Sabtu, 30 November 2019

Hubungan Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (2)

2. Hubungan Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (2)

https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/hubungan-antara-tuhan-yang-mutlak-dan-suci-dengan-manusia-2/750245645058845/?refid=21


Sinar Agama:

  • c-2- Ketika Tuhan yang Mutlak dan Maha Suci, berhubungan dengan manusia yang tidak mutlak TAPI BISA SUCI WALAU TIDAK MAHA SUCI, maka sudah pasti Tuhan, dapat diketahui manusia. Artinya, Tuhan yang ada dalam pengetahuan manusia itu, walau tetap terbatas, akan tetapi bisa suci dari kesalahan. Karena itulah, manusia dan ayat Qur an, memiliki padanan untuk pensucianNya itu, yaitu Maha Suci, Subhaanallaah dan semacamnya.
  • c-3- Akal dan Tuhan sendiri, banyak memberikan jalan dan petunjuk untuk mensucikanNya. Karena itulah, ketika imam Ali as dalam khotbah pertama Nahju al-Balaghah mengatakan:

أول الدين معرفته وكمال معرفته التصديق به . وكمال التصديق به توحيده وكمال توحيده الاخلاص له . وكمال الاخلاص له نفى الصفات عنه لشهادة كل صفة أنها غير الموصوف وشهادة كل موصوف أنه غير الصفة . فمن وصف الله سبحانه فقد قرنه . ومن قرنه فقد ثناه ومن ثناه فقد جزأه ، ومن جزأه فقد جهله.
ومن جهله فقد أشار إليه . ومن أشار إليه فقد حده. ومن حده فقد عده ، ومن قال فيم


Pangkal agama adalah mengetahuiNya, dan kesempurnaan mengetahuiNya adalah membenarkanNya. Kesempurnaan membenarkanNya adalah mentauhidkanNya, kesem-purnaan mentauhidkanNya adalah ikhlash diri kepadaNya. Kesempurnaan ikhlash kepadaNya adalah menafikan sifat-sifatNya, karena semua sifat itu, bukan yang disifati dan karena yang disifati, bukanlah sifatnya. Barang siapa yang mensifatiNya, maka ia telah menyekutukanNya.
Yang menyekutukanNya berarti ia telah menduakanNya. Dan yang menduakanNya berarti telah membagiNya. Yang membagiNya, berarti ia tidak mengenalNya....”

Catatan hadits:

--- Kalau mengetahui Tuhan itu tidak logis, maka imam Ali as mengajari ketidaklogisan karena justru menjadikan pengenalan terhadap Tuhan, sebagai dasar dan pondasi serta pangkal agama Allah.

--- Ikhlash tertinggi dalam makrifatullah ini, adalah meniadakan sifat-sifatNya. Karena yang namanya sifat, bukan yang disifati, dan begitu pula sebaliknya.

--- Nah, ketika imam Ali as mengatakan bahwa kesempurnaan ikhlash itu adalah meniadakan sifat-sifatNya, diterangkan oleh para ahli logika dan filsafat serta ahli agama dan cendikiawan, bahwa maksudnya adalah menegasikan atau menolak sifat-sifat yang beda dengan DzatNya.

Akan tetapi kalau sifat-sifat yang tidak beda dengan DzatNya, maka jelas tidak diperintahkan untuk dinegasikan atau ditolak.

  • c-4- Suci dan Terbatas, sama sekali tidak bertentangan. Jangan dikira bahwa kalau sudah terbatas, maka berarti tidak suci. Terlalu banyak keterbatasan manusia, akan tetapi terlalu banyak pula kebenarannya yang suci dan mutlak, yakni pasti benar. Milyarand ilmu manusia, memiliki sifat mutlak ini, yakni pasti benar. Padahal, ia adalah tergolong yang tidak mutlak dalam arti terbatas. Karena itu, keterbatasan dan kesucian dari kesalahan, tidak ada hubungannya sama sekali.
Pengetahuan manusia yang suci, dapat dimulai dari kesadaran akan keberadaannya sendiri, sampai pada sifat-sifatnya serta lingkungan dan sifat-sifat mereka. Begitu pula terus melanglang dan melambung tinggi sampai kepada kebenaran mutlak Tuhan (baca: tidak salah dan pasti benar, bukan yang bermakna tidak terbatas).

Saya ada, saya begini dan begitu, lingkungan saya ada, lingkungan saya begini dan begitu, satu tambah satu sama dengan dua, api itu panas, es itu dingin, gula itu manis, empedu itu pahit, perkataannya tidak logis, perkataannya logis, ....dan seterusnya dari pelbagai pengetahuan, adalah mutlak benar dan tidak mungkin salah. Tentu saja yang saya sorot adalah ilmu-ilmu yang benarnya, bukan yang salahnya. Karena tujuannya, adalah ingin mengingatkan bahwa milyarand ilmu manusia itu yang benar secara mutlak, yakni tidak bisa tidak.

  • c-5- Satu lagi yang tidak boleh dilewatkan. Yaitu, bahwasannya kesucian ilmu itu, yakni kesucian yang seiring dengan keterbatasan ilmu itu, sangat bertingkat. Lengah terhadap kesucian yang terbatas ini, akan membuat kita menafikan kebenaran dan kesucian ilmu manusia tentang Tuhan sebagaimana yang dilakukan para penulis itu.
Karena banyaknya tingkatan ilmu yang terbatas akan tetapi suci dan pasti benar tentang Tuhan ini, maka sebanyak itu pula tingkatan MUKHLASHIIN dalam ayat di atas itu.

Mulai dari yang sangat mudah seperti Allah itu ada, Allah itu Esa, Allah itu tidak beranak, Allah itu tidak diperanakkan, Allah itu tidak bernasab dengan jin dan siapapun, Allah itu Maha Pemurah, Allah itu Pencipta kita dan alam semesta, Allah itu Maha Melihat dan

Mendengar, Allah itu Maha Pengampun, Allah itu yang mengutus pada nabi dan rasul, Allah itu menerangkan DiriNya sendiri, Allah itu memerintah manusia mengetahuiNya, Allah itu memerintah manusia mengatahui sifat-sifatNya, ..... dan seterusnya..., sampai pada yang sangat tinggi seperti makna dari masing-masing pengetahuan dan pensifatan terhadapNya itu.

Karena itu, sesuai qarinah yang ada pada ayat penerimaan Allah terhadap pensifatan Mukhlashiin di atas itu, menolak penasaban Allah dengan selainNya seperti jin saja, sudah merupakan tingkatan Mukhlashiin. Padahal, penolakan ini, tergolong bukan penolakan yang tinggi. Karena itulah, maka yang akan diterima Allah, dimulai dari yang paling bawah dan sederhana, sampai kepada yang paling tinggi. Ini tandanya, KEBENARAN ILMU MANUSIA TENTANG TUHAN DAN SIFAT-SIFATNYA ITU, MEMILIKI BANYAK BATASAN DAN GRADASI SESUAI DENGAN KEMAMPUAN MASING-MASING MANUSIANYA DAN, SEMUANYA TETAP TERSIFATI DENGAN SUCI (baca: benar mutlak dalam artian pasti) DAN DITERIMA ALLAH SERTA DIKATAKANNYA SEBAGAI MENSUCIKANNYA (baca: tidak tercela).

Dengan kata yang lebih pendek:

ADANYA GRADASI PADA ILMU-ILMU MANUSIA YANG BENAR TENTANG TUHAN DAN SIFAT-SIFATNYA ITU, MENUNJUKKAN BAHWA YANG TERBATAS ITU, TIDAK MESTI TERCELA DAN TIDAK SUCI.

  • d- Kalau pada poin d-3-b di atas itu yang benar, yakni:

“Jadi tidak ada hubungan langsung antara yang pasti dan tidak tercela dengan yang tidak pasti dan tercela. Tuhan yang pasti dan tidak tercela tidak akan pernah berhubungan secara logis dengan manusia yang tidak pasti.”

Maka:

    • d-1- Kata-kata dan maksud di kalimat ini, jelas lebih parah dari yang sebelumnya. Sebab yang ditolak, adalah kepastianbenarnya ilmu tentang Tuhan yang ada pada manusia. Kalau sudah tidak pasti, maka tidak ada lagi jalan membuktikan kebenaran adaNya dan kebenaran agamaNya.
    • d-2- Saya heran, kok bisa seseorang atau beberapa orang penulis, mentidakpastikan ilmu orang lain, sementara ia memastikan ilmunya sendiri tentangNya? Yaitu dengan mengatakan dan mengurai semua tentang keilmuan tentang Tuhan di atas itu. Ketika mereka mensifati Tuhan dengan mutlak kek, suci kek, tidak berhubungan dengan manusia yang tidak mutlak dan tidak suci kek, .... dan seterusnya, bukankah mereka sedang menceritakan ilmu mereka tentang Tuhan? Nah, kalau ilmu manusia pasti salah atau tidak pasti benar tentangNya, maka berarti yang harus mereka tolak pertama kali, adalah ilmu mereka yang dilontarkan dalam tulisan-tulisan di atas itu.
    • d-3- Lain-lain dalil kegamblangansalahnya pernyataan di poin d-3-b itu, sama dengan yang sebelum-sebelumnya. Tinggal pembaca terapkan saja satu persatu. Karena nafasnya, seiring dan bisa dikatakan sama saja. 

  • e- Kalau yang dimaksudkan di poin d-4-1 itu yang benar, yakni:
“Begitu pula halnya dengan agama yang tidak mutlak (terbatas) dan tercela yang berasal dari Tuhan yang mutlak (tidak terbatas) dan tidak tercela kepada (sehubungan dengan) manusia yang terbatas dan tercela.”

Maka:

    • e-1- Sungguh keterlaluan ketika Tuhan mengatakan dalam agama dan ayat-ayatNya, sebagai Diri dan Sifat-sifatNya, sebagai tidak sama dengan makhlukNya (laisa kamitslihi syaiun), sebagai Tuhan Maha ini dan itu, dikatakan para penulis sebagai terbatas (salah satu makna dari tidak mutlak).
    • e-2- Sungguh keterlaluan ketika Tuhan mengatakan dalam agama dan ayat-ayatNya, bahwa agamaNya, ayat-ayatNya, Rasul dan Ahlulbait RasulNya, fitrah manusia, lauhu al-mahfuuzh, malaikat-malaikat, ... dan seterusnya, sebagai suci, dikatakan oleh mereka sebagai tidak suci.
    • e-3- Agama itu, tidak sepenuhnya terbatas. Sebab manakala Tuhan menerangkan tentang Diri dan sifat-sifatNya, sudah jelas tidak bisa dikatakan terbatas. Karena itu, yang mengatakan bahwa agama itu terbatas, maka jelas ia tidak mengerti apa itu agama dan, terlebih lagi terhadap yang ia tulis sendiri.
    • e-4- Jangan katakan bahwa tidak suci itu maksudnya terbatas, sebab tidak suci, sebagai lawanan suci dan tidak terbatas, sebagai lawanan Mutlak sebagaimana maklum. Karena itu, maka pernyataan di atas, merupakan pernyataan yang sama sekali tidak bisa diterima dan, tidak layak dikatakan orang berakal dan, apalagi beragama dan bersyi’ah. Allahu A’lam.

  • f- Kalau yang dimaksudkan dalam poin d-4-2 itu yang benar, yakni:
“Begitu pula halnya dengan agama sebagai wahyu yang berasal dari Tuhan dimana berarti agama itu mutlak (tidak terbatas) dan tidak tercela, kepada (sehubungan dengan) manusia yang terbatas dan tercela.”

Maka:

    • f-1- Ketika dari satu sisi agama disifati dengan tidak terbatas dan di lain pihak dikatakan bahwa manusia itu tidak suci, maka jelas bahwa menurunkan agama kepada manusia, berarti menurunkan sesuatu yang tidak mungkin bisa dipahami manusia. Sementara Tuhan, kita kenal sebagai wujud Maha Bijaksana yang tidak akan memerintahkan manusia kepada hal-hal yang tidak bisa dilakukannya. Karena itu, hal ini jelas bertentangan dengan akal gamblang.
    • f-2- Ketika dari satu sisi agama disifati dengan tidak terbatas dan di lain pihak dikatakan bahwa manusia itu tidak suci, maka jelas bahwa menurunkan agama kepada manusia, berarti menurunkan sesuatu yang tidak mungkin bisa dipahami manusia. Sementara Tuhan sendiri dalam QS: 2:286:

َلا يُ َكلِّ ُف اللَّهُ نـَْف ًسا إَِّلا ُو ْس َع َها

“Allah tidak memerintahkan manusia kecuali sesuai kemampuannya.”

Nah, kalau perintah-perintahNya sudah diturunkan, termasuk perintah wajib untuk mengetahui Diri dan sifat-sifatNya, di samping perintah-perintah yang lainnya, maka jelas bahwa yang dinyatakan penulis itu, bertentangan dengan ayat-ayat muhkamaatNya tersebut.

    • f-3- Dengan semua penjelasan di poin f ini, maka dapat dipahami bahwa Mutlak yang bermakna tidak terbatas itu, bukan satu-satunya yang suci. Sebab yang tidak mutlak atau yang terbatas itu, juga bisa tersifati dengan suci.
Karena itu, maka sekalipun Tuhan menerangkan Diri dan sifat-sifatNya yang tidak terbatas, pada manusia yang terbatas, akan tetapi, di samping banyak sekali pengetahuan manusia tentang Tuhan yang tidak berhubungan dengan ketidakterbatasanNya (seperti Tuhan Ada dan tidak beranak serta tidak bernasab dengan jin sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat di atas itu), akan tetapi, pengetahuan terbatasnya itu, tetap benar, suci, mutlak (dalam arti pasti benar) dan, ini yang terpenting, diterima Tuhan dan disifatiNya dengan suci (Maha Suci Allah dari yang mereka sifatkan, kecuali dari hamba-hambaNya yang mukhlashiin). Dengan kata lain, pensifatan selain mukhlashiin itu, tidak mensucikanNya sementara pensifatan Mukhlashiin, sebaliknya. Nah, mana bisa pensucian Tuhan, dikatakan ketercelaan?

  • g- Kalau maksud di poin d-4-3 itu yang benar, yaitu:

“Begitu pula halnya dengan agama yang pasti dan tidak tercela yang berasal dari Tuhan yang pasti dan tidak tercela, kepada (sehubungan) dengan manusia yang tidak pasti dan tercela.”

Maka:

    • g-1- Sebagaimana agama itu bisa disifati dengan pasti dan tidak tercela, manusia juga bisa disifati dengan pasti dan tidak tercela. Perhatikan penjelasan-penjelaran terdahulu. Sebab kepastibenaran itu sangat seiring dengan ketidaktercelaan dan tidak bertentangan sama sekali.
Karena itu, membegitupulakan ketidaklogisan hubungan agama yang pasti dan tidak tercela kepada manusia, seperti yang terjadi pada ketidaklogisan hubungan Tuhan dengan manusia dalam pandangan para penulis itu, merupakan kata-kata yang tidak logis sama sekali dan, bahkan tidak layak dikatakan oleh seorang muslim, apalagi seorang Syi’ah.

    • g-2- Sebagaimana dalil-dalil sebelumnya, kalau agama yang disifati dengan tidak terbatas dan suci ini, diturunkan kepada manusia yang terbatas dan tercela, maka ia merupakan penurunan yang tidak sesuai dengan kemampuan manusia.
    • g-3- Jalan keluar yang bijak adalah, agama itu ada yang kandungannya tidak terbatas (seperti Tuhan dan sifat-sifatNya) dan ada yang terbatas. Sedang ayat-ayatNya, merupakan jalan menujuNya dan menuju hakikat-hakikat yang lainNya, seperti kesucian dan semacamnya. Selain Diri dan Sifat-sifatNya, dapat dicapai manusia dan, karenanya dikatakan bahwa pahaman manusia tersebut, adalah suci dan tidak tercela.
Sedang pahaman manusia tentang Diri dan Sifat-sifatNya, jelas tidak akan pernah mencapai hakikatNya. Namun demikian, bagian benarnya, tetap dapat disifati dengan mutlak yang dalam artian benar dan, dan disifati dengan suci yang dalam artian tidak salah dan tidak tercela.

    • g-4- Perhatian: Kalau saya mengatakan bahwa agamaNya, ada yang tidak terbatas, bukan berarti ingin menyekutukanNya dengan ayat-ayat yang menjelaskan tentang Diri dan sifat-sifatNya. Sebab Qur an, bagaimanapun, tetap terbatas. Akan tetapi, yang saya maksudkan agama, bukan Qur an dan hadits. Karena keduanya, hanyalah berupa jalan menuju kepada agamaNya itu. Sementara agama, adalah hakikat yang nyata, baik tentang Diri dan Sifat-sifatNya atau penjelasan tentang selainNya. Nah, kalau agama itu adalah hakikat apa saja, dimana termasuk hakikat Diri dan Sifat-sifatNya, maka jelas agama itu, memiliki dimensi yang tidak terbatas, yaitu yang merupakan Diri dan Sifat-sifatNya.
Para ulama seperti ayatullah Jawadi Omuli hf, sering mengatakan bahwa Qur an dan Hadits, sebagaimana akal, adalah alat untuk mencapai agama. Jadi, semuanya, adalah obor menuju agamaNya tersebut.

....bersambung ke (h)......

Ibnu Ahmad Al-Bimawy: SUDAH LAH KAMI SUDAH TAHU SYI’AH ITU DARI RATUSAN BUKU KALIAN. WALAUPUN ANJING MENYANYI ATAU BERSIUL TETAPLAH ANJING, KARENA NYANYIAN KALIAN JUGA TETAP, MENGGONGGONG. MUNGKIN KALAU SAYA KATAKAN SYI’AH ITU ADALAH ANJING ITU LEBIH SOPAN DARI PADA UCAPAN SYI’AH BAHWA SEMUA SHAHABAT KECUALI 3 ORANG ADALAH KAFIR MURTAD DAN AL QUR’AN YANG ADA HARI INI ADALAH PALSU.

Sinar Agama:

  • h- Kalau yang dimaksudkan di poin d-4-4 itu, benar, yaitu:
“Begitu pula halnya dengan agama yang berasal dari Tuhan dimana berarti agama itu pasti dan tidak tercela kepada (sehubungan dengan) manusia yang tidak pasti dan tercela.”

Maka:

    • h-1- Membegitupulakan ketidaklogisan hubungan antara Tuhan yang pasti benar dan suci dengan manusia, kepada hubungan antara agama yang pasti dengan manusia, adalah sangat tidak logis. Sebab, sebagaimana maklum, pentidaklogisan itu yang justru tidak logis sebagaimana sudah diterangkan.
    • h-2- Selain masalah di poin h-1 itu, juga dapat dikatakan bahwa pentidaklogisan itu, jelas tidak logis. Sebab, walaupun manusia itu terbatas, akan tetapi tetap tidak bisa dikatakan sepenuhnya tidak suci. Karena milyarand dari ilmu manusia tentang hakikat wujud, baik Tuhan dan selainNya, yang benar secara mutlak/pasti dan, karenanya adalah suci (dari kesalahan).

  • i- Penutup:
Sekali lagi, tidak ada maksud apapun dari penulisan ini selain menjawab pertanyaan dan masalah keilmuan belaka. Kita semua bisa salah, akan tetapi tidak boleh putus asa untuk berusaha benar dan merubah yang salah, kepada yang benar. Mungkin juga bisa terjadi perbedaan pandangan diantara kita.

Karena itu, kita mesti bersikap dewasa hingga tidak menjadikan salah menyalahkan atau sesat mensesatkan, sebagai sumbu penyulut bagi perpecahan umat. Sebab salah dan sesat itu kan, menurut kitanya yang, belum tentu menurut Tuhannya. Karena itu, janganlah menyalahgunakan kata-kata yang sekalipun pahit, pada tempat-tempat yang tidak pada tempatnya.

Kata salah dan sesat, sangat tidak dilarang oleh agama manakala disertai dengan argumentasi dan kepala dingin. Karena tanpa mengatakannya, permasalahan yang dihadapi manusia, tidak akan bisa didiskusikan dan dicarikan titik temu. Kasarnya, kalau tidak diucapkan di tempatnya, maka amar makruf dan nahi mungkar, tidak terlaksa dengan baik.

Apalagi kalau kata-kata itu, diucapkan untuk orang yang telah mentidaklogiskan hubungan Tuhan dan manusia, atau agama dan manusia dimana agama justru dibangun di atas keterhubungan keduanya dengan manusia. Btw, semoga tulisan ini, tidak terlalu pahit dan semoga benar adanya serta diridhai Tuhan. Saya tidak mengatasnamakan siapa-siapa dan hanya sebagai orang yang ditanya dan merasa juga secara GR, sebagai orang yang merasa akan dimintai tanggung jawab di akhirat kelak, tentang buku tersebut. Wassalam.

Cataleya Kashva: Afwan, menurut pemahaman saya yang awam terhadap buku tersebut, yang dimaksud dengan manusia yang tidak suci tidak mencakup Nabi saww dan Aimah. Tidak ada satu-pun yang dibahas dalam bagian pertama buku tersebut yang mengesankan ketidakmakshuman Aimah as. Sementara bagian ke-2 dan seterusnya benar-benar sangat mencerahkan baik bagi orang Syi’ah sendiri yang tidak belajar di hauzah-hauzah apalagi bagi saudara-saudara Sunni kita. Bagaimana mungkin buku sebagus ini yang membela mati-matian kemakshuman dan kehormatan para Aimah dianggap menyesatkan???. Sebaiknya kita merenungkan kembali maksud dan tujuan untuk apa buku tersebut diterbitkan, sehingga bisa lebih menjernihkan hati dan pikiran kita. Wallahu’alam.

Sinar Agama: @Cataleya, ahsantum. Anjuranku, baca lagi tulisan yang sedang kita bahas itu dan tanggapannya dengan seksama, in syaa Allah, akan ketemu ujung pangkalnya.

Cataleya Kashva: Salam ustadz, itu-lah seluruh pemahaman saya setelah membaca buku tersebut. Anggap-lah pendapat ustadz benar, apakah ustadz menyadari dampak dari pernyataan ustadz terhadap buku tersebut bagi kehidupan Syi’ah di Indonesia? Pendapat ustadz tersebut bisa dijadikan oleh para pembenci Syi’ah untuk melakukan pemukulan yang lebih dahsyat lagi. Saya hanya bisa berdo’a dengan tulus kepada Allah swt agar niat ustadz dalam memberi pernyataan terhadap buku tersebut juga benar-benar tulus dan ikhlas karena Allah.

Sang Pencinta: Cataleya, mungkin ada baiknya antum membaca ulasan ustadz SA yang sebelumnya di bulan oktober lalu tahap mukaddimah buku itu.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Apresiasi positif dubutuhkan untuk buku tersebut.
Karena semua membutuhkan proses sesuai dengan tingkatan pemahaman ummat pada umumnya.

Irawati Vera: Salam ... ikut nyimak. Terkait ulasan ustadz SA yang di bulan oktober tersebut tolong minta linknya .... syukron Sang Pencinta.

Sang Pencinta: Ira, ok nanti saya tukil link note ya.

Azmy Alatas: Ya elah ustadz...ga perlu jelasin panjang lebar, jadi lebay gini...saya sekali baca buku tersebut langsung paham kok...

Idea Abdul Majid: Simplenya itu hak, hak itu milik ALLAH. ALLAH yang netapin enggak boleh di bantah.

Andika Karbala: Salam ustad, mohon kroscek pemahaman saya, dari berbagai catatan Ustadz mengenai tauhid dan juga catatan di status ini maka menurut saya lebih enak jika kembali ke dalil awal bahwa Tuhan itu tidak terbatas, dan tidak mungkin dibatasi. Karena apabila dibatasi maka berarti ada awal dan ada akhir, sesuatu yang ada awal dan ada akhirnya sudah pasti bukan tuhan. 

Karena Tuhan itu tidak terbatas maka tidak ada sekutu bagiNya. Hubungan manusia dengan Tuhan bukanlah teman juga bukan sekutu. Karena pada dasarnya manusia ( yang relatif ) hanyalah bayangan/atau kegelapan mutlak. Yang adanya karena bergantung sedemikian rupa kepada Tuhan (yang Mutlak dan suci). ketika ilmu manusia bersumber dari ilmu Tuhan yang mutlak maka ilmu manusia yang relatif akan menjadi ilmu yang mutlak benarnya. Dan manusia (yang relatif ) bisa menjadi suci manakala manusia telah menjalani/melaksanakan ilmu Tuhan tersebut dalam hal ini berarti ilmu fiqih sehingga menjadi insan taqwa dengan melaksanakan semua kewajiban dan tidak melakukan dosa-dosa baik kecil maupun dosa besar. Namun demikian mutlak dan sucinya manusia tersebut tidak mungkin menyentuh atau menjadi Tuhan yang yang mutlak dan suci. Karena mutlak dan sucinya manusia bergantung sedemikian rupa kepada Allah swt yang mutlak dan tiada terbatas.

Azmy Alatas: Mbahas kok di partikel-partikelkan... Kalau udah membaca tuntas, ternyata ga ada yang perlu dipolemikkan, sudah amat sangat gamblang dan tidak ada kontradiktif, kecuali bagi mereka yang menyimpan api ujub, dengki dan hasud.


======

((Bersambung ke: Hubungan Antara Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (3).))




Hubungan Tuhan dan Makhluk

1. Hubungan Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (1)

https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/hubungan-antara-tuhan-yang-mutlak-dan-suci-dengan-manusia-1/750244908392252/?refid=21

Anggelia Sulqani Zahra: Salam ustadz Sinar Agama... Bagaimana pandangan ustadz tentang hal ini “saya mulai khuatir dan ragu dengan kemakshuman para nabi dan para imam as... Mohon tanggapannya ustadz >>>>> ”Tuhan adalah Mutlak dan suci, sedangkan manusia adalah relatif dan tidak suci, ketika yang mutlak dan suci berhubungan dengan yang tidak mutlak dan tidak suci, maka yang mutlak dan suci akan menjadi tidak suci atau sebaliknya. Jadi tidak ada hubungan langsung antara yang mutlak dan suci dengan yang relatif dan tidak suci. Tuhan yang mutlak dan suci tidak akan pernah berhubungan secara logis dengan manusia yang relatif. Begitu pula halnya dengan agama sebagai wahyu yang berasal dari Tuhan kepada manusia...” halaman 16 - 17 buku Syi’ah Menurut Syi’ah Penulis Tim Ahlulbayt Indonesia

Ammar Dalil Gisting: Salam. Kembali ke filsafat lagi.. pembahasan yang sangat menarik nih!

Syamhudi Maksum: Tu.. dijaga atau dipelihara oleh yang maha suci.. maaf menurut pendapat saya.. sekedar shering aja.

Bande Husein Kalisatti: Apakah Nabi as dan Imam as juga manusia relatif dan tidak suci...? Sehingga tidak bisa berhubungan langsung dengan Tuhan yang mutlak dan suci..?

Heriyanto Binduni: Waktu itu pernah dengar, kira-kira, hubungan itu mengambarkan hubungan tuhan dan manusia pada umumnya, para nabi dan imam, adalah penghubungnya. Karena kesuciannya, tuhan tidak bisa berkomunikasi langsung dengan manusia. Jika tuhan itu pena, dan manusia itu kertas, maka nabi dan imam adalah tinta. Pena tidak bisa langsung menyentuh kertas tanpa adanya tinta.

Wahyu itu mutlak ditangan nabi dan imam tapi wahyu yang kita pahami ini, adalah relatif terhadap pemahaman kita, hilang sifat mutlaknya.

Bande Husein Kalisatti: Dibuku itu dijelsaknkan tidak, adanya penghubung Tuhan yang mutlak dan suci dengan manusia yang relatif dan tidak suci..?

Kiki Overloadpro: Itu konsep shalawat yang sering kita baca bahwa filosofi yang mutlak dan yang relatif tidak akan bertemu secara langsung karna tidak ada afinitasnya dapat diselesaikan dengan shalawat yang berkesadaran akan sang penghubung cahaya Muhammad yang diwakili dalam sosok nabi dan Ahlulbait.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Setelah menyimak beberapa tempat dari buku yang antum upload halaman depannya itu, dari buku yang juga ada di tangan alfakir, maka sulit mengatakan masih halal bagi orang Syi’ah untuk membacanya, menyebarkannya dan menjualnya. Bagi saya, buku itu, termasuk buku yang menyesatkan yang dalam katagori fatwa yang seperti ini “Diharamkan membaca buku yang menyesatkan, kecuali bagi yang mampu memahami dan menanggulanginya”.

Karena itu, disebabkan kurangnya ulama Syi’ah di tanah air, dan lahabnya teman-teman Syi’ah yang rata-rata sama dengan saya, yakni mustabshiriin (Syi’ah hijrahan dari selain Syi’ah), maka saya dengan sangat berat di hari duka wafatnya kanjeng Nabi saww ini dan syahidnya imam Hasan as ini, menulis hal di atas itu.

Saya sebagai orang terhina di Ahlulbait as (baca: Paling tidak berartinya orang Syi’ah), ingin menyatakan bahwa saya berlepas diri dari buku tersebut di dunia dan di akhirat kelak.

Ingat, pernyataan ini, dan diskusi ini atau yang sebelumnya serta yang berikutannya, sama sekali tidak bermuatan politis, tapi benar-benar hanya bermuatan ilmu dan keilmuan. Karena itu, pernyataan dan semua diskusi saya di fb ini, tidak ada hubungannya dengan ormas ABI sama sekali, karena yang saya soroti dan niati, benar-benar hanya buku tersebut yang, kebetulan ditulis oleh penulis-penulis yang kebetulan dari Tim ABI.

2- Kalau buku itu ingin menerangkan Syi’ah, maka dia seperti di poin 1 di atas, yakni menyesatkan, hingga tidak bisa dibaca orang Syi’ah dan bahkan orang Sunni sekalipun. Kalau buku itu untuk takiah, maka jelas sekali bukan ditulis untuk orang Syi’ah hingga orang Syi’ah juga sulit dihalalkan membacanya. Yakni Syi’ah yang tidak belajar lama di hauzah. Sebab kalau belajar beberapa tahun saja, mungkin belum bisa melihat kesalahannya.

(...besambung ke Jawaban Soal....)

Azmy Alatas: Tanpa memberikan ulasan kok tiba-tiba mengeluarkan fatwa haram...???

Hendy Laisa: Azmy Alatas> SABAR BRO...

Azmy Alatas: Bakal jadi rame nih....hehehe...asiikkk..

Irsan Fadlullah Al Hajj: Diantara yang Mutlak dan Relative... Diantara Sang Khalik dan Makhluk Ada mediator Malaikat Jibril

Arief Bin As’ari: Yang bicara relatif dan tidak suci berarti belum tentu benar

Irsan Fadlullah Al Hajj: Tidak ada yang makshum saat ini
Yaa Mahdi afs adrikni ...

Sinar Agama:

3- Jawaban Soal:

Untuk menanggapi tulisan yang antum nukil itu, maka perlu adanya perhatian terhadap beberapa hal sebagai berikut:
  • a- Penyatuan pahaman terhadap istilah-istilahnya terlebih dahulu, seperti:
    • a-1- Mutlak. Mutlak biasanya diartikan: 1- Mengenai segenapnya (sagalanya); seutuhnya: menyerah secara ------; 2- Tiada terbatas; penuh: ia diberi kuasa ----- untuk menangani masalah itu; 3- Tidak boleh tidak; harus ada: hal itu merupakan syarat -----.
    • a-2- Relatif. Tidak mutlak; nisbi: hasil produksinya dijual dengan harga yang ----- murah; terbatas.
    • a-3- Suci. Bersih; kudus; tidak berdosa; tidak bercela; tidak bernoda; keramat; murni; bebas; steril dan semacamnya.
  • b- Kalau kita sudah punya gambaran dari makna masing-masing kata dan istilahnya, maka kita bisa membahas dan meraba maksudnya sebelum kemudian, kita komentari.
  • c- Dari penjelasan kata di atas, maka pemakaiannya dalam tulisan tersebut, bisa bermakna:
    • c-1- MUTLAK dalam tulisan itu, bisa dimaknai dengan dua makna: Pertama, bermakna penuh yang juga seirama dengan makna seutuhnya dan tiada terbatas. Ke dua, bermakna tidak boleh tidak yang, seirama dengan pasti.
    • c-2- RELATIF, yakni tidak mutlak. Karena itu, bisa berarti “tidak penuh” dan juga tidak benar atau, “belum tentu benar”.
    • c-3- SUCI, bisa diartikan sebagai kudus, tidak bercela, tidak bernoda, murni.
    • c-4- TIDAK SUCI, bisa diartikan, tidak kudus, tidak tidak bercela (bercela), tidak tidak bernoda (bernoda) dan tidak murni.
  • d- Sekarang mari kita lihat apa yang bisa dihaml-kan atau dibebankan kepada kalimat yang tertulis dalam pertanyaan antum itu, dengan penerapan istilah atau kata yang biasa terpakai dalam bahasa Indonesia kita di atas. Kita akan lihat satu persatu kalimat yang bisa dijadikan telaah bersama, seperti:
    • d-1- “Tuhan adalah Mutlak dan suci, sedangkan manusia adalah relatif dan tidak suci,...”Dalam kalimat di atas, maka bisa memiliki arti seperti ini:
      • d-1-a- Tuhan adalah tidak terbatas dan tidak bercela, sedangkan manusia adalah terbatas dan tercela.
      • d-1-b- Tuhan adalah pasti dan tidak bercela, sedangkan manusia adalah tidak pasti dan tercela.
    • d-2- “...ketika yang mutlak dan suci berhubungan dengan yang tidak mutlak dan tidak suci, maka yang mutlak dan suci akan menjadi tidak suci atau sebaliknya.” Dalam kalimat di atas, dapat diartikan sebagai berikut:
      • d-2-a- ketika yang tidak terbatas dan tidak tercela, berhubungan dengan yang terbatas dan tercela, maka yang tidak terbatas dan tidak tercela, menjadi tidak tidak terbatas (terbatas) dan tidak tidak tercela (tercela), dan sebaliknya (yakni yang yang terbatas dan tercela, menjadi tidak terbatas dan tidak tercela).
      • d-2-b- ketika yang pasti dan tidak tercela, berhubungan dengan yang tidak pasti dan tercela, maka yang pasti dan tidak tercela akan menjadi tidak pasti dan tercela, begitu pula sebaliknya (yang tidak pasti dan tercela, akan menjadi pasti dan tidak tercela).
      • d-3- “Jadi tidak ada hubungan langsung antara yang mutlak dan suci dengan yang relatif dan tidak suci. Tuhan yang mutlak dan suci tidak akan pernah berhubungan secara logis dengan manusia yang relatif.” Dalam kalimat di atas, dapat dipahami sebagai:
        • d-3-a- Jadi tidak ada hubungan langsung antara yang tidak terbatas dan tidak tercela dengan yang terbatas dan tercela. Tuhan yang tidak terbatas dan tidak tercela tidak akan pernah berhubungan secara logis dengan manusia yang terbatas.
        • d-3-b- Jadi tidak ada hubungan langsung antara yang pasti dan tidak tercela dengan yang tidak pasti dan tercela. Tuhan yang pasti dan tidak tercela tidak akan pernah berhubungan secara logis dengan manusia yang tidak pasti.
      • d-4- “Begitu pula halnya dengan agama sebagai wahyu yang berasal dari Tuhan kepada manusia.” Dalam kalimat di atas dapat dipahami sebagai berikut:
        • d-4-1- Begitu pula halnya dengan agama yang tidak mutlak (terbatas) dan tercela yang berasal dari Tuhan yang mutlak (tidak terbatas) dan tidak tercela kepada (sehubungan dengan) manusia yang terbatas dan tercela.
        • d-4-2- Begitu pula halnya dengan agama sebagai wahyu yang berasal dari Tuhan dimana berarti agama itu mutlak (tidak terbatas) dan tidak tercela, kepada (sehubungan dengan) manusia yang terbatas dan tercela.
        • d-4-3- Begitu pula halnya dengan agama yang pasti dan tidak tercela yang berasal dari Tuhan yang pasti dan tidak tercela, kepada (sehubungan) dengan manusia yang tidak pasti dan tercela.
        • d-4-4- Begitu pula halnya dengan agama yang berasal dari Tuhan dimana berarti agama itu pasti dan tidak tercela kepada (sehubungan dengan) manusia yang tidak pasti dan tercela.
      • d-5- “Iman Relatif. Iman Relatif adalah iman yang diperoleh melalui konsepsi yang melahirkan pengetahuan. Disebut relatif karena subyek penerimanya relatif dan terbatas, yaitu manusia.”
Dari kalimat lanjutan di buku itu, yakni yang saya jadikan pelengkap di poin d-5 di atas, maka dapat dipastikan bahwa yang diinginkan penulis dari RELATIF, adalah TIDAK PASTI DAN TERBATAS. Jadi, makna MUTLAK, seperti yang sudah dikatakan di atas itu, yaitu TIDAK TERBATAS DAN PASTI.

KOMENTAR:

a- Kalau yang dimaksudkan di poin d-2-a itu benar, yakni:

“ketika yang tidak terbatas dan tidak tercela, berhubungan dengan yang terbatas dan tercela, maka yang tidak terbatas dan tidak tercela, menjadi tidak tidak terbatas (terbatas) dan tidak tidak tercela (tercela), dan sebaliknya (yakni yang yang terbatas dan tercela, menjadi tidak terbatas dan tidak tercela).”

Maka:

Karena lawanan Mutlak adalah relatif dan Suci adalah tidak suci, berarti Tuhan yang ada di manusia yang relatif dan tercela itu, adalah TERBATAS DAN TERCELA.

Keterbatasan Tuhan di dalam manusia, tidak ada yang meragukan. Karena Tuhan Yang Tidak Terbatas, sudah pasti tidak akan bisa dipahami oleh manusia yang terbatas, setinggi dan sesuci apapun manusianya.

AKAN TETAPI, tidak mesti yang terbatas itu tercela. Karena yang terbatas ini, bisa suci dari kesalahan. Jangan katakan maksud saya “tidak suci” itu adalah “terbatas”, sebab Anda sudah melawankan terbatas dengan Mutlak. Karena itu, “tidak suci” berarti tercela. Dengan demikian, maka kalimat di atas, tidak bisa dibenarkan dan bertentangan dengan Qur an sendiri. Seperti:
  • a-1- Allah sendiri memerintahkan untuk mengetahuiNya. Dan Tuhan, tidak mungkin memerintahkan manusia, kepada yang tercela. Karena itulah, mengetahui Tuhan itu, wajib hukumnya secara akal dan Qur an. Ini Qur annya:
--- QS: 47:19 (perintah mengetahui DiriNya):

ُفَاْعلَْمأَنَّهَُلاإِلَهَإَِّلااللَّه

“Ketahuilah (wajib kalian tahu dan mencari tahu) bahwa sesungguhnya tiada Tuhan, selain Allah!”

--- QS: 2:209 (perintah mengetahui SifatNya):

فَاْعلَُموا أََّن اللَّهَ َعِزيٌز َح ِكيٌم

“Ketahuilah (sama perintah wajib) bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Mulia dan Bijaksana!”

--- QS: 5:34:

فَاْعلَُموا أََّن اللَّهَ غَُفوٌر َرِحيٌم

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang!”


--- QS: 8:40:

فَاْعلَُموا أََّن اللَّهَ َمْوَلاُكْم نِْعَم الَْمْولَى َونِْعَم النَّ ِصيُر

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah itu Tuan/penguasa kalian, senikmat-nikmatnya Penguasa dan senikmat-nikmatnya Penolong.”

Masih banyak lagi ayat yang memerintahkan manusia untuk mengerti Allah dan Sifat-sifatNya.

KARENA TUHAN ITU TIDAK MEMERINTAH KEPADA YANG TIDAK DIMAMPUI MANUSIA, DAN TIDAK MUNGKIN TUHAN MEMERINTAH KEPADA YANG TERCELA, MAKA MENGETAHUI TUHAN DAN PENGETAHUAN TUHAN YANG ADA PADA MANUSIA, BUKAN SESUATU YANG TERCELA.

  • a-2- Allah sendiri menafikan pensifatan orang-orang yang mensekutukanNya dengan beberapa hal. Ini berarti, bahwa tidak mensekutukanNya dengan hal-hal tersebut, pertanda telah mensucikanNya. Mana ada pensucian Tuhan dikatakan TERCELA?? Perhatikan ayat berikut ini:

--- QS: 6:100:

َوَجَعلُوا لِلَِّه ُشَرَكاَء الْ ِج َّن َوَخلََقُه ْم َوَخَرقُوا لَهُ بَنِي َن َوبـَنَا ٍت بِغَْيِر ِعْلٍم ُسْب َحانَهُ َوتـََعالَى َعَّما يَ ِصُفوَن

“dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”

Ayat ini, bukan untuk bercerita saja pada manusia. Yakni bercerita adanya orang-orang yang mensukutukan Tuhan dengan jin dan mengatakan bahwasanNya mempunyai anak. Akan tetapi, pelajaran buat manusia yang relatif ini, agar MENSUCIKANNYA DARI SEMUA ITU. Lalu mana ada mensucikanNya dikatakan dengan TERCELA???

--- QS: 21:22:

لَْو َكاَن فِيِهَما آلَِهةٌ إَِّلا اللَّهُ لََف َسَدتَا فَ ُسْب َحاَن اللَِّه َر ِّب الَْعْر ِش َعَّما يَ ِصُفوَن

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”

Jalas dalam ayat di atas, kita diperintahkan untuk mensucikanNya dari penyekutuan hingga Tuhan sendiri berdalil bahwa kalau ada Tuhan lain selain Allah di langit dan di bumi, maka keduanya akan binasa. Lah, terus untuk apa pengajaran ini tetap diajarkan olehNya, kalau pengajaranNya ini, tetap tidak bisa dipahami manusia dan pemahaman manusianya itu, tetap dikatakan tercela??

--- Ayat yang sebangsa dengan ayat di atas, yaitu yang mengajarkan Pensucian Terhadap Allah, banyak sekali. Kalau semua ayat itu tidak bisa dipahami dan/atau kalau masih saja pemahamannya tercela, lah....terus untuk apa agama dan ayat-ayatNya itu diturunkan untuk manusia?
  • a-3- Allah sendiri, dengan tegas menerima pensifatan orang-orang yang tergolong Mukhlashiin. Ini tandanya, selain tidak tercela, juga bahkan diterima Allah. Perhatikan ayat berikut:

--- QS: 37:108-109:

َوَجَعلُوابـَيـْنَهَُوبـَْيَنالِْجنَِّةنََسبًاَولََقْدَعلَِمِتالِْجنَّةُإِنـَُّهْملَُمْحَضُروَن(851) ُسْبَحاَناللَِّهَعَّمايَِصُفوَن(951) إَِّلا ِعبَاَداللَِّهالُْمْخلَِصيَن

“Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka ), Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan, kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari (dosa, mukhlashiin).”

Catatan Ayat:

  • - Dilihat dari qarinah/kondisi ayatnya, maka mukhlashiin di atas bisa diartikan sebagai orang yang banyak ikhlash dalam tidak mensifatiNya dengan keberanakanNya dan kebernasabanNya dengan jin. Karena itu, Maha Suci Allah dari pensifatan mereka, kecuali pensifatan orang yang mukhlashiin, memiliki arti, bahwa yang tidak mensifatiNya dengan kebernasaban Tuhan dengan jin itu, adalah pensifatan mukhlashiin dan diterima Allah sebagai sifat SuciNya. KARENA ITU, MANA ADA PENSUCIANNYA DIKATAKAN TERCELA??!!!
  • - Kalaulah mau diartikan secara umum, yaitu bahwa mukhlashiin di sini, tidak dikondisi-i oleh pensifatanNya dengan penasabanNya dengan jin dan makhluk lainnya, hingga seperti dalam peristilahan Kalam dan Filsafat, dimana Mukhlashiin (bukan mukhlishiin) adalah banyak ikhlash, yaitu yang tidak mengaharp surga dalam taat kepadaNya dan tidak karena takut neraka, maka tetap saja ada pensifatan manusia yang relatif ini, yang diterima oleh Allah swt. LAH, KALAU ALLAH SENDIRI MENERIMANYA, MAKA MANA MUNGKIN MASIH DIKATAKAN SEBAGA TERCELA???!!! DAN KALAU PENSIFATAN PARA MUKHLASHIIN SAJA SUDAH DITERIMANYA DAN SUDAH DIGOLONGKANNYA KEPADA PENSUCIANNYA, LALU APALAGI PARA NABI, NABI saww DAN AHLULBAIT as???!!!!
b- Kalau yang dimaksudkan di poin d-2-b itu yang benar, yakni:

“ketika yang pasti dan tidak tercela, berhubungan dengan yang tidak pasti dan tercela, maka yang pasti dan tidak tercela akan menjadi tidak pasti dan tercela, begitu pula sebaliknya (yang tidak pasti dan tercela, akan menjadi pasti dan tidak tercela).”

Maka:
  • b-1- Kalimat dan maksud ini, jauh lebih parah dari yang sebelumnya. Sebab berarti, pemahaman manusia tentangNya, sudah tidak ada lagi yang pasti.

Saya sudah tidak perlu membahas dari sisi sucinya lagi, karena apapun pemahaman manusia yang sudah selaras dengan keTidakterbatasanNya, jelas tidak tercela karena sudah mensucikanNya dan, jelas sudah diterima Tuhan sebagaimana ayat-ayat di atas itu.

Mengapa dikatakan sudah tidak ada lagi yang pasti kalau kalimat dan maksud yang poin d-2-b ini yang benar? Sebab semua ilmu manusia tentang Tuhan, sudah tidak bisa dipastikan lagi kebenarannya. Bukan saja ilmu-ilmu kita, akan tetapi ilmu para nabi, Nabi saww dan Ahlulbait as sendiri, sudah tidak pasti benar.

Dengan mentidakpastikanbenarnya ilmu para nabi, Nabi saww dan Ahlulbait as, sudah cukup untuk dijadikan alasan menolak seluruh agama dan dakwah para utusan dan penerus utusan.
  • b-2- Di samping itu, karena ketika sudah dikatakan tidak pasti benar, berarti sudah tidak ada jalan pembuktiannya. Karena pembuktinya tidak pasti benar, dan yang akan memahaminya, juga tidak pasti benar.
  • b-3- Kalau sudah tidak ada jalan untuk membuktikannya, maka sejuta ayat Qur an diturunkan untuk menjelaskan DiriNya, SifatNya dan PensucianNya, juga tidak akan ada gunanya. Lah, terus buat apa ada pewajiban mengetahuiNya dan sifat-sifatNya dalam Qur an-Nya??? Lalu buat apa juga agamaNya diturunkan? Bukankah sudah tidak bisa lagi menyembahNya karena tidak mengetahuiNya. Atau bukankah menyembahNya berarti menyembah yang celaNya dan tidak benarNya??
c- Kalau kalimat kelanjutannya, poin d-3-a yang benar dan dimaksudkan, yakni:

“Jadi tidak ada hubungan langsung antara yang tidak terbatas dan tidak tercela dengan yang terbatas dan tercela. Tuhan yang tidak terbatas dan tidak tercela tidak akan pernah berhubungan secara logis dengan manusia yang terbatas.”

Maka:
  • c-1- Dengan penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka kata tidak logis di sini, benar-benar tidak logis untuk kelogisan. Sebab yang dia katakan tidak logis, secara nyata, adalah kelogisan yang mutlak kebenarannya. Dengan dalil:
    • c-1-1- Tuhan telah mengadakan hubungan tersebut, yakni dengan manusia yang relatif dan tercela (menurut penulis). Bukan saja mengadakan hubungan, akan tetapi justru hubungan itu, merupakan keLathiifanNya dan keMahapemurahNya serta keMahahidayahanNya kepada manusia. Sebab kalau tidak logis, maka semua penjelasan tentang DiriNya di dalam Qur an, dan penjelasan tentang Sifat-sifatNya, sungguh tidak bisa dikatakan logis lagi. Nah, karena Tuhan yang Maha Logis telah mengadakan hubungan itu, dan telah mengenalkan Diri dan Sifat-sifatNya dengan ayat-ayatNya itu (baik ayat Qur an atau ayat kauniyyah yang berupa alam semesta), maka sudah pasti inilah yang logis dan yang penulis katakan tidak logis itu, benar-benar tidak logis.
    • c-1-2- Saya heran pada seorang muslim dan mengaku Syi’ah lagi, yang berani mengatakan bahwa manusia itu tidak suci. Sebab di dalamnya terdapat banyak sekali manusia-manusia suci. Mentidaksucikan atau mentercelakan para nabi, Nabi saww dan Ahlulbait as, sungguh sulit masih dapat dipertahankan dan dikatakan sebagai Syi’ah.
    • c-1-3- Jangan katakan bahwa maksud tidak suci itu adalah terbatas, sebab yang terbatas ini, sudah dilawankan dengan Mutlak. Jadi, perkataan manusia yang relatif (terbatas) dan tidak suci, maksudnya adalah manusia yang terbatas dan tidak suci (tercela), bukan manusia yang terbatas dan terbatas. Sebab kalau tidak suci itu diartikan terbatas, maka akan ada dua pensifatan yang jelas tidak umum didankan sebagaimana telah dijelaskan itu, yakni manusia yang terbatas dan terbatas. Nggak lucu bukan? Jadi, maksud dari manusia yang relatif dan tidak suci, adalah manusia yang terbatas dan tercela.
    • c-1-4- Kalau yang dimaksudkan tercela itu, adalah tercela karena dosa, maka jelas hal ini adalah kufur yang terang-terangan. Kalau tercela dari kebenaran pemahaman tentang Allah swt, maka jelas bertentangan dengan akal sehat sebagaimana maklum dan bertentangan dengan ayat-ayat Qur an di atas itu.


.....bersambung ke (c-2)......

Kemarjaan Konsultatif (2)

2. Kemarjaan Konsultatif (2)

https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/kemarjaan-yang-hanya-bersifat-konsultatif-2/750241585059251/?refid=21

Ali Assegaf: Tentu ... saya terlepas dari pro kontra terhadap buku sms. Hanya beritahu publik .. ucapan ketemu sendiri .. kritik pada orangnya langsung terkait ormas anti watak dasar ahlulbait ini hanya seruan kosong dan palsu .. atas dasar pengalaman dengan saya.

Anggelia Sulqani Zahra: Terima kasih ustadz atas jawabannya... Alhamdulillah argumentasi wajibnya bermarja lebih berdalil daripada marja sebagai konsultatif...

Sinar Agama: @Ali, orang ngomong atau nganjurin ketemu sama penulisnya itu, karena sudah tidak adanya dalil. Wong bukunya ada di depan hidung kok. Kan kalau masih punya dalil, bisa diambilin sana sini yang bersangkutan. Tapi karena sudah tidak punya, maka jalan yang tersisa satu saja, yakni tipuan yang nggak ketara. Yaitu nyuruh orang diam di manapun, kalau tidak kepada penulisnya.

Lah...dimana ada peraturan keritikan seperti itu. Sejak dahulu kala setiap ada kitab terbit, langsung dibalas oleh yang tidak puas. Sudah ribuan kitab (kalau bukan jutaan) yang terbit dalam sepanjang sejarah penulisan kitab dan karya tulis lainnya. Jutaan skepsi, tesis dan disertasi dibuat, dalam rangka mengkritiki atau mendukung sebuah tulisan, buku dan semacamnya.

Hanya orang yang tidak pernah kuliah saja yang tidak mengerti hal itu atau, SEPERTI YANG ANTUM KATAKAN ITU, KEEGOAN.

Kita dulu bangga karena ahli kritik dan tidak mau terima apa adanya. Lah, setelah benar-benar masuk Syi’ah, malah berubah lagi jadi sedia kala. Yah....tinggal kita tunggu saja di pengadilan kelak, semoga kita semua selamat di sana, amin.

Sinar Agama: Anggelia, ok sama-sama.

Sinar Agama: Tambahan:
Ada yang banggain buku itu sudah banyak terjual. Lah, yang ditanggapinya (walau mungkin tidak langsung), yakni buku yang mengatasnamakan MUI itu, di Malaysia saja, sudah diperbanyak sekitar 1 atau 2 jutaan.

Nanti bilangin ke orang-orang yang ngeritikin buku MUI itu, untuk ke penulisnya dan jangan ngomong di media manapun juga. Begitu pula terhadap tulisan-tulisan wahabi dalam semua kitab-kitabnya.

Abdul Malik: Wew

Sinar Agama: Tambahan: Membela kebenaran itu mahal dan sulit, karena kebenaran itu sendiri yang akan menolaknya kalau tidak benar. Terutama Sang Maha Benar dan tajalli tertingginya, yaitu pada Makshumin as. Karena itu, sebelum kita membela kebenaran itu, maka pelajari dengan seksama walau puluhan tahun. Baru setelah itu, walau tetap relatif, bisa ngomong. Itupun sikit-sikit dan harus peka serta penuh perhatian pada yang mengkritik. Sebab biar belajar 50 tahun, tetap bisa salah. Lah, keke (ghimana) kalau belajarnya hanya kayak sisit (kecapung) minum (istilah suku Madura yang pernah ana kenal).

Ali Assegaf: Ana tidak sempat baca ... Wallah ana doakan mereka yang berselisih dengan atau bukan dengan ana. Semua kita pengharap kebaikan kebersamaan ... yakin banyak sir ilahi ... yang kita tidak duga atau yakini salah sekalipun tidak akan demikian selamanya. Ana syukur dikenalkan maaf .. Dimana maaf memaafkan hanya pas bagi pemilik jiwa satria ... Ana berharap sekali .. sebelum semua menghadap Nya .. malaikat dilupakan catatan kotor ini ...

Sinar Agama: @Ali, kalau antum nyorotin institusinya, maka saya menyoroti ilmunya saja, karena sementara secara GR, hal itu yang terasa sebagai kewajibanku.

Sinar Agama: @Abdul, afwan saya akan hapus promosi antum tentang penjualan itu. Karena saya takut mendapatkan dosanya. Tapi tulisan antum yang lain, in syaa Allah pasti tidak dihapus. Afwan.

Sang Pencinta: Ustadz, hanya Anggelia yang bisa hapus, karena ini postingan miliknya.

Anggelia Sulqani Zahra: Iye siap laksanakan ustadz..

Sinar Agama: Oh iyya, saya lupa. Kalau begitu terserah Anggelia saja. Yang tugas ana sudah saya sampaikan tentang buku tersebut.

Sinar Agama: @Anggelia, kalau mau hapus, hanya yang berupa alat jualannya, yang berisikan no telpon itu, bukan yang lain-lainnya seperti pendapat dan semacamnya.

Anggelia Sulqani Zahra: Sudah terhapus ustadz komentar yang jualan buku SMS..

Ali Assegaf: Semoga saja ... kita jadi kaum yang tidak alergi kritik ... al Husein ibnu Ali pencukup bagi setiap kita ... Pengukur yang memastikan kerendahan pikiran dan perbuatan kita. Hanya dengan modal sifat makshum. Ini yang bisa singgah dalam tutur dan langkah yang bisa jadi tak mampu kita pahami pada yang lain. Ukurannya dhohir ... dan itu juga bukan hakim .. wallah ana masih doakan semua ... malu kalau kelak ana harus dibuka buku diri .. Modal hujja kullu ihwaani minal mukminin.

Sinar Agama: Kita tidak bermusuhan dengan siapapun, hanya beda pendapat dan menjaga diri sendiri, dari dosa atau yang sangat dimungkinkan sebagai dosa.

Ali Assegaf: Tanpa ucapan .. ilmu antum bicara itu ... Ucapan ditujukan pada yang membaca tak terkecuali diri ini.

Sinar Agama: Demi Allah, semua ikhwan dan akhwat pengikut Ahlulbait as, selalu dalam qunut ana bahkan, dan tidak perduli siapa dia, baik dalam pandangan politiknya atau apa saja sama dengan saya atau tidak. Tak perduli siapa antum semua, aku adalah debu di bawah kaki antum. Ana menulis ini dengan menangis. Akan tetapi, ijinkan saya untuk tidak takiah dalam ilmu, baik pada Sunni, apalagi pada Syi’ah sendiri. Itu saja. Doakan ana tabah dalam segala cobaan hidup ini. Karena tidak ada hati yang sehat, yang suka berbeda dengan yang lainnya. Semua ini karena terpaksa dan, kita batasi hanya dalam ilmu.

Ali Assegaf: Ana uhibbukum ...

Sinar Agama: @Satria, sopanan dikit, tirulah aku menulis, kalau memang aku dianggap abang antum, afwan.

Sinar Agama: @Ali, min qibalain..

Sinar Agama: @Ali, antum tadi bilang tidak sempat baca. Ana sarankan untuk baca diskusi kita yang tentang bab imamah dan khilafah yang ada di buku itu. Sekedar untuk tambah info saja. Mintalah ke akun Sang Pencinta. Tapi baca dulu bagian buku aslinya, baru komentar.

Satria Pmlg: Afwan ustadz.

Ali Assegaf: Waktu menghalangi ana untuk itu ... banyak mas’uliya yang tak terealisir ... Namun insya ... bi idnih .. filhidmah.

Satria Pmlg: Afwan ustadz,, udah ana hapus komenku pada Abdul Malik,,,,,,dan ucapan ,, maafkan kekurangsopanan,, saya Abdul Malik,,,

Sinar Agama: @Satria, ahsantum, semoga diterimaNya, amin.

Satria Pmlg: Amiin,,YA ROBB

Anggelia Sulqani Zahra: Aduuh gimana mau diskusi kalau akunnya tertutup untuk umum...

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=855549621162675&set=t.100001317636057&type=1

Fahmi Husein: @Sinar Agama, sebagaimana saya mengkritik (marah) dengan orang-orang yang mengolok-olok/menghina ustadz (antum), mungkin karena kefanatikan pada ustadznya, harapnya dapat antum juga menasehati yang fanatik kepada antum agar tidak juga mengolok-olok ustadz lain dalam hal ini penulis buku tersebut.

Saya heran, ustadznya aja gak ada masalah apa-apa, neh para cecunguk yahok lebih dari ustadnya!! Fanatik adalah kejahilan!!!

Fahmi Husein: @Anggelia Sulqani Zahra, maaf dah lama akun tersebut gak ber-fb ria, dan jangan campur adukkan Dunia Maya dengan Dunia Nyata, kalau mau ke penulis ya silahkan aja temui di dunia nyata.

Bagi saya kritikan ilmiah ustad Sinar Agama bagus, layak di ikuti terlebih bagi kami yang kurang dalam ilmu agama, tapi tidak menjadikan buku itu lalu haram dan sebagainya kan? Sebagaimana kita minta dihargai oleh orang lain, sepatutnya kita menghargai orang!

Keterangan (kritikan) ustadz sinar di atas juga bisa dijawabi dengan penulis, mana yang betul masih juga kita belum tahu, menyayangkan sikap ustad Sinar Agama yang langsung takut dengan dosa maka menghapus promosi, apa sudah pasti benar? Apa sudah pasti berdosa?

Saya kurang tahu betul soal agama seperti beliau.

Saya hanya pedagang batu permata, bila ada orang berjualan batu menurut saya itu batu tidak asli/ kurang bagus/dan lain-lain gak juga jadi tanggungan saya untuk harus mengatakan pada pembelinya: jangan kau beli, itu palsu, dosa.

Kullu suhul...

Anggelia Sulqani Zahra: Kenapa bang Fahmi Husein? Kalau nggak boleh campur dunia nyata dengan dunia maya..! Terus apa yang mau kita diskusikan bang.. bukankah fb ini dunia nyata..? Saking nyatanya fb ini sampai abang yakin sekali bahwa komentar abang dapat dibaca orang lain yang nyata pula.. Kecuali kalau abang juga yakin bahwa abang juga tidak nyata...hehehe...

Ahmad Baraqbah: Buku ini ceritanya apa...promosi Syi’ah kah.

Keongracun: Anggelia Sulqani Zahra, udah berapa puluh kali mut’ahnya, klu udah banyak masuk surga kayaknya menurut kitab Kulani syi’i gkgkgkgkgk..

Fahmi Husein: Anggelia Sulqani Zahra, waduh, gak bisa berkata-kata apalagi kalau fb dianggap dunia nyata. Lawong akun anda aja akun anonim ikut bahasa Sang Pencinta, masih juga bilang nyata.

Kalau cuman membahasnya di fb jelas hanya membuat ‘horek’ di fb aja (dumay) yang menurut saya bermanfaat bagi pelajar-pelajar di dumay seperti saya.

Alangkah bijaknya bila Sinar Agama atau teamnya membuat buku tandingan, dengan judul yang sama atau ‘menjawab buku sms’, akan sangat bermanfaat.

Sekali lagi saya analogi dengan dagangan cincin, saya “persembahkan” cincin yang asli dengan harga yang sama agar pembeli lebih tertarik.

Azmy Alatas: FB itu media, bukan dunia...dunia maya sekedar istilah, dia tidak pernah ada, tapi terinterpentrasi dan punya pengaruh. Mungkin buku “tanyalah aku” akan jadi buku panduan Syi’ah indonesia...

Firdaus Said: Hehehe fahmy... Antum kok bicara sama yang tidak nyata..?
Azmy, bagaimana mungkin sesuatu yang tidak pernah ada dapat memberi pengaruh...? Hahahaha
Belajar logika stadart dong .. Biar yang standaaaaart aja... Fahmy juga ya.. Belajar yang baiiik..

Fahmi Husein: Firdaus Said, gak usah sok pinterlah.. kama fien aja suruh belajar-belajar orang, mang kita harus selalu belajar dan belajar.

Yang menyatakan tidak nyata itu siapa?? Saya katakan ‘Maya’, dumay (dunia maya) sebutan yang dah lama untuk fb, fs, bahkan mirc dulu.

Firdaus Said: Hahahaha...

Firdaus Said: Anggelia Sulqani Zahra, waduh, gak bisa berkata-kata apalagi kalau fb dianggap dunia nyata. Lawong akun anda aja akun anonim ikut bahasa Sang Pencinta, masih juga bilang nyata.

Kalau cuman membahasnya di fb jelas hanya membuat ‘horek’ di fb aja (dumay) yang menurut saya bermanfaat bagi pelajar-pelajar di dumay seperti saya.

Alangkah bijaknya bila Sinar Agama atau teamnya membuat buku tandingan, dengan judul yang sama atau ‘menjawab buku sms’, akan sangat bermanfaat.

Sekali lagi saya analogi dengan dagangan cincin, saya “persembahkan” cincin yang asli dengan harga yang sama agar pembeli lebih tertarik.

)/@;$!;’¥{€|€\^]£{€\>\>\¥_¥’¥\£\€\%]%#}¥=+><|#€£*_>]€{¥{+^|€{

Fahmi Husein: Kasihan gak bisa membedakan kata dunia maya >< dunia maya dengan ‘nyata’.
Jelas apa yang saya tulis ini nyata, makanya bisa dilihat.Jangan bangga dengan kejahilan deh.

Anggelia Sulqani Zahra: Iye bang Fahmi Husein... Kayaknya benar deh kata bang Firdaus Said.....

Soalnya kalau yang dibilang nyata itu hanya yang dapat diindrai ..! Pengaruh cara berfikir materialistiknya kuat banget ampe bang Fahmi sendiri nggak sadar yee...

Anggelia Sulqani Zahra: Jadi dipikir-pikir harus banyak belajer penyelesaiannya..

Anggelia Sulqani Zahra: Kalau si Azmy Alatas, nggak mau komentar deh.. Soalnya kebangetan berfikir materialistiknya.... Maklumlah.... Begitu cara diskusinya Wahabi lagi takiyah ke Syi’ah...

Firdaus Said: Waduuuuuh ...Anggelia Sulqani Zahra .. Kayaknya anda yang kebangetan nih...

Fahmi Husein: Capek dengan orang yang bersilat lidah, mengurai makna, padahal dah jelas apa yang dimaksud, hanya menyoroti kata-kata karena ketidakmampuan.

Terlalu jahil bagi saya orang yang gak bisa membedakan Dumay/Dunya dengan nyata.

Akun Anggelia Sulqani Zahra, bisa siapa saja, lawong mudah untuk membuat akun banyak-banyak, wa hatta jenis kelamin bisa dipalsukan.. gak ingin berkutat masalah ini yang gak penting.

Intinya buku itu bukan beredar di fb, kalau cuman promosi pakai media fb/bb juga gak masalah.
Ingin mengkritiknya buat aja buku tandingan. Kalau cuman membahasnya di fb jelas bermanfaat bagi pelajar fb seperti saya. Tapi untuk soal tarik, haram, dosa, dan sebagainya. Lakukan di dunia nyata!!

Faham??

Semoga aja kali ini gak mbulet di kata-kata yang gak ada artinya dari sok pahlawan pembela ustadz satu pengolok ustadz yang lain.

Firdaus Said: Lah kan ini diskusi nyata juga.... Hahahaha

Firdaus Said: Berarti dunia dan segala isinya ini nyata juga...

Firdaus Said: Dan aktifitas disini nyata juga.

Firdaus Said: Dan hal-hal di disoal disini nyata juga.

Firdaus Said: Dan manfaat yang didapat dalam kritik mengkritik disini nyata sekaleeeee.

Firdaus Said: Antummm faham juga kaaaaaan....

Fahmi Husein: LoL
Mulai panik bung Firdaus Said?
Hingga komen tiga kali yang gak ada artinya ini?

Firdaus Said: Hahahaha

Fahmi Husein: Perlu ana taq, Sinar Agama, Sang Pencinta, dan lain-lain.
Diskusinya diatas (komen-komen) banyak mudhorotnya ketimbang manfaatnya.
Gara-gara cecunguk-cecunguk yang sok hero, pendendam kesumat, pengolok-olok ustadz, dan sebagainya mengisi di komentar-komentar yang bukan bagiannya/seharusnya.

Firdaus Said: Nah komentar antum itu yang seharusnya tidak mengisi ruang diskusi ini... Lah wong Anggelia Sulqani Zahra... Lagi bertanya sama ustadz... Antum tiba-tiba saja datang sok akhlaki menasehati bahwa persoalan ini tidak boleh dibawah didunia fb... Lah berarti antum juga mau bilang bahwa ustadz Sinar Agama menjawab pertanyaannya anggelia antum salahkan juga.... Nah itu yang baru tepat dibilang mengolok-olok ustad...hehehe

Sang Pencinta: Bib fahmi, bang Firdaus, teman-teman lain, ahsan kita mengerem diri dari pembahasan konteks status. Afwan.

Firdaus Said: Sang Pencinta, loh kok ngerem diri..? Siapa yang tancap ? Lah atau antum mau bilang kita ngerem dulu bertanya ? ... Disini tanya jawab bukan diskusi... Anggelia bertanya ustad menjawab... Setelah dapat jawaban... Ya sudah Anggelia Sulqani Zahra kayaknya paham dan diam... 

Lah komentar-komentar seperti antum ini yang selalu bikin kisruh... Emangnya pertanyaan anggelia di atas itu nggak boleh ya...!

Fahmi Husein: Berulang kali ana kritik, banyak akun-akun gak jelas seperti dia dan sebelumnya yang tanya-tanya tentang ustadz-ustadz.

Kalau cuman pertanyaan ini tidak berdampak kepada mengolok-olok ustad Sinar Agama dan penggunanya (ha) atau kepada ustad Muhsin Labib dan yang lain, jelas gak ada masalah.

Nyatanya dampaknya jelek.

Ada lagi yang suka memanfaatkan apa-apa persengketaan dengan ABI langsung dia masuk, padahal gak tau apa masalahnya, bawa-bawa halnya yang dah lama.

Heran, pengikut Ahlulbait bisa seperti ini.. padahal sama-sama bermarja pada Sayed Ali khamenei.
Andaikan salah satu bisa merapat dan merangkul yang lain bukan cakar-cakaran layaknya anak kecil..

Fahmi Husein: Sang Pencinta, siap, afwan baru lihat. Biarkan aja si Firdaus Said ini kalau mau melanjut.. Maassalamah.

Firdaus Said: Lah kalau mau damai ... Maka damailah jangan sampe menafikan yang nyata dan klaim diri yang paling benar... Tiba2 sy datang menasehati bahwa hal2 seperti ini tidak boleh dibahas di fb...

Antum juga sdh mengolok2 ustad Sinar Agama, karena melarang pembahasan hal seperti ini di fb... gitu loh...

Sang Pencinta: Firdaus, ahsan coba tanya Hendy Laisa gimana pandangan saya tentang soalan yang diajukan tentang buku sms. Baru mengklaim saya gimana.

Firdaus Said: Sang Pencinta.... Antum silahkan saja berpandangan ... Tetapi kan anggelia itu bertanya... Ya kalau ustadz mau jawab ya hak ustadz... kalau tidak juga ya ustadz... Kenapa tiba-tiba antum datang ngomong ...harus mengerem pembahasan ini...! Ini jelas banget pandangan antum juga...

Azmy Alatas: Yaelah...kagak ada itu dunia maya... yang ada itu media sosial.... Kok mekso...

Firdaus Said: Lah siapa yang gas... Siapa yang persoalkan? Kan antum-antum juga yang persoalkan ... Karena jelas sekali sikap Angelia dan ustadz dalam tanya jawab di atas ...

Irsan Fadlullah Al Hajj: Hhmmmmmm

Ahmad Baraqbah: Syi’ah itu sesat gak usah di tiru.

Anggelia Sulqani Zahra: Ups... Begitu ya bang Sang Pencinta... Harus mengerem pembahasan buku SMS...? Oh iya kalau itu yang antum mau ..insyaAllah pertanyaan tentang Negara Islam Iran itu yang terakhir pertanyaanku ke ustadz Sinar Agama dan mungkin kalau ada pertanyaan aku lagi memang harus tawasulan melalui antum biar nggak dapat teguran ngerem pembahasan... Afwan...

Firdaus Said: Nah sepertinya memang begitu Anggelia... Antum harus tawassulan biar nggak di suruh ngereeeem...

Azmy Alatas: Hahaha... Cuma bisa sampai negara islam Iran pok? Katanya udah bedah semua? Atau cuma bedah yang sesuai selera..hehe.

Ahmad Baraqbah: Iran itu bukan negara Islam ... Iran itu Syi’ah bukan Islam.

Sinar Agama: @Anggelia, sepertinya antum tidak baca suratku hari ini. Ana kan harus ngedit 12 jilid kumpulan catatan itu, karena itu ana hanya minta 2 hari jangan bertanya tentang sms itu atau seminggu kecuali kalau memang sudah tidak tahan dan membahayakan akidah dan fikih.

Saya kalau mau menulis komentar tentang sms ini, kadang sampai tidak tidur 24 jam. Merenungi dan merenungi, mencoba memahami maunya, mengerem emosi, mencari kitab rujukan, merenungi jawaban tepatnya seperti apa yang cocok pada Tuhan dan tidak terlalu berat pada teman.

Yang tentang negara Islam itu, kurang lebih saya tidak tidur 24 jam. Yang sebelum-sebelumnya, juga seingatku tidak kurang dari 25-20 jaman di depan komputer, hanya untuk memberikan komentar pada sms melihat dari sudut pandang dan hal-hal di atas itu.

Kalian sama-sama belahan jiwaku, kalau ada apa-apa, merujuklah ke aku sebagai abang kalian, jangan ada yang buruk sangka.

Yang melalui Pencinta itu hanya dan hanya, yang tidak punya pertemanan denganku. Kalau yang berteman, maka tidak perlu.

Kalau kalian sama-sama berusaha karena Allah, maka mesti lebih kuat dibanting, apalagi dengan perasaan sendiri.

Saya tahu, semua itu karena semangat kalian yang sangat menyala. Akan tetapi, tanpa saling baik sangka pada yang tidak perlu diburuk sangkai, maka syaithan akan cepat datang mencerai berraikan kita semua.

Janganlah membuat abang sedih. Wassalam.

Sinar Agama: Kalau kurang tidur, tidurlah supaya jiwa kalian normal bernafas, lapang melebihi luasnya tujuh langit.

Sinar Agama: OH IYA, YANG SAYA MINTA REM ITU BUKAN DIANTARA DINDING KALIAN DAN KOLOM-KOLOM YANG SUDAH BERJALAN. AKAN TETAPI PERTANYAAN BARU. KARENA YANG MENURUT SAYA SUDAH JELAS DI POKOK-POKOK MASALAHNYA, SAYA SUDAH TIDAK MENENGOK LAGI KE KOMENTAR-KOMENTARNYA, APALAGI KALAU HANYA MAIN EJEK DAN BERPANDANGAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN BAHASAN.

JADI, SILAHKAN DISKUSI TERUS DI KOLOM-KOLOMNYA DI STATUS-STATUS YANG TELAH DIJAWAB SEBELUMNYA. AKAN TETAPI, KALAU MEMANG BISA SATU DUA HARI INI, ATAU SEMINGGU, JANGAN BERTANYA HAL YANG BARU, KARENA SAYA INGIN MENENGOK EDITAN YANG MASIH BANYAK TERSISA. TAPI KALAU TIDAK TAHAN DAN MEMBAHAYAKAN AKIDAH DAN FIKIH, MAKA SILAHKAN TULIS PERTANYAAN BARU DI STATUS YANG BARU SEPERTI BIASANYA.

Azmy Alatas: Firdaus, Angelia dan Pecinta lagi sandiwaraan atau gimana nih??? Hehe...manajemen konfliknya pinter.

Khommar Rudin:  اَللَّهم صل على محم ٍد وآل محم ٍد ِوع ِّجل فـرجهم

Azmy Alatas: Wes mandek po? Segini tok komennya...



Artikel bahsan Lainnya:
=====================

Kamis, 28 November 2019

Kemarjaan Konsultatif (1)

1. Kemarjaan Konsultatif (1)

https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/kemarjaan-yang-hanya-bersifat-konsultatif-1/750241311725945/?refid=21


Anggelia Sulqani Zahra: Salam ustadz Sinar Agama, terima kasih atas penjelasan pertanyaan sebelumnya... Ustadz sebagaimana telah ustadz singgung dalam pertanyaan sebelumnya tentang marja dalam buku tersebut “mohon penjelasan dan uraiannya tentang hal ini “Kemarjaan dalam Syi’ah di Indonesia yang mengikuti marja di luar negeri bersifat konsultatif, tidak mengikat dan tidak mesti diikuti. Sama halnya dengan kemantapan seseorang dengan seorang kiai dalam tradisi NU atau lebih jauh sebagaimana yang terjadi antara warga Indonesia pengikut para syaikh di Al-Azhar (Mesir), syaikh Yusuf Qardhawi (Qatar), Syaikh Al- Buthi (Suriah), Syaikh Utsaimin (Saudi), Al-Albani (Yordania) dan lainnya. Produknya disebut fatwa. Ia bersifat umum dan berkenaan dengan masalah-masalah fiqih/hukum saja. Seperti wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram atau sah dan batal, suci dan najisnya sesuatu dan sama sekali tidak berkaitan dengan persoalan aqidah. Semua persoalan yang difatwakan oleh seorang marja’ bersifat umum dan ijtihadiyyat, bukan persoalan yang qadh’iyyat, awwaliyyat, dan muhkamat dalam al-quran dan sunnah. Misalnya keharaman zina tidak memerlukan fatwa karena sudah jelas. Fatwa hanya berlaku bagi persoalan yang tidak diketahui oleh seorang muqallid. Hal.37 dan 337.

Sang Pencinta: Ikut berduka banget. Masalah taqlid sudah sangat terang benderang di setiap awal bab risalah amaliyah marja yang mulia. Mengapa jadi seperti ini?

Irsan Fadlullah Al Hajj:

Sinar Agama...
Sang Pecinta
Ust Hasan Tono
Ust Hasan Abu Ammar

Kalau mereka ini adalah 1 person....
Tunjukkan dirimu dengan terang benderang
Kalau pinter dan ber ilmu
Koq berada dalam tabir????
Para marja aza jelas wajahnya
.........

Enak tinggal di Iran
Hidup terjamin

Ingat .... di dalam darah antum mengalir amanah ummat... khususnya Syi’ah Indonesia lewat khumus....

Hendy Laisa: Irsan Fadlullah Al Hajj >sabar...pasti pulang kok, setelah selesai pelajarannya.

Sang Pencinta: Pak Irsan, kalau saya salah dalam berdalil, menulis dan katakanlah saya mengada-ada, antum bisa unjukkan salahnya dimana.

Syamhudi: Taqlid hanya diperuntukkan bagi orang awam..

Satria Pmlg: Pa Irsan,,,, bijaklah jadi orang,,, antum itu jangan berkata sekehendak hati njenengan,, hargai hormati privasi orang,,,, segala sesuatu pasti ada sebabnya,, dan segala tindakan pasti ada alasanya,,,, afwan hanya mngingatkan saja,,, akhiy.

Satria Pmlg: Orang Jawa bilang olih ngono mung ojo ngono,,, boleh begitu cuman jangan keterlaluan,,,, karena semuan sikon pasti punya sebab musabab dan punya alasan,,

Bande Husein Kalisatti: Terus kitab Risalah amliah yang dikelurkan para marja buat apa dong..??????

Bande Husein Kalisatti: Marja hanya berfungsi sebagai konsultan.....???

Sang Pencinta: Menetes air mataku membaca ‘marja itu sifatnya konsultatif saja’, sungguh, demi Tuhan. Mengapa oh mengapa. Ya Rahbar maafkan kami, maafkan kami. Maafkan..

Razai Razak: Salam.

Teguh Bin Suhedi: Saya kira ahsan tanya langsung di wallnya ustadz Muhsin Labib... kan ini bedah buku ala fb...

Sang Pencinta: Teguh, untuk potongan kalimat ini dapat dipahami (oleh siapa saja yang telah tuntas pemahaman akan urgensi fikih, taqlid dan marjaiyyah) di mana letak kesalahan fatalnya Nanti akan saya tukil fatwa terkait hal ini.

Meyo Yogurt: Salam.

Zahra Syuhada: Salam.. menyimak.

Azmy Alatas: Setahu saya jika anda sudah bermarja’ tidak bisa seenaknya hati mengambil hukum dari marja’ lain, kecuali dalam kasus tersebut secara hukum dibolehkan oleh marja’ yang bersangkutan.

Teks dalam buku di atas sama sekali tak terkait dengan masalah kemarjaan. Tapi dalam konteks pembahasan yang situasinya sangat Indonesia ini.

Bagaimana orang Syi’ah memandang marja? Berangkat dari pertanyaan itulah maka muncul teks dalam bukub tsb, itu dugaan saya.

Hendy Laisa: Dugaan ya..hhmm.

Azmy Alatas: Yang saya tangkap...boleh kan, katanya bedah buku?!

Azmy Alatas: Mungkin ada yang gagal paham atau memang gak pernah tahu lapangan karena cuma hidup di menara gading dan dunia maya dan seberang.

Begini pak, ini pandangan saya!

Anda pikir Syi’ah Irak, India, Pakistan, Qathif, dan Syi’ah Iran sama? Terlalu banyak bedanya. Apa yang beda? Karakteristik, tradisi dan beberapa pola pengetahuan yang berkembang.

Syi’ah di Indonesia dalam konsepsi keseluruhan sama, yakni dengan konsep Syi’ah 12 imam. Lantas apa bedanya?

1. Pilihan politik dan sikap politik kemungkinan beda.

2. Tradisi dan budaya bisa jadi beda.

3. Situasi kondisi sosial jelas berbeda.

Artinya, sepahaman saya di Indonesia menggunakan konsep yang sama bahwa bermarja adalah wajib dan ketaqlidannya mutlak. Begitu pula pandangan di dalam buku SMS, hanya saja ketika muncul tuduhan ekspor revolusi, dan Syi’ah masuk dalam radar pemusnahan karena informannya berasal dari musuh-musuh, maka fitnah yang berkembang adalah bahwa orang-orang Syi’ah taat mutlaq pada keseluruhan aspek termasuk aspek politik, budaya, ekonomi, sains dan sebagainya, yang artinya para penganut Syi’ah sama seperti agen-agen import lainnya yang dikirim untuk meruntuhkan NKRI.

Yang artinya Indonesia dengan segala aturannya tak akan lagi ditaati, dan sistem perundangan di Indonesia juga cuma jadi sampah di mata pengikut Syi’ah.

Anda itu gagal paham karena guru anda juga kelamaan di negeri seberang, buku SMS menjawab, “apakah yang dituduhkan para informan memang betul demikian?”

Dijawab, bahwa karakteristik Syi’ah di Indonesia ini masih sekedar menjadikan marja sebagai rujukan dan tempat konsultatif.

Makanya kalau membahas pake konteks, jangan cuma teks!

Hehehehe...afwan ya kalau ada bahasa yang agak kurang enak.... cuma biar rada anget aja...hehe..

Merindu Surga: Nyimak ah, sambil ngupi.

Zein Azzaki: Okeh-okeh nambah lagi nih tontonan..

Setelah sebelumnya disuguhi siaran Syi’ah takfiri, anti WF sekarang tambah tontonan baru, kermarjaan hanya bersifat konsultatif..

Sang Pencinta: Azmi, gampang saja, permintaanku sederhana saja, coba tukil 1. Fatwa itu tidak mengikat dan tidak mesti diikuti. 2. Fatwa itu tidak mencakup urusan sosbud dan lain-lain. Kalau sekiranya mampu, monggo ditukil.

Mufida Rahma Laila: wiewww

Abdul Malik: Stok buku Syi’ah Menurut Syi’ah hampir habis terjual. Menunggu cetakan selanjutnya. Info pemesanan: 0878-2311-4748 (sms/whatsApp)

Abdul Malik: Buku tersebut juga dapat dibeli di toko buku Gramedia.

Azmy Alatas: Sang Pencinta, 1 hal, tidak ada sama sekali perbedaan dalam memandang marjaiyah, yakni wajib bagi kita mengikuti marja. Mengikat dan wajib ditaati. Dan saya punya pemahaman tersebut juga dari ustadz-ustadz abi dan yayasan. Saya punya pandangan demikian. Clear? Sekarang kembali ke teks, dengan pahaman yang kita punya soal marja adalah sama, kenapa ketika membaca buku tersebut kita punya pendapat yang beda? Aneh...

Sang Pencinta: Azmy, kalau antum sepakat sama saya dan konsisten dengan ini, maka ini menunjukkan kandungan buku itu ada yang salah dan salahnya tidak bisa ditoleransi.

Azmy Alatas: Belum tentu, sebab anda hanya menukil sepotong kalimat-kalimat. Jika anda sudah baca keseluruhan isi buku, kok ga ada masalah ya. Dan kenapa saya dan anda punya masalah yang beda?

Abdul Malik: Sang Pencinta, anda akan terlihat bijak kalau menyampaikan itu semua ke penulis buku, bukan hanya posting sana-sini....

Azmy Alatas: Yang saya baca hal.34-41, bukan cm hal.37, itu yang menyebabkan pemahaman anda dan saya berbeda mba/mas Sang Pencinta.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Sepertinya pembagian kepada Qath’iyyah dan Zhanniyyah itu, biasanya hanya dalam membagi dalil hukum atau jalan menuju hukum yang, biasa disebut dengan Thariiqu al-Hukmi, bukan pada hukum seperti yang diterangkan di buku itu.

Qath’ii adalah yang sanadnya meyakinkan seratus persen, yakni Qur an. Sedang Zhannii adalah yang sandarannya belum tentu benar seperti hadits. Qur an disebut dengan Qath’ii/pasti dari sisi periwayatannya, akan tetapi dari sisi maknanya, disebut dengan Zhannii.
Sedang riwayat, sekalipun dikatakan Zhanni, tapi maknanya disebut dengan Qath’ii.

Kalau tentang kepastian hukum seperti haramnya zina, seperti yang dicontohkan di buku itu, mungkin biasa dipakai dengan istilah Hukum-waaqi’ii (hukum yang nyata, bukan qath’ii) dan, biasa juga disebut dengan dharurat/badihi (mudah dipahami dan merupakan identitas Islam). Sedang yang tidak sejelas haramnya zina itu, atau wajibnya shalat dan semacamnya, disebut dengan Hukum-Zhaahiri, yakni hukum secara lahiriahnya (dan perkiraan yang kuat dan mendekati yakin).

2- Buku itu juga telah salah mencontohkan hukum Wadh’ii pada halaman 38-nya. Karena mencontohkan dengan cara-cara nikah. Padahal yang wadh’ii itu seperti hukum syah atau tidak syahnya nikahnya, bukan tata cara nikah yang merupakan hukum takliifii secara nyata dan jelas. Karena dalam cara-cara nikah, jelas diwajibkan begini dan betitu, diharamkan begini dan begitu...dan seterusnya.

3- Yang tidak perlu taklid/taqlid itu, sebagaimana di semua kata fatwa marja’ dijelaskan, hanyalah dalam hal-hal yang dharurat, yakni mudah diketahui muslimin dan merupakan identitas/ciri Islam yang gamblang, seperti wajibnya shalat, puasa, haji .... dan seterusnya.

Akan tetapi, dalam rincian-rincian shalat dan semacamnya dan dalam hukum-hukum lainnya yang tidak mudah diketahui, maka yang bukan mujtahid disebut sebagai awam (sekalipun seorang doktor atau profesor di bidang selain fikih dan ushulfikih) dan wajib taqlid.

4- Teman-teman kadang perlu mengerti bahwa yang dimaksudkan wajib taqlid bagi orang awam, adalah orang yang tidak sampai pada tingkatan ijtihad dan/atau ihtiyaath. Ijtihad adalah yang mampu menyimpulkan fikih dari sumbernya langsung, yaitu Qur an, Hadits, Akal dan Ijmaa’.
Sedang ihtiyaath adalah belum sampai kepada ijtihad akan tetapi, dapat mengetahui tempat-tempat ihtiyaath hingga ia bisa melakukan dan mengamalkan yang ihtiyaath (hati-hati) itu, tanpa mesti bertaqlid pada marja’. Jadi, yang bukan mujtahid dan muhtaath, wajib taqlid.

5- Saking wajibnya taqlid ini, hingga bagi siapa saja yang beramal tidak dengan berdasarkan fatwa marja’ yang syah, maka semua amalnya menjadi batal dan wajib diqadhaa’. Tentu masih ada rinciannya dan sudah diterangkan sebelumnya.

6- Saya dulu sering bertanya-tanya dalam hati, mengapa di jaman setelah wafatnya Nabi saww shahabat dan shahabat melakukan peperangan diantara mereka dan jatuh korban puluhan ribu. Apakah masalahnya kurang jelas? Tanyaku dalam hati.

Akan tetapi, dalam kehidupan kita saja, juga demikian. Banyak hal yang sudah jelas, dibuatnya kabur. Saya merabanya dalam beberapa sebab seperti, kecenderungan politik atau ada kecenderungan sok tahu dan merasa lebih tahu dari marja’nya. Dan yang ke dua ini, tidak sedikit orang termakan. Karena itu, selalu berdalil dengan keIndonesiaannya, lalu menampik marja’. Demi Allah swt, kecenderungan seperti ini, sudah tercium puluhan tahun yang lalu. Tapi karena belum punya sarana, maka tersembunyi dalam hati. Barulah setelah adanya sarana, maka tumpah ruahlah apa-apa yang ada di dalam hatinya tanpa merasa malu sedikitpun, apalagi takut di pengadilan akhirat.

7- Bayangin, pembahasan berdalil, diganti dengan dugaan. Buku di depan mata, eh...malah membuat rabaan. Bayangin, hanya dengan merasa lebih tahu Indonesia saja, dan apalagi hanya tahu bahwa budayanya berbeda saja, sudah menampik taqlid. Ini kan tajarri (berani) dalam menentang kebenaran agama. Dan merasa lebih pintar dari mujtahid dan marja’ hingga dikiranya, marja’ akan memfatwai politik yang beda, dengan hukum yang sama rata. 

8- Saya sudah cukup memberikan pandangan seperlunya, semoga saja saya sudah melakukan taklif yang semestinya, amin. Wassalam.

Abdul Malik: Anda akan lebih bijak jika mendiskusikan itu dengan penulisnya langsung ....

Bande Husein Kalisatti: Buku sudah tersebar...biar saja diskusi ini berlanjut,...Toh buku ini juga dijual lewat FB juga.

Bande Husein Kalisatti: Mudah-mudahan sukses jualan bukunya.

Hendy Laisa: Pengen jual buku lewat facebook tapi tidak boleh dikritisi di facebook juga.

Azmy Alatas: Jika awam mengkritik dan masih terdapat balutan emosional, personal dan mencela itu hal wajar. Namun jika mereka yang mengaku atau diakui sebagai sosok berilmu dengan gelar seabrek masih sulit menemukan metode yang pas untuk mengkritik, ini masalah besar. Apalagi dianggap sebagai rujukan agama yang meliputi segala sesuatu termasuk etika.

Berikut coba saya kutipkan tips dan trik agar kritikan kita tepat sasaran.

http://www.untukku.com/.../cara-tepat-memberikan-kritik...

Cara Tepat Memberikan Kritik | Semua Yang Terbaik Untukku

Tidaklah mudah melontarkan kritik. Salah-salah, kritik...

untukku.com

Azmy Alatas: Yuk belajar dari tabloid NOVA bagaimana cara yang mengkritik yang baik dan benar: Tidaklah mudah melontarkan kritik. Salah-salah, kritik yang kita ucapkan bukannya berdampak membangun, tetapi malah permusuhan yang kita dapat gara-gara rekan yang kita beri kritikan tidak terima atas kritik membangun yang kita beri.

Berikut ini beberapa tips untuk memberikan kritik membangun agar kritikan Anda tidak percuma dan juga tidak melukai perasaan orang yang Anda kritik, serta membuat orang tersebut memberikan respon serta dengan senang hati mau memperbaiki kekurangannya.

Mengabaikan karakter.

Bila ingin kritikan Anda mencapai sasaran yang tepat, usahakan untuk tidak mengungkapkan kekurangan diri rekan yang Anda kritik di dalam kritikan Anda. Bila Anda mulai membicarakan kekurangan dirinya, dia akan menginterpretasikan komentar Anda sebagai sebuah serangan dan hal ini akan menggagalkan tujuan Anda semula. Memang tidak selalu mudah untuk memisahkan seseorang dari pekerjaannya, tetapi di dalam memberikan kritikan Anda harus dapat memilahnya.

Gunakan bahasa yang tepat.

Setiap kata yang Anda ucapkan dapat memberikan arti yang berbeda. Gunakan terminologi yang berhubungan dengan masalah yang ingin Anda sampaikan secara profesional.

Usahakan jangan mencela. Bahkan kritikan yang sangat tajam pun dapat Anda sampaikan dengan bahasa yang halus. Agar tidak tampak arogan ataupun kasar, Anda dapat memulai kritikan Anda dengan: “Menurut saya, kelihatannya kamu….” Atau “Mungkin saya salah, tetapi …”.

Berikan fakta yang sesuai.

Kemujaraban dari kritik yang membangun adalah dengan meyampaikannya sesuai dengan porsinya. Sebaliknya hal-hal kecil yang tidak perlu disampaikan dapat menggagalkan usaha Anda. Bila Anda melihat kritikan tidak mungkin diberikan, lebih baik Anda diam.

Kendalikan emosi.

Memberikan kritikan yang efektif menuntut Anda untuk dapat menetralisir emosi Anda agar tidak mengungkapkannya secara blak-blakan. Untuk situasi tertentu Anda harus memperhitungkan perasaannya dan tidak mempermalukannya. Pada saat yang sama, perasaan Anda pun harus diperhitungkan agar tidak memihak dan dapat membuat Anda menjadi tidak dapat dipercaya.

Fokus.

Pusatkan pada apa yang dapat dilakukan, dan bukan pada apa yang telah dilakukan. Untuk perbaikan, arahkan pada kesempatan yang spesifik dan hindari membeberkan kekurangannya. Jaga agar kritikan Anda merupakan kritikan yang positif serta bijaksana dan berguna. Seseorang tidak akan merasa diremehkan bila dia diberi kesempatan dan bukannya dikatakan bahwa pendapatnya tidak kompeten atau kurang baik.

Empati.

Salah satu langkah yang paling manjur yang dapat Anda lakukan sebelum memberikan kritikan adalah dengan menempatkan diri Anda pada posisi orang yang akan Anda kritik.

Tidak semua orang senang dikritik dan biasanya seseorang akan merasa diserang dan bila hal ini yang terjadi, sangat wajar bila orang yang dikritik menjadi bersikap membela diri.

Bersikap objektif.

Berikan alasan yang dapat diterima, bukan pandangan yang subyektif. Semua jenis kritikan dapat mengandung berbagai prasangka tetapi Anda dapat mengatasinya dengan menyadari bahwa komentar yang benar dan didasari dengan alasan yang kuat lebih dapat diterima.

Tidak mudah bagi seseorang untuk membela diri terhadap kritikan yang beralasan tetapi sangat mudah mencampur adukkan kritikan yang didasari atas perasaan suka ataupun tidak suka. Kemahiran

Anda hilang dalam sekejap bila Anda memberikan komentar yang tidak beralasan dan sembarangan.

Berikan kesempatan.

Beri kesempatan kepada bawahan atau rekan yang Anda beri kritik untuk merespon. Secara psikologis sangat penting adanya jeda antara saat Anda memberikan kritikan dan saat lawan bicara Anda memberikan penjelasan dari sisinya.

Sikap menawarkan penjelasan memberikan kepuasan intelektual dan membantu orang tersebut mempertahankan egonya. Lebih jauh lagi Anda memberikan kesan adil dan memiliki wawasan yang terbuka, meningkatkan kredibilitas Anda dan mengurangi kesempatan komentar Anda diabaikan atau dilupakan.

Sumber : Tabloid Nova

Abdul Malik: Kritik terhadap isi buku ya kepada penulis to bro Hendy Laisa bukan kepada pedagangnya...

Hendy Laisa: Abdul Malik, Saya ngeritik penjual bukunya ya? Hhmmm kayaknya gak deh.

Abdul Malik: Hendy Laisa, nggak nyambung bro.... Emangnya kapan saya pernah bilang sampean ngritik penjual.. Baca ulang berkali kali biar paham...

Ali Assegaf: Saya belum baca sms dan no command ... tetapi melihat institusinya .. saya ragu karena institusi ini anti kritik dan merasa makshum ...

Abdul Malik: Tergantung persepsi anda.

Ali Assegaf: Ngga persepsi lagi .. sudah punya bukti .. setidaknya jika itu dianggap bukan bukti ( baca persepsinya ) maka reaksinya menentang prinsip-prinsip pengikut ahlulbait ...

Sebuah kecelakaan ini institusi.

Ali Assegaf: Alasan untuk menemui sendiri pada yang bersangkutan ... kata manipulasi yang penuh kepura-puraan institusi ini.

Saya sudah berkali kali dan juga ngga sesuai dengan ucapan kok ..

Abdul Malik: Semua orang bisa berprasangka...

Abdul Malik: Berkali-kali apanya?

Abdul Malik: Nggak sesuai apanya?

Hendy Laisa: Buku ini isinya yang dikritik bukan institusi, kritik tidak kepada personal atau kritik bukan atas dasar politik...murni kritik ilmiah.

Ali Assegaf: Juga semua berprasangka .. taaruf jalannya ... Jika taaruf tidak bisa .. maka yang menutup diri yang harusnya diberi penilaian melawan sifat dasar silaturahmi ... itmam hujjah sudah ana lakukan.. sempurna sifat institusi ini jauh dari nama ahlulbait.

Hendy Laisa: Abdul Malik, sip..ana dah baca memang kritik untuk buku bukan penjual buku.

Ali Assegaf: Ya awal ana belum baca sms jadi no command ucapan. Sinar tetapi sebagai institusi .. yang anti kritik dan tidak terbuka dan menolak silaturahmi dan ucapan tak sesuai ... bagi ana maklum karena institusi ini jauh dari nama ahlulbait.

Orang benar sifatnya satria dan berani bersikap ... salah minta maaf atau memaafkan.
Jadi jelas ada pergeseran untuk mengatas namakan klaim ahlulbait yang tak layak blas.

Ali Assegaf: Biar publik tahu ... coba aja hub teras abi ... atur ketemu dengan saya sendiri ... ditunggu jawabnya.

Ahlan wa sahlan li masaalihil ummah.

Abdul Malik: Wah, curhat ternyata.

Abdul Malik:Dalam institusi itu banyak oknum. Anda memiliki masalah dengan siapa?

Ali Assegaf: Curhat sama siapa ? Untuk apa ? Buktikan cover publik hanya tahu jika yang menolak silaturahmi itu adalah abi ... Semoga segera berubah .. makin lama makin beban memikul sikap.

Abdul Malik: Udah ngalor ngidul nggak jelas...

Firdaus Said: Bib Ali Assegaf, terasa hingga ke daerah-daerah..

Ali Assegaf: Instutusi .. bukan oknum, kalau oknum ngga perlu begini .. Jadi tanyakan ketum dan sekjen dan ketua dewan syuronya.

Ali Assegaf: Gagal paham tuh Abdul Malik.

Abdul Malik: Tanyakan tentang apa? Dari tadi tuduh tuduh belum jelas.

Firdaus Said: Soalnya ... merasa paling Syi’ahnya Syi’ah di Indonesia... Makanya judul bukunya SMS..

Firdaus Said: Tapi kayaknya judul buku SMS itu, merasa paling Syi’ahnya Syi’ah sedunia...

Ali Assegaf: Nama saya sudah memahamkan kenapa tidak mau diajak pertemuan ... itu cukup untuk menilai ada apa dengan abi.

Firdaus Said: Makanya konsep imamah & marja ditabrak anpe amburadul..

Abdul Malik: Yang memiliki kepentingan ditemui siapa? Sehingga institusi harus menemui anda?

Abdul Malik: Anda menuduh institusi, lalu intitusi harus mengatur waktu ketemu dengan anda?

Ali Assegaf: Tidak lagi penting ...
Karena saya sudah meminta dengan ucapan baik dan mendorong dengan cara yang bertahap .. dan saya yang hub telp .. saya yang mau datang dan seterusnya ...

Karena ucapan ngga lagi cocok untuk ketemu aja ngga mau .. mengatakan bisa dan tidak jadi berulang-ulang ..

Statmen saya abi sebagai institusi jauh dari akhlak dan misi ahlilbait .. ini statmen apa yang sudah saya alami ..

Wong saya yang mencoba direct kok .. imperator abi full ego.

Ali Assegaf: Saya tak melihat ormas ini madzhab ahlulbait as .. jadi satunya sikap bukan wahdah.

Bahkan melihat prakteknya .. rubuhnya juga bukan ukuran rusaknya wahdah ..

Ya dianggap tak ada aja kecuali yang senang ditipu ... sangat banyak alasan sehingga sederhana dipahami .. pemutus silaturahmi yang mengklaim paling suci .. dan takfiri bagi yang tidak mau sama mereka ..

Jangan kira saya terus diam .. sebagaimana diamnya ormas ini atas ucapannya ini.

Abdul Malik: Yowis monggo terserah panjenengan mawon...


============

((Bersambung ke : Kemarjaan yang Hanya Bersifat Konsultatif (2).))

Para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung

9. Para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung


Anggelia Sulqani Zahra: Bagaimana bisa orang-mengatakan bahwa mengkritik buku SMS di fb ini tidak akhlaki, tidak ilmiah, penghinaan terhadap ustadz sebagai tim penulis, menfitnah lembaga ABI sementara buku itu berisi fitnahan dan pelecehan/penghinaan terhadap ulama-ulama Syi’ah maupun Sunni dengan mengatakan “ Para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung dan membahu mencerdaskan akar rumput dan awamnya serta membuang isu elementer yang menjadi biang kebencian mutual. “ halaman 357— bersama Bande Husein Kalisatti, Firdaus Said, Hendy Laisa dan Sinar Agama.

Deddy Prihambudi: Itulah orang Syi’ah kota. Syi’ah Syi’ah “Jakarta”. Senangnya minta ampun untuk konflik dan polemik.

Mohammad Subhi Ibrahim: Salam. Sekedar usul: Akan lebih produktif bila: 1) bedah buku dengan mengundang tim penulis, pengkritik & akademisi yang concern persoalan ini. 2) bila tidak setuju dengan isi, tulis buku seperti dicontohkan Ibn Rusyd saat mengkritik tahafuth al-falasifah. Dengan begitu, publik tahu argumen utuh isi kritik.

Azmy Alatas: Ya fakta nya demikian kok... yang gontok-gontokan ya banyak, yang merintis kesepahaman ya banyak....

Sebagai orang yang berada di luar pertarungan Sunni-Syi’ah ya mau bilang apa lagi kalau bukan gontok-gontokan...

Hendy Laisa: Azmy Alatas, sebaiknya antum gak banyak cakap di lapak ini.. kalau mau komen silahkan komen yang argumen sesuai status!

Irsan Fadlullah Al Hajj: Ini bulan maulud yaaaa

Ki Fuat Damahcom: Lihat komentar selanjutnya seandainya orang awam diam, aman dunia.

Azmy Alatas: Status bicara soal gontok-gontokan..

Hal.357 konteks tafsir rekonsiliasi. Setelah pemaparan apa itu Syi’ah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

Penulis memposisikan di luar Sunni-Syi’ah, bagaimana kedua belah pihak merubah energi berbantah menjadi energi kesalingpahaman, dan kesaling mengalah. Hal ini dalam konteks Sunni-Syi’ah di lapangan dalam menjalankan aksi bersama dan memulai rekonsiliasi.

Yakni dengan meletakkan posisi masing-masing bahwa keduanya adalah islam, sedangkan keyakinan bahwa yang 1 lebih islam dari yang lain ditaruh dalam laci masing-masing. Hal ini dilakukan demi mencerdaskan kedewasaan akar rumput dan awam yang hari ini mudah terprovokasi dengan propaganda permusuhan. Yakni dengan cara: 1. Sunni: rela mengakui bahwa khalifah dan shahabat tidaklah sempurna dan yang tak mengakui kekhalifahan tidak menyebabkannya keluar dari islam.

Padahal dalam Sunni mengakui khulafaurrasyidin adalah pokok kemadzhaban mereka. 2.Syi’ah: bahwa kepatuhan dan kecintaan kepada imam yang sejatinya primer (ushuludin), harus diletakkan pada posisi tidak primer, karena kecintaan dan kepatuhan terhadap imam adalah konsekuensi dari kepatuhan dan kecintaan terhadap Nabi saaw, dan yang tidak memosisikan para imam yang tidak menjadikannya keluar dari islam.

Itu pun sekedar tafsir rekonsiliasi, bagaimana kedewasaan tersebut di akar rumput dan awamnya bisa melahirkan ruang-ruang dialogis..dan dalam ranah bermasyarakat dalam berbangsa,...

Rudi Suriyanto: Kalau ga mau di kritik, ga usah bikin buku.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, orang ana di tag..

Fahmi Husein: Azmy Alatas, ana sarankan, agar unfriend aja yang taq-taq.. Nge-taq, tapi gak boleh cakap..

Azmy Alatas: Yang menganggap tafsir rekonsiliasi sebagai penghinaan atas kedua madzhab.. otaknya perlu di upgrade...

Rudi Suriyanto: Maksud rekosiliasi itu apakah Syi’ah menerima Abu Bakar sebagai khalifah pertama atau Sunni menerima imam Ali sebagai khalifah pertama? Atau siapakah khalifah hasil dari rekosiliasi tersebut?

Anggelia Sulqani Zahra: Mungkin maksud penulis bahwa Umar bin Khatab dan imam Ali as gontok-gontokan masalah pemimpin setelah Nabi Saw... karena kalimat itu ditulis setelah penulis menjelaskan bahwa khalifah menyangkut horizontal dan imamah menyangkut vertikal..

Anggelia Sulqani Zahra: Dan penulis dalam rangka rekonsiliasi kemudian mengatakan bahwa pemikir kedua golongan ini harus merubah energi gontok-gontokan menjadi saling mendukung.

Andik Fn: Anggelia Sulqani Zahra, kenapa anda masih saja membaca buku sms, bukankah buku itu sudah di haramkan oleh SA untuk dibaca.

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, makanya dibaca pake mata, dipikir pake otak jangan pake mulut...baca noh...


Azmy Alatas: Yang dibutuhkan adalah kerelaan, bukan kengototan. Itu namanya rekonsiliasi. Yang ribut pada akhirnya muqollidnya, awamnya yang ada di akar rumput.

Azmy Alatas: Gambar foto-foto ga penting....

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, antum geng nya BMT tukang laknat al londoni kan?
Ana ada sebuah catatan menarik buat ente...bagaimana kelakuan para pengikut yang awam lah yang ngerusak dan bikin pertumpahan darah...

Rudi Suriyanto: Duh maaf,, ana sangat anti dengan pertumpahan darah.

Anggelia Sulqani Zahra: Rudi.. Mohon maaf saya harus menghapus postingan gambar cover buku yang antum posting.. Maaf banget.

Azmy Alatas: Anggelia Sulqani Zahra, untuk apa dihapus. Biarkan saja publik tahu bahwa ada yang maenan di air keruh. Setali tiga uang dengan keluguan geng sinar jaya.

Rudi Suriyanto: Siiip

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, sama ga sama Rudi Suriyanto?
Agen pecah belah...
Mungkin Hendy Laisa tau...?



Azmy Alatas: Bukannya yang anti kritik itu si tukang blokir yang gemar nyungsep di awan...???Berpotensi salah lebih banyak dari benarnya? Relatif ya?

Emang kerelatifan bisa benar dan baik ya? Coba tanya sama ustadmu, kenapa kerelatifan yang tak suci itu mutlak TERCELA, padahal Anggelia Sulqani Zahra mengatakan bahwa dirinya punya kerelatifan benar-salah, baik-buruk, tercela-terpuji.

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, ya ente and the gank itu...

Ali Shofi: Mengkritiknya pake akun asli dong...supaya tahu siapa yang mengkritik...jangan berlindung dibalik akun palsu...

Azmy Alatas: Panggil dong manusia makshum yang sedang bersemayam di balik awan....supir bus sinar jaya?

Hendy Laisa: Azmy, komen pake adab sedikit bung!, di tag supaya antum ngomongnya gak kayak kemaren-kemaren!

Azmy Alatas: Ga usah ngomongin adab lah... Basi! Makan noh ADAB! Gambar di bawah ini ane dapat dari @Rudi Suriyanto yang dikirim di page ini..lalu dihapus oleh anggelia...


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203676240283652&set=p.10203676240283652&type=1

Rudi Suriyanto: Tuhan aja suka ganti-ganti akun ketika bikin 4 kitab.

Hendy Laisa: Azmy, kalau gak mo pake adab silahkan ke lapak ana..ana layani ente bib sampe mampus.

Hendy Laisa: Kalau ente komen disini makin kelihatan bahlol nt bib..kasian banget.

Azmy Alatas: Ketika ane bilang “supir sinar jaya”, kagak usah dikait-kaitkan dengan salah seorang atau pemilik akun apapun dong.... Ini fiktif kok...bahkan bus sinar jaya jauh lebih faktual dari berbagai akun fiktif di sini...

Sama seperti kalian haramkan kami mengaitkan Sinar Agama dengan ustadz Hasan Abu Amar.

Ali Shofi: Loh mengkritik itu harus dilihat siapa yang mengkritik.. supaya kita tahu.. ini orang kredible atau tidak.. jadi kita bisa menilai apakah kritikan itu pantas untuk ditanggapi atau tidak... hehehe

Hendy Laisa: Azmy Alatas, silahkan naik bus itu.. kami tetap akan naik bus yang ente bilang fiktif... yang jelas nyamanlah naik bus fiktif, yang goblok bisa jadi pinter, yang pinter makin tambah pinter gak seperti ente malah makin gak karuan ngomong, menghina bla bla bla.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, jadi ga usah tersinggung soal adab lah...
Ane udah masukin pendapat ane, sampe ta foto-foto tu buku... masih dibilang ga pake adab...
Rombongan sinar jaya beli cermin gih buat supirnya...biar sedikit dipake adab nya...haha.

Rudi Suwandi: Penulis harus siap mental kalau bukunya dibedah. Yang membedah juga jangan kayak gaya wahabi dengan cap haramnya.

Ali Shofi: Mas Rudi... pastinya siap mental.. tapi yang ngebedah siapa? Menampakan diri dari persembunyiannya aja ga mau...sok yahannu mo kritik...

Rudi Suwandi: Yang dikritik tahu kok...

Azmy Alatas: Bukan soal yang dikritik tahu, publik tahu ga siapa yang mengkritik?!

Rudi Suwandi: Publik tahu kok... yang gak tahu keterlaluan...

Azmy Alatas: Mustahil tahu lah..
Antum tanya sama tetangga saya yang baca postingn ini, apakah dia tahu siapa pemilik akun bodong dibalik sinar jaya?

Rudi Suwandi: Ya cari tahu dong... masa baca tanpa tahu sumbernya..

Azmy Alatas: Pengkritik pake akun bodong namanya sinar agama... Penulis jelas pake nama tim ABI...

Cari kemana?! Kok harus cari...

Ali Shofi: Tongolin muka...kenape malu yeh...xixixixi...kelucuan amat sih...xkxiix

Ali Shofi: Jangan-jangan Sinar Agama adalah takfiri yang nyamar....xixixixixi

Hendy Laisa: Jangan-jangan Ali Shofi adalah takfiri yang nyamar....xixixixixi

Ali Shofi: Ali Shofi, jelas bos.....akun asli...bukan aspal...dijamin...xixixi...pake akun palsu aje pake yahannu sok mau tampil jadi penyelamat akidah Syi’ah dengan berfatwa sesat..xixixixi....ngakak abis...

Hendy Laisa: Asli kek, aspal kek, EGP.. yang penting apa yang disampaikan masuk akal ana bos.

Azmy Alatas: Hahahaha... katanya ilmiah? Kok ga ada pertanggunganjawab ilmiahnya...

Ali Shofi: Penyesatan masuk akal yah..? Xixixiixi...udeh suruh nongol dong....biar jadi pahlawan beneran....jangan cuma jadi maxan kertas...xixixixi...

Ngakak abis bro..ngejungkel......xixixixi

Hendy Laisa: Ali Shofi, itu kan menurut perasaan antum saja, ana fine-fine aja tuh.

Ali Shofi: Udeh jangan banyak komentar...suruh keluar aje tuh makhluk di balik akun Sinar Agama... mau jadi pahlawan jangan nanggung...xixixixi.. mumpung di medsos nih enak... bisa dilihat semua orang....xixixixi.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih tag-annya: Dikala ulama dikata gontok-gontokan karena mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal, berarti maknanya seperti ini:
  • 1- Hai para ulama Syi’ah sepanjang sejarah yang selalu mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal, kalian ini tidak tahu masalah. Karena itu, tidak ada gunanya kalian menulis kitab dan menjaga agama ini dalam sepanjang sejarahnya sampai sekarang. Bakar semua kitab-kitab kalian itu dan gantilah dengan kitabku ini. Kalian bukan Syi’ah, tapi aku yang Syi’ah. Wong kalian semua mengajarkan imamah yang salah dan sepakat sepanjang sejarah kalian. Ulama-ulama apa, marja’- marja’ apa kalau begitu.
  • 2- Hai para makshum. Kalian juga buat apa ngotot dan gontok-gontokan mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal sampai harus mendekam di penjara terus sampai harus mati terus. Buat apa? Kalian salah. Yang benar bahwa kalian itu hanya vertikal. Kepemimpinan horisontal itu tidak perlu makshum sekalipun bisa oleh makshum. Karena itu, sebaiknya kamu menerima semua khilafah-khilafah itu, dengan senang hati dan tidak mengajarkan yang meliputi vertikal dan horisontal.
Saya tahu kalian tidak membuat pertentangan kekuatan dengan para khalifah dan saya tahu kalian tidak dipenjara karena hal yang tidak kalian lakukan itu, akan tetapi, kalian dipenjara dan diracun semuanya sampai ke imam ke 11, disebabkan pengajaran kalian yang sekalipun tidak memaksa itu. Mestinya, kalian ini terima saja secara lahir dan batin, tanpa harus mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal supaya kalian tidak dipenjara terus dan diracun.

Kalian ini tidak tahu situasi. Tidak mengerti keadaan. Wong sudah jelas umat seperti itu, kok masih saja mempertahankan kesalahan? Mending kalau kalian benar dengan mengajarkan keimamahan yang meliputi vertikal dan horisontal yang kalian ajarkan dalam ratusan atau ribuan hadits-hadits kalian itu. Sudah salah memahami imamah, masih ngotot dan gontok-gontokan lagi. Sungguh terlalu.....
  • 3- Hai Mahdi, antum lagi-lagi mau buat apa ghaib. Keluar saja dan jangan ajarkan imamah yang salah itu. Nanti kan kamu aman serta tidak perlu ghaib-ghaiban segala. Lapi pula buat apa keluar memaksakan kevertikalan dan kehorisantalanmu. Wong itu salah, wong itu bukan Syi’ah. Nih, Syi’ah menurut aku/kami adalah imamah itu hanya vertikal, tidak meliputi atau tidak mesti meliputi horisontal. Kamu pemimpin agama, bukan negara. Ngapain susah-susah zhuhur/zhahir dan berperang sampai mengorbankan ribuan nyawa. Buat apa???!!!
Ini kira-kira makna tersbut kalau dijabarkan. Setidaknya bisa dimaknai seperti itu dengan jelas, secara uruf pemahaman bahasa walau, mungkin penulisnya tidak mamaksudkannya. Tapi apa urusan kita. Maksud yang jauh dari lahiriahnya, adalah urusan mereka. Kita hanya bisa berhujjah dengan lahiriahnya.

Mana ada babi itu dikatakan haram dan tulisan yang mengatakan babi itu halal. Yakni penulis mengatakan maksud aku menulis babi itu halal, adalah babi itu haram.

Ali Shofi: Ahlan bapak sinar agama....pa kabar..?? Masih betah pake akun palsu dan menyesatkan orang...hehehehe.

Tambahan: Supaya teman-teman tidak mengira bahwa saya mengarang sendiri tentang pengajaran akidah Syi’ah tentang imamah itu, maka saya ambil dari satu kitab yang menjadi pelajaran dasar di hauzah, yaitu Baab Haadi ‘Asyr, karya ‘Allaamah Hillii. Perhatikan ketika menerangkan imamah

{{Definisi Imaamah:Pertama (definisinya) adalah KEPEMIMPINAN UMUM DALAM URUSAN-URUSAN AGAMA DAN DUNIA (politik dan semacamnya) DARI SESEORANG SEBAGAI WAKIL DARI NABI saww.

DAN IMAMAH INI ADALAH WAJIB SECARA AKAL, KARENA IMAMAH ADALAH LUTHFUN (merangsang kebaikan dan mempersulit keburukan) KARENA KITA TAHU BAHWA KALAU UMAT INI MEMILIKI PEMIMPIN YANG MEMBAWA KE JALAN LURUS DAN DITAATI, DIMANA MEMBELA YANG TERTINDAS DARI PENINDAS, DAN MENEKAN PENINDAS DARI PENINDASANNYA, MAKA HAL SEPERTI ITU JELAS LEBIH MENDEKATKAN KEPADA KEBAIKAN DAN MENJAUHKAN DARI KEBURUKAN. SEMENTARA LUTHFUN ITU ADALAH WAJIB DAN MESTI SEBAGAIMANA SUDAH DIBAHAS SEBELUMNYA. }}

Perhatikan definisi imamah dan salah satu dalil akalnya dari salah satu bab ushuuluddin yang bernama imamah ini. Ajaran segamblang ini bukan hanya tidak dipahami dengan benar, akan tetapi malah dikatakan sebagai penggontok-gontokan. Wallaahi tajarri.

Denny Priyanto: syukran Ustadz Sinar Agama..... siapapun anda... anda telah rela meleleh (bagaikan lilin) demi menyinari laron-laron kecil seperti saya ini...... syukran katsiran....

Ali Shofi: xixixixi.... kalau jadi khatib mimbar bagus nih...sayang fiktif...dan fiktif itu sesat...xixxi

Hendy Laisa: Ali Shofi, ku tengok cakap kau makin tak bermutu, banyak ketawa pula seperti orang mabuk.

Ali Shofi: Loh emang ngeladenin akun fiktif harus bermutu yah....??? xxixixixi

Akuy Junior: Enak di bacanya kalau membaca komentar dari orang yang berpendidikan mah,,, lanjutkan terus ustadz.

Ali Shofi: Syi’ah takfiri....xixixixxiii...pahlawan kesiangan pemilik akun fiktif....aneh juga yah dengan gagahhnya dia menyesatkan buku SMS namun diminta menampakan jati dirinya ternyata ciut dan bernyali hello kitty...xixixixi. Pahlawan kesiangan...

Hendy Laisa: Ali Shofi, bener-bener ente yang jahil...ada hubungan apa kritik buku sama akun??wkwkwkwk

Ali Shofi: Bukan mengkritik tapi menyesatkan...catat itu dengan benar...

Ali Shofi: Ada hubungannya lah...karena dalam Syi’ah tidak ada Syi’ah menyesatkan Syi’ah..kecuali bapak Sinar Agama aja yang jumawa menyesatkan...sama kaya yasir habib...xixixi

Mohmmed Fajar: Emang orang Syi’ah suci apa, yang suci cuma 14 kagak lebih. Akui aja ada Syi’ah yang simpati ama auu demi ketenaran kekuasaan. Banyak kok sejarah begitu semua berhianat kepada Ali as karena kekuasaan.

Basu Dewa: Judul bukunya Syi’ah Menurut Syi’ah, diperkuat dipengantar point 5 buku SMS ini menjadi rujukan bagi Muslim Syi’ah dan siapa saja yang ingin memahami Syi’ah. (yang saya pahami dari judul dan kata pengantarnya (hal xi), buku ini adalah representasi Madzhab Syi’ah). Dihalaman 315 Tim penulis menulis .PERLU DIINGAT BAHWA PENDAPAT ULAMA DI DALAM MADZHAB AHLUL BAIT TIDAK SERTA MERTA MEWAKILI MADZHAB INI. OLEH SEBAB ITU DI DALAM MADZHAB AHLULBAIT TIDAK AKAN DITEMUKAN SEBUAH KITAB YANG DIGADANG GADANG DAN DITETAPKAN SEBAGAI KITAB “SAHIH” YANG SEMUA RIWAYAT DISETIAP LEMBARNYA ADALAH MUTLAK BENAR. Ini sekaligus memberikan pesan kepada kita bahwa semua riwayat yang dibawakannya terbuka untuk dinilai, ditimbang dan dipahami penuh tanggung jawab....(walaupun kalimat itu konteksnya dalam menanggapi buku manipulatif MUI, namun bagi saya itu juga berlaku umum).

Basu Dewa: Jadi Kalau buku SMS ini ada yang menilai, menimbang..bahkan dianggap “sesat” kalau sudah dianggap keluar dari ajaran Syi’ah yang benar, tentunya dengan dalil dalil .....ya..sah sah saja. Karena penerbit buku ini menulis, menjadi rujukan bagi muslim Syi’ah, yang tertera pada kata pengantarnya. Kecuali judul nya dibuat memang dibuat untuk kepentingan pasar.

Basu Dewa: Kalau buku SMS ini ada yang mengatakan ‘sesat” karena sudah keluar dari ajaran Syi’ah, ya. Jawab saja oleh ustad siapa saja, yang tentunya dengan argumentasi yang terang benderang, dengan dalil-dalil yang kuat point per point apa yang dianggap “sesat” itu , bahwa buku SMS ini sudah sesuai dengan ajaran Ahlul bait dan bisa dipertanggung jawabkan di hari akhir kelak. “SAYA YAKIN KALAU INI DILAKUKAN PASTI LAPAK LAPAK FB YANG “:MENYESATKAN “ BUKU INI DITINGGALAKAN..

Ali Shofi: Yang menghukumi sesat itu siapa? Tuyul, gondoruwo,sundel bolong, wahabi, syi’i..? Siapa dong yang jelas... jangan-jangan manusia jadi-jadian...? Xixixixixi...

Khommar Rudin:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Khommar Rudin: Ali Shofi: “Tidak ada yang instant di dunia, menara yang tinggi dibangun dari sebuah bata. Perjalanan seribu kilometer dimulai dari langkah pertama. .”APAPUN AGAMA YANG ANDA IMPIKAN, silahkan anda pergi ke tempat-tempat yang anda ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan terserah ..Anda , tapi ingat “”anda hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal tersebut. “Setiap orang seharusnya menghargai apa yang ada ditangan, walau dengan milik orang lain, mendambakan apa apa kita miliki dengan cara berlebihan. Bagaimana dapat dikatakan anda mensyukuri berkah hidup ini. Bukankah “Orang baik menganggap hidup ini terdiri dari rangkaian kesempatan baik. Pepatah kuno: Seperti melempar telur terhadap batu besar, telur di dunia akan .. habis tanpa ada kerusakan pada batu...artinya Nilai kebenaran tak kan Sirna dan Kebenaran akan tetap terjaga..Salam Ukhuwah...

Sinar Agama: @Basu, sebenarnya masih ada rahasia-rahasia yang belum waktunya kami keluarkan karena memang perlu penggodokan lagi dari sisi sejarah dan semacamnya perihal sms itu. Karena itu, harapan untuk majunya mereka-mereka itu, kalaulah tidak bisa dikatakan mustahil, akan tetapi sangat sulit diharapkan. Karena itu, sepertinya hanya tersisa dua jalan saja, terus menerbitkannya dan kami terus memprotesnya, atau menariknya dan kamipun menghentikan protes.

Kalau sejarah itu benar dan nyata, maka orang yang minta kepada kita-kita untuk mendatangi penulis-penulisnya, maka sungguh akan pingsan karena malu. Para penyokong itu kan mengira bahwa belum ada yang mengingati mereka secara langsung toh? Padahal, ...., kita tunggu saja ijin Allahnya walau secara lahiriahnya.

Ali Shofi: Wah cocoknya dikasih mimbar, terus kita suruh khotbah jumat deh ahsan...hahahaha....

Azmy Alatas: Wes mandek po? Segini tok komennya...

Azmy Alatas: Ga kebaca komen dari Sinar Agama nya...maklum diblokir...

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=864521530265484&set=a.427089434008698.120077.100001229357851&type=1&comment_id=867817996602504&offset=0&total_comments=87



Bahasan Artikel lainnya:
====================