Senin, 08 Februari 2021

Sosok Muhammad al Hanafiyah Saudara Al Hussain


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/295787223799414/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 18 Desember 2011 pukul 21:53

Andi Zulfikar: Salam, ustadz. Semoga selalu dalam cinta dan lindungan-Nya. Ada pertanyaan mengenai peristiwa karbala.

Kenapa Muhammad al Hanafiyah tidak ikut dan berjuang ke padang Karbala seperti saudara- saudara Al Husain as yang lain-lainnya? Sebelumnya syukron ustadz.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

Beliau ra, maaf, memiliki cacat, yaitu kedua matanya buta. Maaf. Setelah peristiwa Karbala itu, beliau ra dengan ijin imam Ali Zaina al-’Aabidiin as, memimpin dari balik layar, pemberontakan pembalasan peristiwa Karbala yang dipimpin oleh Mukhtar, hingga berhasil membunuh dan mengqishah semua pembunuh-pembunuh di Karbala. Semoga Ridha Allah atasnya, amin.

Bustanul Iman Rn: Ustadz, di Nahjul Balaghah -terjemah- Muhammad Hanafy diajar bagaimana caranya berperang oleh Imam Ali kw, gemeretakkan gigimu, pandanganmu jauh ke barisan paling belakang musuh, kuda-kudamu kokoh ..dan seterusnya. Terus kenapa tiba-tiba Muhammad Hanafy dibilang buta? Diusia berapa? Mohon petunjuk ustadz..

Shalli Ala Muhammad Wa Ali Muhammad..


Sinar Agama: @Bustanu: Memang beliau ra tidak buta dari awal, karena memang pernah diserahi bendera oleh imam Ali as di perang Jamal dimana imam Ali as terus mengajarinya seperti yang antum katakan itu. Akan tetapi setelah itu beliau ra mengalami kebutaan. Tapi memang ada juga riwayat yang mengatakan bahwa beliau ra disuruh tinggal di Madinah untuk mengamati kejadian yang ada dan mengabarinya kepada imam Husain as.

Dan saya pribadi lebih menguatkan yang ke dua ini dari yang pertama. Memang juga ada kemungkinan lain, bahwa beliau ra memang sengaja tidak ikut, karena tidak tahu akan terjadi peristiwa Karbala itu. Artinya, pada waktu itu imam Husain as menuju Makkah untuk melakukan haji dan melihat keadaan di samping keluar dari uberan pejabat dan intel-intel Yazid. Karena imam Husain as itu pergi ke Kufah dan terkepung di Karbala itu setelah sampai ke Makkah dan mendapat undangan orang-orang Kufah/Iraq untuk menjadi pemimpin mereka. Jadi, kemungkinan yang terkuat dari tiga hal itu adalah yang ke tiga ini. Saya sendiri, mengira bahwa yang ke tiga ini yang paling mungkin. Allahu A’lam.

Bustanul Iman Rn: Ustadz, kenapa persoalan seperti ini tidak clear/valid infonya ya? Kenapa analisa, bukan fakta sejarah?

Orang segagah dan keturunan Imam Ali dari ibu lain dan pernah diajar bagaimana caranya berperang dialam nyata bukan latihan, bisa tidak ikut, setidaknya membela keluarganya. Sedangkan ayahnya, Imam Ali kw, mengorbankan dirinya seumur hidupnya menjadi perisai Rasulullah saww, seperti dimalam hijrah?

Ustadz, kalau memang analisa ke 2 yang benar, apa yang dia lakukan untuk keluarganya setelah itu dengan kondisi tidak melihat?

Perlu juga hal ini diketahui agar menjadi ‘gambaran’ perilaku yang menarik untuk umat muslim khusunya pencinta ahlul bait. Maaf kalau salah pertanyaannya. Mohon petunjuk, Ustad..


Sinar Agama: Menjadi mata-mata, tidak harus memiliki mata. Ia bisa saja dengan bertanya semua kejadian sehari-hari, dan menuliskannya kepada imam Husain as. Yakni melalui pembantu- pembantunya. Yang saya tulis itu, bukan analisa, tapi juga berdasar pada sejarah. Kan sejarah tidak mesti satu versi? Dan versi ke dua itu, beliau ra tidak dikatakan buta, tapi menjadi informan karena beliau ra yang dipercaya imam Husain as. Tapi sekali lagi, saya pribadi yang bodoh dan banyak dosa ini, mengira bahwa versi ke 3 yang benar. Artinya, tidak ikut imam Husain as ke Kufah, karena tidak tahu akan terjadi peristiwa Karbala. Karena itu beliau as hanya menasehati untuk tidak pergi ke Kufah karena sifat buruk orang Kufah yang pernah meninggalkan imam Ali as. Tapi kalau beliau ra ada di Karbala, maka sudah pasti beliau ra akan membela imam Husain as.

Hakikat diri beliau ra, kita serahkan saja kepada Allah swt. Apa sebab ketidakpergiannya bersama imam Husain as. Sebab setelah imam Husain as syahid, beliau juga pernah mendakwa diri menjadi pewaris/imam. Berkata kepada imam Ali Zaina al-’Abidiin as bahwa imam Husain as tidak berwasiat, maka ia adalah imam setelahnya. Dan imam Ali Zaina al-’Abidinpun as mengajak dia mubahalah di Hajar Aswad untuk saling meminta kepada Tuhan agar Hajar Aswad menjadi saksi imam setelah imam Husain as.

Dan ketika keduanya sampai di Hajar Aswad, maka beliau ra meminta kepada Allah akan hal itu, tapi Hajar Aswad tidak bicara apapun. Dan setelah imam Ali berdoa yang sama, maka Hajar Aswadpun menyaksikan keimamahannya. Dan setelah itu beliau ra mengimani imam Ali Zaina al- ’Abidin as dan membantunya mengkoordinir revolusi pembalasan yang dipimpin oleh Mukhtar ra hingga semua pembunuh Karbala dapat diqishash semuanya, termasuk Syimr, Ubaidillah, Umar bin Sa’ad dan semua tentara walau keroco yang telah ikut andil membunuh imam Husain as dan semua kerabat dan sahabatnya.

Karena itu hal sebenarnya kita serahkan pada Tuhan dan kita harus banyak mawas diri, jangan sampai hanya menjadi penonton dan pengkomentar di dunia ini terhadap semua kejadian peperangan antara hak dan batil, serta dalam menghadapi hukum-hukum Tuhan.

Bande Husein Kalisatti dan Andi Muqtadir menyukai ini.


Abu Zahro: Afwan ikutan riungan, Film Mucthar sedang ditayangkan di ICC jakarta, dalam cerita itu Mucthar sangat berkeinginan ikut bersama Immam Husein ke Karbala, namun karena kedua kakinya lumpuh maka beliau tidak bisa mengikuti Imam

19 Desember 2011 pukul 9:31



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar