Rabu, 22 Agustus 2018

Lensa (Bgn 19) : Filsafat Penciptaan



Oleh : Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:24


Socrates Mautauaja : Ass.wr.wb. ustad Sinar saya ingin tanya, sering kali saya merenung kenapa saya diciptakan oleh Tuhan sehingga saya ada di dunia ini, padahal saya tidak meminta untuk diciptakan.

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

Tuhan mencipta itu karena Ia Maha Kasih. Karena itu, apa saja yang bisa dicipta, apakah kebaikannya tidak dicampuri dengan efek samping atau dicampurinya secara tidak mayoritas, maka Ia pasti ciptakan. Karena kalau tidak dicipta berarti Ia kikir dan bakhil. 

Aresto membagi keberadaan terbatas itu pada 5 keadaan: 

1. Kebaikannya murni 

2. Kebaikannya mayoritas 

3. Kebaikannya sama dengan keburukannya 

4. Keburukannya mayoritas 

5. Keburukannya murni 

Bagi yang pertama, seyogyanya dicipta. Yang ke dua juga demikian, karena kalau tidak mencipta- kannya, berarti meninggalkan kebaikan yang lebih banyak. Dan meninggalkan kebaikan lebih banyak, demi keburukan yang lebih sedikit, adalah keburukan yang nyata. Sedang yang ke tiga, empat dan lima, sudah pasti tidak akan diciptakannya, karena berarti Tuhan melakukan keburukan. Dan hal itu, mustahil, karena pelaku keburukan disebabkan kekurangannya, seperti tidak tahu, lupa, lengah, sakit jiwa.... dan seterusnya. 

Yang bagian pertama itu, adalah wujud-wujud non materi. Karena mereka tidak terikat dengan ruang dan waktu, maka mereka tidak memiliki keburukan atau efek samping. Sedang yang ke dua, adalah alam materi ini. 

Sedang Anda, bukan Tuhan yang menghendaki keberadaannya, tetapi orang tua Anda. Dan Tuhan hanya merestuinya, karena itu Anda menjadi ada. 

Dengan demikian, kalau Anda mau protes, maka proteslah kepada kedua orang tua Anda yang telah mendekatkan sebab hakiki bagi badan Anda (mani dan ovum) yang, keberadaan badan Anda itu menjadi sebab (sebab potensi) bagi keberadaan ruh Anda. 

Irsavone Sabit : Mungkin ada pertanyaan selanjutnya SN, kenapa dilahirkan dari orang ini dan bukan orang yang itu.

Sinar Agama : Alam ini, walau terjadinya disebabkan oleh materi yang lainnya, seperti kita yang disebabkan mani-ovum, akan tetapi, karena akibatnya akibat itu juga akibat bagi sebab dari sebabnya, maka semua alam materi ini, adalah akibat dari Tuhan juga. Karena itu bisa dikatakan bahwa alam ini adalah ciptaanNya. 

Dan karena sebab hakiki itu adalah sebabnya para sebab, maka pencipta hakiki dari alam materi ini, adalah Tuhan Yang Maha Perkasa.

Irsavone Sabit : Bila dilahirkan dari orang itu, akidahnya baik serta kaya, kalau dilahirkan dari orang ini, buruk ahlaknya dan miskin. 

Akan tetapi, karena kita dari ikhtiar ayah bunda kita, maka penghendak pertama kedatangan kita, adalah ikhtiar orang tua kita, bukan Tuhan. Setelah itulah baru Tuhan dengan ijinNya, mengijinkan kita untuk ada dengan sistem yang telah dibuatNya dan telah dipilih oleh orang tua kita.

Sinar Agama : Irsavone: Jawabannya sama saja, karena ikhtiar orang tua kita. 

Walhasil, semua yang lahir ke dunia atau terjadi di dunia ini, kalau bersumber dari sebuah ikhtiar, maka ikhtiar itulah yang telah menyebabkannya, bukan Tuhan secara langsung. 

Misalnya, anak-anak manusia, banjir yang diakibatkan sampah manusia yang menyumbat saluran sungai, longsor yang diakibatkan ditumbangnya pohon-pohon penguat oleh manusia, penyakit- penyakit kelamin yang diakibatkan oleh pergaulan bebas manusia, dan seterusnya. Semua keberadaan itu, datangnya dari Tuhan tidak secara langsung dan tidak dikehendakiNya secara langsung. 

Jadi, yang menghendakinya langsung adalah yang memilih ikhtiarnya itu.

Irsavone Sabit : Dan pertanyaan kemudian, apakah setiap orang dimintai pertanggung jawaban dan beban yang sama atas tindakannya yang karena latar belakang mereka berbeda?

Sinar Agama : Sabit: Sungguh aku simpatik pada antum, karena Allah telah memberikan cara berfikir sistematis, setidaknya dalam hal ini. Dari awal saya perhatikan koment antum, rapi dan selangkah demi selangkah. Semoga Tuhan menyayangi kita semua dengan akal gamblang dan sistematis, biarlah harta dan semacamnya itu dimiliki penggebunya. 

Semua pertanyaan yang diajukan Tuhan kepada kita semua, adalah sama. Dalam arti akan dimintai tanggung jawab dan tidak ada toleransi di dalamnya. 

Jadi, semua fasilitas dan kondisi yang ada yang dicipta orang lain, itu hanya membuat kadar pertanggungjawabannya yang akan sedikit berbeda. Katakanlah kadar dosa dan pahalanya. 

Misalnya, kalau anak kiyai atau ulama atau ustadz, maka shalat dia hanya akan menghasilkan satu pahala saja yang sesuai dengan yang dijanjikan Tuhan. Karena bagi dia atau si anak ini, sejak kecil sudah dididik sedemikian rupa.

Akan tetapi, bagi anak orang kafir yang masuk Islam, atau anak perampok yang taat, atau anak penjudi yang taat, atau anak koruptor yang taat, maka pahala shalat dia tentu akan lebih tinggi dari pahala shalat anak kiyai di atas itu. 

Perbedaan pahala itu, karena perbedaan kondisi. Artinya, pahala lebih yang dimiliki oleh anaknya orang yang tidak taat itu (tapi anaknya taat), diperoleh dari hasil juang terhadap lingkungan yang dihadapinya. Karena itu, ia layak mendapatkan pahala ekstra. Beda dengan anak kiyai itu yang tidak memiliki unsur juang lingkungan yang memang karena lingkungannya sudah bagus. 

Akan tetapi sebaliknya. Kalau anak kiyai itu tidak shalat dan anak yang tidak taat itu juga tidak shalat, maka dosa yang akan didapat oleh keduanya akan berbeda pula. 

Yakni dosa anak kiyai melebihi dosa anak orang yang tidak taat itu. Hal itu karena lingkungannya yang diingkari pada anak kiyai telah menyebabkannya memiliki dosa ekstra. 

Dari penjelasan di atas, maka asal pahala dan dosanya, adalah sama. Nah, disinilah yang saya katakan bahwa semua orang akan menghadapi hisab dan perhitungan Tuhan yang sama nanti di akhirat. 

Sedang perbedaan lingkungannya, tidak menyapu tanggung jawab di atas itu. Dan dia hanya membedakan kadar dan jumlah pahala dan dosanya saja. 

Kalau antum ingin tahu secara lebih rinci dan mendasar, walau iapuan tetap tertulis dalam tulisan yang sangat ringkas, maka kunjungilah catataanku yang berjudul Poko-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi’ah, bagian ke duanya. 

Wassalam. 

Tika Chi Sakuradandelion, Khommar Rudin dan 2 orang lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad.


27 Mei 2012 pukul 23:39 · Suka



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar