﷽
Seri tanya jawab Karim Kardi dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 3:50 pm
Karim Kardi mengirim ke Sinar Agama: (12-4-2013) Salam..ustadz mau nanya, bagaimana pandangan/ hukumnya belajar reiki tummo menurut AB? Termasuk di dalamnya adalah teknik membuka hati agar semakin merasakan keagungan kasih Tuhan dan teknik penyembuhan penyakit sendiri melalui energi reiki, ilmu ini bisa diikuti oleh semua agama. Apakah kenikmatan hati ketika meditasi itu salah atau bagaimana tadz? ? Mohon pencerahannya. Jazakumullah.
Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:
1- Secara global yang kita tahu tentang reiki ini adalah pengobatan yang memakai kekuatan ruhani yang diistilahkan juga dengan energi yang penyalurannya lewat tangan.
2- Penemu pengobatan ini adalah Mikao Usui, seorang pendeta Budha dari Jepang pada tahun 1922.
3- Ia menemukan hal tersebut setelah melakukan puasa tiga minggu di sebuah gunung.
4- Secara ilmiah, sampai sekarang belum terbukti adanya energi yang dipindahkan dari alam ke orang sakit melalu dokter atau tabib penyalur reiki ini.
5- Islam biasanya hanya menerima dari agama lain, apa-apa yang bersifat teknologi sekalipun dari orang kafir hingga karena itu Nabi saww bersabda :
“Tuntutlah ilmu walau ke negeri China”.
Tentu saja hadits ini akan dibrangkaskan wahabi karena jangankan teknologi tinggi, sepeda pancal/engkol saja dihukumi sebagai kendaraan syethan. Tapi tentu saja, selain senjata. Karena bagi mereka, senjata dari kafir itu wajib mereka miliki untuk melakukan pembunuhan dan teror bagi semua rakyat yang musyrik supaya mereka (wahabi) bisa kawin bersanding dengan bidadari di Surga.
6- Untuk ajaran yang berbau batin dan kejiwaan serta ruh, maka Islam sudah memiliki ajarannya sendiri yang mengajarkan sesuai dengan tujuanhidup manusia yang, sudah tentu membawa kepada keAgungan dan ketaatan pada Tuhan.
7- Islam terlalu tinggi ajaran ruhaniahnya. Hingga jabaran filsafat tentang apapun yang diajarkan Islam tentang hal-hal yang berhubungan dengan keruhaniahan manusia, sebegitu luasnya ditulis dan, yang belum diketahuinyapun masih jauh lebih banyak dari yang diketahuinya.
8- Saya sudah sering menjelaskan bahwa meningkatkan ruhaniah ruh atau jiwa manusia ini, bisa dengan berbagai cara. Bisa dengan cara taatpada Agama dan bisa dengan cara-cara lain yang membatasi aktifitas ruh kepada hal-hal badani dan materi. Karena itu, konsepnya: “Semakin kurang hubungan, kesukaan dan keterikatan ruhani pada badani dan materi, maka akan semakin kuat pula keruhaniahannya.”
9- Karena itu, saya sering membagi kekuatan batin ini menjadi dua: Kesaktian dan Karamah. Kesaktian adalah kekuatan batin yang didapat dengan dicari dan diusahakan, baik dengan cara yang Islami yang sudah benar seperti shalat dan puasa, atau dengan cara-cara seperti bertapa dan apapun juga yang intinya dapat mengurangi aktifitas ruh dengan badan.
Sedang Karamah adalah kekuatan batin yang didapat tanpa diupayakan, tanpa diminta dan juga tidak pernah dipakai kecuali memang ada benar-benar ilham dari Allah.
10- Kekuatan batin selain yang karamah itu, akan sirna setelah mati. Karena niatnya memang untuk mendapatkan kekuatan tersebut, baik dengan cara halal atau haram, yakni dengan cara Islami atau tidak Islami. Jadi, ketika semua ibadah Islaminya, atau semedi Budhisnya, dilakukan dengan niat untuk mendapatkan kekuatan itu di dunia ini, maka sudah tentu di kuburan dan akhirat, tidak akan kebagian. Karena setiap amalitu tergantung niatnya (innama al-a’maalu bi al-niyyah). Kalau dengan mati saja sudah sirna, maka tentu saja di kuburan dan akhirat, ia tidak akan pernah ada.
Beda dengan Karamah yang didapat karena semata-mata karunia Allah untuk memanjakan hambaNya dengan karuniaNya. Hamba ini, tidakakan pernah melirik karamahnya itu kecuali hanya kepada pemberinya. Seperti kalau kita dikasih bunga oleh kekasih, maka kita senang menerima bunganya itu tapi karena pengetahuan kita atas perhatian yang kita cinta itu. Jadi, bunga itu layu atau tidak, tidak menjadi perhatiannya sama sekali secara substansi.
Memang, bisa saja bunga itu dirawat, tapi semata-mata karena mengenang dan menghormati yang dicintainya itu. Begitu pula dengan karamah ini. Ia tidak akan pernah memakainya di depan masyarakat karena Allah tidak menganjurkannya dan, sudah tentu karamah itu hanya dijadikannya semacam sapu tangan kenangan dari Sang Yang Kuasa itu.
11- Dilihat dari filsafat dan hakikatnya, ruh dapat dikuatkan dengan cara apapun, baik Islami dan tidak Islami seperti reiki ini.
12- Dilihat dari boleh tidaknya, perlu kepada penelitian benar dan tidaknya dari kaca mata lahiriahnya. Dan karena reiki ini mengajarkan teori energi seperti Yoga yang ada pada manusia dan alam, maka apa yang dimaksudkannya. Kalau energi ini maksudnya daya panas, maka semua orang dan bahkan agama, dapat menerimanya. Tapi kalau lebih dari itu dimana hal tersebut dapat dirasakan dari pelajaran Yoga atau Reiki ini, maka hal itu jelas tidak bisa diterima. Yang dapat kita pahami dari dua ajaran energi ini, salah satunya, adalah pengambilan energi alam yang disalurkan melalui olah batin baik untuk kepentingan diri sendiri atau untuk menolong orang lain.
Hal seperti di atas ini, tidak bisa diterima akal karena memang tidak ada pembuktiannya sama sekali. Karena itu, syariat juga tidak akanpernah bisa meloloskannya sebagai ilmu dan yang benar dan, karenanya harus dihindari.
13- Mungkin ada yang bertanya:
“Kalau ia tidak benar, lalu mengapa bisa benar-benar mengeluarkan kekuatan diri atau penyembuhan?”
Jawabnya: Hal itu bukan dari energi yang diyakininya, baik energi diri atau alam. Akan tetapi ia merupakan kekuatan ruh itu sendiri.
Saya sudah sering menjelaskan dimana ulangannya di atas itu bahwa kapan saja ruh yang non materi itu dikurangi hubungannya dengan hal-hal badani dan materi seperti makan dan minum, maka ia akan lebih kuat dari sebelumnya. Persis seperti olah raga yang mengolah raga, maka olah batin juga mengolah dan menguatkan batin. Dan penguatan batin, adalah dengan mengurangi hubungannya dengan lahir/badani/materi.
14- Kalau kita menggunakan tenaga ruh tadi dan tidak memakai reiki atau yoga, tapi memakai cara-cara Islami, seperti puasa, shalat, dzikir, dan lain-lainnya, apakah boleh? Jawabannya adalah boleh. Tapi selama tidak masuk ke dalam sihir. Yaitu pemfokusan pada obyek manusia/seseorang untuk mempengaruhi jiwa/ruh atau badannya. Tapi ingat, ini yang saya sering sebut dengan karamat yang dicari yang,sudah tentu saja tidak akan bisa dibawa mati dan, apalagi ke akhirat.
15- Apakah Islam menentang ketenangan hati yang diajarkan dalam reiki atau semedi yoga itu? Jawabannya jelas Islam justru yang sangat menekankan ketenangan batin. Tapi ketenangan batin untuk mendapat kehidupan abadi, yaitu akhirat, bukan ketenangan sekedar untuk mendapatkan kekuatan batin dan kesehatan.
16- Atau apakah Islam menentang kesehatan? Jawabannya sudah tentu tidak menentang kesehatan. Tapi kesehatan yang tidak dijadikan tujuan dan niat dalam kehidupan. Kalau kesehatan tersebut dijadikan segala-galanya dan idola dalam perbuatannya, yakni diniatkannya, maka Islam sangat-sangat tidak menganjurkannya sama sekali walau, mungkin membolehkannya seperti orang yang olah raga hanya untuk sehat badani, bukan untuk taat padaNya.
17- Apakah ketenangan abadi itu tidak bisa dicapai dengan reiki dan yoga itu? Jawabannya tidak bisa karena niatnya untuk tenang dan sehat di dunia ini. Bukan seperti puasa, shalat ..dan seterusnya...yang untuk akhirat dan keridhaanNya sekalipun berefek sehat kepada badan di dunia ini.
Jadi, melakukan sesuatu untuk dunia tidak akan mendapatkan bagian akhirat, tapi melakukan kepentingan akhirat, sudah tentu akanmendapatkan kebaikan dunia juga. Tapi kalau hikmah dunianya ini yang dicarinya dan diniatkannya, maka di akhirat juga tidak akan mendapatkan hikmah atau barakahnya.
18- Lagi pula, kalau memang untuk kepentingan akhirat, lalu mengapa tidak memakai sistem dan ajaran yang diajarkan oleh pemilik dunia-akhirat itu sendiri?
Kesimpulan:
Dengan semua uraian di atas itu dapat dikatakan:
“Memakai cara manusia yang tidak ketahuan juntrungan batinnya itu, dan meninggalkan ajaran yang diajarkan kanjeng Nabi saww yang merupakan wakil Tuhan Pemilik Dunia-akhirat itu, maka jelas tidak bisa dikatakan sebagai pencari kebaikan, ketenangan dan kesehatan akhirat.”
Karim Kardi: Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad....lengkap dan jelas Tadz..... oya tadz.. bagaimana kalo dengan reiki ini membuat sholat dan do’a lebih: khusuk dan dzikir lebih nikmat? Apakah ini hanya tipuan syetan ? Afwan kembali tanya untuk lebih meyakinkan hati.
Mohon do’a antum agar kami yang awam ini tidak terpisah dari jalan Rosul dan Makshumin.Saaw.
Sinar Agama:
Tambahan:
Kemarin memang mau ditulis tentang ketenangan yang dicapai dengan cara-cara seperti mendengar musik, yoga, fokus pikiran alias tapa atau penenangan jiwa seperti reiki ini. Yaitu:
Penentu terhadap hakiki atau tidaknya sesuatu yang terjadi pada jiwa/ruh kita, adalah sesuai akal atau tidaknya. Yakni sesuai dengan kebenaran hakiki atau tidak alias sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya atau tidak. Dan kebenaran hakiki itu, adalah kebenaran yang tersusun rapi dalam silsilah sebab akibat terutama “Sebab Tujuannya”. Seperti tujuan penciptaan alam ini untuk apa, tujuan penciptaan manusia itu untuk apa.
Sedang dari sisi akal-nya, yang dimaksudkan adalah akal-gamblang atau akal-argumentatif- gamblang.
Di lain pihak, akal-gamblang sendiri mengatakan bahwa banyak sekali kerincian-kerincian yang tidak dapat dijangkau untuk dimengerti dengan akal demi mencapai “ sebab tujuan” itu. Karena itu, akal-gamblang ini sendiri, dengan akal-gamblangnya mengatakan, bahwa manusia ini memerlukan agama yang membimbingnya pada kerincian-kerincian itu agar dapat mencapai “sebab -tujuan” tersebut.
Akan tetapi, tidak sedikit juga, terkhusus dalam garis-garis globalnya kehidupan dan semesta, akal-gamblang dapat mengerti dengan argumentasi gamblang, hakikat-hakikat kebenaran yang bisa dijadikan untuk mencapai “sebab-tujuan” itu. Seperti mengerti dengan argumentatif gamblang/mudah, bahwa alam ini ada penciptanya. Penciptanya semestinya tidak terbatas. Penciptanya pasti sumber segala kebaikan hingga sangat kontras kalau penciptaan ini tidak ada tujuannya. Tujuan hidup yang tidak abadi ini, sudah pasti kebaikan abadi. Kebaikan abadi itu harus ditempuh dalam program terpadu seindah paduan susunan alam semesta ini. Akan tidak dapat mencapai kerincian-kerincian terpadu itu hinggakarena itu akal sendiri mengatakan bahwa akal ini memerlukan agama yang membimbingnya mengerti yang rinci dan terpadu itu sebelum kemudian menjalaninya (seperti shalat dengan cara-caranya, puasa dan cara-caranya, haji dan cara-caranya, menolong orang dan cara-caranya, berbuat baik dengan cara-caranya, berakhlak mulia dengan cara-caranya yang disebut fikih,......dan seterusnya).
Dengan semua penambahan keterangan di atas ini, dapat disimpulkan bahwa:
- a- Apapun yang bersifat tidak memiliki tujuan abadi (seperti akhirat), maka ia bagian dari dunia ini dan, karena itu, umurnya tidak akan melebihi hitungan hari saja. Dan yang bersifat dunia ini, sudah pasti bukan tujuan dari hidup akal dan manusia serta alam semesta ini sendiri.
- b- Apapun yang tidak bersifat argumentatif gamblang, maka ia tidak akan pernah dapat dijadikan alat menguak hakikat alam ini yang, termasuk tujuannya atau sebab-tujuannya itu. Karena itu, yang tidak benar, tidak akan pernah mengantar mencapai hakikat tujuan penciptaan itu walau, mungkin memberikan efek secara cepat di dunia ini, seperti ketenangan, kesabaran dan kecerdasan. Efek-efek itu, tidak lebih dari kenyangnyaorang sehabis makan dan hilangnya dahaga orang yang habis meminum air. Artinya, sesuatu efek yang tidak mengantarkan seseorang kepada keabadian yang terangkum dalam “sebab-tujuan” itu.
- c- Ketenangan, kesabaran dan kecerdasan duniawi itu, yakni yang tidak sesuai dengan akal- gamblang dan agama itu, dikatakan seperti efek-efek yang diberikan langsung oleh makan makanan dan meminum minuman alias sementara. Mengapa? Karena ia sebenarnya bukan ketenangan yang abadi yang dituntut akal dan agama itu. Karena ketenangnanya tidak ditopang oleh kebenaran yang hakiki dan juga tidak disusun dan dirangkum untuk mencapai ketenangan abadi atau ukhrawi itu. Karena itu, maka ia juga sebenarnya, tidak bisa dikatakan kesabaran dan kecerdasan. Karena kalau mau dikatakan ketenangan, kesabaran dan kecerdasan, semestinya, tenang dan sabar serta cerdas dalam mencari kebenaran hakiki yang terangkum juga dalam berbagai susunan cara dan metode untuk pencapaian tujuan hidup abadi itu. Jadi, yang menyimpang dari kebenaran argumentatif dalam menguak hakikat alam semesta dan manusia dan, tidak tersusun dalam metode pencapaian yang abadi itu, maka jelas ia bukankebenaran yang hakiki dan, kalaulah memberi efek, maka ia bersifat sementara dan duniawi semata.
- d- Sebenarnya, dengan kalimat-kalimat yang disusun di poin-poin di atas itu, terutama poin c, saya bermaksud mengajak antum kepada bahasan yang bisa mencerahkan kebenaran sesuatu tanpa ditakuti dengan penakut-penakut dari agama atau akhirat. Jadi, sebenarnya, setelah memahami segala argumentatif di atas itu, yang diwakili hanya dengan akal itu, karena akal ini juga mengatakan bahwa ia perlu kepada agama, maka dapat dikatakan:
“Apapun yang tidak didukung akal-gamblang dan yang tidak didukung agama yang dipahami dengan akal- gamblang juga, maka ia pasti bersifat dunia dan tidak abadi hingga karenanya, harus diabaikan dan mengganti agenda hidup ini dengan mencari kebenaran-kebenaran hakiki yang dicapai akal gamblang dari alam semesta ini dan, terutama agama yang diturunkan Tuhan Sang Pemilik Hikmah dan Kebenaran itu.”
- e- Kasarnya, apapun ketenangan dan kekhusyukan serta kecerdasan, yang dicapai tidak diatasdasarkan pada kebenaran akal-gamblang tentang alam dan agama, maka ia adalah fatamorgana yang kemampuannya hanya memberikan kebahagiaan sementara.
- f- Lebih kasar lagi, ketika sesuatu itu tidak berpijak di atas akal-gamblang tentang hakikat alam yang tersusun rapi termasuk tujuan-tujuannya dan cara-cara pencapaiannya, dan tidak berpijak pada pemahaman akal-gamblang tentang agama yang bersumber dari Yang Maha PandaiTerhadap Hakikat Alam dan Manusia Serta Tujuan-Tujuan Penciptaan Keduanya, maka sudah pasti KHAYALAN BELAKA yang, kemampuannya hanya hiburan sejenak.
- g- Konsekuensi dari semua itu, maka apapun ketenangan dan kesabaran serta kecerdasan yang dicapai dengan tidak di atas jalan benar dilihat dari susunan alam dan agama yang keduanya dipahami dengan akal-gamblang, berarti bukan ketenangan, bukan kesabaran dan bukan kecerdasan yang, sudah tentu harus diabaikan dan menggantinya dengan pencarian terhadap kebenaran argumentatif gamblang.
- h- Karena itu, bagi yang sudah mencapai ketenangan, kekhusyukan, kesabaran dan kecerdasan- kecerdasan di atas, yakni yang tidak melalui kebenaran hakiki sesuai akal-gamblang yang dipahaminya dari susunan semesta (yang sudah tentu termasuk susunan alam semesta ini adalahadanya tujuan penciptaan dan adanya cara-cara yang tersusun rapi untuk mencapainya) dan agama, harus dihancurkan lagi karena hanya tipuanfatamorgana. Jadi, jadilah tidak tenang lagi, gelisah lagi, tersiksa lagi, tidak enak makan lagi, gusar lagi, tidak cerdas lagi, ............... dan seterusnya....supaya dapat bangun dari candu khayalannya itu dan dapat mencapai yang sebenarnya. Sebab kalau terlena dengan tenangnya itu, sabarnya itu, cerdasnya itu, khusyuknya itu.............maka pasti akan celaka. Karena begitu umur menjemput dan ruh sudah dapat menataphakikat-hakikat akal-gamblang yang hanya bisa dipahami sewaktu hidup (dimana ia menghindari pencariannya di waktu hidup dan menggantikannya dengan kebenaran tidak hakiki seperti reiki, yoga, musik...dan seterusnya..itu), dimana pemahaman ruh itu sekarang menjadi hakiki karena sudah tidak dihalangi materi badaniahnya, maka kala itu ia akan tahu bahwa tenang, cerdas, sabar dan khusyu’ yang dimilikinya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan akal-gamblang dalam memahami alam dan agama itu, sebenarnya, bukan kesabaran, bukan kecerdasan, bukan ketenangan dan bukan pula (kekhusyukan.
- i- Tambahan penjelasannya:
- - Ketika akal dan agama yang dipahami dengan akal gamblang mengatakan dan memerintahkan manusia untuk mencari kebenaran yang hakiki tentang alam yang tersusun rapi dimana termasuk sebab-tujuannya dan cara-cara pencapaiannya yang kalau diringkas menjadi ilmu yang benar tentang alam dan agama, tapi ia tidak menerimanya dan mengambil jalan-jalan pintas seperti reiki, yoga dan musik dan semacamnya, maka ini jelas bukan kesabaran, bukan kecerdasan, bukan ketenangan dan bukan kekhusyukan. Jadi, semuanya itu, sebenarnya hanyalah khayal yang beraneka ragam, kadang berupa kecerdasan, kadang berupa kekhusyukan, kadang berupa kesabaran dan ketenangan. Jadi, HANYA BERKHAYAL CERDAS, KHUSYUK, TENANG DAN SABAR.
- - Karena itu, jadilah gusar dan tidak sabar serta tidak cerdas dan tidak khusyuk ala khayalannya itu. Semua ini supaya bisa bangkit dan merevolusi diri hingga mendapatkan kebenaran hakiki yang tersusun lengkap itu. Jadi, menjadi gelisah, tidak sabar, tidak khusyuk dan tidak tenang bagi orang-orang yang sudah menjalani khayal-khayal itu, merupakan keharusan. Karena ia sebenarnya kan tidak cerdas, tidak sabar, tidak tenang dan tidak khusyuk???!! Jadi, jadilah kebalikannya supaya ada revolusi diri dan mampu menepis segala tipuan yang menghalanginya mencari kebenaran hakiki yang tersusun rapi sampai pada pemahaman sebab-tujuan dan cara-cara pencapaiannya itu.
Kalau antum dan teman-teman memahami tulisan-tulisan di atas itu, maka ketahuilah bahwa ia dengan ijin Allah, sebenarnya banyak mengandungi jurus-jurus hidup yang menggeliat dengan daya penghancur dan membangunnya. Yakni penghacur terhadap khayalan-khayalan yang telah menelan jutaan atau milyaran korban dan, memberi daya pendorong secara profesional penuh kesadaran, untuk membangun apa-apa yang semestinya dibangun setelah penghancuran itu. Ringkasnya, semoga Tuhan mengampuniku dalam mengatakan nikmatNya ini (dan semoga bukan khayalan nikmat), ia termasuk hiriz-hiriz yang perlu dilestarikan dalam diri. Karena ia, salah satu intisari dari apa-apa yang telahdijabarkan akal-gamblang yang selalu diinayahkanNya kepada para ahli hikmat dan juga, yang telah dijabarkan oleh para nabi as dan washi as yang telah dipahami dengan akal-gamblang.
Ya Allah, syukur padaMu yang telah tidak bosan-bosannya memberikan kesempatan kepada kami semua untuk terus bangkit memperbaiki diri. Semoga pada akhirnya, kami semua dapat memeluki ampunan dan ridhaMu, dengan mensyukuri semua nikmat ilmu ini dengan aplikasi yang sangat tinggi, ketat, santun dan di atas pijakan profesionalisme dan keikhlasan tanpa batas, amin.
Karim Kardi: Allahu akbar walillahil hamdu....Bismillaah ma’as sholawat....semoga Allah memberi yang terbaik bagi ustadz Sinar Agama atas jawaban yang sangat dalam..menyentuh dan membangunkan akal dan membuyarkan tipuan....bi Haqqi Muhammad wa ali Muhammad .... astaghfirullah.
Mata Jiwa: Maaf pak ustadz, no 12 di atas : daya pasas....pasas itu apa ya pak ustad ? saya gak ngerti, mohon arti pasas-nya...
Mata Jiwa: Saya mohon koreksi pak ustadz, sebelum membaca-baca tulisan, agama serasa sangat mudah, tapi setelah banyak membaca, usai membaca menjadi serasa sulit.
Sang Pencinta: MJ : Setahu saya tentang reiki, maksud ustadz itu pasas>panas
Mata Jiwa: oooo...gituuuuu.....dari tadi bingung..kirain istilah apaaa gitu...makasih mas akhi bro...!
Sang Pencinta: Semoga manfaat,
http://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/kabah-langit-dan-bumi-dn-pandangan-thp-yoga- dan-energi/494118627304715
Ka’bah Langit dan Bumi dan Pandangan terhadap Yoga dan Energi
Ka’bah Langit dan Bumi dan Pandangan terhadap Yoga dan Energi
April 3, 2013 at 8:18am
Bismillaah
Bismillaah
Sofyan Hossein:
Assalaamu alaikum wr wb ustadz.. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmatNya kepada ustadz.. amin.. Ingin bertanya : Apakah di Langit juga ada Ka’bah layaknya ka’bah kita di Makkah al Mukarramah??
Sempat membaca artikel bahwa Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat. Mohon Pencerahan.. Jazakumullah khairan katsiraan ustadz ^_^
Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:
1- Di langit itu jelas ada pusat seperti Ka’bah. Karena perintah tawaf di Ka’bah itu justru meniru tawafnya malaikat di ‘Arsy tujuh kali hingga mereka bisa kembali ke maqam aslinya setelah “semacam” memprotes Tuhan dengan halus ketika mau menciptakan khalifah di bumi.
2- Tapi ‘Arsy atau semacamnya itu, sudah tentu bukan materi. Tapi bisa saja memiliki tajalli seperti keabadian Tuhan yang bertajalli dengan lingkaran yang tanpa ujung itu.
3- Hati-hati dengan mafia materialis yang ingin membawa urusan non materi yang diajarkan dalam agama, kepada materi. Salah satu kecurigaan saya terhadap Black Hole itu, juga untuk mematerikan akhiratnya kaum muslimin yang ada dalam Qur'an.
4- Kalau ada grafitasi Ka’bah yang memang merupakan dataran pertama setelah sebelumnya bumi ini berupa air, dimana karenanya menjadi pusat bumi, semua itu adalah materi dan, hanya merupakan tajalli dari alam non materi.
Sufyan Hossein: tentang Ka’bah yang memancarkan gelombang elektromagnetik yang berasal dari energi manusia yang beribadah di sekitar ka’bah. Karena tubuh manusia merupakan kumpulan bio elektron yang selalu berputar-putar di dalam orbitnya di setiap atom-atom penyusun tubuh manusia.. Dengan kumpulan elektron dari tubuh manusia yang thawaf dan beribadah di sekitar ka’bah, ditambah hajar aswad yang mempunyai memiliki daya hantaran elektromagnetik yang sangat tinggi dan berfungsi sebagai konduktor listrik yang baik, mengingat- kan kita pada suatu kaidah yang disebut Kaidah Tangan Kanan.
Kaidah Tangan Kanan mengatakan :
Jika ada sebatang konduktor (logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam, maka di konduktor itu akan muncul medan gelombang elektromagnetik yang mengara ke atas. Hal ini, dalam Kaidah Tangan Kanan, digambarkan dengan sebuah tangan yang menggenggam empat jari, dengan ibu jari yang tegak ke arah atas. Empat jari yang menggenggam itu digambarkan sebagai arah putaran arus listrik, sedangkan ibu jari itu digambarkan sebagai arah medan elektromagnetik.
Sehingga ketika ada jutaan orang berthawaf mengelilingi Ka’bah, dan ketika seluruh mu’min shalat menghadap ka’bah, seperti ada sebuah arus listrikyang sangat besar berputar-putar berlawanan dengan arah jarum jam mengitari Ka’bah..
Di tengahnya, di Ka’bah khususnya lagi di Hajar Aswad makan terjadi medan elektromagnetik yang mengarah ke atas, sesuai dengan kaidah fisika Tangan Kanan diatas.
Lalu apa fungsi medan elektromagnetik yang mengarah ke atas tersebut, dan apakah medan elektromagnetik tersebut mengarah ke Ka’bah Langit atau Arsy’Nya Allah??
Sinar Agama: Sufyan: Bahasa energi itu berasal dari ajaran Yoga. Saking pandainya para Yogawan itu menerangkan kebenarannya sesuai dengan bahasa modern dan teknologi, maka tidak jarang orang-orang wahabipun banyak ikut tarikat-tarikat bela diri dan pengobatan energi, padahal sebelum kelompok paling nomer satu dalam mengkhurafatkan takhayyul-takhayyul itu (bagi pendapat mereka sebelumnya). Saya punya teman, tokoh Muhammadiah, tapi uwwah, karena kena kibulan energi ini, dia bukan hanya berubah dari prinsip khurafatnya, tapi malah jadi dukun yang bahkan ngobati orang dengan energi itu bahkan sekalipun orangnya jauh dari tempatnya.
Jadi, jangan terpancing kepada ajaran Hindu yang salah satunya ajaran energi yang ada di Yoga itu. Dan jangan terpengaruh pada kibulan para teknolog yang sering mencampur teknologi dan puisi hingga keluar dari teknologi itu sendiri dan keluar pula dari puisi dan agamanya.
Kita diajarkan Tuhan untuk melakukan ibadah hanya dan hanya untukNya. Kita tidak boleh perduli dengan apa-apa yang menyimpangkan kita kepada selainNya, apakah itu kesaktian, karamat atau -dengan bahasa yang mau mematerikan non materi- energi.
Ajaran energi ini sangat kejam mencabik-cabik Islam dari dalam seperti wahabi yang mencabik- cabik agama selama ini. Kalau wahabi dengan penentangannya, tapi kalau ajaran energi ini dengan dukungannya. Para petapa Hindhu pada ketawa terbahak-bahak, karena kaum muslimin hanya tinggal lahiriahnya saja dalam ibadahnya, yaitu menghadap Ka’bah, tapi keyakinannya sudah milik Hindu yang mengajarkan energi. Mereka tertawa, karena muslimin sudah tinggal kepompong saja.
Sinar Agama: Saya juga teringat pada teman china yang jadi muslim. Dengan meyakinkan dia katakan bahwa mustahil shalat jamak seperti yang ada di Syi’ah ini, dapat dibenarkan. Karena energi matahari itu memuncak di kala zhuhur dan mati di waktu ashr. Sayapun, senyum-senyum mendengarkannya tanpa bisa berbuat apa-apa, karena dia dengan keyakinan penuh yang menurut saya, tidak akan ada gunanya menasihatinya alias tidak mungkin bisa terpengaruh sedikitpun. Jadi, syarat amar makruf dan nahi mungkarnya sudah tidak ada lagi alias sudah tidak wajib lagi secara fikihnya.
Teringat juga seorang muslim yang china yang sekalipun sudah Syi’ah, masih saja mengajarkan ajaran energi “im” dan “yang” yang mau ditafsirkan kepada Jalal dan Jamal mirip seperti Tangan Kanan dan Kiri itu.
Walhasil, lama-lama mukjizat para nabi as dan karamat para aulia, berputar-putar di teknologinya barat, materialisnya wahabi dan energinya Hindu.
Boleh saja air dan alam terpengaruh dengan ruh orang shalih, secara materi yang tidak nampak mata yang, barangkali mau dikatakan energi-yoga atau aliran listrik-teknologi atau apa saja, tapi Islam tidak mengajarkan manusia untuk bercikutat di materi walau tidak dapat dilihat mata karena halus dan kecilnya.
Kalau shalat yang ada rukuk dan sujudnya itu menyehatkan badan, kalau puasa itu menyehatkan badan, kalau tawaf dan apa saja ibadah itu mengeluarkan energi atau listrik, kalau Qur'an dan do’a-do’a itu mempengaruhi susunan sel-sel alam, ..............dan seterusnya....semua itu hanya dan hanya materi. Itupun kalau penemuannya itu sudah benar. Artinya, merupakan hikmah-hikmah yang tidak diajarkan dalam agama untuk difokus dan dicitakan dan bahkan untuk dibayangkan sekalipun. Nggak ada ajaran Islam yang menyuruh kita berfikiran sehat manakala sedang rukuk dansujud. Tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan bahwa kita boleh berfikir sehat atau diet kala berpuasa. Ini yang sudah jelas benarnya dari sisi hikmat materi dari ibadah yang bertujuan non materi (baik Allah, iman atau surga). Apalagi yang tidak jelas seperti energi hingga didapat ajaran Islamnya yang mengajarkan bahwa kita sedang menumpuk energi manakala shalat di waktu- waktu tertentu dan menghadap ke kiblat atau hajaraswad............................dan seterusnya.
Kalau para nabi as dan aulia as/hf mengajarkan bahwa lebih afdhal untuk tidak mencari selain Allah dan jangan mencari surga, lah ....malah mau cari energi yang hanya dan hanya, bersifat materi dan dunia walau, tidak dapat dilihat mata karena kecilnya (disamping belum tentu benarnya).
Ajaran Yoga ini sudah sampai menjarah daerah tertinggi ajaran Islam yang diistilahkan dengan ilmu Irfan itu. Bayangin, Irfan yang mengajarkan kesyirikan kalau menyukai apapun selain Tuhan sekalipun surga, karamat dan mu’jizat karena semua itu adalah TajalliNya saja dan bukanlah sesuatu yang wujud nyata, lah .....si mas Yoga ini malah mengatakan bahwa Jamal dan Jalal itu adalah “Im” dan “Yang” atau “Yan”. Kalau wahabi hanya pandai mengobrak abrik kuburan, tapi mas Yoga ini sudah mengobrak-abrik makrifatullah dan paling tingginya ajaran Islam.
Kalau wahabi kacau dalam memahami hadits “Jangan jadikan kuburan itu sebagai masjid” dengan mengatakan “tidak boleh ibadah di kuburan”, tapi mas Yoga ini kacau dalam memahami inti dan hakikat seruan Islam yang setidaknya ke surga yang non materi dan apalagi ke yang lebih tinggi yaitu Allah itu sendiri, menjadi materi semuanya yang, disebutnya energi.
Wahabi sengaja tidak mau baca hadits-hadits lain yang mengartikan makna hadits pertama di atas itu, karena memang hobi dan karakternya menjadikan pandangannya itu sebagai agama hingga mengagamakan pandangannya dan tidak memandangkan diri dengan agama, maka mas Yogaini juga seperti itu, yaitu karena hobi dan karakternya kepada kekuatan materi tidak kasat mata yang berada di balik materi kasat mata ini hingga mengenergikan semua ajaran suci Islam yang mesti dibersihkan dari berbagai pamrih dan riya’, dan bahkan menggembar-gemborkan ajarannya yang mengajarkan bahwa ibadah-ibadah itu alat yang dapat menumpuk segala kekuatan energi dimana hal ini adalah keriya’-an dan pamrih yang nyata. Mereka sebegitu canggih dan gencarnya mengajarkan ajarannya itu hanya dengan modal yang sangat sederhana, yaitu mengganti kata- kata lama yang dikenal dengan katakanlah “tenaga dalam”, dengan kata yang lebih trendi dan untuk masa teknologi ini, yaitu “Energi”.
Sebagaimana kita tidak boleh shalat untuk sehat walau shalat itu menyehatkan badan secara pasti dan benar-benar terbukti, maka kalaulah energi ini benar, maka sangat-sangat tidak boleh seseorang memperhatikannya dalam segala ibadah dan dalam kehidupannya. Bahkan, sebagaimana mengajak dan mengajarkan kesehatan dengan melakukan shalat itu sebagai suatu ketabuan akal dan agama, maka begitu juga membahas energi di kehidupan kita ini. Beda kalau orang mau membahas hikmah-hikmah ibadah. Tapi itupun harus dengan yang sudah pasti terbukti benar dan, sudah tentu tidak membuat tarikan kepadanya hingga manusia kehilangan keikhlashannya kepada Allah dan agamaNya. Jadi teringat pada satubintang film wanita Indonesia yang dengan gamblang berkata di media, bahwa dia diet dengan cara berpuasa senin kamis.
Tambahan:
Kalau Nabi saww mengatakan: “Jangan jadikan kuburan itu sebagai masjid (atau mushalla di hadits yang lain)”, maksudnya masjid dan mushalla ini adalah arah sujud, bukan masjid/mushalla yang berarti tempat ibadah sekalipun juga memiliki makna tersebut. Karena itu, beribadah di kuburan tidak masalah sama sekali dan sudah dilakukan sejak di jaman Nabi saww dan setelahnya yaitu, pada jaman shahabat, tabi’iin dan...dan seterusnya sampai sekarang. Hal ini, sangat mudah dipahami karena banyak hadits yang menerangkan maksud hadits di atas itu, seperti sabda Nabi saww berikut ini:
لا تصلُّوا إِلَى الْقبوِر ولا تجلِسوا علَيـها
“Jangan shalat menghadap ke kuburan dan jangan duduk di atasnya.” (shahih Muslim hadits ke: 1614 dan 2295).
Jadi, maksud masjid dan mushalla itu adalah arah shalat sebagaimana para kafir jahiliyyah yang mengarah pada kuburan kalau beribadah, atau seperti yang beribadah mengarah ke salip atau patung Budha misalnya.
By the way Wassalam.
Sinar Agama: Mata: Benar yang dikatakan Pencinta, yakni energi yang diambil dari tenaga atau daya panas, seperti panasnya matahari dan semacamnya.
Sinar Agama: Pencinta, terima kasih bantuan selalunya, semoga diterimaNya, amin. Wassalam.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar