Senin, 08 Februari 2021

Hikmah Peristiwa Karbala Bag 1: “Tinjauan dan Perspektif Hadits”


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/297417730303030/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 21 Desember 2011 pukul 15:49


Sinar Agama: Rasulullah saww bersabda: “Sesungguhnya dalam peristiwa terbunuhnya Husain itu, menyimpan suatu Bara yang tidak akan pernah padam di hati semua kaum Mukminin.”

Mari kita bersyukur karena kita dengan pertolongan Allah telah menyimpan bara itu dimana hal tersebut merupakan salah satu ciri seorang mukmin, sesuai dengan sabda di atas.

Haryanto Kuya: Maaf, numpang tanya, Husain itu siapa..?


Sinar Agama: Semoga yang belum menyimpan bara itu, juga akan segera menyimpannya untuk mengumpulkan kredit kemukminannya hingga menjadi sempurna dan benar-benar akan diakui Nabi saww nanti di akhirat.


Fatawa D-tective Exi: Ah, ustadz?

Al Husein syahid jauh-jauh hari setelah wafatnya Nabi saw, meskipun Nabi sudah dapat firasat akan syahidnya Al Husein, namun sangat lucu jika beliau mengatakan demikian di saat Al husein masih kecil.

Mahzab Ahlul’Kisa Ahlul Bait: Imam Husein itu cucu tercinta Rasulullah SAWW, putra dari Fatimah Azzahra putri tercinta Rasulullah SAWW.

Fatawa D-tective Exi: Syahidnya Al Husein melewati 4 periode kekhalifahan pasca wafatnya Nabi saw. Sangat tidak rasional dan siapa yang mau percaya nabi mengatakan demikian di saat Al Husein masih hidup dan masih anak-anak.

Haryanto Kuya: Aduh.. Harus hati-hati menanggapi Hadits dari Ustad Aneh.. Jangan-jangan dia mengarang sendiri demi golongannya.. weleh, dia kabur.

Fauzan Ben Ahmad: Sungguh sangat lucu saya membaca riwayat-riwayat dan matan hadits model ini di dalam Megatren asy-Syuro. Anda ini bohong atau mabuk ya?

Husain radiyallahu ‘anhu, kapan Meninggal dan kapan Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal?

Hadits-hadits model ini menjadi trend kebodohan yang di tunjukkan orang-orang yang meyakininya.


Mahzab Ahlul’Kisa Ahlul Bait: Nabi Saww Kepada Aisyah: Mengapa Aku Begitu Mencintai Husein?

Aisyah binti Abu Bakar, isteri Nabi Muhammad SAWW terheran-heran menyaksikan betapa Nabi begitu sabar bermain dengan cucunya, Husein. Setiap kali menyaksikan tawa renyah kekanak-kanakan Husein, membuatnya berpikir. Namun kejadian ini terjadi berulang-ulang dan membuatnya tidak tahan. Akhirnya, Aisyah bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah! Seberapa besar engkau mencintai anak-anak? Ketika Husein berada di sisimu, engkau terlihat begitu gembira dan ceria.”

Nabi menjawab, “Mengapa aku begitu mencintai Husein? Ia adalah buah hatiku dan cahaya mataku. Namun ia akan dibunuh oleh orang-orang zalim. Ketahuilah bahwa siapa yang menziarahinya pasca syahadahnya, Allah akan menuliskan baginya pahala ibadah haji dariku.”

Mendengar ucapan Nabi, Aisyah semakin takjub dan bertanya, “Pahala 1 dari ibadah hajimu?” Nabi menjawab, “Bahkan sama dengan 2 ibadah hajiku.”

Seakan tidak percaya apa yang didengarnya, Aisyah kembali bertanya, “Pahala 2 dari ibadah hajimu?”

Nabi menjawab, “Bahkan sama dengan 3 ibadah hajiku.”

Aisyah kembali mengulangi pertanyaan dan Nabi menjawabnya. Kejadian ini terus berulang hingga akhirnya Nabi berkata, “Allah akan memberikan pahala 90 haji dari ibadah haji Rasulullah ditambah pahala ibadah umrahnya kepada orang yang berziarah ke kuburan Husein AS.”

Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Husein (IRIB Indonesia/Saleh Lapadi)

“Surat Menyurat Muhammad Bin Abu bakar Dengan Muawiyah” [Al-Mas’udi; Muruj adz-Dzahab, jld. 3, hal. 20]

Dari Muhammad bin Abu Bakar kepada si tersesat Muawiyah bin Shakhr (Abu Sufyan). Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah!

Amma ba’du, sesungguhnya Allah SWT, dengan keagungan dan kekuasaan-Nya, menciptakan makhluk-Nya tanpa main-main. Tiada celah kelemahan dalam kekuasaan-Nya. Tiada berhajat Dia terhadap hamba-Nya. Ia menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya.

Dia menjadikan orang yang tersesat atau orang yang lurus, orang yang malang dan orang yang beruntung. Kemudian, dari antara mereka, Dia Yang Mahatahu memilih dan mengkhususkan Muhammad saw dengan pengetahuan-Nya. Dia jugalah yang memilih Muhammad saw berdasarkan ilmu-Nya sendiri untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengemban wahyu-Nya. Dia mengutusnya sebagai rasul dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

Dan orang pertama yang menjawab dan mewakilinya, mentaatinya, mengimaninya, membenar-

kannya, menyerahkan diri kepada Allah dan menerima Islam sebagai agamanya adalah saudaranya dan misannya Ali bin Abi Thalib yang membenarkan yang ghaib. Ali mengutamakannya dari semua kesayangannya, menjaganya pada setiap ketakutan, membantunya dengan dirinya sendiri pada saat- saat mengerikan, memerangi perangnya, berdamai demi perdamaiannya, melindungi Rasulullah dengan jiwa raganya siang maupun malam, menemaninya pada saat-saat yang menggetarkan, kelaparan serta dihinakan. Jelas tiada yang setara dengannya dalam berjihad, tiada yang dapat menandinginya di antara para pengikut dan tiada yang mendekatinya dalam amal perbuatannya.

Dan saya heran melihat engkau hendak menandinginya! Engkau adalah engkau! Sejak awal Ali unggul dalam setiap kebajikan, paling tulus dalam niat, keturunannya paling bagus, istrinya adalah wanita utama, dan pamannya (Ja’far) syahid di perang Mu’tah. Dan seorang pamannya lagi (Hamzah) adalah penghulu para syuhada perang Uhud, ayahnya adalah penyokong Rasulullah SAWW dan istrinya.

Dan engkau adalah orang yang terlaknat, anak orang terkutuk. Tiada hentinya engkau dan ayahmu menghalangi jalan Rasulullah SAWW. Kamu berdua berjihad untuk memadamkan nur Ilahi, dan kamu berdua melakukannya dengan menghasud dan menghimpun manusia, menggunakan kekayaan, dan mempertengkarkan berbagai suku. Dalam keadaan demikian ayahmu mati. Dan engkau melanjutkan perbuatannya seperti itu pula.

Dan saksi-saksi perbuatan engkau adalah orang-orang yang meminta-minta perlindungan engkau, yaitu dari kelompok musuh Rasulullah yang memberontak, kelompok pemimpin-pemimpin yang munafik dan pemecah belah dalam melawan Rasulullah SAWW.

Sebaliknya sebagai saksi bagi Ali dengan keutamaannya yang terang dan keterdahuluannya (dalam Islam) adalah penolong-penolongnya yang keutamaan mereka telah disebutkan di dalam Al-Qur’an, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar. Dan mereka itu merupakan pasukan yang berada di sekitarnya dengan pedang-pedang mereka dan siap menumpahkan darah mereka untuknya. Mereka melihat keutamaan pada dirinya yang patut ditaati, dan malapetaka bila mengingkarinya.

Maka mengapa, hai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali, sedang dia adalah pewaris dan pelaksana wasiat Rasulullah SAWW, ayah anak-anak Rasulullah SAWW, pengikut pertama, dan yang terakhir menyaksikan Rasulullah SAWW, teman berbincang, penyimpan rahasia dan serikat Rasulullah SAWW dalam urusannya. Rasulullah SAWW memberitahukan pekerjaan beliau kepadanya, sedang engkau adalah musuh dan anak dari musuh beliau.

Tiada peduli keuntungan apa pun yang engkau peroleh dari kefasikanmu di dunia ini dan bahkan Ibnu al-’Ash menghanyutkan engkau dalam kesesatanmu, akan tampak bahwa waktumu berakhir sudah dan kelicikanmu tidak akan ampuh lagi. Maka akan menjadi jelas bagimu siapa yang akan memiliki masa depan yang mulia. Engkau tidak mempunyai harapan akan pertolongan Allah, yang tidak engkau pikirkan. Kepada-Nya engkau berbuat licik. Allah menunggu untuk menghadangmu, tetapi kesombonganmu membuat engkau jauh dari Dia.

Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk.

“Jawaban Surat Muawiyyeh Kepada Muhammad Bin Abubakar”

Dari Muawiyah bin Abu Sufyan.

Kepada pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar. Salam kepada yang taat kepada Allah.

Telah sampai kepadaku suratmu, yang menyebut Allah Yang Mahakuasa dan Nabi pilihan-Nya, dengan kata-kata yang engkau rangkaikan. Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu. Engkau menyebut hak Ibnu Abi Thalib dan keterdahuluan serta kekerabatannya dengan Nabi Allah SAWW, dan bantuan serta pertolongannya kepada Nabi pada setiap keadaan genting.

Engkau juga berhujjah dengan keutamaan orang lain dan bukan dengan keutamaanmu. Aneh, engkau malah mengalihkan keutamaanmu kepada orang lain. Di zaman Nabi SAWW, kami dan ayahmu telah melihat dan tidak memungkiri hak Ibnu Abi Thalib. Keutamaannya jauh di atas kami.

Dan Allah SWT memilih dan mengutamakan Nabi sesuai janji-Nya. Dan melalui Nabi Dia menampakkan dakwah-Nya dan men-jelaskan hujjah-Nya. Kemudian Allah mengambil Nabi SAWW ke sisi-Nya. Ayahmu dan Faruq-nya (Umar) adalah orang-orang pertama yang merampas haknya. Hal ini diketahui umum.

Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar, tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar. Hasrat mereka bertambah besar. Akhirnya Ali membaiat Abu Bakar dan berdamai dengan mereka berdua.

Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka. Tidak juga mereka menyampaikan kepadanya rahasia mereka, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka. Kemudian bangkitlah orang ketiga, yaitu Usman yang menuruti tuntunan mereka. Engkau dan temanmu berbicara tentang kerusakan-kerusakan yang dilakukan Usman agar orang-orang yang berdosa di propinsi-propinsi mengembangkan maksud-maksud buruk terhadap-nya dan engkau bangkit melawannya. Engkau menunjukkan permusuhanmu kepadanya untuk mencapai keinginan-keinginamu sendiri.

Hai putra Abu Bakar, berhati-hatilah atas apa yang engkau lakukan. Jangan engkau menempatkan dirimu melebihi apa yang dapat engkau urusi. Engkau tidak akan dapat menemukan seseorang yang mempunyai kesabaran yang lebih besar dari gunung, yang tidak pernah menyerah kepada suatu peristiwa. Tak ada yang dapat menyamainya.

Ayahmu bekerja sama dengan dia dan mengukuhkan kekuasaannya. Bila kaum katakan bahwa tindakanmu benar, (maka ketahuilah) ayahmulah yang mengambil alih kekuasaan ini, dan kami menjadi sekutunya. Apabila ayahmu tidak melakukan hal ini, maka kami tidak akan sampai menentang anak Abu Thalib dan kami akan sudah menyerah kepadanya.

Tetapi kami melihat bahwa ayahmu memperlakukan dia seperti ini dihadapan kami, dan kami pun mengikutinya; maka cacat apa pun yang akan kamu dapatkan, maka arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri, atau berhentilah dari turut campur.

Salam bagi orang yang kembali.


Bustanul Iman Rn: Dengan mazhab cinta, matan hadits itu gampang diterima oleh akal sehat. Rasulullah mengabarkan kepada orang Islam waktu itu kisah akan datang tentang cucunya dan dampaknya untuk orang mukmin akan kematiannya yang -maaf- tragis itu. Tidak ada masalah sebenarnya, yang ada cuma kita memakai bahasa yang justru menghalangi kita menemukan kebenaran karena sudah memakamkan diri pada makam like or dislike.


Mahzab Ahlul’Kisa Ahlul Bait: Tentang keberadaan Imam Husain as di Karbala diriwayatkan bahwa ketika beliau tiba di padang ini kuda yang beliau tunggangi tiba-tiba berhenti. Kuda itu tetap bergeming dan memaku kendati beliau sudah menarik tali kekangnya kuat-kuat agar beranjak dari tempatnya berdiri. Beliau lalu mencoba menunggangi kuda lain, namun hasilnya tetap sama, kuda kedua itu juga tak menggerakkan kakinya.

Karena itu, Imam Husain as nampak mulai curiga sehingga bertanya: Apakah nama daerah ini? Orang-orang menjawab: Qadisiah.

Adakah nama lain?Tanya Imam lagi. Al-Furat.

Selain itu ada nama lain lagi? Karbala..

Mendengar jawaban terakhir ini Imam Husain as segera berucap: Ya Allah, aku berlindung kepada- Mu dari kegundahan dan malapetaka.

Imam lalu berseru kepada para pengikutnya: Kita berhenti disini, karena di sinilah akhir perjalanan kita, di sinilah tempat tumpahnya darah kita, dan di sinilah tempat kita dikebumikan.

Di tanah itu, Ummu Kaltsum as adik Imam Husain as berkeluh kesah kepada beliau. Padang sahara terlihat menyeramkan, aku tiba-tiba dicekam ketakutan yang amat besar.

Imam menjawab: Adikku, dalam perjalanan untuk Perang Siffin, bersama ayahanda kami pernah berhenti di sini. Di sini ayah merebahkan kepalanya ke pangkuan kakakku, Hasan, kemudian tertidur. Aku juga kebetulan ada di sisinya. Begitu terjaga, ayah tiba-tiba menangis sehingga kakakku bertanya mengapa ayah menangis.

Ayah menjawab: Aku bermimpi sahara ini berubah menjadi lautan darah dan Husain tenggelam ke dalamnya sambil berteriak-teriak meminta pertolongan tetapi tak seorangpun mengindahkan teriakannya. Ayah kemudian bertanya kepadaku: Bagaimanakah kalian jika seandainya ini terjadi. Aku menjawab: Tidak ada jalan lain, aku akan sabar.

Imam Husain as kemudian berkata: Sesungguhnya Bani Umayyah telah mencemarkan nama baikku, tetapi aku bersabar. Mereka merampas harta bendaku, aku juga bersabar. Mereka kemudian menuntut darahku, tetapi juga tetap sabar. Demi Allah, mereka akan membunuhku sehingga Allah akan menimpakan kepada mereka kehinaan yang amat sangat dan akan menghunjam kepada mereka pedang yang amat tajam.


Haryanto Kuya: Tolong, Ustadz Sinar Agama menjelaskan Hadis diatas, dalam situasi apa Rasulullah SAW bersabda demikian?

Agar kami mengerti..

Ismuhu Moldiy Huwa Rojulun’jamilun: Di karbala semuanya terbunuh, lalu siapa yang meriwayatkan kisah itu?

Mahzab Ahlul’Kisa Ahlul Bait: Imam Ali Zainal Abidin putra imam Husein as yang selamat beserta para wanita yang ditawan.

Haryanto Kuya: Kalau Rasulullah SAW itu sudah pasti Nabi kita tercinta Muhammad SAW.

Nia Fatima Afwan: SAAW, shalawat yang turut serta membawa NB Muhammad beserta keluarganya, seperti halnya kita shalawat dalam sholat membawa keluarga Beliau. Shalallahu ‘alaihi wa Aalihi (keluarganya) wa salam.

Bustanul Iman Rn Nia Fatima: Cara Saudara Muslim Sunni di Indonesia dalam penulisan setelah Rasulullah (dan itu yang diajarkan kekita selama ini) adalah SAW bukan SAWW, yang sering memakai SAWW setelah Rasulullah itu orang syi’ah atau Ahlul Bait dalam penulisan bahasa Indonesia.

Abdulloh Roody Aiwa Toyyib: SAWW asli karangan syiah, kalau itu buatan Rasululloh, pasti ada dalilnya. Tolong sebutkan haditsnya???

Haidar Dzulfiqar: Shallallaahu ‘Alaihi Wassalam (SAW) itu shalawat Batrah/Buntung yang dilarang oleh Nabi SAWW sendiri. Harusnya: “Shallallaahu ‘Alaihi Wa Alihi Wassalam” (SAWW/SAAW/SAWA).

ÏksÏÏ -Abu Jibril- Al-DjÏentaqéë: Apa dan bagaimana kedududukan khalifah Abu Bakar, ‘Umar, wa Ustman radhiya’Allahu ‘anhu di ajaran kalian ya Syi’i??

Serta bagaimana pula kedudukan ummul mukminin Aisyah bin Abu Bakar radhiya’Allahu ‘anha??

Haidar Dzulfiqar: Hari gini tidak tahu tentang hadits larangan “Shalawat Batrah”? Makanya, belajar yang benar di pesantren dan baca kitab-kitab hadits Syi’ah/sunni bab Sahlawat.

Nia Fatima: Dalam shalat apa diperbolehkan dihapus keluarga Beliau, Allahumma Shalli ‘alaa Muhammad, pasti sholatnya tidak sah. Shalawat penuh dibilang ajaran syiah, kafir dalam. Khayalan dia, misal hanya karena shalawat lengkap dibilang kafir biar anda pertanggungjawabkan pada ALLAH SWT..

Haidar Dzulfiqar: Nama saja sudah kufur, sejak kapan Jibril punya bapak sehingga ngaku-ngaku “Abu Jibril” terus mengkafirkan orang beriman? Jadilah sunni yang baik, baru nanti jadi Syi’ah yang hakiki.

ÏksÏÏ -Abu Jibril- Al-DjÏentaqéë: Jawab pertanyaan ana di atas, jangan bertaqiyah..


Sinar Agama:

(1). Hadits-hadits tentang pemberitaan Nabi saww akan terbunuhnya imam Husain as itu sejak imam Husain as masih bayi dan banyak sekali bentuknya di riwayat-riwayat sunni, seperti:

Diriwayatkan dari Syadaad bin ‘Abdullah dari Ummu al-Fadhl bintu al-Haarits yang mendatangi Rasulullah saww dan berkata:

“Ya Rasulullah, aku semalam bermimpi menakutkan sekali.” Nabi saww bertanya: “Mimpi apakah itu?”

Ia berkata: “Mimpi yang sangat mengerikan sekali.” Nabi saww bertanya: “Mimpi apakah itu?”

Ia menjawab: “Aku melihat potongan dari badanmu diletakkan di pangkuanku.”

Nabi saww menjawab: “Kamu telah melihat kebaikan, karena -makna mimpi itu- Faathimah akan melahirkan seorang anak yang akan diletakkan di pangkuanmu.”

Ia meneruskan: “Kemudian Faathimah melahirkan seorang anak dan benar-benar diletakkan di pangkuanku sebagaimana dikatakan Nabi saww. Lalu saat aku mendatangi Nabi saww dan meletakkannya di pangkuannya sambil kuperhatikan beliau saww. Tahu-tahu, kedua matanya mengalirkan air mata. Akupun bertanya: ‘Wahai Nabi saww, demi ayah dan ibuku, apa yang terjadi padamu?’

Nabi saww menjawab: “Telah datang kepadaku Jibril as dan memberitahukan bahwa umatku akan membunuh putraku ini.”

Aku bertanya: “Dia ini Husain?”

Nabi saww menjawab: “Benar, anak ini. Iapun (Jibril) memberiku tanah merah ini.”

(Mustadrak Hakim, jilid 3, hal. 176, jld. 4, hal. 398; Thabrani dalam Dzakhaairu al-Qubraa-nya, hal. 148; Musnad Ahmad bin Hanbal, jld 3, hal. 242; Kanzu al-’Ummaal, jld. 7, hal. 106. dan lain-lain yang banyak sekali di riwayat-riwayat sunni).


Catatan:

Hadits-hadits pemberitaan Jibril as ini banyak sekali di sunni. Karena memang Nabi saww mengatakannya berkali-kali.

Ada yang menjabarkan bahwa terbunuhnya imam Husain as itu di tanah di negeri Iraq dan Nabi saww meminta tanahnya untuk disimpan (Mustadrak Hakim, jld. 4, hal. 398; Thabari dalam Dzakhaairu al-’Uqbaa-nya, hal. 148; Kanzu al-’Ummaal, jld. 7, hal 106).

Ada yang seperti ini bahwa diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa suatu hari malaikat meminta ijin bertemu Nabi saww. Lalu masukkan imam Husain as yang masih kecil dan menaiki punggung Nabi saww. Lalu sang malaikat bertanya kepada Nabi saww:

“Apakah kamu mencintainya?” Nabi saww menjawab: “Iya”

Lalu sang malaikat berkata: “Sungguh umatmu akan membunuhnya. Kalau kamu mau, maka akan kutunjukkan dimana ia akan dibunuh. Kemudian ia mengeluarkan tanah merah yang diambil oleh

Ummu Salamah dan ia menyimpannya.”

“Aku dikabari”, kata perawi hadits ini: “Bahwa tanah itu adalah Karbala.” (Musnad Ahmad bin Hanbal, jld. 3, hal. 242; Kanzu al-’Ummaal, jld 7, hal. 106; Majma’ haitsami, jld. 9, hal. 187; Thabari dalam Dzakhaairu al-’Uqbaa-nya, hal 147).

Ada yang menyebutkan nama tempatnya:

“Malaikat Jibril as telah memberitahuku bahwa anakku Husain akan terbunuh setelah aku meninggal di bumi yang namanya al-Thaf dan iapun (Jibril as) memberiku tanah ini.” (Kanzu al- ’Ummaal, jld 6, hal. 222: Thabrani juga meriwayatkan ini dari ‘Aisyah).

Ada datang juga dari ‘Aisyah:

“Jibril as telah mengabariku bahwa Husain akan terbunuh di tempat yang tanah ini adalah tanahnya.” (Kanzu al-’Ummaal, jld. 6, hal. 222).

Lalu dari Ummu Salamah (Kanzu al-’Ummaal, jld 6, hal 223).

Ada yang dengan disertai periwayatan bahwa tanah Karbala itu diserahkan ke Ummu Salamah ra yang meriwayatkan:

Kala itu Rasulullah saww bermain dengan Hasan dan Husain di rumahku, lalu datang malaikat Jibril as dan berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya umatmu akan membunuh anakmu ini setelah kamu meninggal (sambil menunjuk ke imam Husain as). Lalu menangislah Rasulullah saww sambil mendekapnya (imam Husain as) di dadanya.”

Nabi saww berkata: “Jibril berkata: ‘Kuserahkan tanah ini padamu.” Lalu Nabi saww menciumnya dan berkata: “Semerbak Karbun wa Balaa’.”

Nabi saww bersabda: “Wahai Ummu Salamah, kalau nanti tanah ini sudah berubah menjadi darah, maka ketahuilah bahwa anakku ini telah terbunuh.”

Karena itu tanah itu disimpan oleh Ummu Salamah dan melihatnya tiap hari sambil berkata: “Nanti kamu akan berubah menjadi darah di hari yang agung penuh duka.” (Tahdziibu al-Tahdziib, jld. 2, hal. 347; Riwayat Ummu Salamah ini jg diriwayatkan oleh ‘Aisyah, Zainab bintu Jahsy, Ummu Fadhl bin al-Haarits, Abu Umamah dan Anas bin Malik.).

Ada yang periwayatannya lengkap yaitu yang dibarengi dengan penjelasan bahwa ketika imam Husain as terbunuh, Ummu Salamah mendengar suara: “Wahai para pembunuh Husain dengan durjana. Ketahuilah bahwa tempat kalian di neraka. Kalian telah dilaknati lisan Ibnu Daud dan Musa dan Pembawa Injil.”

Berkata Ummu Salamah: “Aku menangis (mendengarnya) dan kubuka penutup tempat penyimpanan tanah itu, lalu kulihat telah berubah menjadi darah.” (Shawaaiqu al-Muhriqah, Ibnu Hajar, hal 115). dan seterusnya, dimana begitu banyak lagi hadits pemberitaan akan terbunuhnya imam Husain as oleh umat beliau saww sendiri yang diriwayatkan oleh sunni. Sementara imam Husain as adalah kekasih Nabi saww:

Anas bin Maalik bertanya kepada Nabi saww: “Ahlulbait yang mana yang paling kamu cintai?” Nabi saww menjawab: “Hasan dan Husain.” (lihat riwayat-riwayat seperti ini atau semakna di: Shahih

Turmudzii, jld. 2, hal 306; Faidhu al-Qadiir, jld. 1, hal. 138; Thabari dlm Dzakhaaitu al-’Uqbaanya, hal 122; Kunuuzu al-Haqqaiq, hal. 5; Majma’ Haitsamii, jld 9, hal 175; ..dan lain-lain).

Sementara kita diwajibkan mencintai imam Husain as:

Diriwayatkan dari Usamah: sampai pada: Berkata Nabi saww:

“Kedua anak ini -imam Hasan as dan imam Husain as- adalah anakku dan anak dari anakku. Ya Allah sungguh aku mencintai keduanya. Karena itu maka cintailah orang yang mencintai

keduanya.’ “ (Shahih Turmudzi, jld. 2, hal. 240; Kanzu al-’Ummaal, jld. 6, hal. 220; Nasai dalam Khashaishnya, hal. 36; dan lihat yg serupa/semakna di: Shahih Ibnu Maajah dalam bab Fadhaailu al-Hasan wa al-Husaian; Musnad Ahmad, jld 2, hal. 288; Tariikh Baghdaad, jld. 1, hal. 141; Baihaqi, jld. 2, hal. 263; Abu Daud, jld. 10, hal. 332; Majma’, jld. 9, hal. 180; Mustadrak Hakim, jld 3, hal. 166 dan hal. 171; dan lain-lain yang begitu banyak sekali).


Kesimpulan:

(1). Setelah kita mendengar semua itu, maka jelas bahwa sabda Nabi saww itu diucapkan ketika Nabi saww masih hidup dan ketika imam Husain as masih kecil sekalipun dan bahkan sewaktu baru lahir.

(2). Hadits-hadits tentang hal tersebut adalah hadits-hadits shahih sebagaimana Hakim juga sering mengatakannya dan begitu pula yang lainnya.

(3). Pemberitaan-pemberitaan seperti itu, sangat tidak aneh bagi orang yang mempercayai Nabi saww yang diberitahu oleh Allah melalui para malaikat.

(4). Sekarang terserah kalian semua, apakah akan mengikuti imam Husain as dan mencintai serta membelanya, atau mendukung pembunuhnya si Yazid bin Mu’awiyyah yang melakukan itu juga atas wasiat ayahnya si Mu’awiyyah.

(5). Alfakir hanya bisa membantu memberikan info-info yang akurat sebagai sumbangan, dan setelah itu, semuanya akan kembali kepada kita-kita sendiri. Semoga Tuhan selalu memberi pertolongan lahir dan batin, kepada pencinta dan pembela imam Husain as, amin.


Havid Smeer: Terbunuhnya Al Husain, tidaklah lebih besar dari dibunuhnya para nabi diantaranya adalah nabi Yahya dan nabi Zakaria. Demikian pula Umar, Utsman dan Ali, mereka telah dibunuh dengan keji. Dan jelas mereka jauh lebih utama dan lebih mulia dari Al-Husain. Jadi, jangan terlalu berlebihan..!!

Herman Salman Kabir: Hem,. begitu ya, vid? Lalu kenapa Para Nabi membaca shalawat?

Havid Smeer: Hmm.. Lalu, hubunganya apa shalawat sama comment saya di atas?

Abdulloh Roody Aiwa Toyyib: Ada beberapa versi mengenai kematian Husein, dan yang paling rajih/kuat ialah yang membunuh Husain adalah SYIAH QUFAH yang bersekongkol dengan UBAIDILLAH BIN ZIYAD (nasibi).

Adapun Yazid,  suci tangannya dari darah Husain.

Herman Salman Kabir: Katanya anda mau membicaraakan masalah Keutamaan, mestinya relevan lah.

Herman Salman Kabir: @Abdulloh Roody Aiwa Toyyib : Jangan asal dech. Nanti diketawain orang sedunia. Mau mencoba merubah sejarah yah??

Abdulloh Roody Aiwa Toyyib: Diriwayatkan dari Amr Bin Ash ra, sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengutus (Amr Bin Ash) pada peperangan dzatu salasil, lalu aku menemuinya dan berkata, siapa orang yang paling engkau cintai? Beliau bersabda, ‘Aisyah. Lalu aku berkata, dari kalangan pria? Beliau berkata, Bapaknya. Kemudian siapa lagi? Umar bin khatab. Kemudian Beliau menyebut beberapa orang. (H.R.Bukhari:3662)

Pantaskan orang syiah mengaku umat Rasulullah, sedangkan mereka mengkafirkan Abu bakar, Umar bin khatab, Usman bin ‘affan, dan menuduh ‘Aisyah seorang pezina dan pelacur. La’natullah ‘ala syiah..

Herman Salman Kabir: Hem, maaf, anda kenal atau tidak siapa yang anda tulis namanya si Amr Bin Ash?

Saya salut anda hafal hadits, tapi anda tidak tahu sejarah, makanya hadits seperti ini langsung anda telan.

Arief Go: “Adapun Yazid, suci tangannya dari darah Husain.”

Masih bersediakah kawan-kawan berdebat dengan orang yang mempunyai pendapat seperti ini?

Abdulloh Roody Aiwa Toyyib: @Herman Salman Kabir: Shahih bukhari adalah kitab tershahih diantara kitab hadits lainnya. @Arief Go: Sesungguhnya yang menusuk dengan besi adalah ‘Ubaidilah bin Ziyad.

Beliau dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun ke-empat Hijriyah. Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam men- tahnik (yakni mengunyahkan kurma kemudian dimasukkan ke mulut bayi dengan digosokkan ke langit-langitnya ), mendoakan dan menamakannya Al-Husein. Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, juz VIII, hal. 152.

Berkata Ibnul Arabi dalam kitabnya Al-Awashim minal Qawashim: “Disebutkan oleh ahli tarikh bahwa surat-surat berdatangan dari ahli kufah kepada Al-Husein (setelah meninggalnya Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu). Kemudian Al-Husein mengirim Muslim Ibnu Aqil, anak pamannya kepada mereka untuk membai’at mereka dan melihat bagaimana keikutsertaan mereka. Maka Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu memberitahu beliau (Al-Husein) bahwa mereka dahulu pernah mengkhianati bapak dan saudaranya. Sedangkan Ibnu Zubair mengisyaratkan kepadanya agar dia berangkat, maka berangkatlah Al- Husein. Sebelum sampai beliau di Kufah ternyata Muslim Ibnu Aqil telah terbunuh dan diserahkan kepadanya oleh orang-orang yang memanggilnya. “Cukup bagimu ini sebagai peringatan bagi yang mau mengambil peringatan” (kelihatannya yang dimaksud adalah ucapan Ibnu Abbas kepada Al-Husein ).

Tetapi beliau radhiyallahu ‘anhu tetap melanjutkan perjalanannya dengan marah karena dien

dalam rangka menegakkan al-haq. Bahkan beliau tidak mendengarkan nasehat orang yang paling alim pada jamannya yaitu ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan menyalahi pendapat syaikh para shahabat yaitu Ibnu Umar. Beliau mengharapkan permulaan pada akhir (hidup ), mengharapkan kelurusan dalam kebengkokan dan mengharapkan keelokan pemuda dalam rapuh ketuaan.

Tidak ada yang sepertinya di sekitarnya, tidak pula memiliki pembela-pembela yang memelihara haknya atau yang bersedia mengorbankan dirinya untuk membelanya. Akhirnya kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein, maka datang kepada kita musibah yang menghilangkan kebahagiaan jaman. (lihat Al- Awashim minal Qawashim oleh Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dengan tahqiq dan ta’liq Syaikh Muhibbuddin Al-Khatib, hal. 229-232)

Yang dimaksud oleh beliau dengan ucapannya ‘Kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein’ adalah bahwa niat Al-Husein dengan sebagian kaum muslimin untuk mensucikan bumi dari khamr Yazid yang hal ini masih merupakan tuduhan-tuduhan dan tanpa bukti, tetapi hasilnya justru kita menodai bumi dengan darah Al-Husein yang suci.

Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhibbudin Al-Khatib dalam ta’liq-nya terhadap buku Al- Awashim Minal Qawashim.

Ketika Al-Husein ditahan oleh tentara Yazid, Samardi Al-Jausyan mendorong Abdullah bin Ziyad untuk membunuhnya. Sedangkan Al-Husein meminta untuk dihadapkan kepada Yazid atau dibawa ke front untuk berjihad melawan orang-orang kafir atau kembali ke Mekah. Namun mereka tetap membunuh Al-Husein dengan dhalim sehingga beliau meninggal dengan syahid radhiyallahu ‘anhu. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Al-Husein terbunuh di Karbala di dekat Eufrat dan jasadnya dikubur di tempat terbunuhnya, sedangkan kepalanya dikirim ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad di Kufah. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dan dari para imam yang lain.

Adapun tentang dibawanya kepala beliau kepada Yazid telah diriwayatkan dalam beberapa jalan yang munqathi’ (terputus) dan tidak benar sedikitpun tentangnya.

Bahkan dalam riwayat-riwayat tampak sesuatu yang menunjukkan kedustaan dan pengada- adaan riwayat tersebut. Disebutkan padanya bahwa Yazid menusuk gigi taringnya dengan besi dan bahwasanya sebagian para shahabat yang hadir seperti Anas bin Malik, Abi Barzah dan lain- lain mengingkarinya.

Hal ini adalah pengkaburan, karena sesungguhnya yang menusuk dengan besi adalah ‘Ubaidilah bin Ziyad. Demikian pula dalam kitab-kitab shahih dan musnad, bahwasanya mereka menempatkan Yazid di tempat ‘Ubaidilah bin Ziyad. Adapun ‘Ubaidillah, tidak diragukan lagi bahwa dialah yang memerintahkan untuk membunuhnya (Husein) dan memerintahkan untuk membawa kepalanya ke hadapan dirinya. Dan akhirnya Ibnu Ziyad pun dibunuh karena itu.

Dan lebih jelas lagi bahwasanya para shahabat yang tersebut tadi seperti Anas dan Abi Barzah tidak berada di Syam, melainkan berada di Iraq ketika itu.

Sesungguhnya para pendusta adalah orang-orang jahil (bodoh), tidak mengerti apa-apa yang menunjukkan kedustaan mereka.” (Majmu’ Fatawa, juz IV, hal. 507-508)

Adapun yang dirajihkan oleh para ulama tentang kepala Al-Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhuma adalah sebagaimana yang disebutkan oleh az- Zubair bin Bukar dalam kitabnya Ansab Quraisy dan beliau adalah seorang yang paling ‘alim dan paling tsiqah dalam masalah ini (tentang keturunan Quraisy). Dia menyebutkan bahwa kepala Al-Husein dibawa ke Madinah An-Nabawiyah dan dikuburkan di sana. Hal ini yang paling cocok, karena di sana ada kuburan saudaranya Al-Hasan, paman ayahnya Al-Abbas dan anak Ali dan yang seperti mereka. (Dalam sumber yang sama, juz IV, hal. 509)

Demikianlah Al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma terbunuh pada hari Jum’at, pada hari ‘Asyura, yaitu pada bulan Muharram tahun 61 H dalam usia 54 tahun 6 bulan. Semoga Allah merahmati Al- Husein dan mengampuni seluruh dosa dosanya serta menerimanya sebagai syahid. Dan semoga Allah membalas para pembunuhnya dan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih. Amin.

Abdulloh Roody Aiwa Toyyib: Al Husain, beliau mati syahid dan ahli jannah serta terlepas oleh syiah rafidhah.

Satria Karbala: Toyyib: Tolong dibaca dengan baik dan benar apa kata Ubaidillah ibn Ziyad; “Aku membunuh Al Husain atas perintah Yazid untuk membunuhnya jika tidak, ia akan membunuhku karena itu aku memilih untuk membunuh Husain” (Tarikh Kamil, 4/ 55, Mesir).

Pemimpin pasukan yang membantai Imam Husain as itu Umar Ibn Saad Ibn Abi Waqash. Oleh ulama rijal, anda dijuluki shaduq dan tsiqoh. Ini mazhab apa, orang yang mebunuh dan mebantai imam Husain as dan 71 orang pengikutnya dan keluarganya diberi gelar shaduq dan tsiqoh?

Ibn Hajar Asqalani dalam Tahdzib At-Tahdzib (j.7/ no.747) Ia adalah Tsiqat dan ia adalah orang yang telah membunuh Al Husain“ ibn Hajar Asqalani dalamTaqrib al-Tahdzib (1/717) :

Sinar Agama: @ARAToyyib:

(1). Tentang hadits imam Ali as itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

(a). Hadits tersebut tidak ada di kitab-kitab shahih, dan setelah dilacak, hanya di tiga kitab: Talbiisu Ibliis dan al-Syarii’atu karya Aajiri dan Maushuu’atu al-Raddi ‘Alaa al-Shuufiyyah, dimana sebenarnya bisa saja kembali kepada kitabnya al-Aajiri itu (Karena ia hidup sekitar tahun 350-an Hijrah). Jadi, dari sisi ini, maka hadits ini sudah tidak bisa dipakai untuk urusan- urusan besar, terlebih tentang akidah dan perintah membunuh orang. Karena sudah menjadi kesepakatan ulama syi’ah dan sunnah tentang hal itu, bahwa hadits lemah tidak bisa dijadikan ukuran yang penting, dan mungkin hanya dalam hal-hal akhlak atau hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan hukum.

(b). Perawi sebelum imam Ali as itu bernama Abu Sulaiman al-Hamadani. Orang ini termasuk perawi yang terdaftar dalam perawi-perawi lemahnya al-Dzahabi dan dikatakan bahwa ia tidak diketahui dan hadits-haditsnya adalah “Mungkar” (hadits aneh yang harus ditolak, karena bertentangan dengan hadits-hadits shahih dan masyhur). Dia termasuk orang ke: 7512

(c). Hadits yang ada di kitab al-Syarii’ah itu benar-benar aneh, karena hadits sebelumnya datang dari Nabi saww dan tidak menyebut sebagai syi’ah Ali as. Hadits yang kamu nukil itu adalah no: 1937:


Sedang hadits sebelumnya, yakni no: 1936

“Akan datang kaum yang memiliki julukan jelek, disebut dengan Rafidhah, kalau kalian menemui mereka, maka bunuhlah, karena mereka itu musyrik.” Aku –imam Ali as- bertanya: “Ya Rasulullah, apa tanda-tanda mereka?” Nabi saww menjawab: “Mereka memujamu dengan apa-apa yang tidak ada padamu, dan mencela salaf.”

Dilihat dari sanad riwayatnya, bisa digolongkan sebagai riwayat lemah karena adanya keraguan dari satu rantainya yang bernama Abu ‘Abdurrahmaan al-Sulami. Karena dikatakan, dari Hishshiin dari Abu ‘Abdurrahmaan al-Sulami atau yang lainnya dari shahabat Ali.

Dengan lemahnya sanad kedua hadits ini, jelas tidak memiliki posisi di hukum-hukum Islam yang harus bersandar pada hadits yang shahih dan kuat. Terlebih hadits ke duanya yang terlihat jelas asal comot nama orang. Karena dianggapnya yang penting adalah imam Alinya as. Karena itu tidak penting apakah dia itu Abu ‘Abdurrahman al-Sualmi atau yang lain, yang penting adalah disambungkan ke imam Ali as.

Kedua hadits ini, memiliki sasaran yang sama, yaitu mencela pengikut Ali as dan mencela pencela salaf. Karena itu sangat terlihat kalau hadits-hadits ini adalah buatan adanya. Terutama ditulis dalam kitab yang bernama Al-Syarii’ah, dalam bab: Kitab Fadhilah Mu’awiyyah. Yakni dalam kitab al-Syarii’ah itu terdapat sub-sub judul yang dinamai dengan “Kitab” dan bercabang pada bab2.

Dalam sub judul Kitab Fadhilahnya Mu’awiyyah itu, terdiri dari berbagai bab sbb: “Dua Nabi saww untuk Mu’awiyyah ra (bayangin Mu’awiyyah di gelar ra)”; “Berita gembira Nabi saww untuk Mu’awiyyah ra.”; “Keberiparan Nabi saww dengan Mu’awiyyah ra.” (Dalam bab ini dikatakan bahwa, karena saudari Mu’awiyyah menjadi ibu mukminin, maka Mu’awiyyah menjadi paman mukminin. Wallah ra’syih); “Permintaan Nabi saww kepada Mu’awiyyah untuk menjadi penulis atas perintah Allah.”; “Musyawarah Nabi saww dengan Mu’awiyyah.”; “Keakraban Nabi saww dengan Mu’awiyyah dan ketinggian posisinya.”; “Ketawadhuan

Mu’awiyyah dimasa khilafahnya.”; “Pemuliaan/sanjungan Mu’awiyyah terhadap Ahlulbait.”; “Perkawinan Abu Sufyan ra dengan Hindun semoga rahmat Tuhan untuk mereka semua.”; “Wasiat Nabi saww untuk Mu’awiyyah agar adil kalau sudah menjadi khlalifah.”; “Fadhilah Ammar bin Yasir.”; “Fadhilah Umar bin ‘Ash.”; “Laknat terhadap pelaknat shahabat.”; “Riwayat- riwayat tentang Rafidhah dan keburukan madzhab mereka.”; .......

Dari judul sub judulnya saja sudah untuk memuji Mu’awiyyah yang jelas-jelas memerangi imam Ali as dan bertanggung jawab atau orang-orang yang terbunuh, ia juga ambil andil dalam membunuh imam Husain as, karena ia telah berwasiat dengan surat wasiatnya -yang tertulis sejarah di sunni- kepada Yazid untuk membunuh 4 orang dimana diantaranya adalah imam Husain as. Orang seperti ini, bagaimana masih bisa dipuji Nabi saww dan Tuhan dalam riwayat-riwayat palsunya dalam kitabnya itu? Bagaimana bisa keberiparannya dengan Nabi saww dijadikan fadhilah setelah semua riwayat-riwayat jelek yang shahih tentang dia, seperti didoakan Nabi saww untuk tidak pernah kenyang makan, karena dipanggil beberapa kali ia tidak datang karena masih makan yang tidak selesai-selesai.

Bayangin saja, dalam kitab itu langsung memberi titel kepada Mu’awiyyah sebagai Paman Mukminin, karena saudarinya menjadi ibu mukminin. Memangnya istri mukminin itu suatu fadhilah? Ia –ayat- tidak lain hanya bercerita suatu hukum dengan bahasa sastra yang tinggi. Yaitu bahwa istri Nabi saww itu tidak lagi bisa dikawini siapapun sekalipun sudah janda atau dicerai (apalagi di ayat lain dikatakan bahwa dua istri Nabi saww telah melakukan dosa dan diancam adzab dua kali lipat kalau tidak tobat).

Begitu kentaranya hadits Qudsi yang palsu yang telah memerintahkan Nabi saww untuk menjadikannya penulis Nabi saww. Begitu pula tentang musyawarah, karena bagaimana mungkin orang yang ilmunya dari Allah bermusyawarah dengan orang yang tidak ada ilmunya (mestinya ia membuat hadits palsu lagi bahwa ilmunya seperti imam Ali as). Memangnya kekhilafaan itu pemilu apa, hingga Nabi saww mewashiati Mu’awiyyah agar kalau sudah jadi khalifah agar hendaknya berbuat adil.

Memangnya adil itu bisa dilakukan oleh orang yang jangankan maksum, tidak jadi pembunuh saja sudah untung. Orang ini (Mu’awiyyah) adalah pemimpinnya para pembunuh dalam perang melawan imam adilnya dan khalifah yang sah. Kalau tidak membayar zakat kepad Abu Bakar saja sudah kafir, nah bagaimana hukumnya orang yang jangankan zakat, tapi malah memimpin ribuan orang dalam memerangi khalifah yang sahnya?

Ia juga sengaja memuat hadits-hadits tentang Ammar Yasir. Nah.. apa nggak hancur gaya berfikirnya, bagaimana ia bisa menjawab ketika Nabi saww mengatakan bahwa Ammar akan dibunuh kelompok yang sesat/menyimpang, sementara ia syahid dalam peperangan membela imam Ali as melawan Mu’awiyyah??!.

Tentang ‘Amr bin ‘Ash, juga seperti itu, tapi dari arah berlawanannya. Ia yang menjadi penasehat terpenting bagi Mu’awiyyah dalam perang mewalan imam Ali as, dan ia sampai bertelanjang bulat dan menunjukkan kemaluannya kepada imam Ali as di medan pertempuran yang diihat ribuan orang, demi supaya tidak dibunuh imam Ali as yang diyakini maksum dan tidak akan melihat yang haram. Dan iapun setelah itu segera menasehati Mu’awiyyah untuk menipu umat dengan mangangkat Qur'an dan berhasil menipu para orang-orang bodoh dari pasukan imam Ali as seperti Khawarij.

Lah, ... orang yang seperti ini, masih berani disanjungnya dengan hadits-hadits palsu. Kan pengarang kitab tersebut sangat keterlaluan? Puluhan dan ratusan orang yang terbunuh di peperangan itu juga mengucur dari tangannya, karena ia adalah ahli strategi perangnya Mu’awiyyah kala itu dengan janji akan diberi kedudukan gubernur Mesir kalau menang melawan imam Ali as.

Kemudian ia –si pengarang kitab- meneruskan bab-babnya pada pelaknatan bagi pencela sahabat. Lah, apa ini tidak lucu. Kalau mencela shahabat saja sudah harus dilaknati apalagi membunuh shahabat? Nah, sementara para shahabatnya sendiri saling bertempur dalam berbagai peperangan sejak pemerintahan Abu Bakar sampai imam Ali as bahkan sampai pada masa imam Hasan as, imam Husain as dengan tragedi Karbalanya.

Sejarah menulis puluhan ribu shahabat dan tabi’in yang mati dalam berbagai peperangan itu. Betapa lucunya kalau ada hadis seperti itu, apalagi hadits-hadits itu jelas bertentangan dengan Qur'an yang memiliki surat bernama “al-Munaafiquun”. Ditambah lagi dengan hadits-hadits yang sangat shahih seperti di Shahih Muslim yang mana Nabi saww menitipkan keluarganya Ahlulbaitnya disamping Qur'an, sampai berkali-kali.

Begitu pula hadits-hadits Nabi saww yang shahih seperti yang sudah sering saya tulis sebelumnya, bahwa Ahlulbait as itu akan dizhalimi umat Nabi saww sendiri dan dibunuhi sampai datangnya kemenangan imam Mahdi as di akhir jaman. Dan hadits-hadits lainnya yang shahih mengatakan bahwa musuh Ahlulbait adalah musuh Nabi saww dan sahabat Ahlulbait as adalah shahabat Nabi saww juga. Nah, dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin seseorang bersandar pada hadits-hadits lemah dan jelas buatan, untuk melawan semua hadits-hadits itu? Anggap tidak ada ayat dan hadits tentang kemaksuman Ahlulbait (yang mutawatir di sunni), cukup saling bunuhnya puluhan ribu sahabat melawan puluhan ribu yang lainnya, adalah dalil gamblang atas kebohongan hadits celaan pada sahabat itu.

Nah, baru setelah ia puas dengan hadits stensilannya itu, barulah ia memasuki niat aslinya, yaitu memuat riwayat buatan tentang rafidhah ini. Mulailah ia memainkan penanya kesana kemari atas nama Nabi saww dan kadang atas nama imam Ali as sendiri. Tapi bagaimanapun pandainya tipu daya melawan Islam yang maksum, Allah Maha Labih Bisa Bertipu Daya. Dalam kalimatnya yang pendek itu sendiri sudah terdapat kejanggalan dan pertentangan.

Misalnya, mencela salaf atau Abu bakar dan Umar. Sementara sejarah sunni menjelaskan bahwa Abu bakar dan Umar itu adalah penyerang rumah hdh Faathimah as yang juga menjadi rumah imam Ali as. Dan di Bukhari sendiri dikatakan bahwa hdh Faathimah as membenci keduanya dengan memutus hubungan sampai beliau as wafat. Imam Ali as sendiri mengatakan bahwa kalau ada 40 orang saja yang membantunya, maka beliau as, sesuai dengan perintah Nabi saww, akan melawan Abu bakar dan Umar yang telah mengkudeta pemerintahan beliau as sebagai salah satu pemerintahan yang maksum itu.

Begitu pula, penulis buku ingin melaknati semua pengikut imam Ali dengan menamakannya alirannya sebagai rafidhah, sementa ia lupa bahwa di hadits palsunya itu dikatakan oleh imam Ali as: “Mereka itu bergaya seperti syi’ahku, padahal mereka bukanlah syi’ahku”. Nah, dengan demikian berarti syi’ah itu ada dari dulu sebagaimana juga dikatakan Nabi saww. Sementara si pengarang kitab mau menghapus semua pengikut dengan memberi gelar bahwa semua pengikut imam Ali as itu adalah rafidhah dan sesat. Kan lucu sekali? Ia mau menghapus syi’ah dengan menetapkan adanya syi’ah. Sementara dasar paling pentingnya syi’ah adalah meyakini bahwa imam Ali as itu adalah khalifah Nabi saww yang sah dan maksum dan dipilih Tuhan dan Nabi saww sendiri.

Btw, kitab yang lemah dan berisi hadits-hadits palsu itu, sudah tentu tidak akan bisa dijadikan lawan bagi hadits-hadits shahih lainnya dan bahkan Qur'an itu sendiri.

Ini komen untuk bagian pertama tulisan sesatmu itu. Semoga aku ada waktu membaca tulisan sesatmu yang lain dan memberikan komen sekalipun ringkas.

Untuk bagian ke dua sudah jelas terjawab dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Yaitu tentang riwayat siapa yang paling dicintai Nabi saww itu. Karena ‘Amr bin ‘Ash yang seperti itu, sudah jelas tidak bisa dijadikan perawi shahih atas hadits Nabi saww. Ahlulbait as yang diumumkan kemaksumannya di Qur'an saja, ia perangi dengan menjadikan dirinya pengatur strategi Mu’awiyyah dalam perang melawan imam Ali as, maka apalagi membuat hadits- hadits palsu. Maka sudah jelas bagi dia hal itu lebih mudah. Begitu pula lebih mudah daripada telanjang bulat di medan pertempuran -lebih pengecut dari wanita penakut sekalipun- yang dilihat ribuan orang dan menjadi ketawaan sejarah sepanjang masa.


(3). Untuk poin 3-mu itu, yaitu tentang Karbala, maka dengarkanlah sedikit uraianku ini:


(a). Imam Husain as itu adalah imam maksum, setidaknya di sunni diakui sebagai Ahlulabiat yang maksum as. Lihatlah di shahih Muslim dan lain-lainnya tentang turunnya QS: 33: 33 dalam Qur'an itu dan dimana juga disaksikan istri-istri Nabi saww seperti ‘Aisyah dan Ummu Salamah di shahih Muslim bahwa Ahlulbait yang dimaksumkan Tuhan itu ada lima orang dimana imam Husain as adalah di dalamnya. Lihat tentang catatan yang berjudul “Catatan kecil tentang imam Mahdi as” bahwa Ahlulbait itu adalah semua imam 12 as termasuk imam Mahdi as, sesuai dengan hadits-hadits sunni yang shahih.

(b). Ketika imam Husain as itu adalah imam maksum as, jangan hanya Ibnu Abbas, sejuta Ibnu Abbas juga tidak ada artinya di depan maksum. Apalagi untuk menasehatinya.

(c). Ditambah lagi bahwa ‘Abdullah ibnu Abbas telah meninggalkan imam Ali di akhir hayatnya sesuai Tarikh Ibnu Atsir:

Siapapun dia, betapapun baiknya dia dan betapapun alimnya dia, mana bisa dibanding dengan orang maksum? Maksum itu artinya adalah ilmu Islamnya lengkap seratus persen dan benar seratus persen dan diamalkan seratus persen. Lah, kok orang maksum as disuruh ikut orang yang ilmunya jauh tidak bisa dibanding dengan ilmu dan ketawaannya?

Ketika imam Husain as itu maksum, maka apapun yang dilakukannya itu sudah pasti benar. Karena itu, maka apapun keputusannya, maka sudah pasti sesuai dengan islam, baik secara ilmu atau amal.

(d). Imam Husain as itu sudah tahu kesyahidan Muslim bin ‘Aqil setalah menjelang sampai di daerah yang bernama melewati peristirahatan-peristirahatan, dzatu ‘irq dan al-Tsa’laba hingga sampai di peristirahan Zubaalah, yaitu sudah mendekati Kufah yang terus dihadang Hur dan tidak boleh kembali ke Madinah serta tidak boleh terus ke Kufah ...dan seterusnya sampai ke Karbala dan syahid di sana.

Saking butanya mata hati orang yang membela Bani Umayyah, maka berbagai cara menutupi kesyahidan imam Husain as yang memiliki makna kepenjahatan Bani Umayyah. Ada yang mengingkari kesyahidannya karena menentang imam jamannya (padahal ia peminum khamr yang mengkudeta pemerintahan maksum), dan ada pula yang bergaya simpati pada imam Husain as, tapi menyalahkannya seperti kamu ini dan penulis-penulis yang kamu ikuti itu.

Kamu ini mau menyalahkan imam Husain as yang mau mencegah Yazid minum khamr hingga beliau as syahid di tangan yazid? Yakni imam Husain as yang salah dalam hal terbunuhnya itu? Apakah kamu akan berlogika seperti junjunganmu Mu’awiyyah dan Amr bin ‘Ash yang mengatakan bahwa yang membunuh Ammaar itu bukan kami tapi Ali as karena ia telah membawanya ke medan perang? Jangan-jangan kamu juga akan menyalahkan Rasulullah saww yang membawa Hamzah ra ke medan perang hingga syahid?

(f). Mencela shahabat saja dilaknat kamu dan orang-orang seperti kamu, nah.. bagaimana membunuh shahabat? Bahkan bagaimana hukumnya membunuh Ahlulbait as yang wajib kita shalawati terus dalam shalat dan maksum as itu??? Apakah Yazid dan pengikutnya, begitu pula Mu’awiyyah dan pengikutnya, sudah kamu laknati, karna mereka bukan hanya memerangi dan membunuh shahabat, tapi bahkan Ahlulbait as??!!!

(g). Kalau imam Husain as berdalil dengan kepeminuman Yazid akan khamer itu, bukan berarti imam Husain as ingin memeranginya karena hal itu. Silahkan saja ia mau main minum sambil mencemplungkan diri ke dalam kolam khamer, atau mau pakai gaya apa dalam bermabuk- mabukannya. Betapa pendeknya akal dan butanya mata kalian yang -dan mengaku ulama dan menulis kitab lagi- yang hanya melihat peristiwa Karbala itu sekedar mau menghentikan Yazid minum khamer.

Ketahuilah, ketika pemabok saja sudah menjadi khalifah Rasulullah saww dan umat, maka apa jadinya Islam? Nah, ketika khalifah itu masih menjaga lahiriah Islam, daya rusaknya tidak seperti yang sudah keterlaluan. Sekalipun sama-sama tidak maksum. Tapi kalau sudah tidak maksum, dan keterlaluan seperti itu, maka sudah jelas Islam akan dihancurkan secara terang- terangan. Kalau Mu’awiyyah menghancurkan Islam dengan pelan-pelan dan sembunyi- sembunyi, karena itu sering membuat hadits palsu untuk kemuliaan dirinya, tapi kalau si setan Yazid ini sudah tidak lagi perlu kepada semua itu. Ia akan benar-benar merusak islam sampai ke akar-akarnya.

Karena itulah, maka tidak ada jalan lain kecuali mengorbankan apa saja untuk membendungnya.

(h). Kamu kira imam Husain as itu kalah dalam peperangan itu? Haihaat minnaa al-zhillah. Kalau bukan karena Karbala, maka sudah tidak mungkin ada lagi Islam hakiki sekarang ini. Karena Karbala itulah maka pengikut Ahlulbait as tidak pernah putus dalam sejarahnya. Pengikut yang sudah semakin sedikit dan diburu oleh berbagai khalifah pada waktu itu, menjadi tetap bertahan dengan Karbala. Karena yang tidak tahu jadi tahu, seperti sekarang-sekarang ini dan berpihak ke Ahlulbait as, dan yang memang tahu dari awal bahwa Ahlulbait as yang maksum dan dishalawati tiap shalat itu adalah benar, tetap tabah membela Ahlulabit as.

(i). Saya satu-dua hari lalu sudah menulis tentang arti kemenangan Karbala ini. Begitu-lah seterusnya akan kebertahanan Islam hakiki itu sampai pada masa imam Muhammad al- Baqir as dan imam Shadiq as yang memiliki ratusan dan ribuan murid, walau tetap saja ada campurannya, tapi ilmu Islam hakiki, yakni Ahlulbait yang maksum as, mulai tersebar ke seantero dunia dan bertahan sampai sekarang. Kalau bukan karena Karbala, maka sudah tidak akan ada lagi Islam sekarang ini. Karena itulah maka salah satu makna sabda Nabi saww berikut ini adalah hal ini. Yakni kebangkitan Islam setelah Nabi saww adalah karena imam Husain di Karbala.

Nabi saww bersabda: “Husain dari aku dan aku dari Husain. Tuhan mencintai yang mencintai Husain.”

(Shahih Turmudzi, jld. 2, hal. 307; Shahih Ibnu Maajah, bab Fadhaailu al-Shahaabah; Bukhari dalam kitabnya al-Adabu al-Mufrad, bab Mu’aanaqtu al-Shabii; Mustadrak Hakim, jld. 3, hal. 177; Kanzu al-’Ummaal, jld. 6, hal. 221 ...dan seterusnya ).

(j). Duhai kamu yang mengaku Islam, apa kamu tidak tergetar menulis tulisanmu itu???!!! Anggap kepala imam Husain as itu tidak dimain-mainkan Yazid si motak itu, tapi setidaknya beliau as yang kamu shalawati tiap hari dalam shalat, bagaimana bisa tidak panas membaca sejarah terbunuhnya oleh Yazid dan bahkan berusaha memerangi semua ahli sejarah tentang kebermainan Yazid dengan tongkat ke atas gigi imam Husain as???!!! Kalau kamu muslim dan menshalawati Ahlulbait dalam shalat (Aalu Muhammad atau Aalu sayyidinaa Muhammad), maka dengan terbunuhnya beliau as saja sudah tahu harus bersikap apa terhadap pembunuhnya. Kok malah kamu bela yang membunuh orang lain. Yah ... pasti yang membunuh orang lain, karena raja kan memang kerjanya hanya main perintah? Terus kalau tentaranya yang diperintah membunuh, terus dia bukan pembunuhnya?

(k). Kalau kamu ingin membaca tarikh tentang kebermainan Yazid dengan tongkat (atau malah potongan kayu dan semacamnya) ke gigi imam Husain as (tentu setelah dibawa ke Suriah/ Syam), maka kamu bisa lihat hampir di semua kitab-kitab sejarah sunni, seperti:

Taariikh Thabari, jld. 2, hal 267; al-Kaamil Ibnu Atsiir, jld. 4, hal 35; Tadzkiratu al-Khawaash, hal 118; al-Shawaa’iqu al-Muhriqah, hal. 116; al-Furuu’, karya Ibnu Muflih al-Hanbali fi Fiqhi al-Hanbali, jld. 3, hal 549; Majma’u al-Zawaaid Ibnu Hajr, jld. 9, hal. 195; al-Fushuulu al- Muhimmatu Ibnu Shabaagh al-Maalikii, hal. 205; al-Khuthath al-Maqriiziyyah, jld. 2, hal. 289; al-Bidaayatu wa al-Nihaaytu Ibnu Katsiir, jld. 8, hal. 192; Manaaqibu Ibnu Syahri Aasyuub, jld. 2, hal. 225; al-Ittihaaf bi Hubbi al-Asyraaf, hal. 23 ...dan lain-lain).

(l). Jelas kamu akan berkata seperti itu, karena buku-buku rujukanmu itu adalah kumpulan fatwa-fatwa wahabi (Majmuu’u Fataawa). Karena itu kamu akan dikumpulkan bersama wahabi tukang sembelih ribuan sunni dan syi’ah serta menduduki Makkah dan Madinah sampai sekarang dan, sudah tentu juga akan berada di barisan Yazid. Kecuali kalau kamu taubat dan mengaplikasikan makna shalawat yang kamu ucapkan tiap shalat itu.

(m). Tentang doamu untuk imam Husaain itu, kamu ambil sendiri saja. Doa kamu itu tanda kekurang ajaranmu pada beliau as. Karena, bagaimana mungkin orang yang dimaksumkan Tuhan dalam Qur'an (Ahlulbait, QS: 33: 33), kamu katakan “Semoga Tuhan mengampuni dosa- dosanya.” Ini namanya menentang Tuhan.

Dan untuk laknat terhadap para pembunuhnya itu kamu harus teruskan sampai ke Yazid dan seluruh pemerintahan Bani Umayyah, karena mereka kumpulan yang memerangi atau meridhai peperangan melawan imam Husain as itu. Termasuk Mu’awiyyah yang telah berwasiat pada Yazid untuk membunuh imam Husain as itu. Nah, kalau sudah demikian, yakni bahwa laknat itu meliputi semua tentara, yakni sekitar 35.000, sahabat dan tabii’in itu dan seluruh kerajaan Bani Umayyah dan tidak mengambil riwayat-riwayat mereka, maka laknatmu itu sudah benar dan akan diterima Tuhan sebagai ibadah. Tapi kalau tidak, maka protesmu/ laknatmu ini, tidak akan pernah diterimanya, dan, sudah tentu kamu akan digolongkan di barisan Mu’awiyyah, Yazid dan seluruh kerajaan Bani Umayyah.

Karena sudah lelah, selainnya, kalau masih ada, begitu pula komentar-komentar miring lainnya, saya serahkan saja pada Allah. Semoga saja mereka bukan pemprotes terbunuhnya imam Husain as itu, segera bertaubat hingga nanti di akhirat tidak membawa dosa pembunuhan terhadap imam Husain as. Karena yang rela pada suatu perbuatan, baik perbuatan itu baik atau jahat, maka akan dapat bagiannya.

Berhati-hatilah diskusi terkhusus tentang Ahlulbait as yang kita shalawati terus dalam shalat sehari-hari, yaitu Aalu sayyidunaa Muhammad saww.

Wassalamu ‘ala man ittaba’a al-hudaa.

Agoest Irawan, Al Aulia dan 9 orang lainnya menyukai ini.


Sinar Agama: Salam, terimakasih kerjanya yang memang dengan degdegan kutunggu, semoga sampai pada batas awal keghaibanmu, afwan. Tolong terus sisir sampai kira-kira tanggal 11 Novemberan sepertinya. Afwan banget dan terimakasih, semoga Tuhan memberimu pahala yang tiada terkira, amin.

Sinar Agama: Kalau tidak salah, untuk bagian catatan yang belum masuk dokumen dimulai dari “Sujud Sahwi ...” tanggal 11- November; “Amalan Malam Ied Ghdir ..” tanggal 11-November;” Tawassul ....” tanggal 27 november; “Dejavu ...” tanggal 27 Nov ; “Syahid ...” 27 November; ............... dan seterusnya sampai “Sekelumit bantahan ..” tanggal 22 Desember. Afwan banget dan mohon ampun direpotin terus. Semoga Tuhan selalu menjagamu, amin.

Firdaus Said: Amiiin ustadz...


23 Desember 2011 pukul 15:19



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar