﷽
Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326176077427195/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:27
Sinar Agama: Sebenarnya aku malu menulis ini:
Teman-teman fb yang selalu kucintai dan kudoakan. Kalau antum memang telah baik sangka pada alfakir ini, lalu telah sempat membaca tulisan-tulisan alfakir, lalu terlihat kebenaran argumentnya secara gamblang, maka kalau bisa, copy pastelah ke HP, komputer dan hafalan antum. Hingga dapat membantu menyinari teman-teman lainnya dimana saja antum menjumpai mereka. Jangan berusaha jadi ustadz, karena hal itu bisa menyimpangkan niat karena Allah kita kepada dunia fana ini (seperti kehormatan, amplop, harga diri dan semacamnya), tapi berusahalah menjadi hamba dan budak Allah seutuhnya. Itu saja. Jadi, belajar, berenung, menulis, ngesave, ngengopy paste dan menghafal serta membantu yang lainnya, adalah salah satu dari sekian ribu tanggung jawab yang harus dipikul untuk menjadi budakNya secara utuh. Afwan banget. Kutulis ini, karena banyaknya hamba-hamba Tuhan yang harus disantuni dan banyaknya tanggung jawab yang harus kita lakukan untuk menjadi budakNya yang diterimaNya.
Salah satu alasannya yang lain, takut juga suatu saat fb ini menutup dirinya sendiri karena sudah seperti bumerang saja bagi zinonist dan wahabi. Jadi, kurasa sayang, kalau memang cocok dengan tulisan-tulisan itu, kalau suatu saat tidak bisa lagi menjangkaunya.
Andi Zulfikar: Subhanallah ustadz sungguh antum benar-benar guru yang lurus semoga Allah mengasihani ustadz sekeluarga selamanya jangan lupakan aku selalu ustadz...mengenai fb terus terang itu juga yang saya khawatirkan kalau suatu saat itu ditutup dimana lagi kita dapat bertemu (saya sangat berharap/berkomunikasi dengann yth ustadz sinar agama.. besar harapanku jika suatu saat ustadz sudi memperkenalkan diri jangan lupakan aku untuk dapat hadir di majlis- majlis ilmu ustadz sinar agama.
Sinar Agama: Salam dan terimakasih banget atas semua jempol dan komen-komennya yang membuat ana sendiri menangis di depan komputer. Karena memang ingin saling cinta, saling doa, saling belajar dan diskusi dengan terbuka dan ikhlash karena Allah, dan ,,,, sudah tentu ingin sekali diterimaNya sebagai budakNya. Dan kuulangi lagi, kalau doa, seperti-nya tidak ada hari tanpa doa dan tawassul untuk antum semua, semoga antum juga mengingatku dalam doa-doa antum di luar fb ini. Terimakasih.
Sebenaranya aku ingin meminta antum semua untuk benar-benar merenungi apa yang kutulis dari hasil belajar puluhan tahun secara intensif ini. Memang lamanya belajar, tidak menjamin kebenaran, tetapi setidaknya, puluhan tahun dibimbing guru-guru besar dan mujtahid, maka sesedikit-sedikitnya yang nyantol, sangat diharapkan ada warna kebenarannya.
Tapi ana malu mengajak antum seperti itu. Karena, kalau ada benar, kebenaran itu ada dimana- mana juga. Begitu pula seakan-akan aku telah mendakwa diri benar hingga mengajak antum seperti itu. Tetapi mengingat berlumutnya pantat ini karena belajar agama, ingin rasanya bertiak(berteriak) kepada antum semua untuk merenungi dan mengambil ukiran-ukiran tangan lemah ini.
Jadi, ajakanku kepada tulisanku itu adalah ajakanku kepada guru-guru pengajarku, tetapi bagaimana bentuk ajakannya? Ingin mengajak, tetapi malu, takut juga pada Tuhan, tetapi memang dalam hatiku tulus, toh aku sinar agama (kalau aku adalah identitas yang dikenal antum, mungkin akan menjadi sombong dan riya’), begitulah kecamuk hari ini. Kecamuk antara rasa ingin mengatakan bahwa yang kutulis itu adalah ilmu-ilmu yang kukumpulkan puluhan tahun, walau seringkas tulisan di fb, dan antara rasa malu yang tidak terhingga, disamping rasa takut padaNya. Begitu-lah kecamuk itu.
Karena itu, kutulis semua itu dengan penuh rasa malu dan rendah diri yang tidak dibuat-buat, artinya bukan tawadhu’ karena memang tidak ada jaminan. Karena itu pula kutulis:
(a). Kalau telah baik sangka, padahal aku ingin dibaik sangkai karena memang merasa di hadapan Allah tidak ingin menipu siapapun. Tetapi kepercayaan itu kan hak orang lain yang tidak bisa dipaksa bahkan mungkin dipinta.
(b). Kalau telah sempat membaca tulisanku. Padahal kuingin antum benar-benar menyempatkan diri untuk membacanya.
(c). Kalau telah melihat kebenarannya. Sekalipun aku sudah yakin pada kebenarannya karena selalu dengan argument yang tidak berbelit dan gamblang, tetapi karena kita tidak makshum (dosa dan lupa), maka kan bisa saja salah hitung, hingga yang kita kira benar, ternyata masih salah. Atau kalaulah sudah benar, tetapi kalau antum belum melihatnya karena tidak setuju atau belum memahaminya, kan tidak bisa diajak menghafalnya.
(d). Kalau bisa savelah dan hafalkanlah. Padahal aku sebenarnya ingin antum mengesave dan menghafalkannya sebagai bekal dunia-akhirat dan juga bisa membantu orang lain.
(e). Terakhir, karena takut pula ajakanku ini membuat yang mengamalkan ingin menjadi guru atau ustadz (bagi yang percaya ajakanku), maka kukatakan bahwa semua itu untuk diri kita sendiri dan sekalipun membantu orang itu harus dilakukan karena Allah. Jadi, belajar dan menghafal itu untuk diri kita dan jangan sampai untuk selain kita walaupun nantinya harus membatu yang lainnya. Artinya, belajar dan membantu itu semua untuk diri kita sendiri agar selamat dari sikasaNya, karena itu kukatakan untuk menjadi budakNya.
Dan aku sengaja tidak memilih kata “hambaNya”, karena dalam kata-kata ini terdapat kemulian dan pemuliyaan diri kita. Karena itu, supaya tidak merasa apapun walau sudah alim dan bisa membantu orang lain, maka kukatakan menjadi BudakNya, hingga kehinaannya lebih terasa pada diri kita yang wajib selalu merasa hina di dunia dan akhirat. Karena dunia akhirat, semuanya adalah kerajaanNya semata.
Akhirnya kuceritakan gelora cintaku pada antum semua, afwan kalau tidak berkenan dan benar- benar maafkan aku. Bukan ingin menggurui, tetapi ingin menjadi saudara yang bisa saling mengisi.
Ketahuilah teman-teman yang selalu kucintai dan kudoakan, bahwa agama itu bukan puisi indah yang hanya bisa diungkap dengan keindahan kata. Tetapi ia merupakan hakikat yang nyata yang meminta kegigihan belajar dan aplikasi. Artinya, agama itu bisa dikatakan pahit kalau dilihat dari jerih payah yang harus dilakukan. Tetapi kalau dilihat dari sisi Kasih SayangNya, maka sudah tentu hati dan akal kita akan senang walu mati berlimang darah sekalipun. Apalagi hanya belajar berjam-jam dan mengamalkan dengan tekun dan serius.
Yang alfakir lihat, banyak sekali menjadi agama ini hanya sebagai kekaguman belaka hingga mengukir isi-isinya dalam bentuk kata-kata yang indah. Hal itu jelas tidak salah, tetapi akan menjadi bumeerang, kalau kita hanya pandai melaukan itu semua. Jadi, harus dibarengi dengan aplikasi yang serius. Tetapi kita biasanya serius jaga makan, serius cari uang, tetapi tidak serius dalam masalah-masalah aplikatifnya agama ini, disamping tidak serius pula dalam mencari kedalaman ajarannya.
Karena itu, kalau tidak ingin merugi, maka gunakanlah satu atau dua jam dari setiap hari umur antum semua, untuk mempelajari agama dengan serius dan mengaplikasikannya dengan gigih, ketar, serius dan karena Allah. Keras pada diri sendiri, tetapi santun pada orang lain.
Untuk mencari guru tempat bertanya, maka carilah guru, baik di nyata atau di maya, yang memang benar-benar mumpuni dan mengerti agama yang juga hidup serius dalam agama dan aplikasi. Bukan yang menjadikan agamanya sebagai selingan hidupnya. Karena yang demikian akan mengurangi kemampuan berfikirnya atau keberfokusan berfikirnya, hingga sangat bisa melakukan berbagai kesalahan. Itulah pentingnya memilih guru agama dalam islam.
Sebenarnya aku ingin berteriak seperti ini:
“Hai teman-teman, demi Allah, kubur dan hisab itu benar-benar ada di belakangmu. Mengapa kamu masih bisa tertawa, terlebih masih sanggup meyakini sebegtu rupa kebenaran kamu. Kalau kamu benar, apa buktinya? Kalau sudah terbukti apa aplikasinya? Lalu mengapa hari-harimu ini hanya dijadikan tempat bernafas, makan, kerja, ... tetapi tidak mengerti dengan argumentasi bahwa kamu sudah pasti diterimaNya. Dan kamu hanya mencukupkan dengan shalat dan puasa. Sementra tanggung jawab masih terlalu banyak untuk disebutkan. Begitu pula, apakah akan sangat bisa menolong, shalat yang dilakukan dengan lewat saja, kering tanpa makrifat dan ketaatan mutlak di luar shalat? Mengapa kamu tidak bertanya tiap menit, apakah kamu sudah benar dan diterimaNya? ...dan seterusnya.”
Karena itulah, maka marilah kita lebih serius menghadapi kuburan itu, seserius menghadapi ujian semester. Sebenarnya mesti lebih serius lagi memikirkan kuburan, karena yang akan ditanyakan banyak sekali dan penilainya Tuhan sendiri. Tetapi kalau kita menghadapi dan mempersiapkan kuburan itu seserius menghadapi ujian semester, maka kita sudah bisa dikata, calon-calon orang yang akan selamat, in syaa Allah. Wassalam.
Hendy Laisa dan Rahman Gajali menyukai ini.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar