Tampilkan postingan dengan label Barzhaki. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Barzhaki. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Maret 2021

Apakah di alam barzakh dan di akhirat kelak AKAL kita masih bisa berfungsi


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/324618094249660/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Februari 2012 pukul 18:09


Bunga Cinta Kebenaran: Salam Ustadz, apakah di alam barzakh dan diakhirat kelak AKAL kita masih bisa berfungsi, misalnya dengan akal itu kita bisa memecahkan masalah, atau membuat ini dan itu seperti layaknya fungsi akal di dunia, mohon pencerahan, syukran.

Kamis, 04 Oktober 2018

Hakikat Manusia



Seri Tanya Jawab CintakasihNya Kasih dan Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 13:49


CintakasihNya Kasih: Salam. Ustadz saya mau tanya: 

1. Apakh hakikat dari manusia itu? 
2. Menjadi manusia itu “capek”, karena harus melaksanakan segala aturan-aturan, dan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban. Hal ini berbeda dengan malaikat yang tampaknya di posisi yang aman. Mohon pencerahannya ustad? 


Semoga ustad selalu dalam selimut kasihNya. Makasih. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

(1). Manusia itu adalah makhluk materi yang mengandungi non materi yang dikatakan ruh atau jiwa. 

(2). Ruh manusia memiliki tiga tingkatan secara global. Yaitu Badani, barzakhi dan Akli. 

(3). Karena manusia memiliki materi yang mana hanya materi yang memiliki potensi dan non materi tidak, maka manusia dengan dimensi akalnya itu bisa menaikkan derajatnya sampai ke tingkat surga, akal-akhir, sampai ke Fana dan Fana’nya Fana’ serta ke maqam Asmaa-u al- Husna. 

(4). Ketika manusia mencapai derajat Fana ke atas itulah ia bisa menjadi khalifah Tuhan (wakil Tuhan) untuk mengatur semua alam. 

(5). Ketika manusia itu menjadi khalifah Tuhan dalam mengatur semua makhluk, maka ia juga jadi pengatur bagi malaikat. Karena setiap malaikat hanya jadi wakil Tuhan dalam bidang- bidang terntentu.
 
(6). Ketika insan adalah calon khalifatullah, dan lebih tinggi dari semua malaikat, maka sudah tentu tidak gratisan. Karena itu perlu perjuangan. 

(7). Ketika manusia sudah jadi khalifah dimana sekarang adalah imam Mahdi as. maka layaklah di malam Qadr (perestuan terhadap yang akan terjadi satu tahun ke depan), maka layaklah para malaikat itu turun ke bumi mengunjunginya untuk mendapatkan perestuan dari apa- apa yang akan terjadi dari semua kejadian alam semesta ini. 

Wassalam. 

CintakasihNya Kasih: Setelah membaca penjelasan “hakikat manusia” di atas, rasanya indah, namun ada rasa takut dan sedih. Karena dalam pelaksanaannya berat+butuh perjuangan untuk menjadi “hakikat manusia”. Bahkan tampaknya belum terlintas menjadi khalifahNYa, karena mendapat maafNya saja, entahlah.. Sedih jiwa ini, karena masih sering ngeluh, gak sabar, belum ikhlas menerima apa yang diberikanNya.. Mohon doanya ya ustad dan terima kasih atas penjelasannya.. Salam. 

Sinar Agama: Kasih: Jangan dikira para pencapai makam itu tidak bergetir-getir dan kelelahan seperti halnya kita- kita. Akan tetapi adalah kewajiban untuk menujuNya dengan jalan benar argumentatif dan aplikatif. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Allahumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Ustadz Mohon bertanya.. 

1.- Apakah potensi yang dimiliki Manusia itu berbeda - beda?
 
2.- Apakah Potensi yang dimiliki manusia itu ada dari lahir atau sebelum Lahir? (misal : Gen orang tuanya Baik/buruk,hasil zinah... dan seterusnya) 

3.- Potensi Manusia “ Suci Jelas Memang Sangat Memiliki Potensi dari segala Pandang Sudut walau Sangat Berat Perjuanganya. Pertanyaanya bagaimana Manusia’’ selain Manusia Suci mungkin Perjuanganya Sangat Sulit?.. 

Mohon Pencerahanya Ustadz.. Wassalam. 

Sinar Agama: Muke: 
1.- Potensi manusia itu jelas memiliki perbedaan. Akan tetapi perbedaan-perbedaan ini adalah kesempurnaan dari manusia itu secara majemuk dan, yang paling penting adalah tidak menjadikan pemiliknya terditerminis oleh potensinya tersebut. Misalnya, orang buta, tidak dideterminis oleh keadaannya itu hingga, misalnya, boleh membunuh, boleh berzina, boleh tidak belajr, boleh tidak takwa ... dan seterusnya. Jadi, apapun potensi yang dimiliki manusia, baik genetiknya, sel-sel keturunannya yang sering menularkan sifat orang tuanya ke anaknya, kaya miskinnya, normal tidak-nya, ... dan seterusnya ... semua ini, tidak menjadi pendeterminis atau pemajbur atau pemaksa bagi kehidupan manusia hingga ikhtiarnya menjadi tidak berfungsi. Tidak demikian. 

Yang akan membedakan mereka dari perbedaan potensi itu, bukan di tugasnya masing- masing yang sama-sama wajib menjadi insan kamil atau takwa, tapi hanya di bentuk ujian yang dihadapinya dan, sudah tentu di pahalanya. 

Misalnya, orang buta yang belajar Qur'an dan menghafal satu surat, akan lebih besar pahalanya dari orang yang melihat yang belajar Qur'an dan hafal satu surat. Anak yang bergenetik agak bodoh yang belajar ulet dan dapat memahami makna bismillah -misalnya- akan lebih besar pahalanya dari orang yang bergenitik cerdas dan belajar hingga paham makna bismillah. 

Semua penjalasan ini, sebenarnya merupakan ulangan dari berbagai tulisan-tulisan sebelum- nya. 


2.- Manusia suci itupun sama dilihat dari potensi ini. Yakni tidak keluar dari sunnatullah yang ada pada al-kaun atau ciptaanNya ini. Beda mereka dengan kita adalah, kalau mereka 

mengaplikasikan semua yang mereka ketahui hingga mereka mencapai derajat maksum, sedang kita dari kecil sudah terbiasa melanggar yang kita tahu hingga ya ... beginilah jadinya, ruwet dan semrawut dilihat dari sisi kejiawaan, kepribadian dan bahkan sosial. Semoga Tuhan sudi memaafkan kita semua. 

Eman Sulaeman: Amin Ya Robbii... Sukron Ustadzuna... 

Semoga antum diperkaya khazanah Ilmiah dan selalu memperbaharui Keilmuan Islamiyah... Amiin.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Jumat, 07 September 2018

Logika (Bgn 3)



Seri Tanya Jawab : Billy Joe Hernandez dan Ustad Sinar Agama 

Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 21:24



Billy Joe Hernandez : Salam Ustad, Mohon di jelaskan tentang substansi beserta bagian-bagiannya yang lima itu yaitu : 
  1. Matter (material) 
  2. Form 
  3. Benda 
  4. Jiwa/ruh dan 
  5. Akal Shukron ustadz. 
Sinar Agama : Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1. Matter/matrial adalah dimensi material dari setiap keberadaan materi. Artinya ia adalah pembawa sifat potensi yang ada pada setiap keberadaan material. Misalnya mani yang dari sisi substansialnya terdiri dari dua hal, material dan formnya sebagai mani (bukan batu, pohon dan seterusnya). Mani jelas memiliki sifat yang dikenal dengan potensi, yakni potensi menerima form lain selain kemaniannya, misalnya darah, daging dan janin. Seluruh keberadaan materi, seperti pohon, kucing dan seterusnya, di samping memiliki formnya sebagai pohon dan kucing, ia juga memiliki material yang memikul sifat potensi menerima form/bentuk yang lainnya.


Nah, pembawa sifat potensi menerima form lain itulah yang dikatakan Matter/material. Sedang formnya, atau speciesnya, seperti pohonnya pohon (bukan materialnya pohon) sudah pasti tidak akan menerima form lain seperti tanah, atau api. Karena form ketika dalam keadaan eksis, maka artinya ia bukan form yang lain. Beda halnya dengan material pohon yang bisa menerima form tanah atau api dan/atau form-form yang lain.

2. Form adalah bentuk, tetapi bukan bentuk yang dipakai pada benda hingga berarti melingkar, kerucut dan semacamnya. Tetapi bermakna species dari setiap wujud materi. Seperti pohon, maka pohonnya pohon adalah formnya yang, karena itu ia dapat dibedakan dengan form lain seperti, air, batu, mani dan seterusnya. Atau manusia, maka akal atau manusianya manusia, adalah formnya, dan badannya yang membawa potensi menerima wujud form lain seperti tanah (kalau sudah mati) adalah matternya.

3. Benda adalah setiap apa saja yang menerima panjang, lebar dan tebal. Biasanya, setiap benda ini, selalu membawa matter dan form. Tetapi akal dapat membedakan apa yang disebut “benda” yang, biasa dilawankan dengan non benda atau non materi.

4. Jiwa atau ruh, adalah non materi secara zatnya tetapi material secara aktifitasnya. Seperti ruh binatang, ruh manusia, ruh pohon, ruh batu....dan seterusnya. Semua ruh-ruh itu, pada hakikat zatnya, adalah non materi, akan tetapi dalam aktifitasnya memerlukan pada materi. Karena itu, pohon untuk mengeluarkan zat asam, memerlukan badan pohonnya. Begitu pula ruh binatang dan manusia, untuk beraktifitas seperti gerak ikhtiarinya dan semua geraknnya itu, perlu kepada material atau benda.

5. Sedang akal, adalah yang non materi secara zat dan aktifitas. Seperti malaikat Barzakh dan malaikat Akal.

Wassalam. 


Chi Sakuradandelion dan 4 orang lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin : Allohumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad Wa ‘Ajjil Farojahum.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Senin, 20 Agustus 2018

Lensa (Bgn 10): Tentang Mimpi



Oleh Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:04


Mimpi itu adalah hujjah Tuhan akan keberadaan barzakhi (non materi yang masih memiliki sifat- sifat materi selain bebannya). Ayatullah Jawadi pernah mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang nabi yang menceritakan hakikat surga dan neraka yang tidak terikat ruang dan waktu, abadi, dan seterusnya. Orang-orang bertanya seperti apa dan seperti apa. Akhirnya Tuhan mencipta mimpi itu. Lalu di pagi harinya, mereka datang kepada nabi tersebut dan berkata bahwa sungguh aneh karena dalam keadaan tidur dan terpejam mata, tapi telah melihat banyak hal (mimpi). Nabi as itupun berkata “Seperti itulah akhirat itu”. 

Mimpi itu biasanya memiliki makna. Tetapi maknanya tergantung pada keadaan masing-masing orang. Oleh karenanya satu mimpi bisa memiiki makna yang berbeda pada orang yang berbeda. Ta’bir mimpi artinya ‘Abara. Yakni “melewati”. Jadi dari mimpi sesuatu, ke sesuatu yang lain. Yakni sesuatu yang pertama itu menjadi jembatan dan lewatan menuju sesuatu yang ke dua yang sebagai maknanya. 

Mimpi itu bisa memiliki satu lewatan/ta’bir bisa juga lebih. Jadi tidak bisa dipastikan, karena sesuai dengan keadaan masing-masing orang dan bahkan sesuai dengan keadaannya hari itu. Biasanya, mimpi orang yang tidak suka bohong, memiliki ta’bir yang lebih sedikit, dan bahkan mungkin satu takwilan saja. Tetapi yang tahu pasti maknanya hanyalah orang arif. Sedang yang tidak arif hanya bisa menebak-nebak saja sesuai dengan kebiasaannya. 

Wassalam. 

Bande Husein Kalisatti, Khommar Rudin dan 9 orang lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alla Muhammad wa alli Muhammad wa ajjilfarrajahum. 

14 Juli 2012 pukul 18:42 · Suka


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 04 Agustus 2018

Wahdatu Al-Wujud (Bagian: 13)




by Sinar Agama (Notes) on Sunday, February 6, 2011 at 6:54 am


Jajar Genjang: Sinar Agama, Salam. 

1. Dalam penjelasan mengenai perjalanan irfan, dikatakan bahwa makhluk sanggup mencapai tingkat ke akal pertama. Sedangkan akal pertama adalah non materi mutlak, dimana tidak terjadi gerak dan proses. Padahal pencapaian makhluk hingga ke akal pertama merupakan sebuah proses. Hal ini sepertinya berkontradiksi. Mohon penjelasannya! 

2. Apa yang dimaksud dengan alam lahut? Sedang susunan alam besar ada 3, yakni; jabaruut, malakut kemudian nasut. 

3. Apakah pahaman-pahaman yang ada di akal juga dikatakan derajat ”ada” dalam pandangan filsafat, atau setidaknya tajjaliah dari ”ada” dalam pandangan irfan, sebagaimana ’’ada’’ yang ada di balik aksiden dan substansi? 

4. Apakah metode-metode dan persoalan teknis dalam ajaran islam yang dibawa nabi saw dalam ilmu makrifat tidak begitu menyeluruh menyentuh segala aspek alat pengetahuan pada manusia sehingga para filosof muslim mengadopsi metode-metode yang dipakai filosof Yunani? Terima kasih! 

Jajar Genjang: Maaf sebelumnya, tulisannya saya singkat karena ternyata untuk menulis di dinding jumlah hurufnya dibatasi. Terima kasih! 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas pertanyaannya: Semoga Tuhan menaufiki kita untuk selalu mencari dan bertahan dalam KepenunjukanNya, amin. 

1a. Salah satu keunggulan manusia yang paling menonjol dari malaikat tertinggi sekalipun adalah karena kenonmaterian ruhnya menyatu (secara alami dan fitrawi) dengan badan dimana badan adalah materi dan materi adalah satu-satunya pembawa potensi. 

b. Keberadaan potensi pada materi adalah kenyataan bisa berubahnya materi dari satu esensi seperti mati, atau biji padi, kepada esensi yang lain seperti manusia atau pohon padi. Atau padi, menjadi pohon padi, pohon padi membuahkan biji-biji padi, biji-biji padi menjadi nasi, nasi menjadi mani, mani menjadi darah, darah menjadi daging, daging menjadi bayi dan bayi menjadi manusia. Manusia ini, badannya, menjadi sakit dan mati, lalu menjadi tanah, tanahnya menjadi pohon padi kalau ditanami padi setelah berabad tahun, lalu pohon padinya menjadi mani kambing (kalau dimakan kambing) lalu maninya, menjadi darah, daging, bayi kambing dan akhirnnya menjadi kambing. Begitu seterusnya dan begitu pula yang terjadi pada benda-benda lainnya. Dengan demikian, maka hanya materi yang bisa menjadi esensi lain dan berubah. 

c. Perubahan yang dimaksud dalam kata ”Proses” adalah perubahan dalam waktu dan jaman, secepat apapun dia. Keterprosesan materi tidak lain, disamping kenyataan perubahan tadi, adalah kemestian terikatnya dengan tempat/volume dan waktu. Jadi yang tidak memiliki volume dan waktu, non materi, sama sekali tidak akan pernah mengalami proses, alias perubahan dalam waktu. 

d. Yang dimaksud dengan ”waktu” dalam filsafat, bukan menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan abad. Karena waktu yang demikian itu adalah waktu yang disepakati bersama dari gerakan yang bisa dilihat secara bersama pula, yakni gerakan matahari. Jadi, waktu dalam filsafat adalah ”Ukuran Gerak”. Ketika semua benda memiliki gerak dalam dirinya (atom- atomnya), atau dalam esensinya, seperti esensi substansi (dari mani ke bayi) atau aksidentnya seperti putih ke merah, kecil ke besar), maka masing-masing benda memiliki waktunya sendiri. Artinya, memiliki ukurannya sendiri, bukan diukur dengan gerak matahari. Jadi, kalau gerak atom-atom dua pohon padi dari sejak ditanamnya biji padinya, ketika keduanya menjadi tinggi setengah meter, maka mereka telah menempuh jarak jangkau yang sama, sekalipun mungkin waktunya berbeda. Misalnya yang satu setelah seminggu mencapai setengah meter itu, dan yang lainnya setelah dua minggu. Nah, ketika jarak tempuh yang dicapai biji padi pertama itu seminggu (setengah meter), dan yang lainnya masih seperempat meter misalnya, maka gerak padi pertama lebih cepat dari padi ke dua. Jadi, sebenarnya gerakan mereka dihitung dengan gerakan proses mereka sendiri, tidak diukur dengan gerakan matahari. 

Disinilah mengapa orang yang belum syi’ah selalu menggaris bawahi imam makshum yang masih berumur lima tahun dsb. Mereka tidak sadar bahwa waktu 5 tahun itu adalah waktu matahari, bukan waktu mereka. Padahal waktu mereka sendiri adalah yang dicontohkan dalam Qur'an surat al-Insan itu. Dimana asbabun nuzul surat tsb adalah berkenaan dengan puasa nadzarnya imam Ali as dan siti Fathimah as. Karena telah sembuhnya imam Hasan as. dan Husain as. Yang kala itu sedang tidak punya uang, hingga berhutang tepung gandum untuk makanan seukuran 3 hari dengan sekali makan. Akan tetapi setiap mau makan setiap harinya selalu ada orang mengetuk pintu dan mengatakan beberapa hari tidak makan dimana mereka menyerahkan roti mereka dan akhirnya mereka tidak makan selama tiga hari puasa. Jadi mereka buka sahurnya hanya dengan air saja. 

Yang ingin saya ceritakan bukan mereka berdua, tapi imam Hasan dan Husain as yang masih kesil dan tidak ikut bernadzar. Tapi ikut puasa dan menyerahkan rotinya dalam tiga hari itu. Padalah umur mereka baru sekitar 3-5 tahunan untuk ukuran gerakan matahari. Bayangin, gerakan taqwa dan proses ruh mereka itu, dalam keadaan masih muda untuk ukuran matahari itu, sangat-sangat tidak bisa diikuti oleh kita-kita sekalipun telah berumur 200 tahun sekalipun. 

Kembali ke masalah kita, maka dengan penjelasan di atas itu, dapat dilahami bahwa setiap benda memiliki waktunya sendiri karena waktu adalah ukuran atau volume gerak dari benda itu sendiri, bukan matahari. 

e. Nah, ketika ruh manusia memiliki 3 atau 4 daya, tambangi, nabati, hewani, dan akli, dan ianya menyatu secara fitrah dengan materi, maka ia memiliki kesempatan untuk menyempurna. Tidak seperti malaikat baik Malakut (Barzakh) atau Jabaruut (Akal) yang seluruh kesempurnaan mereka diberikan dalam sekali jadi dan sekali beri di awal penciptaannya. 

f. Dengan potensi yang ada itulah manusia bisa menyempurna melanglangi kesempurnaan
seperti yang sudah dijelaskan di wahdarulwujud 1-12 dan di tempat-tempat lainnya. Artinya manusia dengan ruhnya yang bisa berproses dalam waktu itu, bisa melanglangi derajat- derajat wujud dari dirinya sendiri ke Barzakh, lalu ke Akal dan ke Asma-asma Allah dalam Perjalanan ke Dua itu. 

g. Dengan penjelasan-penjelasan di atas itu dapat dipahami bahwa perubahan ruh manusia di tingkat Akal-akal yang tidak mengenal proses dan perubahan apapun itu adalah DIMOTORI dengan kepotensiannya karena masih bersama badan, dan perubahan yang terjadi di puncaknya sana adalah perubahan tidak dalam waktu, alias perubahan kun fayakun. Persis nanti ketika manusia di akhirat berubah posisi dari neraka ke surga. Artinya tidak dalam waktu, tapi dalam pewujudan non materi dan di luar jaman/waktu, seperti kalau antum mimpi berjalan, keluar rumah, nikah, makan,..dst dimana semua kejadian di dalam mimpi antum itu tidak terjadi dalam waktu. Begitu pula kalau antum melamun dari satu hal ke hal lainnya dan semacamnya. 

h. Dengan semua penjelasan itu, semoga dapat ditangkap hal mudah yang dibingungkan antum itu, yakni kontradiksi antara Akal non prosesi dengan ruh yang mencapainya yang masih dalam naungan prosesi.

2. Lahut adalah susunan alam pertama, yaitu ILMU ALLAH YANG TIDAK BISA DIMITSALKAN/ DIUMPAMAKAN. 

Yang biasa diterangkan tentang susunan alam adalah 3 alam, karena secara umum memang hanya itu, yaitu, Jabaruut, Malakuut dan Naasuut. Sementara kalau mau disebutkan semuanya adalah Laahuut sebagai susunan teratas dan pertama. Tapi hal ini tidak terlalu dibahas karena hanya berkenaan dengan Tuhan, yaitu sebagai IlmuNya yang mana hanya Dia-lah yang tahu. 

3. Pahaman-pahaman juga termasuk susunan alam keberadaan. Akan tetapi derajatnya tidak terlalu tinggi manakala tidak dilakukan secara konsisten hingga menjadi substansi yang tahu. Artinya ilmu-ilmu itu, karena masih berupa argumentasi, maka ia tidak memiliki kedudukan yang terlalu tinggi. Hal itu karena ketika masih berupa argumentasi, maka ia masih berupa ilmu Gambaran saja, seperti Gambaran tentang manisnya kurma dengan dalil-dalil yang akurat dan gamblang. Akan tetapi manakala sudah berupa ilmu-Hudhuri atau pewujudan, yakni dengan mengamalkannya bertubi-tubi dan tidak pernah berhenti, maka ia akan memiliki derajat yang layak dan sesunggunya dan juga jauh lebih tinggi. Karena ilmu-tashawwurinya atau ilmu-gambarannya itu telah menjadi ilmu-Hudhuri atau pewujudan dalam diri atau substansi diri. Kalau ilmu pertama seperti tahu tentang manisnya kurma, sekarang ini ia telah memakan kurma itu. Jadi, jangan terlalu bangga dengan keluasan ilmu apapun, baik Qur'an, Hadits, agama, akidah, akal, irfan...... dst dari yang dimiliki kita kalau belum diamalkan. Karena semua itu akan sirna manakala ruh kita sudah berpisah dari badan. Karena ilmu gambaran itu masih tergolong ruhani badani, sementara kematian dan akhirat adalah ruhani ruhani, bukan ruhani badani. 

Akan tetapi, ilmu argumentatif itu harus dicari dengan susah payah, karena tanpanya, apapun yang dilakukan manusia akan sia-sai, karena tidak di atas ilmu yang benar. Kata Imam Ja’far as. ”Orang beramal tidak dengan ilmu, seperti musafir yang tidak berjalan di atas jalannya, maka semakin cepat ia berjalan (semakin banyak melakukan taat), maka akan semakin cepat jauh dari tujuannya”. 

Jadi ilmu argumentatif itu harus dicari karena menjadi penentu selamatnya kita dan sampainya pada tujuan. Begitu pula harus disyukuri keberadaannya, karena tanpa pertolongan Tuhan semua itu tidak akan terjadi sekalipun kita telah bersusah payah berusaha menjangkaunya. Karena usaha itu tidak lain hanyalah sebab-potensi atau sebab-pendekat bagi kita untuk mencapai kebenaran dan hakikat, bukan sebab-pemberi, karena satu-satunya pemberi hanya Dia, tapi sudah tentu kita harus berusaha. Btw ilmu inipun adalah ilmu yang merupakan derajat sekalipun tidak terlalu tingi, tapi harus dicari dan disyukuri. 

4a. Agama Tuhan itu mengajarkan hal yang sama, yakni tentang tauhid dan pencapaiannya. Akan tetapi karena peradaban manusia seiring dengan bertambahnya jaman, selalu dalam, proses perubahan peradaban. Karena itulah maka cara pencapaiannya, kadang, satu agama dengan agama lainnya berbeda sekalipun sama-sama dari Tuhan. 

b. Dengan penjelasan itu, maka dapat dimengerti bahwa agama apapun memiliki ruh yang sama. Dan para nabi yang berjumlah 124.000 orang itu adalah mengajarkan agama dan aturan Tuhan sesuai dengan peradaban masing-masing yang, sudah tentu memiliki ruh yang sama. 

c. Karena itulah, karena pernyataan para filosof lama itu sangat argumentatif dan masuk akal serta tidak berubah sampai sekarang, maka para filosof Islam mengatakan bahwa mereka itu mustahil dari golongan orang-orang biasa, artinya, kalau bukan nabi maka pastilah murid nabi, seperti hakim/filosof/bijak seperti Lukman as. 

d. Dengan penjelasan di atas itu, maka jelas bahwa agama Tuhan itu, semakin diturunkan untuk manusia yang semakin beradab, atau setidaknya memiliki potensi untuk beradab dengan adab yang lebih tinggi, maka agamanya pasti labih sempurna. 

e. Begitu pula, ketika agama itu memiliki posisi yang terakhir, seperti agama kita ini, maka ia pasti merupakan agama yang tertinggi dan terlengkap dari agama-agama sebelumnya. 

f. Dan karena agama Islam kita ini adalah agama tertinggi, maka ia akan sesuai dengan peradaban tertinggi sekalipun. Karena itulah maka kecanggihan apapaun yang dicapai manusia dalam teknologi dan semacamnya, masih dalam naungan keperundangan Islam. Artinya, Islam yang sebagai agama pengaturan hidup bagi manusia yang memiliki alat-alat kehidupan tercanggih pun, maka ia tetap dalam ketinggian peradabannya dari sisi mental dan kepengaturan serta kesepernafasan pencapaian insan kamil itu. Dengan bahasa yang lebih ekstrim, Islam tetap mampu mengatur manusia tercanggih sekalipun, karena ia adalah agama yang mengatur kehidupan berakidah dan berakhlak dengan baik hingga bisa mencapai insan kamil. Ia bukan agama yang mengajari membuat alat-alat hidup seperti komputer, pesawat dan semacamnya. 

g. Ketika agama Islam kita ini adalah agama tertinggi, maka pedoman apapun di masa lalu, asal masih sesuai dengan peradaban masa kini, maka ia akan tetap ada dalam ajaran Islam kita sekarang ini. Jadi, ajaran para nabi terdahulu dan bahkan yang paling dahulupun seperti nabi Adam as, akan tetap terpakai dalam ajaran kita ini asalkan masih sesuai dengan syarat sesungguhnya pencapaian insan kamil. 

h. Dengan penjelasan di atas, maka kita tidak usah merasa aneh, kalau ajaran Islam kita ini memiliki kesamaan dengan Yahudi atau Nasrani, karena agama-agama itu adalah agama Tuhan, dan tidak hancur secara keseluruhan, yakni hanya tercampur kebatilan. Jadi, bisa saja ada kesamaan. 

i. Ketika agama-agama terdahulu itu merupakan agama-agama dari Tuhan dan orang-orangnya merupakan nabi-nabi utusan Tuhan, begitu juga murid-murid para nabi itu adalah murid kesayangan dan alim di dalamnya, maka mereka sudah pasti saudara kita, guru kita, contoh kita...dst. Artinya, kita tidak mesti menolak mereka dengan alasan bukan umat Nabi saww. Karena itulah Tuhan banyak mengisahkan mereka dalam Qur'an yang menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan menginginkan dari kita untuk meniru mereka, karena Qur'an bukan kitab sejarah. Jadi, hukum dan akhlak yang diajarakan Tuhan kepada kita lewat Qur'an, tidak mesti berupa perintah, anjuran atau larangan, tapi bisa berupa contoh-contoh kehidupan orang- orang terdahulu dari orang-orang yang dicintai Tuhan atau yang dimusuhiNya. 

j. Penjelasan di atas adalah sebuah dukungan bagi kenyataan bahwa Islam ini memiliki ajaran yang paling lengkap dan tinggi. Tapi dari sisi kelengkapan cara pencapaiannya, yakni dari sisi syariatnya. Akan tetapi dari sisi tauhidnya, sudah pasti sama dengan ajaran-ajaran sebelumnya. 

k. Ketika ajaran tauhid kita sama dengan orang-orang terdahulu, lalu mengapa harus mera- sa rendah berguru kepada orang-orang hebat di jaman sebelum Islam? Apakah Islam mengajarkan membumi hanguskan kebenaran? Atau melarang kita belajar kebenaran yang argumentatif dari para nabi atau wali sebelum Islam? Kalau begitu lalu buat apa Tuhan sering menyebut mereka dalam Quran? 

l. Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pedoman apapun kalau tidak betentangan dengan akal-argumentatif-gamblang, maka ia adalah ajaran Islam, baik Islam Nabi saww atau islam nabi-nabi atau wali-wali sebelumnya. 

m. Memang, Islam adalah agama terhebat, Nabi saww dan para imam as adalah orang terhebat, akan tetapi umat islam bukan umat terhebat. Artinya umat Islam, sebagai manusia yang bercampur antara bodoh dan pandainya, baik dan bejatnya, memilki potensinya sendiri. Artinya, kalau tidak belajar , ya....biar agamanya islam, maka tetap bodoh dan tidak tahu apa-apa. Jadi, keunggulan Islam dari agama terdahulu, tidak menjadi dalil bagi keunggulan umatnya dari umat terdahulu. Karena itulah, maka ketika orang-orang Masehi melihat kepala imam Husain as maka mereka berkata ”Kalau kami yang punya nabi kalian itu, maka jangankan anaknya, bekas kakinyapun akan kami tabarruki” (terjemahan ruh dan maksudnya, bukan matannya). 

Antum lihat, Nabi saww masih baru wafat dan badannya masih hangat, umatnya sudah meninggalkannya sampai 3 hari baru datang untuk menguburkannya. Mereka lebih memilih ribut pemiluan yang tidak diajarkan Islam, ketimbang meminta wasiat dan petunjuk Nabi saww. Bahkan, karena Nabi saww sudah menunjuk khalifahnya dan meminta kertas untuk menuliskannya tapi mereka menentangnya dan mengatakan bahwa Nabi saww telah mengi- gau seperti yang diriwayatkan di Bukhari dan Musalim, maka jelas sahabat-sahabatnya itu paling buruknya shahabat sepanjang sejarah kenabian. Nah, dengan kenyataan ini, maka umat Islam tidak bisa berdalil bahwa ia lebih hebat dari umat sebelumnya dan lebih pandai. 

n. Dari sisi lain, setiap kebenaran, bisa dijangkau dengan dua hal, akal dan Qur'an. Memang jumlah jangkauannya bisa berbeda. Akan tetapi keduanya adalah alat untuk mencapai kebenaran, karenanya dikatakan ilmu. Yakni Qur'an adalah ilmu dan akal juga ilmu. 

o. Dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Qur'an adalah Qur'an, artinya, lengkap, tinggi dan paling sempurna. Tapi kita, umat Islam adalah umatnya, bukan Qur'an. Jadi, kalau kita ingin tahu Qur'an, maka harus meningkatkan daya pikir dan daya tangkap kita serta memperbanyak argument. Karena itulah Tuhan dalam Qur'an menyuruh kita merenungi Qur'an, alam, dan Tuhan sendiri. Yakni MERENUNGI, bukan hanya membaca Qur'an dan apalagi MEMBANGGAKAN Qur'an. Memang, bangga boleh dan harus, tapi bukan itu yang meninggikan kita secara sesungguhnya, karena bangga itu baru merupakan langkah awal dalam mengimani Qur'an dan ketinggian serta kelebihannya dari agama lainnya. Dan hakikat ketinggiannya dalam kita, bukan dalam Qur'an, adalah ketika kita memahaminya dengan akal kita dalam kemasan argument yang jelas, kuat dan gamblang. 

p. Ketika Tuhan Qur'an, Nabi saww dan para imam suci as, tidak bisa dipahami penjelasannya dengan baik, lantaran mereka berbahasa sesuai dengan umat yang dihadapinya (beda kalau menghadapi Plato), yakni umat yang kebanyakan kasar dan tidak pandai, maka sudah jelas mereka mengemas ajarannya dalam bentuk bahasa yang bisa dipahami secara gradasi. Karena itulah dalam ilmu Ushulfikih dikatakan bahwa dalam memahami hukum harus merujuk ke peradaban bahasa waktu adanya para makshum, bukan sekarangan. Hal itu supaya dapat kita pahami di waktu sekarangan ini, apa maksud sebenarnya di waktu dulu sesuai dengan maksud pengucapnya, yakni Tuhan, Nabi saww dan para imam makshum as. 

q. Ketika mereka (Tuhan, Qur'an, Nabi saww dan para imam makshum as) mengajar dalam bentuk bahasa yang bergradasi, dan di lain pihak mewajibkan kita menggunakan perenungan akal dan dalil, maka dalam ajaran-ajaran yang berupa makrifat, yakni yang bukan hukum, maka kita harus menggunakan rumus dalil-dalil kebenaran yang gamblang. Dari manapun dalil-dalil itu. Baik ditemukan kita, atau umat terdahulu, seperti benda lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih kecil. 

r. Nah, ketika kita melihat, bahwa ilmu-ilmu dari umat terdahulu itu, sebagiannya memiliki rumus-rumus dalil yang akurat dan gamblang (filsafat), maka layak sekali untuk dijadikan alat memahami ajaran mereka itu (Tuhan ...dan seterusnya itu itu). 

s. Karena itulah kalau kita melihat secara seksama, betapa kayanya agama kita dan betapa hebatnya. Bayangin, dulu dikala hanya para filosof yang mengerti bahwa Tuhan hanya mencipta satu makhluk dari satu itu mencipta yang lainnya, dalam Islam dengan mudah dapat dijumpai hadits yang mengatakan bahwa makhluk pertama adalah Akal, Nur Muhammad.... dst, atau ”Aku dan Ali dari pohon yang sama”.....dan seterusnya. 

t. Akan tetapi umat Islam, karena belum terlalu tinggi berpandangan ilmu kala itu, maka sudah tentu yang ditonjolkan dalam ajaran-ajaran makrifat alias selain fikih itu mendasarkannya kepada keimanan dan kepercayaan kepada Rasul saww sekalipun tidak paham dengan sejelas-jelasnya apa yang dimaksudkan Nabi saww. 

u. Karena itulah maka rumus pemikiran, asal jelas dan gamlang, bisa digunakan untuk menguak ajaran-ajaran makrifat itu, bukan fikih. 

v. Jadi, Islam sama sekali tidak perlu kepada ilmu umat terdahulu, tapi untuk memahaminya bisa dikatakan perlu seperti dimakrifat dan bisa dikatakan tidak perlu seperti di fikih. Dan ingat, yang perlu itu adalah kita, bukan Nabi saww dan para imam makshum as, karena mereka sudah mencapai tingkat sesungguhnya Qur'an itu dengan kesucian dari dosa yang mereka ikhtiari-i yang ditempuh dalam waktu yang super cepat dan yang tidak bisa dijangkau oleh yang lainnya. 

w. Ilmu-ilmu terdahulu itu, tidak beda dengan ilmu-ilmu sekarang yang didapat dari umat Islam atau barat yang kafir. Artinya, kalau ia benar dan argumentatif, maka mengapa tidak dijadikan alat memahami Islam? Apakah dulu ada pelajaran matematika, fisika, kedokteran, ushulfikih, kalam, hadits, tafsir, metodologi tafsir...dst? Nah, kalau kita mengatakan bahwa Islam ternoda karena telah memakai ilmu-ilmu orang terdahulu, maka ia juga ternoda karena telah mengambil dari umatnya sendiri atau orang kafir pada masanya. Anda akan berkata bukan, bahwa semua itu adalah alat menjabarkan Islam? Nah, seperti itu pula posisi ilmu-ilmu terdahulu. 

x. Sementara untuk metode pencapaiannya, bukan makrifatnya, baik yang berupa hukum atau akhlak atau irfan, maka jelas Islam memiliki jalan yang lebih lengkap. Karena itulah maka bagi yang pandai menggalinya, akan menjadi setingkat dengan nabi-nabi as terdahulu. Karena itulah maka dalam suluk atau cara pencapaian, Islam memiliki ajaran yang kaya yang bisa dipahami dengan lebih mudah dari ajaran makrifatnya. Karena itulah suluk dalam Islam sangat lengkap dan hebat serta tinggi. 

Wassalam. 

Jajar Genjang: Luar biasa! Terima kasih banyak atas penjelasan yang begitu terperinci. Hal sangat bermanfaat bagi para awamis seperti saya. Semoga anda senantiasa berada dalam kasih & sayang Allah swt. Amin. Terima kasih. 

Sinar Agama: Salam, terimakasih atas doanya, semoga meliputi antum dan semua teman- teman fb lainnya juga, amin. Semoga antum menerbitkannya untuk umum ketika mengirimkan pertanyaan antum hingga bisa dilihat orang lain di beranda umum, bukan hanya saja di beranda saya.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Wahdatu Al-Wujud (Bagian: 11)






Seri Tanya Jawab : Herry Yuli Sunarno dan Ustad Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, January 26, 2011 at 7:16 am


Herry Yuli Sunarno: Salam ustadz.... afwan ana ingin bertanya lagi, mohon jawaban dari antum.. syukron. Tentang Firman Allah swt: ”Hai, jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Qs. Ar Rahmaan : 33). Apa ya maknanya..? 

Sinar Agama: Bismillaah… 

1. Penjuru langit dan bumi itu, ada dua hal, materi dan non materinya. Materinya yang kita kenal dengan Alam-Materi yang dibatasi dengan langit pertama. Karena Tuhan mengatakan bahwa langit pertama dihiasiNya dengan bintang-bintang. Jadi, galazi-galazi itu berakhir di langit pertama. Memang hal ini tidak pasti seratus persen, tapi Ayatullah Jawadi Omuli hf sangat memungkinkan hal tersebut. 

Tuhan berfirman dalam QS: 37: 6, ”Dan Kami hiasi langit dunia dengan keindahan bintang- gemintang”. Jadi, kemungkinan besar, selama masih materi, yakni dunia, maka ia dibatasi dengan langit pertama. Ini yang materinya atau Alam materinya. 

2. Yang ke duanya adalah non materinya, yakni non materi langit dan bumi. Inipun ada dua: 

a. Non materi yang ruh, yakni ruh setiap materi. Sudah sering saya menulis pembuktian adanya ruh pada setiap materi ini (lihat catatan2 sebelumnya). 

Nah, setiap materi, termasuk bumi dan langit, memiliki wujud nom materi yang me- ngatur dirinya secara langsung seperti manusia, binatang, tumbuhan, bebatuan dan seterusnya. Ruh materi ini disebut juga dengan Malakuuti al-Samaa’i wa al-Ardhi, yakni dimensi non materi dari langit dan bumi yang pernah dilihat nabi Ibrahim as (QS: 6: 75), dimana kita juga diperintahkan untuk melihatnya (QS: 7: 185). 

b. Sedang (b)-nya adalah non materi yang tanpa ikatan materi sama sekali. Inipun ada dua: b-1. Non materi Barzakhi, yaitu non materi yang hanya tidak memiliki beban materi tetapi masih memiliki sifat-sifat lainnya. 

b-2. Non materi Akli atau Akal, yaitu non materi yang sama sekali tidak memiliki sifat- sifat apapun dari materi. 

3. Dalam pembuktian adanya akhluk Akal atau malaikat tinggi ini, dan juga non materi Barzakhi, sudah sering saya katakan bahwa yang Akal adalah sebab bagi Barzakh dan Barzakh bagi materi (pembuktiannya bisa dilihat di catatan-catatan sebelum ini)..Yang ingin saya katakan sekarang, adalah bahwa setiap sebab itu atau sebabnya sebab, maqamnya lebih tinggi dari akibatnya, akan tetapi bukan tempat, tetapi posisi. Artinya tanpa sebab, akibat tidak mungkin terwujud. Nah, ketinggian posisi ini, ada di dalam akibat itu sendiri. Yakni sebab itu, ada di batinnya akibat, dan sebabnya sebab ada di batinnya batin akibat. 

Jadi, untuk mencari sebab, akibat harus mencarinya di dalam dirinya sendiri. Tentu saja, kalau sebabnya itu non materi, maka keberadaan di dalamnya itu bukan berarti tempat dan waktu. 

4. Setelah kita tahu tentang hakikat alam ini, yakni langit dan bumi ini, yakni bahwa memiliki lahir badani dan batin ruhi dan malakuti, kita sekarang akan lebih mengerti apa arti ayat yang ditanyakan itu, yakni peluang yang diberikan Tuhan kepada kita untuk melanglangi langit dan bumi. Begitu juga akan lebih dimengerti akan arti kemampuan di sini. 

5. Untuk obyek pelanglangannya, yakni langit dan buminya, berarti ada dua yang bisa dilanglangi, materi dan non materi. Untuk melanglangi materinya, maka bisa dengan dua cara. Dengan cara materi pula, seperti teknologi, dan bisa dengan non materi yang kita katakan ruh manusia itu. 

Jadi, untuk menelurusi bumi dan langit materi, manusia memiliki dua potensi tersebut, yakni potensi teknologi dan potensi pembersihan ruh dari materi hingga menjadi kuat ke-non materiannya. Yang teknologi jelas bagi setiap orang. Tetapi yang non materi ini mungkin tidak jelas bagi semua. Resepnya, siapa saja yang mengurangi keterhubungannya dengan materi, maka ruhnya akan menjadi semakin kuat dari sebelumnya. Baik jalannya sesuai Islam atau tidak. Kekuatan yang sesuai Islam itu dikatakan mukjizat dan karomah, sedang yang tidak sesuai itu dikatakan sihir dan/permainan. 

Misalnya orang dengan bertapa menjadi kuat ruhnya dan melanglangi bumi/langit materi. Atau dengan wirid-wirid dalam Islam, ia juga bisa melanglangi bumi/langit, tetapi masih tergolong permainan, bukan Islam yang Islam. Karena bagi islam, semua kemampuan batin itu bukan tujuan penciptaan, dia hanya berupa kemampuan, tetapi pencipataan dan kemampuannya ditujukan untuk yang jauh lebih sempurna, yaitu Insan Kamil dimana melewati Akal-Satu sekalipun. Dan perlu dikatahui bahwa kalau manusia sudah mati, maka ia sangat bisa melanglangi bumi/langit materi ini. Jadi, kemampuan petapa atau pemain-main dengan gaya karamat itu, sebenarnya orang yang lengah terhadap tujuan hidupnya dan buru-buru ingin melangnginya sebelum mati. Tetapi para Nabi dan aulia, sekalipun mereka mampu, tetapi kemampuannya itu tidak dicarinya, dan tidak pula digunakannya kecuali dengan perintahNya. 

6. Contoh Islam yang Islamnya, adalah mi’raj Nabi saww. Dimana pelanglangan beliau di tingkat materi ini, jelas dengan kemampuan Ruh beliau saww, dimana telah membawa badannya ke Palestina, ke antariksa dan sampai kepada langit pertama sebagai batasan alam atau dunia ini. Sedang contoh permainan atau juga karomatnya (karena keduanya terlihat sama dan yang membedakan hanya cara mencapai kekuatannya dan niat pelaksanaannya) seperti salah satu wali di jaman nabi Sulaiman as yang mengangkat singgasana ratu Balqis hanya dengan sekedip mata. Atau para penyihir yang terbang kesana kemari seperti Leyak (di Bali), dan lain-lainnya. 

Sedang contoh Islam yang bukan Islam hakikinya, adalah orang-orang yang terbang ke sana kemari, tanpa perintah Tuhan. Yakni yang hanya berdasar pada kemampuan yang didapat dari wirid dan semacam bertapa dan berdasar pada ayat di atas terhadap kehalalannya. Biasanya tentang mereka ini, kita mendengarnya di beberapa wali-wali di Indonesia atau di Yaman. Tetapi sudah tentu tidak ada yang pasti terhadap posisi sebenarnya setiap orang, apakah ia wali yang wali atau wali yang suka main-main. 

7. Sedang untuk dimensi malakuutinya langit dan bumi, maka dengan ruh yang ada pada manusia, manusia memiliki kemampuan untuk itu. Tetapi tetap saja ada dua cara, Islam yang Islam dan ada juga yang bukan islam atau Islam yang tdak hakiki tadi. Tetapi yang bukan islam dan Islam yang tidak hakiki, memiliki keterbatasan penembusan di langit dan bumi yang batin atau non materi ini. 

Contoh untuk Islam yang Islam, adalah para nabi dan imam serta wali yang wali. Mereka bisa menembus Barzakh tempat ilmu Allah tentang liku-liku semua alam materi termasuk ikhtiar dan perbuatan manusia dan akhir yang akan dicapai masing-masing orangnya (dimana dikenal dengan kitab takdir yang, berarti takdir Tuhan terhadap semua alam materi dan takdir Tuhan untuk berikhtiarnya manusia,,serta ilmu-ilmu pasti Tuhan terhadap pilihan, perubahan, pilihan akhir dan akibat atau hasil dari masing-masing ikhtiar manusia). Dan setelah itu, menembusi ’Arsy atau Akal-Akhir yang juga dikenal dengan al-Lauhu al-Mahfuzh dimana terdapat ilmu Tuhan tentang apa saja secara detail dan pasti dan tidak ada perubahan serta kebermacam-macaman yang dalam artian berdimensi. Jadi dia adalah wujud paling bawah dari yang tidak memiliki dimensi nyata, dan dimensinya hanya berupa i’tibar atau ide. Dan setelah itu terus sampai ke Akal-akal yang lainnya sampai ke Akal-satu, dan ke makam Asma-asma Tuhan seperti yang sudah sering saya katakan dan argumentasikan di catatan lainnya terkhusus tentang Wahdatulwujud 1-10. 

Sedang contoh yang tidak Islaminya, seperti Iblis yang karena pengabdiannya sebelum ingkar kepada perintah Tuhan tentang sujud dan kesombongannya di depan Tuhan serta merasa benarnya sampai sekarang dan merasa salahnya-Tuhan sampai sekarang pula, maka karena pengabdiannya yang luar biasa sebelumnya itu, Tuhan tetap memberikan kemampuan menembusi beberapa langit. 

Kalau Tidak salah sampai pada masa nabi Nuh as ia bisa menembusi langit ke lima, dan pada masa nabi Isa as ia hanya bisa menembusi langit ke 3 dan pada masa nabi Muhammad saww, tinggal satu langit saja. Tentu saja jumlah langit itu bisa salah, tetapi turun bertahapnya benar. Dan langit-langit ini sangat mungkin adalah langit batin atau non materi, bukan materi. Karena langit ke tujuh itu adalah sebelum ’Arsy. 

Jadi, langit pertama adalah materi, lalu langit ke dua dan sampai ke tujuh adalah non materi. Keberadaan langit ke dua ke atas ada di Barzakh, dan paling tingginya adalah langit ke tujuh dimana paling tingginya surga mukminin, menjelang ’Arsy dan Surganya Mukqarrabun atau Akal-akhir sampai ke atas. 

8. Sedang untuk alatnya, jelas juga ada dua, materi dan non materi. Yang materi untuk langit bumi materi seperti teknologi. Tentu saja teknologi inipun tetap bertopang pada ruh manusia karena dicapai dengan kemampuan akal dalam mengolah materi, dan akal salah satu daya ruh manusia. Sedang alat non materinya adalah ruh manusia dalam menembusi langit dan bumi, apakah materinya yang melalui alat akal dalam mengelolah materi itu atau non materinya langsung dalam membawa badannya ke seantero materi dan non materi langit- bumi. Dan cara pencapaiannya yang Islami adalah dengan syariat dan apa-apa yang telah diterangkan dalam teori seperti Suluk Ilallah yang ada dalam catatan alfakir itu. 

9. Yang perlu diperhatikan di sini, pelanglangan ke alam non materi, yakni ke alam sebab kita, yakni Barzakh dan Akal, yakni ke alam dan wujud di atas kita, karena bukan tempat dan waktu, dan karena sebab adalah batin akibat, maka pelanglangannya bukan dari tempat ke tempat, tetapi dari maqam ke maqam. Dan karena itu berarti pelanglangannya itu di dalam diri kita sendiri. Yakni semakin kita mencapai maqam yang tinggi berarti kita telah mencapai maqam yang lebih dalam, dalam batin kita. Jadi, mencarinya di dalam diri sendiri, bukan di luar ruh kita. Itulah mengapa imam Ali as mengatakan ”Apakah kamu kira bahwa kamu adalah sesuatu yang kecil, padahal di dalam dirimu terbentang alam yang lebih luar dari alam ini?” 

10. Sedang Isra’ dan Mi’rajnya Nabi saww, adalah dua-duanya, yakni pelanglangan dari materi ke materi, dari Masjidilharam ke Masjidilaqasha dan dari sana ke langit pertama (katakanlah batas alam materi). Dan dari batas alam materi inilah isra’ mi’raj itu dilakukan dengan ruhani saja, tapi tanpa meninggalkan badannya. Yakni yang naik itu adalah ruhnya saja. Dan ingat bahwa naik yakni menukik ke dalam diri, bukan ke luar sebagaimana maklum. Dalam hal ini, yakni mengapa harus dengan badan dulu sampai ke batas dunia materi, hanya Tuhan yang tahu hikmahnya. Kalau boleh diraba adalah sebagai tambahan pengetahuan kepada Nabi saww, sebagai rahmat buat beliau dan tanda kasih sayangNya, serta hujjah untuk umat manusia, baik umat terdahulu atau super modern sekarang ini. 

Kalau tanpa itu semua, maka isra’ mi’raj cukup dilakukan di rumah, karena yang melanglang itu adalah ruhnya, dan ke dalam diri, bukan ke luar. Karena itulah Nabi saww bersabda ”Shalat itu mi’rajnya mukmin”. Yakni dalam keadaan dia di kamar atau masjid, ruhnya melanglang sampai pada shidratulmuntaha. 

Catatan: Tentang kemampuan syethan melanglangi langit itu, dari sisi jumlah langitnya saya bisa salah, karena sudah tidak ingat lagi secara pasti berapa-berapanya dimasa-masa sebelum nabi Nuh as dan nabi Isa as. Tetapi barusan saya berusaha cari di hadits, baru ketemu bahwasannya sebelum lahirnya nabi Muhammad saww, syethan masih bisa menjangkau langit ke 3. Wassalam, sudah selesai. Silahkan simak dan komentar. Bagi yang tanya tentang energi prana, saya mengharap jelaskan dulu apa maksud energi itu. Karena kalau energi itu adalah energi yang umum, yakni yang materi, maka jelas ianya adalah materi. 

Herry Yuli Sunarno: Luar biasaa... Timbul pertanyaan baru ustadz... Bagaimana caranya kita menemukan alam yang lebih luar dari alam ini yang terdapat dalam diri kita...? 

Sinar Agama: Globalnya, adalah lakukan semua kewajiban dengan benar, tinggalkan semua maksiat, tinggalkan semua makruh, semua itu dengan hati dan raga. Kemudian tinggalkan dengan hati saja, apa-apa yang mubah, yang baik, karomat, ilmu, ibadah, surga, kasyaf, al- lauhu al-mahfuuzh....dst sampai ke Akal-satu. Yakni lakukan semua itu tetapi bukan karena suka, tetapi karena Allah swt semata. Dan jangan melirik semua selainNya. Ini cara Global dari yang Islami (benar). Dan rincinya bisa dipelajari catatan alfakir tentang Suluk Ilallah itu. Tetapi cara tidak Islaminya, maka kurangi keaktifan ruh kita dengan badan kita dan materi lainnya, seperti bertapa...dan seterusnya. 

Maka walau tidak terlalu tinggi, maka akan dapat menguak beberapa diantaranya. Tetapi kemampuan yang tidak Islami ini, bukan kemuliaan, karena nanti kalau kita sudah pada mati maka akan sakti semua dan berkaromah semua. 

Bedanya yang nerakais kesaktiannya menyembur-nyemburkan api, nanah, duri...dst, dan yang surgais mewujudkan kenikmatan-kenikmatan sesuai dengan tingkatannya. Jadi orang mukmin di surga jarinya juga akan mengeluarkan susu kalau dimaui. 

Sekian. Terima kasih. Al-fatiha- sholawat. Wassalam. 

In this note: Sinar Agama, Herry Yuli Sunarno 
Heriyanto Binduni dan 19 orang lainnya menyukai ini. 

Sinar Agama: Salam, belum selesai kok sudah dimuat? Tolong lengkapi tuh. 

Alexander Rofiq Zulkarnain detikcom - Teheran, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengingatkan Israel, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Tunisia dan Libanon. Hal itu disampaikan Ahmadinejad dalam pidatonya di depan warga Iran di Kota Yazd seperti diberitakan media Iran, Press TV, Kamis (20/1/2011). 

Menurut Ahmadinejad, negara-negara Barat bermaksud mengambil hak-hak warga Tunisia melalui perang psikologis. Kerusuhan massal dan aksi-aksiprotes telah melanda Tunisia dalam satu bulan terakhir. Kerusuhan pecah di Tunisia menyusul aksi pembakaran diri seorang pedagang buah berumur 26 tahun, Muhammad Bouazizi, yang membakar dirinya setelah polisi menyita barang dagangannya. Ahmadinejad menyerukan para politikus Tunisia untuk menerapkan kewaspadaan di tengah intervensi asing dan memperhatikan kebutuhan dan suara rakyatnya. Menurut Ahmadinejad, rakyat Tunisia menginginkan pemerintahan Islam. 

Dalam pidatonya, Ahmadinejad juga mengecam pengadilan PBB yang didukung Barat yang menyelidiki pembunuhan mantan Perdana Menteri Libanon Rafiq Hariri. Ahmadinejad mendesak AS dan sekutu-sekutu Eropanya untuk berhenti ikutcampur di Libanon. Libanon saat ini dalam kebuntuan politik menyusul bubarnya pemerintahan Perdana 

Menteri Saad Hariri yang ditandai dengan mundurunya 11 menteriterkait Hizbullah. Pengunduran diri 11 menteri itu terkaitpertikaian soal Pengadilan Khusus untuk Libanon (STL),yang menyelidiki pembunuhan Hariri pada tahun 2005.Pengadilan yang didukung AS itukabarnya akan memvonis beberapa anggota Hizbullah dalam kasus pembunuhan Hariri. Padahal gerakan perlawanan Libanon tersebut selama ini dengan tegas menolak tuduhan keterlibatan pembunuhan Hariri.20 Januari jam 6:18 · Suka · 3 

Anggelia Sulqani Zahra: Iye. ustad. Maaf..udah dilengkapi... 

Sinar Agama: Anggelia, kamu apa kabar? Sekali hilang tidak tahu kemana juntrungannya. Eh ... sekali datang ... terus nulis...he he he...semoga selalu dalam jalanNya. 

Alexander Rofiq Zulkarnain: Marilah Kita Bersatu Melawan Israel. 

Herry Yuli Sunarno: Waduhhh kok termuat di sini yaaa....pertanyaan lanjutan ana di dinding antum belum terjawab ustadz.. afwan. Shalawat dulu ahh.... 

الّلهمَّ صلِّ على محمَّد وآل محمَّد

Anggelia Sulqani Zahra: ustad..mohon maaf... saya setiap saat mengikuti diskusi-diskusi ustad di fb.. mencoba memahami catatan dan komentar-komentar ustad. Sesuai yang diinginkan setiap goresan ilmu ustad, sungguh dengan keterbatasan logika saya.. (yang hanya belajar dari rekaman-rekaman kajian ustadku, semoga Allah merahmatinya) membutuhkan ketenangan diri dan ketawadhuan untuk menangkap hikmahnya. Mohon maaf ustad... 

Muhammad Romeo Alweni: duuh.. udah pada main politik nih.. emank barusan hilang.. pada belajar di sospol ya? Ana sarankan mendingan kita belajar agama aja,biar gak sesat.. kan rugi, hidup cuma sekali.. dibodohin lagi.. 

Fatimah Zahra: Salam ustad,,, ini yg selalu jadi bahan renungan saya yang tidak ada habis- habisnya mohon jawab ya ustad.. Tentang perbuatan luar biasa manusia.. yaitu ada yang dari Tuhan (seperti mukjizat dan karomah yang diberikan oleh manusai yang suci) dan ada yang BUKAN DARI TUHAN. Saya baca di catatan ustad saya kutip pernyataan : ”contoh Islam yang bukan Islam hakikinya, adalah orang-orang yang terbang ke sana kemari, tanpa perintah Tuhan. Lantas atas perintah atau izin siapa kah perbuatan luar biasa yang di dapatkan manusia itu di dapat? 

Taruhlah seperti di buku yang saya baca, itu di dapatkan dari iblis, orang yang bersekutu dengan iblis.. nah di point ini lah saya yang lemah akal ini kebingungan,, Di mana peran Tuhan pada kejadian ini? Apa Tuhan serta merta tidak ada campur tangan sedikit pun di sini, padahal Tuhan itu sumber kausalitas,, 

Sinar Agama: Ok kalau ghitu, tolong juga diskusi lanjutannya di sana juga dimasukin kalau bisa dan tidak merepotkan. Terimakasih. Aku pamit dulu, tolong mas Herry lihat jawabku, dan untuk Fathimah tulis saja di komentarnya mas Herry itu pertanyaanmu, nanti setelah aku pulang I-Allah akan akan jawab. Mohon doa selalu wassalam ana harus keluar dulu. 

Fatimah Zahra: Baik ustad, saya tunggu jawaban ustad... 

Herry Yuli Sunarno: Iya ustadz... sudah ku lihat dan cukup mumet kepalaku.. panas rasanya baca dan mencoba memahami kalimat antum yang penuh dengan hikmah itu.... 

Komar Komarudin: Afwan PAK HERI perlu mukadimah baca panduan logika muslim dulu karya Ust Hasan Abu amar, terbitan mulla Shadra, sepertinya kayanya antum aga susah dapatkan buku itu, sudah tidak dicetak, kalau mau aku pinjamkan photo copi aja.. yah. Setelah itu tidak berhenti sampai di situ, harus ada pembimbing yang mengarahkan isinya alias ustadnya, baru bisa faham, dan ada ujiannya, saya aja beberapa kali ikut sama ustad dinyatakan lulus test hanya sampai bab EMPAT PERHUBUNGAN. Insyaa Allah saya mau lengkapi sampai selesai ..... 

D-Gooh Teguh: Om Komar: saya dicopykan dunk... sama dikirimken. Saya ganti biaya fotokopi dan jilidnya juga ongkirnya... jika bersedia inbox saya ya... sama nomer rekening dan besarnya... terimakasih... 

Fatimah Zahra: Om teguh saya juga mau dong hehehhee. 

D-Gooh Teguh: Yang punya om Komar gitu kok... kasih info urusan yang kuinboxkan... hadiah bersyarat. Hehehehe... nanti kukopikan dan kirimkan kalau om Komar bisa membantu kopi dan kirimken... 

Sinar Agama: Fatimah Zahra apa syarat hadiahnya?? Hehehehe 

D-Gooh Teguh: Mumetz... 

D-Gooh Teguh: Urusan yang diinbox itu to... sedang mencari jalan tersingkat untuk beroleh kesaktian... 

Fatimah Zahra: Kendalikan diri mu anak muda!!! Tapi jika om masih ingin buru-buru sesuai inbox itu baik. Lah.. In box no hp mu om. Biar aku pandu dari jauh mekanismenya.. 

Ariaan Teoh Abdullah Ariaan: Hurmmm... 

Sinar Agama: Betapa cintaku pada antum semua, saling berbicara seperti pada saudaranya sendiri, semoga Tuhan selalu menjaga kita semua, amin.... 

Sinar Agama: Ya... Anggelia, yang tanya jawab dengan Sulaim Hilmi itu bisa dijadikan Wahdatul- wujud-12, terimakasih, buruan ya... he he he 

Fatimah Zahra: Subhanallah...Kita pun cinta kepada ustad..Yang tak mengharap pamrih berbagi ilmu. 

Sinar Agama: Fathimah: ada dua padeng pamrihku: 

(1) Takut diazab Tuhan karena tidak membagi ilmuNya (tentu kalau ilmu yang benarnya), sebab dalam Qur'an dikatakan bahwa ilmu agama itu harus dibagikan (wajib). 

(2) Ingin mendapat pahalaNya, cintaNya, RidhaNya dan ampunanNya., maka itu sambung doa ma-ki’ (logat Sulawesi). hem.... 

Anggelia Sulqani Zahra: Salam. Terima kasih atas bimbingannya ustad. WW Bgn 12 udah terbit...



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ