Tampilkan postingan dengan label Syaithan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syaithan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Mei 2020

Taubat dan Masalah Suara Hati/syethan?


seri tanya-jawab, Yetty Fathimah dan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/232754106769393/ by Sinar Agama (Notes) on Thursday, August 11, 2011 at 3:03am

Yetty Fathimah: Salam.. Afwan ustadz, mungkin pertanyaan saya ini menyimpang dari tema. Tentang taubatan nasuha, jika seseorang telah meniatkan dalam hati dan telah memohon ampunan dari Nya.. Namun dalam hatinya masih ada keragu-raguan apakah taubatnya di terima, terus takut tergoda untuk melakukan kesalahan yang sama, dengan kadang terlintas pikiran- pikiran jelek. Apakah itu tanda bahwa taubat yang dilakukannya tidak sungguh-sungguh? Dan apakah ada tanda-tanda dariNya dalam perubahan didiri kita apabila taubat seseorang diterima olehNya? Mohon penjelasan nya ustadz.. Terima kasih.

Sabtu, 21 Desember 2019

Jin, Iblis dan Syaithan


Seri tanya jawab Achmadi Al Fauzi dengan Sinar Agama November 2, 2013 at 4:16 pm


Achmadi Al Fauzi mengirim ke Sinar Agama: 17 April 2013, Salam Ustadz; apakah jin, syaithan, dan iblis itu beda? Beri penjelasan perbedaannya dan kesamaannya. Yang tidak mau sujud sama Nabi Adam syaithan, jin atau iblis?


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Jin, adalah makhluk yang badannya dicipta dari api atau, yang juga biasa dikenal dengan materi ringan (api) atau materi tidak padat atau tidak terlalu padat. Mereka ini memiliki taklif juga dari sisi Allah hingga yang taat dan taqwa, akan ditempatkan di maqam yang tinggi dan yang sebaliknya, maka sebaliknya.

2- Iblis, adalah jin yang taqwanya hebat yang taat kepada Allah selama kurang lebih 50.000 tahun hingga diletakkan oleh Allah di maqam malaikat. Karena itu, ketika malaikat diperintahkan sujud kepada nabi Adam as, jin yang taat ini, tercakup dalam perintah sujud itu. Karena itu, ketika ia tidaksujud, maka ia diturunkan dari maqam itu dan akan diadzab oleh Allah. Tapi dia meminta penundaan untuk membuktikan kebenarannya dan kesalahanNya. Karena itulah ia dipanjangkan umurnya sampai hari kiamat tiba. Nah, jin yang taat hingga mencapai maqam malaikat itu, laludikeluarkan dari surga dan maqamnya itu dan akan dimasukkan ke jahannam kelak karena setelah tidak sujud pada nabi Adam as, ia bukan malah bersedih, tapi semakin sok yakin terhadap kebenaran dirinya dan kesalahan Tuhannya, maka jin inilah yang dikenal dengan Iblis itu.

3- Syaithan ada beberapa arti. Yang pentingnya, adalah yang menjauhkan dari Tuhan. Nah, apa saja yang menjauhkan dari Tuhan, maka ia adalah syaithan. Apapun bentuk dan esensinya. Jadi, jin iblis atau jin pengikut iblis atau manusia pengikut hawa nafsu dan iblis dimana semuanya itu menjauhkan yang diganggu dari Tuhan dan hidayahNya, maka mereka disebut syaithan. Wassalam.


Achmadi Al Fauzi: Syukran Ustadz 

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Selasa, 17 Desember 2019

Fikih dan Berbagai Arah Datangnya Syaithan


Seri tanya jawab Heri Widodo dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 6:17 pm


Heri Widodo mengirim ke Sinar Agama: 16 April, Assalamu’ alaikum wr...wb. Sholawat. Ustadz, afwan. Ana pernah membaca riwayat tentang salah seorang Makshumah, seingat ana Assajad Imam Ali Zaenal Abidin Sa setiap hendak mendirikan sholat wajahnya langsung pucat, tubuhnya gemetar. Di situ dijelaskan bahwa Beliau benar-benar sangat menyadari bahwa hendak menghadap kepada Yang Maha Layak Ditakuti. yang jadi pertanyaan ana adalah apakah untuk riyadoh peningkatan ruhani kita bisa memulai dengan benar-benar merasa takut, pucat, gelisah, tegang, serius, & semacamnya di setiap sholat yang dilakukan. Untuk beberapa masa belakangan ini ana mudah lupa. Apakah karena faktor hati ana sering merasa tenang, tidak takut kepada siapapun, hati banyak berziqir, bersholawat, tidak mudah marah, gerak lahiriah tidak cepat, banyak berhati-hati,dan lain-lain. Dulu waktu kecil ana cerdas sekali apakah karena faktor masa itu gerakan mata, langkah kaki, gerak lahiriah, daya hitung, dan lain-lain ana yang sangat cepat. Mohon petunjuk apakah ana tetap dalam kekhusyuan ataukah kembali bergerak lebih cepat lagi dengan imbas-imbas yang pasti akan menyertainya.

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: Jalan bagi antum dan semua kita-kita, adalah hanya satu, yaitu berbuat sesuai fikih yang sudah antum baca itu. Tidak ada jalan lain. Karena di fikih itu, semua kondisi sudah diberikan jalan keluarnya.


Antum amalkan fikih itu dengan benar, sampai tidak melakukan dosa lagi. Kalau fikihnya sudah dihafal, atau sudah dibaca beberapa kali hingga banyak yang teringat, maka disela-sela itu, antum baca-baca tulisan-tulisan alfakir tentang akidah, akhlak dan irfan.

Ingat, syethan itu bisa datang dari depan, belakang, kanan dan kiri. Dari depan, adalah memberikan khayalan-khayalan yang jauh ke depan, seperti mau jadi wali, mau jadi milyuner...dan seterusnya... sementara potensinya jauh dari mencukupi. Dari belakang adalah mengenangkan apa saja yang terjadi di masa lalu yang membuat kita tersendat untuk berjalan, apakah pengalaman itu pahit atau manis. Dari kanan, biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan akidah atau fikih atau apa saja yang memiliki ciri yang sama, yaitu berat dan tinggi hingga tidak bisa dijawabnya dan membuat yang diganggunya itu bingung dan jadi malas bergeliat untuk taqwa. Yang dari kiri biasanya imingan-imingan dunia baik manis atau pahit. Misalnya kalau kamu taqwa kamu tidak akan punya teman...dan seterusnya. Padahal keduanya tidak berhubungan. Atau kalau kamu taqwa maka kamu akan miskin....dan seterusnya.

Menurut saya, minimal setahun ini, antum fokus pada fikih, baik pengulangan-pengulangan bacaannya dan/atau pengamalannya sampai yakin tidak melakukan dosa sama sekali. Tidak usah berfikir yang makruh atau sunnah. Kalau mau tinggalin yang makruh, tinggalin yang besar- besarnya saja begitu pula kalau mau melakukan yang sunnah, lakukan dengan sedikit saja.

Saya sebenarnya ingin mengatakan “Haram bagi antum untuk merenungi maqam-maqam para nabi as dan para imam as”. Antum tidak usah berfikir maqam-maqam para wali dan berhenti dulu melakukan itu. Karena antum, bisa sangat jauh memahaminya sementara itu, kewajiban fikihnya masih banyak yang salah dan/atau belum diamalkan hingga masih ada dosa, baik besar atau kecil.

Contohnya seperti keadaan imam as yang pucat-pucat menjelang shalat. Hal itu tidak akan dipahami kecuali bagi yang benar-benar belajar, dan mengamalkan sekuatnya apa-apa yang sudah dipelajarinya itu. Karena kalau tidak paham dimana biasanya merasa paham, maka pucat itu akan dibayangkan dengan keadaan dirinya sendiri yang, tidak punya ilmu seperti imam dan tidak punya taqwa seperti imam. Akhirnya, pucat itu menjadi sangat rendah derajatnya dan, bahkan menjadi keburukan buat imam. Kan kita sering dengar, bahwa:

“Kebaikan orang yang berderajat biasanya, merupakan keburukan bagi yang berderajat atas.” ???!!!!

Ilustrasi: Beberapa waktu yang lalu, sempat beredar pernyataan salah satu mahasiswa Tehran yang kagum pada tangisannya ayt Bahjat ra kalau shalat dan karenanya ia 3 th ke Qom untuk shalat bersama beliau ra. Lama-lama, ia berhenti karena merasa percuma karena tidak paham kenapa selalu menangis dan menjerit ketika mengucap salam. Lama-lama ia penasaran lagi dan datang ke ayt Bahjat ra untuk mendapatkan jawaban terhadap mengapa beliau ra selalu menangis. Lama-lama ia merasa paham walau tidak dijelasin dan hanya disenyumi oleh beliau ra dan pulang ke Tehran. Lama-lama ia mimpi shalat jamaa’ah dengan beliau ra seperti biasanya yang ia ikuti selama 3 th itu, tapi ia kebagian shaf paling depan.Lama-lama ketika dalam shalat itu ia melihat di depan ayt Bahjat ra pintu bercahaya yang terbuka dan di balik pintu itu kebun yang indah (surga). Lama-lama setelah shalat mau selesai, begitu salam berakhir yang selalu dengan teriakan itu, pintu itu tertutup. Akhirnya ia jadi paham mengapa ayt Bahjat ra itu selalu menangis dan berteriak ketika menutup shalatnya dengan salam itu. Yakni karena harus pergi dari surga.

Bayangin, surga yang bagi para aulia itu sebagai kesyirikan karena berarti masih memandang indah selain Allah dan masih bisa bagi perhatian kepada selainNya, lah....ini dalam shalat lagi, dikira sangat-sangat merindukan surga hingga ketika mau pergi darinya berteriak dalam salam pamitannya itu, yaitu salam penutup shalatnya tersebut.

Nah, karena itu, saranku, jangan lagi memikirkan apapun. Fokus dulu pada fikih dan pengamalannya dan, di sela-selanya itu, banyak-banyak baca tulisanku yang sudah ada di facebook ini, kalau antum mau.


SAYA TIDAK BERMAKSUD MEMBANDINGKANNYA (tulisanku) APALAGI MELEBIHKANNYA DARI KITAB-KITAB KARANGAN ULAMA HINGGA MENYURUH ANTUM MEMBACA TULISAN-TULISANKU ITU. TAPI KARENA TULISANKU ITU SUDAH DIUSAHAKAN UNTUK SESUAI DENGAN IDENTITAS KEINDONESIAAN DARI SISI SEGALANYA, TERUTAMA DARI SISI PSIKOLOGI, BUDAYA DAN SEJARAHNYA SELAMA INI. SEJARAH MAKSUDNYA SEJARAHKERUHANIANNYA BAIK DARI SISI AKIDAH, IRFAN, RASA DAN CITA-CITA DAN CINTA-CINTANYA. SEMOGA TUHAN MEMAAFKANKU TELAH MENULIS INI.

YA ALLAH...’AFWAKA...’AFWAKA...’AFWAKA...


Mata Jiwa: Subhanallah...saya sampe merinding bacanya...semoga kita semua terus dalam pemeliharaan dan bimbingan ALLAH...

Zainab Naynawaa: Ijin copy.

Wassalam 2 Shares

Haidar Dzulfiqar and 29 others like this.


Daif Malakah: Salam. Ustadz. Tolong penjelasan yang lebih dalam tentang makna “menghadirkan” Imam sebelum memulai scholar. Syukron.

Daif Malakah: Maksudnya sebelum sholat.

Sinar Agama: Daif, maksudnya fokus sama imam Mahdi as dan mengucap salam dan minta ijin (secara akhlaki) untuk melakukan shalat. Setelah itu, harus fokus hanya pada Allah dalam shalatnya, tidak kepada siapapun. Jadi, ucapan salam dan ijin kepada imam Mahdi as itu, adalah anjuranakhlak dari ulama saja yang dikarenakan maqam keimamahannya itu, membuat kita mesti mendapat ijin dan restunya dalam pekerjaan yang baik dan benar. Dan fokus itu hanya kepada imam Mahdi as, karena beliau as adalah imam kita sekarang. Memang, para imam dan/atau imam Mahdi as itu, sudah pasti bukan hanya mengijinkan kita shalat, tapi bahkan memerintahkan dan mewajibkan. Akan tetapi, dari sisi wilayah dan kewenangannya, maka kapanpun imam makshum itu meminta kita, maka kita mesti memenuhinya. Nah, dari sisi inilah, maka mengucapkan salam dan minta ijin secara akhlaki sebelum melakukan kebaikan seperti shalat, belajar...dan seterusnya...adalah pekerjaan yang baik dan bagus sekalipun tidak wajib.

October 26 at 9:06pm · Like · 2



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 17 Oktober 2018

Syaithan Tidak Mungkin Bertaubat



Seri tanya jawab Muhammad Dudi Hari Saputra dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, June 2, 2012 at 10:29pm



Muhammad Dudi Hari Saputra: Mungkin tidak Ustadz, iblis bertobat kemudian dosa-dosanya diampuni Tuhan?

Dan benarkah perbuatan-perbuatan keji dan munkar serta kerusakan yang dilakukan oleh manusia karena godaan syaithan? Kasian si syaithan disalahin mulu dan dosa manusia jadi double:


1. Sudah melakukan perbuatan dosa,
2. Menyalahkan syaithan atas perbuatan dosanya, 
3. Gak mau mengakui kesalahannya karena merasa dia berbuat dosa bukan karena keinginannya tapi karena godaan syaithan, hhe.

Sang Pecinta: Yang jelas syaithan mengganggu manusia di tingkatan ruh-daya-hewannya dimana tempat berkumpulnya semua perasaadan keinginan. Dan kadang mengganggu juga di ruh- daya-akal dengan menggunakan ruh-daya-hewan itu, karena itu banyak akal manusia yang cara berfikirnya diarahkan ruh-daya-hewaniahnya ini. Karena itu sering sesuatu itu disukai dulu, baru dicarikan dalil-dalil akalnya atau tidak disukai baru dicarikan dalil-dalil penolakannya. 

Karena ruh yang menjadi sasaran syaithan, maka tidak ada hubungannya dengan badan seperti darah manusia. Begitu pula karena ruh barzakhi dimana tempat daya-hewan ini adalah sasarannya, maka bisikan syaithan tidak lagi terasa bisikan akan tetapi terasa suara hati sendiri. 

Ruh-daya-hewan adalah ruh yang mengatur gerak ikhtiari dan rasa serta persaraan manusia. sumber

http://www.facebook.com/notes/sinar-agama/makna-syaithan-menggoda-dari-empat-arah-seri- tanya-jawab-d-gooh-teguh-dg-sinar-ag/444574895553064

Makna Syaithan Menggoda Dari Empat Arah, seri tanya jawab D-Gooh Teguh dengan Sinar Agama 

Bismillaah: Makna Syaithan Menggoda Dari Empat Arah D-Gooh Teguh: Saya benar-ben...Lihat Selengkapnya Oleh: Sinar Agama 

Sang Pecinta: terkait dengan si syaithan http://www.facebook.com/notes/sinar-agama/siapa-yang-tidak-bisa-diganggu-syaithan-seri-tanya-jawab-hendric-mahardhika-dg-si/444577075552846

Siapa Yang Tidak Bisa Diganggu Syaithan??!, seri tanya jawab Hendric Mahardhika dengan Sinar Agama 

Bismillaah: Siapa Yang Tidak Bisa Diganggu Syaithan??! Hendric Mahardhika S... Oleh: Sinar Agama 

Sang Pecinta: http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/354022597975876/

Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama

assalamualaikum war..wab.... kepada teman-teman, sadara(i), bapak-bapak, ibu-ibu,... Lihat Selengkapnya 

Sang Pecinta: http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/354023997975736/

Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama

assalamualaikum war..wab....kepada teman-teman, sadara(i), bapak-bapak, ibu-ibu,...Lihat Selengkapnya

Sang Pecinta: Yetty Fathimah:

Syukran ustad..apakah ada amalan (dzikir) yang paling mujarab ustad untuk memantapkan hati.. Sekaligus mohon didoakn ustad.. Afwan

Sinar Agama: Yetty: Kadang yang kamu kira suara hati itu sebenarnya bukan kamu, tetapi syaithan yang berbisik di hatimu. Karena syaithan memiliki kemampuan itu. Jadi, suara syaithan itu tidak pernah terdengar sebagai suara jin (karena syaithan itu dari bangsa jin), tetapi selalu terdengar sebagai suara hati kita sendiri atau kretek hati. 

http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/232754106769393/

Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama 

assalamualaikum war..wab.... kepada teman-teman, sadara(i), bapak-bapak, ibu-ibu,... Lihat Selengkapnya

Muhammad Dudi Hari Saputra: Syukron sang pencinta.. :)

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaanya:

Sekedar tambahan:


Syaithan itu tidak mungkin bertaubat, karena ia sendiri yang tidak mau bertaubat. Perhatikan betapa Tuhan begitu santunnya menegur syaithan ketika ia tidak mau sujud pada nabi Adam as. Tuhan mengatakan mengapa tidak sujud padanya -sesuai perintahKu- apakah kamu dari tingkatan ‘Aaliin atau karena menyombongkan diri. 

Mestinya syaithan dari teguran pertama itu sudah melakukan taubat. Karena mestinya ia sudah tahu bahwa perintah Tuhan itu bukan main-main dan pasti sesuai dengan IlmuNya Yang Tidak Terbatas. Yang ke dua, Allah sudah mengingatkannya. Tapi ia beralasan dan tidak taubat. 

Akhirnya Tuhan mengeluarkannya dari surga. Tapi syaithan, dengan cubitan telinga itu (hukuman ringan), bukan malah menangis dan bertaubat, akan tetapi semakin menyombongkan diri pada Allah lagi. Sombong pada makhluk saja tidak boleh, lah .... ini pada Allah. 

Bukan hanya menyombongkan saja, tapi malah ingin membuktikan kesaahan Tuhan dan menantangNya, yaitu ingin membuktikan bahwa ia lebih afdhal dari manusia. 

Karena itu, syaithan tidak mungkin bertaubat, karena kesombongannya sudah mensubstansi. Yang ke dua, syaithan terus berusaha ingin membuktikan kesalahan Tuhan ketika mengatakan bahwa manusia lebih afdhal darinya. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Senin, 20 Agustus 2018

Lensa (Bgn 12): Tentang Melihat Wajah Rasul saww Dalam Mimpi



Oleh Ustad Sinar Agama 

Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:09


Bermimpi Nabi saww, memang ada maknanya, tapi sekali lagi hal itu tergantung kepada kondisi yang bermimpi. Jadi, mimpi Nabi saww atau selainnya, tetap memiliki makna. Akan tetapi takbirnya, kadang lempeng dan satu kali loncatan, tetapi kadang memiliki beberapa takbir atau jempatan dan loncatan. Yang banyak takbirnya inilah yang dikatakan “kembang tidur” atau “Adhghaatsu Ahlam” (QS: 12: 44). 


Tentang apakah yang dilihat dalam mimpi itu benar-benar Rasul saww.? Maka sebelum menjawab perlu saya ingatkan pada hadits Nabi saww yang sangat terkenal yang berbunyi “Kalau kalian bermimpi aku, maka itu adalah aku, karena syetan tidak bisa meniru wajahku”. Hadits ini telah sering disalahmaknakan dan disalahtafsirka. 

Dikatakan bahwa siapa saja yang bermimpi Rasul saww. maka itu pasti beliau karena syethan tidak bisa meniru wajahnya. Ini penafsiran yang salah pada hadits di atas. Karena Nabi saww, waktu itu sedang berbicara dengan shahabatnya. 

Jadi, kalau shahabatnya melihat beliau dalam mimpi, itu pasti beliau saww. karena syethan tidak bisa meniru wajah beliau saww. Jadi, hadits itu diperuntukkan kepada shahabat, artinya orang yang tahu wajah beliau saww. 


Tapi bagi yang tidak tahu wajah beliau, lalu darimana mengatakan bahwa yang dilihatnya dalam mimpi itu adalah beliau saww? 

Jadi, bagi yang tidak kenal beliau saww. maka tidak ada dalil atas kebeliauan beliau saww. sekalipun dalam mimpinya itu seseorang mengaku beliau, apalagi hanya dikira yang bermimpi atau dikira dalam mimpinya itu atau dikatakan oleh orang lain dalam mimpinya itu. 

Jadi, yang tidak kenal beliau saww. tidak bisa sama sekali memastikan kebeliauan beliau saww. 

Mungkin Anda berkata, apakah berarti syethan telah meniru wajah Rasul saww di dalam mimpi kita? Karena kalau di mimpi para shahabat atau yang mengenal wajah beliau saww maka dapat dipastikan kebeliauannya beliau, karena wajahnya jelas dikenali dan syethan tidak bisa menirunya. 

Menjawab pertanyaan ini, yakni apakah syethan telah meniru wajah Rasul saww? Jawabnya ada dua kemungkinan: 

a. Kalau yang kita lihat itu memang Rasul saww, sekalipun kita tidak kenal, tetapi di dalam ilmu Tuhan memang Rasul saww, yakni berwajah Rasul saww, maka orang itu pasti Rasul saww. 

b. Kalau ternyata bukan Rasul saww, maka syethan telah menipu kita dengan mengatakan bahwa ia adalah Rasul saww, atau orang lain dalam mimpi itu atau diri sendiri dalam mimpi itu. Dan Nabi saww tidak mengatakan bahwa hal tersebut sesuatu yang tidak bisa dilakukan syethan. Jadi, syethan memang tidak bisa meniru wajah Rasul saww, tetapi mengaku Rasul saww, tentu bisa. Jangankan mengaku Rasul saww, mengaku Tuhan juga bisa, seperti kita-kita ini. 

Jadi, syethan bisa dengan wajahnya sendiri atau siapa saja yang dia suka tiru, datang ke mimpi kita dan setelah itu ia mengaku Rasul saww. 

Sekarang, apakah yang datang kepada kita yang bukan wajah Rasul saww dalam ilmu Tuhan itu adalah pasti syethan? Belum tentu. Karena bisa saja dari dalamnya cinta seseorang kepada Rasul saww yang tidak dibarengi dengan ketaatan yang tinggi, hingga cintanya belum bisa menembus awan untuk mencium kaki Rasul saww, hingga yang datang menjelma ke dalam mimpinya hanya semacam bayang-bayang Rasul saww. 

Jadi, banyak sekali sebab yang bisa mempengaruhi kebukanan wajah Rasul saww yang datang dalam mimpi kita.

Pertanyaan : Bagaimana Dengan sholat Istikhoro yang tujuannya adalah agar Allah mau “memperlihatkan” wajah siapa yang akan menjadi jodohnya,.. 

Dan Alhamdulillah setelah sholat dan membaca doa-doa kepada Allah, muncul sesosok wajah,? 

Jawab : Untuk jodoh itu jelas tidak ada dalam Islam, yang ada adalah pilihan manusia yang diketahui Tuhan sejak sebelum penciptaan, jadi bukan penentuanNya. 

Orang yang terlihat dalam mimpi setelah shalat itu, belum tentu petunjuk Tuhan, bisa saja petunjuk syethan. Karena dari mana dan apa dalilnya kalau shalat dan doanya sudah diterima Tuhan? 

Kalaualah benar dari Tuhan, maka maknanya adalah orang itu baik untuknya, tetapi bukan berarti jodohnya. Jadi, si pemimpi tetap bisa memilihnya atau memilih yang lainnya. Tetapi kalau memilihnya maka ia adalah orang yang dalam pandanganNya adalah baik untuknya. 

Tentu kalau mimpinya benar. Misalnya Nabi saww atau imam maksum as mengatakan bahwa mimpinya benar-benar petunjukNya. Tetapi kalau tidak ada jaminan, maka ukuran memilih pasangan tetap akal dan agama yang diutamakan, walau jelas memilih karena mimpi juga tidak diharamkan, tetapi tidak dianjurkan. 

Wassalam. 

5 orang menyukai ini. 

Dadan Gochir: Bagian yang wahdatul wujud 1 belum ada ya? 

Anggelia Sulqani Zahra: Sudah bang.. coba buka di kolom Dokumen. 

28 Juni 2011 pukul 19:14 · Suka



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ