2012 pukul 23:39 · Suka



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ