https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/hubungan-antara-tuhan-yang-mutlak-dan-suci-dengan-manusia-4/750247438391999/?refid=21
Sinar Agama: Teman-teman, saya sudah memberikan paparan yang panjang lebar, kalau ada yang tidak benar, maka itu saja yang dibahas. Kalau bisa, hindari kata-kata yang tidak berhubungan, terlebih kata-kata yang tidak diajarkan Ahlulbait as. Malu pada Tuhan, Nabi saww, Ahlulbait as dan tetangga kita.
Biasakan untuk tidak menyempitkan dada. Jangan hanya kalau mengkritik saja bersemangat, tapi tidak mau dikritik. Saya dulu sudah pernah mengatakan bahwa kadang kita yang sudah jadi Syi’ah, kembali kepada yang sebelumnya. Dulu aktif kritik, tapi sekarang aktif menolak kritik.
Kalau diskusi ilmu, maka itu hal yang dianjurkan agama. Niat masing-masing, maka diserahkan pada Allah, toh sebentar lagi kita akan pada mati. Nanti di sana baru akan melihat amal kita masing-masing, semoga kita semua selamat di dunia dan di akhirat kelak, amin.
Dan siapa saja yang masih menghubungkan paling hinanya manusia ini, yakni saya Sinar Agama, dengan orang lain, maka dengan sangat terpaksa saya akan delete dari pertemanan.
Sekali lagi, diskusi ilmu itu, tidak boleh bermuatan politik. Sebab kalau sudah politik, maka akan keluar dari keilmuannya.
Kritik buku, di dunia manapun, sejak jaman Amirulmukminin as, sampai sekarang, tidak harus ke orangnya atau penerbitnya. Kritik tulisan itu, di mana saja, selalu bisa dilakukan di mana saja.
Syaratnya menukil dengan benar yang mau dikritiki. Jadi, tidak ada syarat untuk mendatangi orangnya. Di mana ada undang-undang atau akhlak seperti itu?
Kalau seseorang tidak ingin dikritiki, maka jangan menulis buku atau tulisan di media umum, seperti majalah, koran dan semacamnya.
Buku yang menulis dengan terang-tarangan bahwa marja’ dikatakan konsultan dan tidak wajib ditaati, sudah jelas merupakan buku yang menyesatkan. Sebab semua mujtahid mengatakan bahwa amal orang yang tidak taklid/taqlid itu adalah batal. Karena itulah, maka dengan sangat terpaksa saya tuliskan pernyataan di atas. Belum lagi masalah imamah dan khilafah seperti yang sudah kita diskusikan sebelumnya.
Sinar Agama: @Surya, kalau benar komentar antum itu, bahwa saya sampah, maka semoga Tuhan mengampuniku, dan kalau salah, semoga Tuhan mengampunimu, demi kesyahidan imam Ridha as yang bertepatan dengan hari ini, amin.
Oh iya, seandainya antum membawa bukti tulisanku yang sama dengan tulisan di buku SMS itu, maka saya akan ucapkan terimakasih. Sebab saya yakin tidak pernah menulis seperti itu. Kalau memang ada, tunjukkan buktinya, jangan hanya berimej saja.
Satria Pmlg: Nyimak ustadz,,,,teruskan ustadz,,,,sportiflah hai kawan semua dengan keilmuan ,,jangan mentang-mentang punya organisasi jadi buat sombong,,,, kepada sesama,,,,, tidak ada gunanya,,, jangan jadikan oraganisasi sebagai beaking kaya anak kecil aja,,, mandiri jangan kroyokan,,
Azmy Alatas: Sinar Agama, Afwan, mungkin dinukil dari hal.16-29...biar utuh..
Sinar Agama: @Azmy, Silahkan nukil. Atau nukil seluruh kitabnya biar sangat utuh.
Sang Pencinta: Azmy, Kalau perlu foto seluruh halaman buku dan tampilkan di sini, supaya yang belum baca bisa baca, supaya yang belum utuh menjadi utuh banget.
Sinar Agama: @Azmy, Kalau mau sehat diskusi, maka nukilkan yang beda dengan persepsi lawan bicara atau teman diskusi antum. Jangan menglobalkan masalah, seperti saya membaca di antara halaman ini dan itu, maka saya beda pahaman. Lah....bok disebutkan bagian mana yang membuat beda dengan pahaman kami-kami. Itu baru benar cara diskusianya. Ingat, jangan membuat rabaan dan persepsi tanpa bukti nukilan, karena saya tidak akan menanggapinya sama sekali. Wong kita diskusi buku kok, bukan diskusi dengan pandangan antum. Jadi, harus bersumber kepada buku, baru pahaman antum tentang bukunya itu. Nah, kalau bukunya berhalaman-halaman, maka nukilkan yang antum maksud dimana membuat antum berpersepsi tertentu yang, katakanlah membuat antum beda dengan kami itu.
Azmy Alatas: Fasilitatornya siapa tuh? Bukannya dari awal memang diskusi ini sudah tak sehat, bahkan dari bulan oktober kemaren.
Azmy Alatas: Justru karena diskusi buku, bukan diskusi 1 cuil nukilan buku...
Satria Pmlg: Ikut bertnya,, pada azmiy,,, kalau menurut buku sms,,, mengatakan bahwa,,,yang mutlaq suci tidak langsung berhubungan dengan yang relatif,,, karna ketika berhubungan lansung akan menciderai dari pada kemutlakan yang suci,,, maka untuk menjembatani hubungan keduanya itu apa,,,??? Wong selain TUHAN, itu tidak mutlaq,,,, afwan akhiy Azmy tolong jawab,,,
Azmy Alatas: Satria Pmlg, Baca buku SMS bab iman mutlak dan iman relatif hal.16-29....
Akan ketahuan jembatannya...
Satria Pmlg: Bang Azmiy,,,, Antum tau ga PENJABARANNYA bahwa NABI MUHAMMAD adalah sayyidil wujud,,,dan penyebab terciptanya mahluq,,,, coba antum kaitkan dengan masalah di atas,,,,,,
Azmy Alatas: Satria Pmlg, Antum sudah baca buku itu atau belum?
Terutama hal 16-29?
Muhammad Wahid: Sekedar me-refresh.. bagi yang bingung mengikuti diskusi ini: https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-1/10152453504393937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-2/10152453555563937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-3/10152453570878937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-4/10152453662393937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-5/10152453769278937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-6/10152453831143937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-7/10152455316408937
Azmy Alatas: Saya kutipkan catatam bagus nih:
Yuk belajar dari tabloid NOVA bagaimana cara mengkritik yang baik dan benar:
Tidaklah mudah melontarkan kritik. Salah-salah, kritik yang kita ucapkan bukannya berdampak membangun, tetapi malah permusuhan yang kita dapat gara-gara rekan yang kita beri kritikan tidak terima atas kritik membangun yang kita beri.
Berikut ini beberapa tips untuk memberikan kritik membangun agar kritikan Anda tidak percuma dan juga tidak melukai perasaan orang yang Anda kritik, serta membuat orang tersebut memberikan respon serta dengan senang hati mau memperbaiki kekurangannya.
Mengabaikan karakter.
Bila ingin kritikan Anda mencapai sasaran yang tepat, usahakan untuk tidak mengungkapkan kekurangan diri rekan yang Anda kritik di dalam kritikan Anda. Bila Anda mulai membicarakan kekurangan dirinya, dia akan menginterpretasikan komentar Anda sebagai sebuah serangan dan hal ini akan menggagalkan tujuan Anda semula. Memang tidak selalu mudah untuk memisahkan seseorang dari pekerjaannya, tetapi di dalam memberikan kritikan Anda harus dapat memilahnya.
Gunakan bahasa yang tepat.
Setiap kata yang Anda ucapkan dapat memberikan arti yang berbeda. Gunakan terminologi yang berhubungan dengan masalah yang ingin Anda sampaikan secara profesional.
Usahakan jangan mencela. Bahkan kritikan yang sangat tajam pun dapat Anda sampaikan dengan bahasa yang halus. Agar tidak tampak arogan ataupun kasar, Anda dapat memulai kritikan Anda dengan: “Menurut saya, kelihatannya kamu….” Atau “Mungkin saya salah, tetapi …”.
Berikan fakta yang sesuai.
Kemujaraban dari kritik yang membangun adalah dengan meyampaikannya sesuai dengan porsinya. Sebaliknya hal-hal kecil yang tidak perlu disampaikan dapat menggagalkan usaha Anda. Bila Anda melihat kritikan tidak mungkin diberikan, lebih baik Anda diam.
Kendalikan emosi.
Memberikan kritikan yang efektif menuntut Anda untuk dapat menetralisir emosi Anda agar tidak mengungkapkannya secara blak-blakan. Untuk situasi tertentu Anda harus memperhitungkan perasaannya dan tidak mempermalukannya. Pada saat yang sama, perasaan Anda pun harus diperhitungkan agar tidak memihak dan dapat membuat Anda menjadi tidak dapat dipercaya.
Fokus.
Pusatkan pada apa yang dapat dilakukan, dan bukan pada apa yang telah dilakukan. Untuk perbaikan, arahkan pada kesempatan yang spesifik dan hindari membeberkan kekurangannya.
Jaga agar kritikan Anda merupakan kritikan yang positif serta bijaksana dan berguna. Seseorang tidak akan merasa diremehkan bila dia diberi kesempatan dan bukannya dikatakan bahwa pendapatnya tidak kompeten atau kurang baik.
Empati.
Salah satu langkah yang paling manjur yang dapat Anda lakukan sebelum memberikan kritikan adalah dengan menempatkan diri Anda pada posisi orang yang akan Anda kritik.
Tidak semua orang senang dikritik dan biasanya seseorang akan merasa diserang dan bila hal ini yang terjadi, sangat wajar bila orang yang dikritik menjadi bersikap membela diri.
Bersikap objektif.
Berikan alasan yang dapat diterima, bukan pandangan yang subyektif. Semua jenis kritikan dapat mengandung berbagai prasangka tetapi Anda dapat mengatasinya dengan menyadari bahwa komentar yang benar dan didasari dengan alasan yang kuat lebih dapat diterima.
Tidak mudah bagi seseorang untuk membela diri terhadap kritikan yang beralasan tetapi sangat mudah mencampur adukkan kritikan yang didasari atas perasaan suka ataupun tidak suka. Kemahiran Anda hilang dalam sekejap bila Anda memberikan komentar yang tidak beralasan dan sembarangan.
Berikan kesempatan.
Beri kesempatan kepada bawahan atau rekan yang Anda beri kritik untuk merespon. Secara psikologis sangat penting adanya jeda antara saat Anda memberikan kritikan dan saat lawan bicara Anda memberikan penjelasan dari sisinya.
Sikap menawarkan penjelasan memberikan kepuasan intelektual dan membantu orang tersebut mempertahankan egonya. Lebih jauh lagi Anda memberikan kesan adil dan memiliki wawasan yang terbuka, meningkatkan kredibilitas Anda dan mengurangi kesempatan komentar Anda diabaikan atau dilupakan.
Sumber : Tabloid Nova
Sinar Agama: Teman-teman, Azmy ini kelihatannya suka muter aja. Halaman-halaman mulu yang diomongin. Sudah dibilang kalau ada hal nukilkan yang mau dijadikan bantahan, kok malah teruuuuusss aja ngomongin halaman. Ana benar-benar ragu, jangan sampai ia tidak punya bukunya. Dan ingat, kalau dia nukilkan panjang lebar yang tidak ada to the poin pada maksudnya, sayapun tidak akan membuang waktu melayaninya. Dakwaan kita sudah jelas seperti ini buku ini menyesatkan karena diantaranya menganggap marja’ itu hanya tempat konsultasi dan tidak wajib ditaati. Nah, Azmy bisa mengambil nukilan selain ini, dan to the poin, baru saya akan layani.
Afwan, hal ini ana harus ambil keputusan karena banyak sekali pekerjaanku dan sudah kita kasih peluang untuk Azmy beberapa kali. Jadi, kalau masih seperti itu, maka tolong jangan gugat ana kelak di akhirat kalau tidak memberikan arahan atau jawaban atau tanggapan. Afwan.
Satria Pmlg: Bang Azmy kira-kira dari komentar antum yang sesuai dengan tabloid nova,,yang mana,,,? Bang Azmy ini kayanya mau bikin aturan cara memberi kritikan,,,terima kasih kawan,,cuman coba antum koreksi lagi komen-komen antum.
Anggelia Sulqani Zahra: Aduuuh gimana mau diskusi kalau akunnya tertutup untuk umum..
Azmy Alatas: Anggelia Sulqani Zahra, Coba dibaca etika kritik yang saya kutipkan...agar elegan dan indah....
Azmy Alatas: Satria Pmlg, Saya orang awam yang tak terdidik dan tak tahu etika mengkritik. Baru saja tahu lewat tabloid Nova barusan.
Namun, bagi mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi, berpuluh tahun dan memang berkecimpung di ruang akademik, rasanya tak pantas jika tak tahu atau tak mau tahu mengenai etika kritik tersebut.
Apalagi jika ruang diskusinya berkaitan dengan agama. Kalau saya lahir dari jalanan dan berandalan, sangat tak pantas meletakkan perbandingan ketakbersantunan saya dengan mereka yang menjadi panutan yang setiap saat bersentuhan dengan risalah etik.
Azmy Alatas: Anggap saja saya tak punya bukunya ustadz, berarti pihak moderator yang sudah dipastikan punya buku dan bahkan membedahnya bisa diminta untuk menukilkannya.
Saya menganggap halaman-halaman yang berurutan tersebut, terutama bagi saya yang awam dan bodoh ini cukup clear dan bisa memberikan penjelasan.
Memang benar, jika kita cuma nukil bait kalimat yang ada di status tersebut akan memberikan kesan tak lengkap.
Setidaknya itu yang saya tangkap dari penjelasan buku tersebut.
Idea Abdul Majid: Pembahasan pendek jadi panjang atas usulan kepongahan dan keangkuhan.
Membosankan.
Said Hasnizar: Surya Hamidi, Beberapa tahun lepas, tatkala baru kenal di Dumay, saya respek anda. Menurut saya, anda adalah seorang Syi’i yang pintar dalam berdebat/dialog di Dumay.
Seiring berjalan waktu, respek itu berkurang separuh, melihat rajinnya anda apdet status (kualitasnya semakin menurun dengan meningkatnya kuantitas statemenmu).
Sampai kemaren, saya juga masih respek.
Namun sedetik setelah anda mengucapkan “SAMPAH” kepada manusia yang banyak menuntun manusia lain yang jahil, respekku padamu jatuh ke titik NOL.
Maaf ya Surya Hamidi, ini ucapan ikhlasku.
Azmy Alatas: Hihihihi....makanya nih, buat yang pinter-pinter di sini....pake etika kritik dan diskusi...ga usah pake kitab 20 jilid...cukup baca nukilan artikel dari tabloid Nova itu loh...udah ku tulis di komen....
Surya Hamidi: Terima kasih... aku pun tidak berharap respek dari siapapun disini. Aku tidak melihat adanya orang yang berakhlaq disini. Semua sudah diboncengi iblis dengan hasad membara untuk memecah belah Syi’ah nusantara.
Surya Hamidi: Mengkritik dengan bahasa preman, mafi akhlaq, berlindung di akun bodong. Yang dikritik orangnya jelas, pakai nama asli, ada organisasi resmi yang bisa didatangi oleh akun-akun bodong disini.
Surya Hamidi: >>>> Yang mau melakukan kritik, saran, diskusi atau apapun namanya, mengenai buku itu dapat langsung ke alamat penerbit yang sudah tertera dalam buku. InsyaAllah kalau tidak bisa memahami akan dipahamkan. Kalau gagal paham itu tergantung pribadi masing-masing.
Jangan cuma jadi banci yang berlindung di akun bodong dan menyulut pertikaian sesama syi’i.
Azmy Alatas: Jleb!!!
Bener juga ya...organisasi jelas, tim penulis jelas, penerbit jelas, tokoh-tokoh yang nulis pasti terdata, daftar pustaka jelas, bukunya sudah wujud jelas juga.....baru ngeh!!!
Lalu pengkritiknya, yang belum pernah baca tabloid Nova itu, asal usulnya bagaimana ya?Ajiiibbb....syukron Surya Hamidi bikin melek mata ane...
Said Hasnizar: Kritik muncul karena yang nulis ngaku-ngaku mewakili Syi’ah tapi terbukti isinya jauh dari apa yang difahami orang Syi’ah. Hatta meski benar sekalipun tulisan yang ada di dalam buku SMS, mereka tak punya hak sedikitpun merasa mewakili Syi’ah, marja bukan, kok bisa mengatakan fahamnya mewakili Syi’ah???
Andai saja judulnya Syi’ah menurut ABI, atau Syi’ah menurut Muhsin Labib, mungkin tak ada yang mau peduli, toh itu faham mereka. Tapi karena judulnya seolah-olah menunjukkan bahwa itu faham Syi’ah secara keseluruhan, maka baik secara langsung atau tidak langsung banyak yang mengkritik.
Masa kritik buku bisa dituduh pemecah belah....sentimentil bingit dah.
Hendy Laisa: Azmy Alatas> Baiknya antum baca baik-baik pernyataan ustadz “Ingat, pernyataan ini, dan diskusi ini atau yang sebelumnya serta yang berikutnya, sama sekali tidak bermuatan politis, tapi benar-benar hanya bermuatan ilmu dan keilmuan. Karena itu, pernyataan dan semua diskusi saya di fb ini, tidak ada hubungannya dengan ormas ABI sama sekali, karena yang saya soroti dan niati, benar-benar hanya buku tersebut yang, kebetulan ditulis oleh penulis-penulis yang kebetulan dari Tim ABI “
Azmy Alatas: Abu Alief Al Kepri, Udah dibahas kemaren di bab judul...baca noh komen ane.. gamblang seterang matahari...
Anggap aja SMS ini, mereka mewakili aliran sesat, nah, kalau mau bantah dan kritik ya pakai metode yang sesuai sama ajaran tabloid Nova itu loh di atas....mau ku kutipkan lagi?
Hendy Laisa: Azmy Alatas> Antum ini lucu banget, mau ngajari orang cara kritik, antum paham siapa yang antum mo ajari kritik? ilmu antum yang berdasar tabloid Nova kok dipake mo ngajar orang yang sudah lama belajar di hauzah.
Said Hasnizar: Azmy Alatas, santai aja kalee.
Saya bukan wahabi yang suka menganggap yang tak sefaham sebagai aliran sesat bro.
Pro dan kontra itu biasa, asal jangan ngaku-ngaku wakili madzhab....hahaha.
Azmy Alatas: Hendy Laisa, Huahahahaha.....saya kritik baju nya bukan kritik yang pakai baju....?
Saya kritik orangnya bukan bajunya? Atau saya kritik bajunya setelah dipakai oleh orang itu?
Eh, Sang Pencinta coba ente kutip lagi link yang bantahan Sinar Agama pada bulan oktober itu.... biar mas Hendy Laisa bisa menilainya, apakah sesuai metode tabloid Nova atau tidak..
Hehehe...piisss...
Surya Hamidi: Kritik aja langsung ke kantor ABI. Kenapa kalian begitu pengecut di sini?
Syi’ah menurut Syi’ah itu sebagai jawaban bagi pandangan umum orang yang menyesatkan Syi’ah dan buku terbitan MUI. Apakah kalian sudah membuat bantahan terhadap buku tersebut? Emilia aja sudah berani membantah, kenapa ga kalian kritik juga buku bantahan yang ditulis emilia yang sok mewakili Syi’ah tersebut?
Sebenarnya bukan bukunya yang jadi persoalan disini. Yang jadi persoalan itu adalah sosok di belakang buku itu yang menurut Sinar Agama jadi pesaing dia dalam keilmuan. Dia hanya ingin dirinya sebagai satu-satunya orang yang dianggap berilmu di Indonesia. Jadi marja tunggal untuk Indonesia.
Hendy Laisa: Azmy Alatas> Gak penting bagi ana metode tabloid nova yang dikarang siapa, yang penting bagi ana kritik ilmunya kena, pas, masuk akal ana yang cetek... daripada ente udah dijelasin ulang-ulang kali masih gak paham-paham juga... bener kata ustadz jangan-jangan antum gak punya bukunya.
Azmy Alatas: Hahaha...wah, ada yang belajar puluhan tahun di hauzah to? Atau ngaku-ngaku, kaya penulis buku SMS yang menurut sebagian orang bisa dibilang ngaku-ngaku Syi’ah?
Said Hasnizar: Sebenarnya bukan bukunya yang jadi persoalan di sini. Yang jadi persoalan itu adalah sosok di belakang buku itu yang menurut Sinar Agama jadi pesaing dia dalam keilmuan.
Dia hanya ingin dirinya sebagai satu-satunya orang yang dianggap berilmu di Indonesia. Jadi marja tunggal untuk Indonesia.
======================
Surya Hamidi kelihatannya anda ini sudah ma’rifat ya,,, bisa baca hatinya Ustadz,SA.
Hendy Laisa: Surya Hamidi> Komen antum terlalu subjektif..di penjelasan ustadz jelas MURNI SOAL ILMU DAN KEILMUAN, SAMA SEKALI TIDAK BERMUATAN POLITIS.
Surya Hamidi: Coba anda yang berkarya biar dikritik orang juga. Jangan cuma mampu mengkritik dengan menyemai bibit-bibit perpecahan.
Said Hasnizar: Surya Hamidi, Dengan komentar anda terakhir, respek saya jadi turun lagi nih... minus.
hahahaha
Azmy Alatas: Hahaahaha...Hendy Laisa kok sekarang antum yang politis?
Hendy Laisa: Jangan berwilayah AB kalau gak mau dikritik.
Azmy Alatas: Makin banyak bicara makin kelihatan muter-muternya ente.
Surya Hamidi: Giliran komentku anda anggap subjektif, tapi koment kalian termasuk akun bodong Sinar Agama pun subjektif tapi kalian tidak bisa melihatnya.
Hendy Laisa: Subjektifnya dimana??? Yang ustadz SA kritik kan ILMU DAN KEILMUAN tanpa nyebut organisasi atau person.
Azmy Alatas: Abu Alief Al Kepri, Tampaknya antum dan Hendy Laisa sudah kasyaf sehingga tahu kalau ustadz tidak politis...hehehehe...
Surya Hamidi: Abu alif, soal respek... aku ga berharap tuh. Siapapun sudah tau kalau aku ga butuh penghargaan siapapun. Emangnya aku butuh penghargaan manusia?
Hendy Laisa: Azmy Alatas> kasyaf sih gak tapi masih ma’rifat.
Said Hasnizar: Azmy Alatas dan Surya Hamidi, Rasanya ga perlu kita saling ejek ya bro dan brey, dengan wahabrot saja saya ga suka saling ejek saling sindir, inikan lagi dengan Syi’i. Maaf ya.
Hiduplah mereka yang selalu objektif. Shalawat.
Azmy Alatas: Hendy Laisa, Alhamdulillah masih bisa muter-muter mas... kalau enggak, saya ga bakal dapat nukilan tabloid Nova itu....hehehe...
Said Hasnizar: Surya Hamidi, Respekku tak pernah aku ucapkan bertahun-tahun bro, kecuali saat respek itu jatuh ke angkan minus....sekarang ini.
Hendy Laisa: bagi-bagi dung ma’rifatnya..
Surya Hamidi: Hendy Laisa... haha.
Sudahlah, mata anda sudah tertutup dan yang ada hanya kebencian yang mendalam kepada tim pengarang buku tersebut.
Ketika Syi’ah disesatkan oleh MUI, kalian hanya bisa terkentut. Namum ketika orang lain berkarya, kalian kebakaran bulu.
Azmy Alatas: Abu Alief Al Kepri, Nasehati juga dong ustadz SA agar kalau kasih kritikan ke orang ada tempat dan metodenya, mestinya mikirin gimana biar para asatid di Indonesia pada bisa duduk bareng dan satuin pikiran, ini malah jadi tim sorak kedengkian dan tendensi.
Said Hasnizar: Azmy Alatas, Sudah bisa ngetik di jam segini aja sudah syukur, saya ga punya waktu buat seperti yang anda katakan. Sibuk cari nafkah.
Hendy Laisa: Surya Hamidi, Ah itu perasaan antum aja, kami di sini sering kok ketemu tim ABI yang datang kemari.. biasa aja tuh, di luar diskusi ilmu pertemanan tetap dijaga... kalau antum kayaknya gak gitu deh...
Surya Hamidi: Ga pake kayaknya, ini post yang sudah jelas arah dan tujuannya. Begitu juga post di wall kamu.
=========
((Bersambung ke : Hubungan Antara Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (5).))
Satria Pmlg: Bang Azmiy,,,, Antum tau ga PENJABARANNYA bahwa NABI MUHAMMAD adalah sayyidil wujud,,,dan penyebab terciptanya mahluq,,,, coba antum kaitkan dengan masalah di atas,,,,,,
Azmy Alatas: Satria Pmlg, Antum sudah baca buku itu atau belum?
Terutama hal 16-29?
Muhammad Wahid: Sekedar me-refresh.. bagi yang bingung mengikuti diskusi ini: https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-1/10152453504393937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-2/10152453555563937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-3/10152453570878937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-4/10152453662393937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-5/10152453769278937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-6/10152453831143937
https://www.facebook.com/notes/teguh-bin-suhedi/imamah-khalifah-menurut-buku-syiah-menurut-syiah-bagian-7/10152455316408937
Azmy Alatas: Saya kutipkan catatam bagus nih:
Yuk belajar dari tabloid NOVA bagaimana cara mengkritik yang baik dan benar:
Tidaklah mudah melontarkan kritik. Salah-salah, kritik yang kita ucapkan bukannya berdampak membangun, tetapi malah permusuhan yang kita dapat gara-gara rekan yang kita beri kritikan tidak terima atas kritik membangun yang kita beri.
Berikut ini beberapa tips untuk memberikan kritik membangun agar kritikan Anda tidak percuma dan juga tidak melukai perasaan orang yang Anda kritik, serta membuat orang tersebut memberikan respon serta dengan senang hati mau memperbaiki kekurangannya.
Mengabaikan karakter.
Bila ingin kritikan Anda mencapai sasaran yang tepat, usahakan untuk tidak mengungkapkan kekurangan diri rekan yang Anda kritik di dalam kritikan Anda. Bila Anda mulai membicarakan kekurangan dirinya, dia akan menginterpretasikan komentar Anda sebagai sebuah serangan dan hal ini akan menggagalkan tujuan Anda semula. Memang tidak selalu mudah untuk memisahkan seseorang dari pekerjaannya, tetapi di dalam memberikan kritikan Anda harus dapat memilahnya.
Gunakan bahasa yang tepat.
Setiap kata yang Anda ucapkan dapat memberikan arti yang berbeda. Gunakan terminologi yang berhubungan dengan masalah yang ingin Anda sampaikan secara profesional.
Usahakan jangan mencela. Bahkan kritikan yang sangat tajam pun dapat Anda sampaikan dengan bahasa yang halus. Agar tidak tampak arogan ataupun kasar, Anda dapat memulai kritikan Anda dengan: “Menurut saya, kelihatannya kamu….” Atau “Mungkin saya salah, tetapi …”.
Berikan fakta yang sesuai.
Kemujaraban dari kritik yang membangun adalah dengan meyampaikannya sesuai dengan porsinya. Sebaliknya hal-hal kecil yang tidak perlu disampaikan dapat menggagalkan usaha Anda. Bila Anda melihat kritikan tidak mungkin diberikan, lebih baik Anda diam.
Kendalikan emosi.
Memberikan kritikan yang efektif menuntut Anda untuk dapat menetralisir emosi Anda agar tidak mengungkapkannya secara blak-blakan. Untuk situasi tertentu Anda harus memperhitungkan perasaannya dan tidak mempermalukannya. Pada saat yang sama, perasaan Anda pun harus diperhitungkan agar tidak memihak dan dapat membuat Anda menjadi tidak dapat dipercaya.
Fokus.
Pusatkan pada apa yang dapat dilakukan, dan bukan pada apa yang telah dilakukan. Untuk perbaikan, arahkan pada kesempatan yang spesifik dan hindari membeberkan kekurangannya.
Jaga agar kritikan Anda merupakan kritikan yang positif serta bijaksana dan berguna. Seseorang tidak akan merasa diremehkan bila dia diberi kesempatan dan bukannya dikatakan bahwa pendapatnya tidak kompeten atau kurang baik.
Empati.
Salah satu langkah yang paling manjur yang dapat Anda lakukan sebelum memberikan kritikan adalah dengan menempatkan diri Anda pada posisi orang yang akan Anda kritik.
Tidak semua orang senang dikritik dan biasanya seseorang akan merasa diserang dan bila hal ini yang terjadi, sangat wajar bila orang yang dikritik menjadi bersikap membela diri.
Bersikap objektif.
Berikan alasan yang dapat diterima, bukan pandangan yang subyektif. Semua jenis kritikan dapat mengandung berbagai prasangka tetapi Anda dapat mengatasinya dengan menyadari bahwa komentar yang benar dan didasari dengan alasan yang kuat lebih dapat diterima.
Tidak mudah bagi seseorang untuk membela diri terhadap kritikan yang beralasan tetapi sangat mudah mencampur adukkan kritikan yang didasari atas perasaan suka ataupun tidak suka. Kemahiran Anda hilang dalam sekejap bila Anda memberikan komentar yang tidak beralasan dan sembarangan.
Berikan kesempatan.
Beri kesempatan kepada bawahan atau rekan yang Anda beri kritik untuk merespon. Secara psikologis sangat penting adanya jeda antara saat Anda memberikan kritikan dan saat lawan bicara Anda memberikan penjelasan dari sisinya.
Sikap menawarkan penjelasan memberikan kepuasan intelektual dan membantu orang tersebut mempertahankan egonya. Lebih jauh lagi Anda memberikan kesan adil dan memiliki wawasan yang terbuka, meningkatkan kredibilitas Anda dan mengurangi kesempatan komentar Anda diabaikan atau dilupakan.
Sumber : Tabloid Nova
Sinar Agama: Teman-teman, Azmy ini kelihatannya suka muter aja. Halaman-halaman mulu yang diomongin. Sudah dibilang kalau ada hal nukilkan yang mau dijadikan bantahan, kok malah teruuuuusss aja ngomongin halaman. Ana benar-benar ragu, jangan sampai ia tidak punya bukunya. Dan ingat, kalau dia nukilkan panjang lebar yang tidak ada to the poin pada maksudnya, sayapun tidak akan membuang waktu melayaninya. Dakwaan kita sudah jelas seperti ini buku ini menyesatkan karena diantaranya menganggap marja’ itu hanya tempat konsultasi dan tidak wajib ditaati. Nah, Azmy bisa mengambil nukilan selain ini, dan to the poin, baru saya akan layani.
Afwan, hal ini ana harus ambil keputusan karena banyak sekali pekerjaanku dan sudah kita kasih peluang untuk Azmy beberapa kali. Jadi, kalau masih seperti itu, maka tolong jangan gugat ana kelak di akhirat kalau tidak memberikan arahan atau jawaban atau tanggapan. Afwan.
Satria Pmlg: Bang Azmy kira-kira dari komentar antum yang sesuai dengan tabloid nova,,yang mana,,,? Bang Azmy ini kayanya mau bikin aturan cara memberi kritikan,,,terima kasih kawan,,cuman coba antum koreksi lagi komen-komen antum.
Anggelia Sulqani Zahra: Aduuuh gimana mau diskusi kalau akunnya tertutup untuk umum..
Azmy Alatas: Anggelia Sulqani Zahra, Coba dibaca etika kritik yang saya kutipkan...agar elegan dan indah....
Azmy Alatas: Satria Pmlg, Saya orang awam yang tak terdidik dan tak tahu etika mengkritik. Baru saja tahu lewat tabloid Nova barusan.
Namun, bagi mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi, berpuluh tahun dan memang berkecimpung di ruang akademik, rasanya tak pantas jika tak tahu atau tak mau tahu mengenai etika kritik tersebut.
Apalagi jika ruang diskusinya berkaitan dengan agama. Kalau saya lahir dari jalanan dan berandalan, sangat tak pantas meletakkan perbandingan ketakbersantunan saya dengan mereka yang menjadi panutan yang setiap saat bersentuhan dengan risalah etik.
Azmy Alatas: Anggap saja saya tak punya bukunya ustadz, berarti pihak moderator yang sudah dipastikan punya buku dan bahkan membedahnya bisa diminta untuk menukilkannya.
Saya menganggap halaman-halaman yang berurutan tersebut, terutama bagi saya yang awam dan bodoh ini cukup clear dan bisa memberikan penjelasan.
Memang benar, jika kita cuma nukil bait kalimat yang ada di status tersebut akan memberikan kesan tak lengkap.
Setidaknya itu yang saya tangkap dari penjelasan buku tersebut.
Idea Abdul Majid: Pembahasan pendek jadi panjang atas usulan kepongahan dan keangkuhan.
Membosankan.
Said Hasnizar: Surya Hamidi, Beberapa tahun lepas, tatkala baru kenal di Dumay, saya respek anda. Menurut saya, anda adalah seorang Syi’i yang pintar dalam berdebat/dialog di Dumay.
Seiring berjalan waktu, respek itu berkurang separuh, melihat rajinnya anda apdet status (kualitasnya semakin menurun dengan meningkatnya kuantitas statemenmu).
Sampai kemaren, saya juga masih respek.
Namun sedetik setelah anda mengucapkan “SAMPAH” kepada manusia yang banyak menuntun manusia lain yang jahil, respekku padamu jatuh ke titik NOL.
Maaf ya Surya Hamidi, ini ucapan ikhlasku.
Azmy Alatas: Hihihihi....makanya nih, buat yang pinter-pinter di sini....pake etika kritik dan diskusi...ga usah pake kitab 20 jilid...cukup baca nukilan artikel dari tabloid Nova itu loh...udah ku tulis di komen....
Surya Hamidi: Terima kasih... aku pun tidak berharap respek dari siapapun disini. Aku tidak melihat adanya orang yang berakhlaq disini. Semua sudah diboncengi iblis dengan hasad membara untuk memecah belah Syi’ah nusantara.
Surya Hamidi: Mengkritik dengan bahasa preman, mafi akhlaq, berlindung di akun bodong. Yang dikritik orangnya jelas, pakai nama asli, ada organisasi resmi yang bisa didatangi oleh akun-akun bodong disini.
Surya Hamidi: >>>> Yang mau melakukan kritik, saran, diskusi atau apapun namanya, mengenai buku itu dapat langsung ke alamat penerbit yang sudah tertera dalam buku. InsyaAllah kalau tidak bisa memahami akan dipahamkan. Kalau gagal paham itu tergantung pribadi masing-masing.
Jangan cuma jadi banci yang berlindung di akun bodong dan menyulut pertikaian sesama syi’i.
Azmy Alatas: Jleb!!!
Bener juga ya...organisasi jelas, tim penulis jelas, penerbit jelas, tokoh-tokoh yang nulis pasti terdata, daftar pustaka jelas, bukunya sudah wujud jelas juga.....baru ngeh!!!
Lalu pengkritiknya, yang belum pernah baca tabloid Nova itu, asal usulnya bagaimana ya?Ajiiibbb....syukron Surya Hamidi bikin melek mata ane...
Said Hasnizar: Kritik muncul karena yang nulis ngaku-ngaku mewakili Syi’ah tapi terbukti isinya jauh dari apa yang difahami orang Syi’ah. Hatta meski benar sekalipun tulisan yang ada di dalam buku SMS, mereka tak punya hak sedikitpun merasa mewakili Syi’ah, marja bukan, kok bisa mengatakan fahamnya mewakili Syi’ah???
Andai saja judulnya Syi’ah menurut ABI, atau Syi’ah menurut Muhsin Labib, mungkin tak ada yang mau peduli, toh itu faham mereka. Tapi karena judulnya seolah-olah menunjukkan bahwa itu faham Syi’ah secara keseluruhan, maka baik secara langsung atau tidak langsung banyak yang mengkritik.
Masa kritik buku bisa dituduh pemecah belah....sentimentil bingit dah.
Hendy Laisa: Azmy Alatas> Baiknya antum baca baik-baik pernyataan ustadz “Ingat, pernyataan ini, dan diskusi ini atau yang sebelumnya serta yang berikutnya, sama sekali tidak bermuatan politis, tapi benar-benar hanya bermuatan ilmu dan keilmuan. Karena itu, pernyataan dan semua diskusi saya di fb ini, tidak ada hubungannya dengan ormas ABI sama sekali, karena yang saya soroti dan niati, benar-benar hanya buku tersebut yang, kebetulan ditulis oleh penulis-penulis yang kebetulan dari Tim ABI “
Azmy Alatas: Abu Alief Al Kepri, Udah dibahas kemaren di bab judul...baca noh komen ane.. gamblang seterang matahari...
Anggap aja SMS ini, mereka mewakili aliran sesat, nah, kalau mau bantah dan kritik ya pakai metode yang sesuai sama ajaran tabloid Nova itu loh di atas....mau ku kutipkan lagi?
Hendy Laisa: Azmy Alatas> Antum ini lucu banget, mau ngajari orang cara kritik, antum paham siapa yang antum mo ajari kritik? ilmu antum yang berdasar tabloid Nova kok dipake mo ngajar orang yang sudah lama belajar di hauzah.
Said Hasnizar: Azmy Alatas, santai aja kalee.
Saya bukan wahabi yang suka menganggap yang tak sefaham sebagai aliran sesat bro.
Pro dan kontra itu biasa, asal jangan ngaku-ngaku wakili madzhab....hahaha.
Azmy Alatas: Hendy Laisa, Huahahahaha.....saya kritik baju nya bukan kritik yang pakai baju....?
Saya kritik orangnya bukan bajunya? Atau saya kritik bajunya setelah dipakai oleh orang itu?
Eh, Sang Pencinta coba ente kutip lagi link yang bantahan Sinar Agama pada bulan oktober itu.... biar mas Hendy Laisa bisa menilainya, apakah sesuai metode tabloid Nova atau tidak..
Hehehe...piisss...
Surya Hamidi: Kritik aja langsung ke kantor ABI. Kenapa kalian begitu pengecut di sini?
Syi’ah menurut Syi’ah itu sebagai jawaban bagi pandangan umum orang yang menyesatkan Syi’ah dan buku terbitan MUI. Apakah kalian sudah membuat bantahan terhadap buku tersebut? Emilia aja sudah berani membantah, kenapa ga kalian kritik juga buku bantahan yang ditulis emilia yang sok mewakili Syi’ah tersebut?
Sebenarnya bukan bukunya yang jadi persoalan disini. Yang jadi persoalan itu adalah sosok di belakang buku itu yang menurut Sinar Agama jadi pesaing dia dalam keilmuan. Dia hanya ingin dirinya sebagai satu-satunya orang yang dianggap berilmu di Indonesia. Jadi marja tunggal untuk Indonesia.
Hendy Laisa: Azmy Alatas> Gak penting bagi ana metode tabloid nova yang dikarang siapa, yang penting bagi ana kritik ilmunya kena, pas, masuk akal ana yang cetek... daripada ente udah dijelasin ulang-ulang kali masih gak paham-paham juga... bener kata ustadz jangan-jangan antum gak punya bukunya.
Azmy Alatas: Hahaha...wah, ada yang belajar puluhan tahun di hauzah to? Atau ngaku-ngaku, kaya penulis buku SMS yang menurut sebagian orang bisa dibilang ngaku-ngaku Syi’ah?
Said Hasnizar: Sebenarnya bukan bukunya yang jadi persoalan di sini. Yang jadi persoalan itu adalah sosok di belakang buku itu yang menurut Sinar Agama jadi pesaing dia dalam keilmuan.
Dia hanya ingin dirinya sebagai satu-satunya orang yang dianggap berilmu di Indonesia. Jadi marja tunggal untuk Indonesia.
======================
Surya Hamidi kelihatannya anda ini sudah ma’rifat ya,,, bisa baca hatinya Ustadz,SA.
Hendy Laisa: Surya Hamidi> Komen antum terlalu subjektif..di penjelasan ustadz jelas MURNI SOAL ILMU DAN KEILMUAN, SAMA SEKALI TIDAK BERMUATAN POLITIS.
Surya Hamidi: Coba anda yang berkarya biar dikritik orang juga. Jangan cuma mampu mengkritik dengan menyemai bibit-bibit perpecahan.
Said Hasnizar: Surya Hamidi, Dengan komentar anda terakhir, respek saya jadi turun lagi nih... minus.
hahahaha
Azmy Alatas: Hahaahaha...Hendy Laisa kok sekarang antum yang politis?
Hendy Laisa: Jangan berwilayah AB kalau gak mau dikritik.
Azmy Alatas: Makin banyak bicara makin kelihatan muter-muternya ente.
Surya Hamidi: Giliran komentku anda anggap subjektif, tapi koment kalian termasuk akun bodong Sinar Agama pun subjektif tapi kalian tidak bisa melihatnya.
Hendy Laisa: Subjektifnya dimana??? Yang ustadz SA kritik kan ILMU DAN KEILMUAN tanpa nyebut organisasi atau person.
Azmy Alatas: Abu Alief Al Kepri, Tampaknya antum dan Hendy Laisa sudah kasyaf sehingga tahu kalau ustadz tidak politis...hehehehe...
Surya Hamidi: Abu alif, soal respek... aku ga berharap tuh. Siapapun sudah tau kalau aku ga butuh penghargaan siapapun. Emangnya aku butuh penghargaan manusia?
Hendy Laisa: Azmy Alatas> kasyaf sih gak tapi masih ma’rifat.
Said Hasnizar: Azmy Alatas dan Surya Hamidi, Rasanya ga perlu kita saling ejek ya bro dan brey, dengan wahabrot saja saya ga suka saling ejek saling sindir, inikan lagi dengan Syi’i. Maaf ya.
Hiduplah mereka yang selalu objektif. Shalawat.
Azmy Alatas: Hendy Laisa, Alhamdulillah masih bisa muter-muter mas... kalau enggak, saya ga bakal dapat nukilan tabloid Nova itu....hehehe...
Said Hasnizar: Surya Hamidi, Respekku tak pernah aku ucapkan bertahun-tahun bro, kecuali saat respek itu jatuh ke angkan minus....sekarang ini.
Hendy Laisa: bagi-bagi dung ma’rifatnya..
Surya Hamidi: Hendy Laisa... haha.
Sudahlah, mata anda sudah tertutup dan yang ada hanya kebencian yang mendalam kepada tim pengarang buku tersebut.
Ketika Syi’ah disesatkan oleh MUI, kalian hanya bisa terkentut. Namum ketika orang lain berkarya, kalian kebakaran bulu.
Azmy Alatas: Abu Alief Al Kepri, Nasehati juga dong ustadz SA agar kalau kasih kritikan ke orang ada tempat dan metodenya, mestinya mikirin gimana biar para asatid di Indonesia pada bisa duduk bareng dan satuin pikiran, ini malah jadi tim sorak kedengkian dan tendensi.
Said Hasnizar: Azmy Alatas, Sudah bisa ngetik di jam segini aja sudah syukur, saya ga punya waktu buat seperti yang anda katakan. Sibuk cari nafkah.
Hendy Laisa: Surya Hamidi, Ah itu perasaan antum aja, kami di sini sering kok ketemu tim ABI yang datang kemari.. biasa aja tuh, di luar diskusi ilmu pertemanan tetap dijaga... kalau antum kayaknya gak gitu deh...
Surya Hamidi: Ga pake kayaknya, ini post yang sudah jelas arah dan tujuannya. Begitu juga post di wall kamu.
=========
((Bersambung ke : Hubungan Antara Tuhan Yang Mutlak dan Suci dengan Manusia (5).))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar