Kamis, 05 Desember 2019

Syi’ah Yang Baru Atau Syi’ah Yang Lama ?!



Seri tanya jawab Dwi Juliati Bearland dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 2:30 pm


Dwi Juliati Bearland mengirim ke Sinar Agama: (9-4-2013) Berkeyakinan boleh dan silahkan tapi kalau menjadi baru lebih baik disebutkan baru dari pada membawa-bawa agama yang lain, silahkan jadi agama atau kepercayaan yang baru.Tq.

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pernyataannya. Tapi saya benar-benar tidak paham maksudnya. Begitu pula tentang baru itu. Baru yang dimaksud itu baru dari apa? Kalau yang dimaksud itu Syi’ah, maka dia sudah tentu jauuuuuuhhhhh lebih lama dari Sunni yang muncul abad ke dua dan, apalagi wahabi yang muncul abad 11 H yang lalu. Sedang kemunculan Syi’ah itu, yaitu yang mengajarkan imamah makshum, sudah didirikan Allah dan Nabi saww sendiri sejak awal tabligh Islam di Makkah bahkan sebelum menyebar Islam ke umat secara terbuka.

Kalau Syi’ah di Indonesia, juga demikian. Karena Syi’ah-lah yang pertama kali masuk ke Indoneisa di abad ke 2 Hijriah atau bahkan akhir abad satu. Bahkan mereka setelah sekitar dua ratus tahun bertabligh di Perlak/aceh, mereka berhasil membuat kerajaan dan pemerintahan Islam, sebelum kemudian kerajaan Bani Abbas mengirim orang-orang Sunni dan memeranginya hingga pada akhirnya lama kelamaan Syi’ah tidak tersisa selain budaya tepuk dada di aceh, tabut imam Husain as di beberapa daerah di Sumatra.

Antum tinggal merujuk ke sejarah pribumi. Jangan merujuk ke sejarah Syi’ah kalau takut terbarui. Silahkan rujuk sejarah-sejarah yang ditulis para ahli sejarah pribumi, seperti prof Abu Bakar Aceh .........dan seterusnya....yang kitab-kitab mereka banyak di Indonesia walau, mungkin sudah jarang tercetak lagi. Tapi kalau antum ke perpustakaan-perpustakaan Islam, pasti dapat menjumpai kitab-kitab sejarah itu.

Wassalam.




اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar