Tampilkan postingan dengan label Nabi Adam as. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nabi Adam as. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Mei 2021

Perkawinan Sedarah Anak Adam


Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326165770761559/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:10


Inu Hedra: Afwan,,,,,, Ustadz. Sebelumnya ana mau bertanya :

Manusia pertama kali diciptakan adalah Nabi Adam dan Siti Hawa. Nah Pertanyaannya adalah.......

Bagaimanakah Anak Cucu Adam itu berkembang biak sampai sekarang ini, sedangkan Pernikahan sedarah adalah Haram dan itu sudah ketentuan ALLAH Ta’ala ......?? Mohon solusinya...

Selasa, 10 Desember 2019

Mengaku Lebih Tua dari Nabi Adam as dan Cara Menanggapinya


Seri tanya jawab Zaranggi Kafir dengan Sinar Agama
October 25, 2013 at 3:36 pm


Zaranggi Kafir mengirim ke Sinar Agama: (12-4-2013) Salam lagi ustadz, ini pertanyaan boleh ustadz tanggapi boleh juga kagak, agak berbau intermezzo aje ustadz: gimane ustadz melihat fenomena si eyang subur yang lagi marak diperbincangkan di Indonesia ini yang katanye dia sebenarnye lebih tua umurnye dari nabi adam as, terus katenye si eyang subur bisa mengerahkan jin piaraannye demi kepentingannye, apakah sisubur kagak takut syirik ustadz? Hehehehe afwan lagi nich ustadz :-)

HenDy Laisa, Zainab Naynawaa, Okki Deh dan 2 lainnya menyukai ini.


Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1- Kalau maksud pertanyaannya adalah perihal yang ia rasakan, apakah ia takut syirik atau tidak, maka wallaah ana nggak tahu.

2- Tapi kalau kita sebagai orang Syi’ah yang bertanya, maka sudah semestinya tidak bertanya seperti itu. Karena pertanyaan antum itu, alaa wahabi he he....yang sembarang-sembarang syirik.

3- Mengaku lebih tua dari nabi Adam as dan mengaku bisa mengerahkan jin, tidak ada hubungannya dengan syirik, tapi keduanya itu berhubungandengan bohong atau jujur, sombong atau tidak, ngaco atau tidak, .........................dan seterusnya....yang kesemuanya itu, maksimalnya adalah dosa selain dosa syirik.

4- Memang, karena semua dosa itu syirik sekalipun hanya melihat yang bukan muhrim, maka dosa di atas itu bisa dimasukkan ke dalam syirik. Tapisyirik ini, bukan syirik yang mengeluarkan seseorang dari iman, tapi syirik halus. Yaitu syirik atau menyekutukan Tuhan dalam ketaatan. Karena yang semestinya tauhid dalam ketaatan itu hanya mesti menaati Allah, di sini malah menaati hawa nafsu atau syethan. By the way, bukan termasuk syirik yang umum dibahas dalam akidah dan, hanya merupakan syirik yang biasa dibahas dalam akhlak dan irfan atau kalaulah dalamakidah, tapi bukan di pembahasan DzatNya, tapi hanya di pembahasan Tauhid Dalam Ketaatan PadaNya yang biasa disebut dengan Tauhid Ketaatan.

5- Memang, kalau maksud perkataannya itu mau menghinakan Qur'an yang menyatakan bahwa nabi Adam as adalah ayah semua manusia, makadalam hal ini memang bisa masuk ke dalam syirik dalam Dzat. Karena berarti tidak mempercayai Kalamullah yang, dalam akidah bisanya sudah dikeluarkan dari agama Islam.

6- Tapi kalau maksudnya lebih tua di sini adalah lebih tua secara hakikat, yakni dia meyakini telah melampaui derajat nabi Adam as, dan tidak ada niatan untuk menghinakan dan mendustakan Qur'an, maka tidak masuk dalam syirik. Paling-paling, seperti tadi itu, yaitu masuk dalam masalah-masalah bohong atau tidak....dan seterusnya.

Penutup:

Imam Ali as yang makshum dan mendapatkan warisan seluruh ilmu Nabi saww yang merupakan paling afdhalnya manusia dimana merupakan Rahmat Bagi Semua Alam, dimana berarti telah melampaui semua derajat non materi ruhani semua makhluk-makhluk Tuhan, maka layak mengatakan:

“Aku sudah beriman sementara nabi Adam as masih berupa tanah.”

Kerinciannya, silahkan rujuk pada catatan yang berjudul: “Maqam-Maqam Fantastis Para Imam”... ana sudah lupa judulnya, tapi kata-kata “Maqam Fantastis...” ada dalam judul tersebut.

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 17 Oktober 2018

Syaithan Tidak Mungkin Bertaubat



Seri tanya jawab Muhammad Dudi Hari Saputra dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, June 2, 2012 at 10:29pm



Muhammad Dudi Hari Saputra: Mungkin tidak Ustadz, iblis bertobat kemudian dosa-dosanya diampuni Tuhan?

Dan benarkah perbuatan-perbuatan keji dan munkar serta kerusakan yang dilakukan oleh manusia karena godaan syaithan? Kasian si syaithan disalahin mulu dan dosa manusia jadi double:


1. Sudah melakukan perbuatan dosa,
2. Menyalahkan syaithan atas perbuatan dosanya, 
3. Gak mau mengakui kesalahannya karena merasa dia berbuat dosa bukan karena keinginannya tapi karena godaan syaithan, hhe.

Sang Pecinta: Yang jelas syaithan mengganggu manusia di tingkatan ruh-daya-hewannya dimana tempat berkumpulnya semua perasaadan keinginan. Dan kadang mengganggu juga di ruh- daya-akal dengan menggunakan ruh-daya-hewan itu, karena itu banyak akal manusia yang cara berfikirnya diarahkan ruh-daya-hewaniahnya ini. Karena itu sering sesuatu itu disukai dulu, baru dicarikan dalil-dalil akalnya atau tidak disukai baru dicarikan dalil-dalil penolakannya. 

Karena ruh yang menjadi sasaran syaithan, maka tidak ada hubungannya dengan badan seperti darah manusia. Begitu pula karena ruh barzakhi dimana tempat daya-hewan ini adalah sasarannya, maka bisikan syaithan tidak lagi terasa bisikan akan tetapi terasa suara hati sendiri. 

Ruh-daya-hewan adalah ruh yang mengatur gerak ikhtiari dan rasa serta persaraan manusia. sumber

http://www.facebook.com/notes/sinar-agama/makna-syaithan-menggoda-dari-empat-arah-seri- tanya-jawab-d-gooh-teguh-dg-sinar-ag/444574895553064

Makna Syaithan Menggoda Dari Empat Arah, seri tanya jawab D-Gooh Teguh dengan Sinar Agama 

Bismillaah: Makna Syaithan Menggoda Dari Empat Arah D-Gooh Teguh: Saya benar-ben...Lihat Selengkapnya Oleh: Sinar Agama 

Sang Pecinta: terkait dengan si syaithan http://www.facebook.com/notes/sinar-agama/siapa-yang-tidak-bisa-diganggu-syaithan-seri-tanya-jawab-hendric-mahardhika-dg-si/444577075552846

Siapa Yang Tidak Bisa Diganggu Syaithan??!, seri tanya jawab Hendric Mahardhika dengan Sinar Agama 

Bismillaah: Siapa Yang Tidak Bisa Diganggu Syaithan??! Hendric Mahardhika S... Oleh: Sinar Agama 

Sang Pecinta: http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/354022597975876/

Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama

assalamualaikum war..wab.... kepada teman-teman, sadara(i), bapak-bapak, ibu-ibu,... Lihat Selengkapnya 

Sang Pecinta: http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/354023997975736/

Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama

assalamualaikum war..wab....kepada teman-teman, sadara(i), bapak-bapak, ibu-ibu,...Lihat Selengkapnya

Sang Pecinta: Yetty Fathimah:

Syukran ustad..apakah ada amalan (dzikir) yang paling mujarab ustad untuk memantapkan hati.. Sekaligus mohon didoakn ustad.. Afwan

Sinar Agama: Yetty: Kadang yang kamu kira suara hati itu sebenarnya bukan kamu, tetapi syaithan yang berbisik di hatimu. Karena syaithan memiliki kemampuan itu. Jadi, suara syaithan itu tidak pernah terdengar sebagai suara jin (karena syaithan itu dari bangsa jin), tetapi selalu terdengar sebagai suara hati kita sendiri atau kretek hati. 

http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/232754106769393/

Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama 

assalamualaikum war..wab.... kepada teman-teman, sadara(i), bapak-bapak, ibu-ibu,... Lihat Selengkapnya

Muhammad Dudi Hari Saputra: Syukron sang pencinta.. :)

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaanya:

Sekedar tambahan:


Syaithan itu tidak mungkin bertaubat, karena ia sendiri yang tidak mau bertaubat. Perhatikan betapa Tuhan begitu santunnya menegur syaithan ketika ia tidak mau sujud pada nabi Adam as. Tuhan mengatakan mengapa tidak sujud padanya -sesuai perintahKu- apakah kamu dari tingkatan ‘Aaliin atau karena menyombongkan diri. 

Mestinya syaithan dari teguran pertama itu sudah melakukan taubat. Karena mestinya ia sudah tahu bahwa perintah Tuhan itu bukan main-main dan pasti sesuai dengan IlmuNya Yang Tidak Terbatas. Yang ke dua, Allah sudah mengingatkannya. Tapi ia beralasan dan tidak taubat. 

Akhirnya Tuhan mengeluarkannya dari surga. Tapi syaithan, dengan cubitan telinga itu (hukuman ringan), bukan malah menangis dan bertaubat, akan tetapi semakin menyombongkan diri pada Allah lagi. Sombong pada makhluk saja tidak boleh, lah .... ini pada Allah. 

Bukan hanya menyombongkan saja, tapi malah ingin membuktikan kesaahan Tuhan dan menantangNya, yaitu ingin membuktikan bahwa ia lebih afdhal dari manusia. 

Karena itu, syaithan tidak mungkin bertaubat, karena kesombongannya sudah mensubstansi. Yang ke dua, syaithan terus berusaha ingin membuktikan kesalahan Tuhan ketika mengatakan bahwa manusia lebih afdhal darinya. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Kamis, 23 Agustus 2018

Kisah Penciptaan Ruh Manusia Menurut Filsafat dan Qur'an



Seri tanya-jawab antara Fan Malaka dan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, April 7, 2011 at 3:22 am



Fan Malaka: Assalamu alaikum ustads, saya mau bertanya tentang jiwa, saya pernah dapat referensi yang mengatakan bahwa jiwa itu bermula secara material dan berkelanggengan secara spritual.

Apa maksudnya itu, apakah jiwa itu merupakan materi? Terus dimana batasan antara materi dengan non materi? Tolong penjelasannya. Terimakasih sebelumnya.

Gonzalo ’nanda’ Higuain Haeruddin Syam Deejay Gany

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 



(1). Dalam bahasa Arab hal yang antum tanyakan itu dikenal dengan: ”Maadiyatu al-huduuts wa ruuhaaniyatu al-baqa’ ”, yakni bahwa ruh itu adalah materi secara keberadaannya dan ruhi secara kelanggenngannya. 

(2). Sebelum saya terangkan lebih jauh, perlu diketahui bahwa keyakinan para filosof sebelum Mulla Shadra ra, dan begitu pula para muslimin, meyakini bahwa ruh manusia itu sudah dicipta sebelum badan dan berada di alam ruh atau alam alastu (bukankah Aku Tuhan?). Mereka meyakini bahwa ruh itu ada sebelum badan dan baru setelah badan bayi di dalam perut sudah siap menerimanya, maka Tuhan melalui malaikatNya, meniupkan ruh itu ke dalam tubuh janin yang ada di dalam perut ibunya tsb, yakni sekitar kandungan berumur 4 bulan. 

(3). Dalil bagi para Filosof, adalah dari Plato yang telah membuktikan adanya ”alam mitsal” atau ”alam barzakh” atau ”alam mirip materi” atau ”alam khayal” atau ”alam ide” atau ”alam seperti mimpi” atau ”alam mirip materi selain materialnya atau matternya”. 

(4) Sedang dalil dari muslimin adalah QS: 7: 172, yang berbunyi: ”Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka (seraya berfirman): ’Bukankah Aku ini Tuhan kalian?’ Mereka berkata ’Benar, kami menjadi saksi.’” 

(5) Karena itu, maka alam ruh itu dalam Islam dikenal dengan ”Alam Dzar” atau ”alam bibit” atau ”alam atom” atau ”alam ruh” atau ”alam alastu” (mengambil dari ayat di atas yang berbunyi ”alastu birobbikum”, yakni ”bukankah Aku Tuhan kalian”) karena itu muslimin juga mengistilahkan dengan nama ”alam alastu” yakni ”alam bukankah Aku” ...dst. 

(6). Sebelum saya meneruskan jawaban ini, saya perlu ingatkan Antum pada susunan tiga alam makhluk: Pertama makluk Akal dengan derajatnya yang banyak, yakni malaikat tinggi. Kedua, makhluk Barzakh yang disebut dengan malaikat tengah antara malakat tinggi dan alam materi. Ke tiga, alam materi. 

(7). Allah mencipta langsung hanya Akal-pertama, dan dari Akal-pertama itu, Allah mencipta Akal-ke dua, dan dari ke dua ke ke tiga, begitu seterusnya sampai ke Akal-akhir yang juga dikenal dengan ’Arsy dan Lauhu al-Mahfuzh. 

Dari Akal-akhir itu Allah mencipta malaikat tengah yang dikenal dalam Qur'an dengan ”mudabbiraati amran” atau ”pengatur semesta materi”, seperti malaikat Jibril, Mikail, malaikat hujan, bumi, langit, sungai, laut, angin, .... dan seterusnya dari semua makhluk materi. 

Kemudian dari malaikat Barzakh itu, Tuhan mencipta alam materi ini. 

Semua ini, sudah sering diterangkan di catatan-catatanku tentang filsafat dan irfan atau akidah dan Kalam. Jadi, kalau ingin tahu dalilnya, tentang megapa harus demikian, maka silahkan merujuk ke tempat-tempat itu. 

(8). Sebelum aku teruskan, orang seperti Moldiy (nama akun) itu pusing dengan keberasalan hadhrat Faathimah as bahwasannya beliau as dari jabaruut dan dikiranya hal itu sama dengan Kristen yang mengatakan bahwa Isa as dari titisan Tuhan, karena ketidakmengertiannya terhadap bahasa orang yang berbicara dan dimaknakannya dengan bahasanya sendiri dan ilmunya sendiri yang bak katak dalam tempurung. 

Ketahuilah, bahwa alam Akal itu disebut dengan Jabaruut. Jadi semua materi dari Barzakh yang juga disebut dengan Malaakut, dan Barzakh ini dari Jabaruut itu. Jadi, bukan hanya para nabi dan rasul atau makshumin atau hadhrat Faathimah yang dari jabaruut, tapi semua alam materi ini dari sana datangnya. Karena itulah Jabaruut itu juga disebut denga ”Gudang Tuhan”, atau ”Khazaain” (QS: 15: 21) yang kurang lebih bunyinya: ”Tidaklah setiap sesuatu apapun, kecuali dari gudang Kami, dan Kami menurunkannya sesuai ukurannya”. 

Jadi, kehebatan para makshum as itu bukan dari sananya, tapi ketika kembali dengan ikhtiar taqwanya itulah dimana mereka berhasil kembali lagi ke Jabaruut itulah yang dikatakan kehebatan. Karena manusia banyak mangkal di Barzakh bagian neraka (karena surga neraka bertempat di Barzakh itu), dan kalaulah agak hebat berada di Barzakh bagian surga. Tapi mereka melesat jauh sampai ke ’Arsy, dan di atasnya, sampai ke Akal-pertama dan Asma- asma HusnaNya. Nah, Ilmu Tuhan tentang keberhasilan mereka yang sampai ke tingkat tinggi itulah yang dikatakan bahwa mereka berasal dari sana. Karena Ilmu Tuhan sebelum kejadiannya, rinciannya lihat di Wahdatulwujud. Karena itulah Akal-satu itu dikatakan juga dengan Nur-Muhammad, yakni Ilmu Allah tentang keakan mencapainya Muhammad saww ke maqam itu. 

(9). Setelah kita ingat lagi akan susunan tiga alam itu, maka ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan alam ruh bagi yang mengimaninya, adalah alam barzakh itu. Jadi ruh-ruh manusia sudah dicipta di sana dan setelah ada janin yang siap menerimanya, maka ditiupkan ke dalamnya hingga bayi itu menjadi hidup. Nah, pertanyaan Tuhan itu, terjadi di alam ruh yang disebut dengan berbagai nama itu yang, kedudukan alamnya adalah alam Barzakh tersebut. 

(10). Sesuai dengan yang mengimani alam ruh ini, baik karena dalil filsafati atau dalil Qur'ani, maka ruh adalah ruhaaniyyatu al-huduuts dan baqaa’, yaitu bahwa ruh manusia itu adalah non materi secara awal kejadiannya dan begitu pula kelanggenannya. Karena sebelum ditiupkan adalah non materi (ruhi) dan setelah matinya nanti kembali lagi menjadi ruhi atau non materi. Jadi, baik awal kejadiannya atau kelanggengannya, ruh itu adalah ruhi atau non materi.

(11). Akan tetapi bagi Mulla Shadra ra, semua dalil itu, tidak benar dan kurang pada tempatnya. Dengan alasan, bahwa kalau ruh itu dari awal sudah ada, berarti dia hebat dan penuh pengetahuan. Karena sewaktu keberadaannya non materi, maka tidak ada yang terhijabi baginya kecuali keberadaan yang ada di atasnya. Dan karena itulah, mereka yang mengimani itu juga mengiyakannya dan mengatakan bahwa ketika ruh itu menyatu dengan badan maka semua ilmunya sirna karena terhijabi dengan badan. Dan karena itulah, kata mereka, kadang kita ketika melihat sesuatu seperti pernah melihatnya sebelumnya, sebenarnya kejadian itu karena memang sudah dilihatnya sewaktu di alam ruh itu tapi sudah lupa karena hijab badannya. 

Nah, ketika ruh itu tahu segalanya, lalu mengapa Tuhan menurunkannya ke materi hingga menjadi bodoh kembali? Bukankah semua perbuatan Tuhan itu memiliki hikmah? Lalu apa hikmah penurunan ruh yang hebat ini ke alam materi dan kebodohan ditambah dengan syahwat yang nantinya bisa masuk neraka? 

Jadi, bagi MS (kependekan Mulla Shadra ra), hal seperti itu tdk masuk akal karena tidak adanya hikmah dari penurunan itu. Lalu bagiamana menurutnay tentang penciptaa ruh yang non materi ini? 

MS mengatakan: ruh itu memang ditiupkan kepada badan ketika badan bayi sudah siap menerimanya. Akan tetapi yang ditiupkan kepadanya bukan ruh yang sudah ada, tapi pengadaan baru yang dilakukan dengan peniupan itu yang dilakukan oleh malaikat yang mengurusi manusia. 

Artinya, malaikat ruh itu, adalah wujud yang satu. Dia adalah tuhan spesies manusia atau pengatur manusia yang selalu mengontrol perkembangan ruh lemah ke ruh kuat yang biasa dikenal dengan ruh manusia ini dan siap menjadikannya, alias membentuknya menjadi ruh manusia yang de fakto. Jadi, malaikat ruh bukan membuat ruh-ruh yang banyak dan setelah itu meniupkannya ke bayi di dalam perut, bukan begitu. Akan tetapi ia sendiri yang satu itulah yang meniupkan ke dalam badan bayi yang sudah siap itu. Artinya, mewujudkan dan merestui perkembangan ruh yang dikontrolnya itu untuk menjadi manusia. 

Dengan penjelasan yang lain: Ketika seorang ayah makan daging kambing atau biji-bijian yang mengandung hormon, maka benda mati yang disebut materi itu menjadi semakin halus di dalam perut karena menjadi gizi. Di dalam kaidah dan dalil yang lain di filsafat, tidak ada benda yang tidak memiliki ruh. Batu, tanah, biji-bijian, daging, ... semuanya, memiliki ruh. Dalilnya lihat di catatan-catatan sebelumnya. 

Nah, ketika daging atau biji-bijian yang memiliki ruh daya tambang itu (karena kerja ruhnya hanya semacam memutar-mutar atom badaniahnya) menjadi gizi, disini ruh tambangnya belum berubah ke ruh yang lebih tinggi, baik nabati atau hewani. 

Akan tetapi, ketika sudah menjadi mani di kandung mani seorang calon ayah, maka benda mati atau yang hanya ber-ruh dengan ruh tambang itu, kini memiliki ruh yang lebih tinggi, yaitu ruh nabati (berkembang) dan bahkan hewani karena bisa bergerak dengan kehendak. 

Ketika ia bertemu dengan ovum yang juga memliki ruh daya tambang, nabati dan hewani, maka pertemuan kedua benda itu membuat kedua ruhnya juga bertemu. 

Ruh yang bertemu itu semakin hari semakin menguat. Hingga pada sekitar umur 4 bulan, ruh itu sebegitu menguatnya hingga bisa dikatakan ruh manusia. Artinya sudah mulai melakukan gerakan-gerakan manusia walau dalam bentuk keterbatasannya di dalam perut.

Memang, manusia itu dikatakan manusia ketika sudah bisa memahami universal. Akan tetapi karena kepotensian dia di dalam perut dan begitu pula nanti setelah lahir, bisa dikatakan sudah sangat dekat pada de faktonya itu. Karena itu, bayi di dalam perut dan yang sudah lahir tapi belum memahmi universalpun dapat dikatakan manusia, karena kedekatakan potensinya pada de faktonya itu. 

Arti peniupannya itu adalah restu yang berupa pewujudan pada pencapaian ruh pada estafet manusia yang paling dasar itu. Karena semua proses itu tidak bisa terjadi kecuali dengan pengaturan Tuhan yang melalui para malaikataNya itu. Begitu seterusnya berkembang menjadi pandai dan taqwa, atau bodoh tan fasik, atau alim dan fasik .... dan semacamnya, maka pada akhirnya ia mati. Artinya ruhnya meninggalkan badannya. 

Nah, ketika ia mati itulah ia menjadi ruh yang mutlak atau non materi yang mutlak alias tanpa campuran materi lagi. Jadi, Ruh Manusia itu pada awal kejadiannya adalah materi, tapi dalam kesinambungan dan kelanggengannya adalah non materi atau ruhi. 

Inilah yang diaktakan bahwa Ruh Manusia itu materi di awal kejadiannya dan non materi di kelanggengannya. Berbeda dengan yang sebelumnya yang mengatakan non materi atau ruhi di awal dan kesinambungannya. 

Karena itulah yang mngingkari Tuhan dikatakan Kafir, karena ia tidak bisa mengingkarinya. Kafir yakni Coverer atau ”yang menutupi”. Yakni menutupi apa-apa yang ada di hatinya tentang kepercayaannya terhadap adanya Tuhan. Yakni menutupinya dengan kata-katanya yang dusta dengan berkata ”aku tidak percaya adanya Tuhan”. 

Wassalam. 

Bande Husein Kalisatti and 36 others like this

Fatimah Zahra: Ustad, mantap!! Cuma yang jadi pertanyaan saya, apa kah ruh dan jiwa itu sama? Mohon pencerahannya ustad. Syukran... 

Mata Hati: Ustad saya mau tanya, peristiwa Adam dan pohon larangan itu apakah ada di alam mitsal? Dan kalau memang benar demikian tampaknya penciptaan Adam pun berproses melalui materi yang berevolusi sehingga menjadi manusia yang sadar, mohon penjelasannya!

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua jempol dan komentarnya. 

Sinar Agama: Fathimah: Ruh dan jiwa/nafsun itu sama saja. 

Ruh dikatakan ruh karena kecenderungannya pada kenonmaterian mutlak, yaitu Akal-akhir. Karena ruh dari dimensi daya akalnya (dari keempat daya ruh: tambang, nabati, hewani dan akli) bisa melesat sampai ke Akal-akhir dan bahkan Akal-pertama. 

Sedang Ruh dikatakan Nafsun atau Jiwa, karena kepengurusannya terhadap materi. Yakni karena dimensinya dalam mengatur materi atau badannya. Yaitu ruh yg dimensi daya tambangnya (mengatur putaran-putaran atom, darah dst), dimensi daya-nabatinya (mengatur pertumbuhan badannya dan beranak pinaknya) serta dimensi daya-hewaninya (yang mengatur gerak ikhtiari dari pada badannya).

Sinar Agama: Ricok, 

(1). Sebagian orang menafsirkan bahwa Ruh yang dimaksud itu adalah malaikat Jibril as. 

(2). Akan tetapi di tafsir al-Miizaan, dkatakan bahwa ia adalah yang dimaksud Tuhan dalam ayat yang lainnya yang berbunyi: 

“Katakan bahwa ruh itu adalah dari urusan Tuhan!” 

Jadi, Ruh disini adalah wujud non materi sebagaimana telah dijelaskan oleh pengarang tafsir tsb di tempat lain. 

(3). Dalam hadits yang diriwayatkan dalam tafsir di atas yang dinukil dari tafsir al-Burhaan, 

......
بإسناده عن أبي بصير قال∫ كنت مع أبي عبد الله عليه السلام فذكر شيئا من 
:أمرالإمام إذا ولد فقال 
استوجب زيادة الروح في ليلة القدر فقلت: جعلت فداك أ ليس الروح هو جبرئيل؟ فقال: جبرئيل من الملائكة
."و الروح أعظم من الملائكة أ ليس أن الله عز و جل يقول: "تنزل الملائكة و الروح

yang kurang lebih artinya: ...dari Abu Bashiir, berkata: Aku bersama Abu ‘Abdillah as. lalu beliau menerangkan tentang sesuatu yang berkenaan dengan imam dikala lahirnya. Beliaupun berkata: “Imam adalah yang wajib diziarahi oleh Ruh pada malam lailatu al-Qadr.” Aku berkata: “Maaf, bukankah Ruh itu adalah malaikat Jibril?” Beliau menjawab: “Jibril itu dari bangsa malaikat, sedangkan Ruh ini adalah lebih agung dari malaikat. Tidakkah Allah telah berfirman: ‘Turun malaikat dan Ruh. 



(4). Kalau boleh saya simpulkan dari penukilan di atas, maka Ruh yang dimaksud dalam surat al- Qadr yang turun bersama para malaikat dan ia lebih agung dari malaikat itu adalah Makhluk non materi yang mengurusi manusia yang biasa disebut dalam filsafat dengan tuhan spesies manusia. 



Alfakir juga sering mengatakan, terutama dalam menjelaskan tentang penciptaan nabi Adam as (lihat catatan berjudul: Peristiwa nabi Adam as. dalam Pandangan Filsafat -hadiah kecil hari ied al-Ghadiir), bahwa Malaikat yang mengatur manusia ini lebih tinggi dari malaikat-malaikat lainnya. Karena itu tingkatannya di alam Barzakh lebih tinggi dari yang lainnya. Yakni di atas neraka dan surga. Artinya makhluk Barzakh yang ada di kaki ’Arsy atau menjelang ke ’Arsy atau Lauhu al-Mahfuuzh. 



(5). Dalam pembahasan kita di atas, maka Ruh yang kita bahas adalah ruh yang ada pada manusia ini. Dan ruh yang dibahas di surat al-Qadr itu adalah peniup ruh yang ada di bahasan kita di atas itu. 

Semoga sudah jelas dan wassalam.

Sinar Agama: Anggelia, kamu sudah tidak perlu lagi meminta ijin, karena semua orang sudah dibolehkan menampilkan semua tulisanku selain yang berjudul “suluk ilallah” itu dimana saja dan dalam bentuk apa saja, asal untuk kebaikan dan tidak untuk bisnis. Ini dari sisi hukum halal- haramnya. Sedang dari sisi akhlaknya, yang tidak kuwajibkan juga dalam hal ini, maka memang meminta ijin itu adalah bagian dari akhlak. Jadi, jawabkanku, silahkan saja, he he he(.)

Sinar Agama: Abdul Hakim, aku sudah menjelaskan apa yang antum tanyakan itu di catatan- catatanku. Terutama di catatan yg berjudul ”Peristiwa nabi Adam as Dalam Pandangan Filsafat -hadiah kecil hari ied al-Ghadiir” itu. 

Intinya: Badan nabi Adam as dicipta dari tanah dan penciptaannya di bumi. Tentu saja karena dari tanah, maka pasti mengalami proses sesuai dengan hukum alam yang, mungkin kita sekarang belum bisa mengetahuinya. Proses yang tidak kita ketahui itu, yang pentingnya, adalah pengadaan calon badan nabi Adam as ini kepada badan yang layak mendapatkan ruh manusia. Karena itu, sudah pasti dari tanah itu terproses menjadi daging dulu, jantung dulu, darah dulu, mata dulu, paru-paru dulu ....dan seterusnya. 

Nah, setelah badan itu siap, maka ditiupkanlah ruh individu manusia oleh pengurus manusia itu yang juga disebut dengan Ruh A’zham atau Ruh Agung atau juga Ruh Universal dimana lawannya adalah Ruh Individu kita-kita ini. Namun, walaupun nabi Adam as sudah mulai bernafas dan hidup setelah peniupan ruh itu (dimana peniupannya ini juga dari dalam diri seperti yang sudah diterangkan di atas), akan tetapi karena ia adalah manusia pertama, maka Alah mengajarinya dalam wahyu mimpinya. 

Di atas telah dikatakan bahwa makhluk agung non materi yang mengurusi manusia ini menempati tempat atau maqam yang paling tinggi di alam barzakh. Artinya ada di atas surga. Karena itulah, maka nabi Adam as dapat melihat surga kalau Allah mengijinkannya. Dan begitulah yang terjadi. Demi pengajarannya itu. Maka terjadilah apa yang terjadi yang dimuat dalam kitab suci Al-Qur'an itu, sampai beliau dikeluarkan darinya. Yakni bangun dari tidurnya karena sudah lapar yang tidak tertahan dimana dalam Qur'an dikatakan dengan memakan buah terlarang itu. Yakni terlarang karena kalau memakannya menjadi bangun. Yakni terlarang makan buah itu, karena maksudnya adalah perutnya merasa lapar dan ingin makan serta memutusi makan. 

Nah, ketika nabi Adam as memutusi makan karena sudah lapar sekali secara fisik yang ia juga tidak tahu hal itu sebelumnya karena merupakan lapar pertama kalinya, yang telah digambarkan dengan tergiurnya pada buah terlarang itu, maka ia-pun makan buah terlarang tersebut. Tapi dalam mimpi wahyunya itu tergambar dengan tergiurnya yang teramat sangat (yakni gambaran lapar yang sangat) pada buah tsb. Maka terjadilah yang sudah terjadi itu. Yakni harus makan dan memakannya. Akhirnya, beliau as dikeluarkan dari surga, ALIAS bangun dari tidur dan mimpi wahyu pertamannya itu. Dan seterusnya. Wassalam.

Bande Husein Kalisatti: @Ustad SA : kalau boleh ana memahami dari penjelasan antum tentang makan buah khuldinya nabi Adam as, adalah saat Allah swt meniupkan ruh individu manusia (Ruh A’zham) maka metabolisme tubuh (jasad) Adam bekerja.. karena bekerja inilah maka muncul hawa lapar, haus dalam jasad Adam as.. nah karena utulah maka Adam as makan buah khuldi untuk menghilangkan rasa lapar tesebut.. afwan ustad..kalau salah tolong dioreksi.

Sinar Agama: Bande: Tuhan meniupkan ruh individu, yakni ruh Adam as itu melalui Ruh A’zham/ agung. Yang lainnya sudah benar. Karena perutnya lapar, maka nabi Adam as sudah tidak tahan untuk tidak makan buah Khuldi yang dilihatnya dalam mimpinya itu yang ada di dalam surga itu, tanpa ia pahami mengapa tidak bisa mengekang dirinya untuk tidak makan. 

Sedang waswas syethan itu hanyalah keinginan syethan untuk mempercepat bangunnya nabi Adam as supaya bisa cepat diganggunya dan anak keturunannya seperti ia dapat membuktikan kepada Tuhan bahwa ia benar tentang pandangannya bahwa ia lebih afdhal dari manusia.

Muhammad Nawawi Markarma: Dan setelah terbangun dari tidurnya yg pertama, ia melihat dirinya dlm keadaan tidak berpakaian, maka diambillah dedaunan untuk menutupi auratnya, bukan begitu ustad Sinar Agama?

Sinar Agama : Muhammad, benarlah begitu wahai saudaraku...... dan karena seluruh kebaikan atau kesesuaiannya dengan manusia yang ada di alam materi ini berasal dari surga (yang sesuai seperti api dari neraka), maka dedaunan duniapun bisa dikatakan dedauanan surga.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Selasa, 21 Agustus 2018

Lensa (Bgn 16): Ke Ma’suman Para Nabi



Oleh Ustad Sinar Agama 

Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:19


Bintang Ali: Salam Ustad, pengen bertanya soal kema’suman para nabi as dan nabi saww. “Wahai bani Adam, jangan sampai kalian difitnah oleh setan sebagaimana ia dapat mengeluarkan ayah ibumu (Adam dan Hawa) dari surga” (al araf:27). 

Bagaimana menjelaskan kemaksuman pada nabi adam as yang dikeluarkan dari surga karena kesalahannya? 

Lalu bagaimana menjelaskan kemaksuman pada nabi Musa as dalam ayat asyu’ara: 14, “sesung- guhnya aku mempunyai dosa kepada mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku”. 

Kemudian terhadap kisah nabi Musa as yang membunuh qibti, seseorg yang bertengkar dengan bani Israel. Dan karena perbuatannya itu (membunuh) maka nabi Musa kabur dan meninggalkan kota Mesir. Namun saya menemukan jawaban pada buku iman semesta bahwa nabi Musa melakukannya karena tidak sengaja. Padahal pada lembaran sebelumnya (dalam buku iman semesta) telah dijelaskan bahwa definisi kemaksuman adalah terjaga dari dosa dan salah (yang disengaja atau tidak)..mohon penjelasannya ustad.

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 

Syethan sebelum menggoda nabi Adam as. sudah dikeluarkan dari surga. Karena itu bagaimana mungkin menggodanya di dalam surga? Nabi Adam as. juga dicipta dari tanah di bumi lalu bagaimana bisa di surga? 

Dalam penjelasan filsafat telah dijelaskan bahwa nabi Adam as. ada di bumi. Akan tetapi sebelum bangkit dari tidur pertamanya itu, beliau diperlihatkan tentang surga dan peristiwa sujudnya malaikat dan tidak sujudnya syaithan dan diusirnya syaithan dari surga, dan seterusnya. Semua itu demi pengajarannya sebagai manusia pertama di bumi. Artinya wahyu Tuhan yang berupa mimpi. 

Dalam filsafat juga dijelaskan bahwa manusia memiliki beberapa derajat dalam ruhnya, seperti nabati, hewani dan akli. Nabati mengatur pertumbuhan badannya, hewani mengatur gerak ikhtiari dan perasaannya serta akli mengatur pemikiran dan kedekatannya dengan Tuhan. Karena itu yang bisa masuk ke tingkatan surga dikala masih di dunia (masih hidup) adalah tingkatan akalnya. 

Karena itu maka dalam tidur nabi Adam as. itu, akalnya ada di surga dan hewani serta nabatinya ada di luar surga. Karena itulah maka nabi Adam as. diganggu Syethan dari arah hewaniahnya itu dimana ruh daya hewani inilah tempatnya hawa nafsu. 

Jadi, nabi Adam as. dibisiki syaithan dari luar surga yakni dari tingkatan ruh hewani nabi Adam as. Nabi Adam as. ketika sudah mulai hidup, walaupun masih dalam keadaan tidur, lama kelamaan akan merasakan lapar. Nah, lapar itulah yang diibaratkan dengan keputusan makan yang, dalam Qur'an dikatakan memakan buah khuldi, yakni keputusan makan. Karena nabi Adam as, sudah memutusi makan buah yang dilarang itu, maka ia pasti terbangun dari tidur pertamanya itu. Karena itu ia as. keluar dari surga. 

Yang perlu dicatat adalah, ketika nabi Adam makan buah dalam mimpi maka hal itu bukan dosa. Yang ke dua, ketika yang dimakan itu barang yang ada di surga, maka dapat diketahui bahwa larangan itu bukan larangan haram, tetapi anjuran saja (irsyaadii). 

Tambahan: Untuk lebih mengerti hal ini, maka pelajari tentang tiga alam dalam filsafat. Seingat saya, saya sudah membahas hal ini, tetapi belum ketemu dimana. Coba kunjungi tulisan saya yang berjudul Kedudukan Fantastis Imam. 

Tentang nabi Musa as: 

Dosa yang dimaksud beliau as. bukan dosa dalam syariat. Dosa yang dalam bahasa arabnya dikatakan Dzanbun itu asal maknanya adalah “buntut” alias “akibat”. Jadi, maksud nabi Musa as adalah bahwa beliau as. pernah membunuh salah satu dari musyrikin dan pengikut Fir’un dimana pasti berbuntut kepada penghukuman matinya beliau as. Yakni kalau datang lagi ke mereka, maka mereka akan menuntutnya dengan hukuman mati karena telah membunuh salah satu dari mereka. Jadi, dosa disini bukan dosa dalam syariat, tetapi dosa pada mereka para musyrikin dan musuh-musuh Tuhan itu. 

Sekarang apakah membunuh tentara Fir’un itu dosa dalam syariat apa tidak? 

Jawabannya jelas tidak dosa, terlebih dia yang terbunuh itu terlibat perkelahian dengan seorang mukmin. Jadi, perbuatan nabi Musa as itu bukan dosa sama sekali. Jangankan tidak sengaja, yakni dengan mendorongnya tapi jatuh dan mati, sengaja sekalipun tidak dosa di hadapan Tuhan. Namun demikian nabi Musa as. tetap mengatakan bahwa hal itu adalah perbuatan syethan. Hal itu, karena syethan tidak ingin melihat satu orang pun yang bisa masuk surga. Sementara para nabi, seperti nabi Musa as. adalah bertugas menyelamatkan dan menghidayahi semua manusia, termasuk musyrikin. 

Jadi, para nabi, biasanya tidak membunuh kecuali sangat terpaksa. Karena mereka bertugas menghidayahi musyrikin. Jadi, walaupun orang yang mati itu layak dibunuh, tetapi seandainya bisa dihindari maka dihindari supaya bisa menerima hidayah di lain waktu. Tetapi apa boleh buat, nabi Musa as.pun sudah berusaha untuk itu, yakni mendorongnya saja, tetapi orang itu jatuh dan mati.

Bintang Ali : Syukron ustad, dalam penjelasan tentang nabi adam as dikatakan karena keputusan makan dari nabi Adam maka beliau bangun dari tidurnya, artinya alam akalnya kembali ke dunia (keluar surga) untuk makan buah khuldi. Namun ustad juga menjelaskan bahwa tidak berdosa karena makan buah dalam mimpi adalah tidak dosa. Padahal nabi Adam sudah tidak dalam keadaan mimpi, mohon dijelaskn lagi ustad, afwan.

Sinar Agama : Arti yang antum berikan itu tidak benar, karena keputusan Dimensi akal nabi Adam as. itu adalah tetap dalam mimpi wahyunya. Kalau ingin lebih jelas, bisa dibaca catatanku yang berjudul “Peristiwa nabi Adam as dalam Pandangan Filsafat (hadiah kecil ied Ghadir Khum) 

Oleh Sinar Agama • 25 November 2010. Wassalam. 

Tika Chi Sakuradandelion, Bande Husein Kalisatti, Ammar Dalil Gisting dan 2 lainnya menyukai ini.  


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


Artikel terkait:

Peristiwa Nabi Adam as dalam Pandangan Filsafat (Hadiah Kecil Ied Ghadir Khum)

Minggu, 12 Agustus 2018

Kedudukan Fantastis Imam, Bag: 5-b (Bahwa imam memegang pemerintahan langit dan bumi)



by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, September 15, 2010 at 8:32 pm

Melanjutkan jawaban terhadap permasalahan yang dibawa Abd Bagis, yaitu poin (d) tentang:

IMAM MEMEGANG PEMERINTAHAN LANGIT DAN BUMI

Jawaban-2-a Untuk Poin (e)

Sebenarnya, setelah melewati jawaban-1 (e), sudah dapat diketahui bahwa para imam/khalifah memegang pemerintahan langit dan bumi, sekalipun mereka tidak punya ikhtiar apapun kecuali hanya sebagai perantara Allah mengatur para malaikat yang mengatur alam ini. Dan sekalipun mereka harus hidup sebagaimana mestinya sebagai seorang manusia yang memiliki taklif. 

Dalam banyak ayat dan riwayat telah mengisyaratkan kepada ketinggian derajat mereka di sisi Allah, tapi banyak muslimin hanya memahaminya sebagai semacam pangkat kesepakatan sosial- politik seperti presiden, bukan sebagaimana pangkat hakiki. Padahal, pangkat yang diberikan Allah kepada hambanya adalah hakiki. Oleh karena itulah mereka menafsir al-Mashir dalam Qur'an selalu sebagai “tempat kembali” (QS:2:126; 2:285), bukan “menjadi”. 

Padahal, makna “menjadi” lebih dekat dengan makna “kembali”. Oleh karenanya makna dari “Wa ilaihi al-Mashiir” adalah “Dan kepada Dia-lah menjadi”. Yakni kepada Allah-lah menjadi, bukan tempat kembali seperti kembalinya manusia ke kota aslinya dimana ia tidak menjadi kota tsb. Tentu saja, karena Allah mengatakan “kepada”-Nya-lah, menjadi, maka tidak akan pernah menjadi Allah, walau bagaimanapun. Karena “menjadi kepadaNya” jauh beda dengan “menjadiNya”. Yang jelas bahwa semua maqam itu bukan diduduki manusia, tapi manusia telah menjadi maqam- maqam tsb. 

Berikut ini saya akan nukilkan ayat-ayat atau riwayat-riwayat yang ada dalam Sunni saja yang melukiskan pangkat-pangkat dan derajat-derajat itu supaya saudara-saudara Sunni tidak meng- klaim bahwa hal seperti itu hanya ada di Syi’ah. Tentu saja penukilan itu hanya sebagian kecil dari yang ada di berbagai bidang dan maqam. Dan insyaaAllah pembahasan (e) ini akan diakhiri dengan bahasan filosofisis di jawaban-3. Nukilan-nukilan naql tsb adalah: 

1. Allah berfirman “Kami tidak mengutusmu kecuali rahmat bagi sekalian alam” (QS: 21:107). Sekalian alam di sini sudah pasti dunia-akhirat dan dari sebelum nabi Adam as sampai hari kiamat dan akhirat. Rahmat di sini sudah tentu bukan hanya seperti hujan, karena hujan juga mendapat rahmat dari Nabi saww. Bukan pula hanya seperti syariat karena sebelum Nabi saww tidak dibimbing beliau secara langsung, dan syariat sebelum beliau berbeda dengan syariat beliau kecuali dalam tauhid dan beberapa ajarannya sekalipun agama mereka juga bagian dari alam ini yang juga mendpt rahmat dari beliau saww. Tentu juga tidak hanya seperti surga karena surga juga mendapat rahmat dari keberadaannya. Begitu seterusnya. Apapun yang kita sebut sebgai rahmat, dia juga mendapat rahmat dari Allah melalui Nabi saww. Sebenarnya, hal itu adalah pengaturannya atas semuanya. Ringkasnya, beliaulah khalifah tertinggi Allah hingga para khalifatullah yang lain juga dalam pengaturannya. 

2. Firman-firman Allah tentang Isra’-Mi’raj Nabi saww dan semua riwayat yang telah memenuhi semua kitab-kitab tafsir dan hadits di Ahlussunnah, yang menerangkan bahwa beliau melewati maqam nabi-nabi Ulu al-‘Azm (Nabi yang dituruni Syari’at, nabi Muhammad saww, Isa as, Musa as, Ibrahim as dan Nuh as) dan ayahnya sendiri Adam as, sampai pada Sidratu al-Muntahaa, sampai tidak mampunya malaikat Jibril as untuk mengantar Nabi saww hingga kalau selangkah kecil saja maju akan terbakar, sampai pada menerima perintah shalat secara langsung dari Allah tanpa perantaraan Jibril as karena sudah tidak bisa ikut, ...dst, semua itu menandakan kelebih tinggian Nabi saww dari semua malaikat dan para nabi sendiri. Dan sekali lagi, ketinggian ini, bukan ketinggian majazi atau pangkat kesepakatan seperti presiden, tapi pangkat hakiki yang diakibatkan oleh perjalanan spiritual/ruhani seorang Muhammad saww. Oleh karenanya ketika Nabi saww menjadi lebih dekatnya makhluk kepada Allah, berarti semua makhluk yang lebih jauh atau di bawahnya berada dalam pengawasan dan pengaturannya, dan dia akan menjadi paling tingginya secara hakiki maqam khalifatullah itu. 

Jadi, semua rahmat yang turun kepada yang dibawahnya akan melalui beliau saww. Inilah makna paling tinggi dan paling dekat dengan Allah. 

3. Dengan penjelasan (2) di atas, maka tidak heran kalau dalam shahih Turmudzi 2:282 dari Abu Hurairah dan yang mirip dengannya di Mustadrak 2:600 dari Ibnu Sariyah, diriwayatkan dari Nabi saww bahwa kenabian nabi Muhammad telah diwajibkan dikala nabi Adam as masih antara ruh dan jasad, atau masih berupa tanah. Atau dalam Kanzu al-‘Ummal 6:108, telah meriwayatkan dari Nabi saww +/-: 

“Aku adalah penghulu semua rasul ketika diutus, mendahului mereka ketika masuk (bc: surga, Allahu A’lam), yang memberi kabar gembira ketika mereka putus asa, imam mereka ketika mereka sujud, lebih dekat dari mereka pada hari perkumpulan, aku berbicara dan Dia (Tuhan) membenarkanku, aku memberi syafaat maka Dia mensyafaatiku, aku meminta maka Dia memberiku”. 

4. Hidayah Rasul saww adalah paling bagusnya hidayah sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits seperti Muslim dalam Kitab al-Jum ah, Bab Takhfifi al-Shalat wa al-Jum’ah, dll-nya. Semua ini juga menunjukkan kelebihan Nabi saww dari para khlifatullah yang lain. 

5. Shahih Muslim juga bahkan telah membuat sub judul atau bab dalam shahihnya, Kitab al- Fadhail, dengan judul bab “Tafdhiilu Nabiyyinaa ‘Alaa Jamii’i al-Khalaaiq”, yakni bab “Kelebihan Nabi kita dari semua makhluk” dimana diantara riwayatnya adalah, Nabi saww bersabda +/-: 

“Aku penghulu manusia di akhirat”. 

Ini juga menunjukkan kelebihan Nabi saww dari khalifah-khalifah yang lain dari para nabi dan imam. 

6. Muslim juga, dalam shahihnya, kitab al-Masajid, hadits ke tujuh, meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saww: “Aku dilebihkan dari semua nabi dengan 6 perkara; Aku diberi Jawaamii’u al-Kalim (semua Kalamullaah), .....”. Ini juga menunjukkan kelebihan beliau saww dari semua nabi as. 

7. Di Mustadrak 2:547 dan yang lainnya, diriwayatkan dari Abu Hurairah dan lainnya, bahwa Nabi saww bersabda +/-: 

”Penghulu para nabi itu ada lima dan aku penghulu dari yang lima”. 

8. Dalam banyak sekali tafsir-tafsir yang mengatakan bahwa salah satu makna dari Kalimat yang diberikan kepada nabi Adam as hingga beliau diampuni Allah swt setelah bertawassul dengan Kalimat itu, adalah kalimat “Muhammad”, hingga ketika nabi Adam as bedoa +/-: 

”Demi Muhammad ampuni aku”, Allah mengampuninya. Lihat tafsir-tafsir: Al-Tsa’labiy, Haqqiy, Al-Lubaab, Al-Qurthubiy, Al-Tsa’alibiy, Al-Alusiy, Ithfisy-‘ibaghiy, Al-samarqandi, Al-duuru al- mantsur, dll. 

9. Pengakuan nabi Adam as bahwa nabi Muhammad saww paling afdhalnya makhluk Allah swt. 

Dalam tafsir al-Durru al-Mantsur diriwayatkan bahwa ketika nabi Adam as berdoa dengan doa tadi (Aku bermohon ampunan padaMu demi Muhammad), Allah berfirman +/-: 

“Siapa Muhammad itu?” 

Nabi Adam as menjawab: 

“Ketika Engkau cipta aku, aku melihat ke langit dan kulihat di ‘Arsy tertulis ‘La ilaha illallah Muhammdan Rasulullah’, maka dari itu aku mengerti bahwa tidak ada makhluk yang lebih afdhal darinya hingga Engkau letakkan namanya bersama NamaMu”. 

10. Nabi Muhammad saww sebagai sebab diciptakannya nabi Adam as (tentu saja dengan segenap keturuannya dan para nabi dan alam ini karena Allah berfirman “Dialah yang mencipta untuk kalian semua yang di bumi ....” QS: 2:29). Dalam tafsir al-Duuru al-Mantsur di atas dalam menjawab nabi Adam as Allah berfirman: 

“Wahai Adam, dia –Muhammad- adalah akhir para nabi dari keturunanmu, andaikan bukan karena dia, maka Aku tidak menciptamu.” 

11. Imam Ali as sebagai diri Rasul saww. Allah berfirman +/-: 

" ... maka katakan pada mereka mari kita ajak anak kami/kamu dan wanita-wanita kami/kamu dan diri kami/kamu lalu kita bermubahalah agar laknat Allah menimpa orang-orang yang bohong”. (QS:3:61). 

Tidak ada mufassir yang tidak tahu bahwa Nabi saww mengajak imam Ali as. Padahal dalam ayat itu dinyatakan “diri kami” yang semua penafsir dan orang yang bisa bahasa Arab mengerti bahwa “diri kami/anfusana” adalah “Diri Pembicara” atau “Mutakallim”. Dengan ini dapat dipastikan bahwa diri imam Ali as adalah diri Rasul saww. Lihat semua tafsir Sunni; Shahih Muslim, kitab Fadhailu al-shahabah, bab Min Fadhaaili ‘Ali; Shahih Turmudzi 2:166; dll). 

12. Dalam Bukhari bab ‘Kaifa Yaktub’ dan dalam bab ‘Umratu al-Qadhaa’; Shahih Turmudzi 2:297; Abu Daud 3:111; Sunan Baihaqi 8:5; Sunan al-Nasai dalam Khoshoisnya 5; Musnad Ahmad 1:98; Turmudzi 2:297; Mustadrak 3:120; dll diriwayatkan bahwa Nabi saww bersabda +/-: 

“Ali dari aku dan aku dari Ali ” atau “ Kamu (Ali) dari aku dan aku dari kamu ”.

Dalam al-Riyaadhu al-Nadhrah 2:164 telah diriwayatkan dari Nabi saww +/-: 

“Aku dan Ali adalah satu cahaya selama 4 ribu tahun sebelum diciptakannya Adam as, dan ketika Allah mencipta Adam as maka cahaya itu dibagi menjadi dua bagian, satu bagian adalah aku dan yang lainnya adalah Ali”. 

Pengarangnya juga mengatakan bahwa hadits ini juga dikeluarkan juga oleh Ahmad bin Hanbal dalam al-Manaaqibnya. Lihat juga Mizaanu al-I’tidaal karya al-Dzahabi 1:235. 

Dalam Majma’ karya al-Haitsami diriwayatkan dari Rasul saww +/-: 

“ ...Ali dari aku dan aku dari dia, dia dicipta dari tanahku ...”. 

Dalam Tarikh Baghdad juga diriwayatkan dari Rasul saww +/-: 

“Aku, Harun, Yahya dan Ali dicipta dari satu tanah”. 

Dan dalam Hilyatu al-Auliyaa’ diriwayatkan dari Rasul saww +/-: 

“Barang siapa yang ingin hidup seperti hidupku, mati seperti matiku dan bertempat tinggal di surga ‘Adn yang ditanam oleh Tuhanku, maka hendaknya ia berwilayah/berimam pada Ali setelahku dan berimam pada penggantinya dan mengikuti para imam setelahku, karena mereka adalah ‘Itrahku, dicipta dari tanahku dan diberi rizki kepahaman dan ilmu....”. 

Rasul saww bersabda +/-: 

“Ya Ali, orang-orang dicipta dari pohon yang beraneka ragam sedang aku dan kamu dari satu pohon yang sama”. (Mustdarak 2:241; Kanzu al-‘Ummal 6: 154). 

Atau sabda beliau saww +/-: 

“Aku adalah Pohonnya, Fathimah cabangnya, Ali benihnya, Hasan dan Husain buahnya, syi’ah- syi’ah kami adalah daunnya. Pangkal pohonnya di surga ‘Adn.” (Mustadrak 3:160; Dzakhairu al-‘Uqba 16). 

13. Nabi saww bersabda bahwa: 

(a) Ali as paling afdhlanya makhluk. (Shahih Turmudzi 2:299; Nasai dalam Khashaaishnya, 5; Usdu al-Ghaabah 4:30; al-Dzakhaair 61; Mustadrak 3:130; Hilyatu al-Auliyaa’ 6:339; Taariikh al-Baghdaadi 3:171; Kanzu al-‘Ummaal 6:406; Dzakhaairu al-‘Uqbaa 61; dll). 

(b) Marah Ali as marah Nabi saww begitu pula sebaliknya . Yang dicintai Ali as dicintai Nabi saww dan Allah swt, begitu pula yang bermusuhan dengannya. (Mustadrak 3:128,130; Tarikh Baghdadi 4:40/13:32; al-Nasai dalam Khashoishnya 28; al-Riyaadhu al-Nadhrah 2:166; Kanzu al-‘Ummaal 6:157; dll). 

(c) Yang mengejek Ali mengejek Allah. (Mustadrak 1:121; Musnad Ahmad 6:323; al-Nasai dalam Khashaaishnya 24; Kanzu al-‘Ummaal 6:405; Dzakhaairu al-‘Uqbaa 66; dll). 

(d) Yang mengganggu Ali as mengganggu Nabi saww. (Mustadrak 3:122; Musnad Ahmad 3:483; Usdu al-Ghobah 4:113; al-Ishabah 4:304 dan berkata bahwa Bukhari juga manukil dalam Tarikhnya; dll). 

(e) Yang menjauh dari Ali as menjauh dari Nabi saww. (Mustadrak 3:123; Mizaanu al- I’tidaal 1:146; Thabari dalam al-Riyaadhu al-Nadhrahnya 2:167; Kanzu al-‘Ummaal 6:156; Thabrani dari Ibnu ‘Umar 156; dll).

(f) Ali as tahu semua ilmu dan hikmah Nabi saww sebagai pintu Hikmah dan Ilmu beliau saww (Shahih Turmudzi 2:299; Mustadrak 3:126; Taariikh Baghdaadi 4:348, 7:172, 11:38,49, 11:204; Kanzu al-‘Ummaal 6:401; Hilyatu al-Auliyaa’ 1:64; Thabari dalam al- Riyaadh al-Nadrahnya 2:200; Usdu al-Ghaabah 4:22; Tahdziibu al-Tahdziib 6:320, 7:427; Faidhu al-Qodiir 3:46; al-Shawaaiq 73; Syawaahidu al-Tanziil karya al-Haskalaani 1:334; Taariikhu al-Khulafaa’ karya al-Suyuuthii 170; al-Miizaan karya al-Dzhabii 1:415; al-Jamii’u al-Shaghiir 1:93; dll, sampai-sampai ada buku tersendiri yang dikarang ulama Sunni bernama al-Maghribi tentang keshahihan hadits ini dalam bukunya “Fathu al-Mulki al- ‘Ali bishehhati Haditsi Babi Madinati al-‘Ilmi Li-‘Ali”; dll). 

14. Nabi Adam as bertawassul dengan imam Ali as dan Ahlulbait yang lain as. Dalam tafsir al- Durru al-Mantsur karya al-Suyuuthi ketika menerangkan ayat “Kemudian Adam mendapat beberapa Kalimat dari Tuhannya, maka (dengannya, penerjemah) Allah menerima taubatnya” (QS: 2:37). 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasul saww tentang “beberapa kalimat” dari Tuhannya itu hingga ia diterima taubatnya. Rasul saww bersabda: 

“Dia (Adam as) meminta: ‘Demi Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain hendaknya Engkau terima taubatku’, lalu Allah menerima taubatnya.” 

Dan dalam Kanzu al-‘Ummaal 1:234 diriwayatkan dari Nabi saww bahwa Kalimat-kalimat itu adalah: 

“Berkata (Jibril as kepada Adam as): Hendaknya kamu pegangi kalimat-kalmat ini niscaya Allah akan menerima taubatmu dan mengampuni dosamu. Katakanlah: Ya Allah aku memohon padaMu demi Muhammad dan Keluarga (Aali) Muhammad, Maha Suci Engkau, tiada tuhan selain DiriMu, aku telah berbuat kejelekan dan aku telah menganiaya diriku, maka berikanlah taubatMu, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat, ...... Itulah kalimat-kalimat yang diberikan kepada nabi Adam as.” (Lihat juga di: Manaaqib Ali karya al-Maghaazilii al-Syaafi’ii 63; Yanaabi’u al- Mawaddah 97 dan 239; Kanzu al-‘Ummaal 1:234; Muntakhab Kanzu al-‘Ummaal 1:419; dll.) 

16 people like this.

Muhammad Amran: Syukron ustad.. 

Sinar Agama: Maaf signalku/sinyalku lagi kurang bagus. Untuk mas Eby_A: Terimakasih telah mempercayaiku untuk curhat. Saya tidak akan bisa memberi solusi sepenuhnya karena hal itu diperlukan data-data lengkap tentang kebimbangan yang dimaksud. Kalau mslh yang dihadapi itu masalah-masalah keyakinan, maka semua yang berbeda-beda itu diadu argumentasikan dalam akal. Lalu dipilih yang lebih kuat dalilnya. Setelah itu diajukan kepada yang dianggap mampu untuk melihat benar dan kuatnya tsb. 

Dalam masalah keyakinan dan agama, suara yang harus didengar adalah dalilnya, bukan lain- lain dari pada itu. Kalau masalah yang dihadapi itu adalah tentang kehidupan, maka diperjelas dulu dalam diri duduk masalahnya dan seluruh dalilnya. Setelah itu mencari orang yang dianggap tahu dalam masalah itu dan menambah info-info dengan menanyakan bidang-bidang tersebut. Setelah dianggap cukup, maka perbandingkan lagi dalam diri dan bisa diambil keputusan dengan Bismillaah. 

Yang harus diingat, setiap melakukan debat dalam diri, dalam hal apapun, tidak boleh cenderung pada yang disukai. Jadi, diskusinya betul-betul harus seru dan saling menjatuhkan dan tidak boleh ada rasa kasihan. Karena hal tersebut akan lebih mengarahkan kita pada kebenaran, dan cara terdekat pada hidayah. Inilah yang dikatakan ikhlas dalam berfikir itu. Yang terakhir, dan ini disertai beribu maaf, mungkin perlu koreksi akhlak-akhlak kita, dan kalau terdapat dosa, maka harus segera taubat dan menghentikannya. Tapi walau begitu, adu dalil dalam diri harus tetap dilakukan. 

Sinar Agama: Salam juga untuk mas K_K, terimakasih sekali atas doanya, dan terimakasih sekali atas perhatiannya sehingga merasa dekat dengan al-fakir. Saya memang punya teman, namanya qomaruddin, anak UNEM Makassar, apakah antum orang tersebut?

Dian Damayanti: Bib, terimakasih banyak atas tag-tagnya, juga dengan pencerahan-pencerahan- nya yang sangat mendalam, afwan. 

Komar Komarudin: Bukan akhi... anak asli Jambi, tapi kedua orang tua ana asli Bugis Bone tulen, catatan antum tentang bagaimana eksitensi dan peran Imam Mahdi sungguh sangat memberikan cahaya yang begitu terang untuk alfakir, sepertinya antum menguasai betul masalah ini, tidak hanya keluasan ilmu antum dalam memahaminya akan tetapi kedalaman ilmun antum juga miliki, ana teringat dengan guru ana yang pernah memberikan materi ini dalam majlis ta’lim, maupun dari diskusi sehari-hari selama ana pernah bergaul denganya, ini tidak jauh beda dengan cara mengupasnya dan nyaris sama, dan sampai sekarang-pun tulisan beliau saya simpan dengan rapi, bukunya berjudul = IMAM MAHDI MENURUT AHLUSUNNAH WALJAMAAH, Terbitan yayasan Mullah Shadra, Jakarta, cetakan 1 juli tahun 2000, mungkin antum pernah membacannya dan memilikinya sebagai refrensinya.?...........

Sinar Agama: Komar, benar, saya memiliki ratusan jilid buku tentang imam Mahdi as, dan salah satunya buku yang antum sebut itu. Referensi di rumah saya sekitar 90.000 jilid, Syi’ah-Sunnah, tapi yang paling penting adalah ilmu alatnya, bahasa arab, logika, filsafat, irfan, fikih berdalil, ushulfikih, rijal, tafsir ...dst. Kalau ilmu-ilmu alat ini tidak dikuasai, maka buku-buku yang kelas berat akan tinggal pajangan saja. Semoga, beliau dan penguasa-penguasa ilmu berat lainnya, yang dapat menyentuh nafas agamanya, yang mengerti keinginan Tuhannya dengan argumen- gamblang, selalu dijagaNya dan ditingkatkanNya, amin. 

Dan jangan lupa mas K_K juga ikut membantu dengan dukungan (bc:menerima/menolak dengan dalil) dan do’a untuk orang-orang seperti beliau, dan saya juga, sekalipun tidak ada apa-apaku dibanding mereka. Dan kita akan menjadi teman di fb ini dengan segala keikhlasan dan saling diskusi dengan tak kenal ampun dalam ajukan argumen. Semoga tanganku nan kotor ini dapat kiranya disambut dengan baik oleh antum dan teman-teman lainnya di fb ini. 

Sinar Agama: Untuk mas Eby kok nggak ada komentarnya ya...maaf kalau jauh dari mengena. 

Sinar Agama: Dan untuk mbak Dian, you well come, silahkan aja kalau mau komentar, tanya atau mempermasalahkannya untuk diskusi dan mencari ilmu yang dapat dipetahankan dengan argumentasi-gamblang. 

Sinar Agama: Mas Amran, tolong baca catatanku di Anggelia itu dan renungi, nanti baru ditanyain lagi apa-apa yang perlu ditanya atau didebatkan. Antum tinggal masuk di akunku dan cari komentarku terhadapnya Ingat, tak boleh menyerah.

Komar Komarudin: Sukron,, akhi... Atas penerimaan antum, dan ana sepakat disiplin Ilmu yang paling penting adalah ilmu alatnya, bahasa arab, logika, filsafat, irfan, fikih berdalil, ana sedang berikthiar sambil memohon pertolongan Allah SWT memulai belajar pelan-pelan yang saya mampu dengan sisa umur-ku, dan saya bersyukur mendapatkan teman belajar walaupun di dunia maya, mohon doanya.... 

Komar Komarudin: Kalau ada kesempatan, mohon ditag setiap pemikiran yang antum sampai- kan. Mungkin ana bisa menyerap penyampaian antum, dan sekali-sekali alfakir akan coba adu argument dengan antum, mohon dibimbing kalau ada yang salah dalam berdalil ana, sebab kalau ilmu tidak diuji dalam diskusi-diskusi akan sulit dikatakan benar, jangan-jangan selama ini yang kita anggap benar ternyata salah hanya karena ego kita tidak membuka diri, sementara guru yang terbaik adalah cermin dihadapan kita, yaitu cermin yang mempunyai otoritas, kapasitas disiplin keilmuan yang telah diakui kealimannya. 

Komar Komarudin: Jujur akhi... Bulan ini adalah bulan duka buat ana. Karena setelah yang pertama (beliaulah yang berjasa buat diri ana dala memberikan fondasi tentang ilmu-ilmu agama khusunya ahlul bait, doaku untuknya selalu) guru ana pergi memperdalam Ilmunya di Iran untuk menyelesaikan pelajarannya dan sampai saat ini belum kembali dan ana tidak tau sampai kapan selesainya, ditambah lagi guru ana yang kedua penganti beliau selama di Iran, yang selama ini memberikan pencerahan dalam kajian tafsir dan lain-lain, juga akan meninggalkan ana. Beliau rencana akan belajar Di najaf (Irak) karena gurunya sudah lama memanggilnya. Dan bulan ini terkabulkan doanya sehingga dapat memenuhi panggilannya. Kasusnya sama yaitu akan menyelesaikan studinya kalau dalam disiplin ilmu haujah tradisional dinamakan “Bahshul khouert”, kedua-duanya sangat konsen, perhatian dan haus akan Ilmu agama (Ahlul-bait). 

Mereka adalah guru yang sangat ana cintai dan begitu berarti dalam hidup-KU dan ana bersyukur kepada Allah SWT dengan Luthupnya bisa kenal denan mereka dan pernah belajar dengannya sekalipun belajarnya tidak sama sebagaimana mereka belajar di sana. .... Eh..eh Afwan ana kok jadi curhat ama antum, sekali lagi ana berlindung Pada Allah SWT semoga ini tidak dipandang sebagai Riya.. ana yang hina ini, tapi hanya karena semata menyampaikan karunia, nikmat yang Allah SWT berikan yang sudah sepatutnya di syukuri... Amin.

Sinar Agama: Allah berfirman +/-: 

“Beritakanlah nikmat-nikmat yang telah diberikatn padamu”

Saya senang mendengarnya. 

Dan senang mendapat kepercayaan curhat antum yang menyentuh juga hatiku. Semoga kedua guru antum bisa mendapatkan nafas Islam, bukan informasi/ilmu belaka, amin, hingga menghidupkan masyarakat Indonesia, baik menghidupkan jiwa mereka sendiri, keluarga dan masyarakat Indonesia pada umumnya, amin. Silahkan masukkan pertanyaan atau apa saja, kalau ada, ke akun ana, jangan di status ini, supaya lebih terlihat. 

Oh iya, tentang ilmu Islam itu ada 3 hal, alatnya (belajarnya harus dengan guru), referensinya dan ruh/nafasnya.





اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ