﷽
Oleh Ustad Sinar Agama
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:09
Bermimpi Nabi saww, memang ada maknanya, tapi sekali lagi hal itu tergantung kepada kondisi yang bermimpi. Jadi, mimpi Nabi saww atau selainnya, tetap memiliki makna. Akan tetapi takbirnya, kadang lempeng dan satu kali loncatan, tetapi kadang memiliki beberapa takbir atau jempatan dan loncatan. Yang banyak takbirnya inilah yang dikatakan “kembang tidur” atau “Adhghaatsu Ahlam” (QS: 12: 44).
Tentang apakah yang dilihat dalam mimpi itu benar-benar Rasul saww.? Maka sebelum menjawab perlu saya ingatkan pada hadits Nabi saww yang sangat terkenal yang berbunyi “Kalau kalian bermimpi aku, maka itu adalah aku, karena syetan tidak bisa meniru wajahku”. Hadits ini telah sering disalahmaknakan dan disalahtafsirka.
Dikatakan bahwa siapa saja yang bermimpi Rasul saww. maka itu pasti beliau karena syethan tidak bisa meniru wajahnya. Ini penafsiran yang salah pada hadits di atas. Karena Nabi saww, waktu itu sedang berbicara dengan shahabatnya.
Jadi, kalau shahabatnya melihat beliau dalam mimpi, itu pasti beliau saww. karena syethan tidak bisa meniru wajah beliau saww. Jadi, hadits itu diperuntukkan kepada shahabat, artinya orang yang tahu wajah beliau saww.
Tapi bagi yang tidak tahu wajah beliau, lalu darimana mengatakan bahwa yang dilihatnya dalam mimpi itu adalah beliau saww?
Jadi, bagi yang tidak kenal beliau saww. maka tidak ada dalil atas kebeliauan beliau saww. sekalipun dalam mimpinya itu seseorang mengaku beliau, apalagi hanya dikira yang bermimpi atau dikira dalam mimpinya itu atau dikatakan oleh orang lain dalam mimpinya itu.
Jadi, yang tidak kenal beliau saww. tidak bisa sama sekali memastikan kebeliauan beliau saww.
Mungkin Anda berkata, apakah berarti syethan telah meniru wajah Rasul saww di dalam mimpi kita? Karena kalau di mimpi para shahabat atau yang mengenal wajah beliau saww maka dapat dipastikan kebeliauannya beliau, karena wajahnya jelas dikenali dan syethan tidak bisa menirunya.
Menjawab pertanyaan ini, yakni apakah syethan telah meniru wajah Rasul saww? Jawabnya ada dua kemungkinan:
a. Kalau yang kita lihat itu memang Rasul saww, sekalipun kita tidak kenal, tetapi di dalam ilmu Tuhan memang Rasul saww, yakni berwajah Rasul saww, maka orang itu pasti Rasul saww.
b. Kalau ternyata bukan Rasul saww, maka syethan telah menipu kita dengan mengatakan bahwa ia adalah Rasul saww, atau orang lain dalam mimpi itu atau diri sendiri dalam mimpi itu. Dan Nabi saww tidak mengatakan bahwa hal tersebut sesuatu yang tidak bisa dilakukan syethan. Jadi, syethan memang tidak bisa meniru wajah Rasul saww, tetapi mengaku Rasul saww, tentu bisa. Jangankan mengaku Rasul saww, mengaku Tuhan juga bisa, seperti kita-kita ini.
Jadi, syethan bisa dengan wajahnya sendiri atau siapa saja yang dia suka tiru, datang ke mimpi kita dan setelah itu ia mengaku Rasul saww.
Sekarang, apakah yang datang kepada kita yang bukan wajah Rasul saww dalam ilmu Tuhan itu adalah pasti syethan? Belum tentu. Karena bisa saja dari dalamnya cinta seseorang kepada Rasul saww yang tidak dibarengi dengan ketaatan yang tinggi, hingga cintanya belum bisa menembus awan untuk mencium kaki Rasul saww, hingga yang datang menjelma ke dalam mimpinya hanya semacam bayang-bayang Rasul saww.
Jadi, banyak sekali sebab yang bisa mempengaruhi kebukanan wajah Rasul saww yang datang dalam mimpi kita.
Pertanyaan : Bagaimana Dengan sholat Istikhoro yang tujuannya adalah agar Allah mau “memperlihatkan” wajah siapa yang akan menjadi jodohnya,..
Dan Alhamdulillah setelah sholat dan membaca doa-doa kepada Allah, muncul sesosok wajah,?
Jawab : Untuk jodoh itu jelas tidak ada dalam Islam, yang ada adalah pilihan manusia yang diketahui Tuhan sejak sebelum penciptaan, jadi bukan penentuanNya.
Orang yang terlihat dalam mimpi setelah shalat itu, belum tentu petunjuk Tuhan, bisa saja petunjuk syethan. Karena dari mana dan apa dalilnya kalau shalat dan doanya sudah diterima Tuhan?
Kalaualah benar dari Tuhan, maka maknanya adalah orang itu baik untuknya, tetapi bukan berarti jodohnya. Jadi, si pemimpi tetap bisa memilihnya atau memilih yang lainnya. Tetapi kalau memilihnya maka ia adalah orang yang dalam pandanganNya adalah baik untuknya.
Tentu kalau mimpinya benar. Misalnya Nabi saww atau imam maksum as mengatakan bahwa mimpinya benar-benar petunjukNya. Tetapi kalau tidak ada jaminan, maka ukuran memilih pasangan tetap akal dan agama yang diutamakan, walau jelas memilih karena mimpi juga tidak diharamkan, tetapi tidak dianjurkan.
Wassalam.
5 orang menyukai ini.
Dadan Gochir: Bagian yang wahdatul wujud 1 belum ada ya?
Anggelia Sulqani Zahra: Sudah bang.. coba buka di kolom Dokumen.
28 Juni 2011 pukul 19:14 · Suka
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar