Kamis, 02 Agustus 2018

Wahdatu Al-Wujud (Bagian: 7)




by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, January 26, 2011 at 6:22am


Anggelia Sulqani Zahra: Assalamu alaikum Ustad. Terkirim Al-Fatiha dan Sholawat : 

Dalam Penjelasan atas Tulisan Habib Zan Aljufri,(Benarkah di th 685 Pernah Terjadi Hujan Darah ??) ustad Menyinggung secara sederhana beberapa Mu’jizat Para Nabi Sehingga untuk sementara dari komentar ustad tersebut saya mengambil kesimpulan sementara bahwa Mu’jizat adalah sebuah Fenomena Sebab - AKibat ‘ yang tidak diantarai oleh waktu sebagaimana kejadian alamiah umum.. 

Sinar Agama: Salam, 

1. Apapun dari keberadaan terbatas, dan kejadian-kejadian mengenainya mestilah memiliki se- bab. Yakni terlingkupi dengan hukum sebab-akibat. Dalilnya adalah keterbatasannya itu atau kebermulaannya itu sebagaimana sudah sering disinggung di akidah atau, filsafat atau irfan. 

2. Keberadaan itu terdiri dari materi dan non materi. Dan yang non materi terdiri dari tiga tingkatan global: 

a. Ruh, yakni yang zatnya non materi akan tetapi dalam kerja-kerjanya memerlukan kepada alat materi; 

b. Barzakhi, yaitu yang zat dan kerjanya non materi, akan tetapi kenonmateriannya hanya dalam ketidakbendawiahannya (matternya) dimana masih memiliki semua sifat-sifat ma- teri lainnya selain matternya ini; 

c. Akli, yang yang non materi secara zat dan kerja serta tidak memiliki sifat apapun dari materi, apalagi matter atau bendawiyahnya/bendawiahnya. 

3. Ruh, karena ia bersama badaniah/matter, maka memiliki potensi. Oleh karenanya ia bisa maju dan berkembang. Terkhusus Ruh-manusia. Tetapi kalau Barzakhi dan Akli tidak bisa berkembang lagi karena tidak memiliki unsur materi si pengemban potensi. 

4. Ruh manusia yang menyempurna akan kembali ke arah sebabnya, mulai dari sentuhan ke alam Barzakh, sampai pada masuk ke alam Barzakh, atau kalau terus, maka mulai dari menyentuh Akal-Terakhir sampai kepada masuk ke dalamnya dan begitu seterusnya sampai kepada Akal-satu dan Fanaa’, sebagaimana sudah dijelaskan dalam Wahdatul Wujud. 

5. Sebenarnya ketika seseorang sudah masuk sempurna ke dalam Barzakh, maka sudah tidak ada lagi yang mustahil bagi dia untuk melakukan apa saja di alam materi ini. Akan tetapi masih dia perlukan, bukan Tuhan. Hal itu karena dia belum Fanaa’. 

6. Kebisaan dia ketika masuk ke Barzakh itu adalah karena dia telah masuk ke alam sebab bagi terwujudnya dan kepengaturannya materi. 

7. Akan tetapi kalau sudah Fanaa’, maka dia sudah mutlak menjadi tangan Tuhan. Artinya seseorang tidak akan melakukan apapun, tapi Allah yang melakukan melaluinya. Dan daerah mu’jizat itu adalah di keadaan seperti ini. Ini dari sisi posisinya. Oleh karena itulah mu’jizat ini langsung dinisbahkan kepadaNya. 

8. Dan kita sudah tahu di Wahdatul Wujud bahwa seseorang tidak akan terpilih menjadi nabi atau imam kecuali seseorang itu sudah melakukan perjalanan empat, sementara Fanaa’ itu baru perjalanan satu. 

9. Kalau kita lihat manusia Fanaa’ itu dari sisi penguasaannya di alam Barzakh dimana di sana adalah sumber segala esensi dan spesies yang ada di alam materi, berarti dia sudah jelas bisa dikatakanadalah penguasa tuhan-spesies. Terlebih dia sudah melewati Barzakhi dan telah masuk ke sebab Barzakh yang Akal itu. 

10. Kalau dia sudah menjadi tuhan-tuhan spesies, artinya sudah menjadi malaikat-malaikat pengada dan pengatur alam materi, maka dia jelas menjadi pengada dan pengatur alam materi juga. 

11. Kalau demikian halnya, maka dia mampu mengambil dan mewujudkan spesies apapun yang ada di alam materi ini. Misalnya mengambil tongkat kayu karena dia Tuhan spesies kayu, dan mewujudkan ular karena dia Tuhan spesies ular. Ini takwilan pertama mu’jizat. Yakni pewujudan atau pengambilan dan pewujudan. Tetapi ingat, bahwa orang-orang ini adalah tangan Tuhan yang tidak bergerak sekalipun hatinya kecuali dengan perintah Tuhan dan keinginanNya. Artinya dengan ikhtiar mereka telah membuat mereka mengikhtiarkan ikhtiar Tuhan secara mutlak kepada diri mereka. Hal ini tidak akan dicapai kecuali setidaknya seseorang itu sudah sampai ke tingkat Fanaa’. 

12. Takwilan ke dua, adalah Tuhan, melalui mereka para nabi itu, telah merubah wujud-wujud materi dari esensi yang satu kepada yang lainnya. Artinya prosesnya tetap materi, akan tetapi yang didorong oleh sebab non materinya. Inilah yang mungkin bisa dikatakan percepaan waktu perubahan. Kalau kita ingin merubah tongkat menjadi ular perlu kepada beberapa tahun, dengan menghaluskan tongkat dan mencampurya dengan tanah, lalu setelah jadi tanah, kita tanam rumput, lalu setelah rumputnya besar kita taruh kelinci hingga makan rumput itu. Dengan ini maka tongkat sudah menjadi kelinci, melalui tanah dan rumput. Setelah itu si kelinci diberikan kepada ular piton yang siap kawin, maka si kelinci akan menjadi mani ular piton dan kalau sudah kawin dan si betinanya sudah melahirkan ular, maka kita sudah merubah tongkat menjadi ular piton. Dan kalau sudah besar, maka kita sudah melakukan mirip dengan yang dilakukan nabi Musa as. Dan untuk merubahnya menjadi tongkat kembali, maka tinggal dilakukan proses balik. Ular dibunuh dan dihaluskan, dicampur tanah lalu tanam kayu dan setelah kayu besar ambil/potong sebagai bahan tongkat. 

13. Takwilan ke dua dari mu’jizat itu adalah mempercepat proses perubahan materi itu dengan kekuatan non materi. Jadi sebab utamanya adalah non materi yang bisa saja ruh para nabi yang sudah menjadi tangan Tuhan, bisa saja melalui malaikat bawahan para nabi itu. Yakni malaikat Barzakh. Tetapi, sekali lagi ingat, bahwa para nabi dan malaikat itu adalah yang sudah sampai ke tingkat tidak melakukan apapun kecuali hanya MauNya dan KehendakNya. 

14. Bahan pewujudan (bagi takwilan pertama) atau bahan perubahan (takwilan ke dua) kepada wujud ke dua, adalah spesies atau esensi pertama. Kalau untuk takwilan ke dua, maka yang pertama dikembalikan ke sebabnya dan spesies ke duanya diwujudnya dari awal. Tentu saja bisa saja sang para nabi itu tidak melakukannya sendiri. Yakni bisa melakukannya lewat bawahannya sebagaimana sudah dijelaskan pada takwilan ke dua. Sedang untuk takwilan ke dua, maka bahan untuk spesies ke dua adalah badaniah dari spesies pertama. 

15. Pada takwilan pertama, dilihat dari sisi bahannya, maka tidak ada masalah sedikitpun, karena yang pertama dikembalikan (seperti kiamat nanti) dan spesies ke duanya diwujudkan (seperti penciptaan pertamanya). Akan tetapi untuk takwilan ke dua, bisa dikira akan adanya penghalang. Karena dari sisi badaniahnya, tidak mengijinkan hal itu. Yakni tidak adanya kesejenisan dan kesamaan antara sebab dan akibatnya. Padahal dalam sebab-akibat disyaratkan adanya kesejenisan itu. Mulla Shadra ra menjawab, bahwa pada hakikatnya banyak kemiripan antara benda yang satu dengan yang lainnya, kalau dilihat dari unsur kimianya. Jadi, tidak ada masalah. Terlebih lagi dengan logika pencepatan waktu itu yang dalam filsafat dikenal dengan Thayyu al-Zaman. 

Penutup: Habib Zen yang menertawakan hujan darah yang terjadi setelah ’Asyuro di eropa itu, adalah menertawakan kejadiannya, yakni bagi dia hal itu tidak mungkin, bukan membicarakan hal ikhwal buku ensiklopedianya itu. Karena itu saya melawannya dengan dalil filsafat ini. Yakni bahwa secara akal-filosofis hal itu sangat tidak mustahil. Artinya suatu kejadian yang sangat mungkin dan tidak mustahil. 

Jadi saya tidak melawannya dari sisi sejarahnya sekalipun di riwayat-riwayat sunni banyak sekali yang telah meriwayatkan hujan darah ini dan telah pula diperangi sejak jaman dulu kala oleh Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Katsir dengan megatakan karangan syi’ah atau hadits palsu, padahal haditsnya di sunni banyak dan dikatakan oleh ulama hadits dan rijal sunni sebagai hadits yang shahih dan hasan/baik. 

Dan kejadian hujan darah itu dalam beberapa hari. Yakni di beberapa tempat dalam jangka beberapa waktu, kalau hujan, maka hujan darah. Dan yang di eropa itu juga dalam waktu beberapa hari, yakni beda waktunya sekitar 3 hari. Jadi, hal itu sangat mungkin. Sementara kebenaran bukunya, tentu saja saya tidak tahu. Dan kalau memang ada, maka itu adalah salah satu hujjah Tuhan yang tergolong besar, khususnya untuk orang-orang eropa. Jadi, masalah yang dibawa habib itu, bukan dari sisi benar-tidaknya serta keberadaan buku itu, tapi dari sisi nggak nyambungnya akal dia terhadap orang syi’ah yang menerima kejadian nggak masuk akal demi menguatkan kebenaran syi’ahnya. Artinya problem dia bukan di bukunya, tapi di esensi kejadiannya yang bagi dia adalah tidak masuk akal dan mustahil. 

Karena itulah kita buktikan secara akal ketidakmustahilan esensinya, bukan dari sisi ada dan benarnya bukunya itu. 

Sekian. Alfatiha- sholawat. Wassalam. 

In this note: Sinar Agama, Haerul Fikri, Syaharbanu Bob, Muhammad Yusuf S Tarigan, Natsir Said, Andi Bachtiar Mavhazoy, Etika Maria, Alia Yaman, Indra Aja, Indra Gunawan, Amran Abstrack, Saiful Makshum, Saiful Bahri, Adzar Alistany Kadzimi, Nebucadnezar Pecinta Keadilan, Annisa Asiyah Khadija, Don Flores, Ali Petra, Hati Kecilku, Bin Ali Ali, Fatimah Zahra, Diana Zen Al-Jufri, Hendy Al-Qaim, Noer Aliya Agatha 


Bin Ali Ali dan 22 orang lainnya menyukai ini. 

Ali Petra: Syukran atas share ilmunya, Ukhti.. sangat bermanfaat.. 
Allâhumma shalli ’alâ Muhammad wa âli Muhammad wa ’ajjil faraja âli Muhammad. 

Anggelia Sulqani Zahra: Iya, sama-sama.. semoga kita dapat mengambil man’faat atas keha- dirannya orang-orang berilmu di antara kita... 

Ali Petra: Ahsan, benar sekali, Ukhti.. 

Gunawan Harianto: Mbak Anggelia@ perkenankan saya untuk ditag notes yang mencerahkan ini...syukron. 

Haerul Fikri: Seperti kata guru saya.. mukjizat jika ditinjau dari sisi materinya merupakan percepatan waktu.. hal ini tidak bertentangan dengan hukum alam, tetapi terjadi perubahan dari hukum umum ke hukum khusus yang mana hukum khusus ini hanya berlaku pada orang khusus pula.. 

Terima kasih, Anggelia. Terima kasih, ustad Sinar. Semoga bermanfaat! 

Sinar Agama: Salam untuk semuanya, Anggelia, tolong yang jawabanku untuk Anwar Masyhadi tentang shalawat dan salam itu dijadikan bag: 8 dan yang jawabanku yang baru saja kutulis tentang Asmaa-u al-Husnaa itu dijadikan bag:9, terimakasih, tapi untuk yang ke 9 ini jangan ditag ke siapapun, karena aku tidak ingin terlalu tersebar. Biar cukup diterbitkan dan ditag ke aku saja, tidak ada kecuali. Terimakasih. 

Sinar Agama: Yakni cukup diterbitkan untuk umum, tanpa tag kecuali ke aku sendiri, sebagai dataku, terimakasih. 

Anggelia Sulqani Zahra: Iye, ustad. Teriama kasih... 

Sinar Agama: Anggelia, terimakasih banget, sekarang internetku sedikit problem lagi, pas kebetulan juga kamu mulai muncul lagi, walau kurasa tidak selancar dulu. Jadi kebetulan bisa minta bantuanmu lagi. Nanti kalau sudah lancar yang di aku, maka akan kumasukkan ke catatanku supaya orang-orang yang berteman denganku mudah ambilnya, dan yang di kamu biar mudah untuk temanmu, ghitu, terimakasih sekali lagi afwan. Oh iya jawaban yang dijadikan Wahdatul Wujud ke 9 itu yang jawaban untuk Hawra.... 

Bin Ali Ali: Barakallah terima kasih atas siraman ilmunya.......amin.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar