Tampilkan postingan dengan label Syirik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syirik. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Desember 2019

Mengaku Lebih Tua dari Nabi Adam as dan Cara Menanggapinya


Seri tanya jawab Zaranggi Kafir dengan Sinar Agama
October 25, 2013 at 3:36 pm


Zaranggi Kafir mengirim ke Sinar Agama: (12-4-2013) Salam lagi ustadz, ini pertanyaan boleh ustadz tanggapi boleh juga kagak, agak berbau intermezzo aje ustadz: gimane ustadz melihat fenomena si eyang subur yang lagi marak diperbincangkan di Indonesia ini yang katanye dia sebenarnye lebih tua umurnye dari nabi adam as, terus katenye si eyang subur bisa mengerahkan jin piaraannye demi kepentingannye, apakah sisubur kagak takut syirik ustadz? Hehehehe afwan lagi nich ustadz :-)

HenDy Laisa, Zainab Naynawaa, Okki Deh dan 2 lainnya menyukai ini.


Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1- Kalau maksud pertanyaannya adalah perihal yang ia rasakan, apakah ia takut syirik atau tidak, maka wallaah ana nggak tahu.

2- Tapi kalau kita sebagai orang Syi’ah yang bertanya, maka sudah semestinya tidak bertanya seperti itu. Karena pertanyaan antum itu, alaa wahabi he he....yang sembarang-sembarang syirik.

3- Mengaku lebih tua dari nabi Adam as dan mengaku bisa mengerahkan jin, tidak ada hubungannya dengan syirik, tapi keduanya itu berhubungandengan bohong atau jujur, sombong atau tidak, ngaco atau tidak, .........................dan seterusnya....yang kesemuanya itu, maksimalnya adalah dosa selain dosa syirik.

4- Memang, karena semua dosa itu syirik sekalipun hanya melihat yang bukan muhrim, maka dosa di atas itu bisa dimasukkan ke dalam syirik. Tapisyirik ini, bukan syirik yang mengeluarkan seseorang dari iman, tapi syirik halus. Yaitu syirik atau menyekutukan Tuhan dalam ketaatan. Karena yang semestinya tauhid dalam ketaatan itu hanya mesti menaati Allah, di sini malah menaati hawa nafsu atau syethan. By the way, bukan termasuk syirik yang umum dibahas dalam akidah dan, hanya merupakan syirik yang biasa dibahas dalam akhlak dan irfan atau kalaulah dalamakidah, tapi bukan di pembahasan DzatNya, tapi hanya di pembahasan Tauhid Dalam Ketaatan PadaNya yang biasa disebut dengan Tauhid Ketaatan.

5- Memang, kalau maksud perkataannya itu mau menghinakan Qur'an yang menyatakan bahwa nabi Adam as adalah ayah semua manusia, makadalam hal ini memang bisa masuk ke dalam syirik dalam Dzat. Karena berarti tidak mempercayai Kalamullah yang, dalam akidah bisanya sudah dikeluarkan dari agama Islam.

6- Tapi kalau maksudnya lebih tua di sini adalah lebih tua secara hakikat, yakni dia meyakini telah melampaui derajat nabi Adam as, dan tidak ada niatan untuk menghinakan dan mendustakan Qur'an, maka tidak masuk dalam syirik. Paling-paling, seperti tadi itu, yaitu masuk dalam masalah-masalah bohong atau tidak....dan seterusnya.

Penutup:

Imam Ali as yang makshum dan mendapatkan warisan seluruh ilmu Nabi saww yang merupakan paling afdhalnya manusia dimana merupakan Rahmat Bagi Semua Alam, dimana berarti telah melampaui semua derajat non materi ruhani semua makhluk-makhluk Tuhan, maka layak mengatakan:

“Aku sudah beriman sementara nabi Adam as masih berupa tanah.”

Kerinciannya, silahkan rujuk pada catatan yang berjudul: “Maqam-Maqam Fantastis Para Imam”... ana sudah lupa judulnya, tapi kata-kata “Maqam Fantastis...” ada dalam judul tersebut.

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 22 Agustus 2018

Lensa (Bgn 17): Ritual Pemanggilan Ruh dan Sesajen



Oleh Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 19:20


Farel Abdl : Assalamu alaikum Ustad. Apakah kesenian kuda lumping itu perbuatan syirik mengingat memuja/memanggil arwah dengan memberikan sesajen dan memberi makan orang yang dirasuki setan kalap...

Sinar Agama : Salam dan terima kasih pertanyaannya:

Memanggil syethan, ruh, jin, malaikat dan manusia, semua itu adalah sama saja. Artinya tidak ada yang syirik. Akan tetapi kalau untuk disembah dan dituhankan, maka itu baru dikatakan syirik. Tetapi kalau hanya meminta bantuan, maka hal itu tidak syirik. Dan permasalahannya menjadi masalah fikih, bukan akidah.

Jadi, kalau memanggil syethan dan meminta tolong padanya, maka hal itu haram hukumnya, termasuk juga meminta tolong kepada ruh. Semuanya itu bisa terjadi, akan tetapi hukumnya haram.

Farel Abdl : Apa itu termasuk perbuatan dosa memberi sesajen membakar dupa dan bagaimana hukum orang yang kalap tersebut?

Sinar Agama : Kalau meminta tolong pada ruh sesuai dengan anjuran agama, yakni memintanya untuk mensyafaatinya, mendoakannya, maka hal itu tidak haram. Sudah tentu kelau memintanya kepada ruh pada nabi, imam dan wali serta orang-orang shalih.

Kalau memanggil malaikat dan meminta tolong untuk tujuan-tujuan dunia, seperti tenaga dalam dan sebagainya, ada ulama seperti imam Khumaini ra yang mengharamkannya.

Tetapi katanya ada yang menghalalkannya. Tentu saja kekuatan tenaga dalam atau batinnya itu atau supra naturalnya itu kalau digunakan kepada kebaikan.

Catatan: Kita tidak bisa seperti wahhabi yang menjual syirik dimana-mana. Syirik itu adalah menuhankan selain Tuhan atau menyembahnya. Tetapi kalau tidak sampai ke situ, maka biasanya tidak sampai ke tingkat syirik sekalipun terhukumi dengan haram. Wassalam.


Tika Chi Sakuradandelion, Khommar Rudin, Irsavone Sabit dan 27 lainnya menyukai ini.


Khommar Rudin: Allah humma sholli alla Muhammad wa alli Muhammad.

Juliant Very: Salam, udah lama ana agak bingung mengenai hal ini, dan kali ini keraguan itu hilang sudah! Ini adalah jawaban terlengkap & terkeren bagiku, syukron katsir!!

Siti Purwanti: Terima kasih atas penjelasan dari ustadz, akhirnya pertanyaan saya mengenai hal ini terjawab.

Razman Abdullah Chokrowinoto: Gimana untuk mnghubungi ustad Sinar Agama?

Sang Pencinta: Razman Abdullah Chokrowinoto, Bisa lewat inbox di sini. http://www.facebook.com/sinar.agama atau di page ustad. http://www.facebook.com/pages/Sinar-Agama/207119789401486

Razman Abdullah Chokrowinoto: Makasih Angelia..salam alaikum. 


13 November 2012 pukul 8:30 · Suka


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ