Jumat, 16 Juli 2021

Menghilangkan Rasa Takut Pada Makhluk Allah, Seperti Makhluk Halus Dan Manusia Yang Jahat


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326180780760058/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:35


Komariah Hermansyah: Assalamu’alaikum. Minta maaf mau tanya, bagaimana caranya menghi- langkan rasa takut pada makhluk Allah, seperti makhluk halus dan manusia yang jahat. Hari minggu kemarin ada pembunuhan di daerah ku, cuma ketemu badannya sedangkan kepalanya tidak ada, dan tadi siang kejadian yang sama terjadi lagi. Sebagai manusia biasa ada perasaan takut yang berlebihan. Mohon doanya agar kami sekeluarga dan semua orang disini tidak pernah lagi mengalami hal seperti ini.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Takut itu fitrah yang diberikan Tuhan pada manusia supaya bisa bertahan hidup (dengan menjaga diri dari bahaya) dan supaya juga takut pada akibat buruk perbuatannya (neraka) hingga menyintai Allah yang menjadi penghidayahnya dengan mengimani dan mengamalkan semua ajarannya secara kaffah atau menyeluruh.

(2). Karena rasa takut ini bisa juga mengarah ke negatif, seperti takut hantu yang tidak semestinya takut, karena hantu tidak akan membunuh manusia dan hanya menakutinya saja, atau takut pada makhluk Tuhan yang menentang hukum-hukum Tuhan ...dan semacamnya, maka ia harus dikendalikan, baik arahnya atau kadarnya.

(3). Mengarahkan takut dan bahkan semua rasa dan perasaaan, seperti takut, cinta, benci, emosi. dan seterusnya, harus dengan akal dan agama.

(4). Sebagaimana sering saya tulis, bahwa akal ini juga hujjah Tuhan kepada kita sebegaimana agama. Karena agama bukan pembuat kebenaran, akan tetapi penguak kebenaran. Dan, akan juga banyak sekali kebenaran yang dapat dikuakanya dengan profesional, tanpa fanatik, tanpa kecenderungan rasa/perasaan dan dengan dalil yang gamblang. Memang, yang tidak diketahui akal lebih banyak dari yang diketahuinya. Karena itulah datanglah agama. Tetapi karena agama tidak hanya membahas yang tidak diketahui akal, artinya juga membahas yang diketahui akal, maka sudah tentu akan banyak sekali persamaan dalam obyek yang dilihat oleh akal dan agama.

(5). Walhasil, untuk mengobati rasa takut yang tidak terarah atau tidak terkadar dengan baik, maka harus mengerahkan ilmu-ilmu akal dan agama secara lapang. Jangan seperti layaknya orang yang beriman kepada sebagian agama dan mengingkari sebagian yang lain.

(6). Setelah penyadaran diri akan apa yang dihadapi, dan sudah dapat diketahui pula arahnya harus kemana dan/atau kadarnya harus berapa, maka dengan lapang pula harus diaplikasikan karena Allah.

(7). Cara-cara aplikatif yang efisien adalah memeranginya dari dalam juga dengan mengarahkan akal. Yakni setelah ketemu hakikat masalahnya, misalnya bahwa hantu itu hanya bisa menakuti, maka takut tersebut diperangi dari dalam. Misalnya jangan lari di tempat-tempat kita merasa takut hantu. Tetapi kalau takut adanya harimau atau pembunuh, maka sudah tentu harus lari, atau lari sambil mempersiapkan diri dengan ketenangan yang lapang. Jangan sampai ghopoh- ghopoh atau tegang karena bisa membuat kesalahan yang fatal dan membuat diri kita celaka.

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar