Senin, 02 Desember 2019

Hubungan Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (3)

3. Hubungan Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (3)

https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/hubungan-antara-tuhan-yang-mutlak-dan-suci-dengan-manusia-3/750246741725402/?refid=21


Idea Abdul Majid: Kenalilah dirimu maka engkau akan mengenali TUHAN atas dirimu, apabila sudah mengenal TUHAN maka akan di perkenalkan pada KekasihNYA. Untuk belajar begitu, ribet soalnya temanmu harus jangan yang itu-itu saja, dan dirimu harus bertemu para Kejawen.
Bicara kesempurnaan saja itu ribet, sebab segala sesuatu di ciptakan ALLAH swt dengan Hukum Kesempurnaan.

Setelah dirimu menyakini bahwa dirimu sempurna dan hanya mengikuti kesempurnaan maka baru memahaminya.

Masuklah ke dalam struktur tingkatan kesempurnaan, mulailah ke dalam lingkungan sempurna. Tapi hati-hati nanti tersesat makanya di situlah Fungsi Utama Ahlul Bait as sebagai Penunjuk Jalan
Yang Lurus.

Setelah mengenal Ahlul Bait as penunjuk jalan yang lurus, mulailah kita melepas pakaian ke akuan.

Batasan kesempurnaan diri itu ada, nah menurutku kemampuan kita mudah mudahan dapat sampai kesempurnaan mengikutin Ahlul Bait as berdasarkan ketentuan Ahlul Bait as..

Azmy Alatas: Sinar Agama: Afwan ustadz..jadi intinya piye...???
Kok aku ga mudeng....hubungannya sama tulisan di buku itu apa???

Idea Abdul Majid: Manusia itu jenisnya sesuai dengan Fakultas di Universitas, nah kebanyakan dijadikan sebagai administratif.

Ali Shofi: Hah.... kalau ada orang yang salah paham sama maksud dari tulisan di buku itu jangan langsung “berfatwa” sesat jangan salahkan bukunya salahkan orang yang membacanya, kenapa ilmunya ga diupgrade...

Idea Abdul Majid: Administratif itu pendidikan umum saat ini ya?, diketawain petani sudah temukan bbm dari jagung..

Azmy Alatas: Sang Pencinta, ni gimana....kok jawaban panjang lebar malah engga nyambung dengan yang lagi dibahas...??!! Cb diskusikan dan dirapatkan dulu dengan para tim sukses antum ...

Idea Abdul Majid: Masalah itu tidak akan sulit apabila kalian sudah masuk ke dalam Naungan Kesempurnaan Ahlul Bait as, tapi karena masih mengira-ngira jadilah kalian pengetahuan kira-kira cam arkeolog gaje.

Sang Pencinta: Azmy, ustadz itu menjawab dari segala sisi, kemungkinan isykal dari segala penjuru sudah dipaparkan. Kalau antum punya dalil dan isykal utarakan saja poin-poinnya, salahnya dimana, benarnya dimana, jangan sampai beretorika belaka.

Azmy Alatas: Hah...membahas maksud dari buku, atau membahas teks?
Yang qu tanyakan nyambungnya dengan maksud buku tersebut dimananya?

Sang Pencinta: Azmy, coba baca lagi apa yang dimaui penanya.

Tinta Hitam: Azmi, kayaknya ilmumu belum bisa memahami tulisan ustadz ya,?...penjelasan ustadz sangat gamblang dan jelas. Ustadz hanya mengomentari satu halaman saja pada buku itu, tapi jawabannya lumayan banyak, kenapa? Karena penulis buku memakai-makai istilah yang masih mubham, makanya ustadz mencoba memahamkan kepada kita dengan beberapa item dengan yang dimaksud penulis.

Inilah kita yang kadang ceroboh dalam memahami sesuatu, maunya memahami instan dan umum. Sehingga kita terkadang salah makna..

Sekarang giliran kamu bung Azmi, coba komentari pendapat dan jawaban ustadz, jangan cuma jadi provokasi dan sok tahu menahu. Kalau memang bung Azmi tahu maksud dari yang ditulis oleh buku ini di hal 16, apa yang engkau pahami? Kalau bertentangan dengan jawaban ustadz, ayoo tuliskan argumen antum jangan terkesan berkoar-koar, karena ini bukan hal yang biasa bung...

Hendy Laisa: Azmy Alatas> Bikin kopi, siapin cemilan, baca baik-baik penjelasan yang sangat panjang lebar tersebut dengan hati-hati, mudah-mudahan antum bisa nangkap maksud penjelasan ustadz.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, Sudah amat sangat paham, makanya saya tanya... korelasi topik yang dibahas di buku, dimananya?!

Tinta Hitam: Menurutku, sebelum buku ini tersebar lebih banyak lagi... maka sebaiknya ditarik dari pasaran karena akan membahayakan orang Syi’ah sendiri, apalagi orang yang bukan Syi’ah, pasti bingungnya berlapis-lapis.

Azmy Alatas: Yang kedua, tanpa harus diarahkan oleh beliau, saat saya baca buku tersebut di halaman itu, pun sudah gamblang tanpa harus dijabarkan panjang seperti di atas. Amat sangat gamblang kok.

Tinta Hitam: Bung azmy, Kalau luh paham kenapa masih tanya lagi korelasi topik yang dibahas di buku ini? Itu berarti kamu belum paham bung.

Hendy Laisa: Azmy Alatas> “Sinar Agama: afwan ustadz..jadi intinya piye...???
Kok aku ga mudeng....hubungannya sama tulisan di buku itu apa???” katanya sudah baca tapi kok gak mudeng-mudeng juga mas???

Tinta Hitam: Gamblangnya itu, ketidakjelasan makna yang penulis maksudkan, sehingga ustadz mencoba memaknai kata perkata. Itu berarti ustadz sangat teliti mengkritisi tulisan ini. Kalau tidak ada pendefenisian kata, maka semua akan bias makna, karena kita tidak tahu yang penulis maksud yang relatif itu seperti apa?

Mufida Rahma Laila: kemarin saja diterangin maksudnya sampai 2 jam di kajian. Malah pada mumet raut mukanya.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, Yang bikin ga mudeng itu mengkorelasi antara penjelasan ustadz dengan isi dan maksud buku.

Yang kontradiktif itu dimananya?!

Tinta Hitam: Hahaaha....berarti soal metode penulisan saja to???
Maksudnya metode penulisannya harus seperti yang ditulis oleh SA di atas?
Kok kayanya bodoh banget atau bagaimana, sampai harus didikte dan dituntun satu langkah satu langkah...padahal jalanan di depan jelas banget dan anda tak terkendala oleh apapun...

Kalau kita bahas teks saja sekedar teks, bisa saja dikritisi dengan metode di atas.

Tapi kalau kita bahas buku dan hal.16-17 itu nukilan dari keseluruhan buku. Maka apakah masih tepat menyesatkan buku tersebut hanya dari hal.16-17 yang padahal di bagian lain diterangkan pelengkap dari hal.16-17.

Sehingga jelaslah maksud mutlak dan relatif.
Duh, gamblang..gamblang...

Hendy Laisa: Azmy Alatas> Ahsan minum kopi dulu bro.

Azmy Alatas: Hahaha...tapi dari dulu kan emang begitu karakter SA, banyak was-was... sehingga kedetailan menurut beliau sangat penting.

Sehingga kurang cocok jika beliau jadi penulis. Lebih cocok jadi tempat tanya jawab. Hehehe.... musti belajar bikin buku dulu...

Hendy Laisa: Waswas penting daripada sembrono.

Azmy Alatas: Yang penting hati-hati, bukan was-was....hehehe...

Bima Wisambudi: Ketinggalan nih saya, Mufida Rahma Laila.

Tinta Hitam: @Azmi, segala sesuatu kadang kita ingin memahaminya secara umum. Padahal yang sesuatu umum itu masih mempunyai makna yang belum jelas. Kenapa ustadz SA menulis sedetail mungkin? Supaya kita lebih gamblang memahami tulisan tersebut. Lihat saja ustadz SA mendefenisikan kata relatif supaya apa yang kita pahami pada pernyataan yang ada di buku tersebut bisa lebih jelas. Jangan kita langsung memahami secara umum lantas ada kata yang menurut kita masih belum jelas.

@azmi, bukan hanya soal metode bung tapi soal pemahaman, itu yang terpenting.

Azmy Alatas: Haahhaha...berarti kan ustadz SA menjelaskan maksud dari ustadz ML, terus dimana titik kontradiktif antara tulisan ML dan SA? Itu yang ditanyakan....hehehe...

Hendy Laisa: Azmy Alatas> kontradiksinya?? Kok antum pertanyakan lagi mas bro? Kan di atas penjelasannya sangat panjang, sangat detail, sangat argumentatif serta masuk akal menurut saya, gak tau ya kalau menurut antum.

Neo Hiriz: Bukan ustadz SA tapi ustadz HAA.. Ustadz ML diganti dong dengan MHL

Hendy Laisa: Neo Hiriz> itu menurut antum aja.

Neo Hiriz: Karena kalau ML itu ndak enak dibacanya, terus SA itu nama aslinya kan Hasan Abu Ammar (HAA) MHL (Muhsin Labib)

Azmy Alatas: Ya sudah...
Jadi pada dasarnya, masing-masing kubu sudah bicara “siapa” bukan “apa”...
Jadi ruwet kan...hehehe...

Hendy Laisa: Jadi kubu-kubuan nih
Saya gak merasa berseberangan kubu dengan Azmy Alatas ya peace bro.

Neo Hiriz: Ah perasaan mu saja Hendy Laisa.

Hendy Laisa: Iya perasaanmu juga.

Azmy Alatas: Sang Pencinta, Coba tanya sama Sinar Agama, kira kira kalau judulnya diganti masih mau membahas polemik, semisal yang dia ulas di hal.16-17 itu atau tidak? Hehe.

Sinar Agama: Azmy, seandainya ana menanggapi tulisan antum, maka mungkin ana pakai cara tulis dan cara paham antum. Akan tetapi karena saya mengomentari tulisan orang lain yang saya tahu tingkat pendidikannya, maka sudah pasti saya tidak akan memakai cara yang seperti kalau menanggapi tulisan antum. Jadi, afwan banget. Kalau antum sudah paham, mestinya sudah tidak bertanya lagi, “hubungane opo?”. Sebab kalau sudah paham, maka akan menyala sekali hubungan dan dari kedua tulisan itu dan terlalu jelas perbedaannya.

Saya sebenarnya tidak perlu berjam-jam nulis tangapan kalau tidak mengomentari satu tim penulis dan ratusan atau ribuan pembaca yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang berbeda. Akan tetapi, karena sebaliknya, maka ijinkan saya memakai cara saya sendiri.

Antum kok ribet dengan cara saya. Kan mudah saja. Kalau tidak setuju, yah,,,,tidak usah diperhatikan. Kalau setuju dengan caranya, yah....diperhatikan baik-baik supaya kalau komentar, bisa konek/nyambung.

Sinar Agama: Teman-teman:

  • - Pernyataan saya tentang buku itu, bukan hanya hal di atas itu. Akan tetapi banyak hal. Misalnya di dalam masalah imamah, sudah tidak tersisa sama sekali dari ajaran Syi’ahnya. Lihat diskusi sebelumnya.
  • - Yang lainnya, juga ada, seperti penulisan bahwa marja’ itu hanya tempat konsultasi dan tidak wajib ditaati. Lihat di halaman 37.
  • - Sudah tentu masih banyak yang lainnya.
  • - Yang paling parahnya adalah yang berkenaan dengan makna imamah dan khilafah sebagaimana sudah diterangkan sebelum ini. Silahkan merujuk ke sana kalau mau. Wassalam.

Neo Hiriz: Dikusi darat saja dengan tim penulis sms, supaya buku itu bisa lebih disempurnakan.
Sekadar saran.

Azmy Alatas: Afwan, ustadz Sinar Agama sulit bagi saya untuk melepaskan atau menafikkan konteks dan tujuan penulisan buku tersebut..

Jadi ingat buku “makna haji” nya Ali Shariati, ia tidak menjelaskan ritus haji, tapi dengan bahasa berbeda memaknai haji.

Saya menganggap buku SMS dalam rangka membangun pahaman umum soal Syi’ah yang sedang difitnahkan secara membabi buta di tanah air.

Pandangan-pandangan yang ditulis terkait dengan beberapa soalan umum dan populer yang saat ini sedang riskan.

Termasuk tuduhan BIN bahwa komunitas Syi’ah di Indonesia akan melakukan ekspor revolusi Iran dan mengganti dasar negara Republik Indonesia.

Tuduhan gila yang mengatakan bahwa Syi’ah di Indonesia setali tiga uang dengan wahabisme yang akan memberangus NU dan Muhammadiyah.

Saya kira, pembahasan detail soal Syi’ah bukan di buku tersebut pembahasannya.

Jadi ada teks dan konteks... itu sih menurut yang saya tangkap...
Jadi, bagaimana mau konek kalau antara teks dan konteks dipisah-pisah...
Ahsan, bikin buku tandingan dan kritiknya, lalu kopi daratkan...

Neo Hiriz: Saya pikir kurang perlu bikin tandingan, ustadz Hasan bagusnya menjadi tim perbaikan buku tersebut. Manfaatnya banyak kalau seperti itu. Saya kira anda semua tahu.

Azmy Alatas: Neo Hiriz, setujaa.. kenapa beliau kemarin ga sekalian masuk tim penulisan aja ya... sayaaangg banget...

Neo Hiriz: Itu masalah teknis saja pak, sekaranglah waktunya ustadz Hasan masuk dalam tim penting banget ustadz Hasan masuk dalam tim. Ulama sekaliber beliau pasti akan banyak kontribusinya dalam perbaikan buku itu.

Azmy Alatas: Tinta Hitam, kok situ nyuruh aku membantah paparan calon mujtahid, ya ga bakal mampu lah...

Yang saya tangkap malah paparan SA memperkuat pernyataan di SMS.
Makanya aku bilang, kontradiktifnya dimana?

Muslimovic: Tidak perlu berdebat tentang Tuhan dan manusia.

Dany Douan Douan: Pak Sinar Agomo @...Itu pertanyaan TS simple sebenarnya...ko sampe dijawabnya keliling dunia bahkan angkasa antariksa... yang ditanya hubungan langsung Allah swt yang muthlaq dengan manusia tidak muthlaq....HUBUNGAN LANGSUNG pak pertanyaannya “. itu aja dulu dijawab kalau udah clear baru ke bab lainnya masalah agama.....ko sepertinya bapak menjawab pada penulis buku SMS, yang terkesan sentimen ...hati-hati, ujub dan hubbul jah bisa mencelakakan.

Tinta Hitam: @Neo, Apakah pernah SA itu mengaku ustadz Hasan? Atau cuma persangka antum saja?

Hendy Laisa: Dany Douan Douan> Sudah menjadi ciri khas ustadz SA menjelaskan suatu persoalan dari awal, supaya gampang dipahami. Saya rasa tidak ada ujub disini, ini murni diskusi keilmuan tidak ada tendensi apa-apa apalagi seperti yang antum sebutkan: sentimen, ujub, hubbul bla bla bla...afwan.

Dany Douan Douan: Saya rasa kepada siapa khithab saya jelas.

Azmy Alatas: Tinta Hitam, kalau HAA pernah ngaku sebagai SA atau enggak ya?
Atau semacam bikin sumpah atau klarifikasi gitu, kenapa kok namanya terus dikait-kaitkan sama
SA....hehehe....(becanda)

Hendy Laisa: Azmy Alatas> gak pernah tuh ana denger pengakuan begitu.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, Harus ada mestinya....bukan SA melulu yang bikin klarifikasi, tapi justru HAA mestinya yang bikin...

Surya Hamidi: Membaca point pertama tanggapan koment, “saya sebagai orang terhina di Ahlulbayt as”

Oh... anda itu ahlulbayt siapa? Ngaku-ngaku ahlulbayt pakai label terhina pula, tapi hidup anda
dihabiskan untuk memecah belah ummat.

Maaf, dulu saya respect sama anda, tapi sekarang sesuai dengan kehendak anda yang anda tulis di point pertama, Anda ini hanya sampah.

Surya Hamidi: Aku pun berlepas diri dari anda karena anda hanyalah sampah yang paling hina.

Surya Hamidi: Belum ada aku melihat sampah yang begitu jijiknya melihat orang lain berkarya.

Surya Hamidi: Salam sampah.

Surya Hamidi: Ingat... aku mengikuti anda bukan sekarang saja. Dulu anda juga menjelaskan pola hubungan khaliq dengan makhluq, anda juga menggunakan analogi yang sama tapi tidak dibantah orang. Namun ketika orang lain yang menggunakan analogi tersebut, anda muter-muter ke angkasa luar untuk membantah analogi yang pernah anda gunakan sendiri.

Jadi sebenarnya anda ini hanya sampah... bukan orang yang ilmiah.

Surya Hamidi: Ini akhir komentku untuk anda Hasad Abu Umar

Firdaus Said: Alhamdulillah ...kalau itu koment terakhir....amiiin....

Margie Ismail: Surya hamidi.. ustadz hasan atau tono?

Hendy Laisa: Style A kok dibawa ke soalan B, ahsan style A dipake hadapi soalan A.

Reinhard Treeanggono: Semua berproses.... bahkan para Nabi dan Imam as.. gak perlu ragu karena cinta seharusnya mengikis keraguan.. salam.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Mantabbbsss SA pun pernah marah-marah terhadap buku DADF..... Hadeeech ...... capeekkk dech ....

Hendy Laisa: Sama-sama buku ancur.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Kalau ini baru mantabbbb ......

Hendy Laisa: Irsan Fadlullah Al Hajj> Oh udah punya ya antum.

Bintang Az Zahra: SA pun gak berhak menjawab buku SMS ,, kalau ingin tahu dan kurang paham datang lansung ke kantor ABI atau tanya lansung ma yang nulis ,,,

Irsan Fadlullah Al Hajj: Hendy Laisa, Ana blm punya ....

Hendy Laisa: Bintang Az Zahra> Kata siapa gak punya hak? Semua orang punya hak, kalau orang gak berhak jawab buku itu bagusnya diganti aja judulnya.

Reinhard Treeanggono: Mirip sama judul buku ini yaa.. kontennya juga mirip kah ?

Irsan Fadlullah Al Hajj: Dengan yang 1 ini sudah cukup pusing memahami tatabahasanya .... Terlalu tinggi bagi yang belum mengkaji falsafah Aqal.

Bintang Az Zahra: Hendy Laisa...Coba yang punya buku suruh jawab jadi gak simpang siur ,,, koh seneng banget adu argumen lewat dunia maya ..

Reinhard Treeanggono: Seru banget nich,, hehee,, cihuy

Abdul Malik: Yang mau melakukan kritik, saran, diskusi atau apapun namanya, mengenai buku itu dapat langsung ke alamat penerbit yang sudah tertera dalam buku. InsyaAllah kalau tidak bisa memahami akan dipahamkan. Kalau gagal paham itu tergantung pribadi masing-masing.

Abdillah Alcaff: Yang tidak bisa mengkritik/membalas kritikan ustadz Sinar Agama terhadap buku tersebut, ahsan diam. Gak usahlah menjelekkan ustadz SA, dari kemaren ana ga pernah liat tuh, bantahan untuk kritikan ustadz, sudah lumrah suatu buku dikritisi, terlebih membawa nama Syi’ah. Hal ini (mengkritisi suatu buku) sangat mudah untuk dipahami, lalu mengapa pada kepanasan????

Abdul Malik: Akan lebih baik pula kalau ditujukan langsung kepada penulisnya.

Bintang Az Zahra: Ini yang buat postingan kurang gentle ...gak berani negor lansung ma tim penulis ,,,beraninya cuma di kritik ,,,

Abdul Malik: Buku tersebut tidak hanya ditulis satu orang saja. Melainkan hasil musyawarah para ustadz yang tergabung dalam organisasi. Buku tersebut juga mendapat sambutan baik oleh menteri agama. Kalau ada niat baik untuk memperbaiki isi buku itu silahkan datangi pihak yang bersangkutan.. kalau bisanya cuma mengkritik dan memvonis salah, orang yang tidak pernah ‘makan bangku sekolah’ pun bisa.... apalagi cuma modal ngetik di fb....

Andika Karbala: Katakanlah benar meskipun pahit... ABI adalah kebanggan pecinta AB Indonesia tapi dalam hal ini saya setuju dengan Ustadz-SA. Semoga kritikan bisa memberikan dampak positif bagi semua pihak, jangan katakan cerai karena cerai dibenci Tuhan, semoga pecinta AB Indonesia semakin solid dan mencintai ilmu pengetahuan.

Tinta Hitam: Saya sering dengar ustadz-ustadz yang dari Indonesia berkata (untuk menjaga nama baik tidak usahlah kusebutkan namanya), “teman-teman yang belajar di Qom tidak usah lama-lama belajar, selesai s1 sudah cukup. Pulang cepat ke Indonesia untuk mengabdi. Jangan hanya berlama-lama di negeri orang”. Ini sudah hasilnya orang yang hanya beberapa tahun belajar baru disuruh pulang untuk tabligh, bukannya memperbaiki ummat tapi hanya memecah belah ummat, karena belum sempurna apa yang dia pahami tentang sesuatu itu, kemudian dia berani untuk berkoar-koar kesana kemari. Nah orang yang seperti ini yang bahaya.

Abdul Malik: Tergantung persepsi anda.

Bintang Az Zahra: Yang buku tersebut di hongkong ,,,habis ..

Abdul Malik: Bisa pesan lagi buk... ongkir 75 ribu/kg ke Hongkong...

Bintang Az Zahra: Pak Abdul,,,,, kemarin di kirim dari Icc Jakarta.

Abdul Malik: Owww.... iya saya tau. Kalau mau pesen buku lain juga bisa kog. ...

Sang Pencinta: Turut belansungkawa hilangnya penghormatan kepada ulama yang tingkat keilmuannya jauh di atas dirinya itu. Bergetar badanku tatkala membaca ‘sampah’ di atas. Inikah wajah tasyayu di tanah air yang tidak kunjung bisa mengukur bayang-bayang dirinya? Lah mending kalau dia bisa menunjukkan kapasitas dirinya, lah ini hanya mengumpat dan mengolok-olok?!?!
Padahal sadar atau tidak sadar ia pernah bertanya pada yang dikatai ‘sampah’ itu.

Hendy Laisa: Tinta Hitam > Absolutely right, i agree ur comment...brilliant!!!

Abdul Malik: Sampah yang mana nie Sang Pencinta

Azmy Alatas: Hendy Laisa, Hahaha...asik asik...rame kan...

Abdillah Alcaff: Wong Sinar Agama membahasnya pake perspektif dia, keluar konteks... lantas apanya yang mau ditanggapi? Kalau pake konteks....

Rahman Balakundu: Ini masalahnya SA meyesatkan SMS. Tidak ada hubungannya dengan yang lain-lain....apalagi kaitannya dengan Kebenaran.

Hendy Laisa: @all> Back to status aja kalau mau diskusi.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, Bisa tolong dikutip atau tuliskan hal 16-29? Biar enak bahas nya...

Abdul Malik: Bedah buku lebih ajib kalau sama penulisnya, bukan bedah sendiri.

Hendy Laisa: Azmy Alatas, Katanya antum punya bukunya banyak... kutip aja dari buku itu, capek ngetik dikit gapapa lah.

Azmy Alatas: Anda fasilitator kan?

Hendy Laisa: Atau sekedar pelempar isu?

Hendy Laisa: Afwan buku itu hanya ada satu di pihak Itrah, saya gak 24 jam di Itrah.. kebetulan saya malam ini masih di luar jangkauan Itrah, apa salahnya antum Azmy Alatas nukilkan??

Azmy Alatas: Oh, cuma ada 1... saya tunggu antum besok sebagai fasilitator yang baik, dan antum sebagai pelempar isu, hendaknya standby dengan buku tersebut. Paling engga sekarang antum punya taklif untuk menyelesaikannya hingga tuntas.

Sinar Agama: @Neo, Saya ini Sinar Agama, dan siapa saja yang menghubungkan saya dengan orang lain, maka saya mendeletenya dari pertemanan. Tolong jangan diulang lagi. Kemarin karena fokus pada hal lain, maka belum sempat mengingatkan antum. Kalau setelah peringatan ini masih saja hal itu berlaku, maka dengan penuh maaf, kita akan berpisah pertemanan di maya (fb) ini. Afwan.

Sinar Agama: Teman-teman, saya sudah memberikan paparan yang panjang lebar, kalau ada yang tidak benar, maka itu saja yang dibahas. Kalau bisa, hindari kata-kata yang tidak berhubungan, terlebih kata-kata yang tidak diajarkan Ahlulbait as. Malu pada Tuhan, Nabi saww, Ahlulbait as dan tetangga kita.

Biasakan untuk tidak menyempitkan dada. Jangan hanya kalau mengkritik saja bersemangat, tapi tidak mau dikritik. Saya dulu sudah pernah mengatakan bahwa kadang kita yang sudah jadi Syi’ah, kembali kepada yang sebelumnya. Dulu aktif kritik, tapi sekarang aktif menolak kritik.

Kalau diskusi ilmu, maka itu hal yang dianjurkan agama. Niat masing-masing, maka diserahkan pada Allah, toh sebentar lagi kita akan pada mati. Nanti di sana baru akan melihat amal kita masing-masing, semoga kita semua selamat di dunia dan di akhirat kelak, amin.

Dan siapa saja yang masih menghubungkan paling hinanya manusia ini, yakni saya Sinar Agama, dengan orang lain, maka dengan sangat terpaksa saya akan delete dari pertemanan.

Sekali lagi, diskusi ilmu itu, tidak boleh bermuatan politik. Sebab kalau sudah politik, maka akan keluar dari keilmuannya.

Kritik buku, di dunia manapun, sejak jaman Amirulmukminin as, sampai sekarang, tidak harus ke orangnya atau penerbitnya. Kritik tulisan itu, di mana saja, selalu bisa dilakukan di mana saja.

Syaratnya menukil dengan benar yang mau dikritiki. Jadi, tidak ada syarat untuk mendatangi orangnya.



((Bersambung ke : Hubungan Antara Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (4).))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar