Minggu, 26 Agustus 2018

Lensa (Bgn 28): Cara Menyatukan Akal dan Hati



Oleh Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 15:42


Adzar Alistany Kadzimi : Assallammu’alayka warrohmah, numpang nanya ustadz bagaimanakah cara menyatukan akal dengan hati yang sudah sedemikian lama terpisah,,,,?

Sinar Agama : Salam dan terimakasih pertanyaannya, Hati itu, kalau maksudnya tempat menyim- pannya rasa-rasa, seperti marah, benci, cinta, suka, tidak suka, sedih, jengkel, gemes, bahagia, meratap, percaya, tidak percaya... dan seterusnya memang ia tidak boleh dijadikan ukuran dan pedoman. Karena Islam dan akal melarang hal itu. Jadi, yang jadi pedoman kehidupan itu adalah akal yang dibersihkan dari perasaan yang ada di hati itu. Jadi, tugas kita adalah mencari ilmu gamblang dan argumentatif, lalu diamalkan, baik hati ini suka atau tidak. Hingga nanti hatinya bisa bermakmum sepenuhnya dengan akalnya. Dan di Qur'an, hati itu banyak yang bermakna akal (begitu pula dalam bahasa Arab). Hal ini yang semacam tidak diketahui oleh kebanyakan orang Indonesia. Karena itu mereka sering mengutamakan hati dari akal. Saya dulu sudah menjelaskan hal ini dengan ayat-ayat nya, tetapi sudah lupa. Coba tanya pada Anggelia Sulqani Zahra, tetapi yang foto kepalanya lebih kecil. Karena ada dua akun ini.

Adzar Alistany Kadzimi : Jazzakallah ahsana wa afdolal jaza yaa Ustadz, kemudian bagaimana dengan bisikan yang ada di kepala bagian atas tengah, atas kanan, dan atas kiri saya Ustadz apakah itu termasuk bagian dari akal? Tentang pengartian Qolbu dalam pengertian sebenarnya adalah akal dan bukan hati, ana sudah membacanya sekilas di tafsir Al-Amtsalnya Ayatullah Al- Udzma Syaikh Nashir Makarim As-Syirazi.

Sinar Agama : Bisikan itu bukan pada kepala, tetapi pada ruh kita. Tuhan tidak mengatakan bahwa iblis akan mendatangi kepala bagian depan, belakang, kanan-kiri. Tetapi mengatakan bahwa akan mendatangi manusia dari arah-arah tersebut. Lihat QS: 7: 17:

ثُمَّ لَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Kemudian akan kudatangi mereka dari depan, belakang, samping kanan-kiri mereka, hingga Engkau tidak akan menemui kebanyakan mereka yang bersyukur”.

Dan yang dibisiki jin/iblis ini adalah ruh kita. Tentu saja tergantung apa yang akan dijejelkan kepada kita. Kalau tentang rasa-rasa dan perasaan, maka ia akan membisiki hati kita, dan kalau ilmu-ilmu menyesatkan akan membidik akal kita. Karena itulah saya sering mengatakan bahwa akal ini harus didasarkan pada dalil gamblang, bukan suka tidaknya, cenderung tidaknya kita, karena kalau kita sudah berusaha obyektif dan telah pula melihat argument yang kuat (tanpa pamrih) tetapi ternyata masih salah, Allah akan mengampuni kita. Tetapi kalau kita mengikuti suka tidaknya, yakni mengotori akal dan hati, maka kesalahannya tidak akan dimaafkanNya.

Ketahuilah bahwa agama ini diturunkan untuk manusia karena manusia punya akal, bukan hati. Karena binatang juga punya hati itu. Karena itu binatang juga menyayangi anaknya dan melindunginya. Tetapi mereka tidak dituruni syariat karena tidak memiliki akal.

Akal adalah kekuatan menyimpulkan universal dan menerapkan premis-premis universal kepada individunya, serta dapat mengembangkan info-info dan ilmu-ilmunya.


Tika Chi Sakuradandelion, Khommar Rudin, Eman Sulaeman, dan 28 orang lainnya menyukai ini.


Khommar Rudin: Allah humma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad. 

Eman Sulaeman: Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa Ali Muhammad. 

Matahari Senja: Allah humma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad. 

Roni Tacconi: Istimewa.... Alafu, ijin share ya... 


16 Mei 2013 pukul 0:28 · Suka



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar