Kamis, 02 Agustus 2018

Wahdatu Al-Wujud (Bagian: 10)






Seri Tanya Jawab : Oman Picisan dan Ustad Sinar Agama Oleh Anggelia Sulqani Zahra 
by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, January 26, 2011 at 7:13 am



Oman Picisan : Assalamu ’alaikum. Ustadz tolong jelasin maksud Amr dalam Innama amruhu idza arada Allah syai-an an yaquula lahu kun fayakun, apakah Amr di situ Khusus Amr-nya Allah ataukah manusia jua mampu memiliki amr tersebut? 

Sinar Agama : Bismillaah. Setidaknya ada dua macam makna yang saling bergesekan dan bersentuhan yang dapat diartikan dari Amr di ayat yang Anda tanyakan itu. Yang jelas amr di sini bermakna ”Urusan”, bukan perintah. Jadi, jamaknya adalah ”Umur”, bukan ”Awamir” yang berarti ”perintah-perintah”. 

Setelah kita tahu bahwa ”Amr” di sini adalah yang berjamak ”Umur” atau ”Urusan-urusan”, maka kita bisa meraba dua hal: 

1. Umur adalah Dimensi Keberhubungan dan Keterikatan serta Ketergantungan dan Kepencip- taan. Dimensi ini berhadapan dengan Dimensi ”Keterciptaan”. ”Keterprosesan”, ”Keterukuran” ”Keterjadian” dan ”Kemakhlukan”. Hal ini dapat diambil dari pahaman ayat QS:7:54 yang berbunyi -/+ : ”Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Allah yang mencipta langit dan bumi dalam 6 hari yang kemudian Dia menempati ’arsy, Dia menutupi siang dengan malam yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada Amru- Nya/UrusanNya. Ingatlah, sesungguhnya Penciptaan dan Pengurusan adalah hanya milikNya. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. 

Dengan penjelasan ringkas di atas, dapat dipahami bahwa makhluk ini memiliki dua di- mensi, pertama kejadiannya atau keterciptaannya, ke dua dimensi kepengurusan dan keterhubungannya dengan Khaliknya. Ini makna pertama yang bisa kita raba atau mengerti dengan kata Urusan atau Amru di ayat tersebut. 

2. Amru-Umur adalah Non Materi. Makna ini juga berhadapan dengan Khalaqa. Kata ”Khalaqa” makna asalnya adalah ”Ketentuan”, ”Keterkadaran”, ”Keterukuran” dan”Ketakaran”. Karena, ”Keterkadaran” ini memiliki pengertian menambahkan sesuatu ke atas sesuatu, yakni menam- bahkan ukuran ke atas yang terukur, atau bahkan menambhakan sesuatu yang terlihat asing, seperti Darah ke atas Mani dan Daging ke atas Darah sebelum kemudian ditambahkannya Janin sebagai proses berikutnya, maka ”Khalaqa” ini memiliki makna ”Materi”. Sedang ”Amru” sebaliknya sebagaimana di ayat yang ditanyakan tersebut ”Sesungguhnya UrusanNya adalah, ketika Dia menginginkan sesuatu, maka berkatalah kepadanya ”Jadilah”, maka ”Jadilah” ia”. 

Dengan penjelasan ringkas ke dua ini, dapat dipahami bahwa penciptaan itu ada dua macam dan model. Pertama penciptaan yang melalui proses atau waktu (walupun secepat kilat dan sinar atau lebih cepat lagi), seperti langit-bumi dan isi keduanya serta dintara keduanya. Inilah yang dikenal dengan Alam Materi. Ke dua, penciptaan yang tidak melalui proses jadi, atau waktu. 

Makhluk- Makhluk ini dikenal dengan Non Materi atau Sekali Jadi atau Kun Fayakuni atau Kejadian Mendadak dan semacamnya. Oleh karena itu Alam Nasut atau Materi ini disebut Makhluk, sedang Alam Malakut dan Jabaruut atau Alam Barzakh dan Akal (bukan akal manusia) disebut dengan Alam Amr dan tidak disebut Makhluk atau Keterangkapan. Tambahan: Ruh manusia juga termasuk Non Materi. Karena ketika orang-orang bertanya kepada Rasul saww tentangnya, Allah mengatakan ”katakan bahwa Ruh itu adalah dari Urusan Tuhanku”. 

Sementara Allah sendiri menerangkan UrusanNya ini dalam ayat yang Anda tanyakan itu. Dengan penjelasan di atas, dapat diterapkan kepada pertanyaan Anda. Yaitu, apakah Amr itu hanya milik Allah atau juga selainNya? Jawabnya adalah, kalau makna pertama, yakni ketergantungan, keterikatan, kepengurusan, kepemilikan, keterhubungan, keterurusan dan semacamnya, maka dalam hal ini pastilah hanya Allah pemilikinya. 

Karena semua tergantung dan terurus olehNya. Sedang dengan makna ke dua, maka bukan hanya Allah yang non materi. Sebab makhluk-makhluk Akal (malaikat tinggi) dan Barzakh (malaikat di bawah yang tinggi itu) adalah juga wujud-wujud Non Materi. Tetapi dari sisi kepemilikan dan kepengurusannya tetap hanya milik Allah. 

Pelengkap

Karena makhluk Tuhan itu bertingkat, dari Akal-satu ke Akal-dua begitu serterusnya sampai ke Akal-akhir dan Akal-akhir ke Barzakh sebelum kemudian ke Alam Materi, maka kepengurusan Allah itu ada dua macam. Ada yang langsung, yakni manakala mengurusi Akal-satu. Dan ada yang tidak langsung, yaitu manakala mengurusi makhluk-makhluk dari Akal-dua sampai dengan Materi. 

Oleh karenanya ada perantara dalam KepengurusanNya itu. Dan Perantara ini, banyak sedikitnya, tergantung pada sejauh mana yang diurus tadi memiliki jarak kesempurnaan denganNya. Kalau berjarak satu, seperti Akal-dua, maka perantaranya hanya satu, yaitu akal-satu. Tetapi kalau banyak, seperti Materi, maka banyak pula perantaranya, mulai dari Akal-satu sampai dengan Barzakh. 

Oleh karenanya Malaikat Barzakh (barzakh yakni antara makhluk Akal dan alam materi) disebutNya dalam Qur'an sebagai ”Mudabbirati Amra” yakni ”Pengurus Segala Urusan” (QS: 79:5). Dengan penjelasan ini dapat dipahami bahwa ada makhluk yang hanya diurus Allah dan ada pula yang diurus oleh Allah tetapi melalui makhlukNya. Begitu pula ada makhluk yang di samping Diurus, dia juga Mengurus. 

Kemudian, yang Mengurus ini, ada yang Sederhana dalam arti tidak terlalu tinggi, dan ada pula yang tinggi seperti Akal-akal itu. Kemudian, karena manusia dicipta sedemikian rupa hingga bisa melampaui Akal-satu (dengan fanaa’ dan 3 perjalanan lainnya, lihat 4 perjalanan manusia dalam Wahdatul wujud 1-6), maka Insan Kamil, sudah pasti akan memandati Kepengurusan ini secara otomatis. 

Oleh karena itulah, sebenarnya hanya manusia Kamil inilah yang bisa menjadi ”Khalifatullah”. Yakni ”Mengurusi Semua Makhluk”. Karena dengan memanjangnya Jati Diri Manusia Kamil, dari Materi sampai ke Akal-satu, maka ia akan menjadi KhalifahNya dan WakilNya serta TanganNya dalam mengurusi semua makhluk secara langsung. 

Tingkatan Barzakhnya manusia Kamil ini akan mengurusi Malaikat Barzakh dan tingkatan Akal- nya akan mengurusi malaikat Akal/tinggi (QS: 38:75). Sementara seperti Akal-satu, hanya bisa mengurusi Akal-dua, Akal-dua hanya mengurusi Akal-tiga dan seterusnya. 

Jadi, semua makhluk hanya bisa mengurusi satu tingkat di bawahnya, tetapi kalau Manusia Kamil dapat mengurusi semua makhluk dalam semua tingkatannya. Inilah Maqam Khalifatullah yang semua malaikat menginginkannya dengan mengajukan diri mereka dengan berkata ”Sementara Kami Selalu Memujamu Dan Mensucikanmu”. Yakni mengapa Kamu akan jadikan Khalifahmu itu dari manusia yang akan membuat kerusakan dan saling bunuh, sementara kamilah yang lebih cocok karena kami selalu mensucikan dan memujaMu, yakni kami lebih cocok untuk menjadi Khalifahmu Karena Kami Selalu Taat Kepadamu. Dan Allah pun tidak menerangkan kepada mereka sebab tidak dipilihnya malaikat jadi KhalifahNya itu, dengan sebab-sebab tertentu, dan hanya mengatakan bahwa ”Aku tahu apa-apa yang kalian tidak tahu”. Salah satu sebabnya adalah yang sudah diterangkan itu, bahwa malaikat hanya bisa mengatur satu tingkatan makhluk yang ada dibawahnya saja. 

Tentu, malaikat juga tidak bisa mengurusi malaikat atau makhluk yang ada di atasnya. Tetapi manusia, sekalipun dari tanah, tetapi dengan ruhnya, ia bisa mengoptimalkan safar dan pelanglangan kesempurnaannya sampai ke tingkat Akal-satu, hingga ruhnya menalari semua derajat-derajat itu dan kemudia mengurusinya dengan ijin dan perintahNya. 

Dan Maqam Kepengurusan Secara Otomatis Itulah Yang Dikatakan Maqam Wilayah Atau Kekuasaan Atau Kepengurusan, sementara kalau dibarengi dengan pangkat sosialnya akan menjadi RASUL, NABI atau IMAM. Tetapi bisa saja tidak dibarengi dengan pangkat sosialnya, sekalipun tetap memiliki ke-wilayahannya. 

Sekian. Terima kasih. Al-fatihah- sholawat. Wassalam. 

In this note: Sinar Agama, Haerul Fikri, Gusti Zulkifli Halim 

Bande Huseini dan 15 orang lainnya menyukai ini. 

Hafiz Pewee: Hmmm..




اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar