Selasa, 09 Februari 2021

Hikmah Peristiwa Karbala Bag 4: “Perjuangan dan Kearifan Para Imam Maksum as” Seri Diskusi terhadap Catatan -Doa Ziarah Arba’in Imam Husein As


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/298669660177837/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 23 Desember 2011 pukul 20:01


Doa Ziarah Arba’in Imam Husein As

oleh Irwan Samson Gaus pada 12 Desember 2011 pukul 23:18 40 hari arbain al Imam Husain as

Ziarah Arba’in adalah ziarah ke 40 hari dari tragedi Karbala. Tanggal 20 Shafar adalah 40 hari dari peristiwa tragis yang memilukan hati kaum mukminin, tragedi yang menimpa keluarga Rasulullah saw di Karbala, khususnya Al-Husein cucu tercinta Rasulillah Saww. Sudah selayaknya kita ummat Rasulullah saw berziarah dan menyampaikan salam kepada cucu tercinta Rasulullah Saww. Semoga dengan ziarah ini kita mendapat syafaat Rasulullah Saww dan Ahlul baitnya Salamullah alaihi wa alihi wassalam, dilindungi oleh Allah swt dari segala musibah dan bala’.


======= Doa ziarah Arbain =======

Assalâmu ‘alâ waliyyillâhi wa habîbih Assalâmu ‘alâ khalîlillâhi wa najîbih

Assalâmu ‘alâ shafiyilâhi wabni shafiyyih Assalâmu ‘alal Husaynil mazhlûmisy syahîd Assalâmu 'alâ asîril kurabâti wa qatîlil ‘abarât

Salam atas wali Allah dan kekasih-Nya

Salam atas keistimewaan Allah dan pilihan-Nya Salam atas kesucian Allah dan putera kesucian-Nya Salam atas Al-Husein yang mazhlum dan syahid

Salam atas yang tertawan dalam peristiwa yang paling berduka dan terbunuh dalam tragedi paling menderita

Allâhumma innî asyhadu annahu waliyyuka wabnu waliyyika wa shafiyyuka wabnu shafiyyikal fâizu bikaramatika.

Ya Allah, aku bersaksi bahwa dia adalah kekasih-Mu dan putera kekasihMu, pilihanMu dan putera pilihan-Mu yang beruntung dengan kemuliaanMu


Akramtahu bisy-syahâdati wa habawtahu bissa’âdah, wa ajtabaytahu bithayyibil wilâdah,

Kau muliakan dia dengan kesyahidan, Kau hampiri dia dengan kebahagiaan, Kau pilih dia dengan kelahiran yang baik.

Waja’altahu sayyidan minas sâdah, wa qâidan minal qâdah, wa dzâidan minadz dzâdah.


Kau jadikan dia penghulu para sayyid, pemimpin dari para pemimpin, dan pertahanan dari semua pertahanan.

Wa a’thaytahu mawâritsal anbiyâi, wa ja’altahu hujjatah ‘alâ khalqika minal awshiyâi.

Kau karuniai dia pewaris para nabi, Kau jadikan dia hujjah atas makhluk-Mu dari para washi.


Fa’tadzara fid-du’âi wa Manahan nush-ha, wa badzala muhjatuhu fîka liyastanqidza ‘ibâdaka minal jahâlati wa hayratidh dhalâlah.

Ia telah menyampaikan dalam doanya, mencurahkan dalam nasehatnya, berjuang karena-Mu untuk menyelamatkan hamba-hamba-Mu dari kejahilan dan kebingunan dalam kesesatan.


Wa qad tawâzara ‘alayhi man gharrathud dun-yâ, wa bâ’a hazhzhahu bil ardzalil adnâ, wa syarâ âkhiratahu bits-tsamanil awkas, wa taghathrasa wa taraddâ fî hawâhu, wa askhathaka wa askhatha nabiyyaka, wa athâ'a min 'ibâdika ahlasy syiqâq wan-nifâq wa hamalatan awzâril mustawjibînan nâr.

Ia dianggap berdosa oleh orang yang tertipu oleh dunia, yang menjual bagiannya dengan harga yang paling rendah, yang membeli akhiratnya dengan harga yang paling hina, yang sombong dan arogan dalam hawa nafsunya yang marah pada-Mu dan murka pada nabi-Mu yang patuh pada hamba-hamba-Mu yang mendambakan perpecahan dan dipenuhi kemunafikan, yang menanggung beban orang-orang yang mengharuskan mereka tercampak ke dalam neraka.


Fajâhadahum fîka shâbiran mustajî hattâ sufika fî thâ’atika dâmuhu wastubîha harîmuhu.

Lalu beliau berjuang menghadapi mereka karena-Mu penuh kesabaran dan mengharap Ridha- Mu, sehingga ia ditumpahkan darahnya dan disembelih kesuciannya dalam ketaatan pada-Mu.


Allâhumma fal’anhum la’nan wabîlâ wa ‘adzdzabhum ‘adzâban alîmâ.

Ya Allah, laknatlah mereka dengan laknat yang berat dan azablah mereka azab yang pedih.


Assalamu’alayka yabna Rasulillâh

Assalamu’alayka yabna sayyidil awshiyâ’ Salam atasmu duhai putera Rasulullah

Salam atasmu duhai putera penghulu para washi


Asyhadu annaka aminullâhi wabnu amînih. ‘Isyta sa’îdan wa madhayta hamîdan, wa mutta faqîdan mazhlûman syahidâ. Wa asyahadu annallâha munjizun mâ wa’adaka, wa muhlikun man khadzalaka, wa mu’adzdzibun man qatalaka.

Aku bersaksi bahwa engkau adalah kepercayaan Allah, putera kepercayaanNya.

Engkau hidup bahagia dan terpuji. Engkau terbunuh dalam keadaan mazhlum dan syahid.


Wa asyhadu annaka wafayta bi’ahdillâhi wa jâhadta fî sabîlihi hatta atâkal yaqîn.

Aku bersaksi bahwa engkau telah memenuhi janji Allah, berjuang di jalan-Nya sehingga engkau dipanggil ke haribaan-Nya.

Fala’anallâhu man qatalaka, wa la’anallâhu man zhalamaka, wa la’anallâhu ummatan sami’at bidzâlika faradhiyat bihi.

Semoga Allah melaknat orang yang membunuhmu. Semoga Allah melaknat orang yang menzalimimu.

Semoga Allah melaknat ummat yang mendengar tragedimu lalu ridha dengannya.


Allâhumma innî usyhiduka annî waliyyun liman wâlâhu wa ‘aduwwun liman ‘âdâhu.

Ya Allah, aku bersaksi di hadapan-Mu bahwa aku mencintai orang yang mencintainya, memusuhi orang yang memusuhinya.

Biabî anta wa ummi yabna Rasûlillâh, asyhadu annaka kunta nûran fil ashlâbisy syâmikhah wal- arhâmil muthahharah, lam tunajjiskal jâhiliyyatu bianjâsihâ, wa lam tulbiskal mudlahimmâtu min tsiyâbiha.

Demi ayahku dan ibuku duhai putera Rasulullah, aku bersaksi bahwa engkau adalah cahaya dalam sulbi yang mulia dan rahim yang suci. Engkau belum pernah tersentuh oleh noda-noda jahiliyah, dan belum pernah terbungkus oleh pakaian jahiliyah. 


Wa asyhadu annaka min da’âimid dîn wa arkânil muslimîn wa ma’qilil mu’minîn. Wa asyahadu annakal imâmul barrut-taqiy ar-radhiyyuz zakiy al-hâdil mahdiy.

Wa asyhadu annal aimmata min wuldika kalimatut taqwâ wa a'lâmul hudâ wal 'urwatul wutsqâ, wal-hujjatu 'alâ ahlid dun-yâ.

Aku bersaksi bahwa engkau adalah penegak agama, tonggak kaum muslimin, pengikat kaum mukminin. Aku bersaksi bahwa engkau pemimpin yang baik dan bertakwa, yang ridha dan suci, memberi petunjuk dan bimbingan.

Wa asyhadu annî bikum mu'minun wa bi-iyabikum, mûqinun bisyarâi'I dînî wa khawâtîmi 'amalî, wa qalbî liqalbikum silmun, wa biamrî liamrikum muttabi'un, wa nushratî lakum mu'addatun hattâ ya'dzanallâhu lakum, fama'akum ma'akum lâ ma'a 'aduwwikum.

Aku bersaksi bahwa aku mempercayaimu, menyakini syariat agamaku, dan kesudahan amalku. Hatiku pasrah pada hatimu, urusanku ikut pada perintahmu, pertolonganku kusiapkan karenamu. Semoga aku selalu bersamamu, tidak bersama musuhmu. 


Shalawâtullâhi ‘alaykum wa ‘alâ arwâhikum wa ajsadikum, wa syâhidikum wa ghâibikum, wa zhâhirikum wa bâtinikum. ‘mîna Rabbal ‘âlamîn.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepadamu, pada arwahmu dan jasadmu, pada kehadiranmu dan keghaibanmu, zahirmu dan batinmu. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Catatan:

Setelah membaca doa ziarah ini, lalukan shalat sunnah dua rakaat, kemudian mohonlah kepada Allah apa yang dicita-citakan. Insya Allah, Allah swt mengabulkannya..


Rijal Muhammad: Sayyiduna Abu Bakar dan Sayyiduna Umar selalu diziarahi, karena mendapat kemuliaan berdampingan dengan Sang Nabi, kakek Imam Husein yang Syahid terpuji. Kemuliaan Abu Bakar dan Umar tak terpungkiri.

Haidar Dzulfiqar: Siapakah yang menanam mayat Abu Bakar dan Umar disamping jenazah suci Rasulullah saww?

Sementara, dimanakah makam Putri Suci Beliau saww Fathimah Az-Zahra as tercinta? Kenapa?

Rijal Muhammad: Imam Ali lebih mampu dan mengerti pada saat itu. Siapa yang bisa menghalangi Ali Singa Allah dan Rasul-Nya sehingga harus membisu?

Haidar Dzulfiqar: Abu Bakar dan Umar telah mendobrak & hendak membakar rumah Fathimah as, merampok jabatan khalifah Ali as & kebun fadak, lari dari medan perang Uhud dan sebagainya. Itukah yang anda sebut Kemuliaan..???

Rijal Muhammad: Mereka menganiaya albatul azzahra, sampai katanya gugur kandungannya. Lalu suaminya yang perkasa kemana? Apakah diam dan menerima, layaknya anak kambing betina?

Haidar Dzulfiqar: Siapa bilang Imam Ali as membisu hai pendusta?! Saya harap anda baca sejarah & bicara berdasarkan fakta-fakta sejarah bukan prasangka & taklid buta.

Rijal Muhammad: Jadi, mengapa Ali tidak menghalangi, sehingga hal tersebut terjadi?

Haidar Dzulfiqar: Anda tahu dari mana peristiwa itu terjadi? Madinah munawaroh, boss!?

Tahukah anda hukum berperang & menumpahkan darah di kota suci tersebut? Kenapa bukan perbuatan Abu bakar & Umar yang anda tanyakan?

Rijal Muhammad: Memangnya kenapa di Madinah? Apa hanya karena di Madinah, lalu Imam Ali membiarkan Istri tercinta dianiaya dan jabatan -yang katanya- telah diwasiatkan, dirampas begitu saja?

Sungguh mental yang hina bila memang Ali bersikap demikian.

Abu Zahra Al Manshur: @Rijal Muhammad : Mengapa anda berpikir sederhana seperti itu?

Seekor singa yang perkasa sekalipun akan kalah kalau “dikeroyok” atau kalah jumlah. Imam ‘Ali lebih mementingkan bagaimana risalah Ilahi yang masih asli dan diemban oleh beliau agar tetap eksis dan diteruskan oleh murid-murid/sahabat setianya. Kalau sampai beliau syahid/gugur lalu bagaimana beliau mengemban amanat itu? Justru diamnya itu adalah amanat dari kekasihnya tercinta Muhammad saww.

Sungguh dia bukannya penakut, kalau saja dia(Imam Ali as) berpikir pendek dan tidak dipesan oleh Rasul Allah, tentu beliau sudah memerangi mereka meskipun harus gugur.

Rijal Muhammad: Apakah Ali sendiri? Apakah ahlil baitnya tak ada yang berani?

Di mana nyali Sang Imam, bila anaknya saja, Al-Husein, yang hanya di temani 72 anggota keluarga, rela memberikan nyawanya kepada ribuan pasukan, demi tegaknya Risalah yang di bawa Datuknya?

Abu Zahra Al Manshur: @Rijal Muhammad: Setiap masa beda kasus dan cara penanganannya, jangan menilai sesuatu dengan berdasarkan diri anda melainkan cari tahu kenapa hal itu terjadi. Baik ‘Ali bin Abi Thalib a.s maupun Husein bin Ali a.s, mereka melakukan itu bukan dengan membabi buta tanpa perhitungan. Lebih dari itu malah, karena mereka sudah diberitahukan apa yang akan terjadi, dan mereka hanyalah melakoninya saja. Hikmah dan rahasia yang tersembunyi darinya tidak akan diketahui atau dicapai oleh sang pembenci atau “Pencari-cari Kesalahan/Cela”.

Rijal Muhammad: Jawaban anda bagus dan pandai, yaitu “mereka telah diberitahu apa yang akan terjadi, jadi mereka tinggal menjalani. Rahasianya takkan diketahui oleh para pembenci.”

Lalu, untuk itukah ada ratapan, cacian, karena mereka telah menjalani ketetapan Tuhan. Lalu para pembenci, sikap membenci, caci-maki, mesti ditanamkan kepada Para Sahabat Nabi yang sebenarnya dikasihi?


Sinar Agama: @Rijal Muhammad:

(1). Memahami kata-kata syi’ah itu harus dengan syi’ah sebagai Islam yang hakiki. Begitu pula teman-teman lainnya yang sudah syi’ah.

(2). Diberitahukannya akan kehidupan masa medatang, baik itu merupakan kebaikan dan kebahagiaan, seperti pangkat kenabian, nabi akan lahir, imam akan lahir dan seterusnya, atau baik itu berupa petaka, seperti nabi Fulan akan dibunuh seperti fulan, imam Ali as akan dikhianati umat Nabi saww dan akan dibunuh dengan terbelahkan kepalanya, imam Hasan as akan diracun karena itu diciumi Nabi saww mulut tampat racun itu, imam Husain as akan dibantai oleh pejahanam-penjahanam ....dan seterusnya semua itu, yakni berita manis dan pahit di masa mendatang itu (begitu pula di masa yang telah lalu dan sekarang), semua atas pilihan manusia itu sendiri, bukan ditakdirkan Tuhan. Kalau semua karena ditakdirkan Tuhan, maka kamu atau Nabi saww atau siapa saja, jangankan memerangi kafirin yang memerangi muslimin, membenci juga tidak boleh, karena kita tinggal melakoni saja. Bukan begitu?

(3). Jadi, apapun yang terjadi dan yang akan terjadi, baik diberitakan Allah dan Nabi saww, atau tidak diberitakan, tidak ada hubungannya dengan takdir/nasib manusia, karena takdir/nasib itu tidak ada dalam Islam dan hanya bid’ahnya si Asy’ari yang hidup di abad ke 3 H itu dimana terus diimani oleh kamu dan semacam kamu hingga menelurkan berbagai kesalahan berfikir dimanapun saja di bagian agama ini.

(4). Dengan demikian, semua kejadian manusia itu terjadi atas ikhtiar manusia itu sendiri. Karena itu, para imam maksum as dalam melakukan misi-misi kehidupannya, adalah dengan standar Islam yang maksum yang dipahami dengan maksum pula.

(5). Ketika semua pekerjaan manusia itu dilakukan dengan ikhtiarnya, maka masing-masing orang bertanggung jawab akan perbuatan dirinya sendiri-sendiri.

(6). Ketika kita melihat kejadian dari suatu perbuatan dari para maksum yang juga dilakukan dengan ikhtiar dan pasti benar karena maksum, maka sudah semestnya kita mencari sebab- sebab yang masuk akal dan sesuai agama, hingga kita bisa memahaminya dengan benar dan memposisikan diri kita dengan benar pula.

(7). Ketika kita melihat kejadian yang katakanlah luar biasa atau seperti aneh, tapi dilakukan oleh para nabi dan imam yang maksum, maka sudah tentu keanehannya itu lantaran kita yang bodoh. Karena itu sudah selayaknya mencari kebenaran argumentatifnya dan baru setelah itu kita memposisikan hati dan diri kita ini sesuai dengan ukuran perbuatan maksum itu, karena mereka as semuanya adalah Islam hakiki itu dan contoh yang harus diteladani.

(8). Ketika kita sudah tahu kebenaran dan kebatilannya, maka sudah tentu kita wajib memposisikan diri di pihak yang benar. Dan ketika kita memposisikan diri di pihak yang benar, seperti di pihak Rasul saww atau para imam maksum as, maka sudah tentu kita berhadapan dengan yang menjadi lawan-lawan mereka. Karena itulah kita membenci Abu Jahal dan para kafirin jahiliah yang memerangi dan diperangi Nabi saww. Begitu pula dengan yang dihadapi para maksumin yang lain.

(9). Adalah sangat lucu ketika seseorang membela suatu kebenaran yang terbantai, lalu dia tidak membenci dan bahkan menyayangi juga yang membantainya itu. Islam apa yang seperti ini dan dimana diajarkan seperti itu, di ayat mana dan di hadits mana?

Bahkan Nabi saww pernah bersabda: bahwa kalau di ujung dunia ada yang membunuh satu orang dengan batil, dan di ujung lainnya ada yang mendengar dan ridha/rela terhadap perbuatan itu, maka ia telah bersekutu dalam dosanya itu.

Atau hadits lain yang mengatakan “Barang siapa menjumpai pagi, tapi ia tidak memikirkan kaum muslim, maka ia bukan seorang muslim.”

Karena itulah masalah sosial dan sikap itu, sangat diajarkan dalam Islam, untuk bersimpati pada kebenaran dan membenci kebatilan sesuai dengan takaran kebatilannya itu.

Nah, membunuh imam keluarga Nabi saww yang wajib kita shalawati tiap shalat itu sebagai Aalu Muhammad, bukan hanya sembarang kebatilan yang bisa dikompromi sedikitpun. Jangankan pembunuhan keluarga Nabi saww, membunuh keluarga kita saja harus diqishash (dalam hukum dan negara Islam).


Rijal Muhammad: Alangkahkah indahnya jawaban anda. Imam Ali tidak menjadi Khalifah pertama, karena pilihannya. Karena Imam Ali bisa untuk menjadi yang pertama. Imam Hasan diracun karena pilihannya. Karena jika Imam Hasan lebih waspada pasti bisa. Imam Husein Syahid di Karbala, dengan membawa keluarga, tua dan muda, itupun karena pilihannya. Seandainya beliau mau menghindar, pasti keluarganya takkan terhina. Ali assajjad tentu takkan dibelenggu. Zainab dan Sukaynah tentu tidak akan dipermainkan tangan-tangan musuh ayah, kakek, dan datuknya. Sungguh agung pilihan Imam Husein yang mengakibatkan anak-cucunya terhina, ditindas dan diperjual-belikan seperti budak.


Sinar Agama:

(10). Kejadian-kejadian masa depan yang ikhtiari itu, sudah tentu, walaupun diketahui keberikhtiar- annya di masa depan, kita tidak boleh menyikapinya sekarang. Karena itu, ketika imam Ali as melewati Iabnu Muljam l.a yang pura-pura tidur di masjid itu mengatakan: “Aku tahu apa yang akan kamu lakukan”, atau : “Aku tahu apa yang kamu sembunyikan di bawah tubuhmu itu.”

Ketika imam Ali as sudah ditebas dan belum syahid, pernah ditanya, mengapa tidak mengambil tindakan pada waktu itu?

Imam menjawab: “Seseorang tidak bisa dihukum sebelum melakukan kesalahan.”

Begitu pula imam Husain as, walaupun sudah tahu akan ditinggalkan oleh para pengun- dangnya itu, akan tetapi tidak bisa mengambil sikap di waktu ini dan hari ini. Karena itu, maka siapapun yang punya ilmu ghaib atau diberitahu tentang ilmu ghaib, tidak bisa dan bahkan tidak boleh beramal dengan ilmunya itu. Karena memang belum terjadi.

Kalau mau main pukul-pukulan dan hantam-hantaman, maka Allah yang lebih pandai dan Kuasa untuk menghukum siapa saja yang membunuh para nabi as dan para imam as. Akan tetapi Tuhan tidak melakukannya, karena adil itu bukan menghukum orang sebelum berbuat.

Bayangin saja, kalau imam Ali as, menangkap dan mengikat Ibnu Muljam yang katakan walaupun bukan sebagai hukum, tapi sebagai pencegahan, maka pasti akan ditertawakan orang terlebih musuh-musuhnya. Karena imam Ali as akan dikatakan telah gila, membuat fitnah dan macam-macam.

Begitu pula imam Husain as, kalau tidak datang ke Kufah untuk memenuhi undangan para pengkhianat yang belum melakukan pengkhiatan itu, katakanlah sebagai pencegahan (walau tidak menghukum), maka sudah pasti akan ditertawakan orang sedunia dan akan dikatakannya sebagai gila dan penakut.

Karena itu, maka kita mesti tawadhu’ pada para nabi dan imam maksum as kalau memang sudah kita yakin sebagai nabi atau imam. Karena, akal kita yang cetek ini, kalau tidak dijejeli ilmu, dan hanya hidup bagai katak dalam tempurung ini, lalu dijadikan handalan dan ukuran agama, maka sudah pasti kita akan celaka pitu likur kata orang Jawa.

Penutup:

Saya tidak tahu anda berdebat apa, karena saya hanya melihat dua pesan terakhir yang terlihat, lalu karena ada waktu, ikut menyumbangkan tulisan ini, semoga memang relevan dan berguna, amin. Kalau tidak relevan maka mohon maaf. Wassalam.


Rijal Muhammad: Ternyata, semua pilihan para Imam, semenjak Imam Ali sampai Al-Mahdi, hanya menghasilkan kebencian, dendam, marah dan caci-maki. Dan orang-orang yang mengaku sebagai pecinta merekalah sebagai bukti.


Sinar Agama: Oh iya, saya jadi teringat sabda Nabi saww ketika mengatakan bahwa salah satu istrinya akan digonggongi anjing (karena keluar rumah dengan batil karena dalam rangka berperang dengan imam Ali as) di Hau’ab. Lau ‘Aisyah tertawa mendengarnya. Lalu Nabi saww: “Jangan-jangan perempuan itu kamu ya ‘Aisyah.”

Maksud saya, Nabi saww tidak bisa mengambil tindakan apapun sebelum seseorang itu melakukan- nya. Dan paling banyak hanya mengingatinya.

Dan karena keluar rumah dan perang dengan imam Ali as (yang nantinya akan menelan ribuan korban dari sahabat dan tabi’iin itu), adalah perbuatan ikhtiari, maka sudah tentu nasihat dan peringatan Nabi saww itu, ada gunanya.

Atau kalau dibalik, bahwa berita tentang apa yang akan dilakukan ‘Aisyah itu, sama sekali bukan merupakan takdir yang ditentukanNya, tapi merupakan pilihannya dia sendiri. Karena itu, ia yang akan menanggung ribuan darah anak-anaknya yang ia bunuh sendiri itu. Karena kalau Tuhan yang menentukannya, maka sudah pasti Tuhan yang harus bertanggung jawab. Na’udzubillah.

Rijal Muhammad: Lalu kenapa bila Aisyah menanggung dosa seluruh ummat sedunia?

Apakah akan menghapus keteledoran Para Imam Yang Ma’shum, karena telah memilih suatu pilihan, yang menjadikan Para Pengikut Setia Yang Mengaku Cinta kepada mereka, mesti menanggung derita, memupuk murka, memelihara cela, murka dan hina. Bukan hanya itu, Para Imam Ma’shum mendidik dan mengajarkan kepada para pecintanya untuk mati dalam keadaan mulut dilumuri sumpah, laknat dan hujat, serta dada yang dijejali dendam yang takkan pernah terlampiaskan.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal : Apakah tidak boleh ya kalau kami melaknat & menghujat sahabat atau orang-orang munafik yang membantai keluarga Nabi saww? Sementara mereka para pembunuh keluarga Nabi saww anda bolehkan ya..???

Rijal Muhammad: Siapa yang melarang? Yang saya sesalkan sekaligus saya kagumi, para Imam Ma’shum bisa dan sukses dalam mendidik juga mencontohkan, bagaimana cara menumbuh- suburkan sifat dendam, amarah dan murka, dibarengi dengan laknat, hujat dan mengumpat. Mereka mesti bangga dan bergembira, karena telah memiliki pengikut dan pecinta, yang setiap detiknya mengirimkan pahala kepada mereka, karena telah mengamalkan hal-hal di atas, yang pastinya merekalah, yaitu para Imam Ma’shum, telah memerintahkan untuk melakukan.

Rijal Muhammad: Betapa agung ajaran Para Imam, pupuk dan pelihara, benci dan dendam.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Tentu saja betapa agungnya ajaran para Imam Ma’shum as ini karena sesuai dengan perintah Allah. Apa anda tidak membaca QS.2:159..??? Allah sendiri yang telah mengajarkan dan melakukannya.

Rijal Muhammad: Yaya.. Pasti Para Imam Ma’shum selalu tersenyum, melihat pecintanya tak bisa memasukkan kecintaan kedalam hati mereka, karena telah dipenuhi murka, cela dan hina. Bahkan mereka rela menyisihkan keteladanan para Imam, demi terlampiaskan dendam yang memang takkan mungkin pernah terbayarkan.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Gunakn akal anda. Sebab agama hanya bagi yang brakal. Jika menyembunyikan kebenaran sudah dilaknat Allah, malaikat & makhluk-makhluk yang dapat melaknat, apalagi membunuh Ma’shumin as sebagai tonggak kebenaran. Jika Allah adalah Tuhan anda , al Qur'an kitab-Nya yang anda imani & Rasul saww adalah Nabi & Rasul-Nya yang anda ikuti (meski anda ingkari Ahlul Bait as), apa anda ingkari QS.2:159?

Rijal Muhammad: Imam 12 yang ma’shum suka melaknat?

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Apa bagi anda Allah adalah Dzat yang Maha Pendendam lantaran Dia menciptakan Neraka Jahanam sebagi tempat siksaan yang Kekal Abadi? Sedangkan kami hanya melaknat sesuai ayat tersebut?

Rijal Muhammad: Sebutkan satu saja, riwayat tentang Imam 12 yang menjadikan laknat kepada para sahabat Nabi Saw, sebagai amalan yang mulia.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Allah Sendiri Melaknat...!! Kenapa..??? Anda keberatan..??? Atau Allah melarangnya sementara Dia Sendiri melakukannya..???!!! Apa dasar keberatan anda itu..???

Rijal Muhammad: Mengapa para Imam Ma’shum tidak melaknat? Padahal Allah melaknat, menurut anda?

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: sudah baca belum QS. Al-Baqarah 2 :159??

Kalau terhadap ayat AlQur’an anda tidak paham & tidak mengimani, mau ngapain anda meminta amalan para Imam 12 as yang jelas anda ingkari??

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Itu menurut anda yang picik kalau Rsulullah saww, Fathimah Az-Zahra as & 12 Imam Ma’shum as tidak melaknat mereka para pembunuh Ma’shumin as..!!! Baca sejarah mereka as..!!

Rijal Muhammad: Kalau begitu silahkan tunjukkan, bahwa Rasul, Fathimah dan Imam 12 melaknat para sahabat melaknat, terutama Abu Bakar dan Umar.

Haidar Dzulfiqar: Baca saja sejarah..!!!

Bagaimana dengan para penentang Imam Ali Bin abi Thalib as dalam perang Jamal, Shiffin, Nahrawan atau prtempuran di Karbala? Siapa yang membunuh & yang dibunuh??

Rijal Muhammad: Imam Ali dibunuh, apakah Al-Hasan dan Al-Husein melaknat pembunuh ayahnya sampai akhir hayatnya? Imam Hasan dibunuh, apakah anak-anaknya melaknat pembunuh ayahnya? Imam Husein dibunuh, apakah Ali Zainal Abidin melaknat pembunuh ayahnya? Imam Ali Assajjad dibunuh, apakah Albaqir melaknat pembunuh ayahnya? Muhammad albaqir dibunuh, apakah Asshadiq melaknat pembunuh ayahnya? Ja’far asshadiq dibunuh, apakah Musa Alkazhim melaknat pembunuh ayahnya? Bila jawabnya ‘ya’ maka tunjukkan riwayatnya.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal : Sudah baca belum sejarah tentang Khutbah Perpisahan Rslullah saww saat Haji Wada di Ghadir Khum? Bacalah, agar anda tahu bagaimana pengkhianatan Abu Bakar & Umar setelah Nabi saww wafat.

Rijal Muhammad: Mana bukti Imam 12 yang ma’shum melaknat Abu Bakar dan Umar?

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Jika anda mau tahu apakah 12 Imam Ma’shum as melaknat mereka atau tidak silahkan anda baca & pelajari do’a-do’a mereka as. Bagaimana anda tahu jika anda tidak mengenal do’a-do’a & ajaran mereka as??

Rijal Muhammad: Kalau begitu sungguh kasihan 12 Imam, karena sepanjang hidup harus mendendam, sedangkan kekhalifahan tetap tak bisa diambil kembali padahal telah di wasiatkan. Sungguh mengenaskan nasib Sang Imam.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Bacalah khutbahnya Imam Ali as dalam kitab Nahjul Balaghah, khutbah “As-Syiqsyiqiyah”. Apa pernyataan Imam Ali as tentang Abu Bakar & Umar?

Anda ini sepertinya banyak sekali kekurangan literatur sehingga anda sangat kurang membaca..!!! Anda yang kasihan karena anda sudah terlalu jauh salah memahami Ahlul Bait as..!!

Rijal Muhammad: Sudah kubakar. Oleh karenanya, 12 Imam Ma’shum mesti dikasihani, karena dada mereka dipenuhi penyakit hati. Semua penduduk dunia sangat faham dengan kehidupan 12 Imam Ma’shum. Karena tidak ada yang mereka lakukan sepanjang hidupnya, kecuali mengajar dan memerintahkan para pecinta dan pengikutnya untuk memelihara dendam dan benci.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Jika Nabi-nabi Allah as sebagai para petunjuk jalan menuju Allah dibunuh semuanya, anda kasihan apa tidak? Siapa yang anda kasihani? Nabi-nabi as itu atau diri anda sendiri dan umatnya?

Rijal Muhammad: 12 Imam Ma’shum menyebarkan Islam dengan cara hujat dan laknat.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Jika Imam 12 as itu sebagai pengajar, pemimpin, petunjuk jalan, pintu ilmu Nabi saww, cahaya penerang dan sebagainya dibunuh, maka diri anda dan umat ini akan sesat. Siapa yang harusnya dikasihani?

Rijal Muhammad: Imam 12 mesti dikasihani, karena tak pernah lewat sedetikpun, kecuali dada mereka dibebani dendam dan benci.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Kami paham, anda adalah orang yang tak pernah merasa kehilangn

Imam 12 as. Sementara kami orang-orang Syi’ah begitu kehilangan..!!! Kami sangat mencintai mereka as, sedengankan anda..???

Imam 12 as itu tidak punya salah dan dosa. Kenapa harus anda kasihani?

Anda yang berlumuran dosa dan berhenti seperti batulah yang layak dikasihani..!!! Melaknat orang yang layak dilaknat, dosakah?

Rijal Muhammad: Ya, anda dan syi’ah memang mencintai Imam 12, sehingga ditiap detiknya anda dan syi’ah mengirimkan pahala untuk 12 Imam Ma’shum dengan cara memenuhi mulut dengan laknat dan menjejali dada dengan dendam kesumat. Betapa bahagianya para Imam 12, karena telah sukses membimbing ummat untuk terus menerus menghujat, melaknat dan mengumpat.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Anda terlalu berbelit-belit, dipersoalkan laknat dan dendam. Sementara anda tidak bisa menjawab soal laknat Allah dan “dendam” Allah yang saya tanyakan lantaran Allah menciptakan neraka jahanam..?! Tolong dijawab..!!

Rijal Muhammad: Tahukah anda bahwa Islam tersebar kepenjuru dunia, hanya dengan mendendam, marah dan murka, serta laknat dan hujat? Dan itu semua diajarkan oleh 12 Imam Ma’shum.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Anda juga tidak bisa jawab soal laknat dan “dendam” para malaikat & makhluk-makhluk yang dapat mlaknati orang-orang yang menyembunyikan kebenaran sebagaimana dalam QS.2:159. Siapa makhluk-makhluk yang dimaksud ayat tersebut?

Anda semakin bodoh saja. Apa anda pikir ajaran Ahlul Bait as hanya sebatas laknat & bara’ah terhadap musuh-musuh Allah, Rasul-Nya saww dan Ahlul Bait as dan tidak ada ajaran-ajaran lain?

Rijal Muhammad: Imam 12 yang Ma’shum adalah manusia yang sepanjang hidupnya tertekan, karena menyimpan dendam dan tidak memiliki amal kebajikan, kecuali laknat dan hujat kepada dua khalifah orang-orang beriman.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Apa anda tidak baca berapa ribu murid-muridnya Imam Ja’far As-Shadiq as yang salah satunya adalah Nu’man alias Abu Hanifah yang menjadi salah satu dari 4 imam madzhab fiqih di Sunni?

Rijal Muhammad: Tentu, dan ribuan murid Imam Ja’far semuanya pandai melaknat. Dan Imam Abu Hanifah yang terhebat.

Haidar Dzulfiqar: @Rijal: Kenapa anda tidak sakalian saja katakan kalau Allah lebih tertekan lagi sampai Dia SWT harus mencipta Neraka Jahanam untuk menyiksa hamba-hambaNya yang Dia ciptakan Sendiri. Kasihan ya Allah..???

@Sinar Agama: Maaf, ustadz. Jika saya sudah banyak bicara padahal ada Anda sebagai ustadz yang berilmu. Saya hanya membela keyakinan saya pribadi sebagai Syi’ah (meski belum hakiki) dihadapan wahabi 1 ini.

Rijal Muhammad: Imam 12 dan Tuhan mereka berarti tertekan.

Sinar Agama: @Rijal: Kamu berkata: Alangkahkah indahnya jawaban anda. Imam Ali tidak menjadi Khalifah pertama, karena pilihannya. Karena Imam Ali bisa untuk menjadi yang pertama. Imam Hasan diracun karena pilihannya. Karena jika Imam Hasan lebih waspada pasti bisa. Imam Husein Syahid di Karbala, dengan membawa keluarga, tua dan muda, itupun karena pilihannya. Seandainya beliau mau menghindar, pasti keluarganya takkan terhina. Ali assajjad tentu takkan dibelenggu. Zainab dan Sukaynah tentu tidak akan dipermainkan tangan-tangan musuh ayah, kakek, dan datuknya. Sungguh agung pilihan Imam Husein yang mengakibatkan anak-cucunya terhina, ditindas dan diperjual-belikan seperti budak. Ketahuilah, bahwa:

(1). Terlihat sekali kamu ini semakin mengasihani. Karena akal yang diberikan Tuhan kepadamu, bukan hanya tidak kamu pakai, tapi malah dibolak balik tidak karuan. Bagaimana kamu nanti akan menghadapi Tuhanmu kalau sudah mati?

(a). Yang kuterangkan itu adalah ikhtiar dari semua pihak. Jadi jangan melihat satu pihak. Artinya pembunuh dan yang dibunuh adalah sama-sama ikhtiar dan sama-sama akan dimintai tanggung jawab.

(b). Ketika imam itu maksum as, sudah pasti akan melakukan kewajibannya, bukan menghindar dari bahaya. Apalagi bahayanya itu adalah kesyahidan. Kenapa ada orang maksum menghindari kebenaran perjuangan dengan harta, nyawa dan keluarga, hanya karena ingin menghindari kesyahidan dan penderitaan yang telah dikabarkan sebelumnya?

(c). Berita dari Nabi saww itu kehormatan. Berita tentang kesyahidannya dan ketertindasan keluarganya karena akan disandra dan dirantai. Semua itu kehormatan, bukan kehinaan, kecuali bagi yang akalanya terbalik dan ingin hidup gemuk di dunia ini tanpa melakukan usaha perubahan bagi keterselewengkannya agama oleb Bani Umayyah dan antek-anteknya.

(d). Orang yang menghidar dari penderitaan jihad demi menghindari berita ghaib, adalah paling pecundangnya orang. Apakah Nabi saww memberitakan bahwa kesyahidan itu tidak ada dan derita sandraan dan rantaian itu kehinaan yang harus ditinggalkan dan dihindari? Betapa akalnya nyungsep yang memahami seperti itu. Nabi saww itu justru bangga dan manangisi semua derita yang akan diamali al-Husain as dan keluarganya, karena semua itu adalah derita demi agama.

(e). Betapa tidak akalmu nyungsep, Nabi saww yang memberitakan syahidnya imam Husain as sebagai syahid dan kemuliaan, kamu malah menyalahkan imam Husain as yang terus maju demi agama. Sementara itu malah menutup matamu itu dari perbuatan para sahabat yang telah membunuh imam Husain as dan merantai para ahlulbaytnya.

Betapa akalmu itu mengeluarkan bau busuk, ketika yang keluarga Nabi saww yang dibunuh dan dirantai dikatakan hina sementara yang membunuh dan merantai kamu mengelapi sepatunya yang berlumur darah imam Husain as itu dan kamu memijat tangan-tangan mereka yang kelelahan habis merantai keluarga Nabi saww.

(f). Betapa akalmu itu tidak masuk, ketika mengatakan bahwa imam Ali as dengan ikhtiarnya sendiri tidak menjadi imam dan khalifah pertama. Tidak ada yang lebih nyungsep dari kepahamanmu yang penuh kerancuan atau bahkan kesengajaan ini.

Ikhtiar dalam suatu pertikain itu dilihat dari kondisi yang dihadapinya. Kalau imam Ali dikhianati dan dikudeta dan tidak ditolong oleh sahabat yang lain, maka apa yang bisa dilakukan? Sementara Nabi saww sudah mengatakan bahwa kalau ada yang membantu, maka lawan dengan pedang tapi kalau tidak, maka bersabarlah. Nah, mengikhtiari kesabaran setelah dikhianati, bukan pilihan yang menunjukkan kebenaran para pengkudetanya. Sungguh seburuk-buruk berfikir adalah berfikirmu. Persis seperti jaman jahiliyyah yang mengatakan bahwa Nabi saww adalah penyebab matinya orang-orang di medan perang karena Nabi saww yang membawa mereka ke perang dan syahid.

Atau persis seperti berfikirnya Amr bin ‘Ash, ketika Nabi saww mengabarkan bahwa Ammar Yaasir akan dibunuh kelompik yang sesat, lalu ketika Ammar Yasir syahid di barisan imam Ali as ketika menghadapi Mu’awiyyah, hingga orang-orang bodoh yang sempat terpengaruh dengan Mu’awiyyah menjadi ragu-ragu untuk terus membantu Mu’awiyyah, lalu Amr bin ‘Ash mengusulkan kepada Mu’awiyyah untuk mengumumkan ke semua bala tentaranya bahwa yang membunuh Ammar itu adalah imam Ali as karena imam Ali as yang membawanya ke medan perang yang sudah tentu saling bunuh.

Hiruk pikuk penipuan dan kebodohan lebih pekat pengkaburannya dari debu-debu yang berterbangan dari ribuan kaki kuda yang saling berperang. Karena itu imam Ali as mengakatan, kalau aku yang membunuh Ammar, maka Rasulullah saww yang membunuh sayyiduna Hamzah ra.

Cara berfikirmu ini, benar-benar mengingatkanku kepada kaum jahiliyyah dan penipuan Amr bin ‘Ash itu.

(g). Sabarnya imam Ali as dan terus berjuangnya imam Husain as yang mengorbankan semua keluarganya, bukan menunjukkan kesalahan mereka atau apalagi kehinaan, tapi justru menunjukkan betapa mereka orang-orang yang tidak pernah menoleh ke dunia fana ini dan selalu siap mengorbankan apa saja demi Allah. Karena itu, semuanya adalah kemuliaan bagi mereka as.

(h). Sabarnya imam Ali as dan terus berjuangnya imam Husain as yang mengorbankan semua keluarganya, bukan pula tanda kebenaran bagi lawan-lawannya. Artinya, bukan berarti kudeta Abu Bakar itu benar, pembantaian Yazid dan penyandraannya itu benar. Bukan seperti itu, kecuali bagi orang-orang yang memang akalnya nyungsep dan tidak dipakai dan memusuhi keluarga Nabi saww yang disucikan di QS: 33: 33.

(i). Karena itu, mengamalkan yang lain dari yang mereka lakukan itu tanda bagi kepengecutan yang nyata yang hanya ingin gemuk dan rela agama ini dicerca dan diselewengkan.

(j). Karena itulah, maka dalam filsafat perjuangan imam Husain as yang dikatakan bahwa darah menang di atas pedang, diterangkan bahwa tanpa semua anggota keluarganya itu, maka imam Husain as tidak akan menang. Artinya, kalau imam Husain as syahid sendirian tanpa semua instrumen-instrumen dari keluarganya itu, maka beliau as akan syahid seperti imam Ali as yang jangankan merubah keadaan, tidak dipestai oleh Bani Umayyah sudah untung. Memang imam Ali as syahid pada waktunya sendiri dimana kalau imam Husain yang menjadi imam pada waktu itu, juga akan seperti itu. Karena pengrusakan agama dan rendahnya moral muslimin belum sampai ke titik hancur. Tapi ketika di jaman imam Husain as, dimana pemabok sudah menjadi khalifah Nabi saww dan duduk di mimbar kepemimpinan muslimin, dan dimana masyarakatnya sudah sampai ke titik hancur tak tersisa (karena sudah menerima hal seperti itu, seperti kamu ini), maka sudah jelas, mati biasa dan sendirian tidak akan bisa merubah peradaban Islam yang sudah sampai ke titik hancur itu.

(k). Karena itulah, maka semua keluarga imam Husain as dibawanya. Tapi bukan untuk disajikan ke serigala-serigala agama dari umat kakeknya yang sudah memberitahukan kepadanya semasa hidupnya. Tapi demi ikhtiar karena diundang dan belum dikhianati. Artinya, imam Husain as membawa keluarganya karena untuk pindah ke Kufah dan memimpin masyarakat yang mengundangnya. Jadi, bukan untuk berperang dan terbunuh dan keluarganya untuk tersandera. Bukan seperti itu, kecuali kalau akal yang melihat masalah ini sudah sakit parah.

Karena itu, imam Husain as membawa keluarganya karena dari Makkah melakukan haji dan di Makkah diundang ke Kufah untuk memimpin. Nah, sudah tentu akan membawa keluarganya, karena mau meminpin umat yang mengundangnya. Masak benar keluarganya ditinggal di Makkah.

(l). Nah, ketika imam Husain as dikhianati, dengan terbunuhnya utusan beliau as, yakni Muslim bin ‘Aqil di Kufah oleh orang-orangnya Yazid yang pasukannya sampai duluan dan telah membuat orang-orang pecundang Kufah itu bertekuk lutut, maka imam Husain as sudah diperjalanan dan dekat dengan Kufah, yaitu di tempat yang bernama Zubaalah.

(m). Walau Muslim bin ‘Aqil terbunuh, situasi belum tentu tidak bisa diharapkan sama sekali. Karena, bisa saja, orang-orang Kufah tetap menunggunya. Karena itu, sambil mengirim utusan-utusan yang lain, imam Husain as meneruskan perjalanannya.

(n). Keyakinan terhadap pengkhianatan orang-orang Kufah itu, baru didapat ketika sudah bertemu dengan pasukan Yazid yang dipimpin oleh Hur. Dan ketika itu, Hur sudah memberi 2 ultimatum: Perang atau Tidak boleh balik ke Madinah dan tidak boleh terus ke Kufah sampai datang perintah atasannya (gubernur Kufah dari pemerintahan Yazid) dan mengambil jalan yang tidak ke keduanya itu.

(o). Imam Husain as memilih yang ke dua, akhirnya mengambil jalan yang tidak ke Madinah dan tidak pula ke Kufah, sambil diikuti pasukan Hur yang menunggu perintah berikutnya.

(p). Nah, pada akhirnya kuda imam Husain as tidak mau jalan, begitu pula walau sudah ganti kuda. Disitulah imam bertanya, nama tempat tersebut. Dan ketika dikatakan bahwa Karbala, maka imam Husain as menarik nafas dalam-dalam dan berkata: “Disinilah kita akan dicincang- cincang, kita berkemah disini”. Begitulah sampai datangnya petintah baru ke Hur yang diiringi ribuan pasukan lagi, yaitu untuk membunuh imam Husain as, karena diperintah Yazid yang mana memang dari awal gubernur Kufah mendapatkan perintah itu dari Yazid karena memang Yazid sudah diwasiati Mu’awiyyah dalam surat wasiatnya yang sangat terkenal di kitab-kitab sejarah sunni dan syi’ah itu.

(q). Nah, sesuai dengan perintah agama yang bersandar pada lahiriah dan keadaan yang nyata (bukan kasyaf atau berita ghaib), maka imam Husain as sudah melakukan yang setepatnya dan seIslamnya. Karena kalau memakai berita kakeknya yang mulia Rasulullah saww, maka sudah tentu akan ditertawakan manusia sedunia. Karena belum khianat kenapa sudah menghindar. Belum ada pengkhianatan yang menyeluruh di Kufah kenapa sudah balik ke Madinah atau kenapa ini dan itu.

(r). Dengan semua penjelasan itu, maka dapat diketahui bahwa syahidnya imam Husain as, dirantainya imam Ali bin Husain as dan dirantainya semua kelurga Nabi saww, menandakan kemulian mereka ra, bukan kehinaan. Dan menunjukkan kehinaan itu justru ada pada bani Umayyah.

(s). Bukti kemenangan imam Husain as dan para keluarganya yang dirantai itu, adalah tetap langgengnya ajaran Islam yang mengajarkan adanya jalan lurus yang tidak salah sedikitpun itu (shiratulmustaqim). Yaitu dengan keimanan terhadap adanya imam maksum yang ilmu Islamnya lengkap 100% dan benar 100%. Tidak seperti golongan lain yang mengaku jalan lurus, tapi ingkar dan kafir terhadap keberadaan imam maksum. Nah, kenapa bisa yakin pada adanya jalan lurus tapi tidak ada keyakinan terhadap kemaksuman siapapun. Terus kalau begitu, jalan lurus itu apa artinya?

(t). Karena itu sudah sangat benar Nabi asww yang bersabda di hadits-hadits sunni, dengan sabdanya: “Husain itu dari aku, dan aku dari Husain.”

(u). Alhamdulillah, walaupun keluarga Nabi saww itu disandra, tapi tidak ada yang sampai dihinakan dengan penghinaan yang sangat-sangat bisa mencabik kehormatan sebagai wanita. Ini adalah pertolongan Allah yang Maha Bijaksana. Harta dan nyawa serta khilafah yang syah, bisa dikorbankan kalau pengkudetanya dibantu kebanyakan muslimin dengan ikhtiarnya sendiri, tapi penghinaan kehormatan wanita ahlulbait tidak bisa dikompromikan. Karena itu, Tuhan menolong mereka hingga tidak sampai ke batas-batas yang melampaui dan tidak menyisakan sedikitpun kehormatan. Karena itu, mereka tidak sampai diperjualbelikan, tidak sampai diambil sebagai istri atau budak. Alhamdulillah. Tinggal kita lihat nanti di akhirat siapa yang menang dan siapa yang kalah dan terhina.


(2). Dengan semua itu, maka tidak selayaknya kamu berkata seperti ini: Ternyata, semua pilihan para Imam, semenjak Imam Ali sampai Al-Mahdi, hanya menghasilkan kebencian, dendam, marah dan caci-maki. Dan orang-orang yang mengaku sebagai pecinta merekalah sebagai bukti.

Karena sudah jelas, bahwa pilihan-pilihan mereka itu sudah benar dan islami. Kenapa bisa yang terbunuh dikatakan menyebabkan kebencian, sementara pembunuhnya disemir sepatunya dan tidak boleh dibenci. Kenapa bisa yang memilih Islam dan kesyahidan dikatakan sebab kebencian dan semacamnya, tapi yang memilih dan mengikhtiari kudeta dan membunuh serta merantai para wanita Ahlulbait itu, malah disemir sepatunya dari debu-debu dan darah- darah mereka serta tidak boleh dibenci dan mungkin dikatakan sebagai penyebab persatuan dan kasih sayang???

Nah, ini namanya akal yang sempit.

Sungguh aku malu harus mengatakan ini, bahwa yang menyebabkan kebencian, perpecahan dan dendam itu adalah mereka para pengkudeta dan pembunuh Ahlulbait Nabi saww itu. Aku malu mengatakan ini , karena kesangatjelasannya. Tapi karena akalmu sepertinya ada masalah, maka hal yang mudah inipun harus saya katakan.


(3). Dengan semua penjelasan itu pula, maka sudah jelas, bahwa jangankan membenci, tapi memerangi pemerang dan pembunuh para imam maksum as adalah bukan hanya benar dan ajaran ahlulbait as, tapi benar-benar ajaran Islam. Karena itu, dalam Islam dikenal dengan Tawalli dan Tabarri, yakni membela kebenaran Islam dan membenci pembenci dan pemerangnya, walau memakai nama Islam sekalipun.

Wassalam bagi yang menerima petunjuk.

Rijal Muhammad: Bila musuh ahlil bait, anda katakan “ikhtiar mereka”, giliran para Imam, anda katakan “melakukan kewajibannya”. Bukankah para musuh Imam juga telah melakukan kewajiban mereka, karena itulah yang ditetapkan Tuhan.


Sinar Agama: @Rija(Rijal):

(1). Nah, sekarang ketika sudah sama-sama ikhtiar, lalu apa yang menjadi landasan para musuh Ahlulbait as itu memerangi dan membunuh Ahalulbait Nabi saww sementara Tuhan mewajibkan kita semua bershawalat pada mereka dalam setiap shalat sebagai Aalu Muhammad? Sementara di hadits-hadits sunni seperti di shahih Muslim dan kitab-kitab lainnya yang sampai diriwayatkan oleh puluhan orang sahabat di riwayat sunni bahwa Nabi saww bersabda: “Kutinggalkan dua perkara yang berat, Qur'an dan Ahlulbaitku”?? Sementara Tuhan dalam QS: 33: 33, mengumumkan kemaksuman mereka Ahlulbait dari segala dosa?? ...dan seterusnya dari perintah-perintah Tuhan dan Nabi saww yang mewajibkan kita menghormati dan taat pada mereka Ahlulbait yang maksum itu??!! Karena itulah kita katakan bahwa semua pilihan mereka as itu sesuai dengan perintah agama, karena mereka maksum. Nah, ketika pilihan mereka itu pasti sesuai agama, maka sudah jelas bahwa pilihan dan ikhtiar semua lawan-lawan mereka itu adalah sesat dan menjerumuskan mereka dan yang membela mereka dalam kesesatan.

(2). Orang seperti kamu memang wajib mempertanyakan dan menyangsikan kemaksuman para Ahlulbait as, karena kamu tidak punya pengetahuan agama sedikitpun. Jangankan tentang syi’ah, tentang sunni saja tidak tahu sama sekali. Tentang orang yang kamu shalawati dalam shalatmu saja kamu tidak tahu. Nah, hanya orang nyungsep seperti kamu yang akan mempertanyakan kemaksuman orang-orang yang Tuhan sendiri menyatakan kemaksumannya di QS: 33: 33 itu.

(3). Laknat/protes dan hujat, sudah pasti harus diajarkan, karena ia adalah sikap yang tepat dalam menghadapi kesesatan. Dan ini bukan sembarang kesesatan, tapi pembunuhan terhadap Ahlulbait Nabi saww. Bayangin Semua keluarga Nabi saww dianiaya, diserang dan dibakar rumahnya sejak dari jaman hdh Faathimah as, imam Ali as sampai ke imam ke 11 as. Semua mati dibunuh oleh orang-orang yang mengatasnamakan dirinya muslim dan umat Nabi saww. Mana bisa kita mengaku umat Nabi saww dan hamba Tuhan, sementara Ahlulbait Nabi saww yang dimaksumkan Tuhan dibantai sampai ke akar-akarnya di setiap generasinya. Kalau Allah tidak meng-ghaib-kan imam Mahdi as, maka beliaupun akan dibunuh juga.

Adakah kesesatan dibanding dengan membunuh keluarga Nabi saww yang suci di Karbala, lalu kepalanya dan kepala keluarganya ditancapkan di tombak-tombak dan dijadikan iring- iringan dari Iraq ke Suriah kemudian mulut suci imam Huasain as itu ditusuk-tusuk dengan potongan kayu di depan ribuan orang, sementara mulut itu adalah tempat Rasulullah saww sering menciumnya??

(4). Jadi yang diajarkan para imam as itu bukan dendam, tapi sikap yang wajar dan seharusnya supaya kita sendiri tidak sesat. Mana mungkin membela kebenaran yang dibawa orang maksum, tapi juga membela yang membunuhnya? Artinya, mana yang harus kita pegangi kebenaran atau kebatilan? Artinya, ajaran siapa yang harus kita pegangi? Karena semua mereka itu juga bukan hanya meriwayatkan hadits Nabi saww, tapi bahkan banyak mencipta hadits palsu. Nah, kalau imam mengajarkan kepembelaan pada Ahlul bait adalah sesuai yang diajarkan Tuhan yang memerintahkan kita mengikuti yang maksum. Begitu pula, ketika imam mengajarkan kecaman pada kebatilan, juga merupakan ajaran yang benar dan demi diri kita sendiri. Karena dengan mengecap kebatilan itu, maka kita tidak akan masuk ke dalamnya dan di akhirat akan berlumur darah seperti mereka karena kita telah membelanya. Begitu pula, kalau kita mengecam kebatilan itu, maka sudah pasti kita tidak akan terjebak dengan kebatilan-kebatilannya walaupuan mereka mengatasnamakan Nabi saww dalam hadits- hadits palsu yang mereka buat. Jadi, yang diajarkan para maksumin itu bukan ajaran tengkar bertengkarnya anak-anak kecil karena berebut permen, tapi demi untuk menyelamatkan diri kita sendiri dari kesesatan-kesesatan itu dan kembali ke jalan lurus yang dibawa imam maksum as tersebut.

(5). Dengan semua ini, maka jelas bahwa keberdarahan hati para maksum as, sampai-sampai imam Ali as di Nahju al-Balagah mengatakan bahwa, belaiu as hidup bagai yang ada tulang di tenggorokannya (yakni tidak bisa makan dengan enak), dan bagai orang yang matanya ada pasirnya (yakni tidak bisa membuka dan melihat situasi Isam dengan nyaman). Tahukan kamu mengapa Ahlulbait yang maksum as itu hidup seperti itu? Karena Islam ini sudah dicabik- cabik dan muslimin sendiri yang mencabik-cabiknya dan sering juga atas nama Nabi saww dengan hadits-hadits palsunya itu (sudah pernah saya tulis tentang hadits-hadits palsu ini sebelumnya).

Jadi, dendam mereka as itu bukan karena diri mereka sendiri, tapi karena Islam yang telah jauh berubah dan dirubah dimana mereka tidak bisa banyak berbuat karena hanya didengar oleh syi’ah-syiah mereka. Karena itulah di hadits-hadits sunni Nabi saww bersabda bahwa yang selamat itu adalah imam Ali as dan syi’ah-syiahnya (pengikut-pengikutnya). Hal itu bukan karena mencintai saudara yang dicintainya itu, bukan. Tapi karena kalau ikut imam Ali as, maka ikut Islam yang benar dan maksum.

Jadi, masalah-masalah perasaan seperti cinta Ahlulbait as dan benci musuh-musuh mereka, hanya sebuah perantara biasa yang muncul dari hati dan fitrah manusia biasa, tapi mengarah kepada ajaran dan kebenaran agama. Inilah makna cinta/ tawaali dan benci/tabarri dalam ajaran Islam yang dibawa imam maksum Ahlulbait as.

Rijal Muhammad: Anda benar. Dan bukankah 12 Imam Ma’shum menganjurkan dan mempraktek- kan mut’ah?

Lalu berapa orang wanita yang telah mereka mut’ah?

Dan bukankah para Istri 12 Imam Ma’shum melakukan mut’ah?

Berapa kali para istri Imam melakukan mut’ah, dan dengan siapa saja mereka telah melakukan? Supaya para syi’ah dan orang-orang yang mengagumi mereka dapat meneladani..

(6). Nah, karena itu maka ikutilah kebencian dan kemarahan yang diajarkan imam maksum itu, tapi karena Allah, bukan karena permen. Tapi karena kita mencintai Allah, Islam dan menghargai dakwah Nabi saww hingga kita tidak akan merubahnya. Dan, karena itulah maka kebencian ini adalah ajaran Islam. Karena sudah pasti kita diwajibkan untuk membenci orang-orang yang merubah ajaran Islam dari yang maksum kepada yang menyimpang, apalagi sebabnya hanya keduniaan (permen) hingga tega-teganya memerangi maksum dan merubah ajaran Nabi saww hingga sampai sekarang sulit dipersatukan dan sepanjang sejarah menelan korban ribuan orang muslim.

Bayangkan.. Di perang jamal saja, yaitu dimana yang satu dipimpin imam maksum dan yang lainnya dipimpin Aisyah, menelan korban puluhan ribu sahabat dan taabi’iin. Di muruuju al- dzahab (sejarah sunni) sampai dikatakan 110.000 orang yang terbunuh.

Nah, karena itulah saya katakan di atas sebelum ini, bahwa Nabi saww yang mengurai kejadian yang akan terjadi itupun tidak bisa berbuat apa-apa selain menasehatinya, karena memang belum melakukannya. Dan sudah tentu, kami-kami bukan mau melimpahkan kesalahan orang pada ‘Aisyah dalam pembunuhan puluhan ribu orang itu, karena memang dia yang membunuhnya, karena dia yang memimpinnya.

Tapi imam Ali as, sudah pasti tidak bersalah, karena beliau as adalah imam maksum dan juga khalifah yang syah bagi sunni, dan selalu khalifah bagi syi’ah (baik punya pemerintahan atau tidak).

Saya sendiri sampai miris melihat kitab Muruuju al-Dzahab itu, yakni ketika mengatakan 110.000 orang terbunuh di perang Jamal itu. Ya akhi, rasa protes dan tidak suka ini, bukan karena urusan permen. Tapi puluhan ribu shahabat dan tabi’iin yang terbunuh dan Islam yang jadi korban, karena sudah pasti stensilan hadits-hadits akan bermunculan di sana untuk menghalalkan darah yang benar dan mendukung kebatilannya.

Itu baru dalam satu peperangan antara sahabat dengan sahabat lainnya. Belum lagi waktu di jaman Abu Bakar yang berani menyerang rumah siti Faathimah binturrasul as, begitu pula jendralnya yang diutus ke penyerangan Bani Tamim, telah berani membakar hidup-hidup beberapa orang sahabat di depan umum. Belum lagi korban-korban lainnya, seperti perang imam Ali dan Khawarij, perang imam Ali as dan Mu’awiyyah, perang imam Husain as dan Yazid, perang Mukhtar ra dan Yazid Bani Umayyah).

Nah, sikap benci kepada kebatilan itu, jelas akan mengeluarkan diri kita dari bahaya dosa-dosa besar yang tidak kepalang tanggung besar dan banyaknya itu (pembunuhan puluhan ribu orang). Karena kalau kita rela, maka kita pasti akan kebagian dosanya. Itulah arti kebencian kepada kebatilan dalam Islam. Yakni berarti kita tidak rela kepada kebatilan itu dan, berati kita tidak ikut tanggung jawab terhadapnya. Tapi kalau kita rela, maka sudah tentu akan mendapat bagian dari dosa itu, karena kita telah mendukungnya.

Kalau kamu tahu Qur'an, maka banyak sekali ayat yang mengatakan bahwa para Yahudi/ Nasrani (QS: 2: 89):

“Ketika dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kepada -kitab- yang telah diturunkan Allah -Qur'an.’

Mereka berkata: ‘Kami hanya mengimani -kitab- yang turun kepada kami dan tidak kepada yang lainnya.’ Padahal kitab ini -Qur'an- adalah kitab yang hak dan menguatkan apa-apa yang ada pada diri mereka. Katakan -Muhammad: ‘Tapi mengapa kalian membunuh para nabi-nabi Allah dari sejak dulu, kalau kalian memang beriman?’.”

Coba perhatikan, kapan orang-orang ahlulkitab yang ada di jaman Nabi saww itu pernah membunuh para nabi? Karena nabi Isa as saja 500 th sebelum nabi Muhammad saww? Tapi mengapa Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah pembunuh-pembunuh para nabi? Semua itu tidak lain, karena mereka mendukung dan mengikuti ajaran orang-orang yang telah membunuh para nabi di jaman para nabi itu sendiri.

Jadi, kalau kamu mendukung kebatilan yang memerangi para maksum dimana telah jatuh korban puluhan ribu sahabat dan tabi’iin itu, maka kamu akan ikut ke dalam dosa-dosa itu karena telah membela dan mengikuti ajarannya.

Karena itulah, kebencian kepada kebatilan itu adalah ajaran Islam, sebab kalau tidak, maka kita akan mendapat dosanya kebatilan tersebut, sementara kita juga tidak pernah mendapat permennya.

Kalau kita diberi uang oleh partai-partai tertentu, atau raja-raja tertentu untuk mendukung kebatilannya, masih mending. Artinya setidaknya di dunia ini kita dapat sedikit cipratan kenikmatan dunia, walau nanti di akhirat akan menderita.

Tapi kalau seperti kamu ini, dan tidak mau taubat, maka di dunia sudah tidak dapat apa-apa, sementara di akhirat akan mendapat dosanya pembunuhan puluhan ribu muslimin yang diantaranya adalah puluhan ribu sahabat dan tabi’in. Karena itu ya akhi, kalau tidak tahu, lebih baik diam. Bertanya dan memakai Qur'an, hadits dan akal, adalah jauh lebih baik dari merasa tahu tapi tidak tahu apa-apa.


Rijal Muhammad: Sungguh agung ajaran Syi’ah. Oleh karenanya saya mulai tertarik dan ingin meneladani para Imam Ma’shum. Berapa kali setiap Imam dari 12 Imam Yang Ma’shum telah melakukan mut’ah? Dan siapa saja perempuan yang mendapatkan kemuliaan tersebut? Tentunya para Istri Imam Ma’shum tidak ingin ketinggalan mendapatkan pahala mut’ah. Berapakali para Istri Imam telah nikah mut’ah? Dan siapa saja lelaki yang berutung dapat mut’ah dengan Istri Imam Ma’shum. Bukankah Wahabi dan Ahli Sunnah layak kita laknat? Lalu dengan cara apa mengajak mereka untuk dapat bertobat dan memeluk Syi’ah? Apakah juga dengan cara melaknat?

Saya ingin bertobat dengan masuk Syi’ah. Adakah pencerahan dengan jawaban dari pertanyaan saya?

Saya ingin bertobat dan masuk syi’ah, apakah 12 Imam Ma’shum menerima? Bukankah saya telah berikhtiar dengan pilihan saya?

Salahkah saya bila ingin mut’ah? Bukankah 12 Imam Ma’shum mencontohkan dan sangat menganjurkan?


Fatimah Zahra: Sangat menganjurkan? Mut’ah itu diciptakan Tuhan agar orang tidak zina. Kamu pilih mana?

Tolong dirubah kata sangat dianjurkan itu dan yang menerbitkan hukum tentang mut’ah bukan para imam, tapi Tuhan.

Rijal Muhammad: Oya? Tapi bukankah mereka telah mencontohkan?


Fatimah Zahra: Ada buktinya? Mencontohkan apa sama dengan sangat menganjurkan. Perlu diingat dan catat dalam ingatan memori jangka panjangmu. Mut’ah adalah sesuatu yang halal. Kenapa dipertanyakan terus? Saya perhatikan komentmu yang jauh dari kesan nyambung, dari objek satu langsung loncat ke objek mut’ah. Apakah seperti ini metode diskusi orang yang berpikir dan berakal??

Rijal Muhammad: Anda marah? Bila tidak dicontohkan para Imam bagaimana bisa di praktekkan?

Fatimah Zahra: Saya rasa kamu tidak bermaksud belajar. Ketahuan sekali dari caramu.

Rijal Muhammad: Bukankah Nabi ketika ditanya dengan tujuan menguji, beliau tetap melayani? Demi masuknya hidayah kepada orang yang sedang beliau hadapi?

Fatimah Zahra: Wow..!! Luar biasa nih orang. Ternyata dia menguji kita..!!!

Rijal Muhammad: Bukan, saya ingin bertobat dan ingin masuk syi’ah

Sinar Agama: @Rijal: Kamu kenapa tambah mabuk dan mengunci akalmu lebih rapat lagi dengan tulisanmu ini:

Sungguh agung ajaran Syi’ah. Oleh karenanya saya mulai tertarik dan ingin meneladani para Imam Ma’shum. Berapa kali setiap Imam dari 12 Imam Yang Ma’shum ... telah melakukan mut’ah? Dan siapa saja perempuan yang mendapatkan kemuliaan tersebut? Tentunya para Istri Imam Ma’shum tidak ingin ketinggalan mendapatkan pahala mut’ah.

Berapakali para Istri Imam telah nikah mut’ah? Dan siapa saja lelaki yang berutung dapat mut’ah dengan Istri Imam Ma’shum. Bukankah Wahabi dan Ahli Sunnah layak kita laknat? Lalu dengan cara apa mengajak mereka untuk dapat bertobat dan memeluk Syi’ah? Apakah juga dengan carak melaknat? Mohon beri faidah.

(1). Imam maksum as pernah mut’ah atau tidak, itu bukan urusanmu. Karena ajaran mut’ah itu ada di Qur'an dan di hadits Rasul saww (yang ada di sunni dan syi’ah) dan juga ada di hadits para imam maksum as.

(2). Yang bisa mut’ah walau sudah ada keluarga itu hanya suami, tapi istri mana bisa mut’ah dengan orang lain? Apakah kalau kamu menghalalin kawin permanen terus istri kamu bisa dikawin orang lain ketika ia masih menjadi istrimu?

(3). Yang harus dilaknat itu adalah para pembunuh Ahlulbait as, dan pembunuh muslimin (seperti wahabi Saudi dan para terorist dunia). Sedang sunni, kalau mereka terlihat beberapa sahabat yang menzhalimi Ahlulbait as, hal itu disebabkan karena ketidaktahuan mereka, jadi tidak layak dan tidak boleh dilaknat.

Kamu kalau ingin tahu syi’ah itu, tanya ke orang syi’ah, jangan tanya dan mengambil info dari orang sebelah.


Rijal Muhammad: Salahkah saya ketika ingin meniru dan meneladani Imam Ma’shum untuk mut’ah? Jadi saya tidak boleh masuk syi’ah?


Sinar Agama: @Rijal: Mau masuk syi’ah atau tidak, itu juga urusanmu. Syi’ah tidak butuh siapa- siapa karena ia adalah ajaran yang benar sekalipun kalau tidak diikuti satu orangpun di dunia ini. Tapi yang menjadi masalah, kalau kamu mau bersosial dengan orang lain, maka sudah sepatutnya menggunakan cara-cara yang wajar, seperti dialog dan berbicara yang wajar. Jangan bicara tanpa dalil tidak jelas. Kalau bicara Islam, nah, pakai dalil Qur'an dah hadtis serta akal yang sehat (dalil) hingga bisa memahami keduanya dengan benar atau lebih baik.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar