Selasa, 26 November 2019

Kontradiksi-Kontradiksi Isi Buku Syi’ah Menurut Syi’ah

7. Kontradiksi-Kontradiksi Isi Buku Syi’ah Menurut Syi’ah

https://www.facebook.com/notes/teguh-ibnu-suhedi/kontradiksi2-isi-buku-syiah-menurut-syiah/10152635709793937


Anggelia Sulqani Zahra: Penolakan Hadis Ghadir Khum

Halaman 301 Tanggapan :

Begitu pula setelah pengankatan Abu Bakar yang berlangsung di Saqifah, Ali menolak memberikan baiat selama kurun waktu enam bulan dari pembaiatan Abu Bakar tersebut. Enam bulan adalah sebuah waktu yang cukup panjang. Dalam kurun waktu itu, Ali tak henti-hentinya membuktikan hak kewaliannya atas umat islam. Peristiwa ini dimuat di dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah. (kemudian penulis mencantumkan beberapa kitab hadis tentang hak kekhalifaan imam Ali as ; ASZ)

halaman 302 :

Muhammad Abduh dalam kitab Nahjul Balaghah, Khutbah Nomor tiga, Dr. Subhi Shalih menahkik Kitab Nahj Al-Balaghah tentang surat imam Ali kepada Penduduk Mesir dan kepada Malik Al-Asytar.

Ibnu Qutaibah dalam Al-Imamah wa Al-Siyasah h. 20

Dengan demikian hujjah dan argumentasi Ali dengan hadits Al-Ghadir’ terhadap khalayak dalam menetapkan kekhalifaan dan kepemimpinan atas ummat, adalah adil dan kuat, bahwa maksud kata ‘maula’ dalam hadits Rasulullah Saw adalah keutamaan dalam bertindak dan berbuat dalam masalah-masalah umat dan kepemimpinan..

Sangat bertolak belakang dengan penjelasan dalam buku yang sama (“Syi’ah Menurut Syi’ah” Penulis Tim Ahlulbayt )

Pada Topik Epilog “Tafsir Rekonsiliatif tentang Kepemimpinan Setelah Nabi Halaman 345”
Dalam konteks Nabi sebagai pemimpin, terdapat dua fungsi, yaitu: kepemimpinan vertikal dan kepemimpinan hirisontal. Karena itu, person yang diyakini sebagai pengganti Nabi, mesti diperjelas apakah ia merupakan pengganti Nabi dalam konteks Vertikal ataukah horizontal. Dan Perbedaan Khalifah dan Imamah Point 6. Mekanisme Hal. 348 :’Ali Bin Abi Thalib diyakini sebagai imam dengan proses deklarasi pengangkatan oleh Nabi Saw saat di Ghadir Khum sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt dalam Alquran. Sementara Ali bin Abi Thalib memberikan baiatnya kepada Abu Bakar sebagai pemimpin masyarakat (Khalifah), karena tidak menganggapnya sebagai pemimpin umat. Baiat merupakan kontrak sosial politik. Karena itu pula, Syi’ah tidak mensyaratkan baiat untuk menjadi pengikut Ali (sebagai pemimpin umat). Dalam Syi’ah, baiat memang bukan syarat.

Sekian wassalam..

Khoirul Huda: Praktis agama dengan ritual sakit hati penuh cacian dan laknat dan yang keblinger mencaci maki orang yang sudah mati bisa masuk surga ‘surga-e mbahmu!

Azmy Alatas: Yaelah...kayak gitu aja kagak paham... Tafsir rekonsiliatif itu seolah mau bilang, “ ayo kita tatap keduanya (Syi’ah-Sunni), setelah membaca penjelasan tentang apa itu Syi’ah di depan”.

Makanya baca dari depan sampe belakang, karena buku tersebut berupa narasi, bukan bantah berbantah. Saling terkait dan punya alur.

Pahami tafsir rekonsiliatif sebagai pandangan kesalingpahaman Sunni-Syi’ah, bukan dakwaan kebenaran Syi’ah atas Sunni ataupun Sunni atas Syi’ah.

Neo Hiriz: Sebaiknya buku ini didiskusikan di kalangan terbatas....

Satria Langit: Ini di pestain oleh wahaby takfiri tau.

Azmy Alatas: @neo: biarin aja kita turuti mau nya genk sinar jaya...hehe..

Fahmi Husein: Kesalahannya dimana? Kalau cuman harus membawakan alur cerita secara detail (6 bulan yang lama bla bla bla) itu hak penulis mau detail atau tidak, kecuali ada bukti (riwayat) sebaliknya. Buktinya, Abu Bakar digantikan Umar lalu Usman ya Imam Ali as manut aja.

Fahmi Husein: Nampak sekali kan, kalian tukang pleset, menolak hadits ghadir, emang ada yang mengaku pengikut Ahlulbait as menolak hadits ghadir?? ABI selalu merayakan Idul Ghadir kok!!

Firdaus Said: Iya... Jelas sekali kontradiksinya...

Azmy Alatas: Menurut upin ipin ya kontradiktif...

Fahmi Husein: Iya... Jelas sekali kontradiksinya...

Firdaus Said: Hehehe.... Setidaknya saya faham kontradiksinya ....hehehe.

Fahmi Husein: Kalau saya faham upin ipin-nya, betul betul betul.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih tag-annya.

Itu bukan kontradiksi, melainkan yang satu menafsirkan yang lainnya. Karena yang di halaman-halaman sebelumnya itu adalah mukaddimah bagi halaman-halaman berikutnya. Penjelasan normal, umum dan logisnya seperti ini:
  • a- Di halaman yang menerangkan bahwa imam Ali as membuktikan kebenaran hak beliau as, adalah membuktikan pengakuan imam Ali as. Bukan iman penulis.
  • b- Iman penulis yang saya maksud di sini, BUKAN IMAN DI DADA PENULIS, TAPI DI YANG TERTERA DI BUKU PENULIS.
  • c- Dan penulis, mau membuktikan bahwa dakwa imam Ali as itu ada dan dimuat di hadits-hadits Sunni.
  • d- Apalagi didukung oleh pernyataan penulis tentang Muhammad Abduh dan lain-lain-nya itu yang membenarkan bahwa hadits Ghadir Khum itu adalah benar dan menunjukkan pada makna maula yang berarti: “.....keutamaan dalam bertindak dan berbuat dalam masalah-masalah umat dan kepemimpinan..”.
  • e- Artinya, wahai saudara-saudara Sunni, akuilah bahwa imam Ali as itu lebih utama dari Abu Bakar.
  • f- Paling ekstrimnya, penyimpulan logis dari tulisan-tulisan itu adalah bahwa imam Ali as, adalah Pemimpin.
  • g- Nah, dari sejak atau sekitar halaman 345 itulah, maka kesesatan buku ini mulai unjuk gigi. iNGAT, saya tidak mau menilai orangnya yang barangkali beriman dan wali Allah. Itu urusan mereka. Saya hanya mau membahas tulisan bukunya yang dapat dipahami secara umum, logis dan tidak mengada-ada.
  • h- SAYA ULANGI BAHWA DARI PENULISAN SEBELUM HALAMAN 345 ITU ATAU SEKITARANNYA ITU, MAKSUD PENULIS YANG DAPAT DIPAHAMI SECARA UMUM HANYALAH BAHWA IMAM ALI as ITU ADALAH PEMIMPIN. TIDAK LEBIH TIDAK BUKAN. ARTINYA, BUKAN BERARTI ABU BAKAR TIDAK SYAH DENGAN PERNYATAAN IMAM ALI as ADALAH PEMIMPIN ITU.
  • i- Nah, ketika sampai pada penjelasan PEMIMPIN, penulis menjelaskan bahwa PEMIMPIN ITU ADA DUA FUNGSI, Vertikal dan Horisontal.
  • j- Dalam perjalanan penjelasannya itu, ia masih kadang menukil pandangan Syi’ah. Sudah tentu, dengan banyak hal yang kacau dalam tulisannya. Lihat komentar sebelumnya atau sebelum buku itu resmi terbit atau marak dibahas. Yaitu ketika ustadz ML menulisnya di fb pada 10 September. Dan saya baru menjawabnya pada tgl 25 Oktober lantaran diberitahu bahwa ada tulisan nyeleneh itu.
  • k- Kekacauan tulisannya, sudah saya bahas satu-satu di sana. Yang ingin tahu, silahkan merujuknya. Semakin terus menulis, penulis semakin menunjukkan kesesatannya. Ingat, kesesatan dalam tulisan. Saya tidak membahas orangnya, tapi tulisannya.
  • l- Bagi yang jeli, sudah tahu mau kemana. Sampai akhirnya, betul juga, kecongkakannya tidak ditutupinya lagi, yaitu dengan mencela para tokoh ulama Syi’ah dan Sunni, yang tidak memahami imamah dan khilafah ini. Karena imamah tidak mesti khalifah dan sebaliknya walau bisa saja bersamaan, yakni imam yang juga khalifah. Artinya, imam hanya vertikal dan khalifah adalah horisontal.
  • m- Artinya, apapun yang dinukil benar sebelumnya tentang Syi’ah itu (karena diantara nukilan-nukilan rancunya itu ada benarnya dan ada salahnya) bukan suatu yang benar bagi penulis. Karena itulah, di akhir tulisannya tersebut, yakni yang menyangkut imamah dan khilafah itu, semua ulama dihajarnya habis-habis dengan diolok sebagai GONTOK-GONTOKAN yang tentu karena mengajarkan bahwa imamah itu meliputi keduanya, vertikal dan horisontal. Karena bagi penulis, imamah itu hanya vertikal dan khilafah itu horisontal. Jadi, mengapa gontok-gontokan? Itu logika penulisnya. 
ITULAH MENGAPA SAYA SERING MENGATAKAN BAHWA PENULIS BUKAN HANYA MENCELA ULAMA SYI’AH DAN SUNNI (dalam tulisannya, bukan dalam hatinya yang saya jelas tidak mengetahuinya dan hal itu tidak kita bahas ketika membahas sebuah tulisan), MELAINKAN PARA IMAM MAKSHUM as ITU SENDIRI, YANG TELAH BERJUANG MEMBELA KEHORISONTALAN MEREKA as ITU SAMPAI MENGARBALA. DAN JUGA MENCELA NABI saww YANG TELAH MENGAJARKAN IMAMAH DAN TUHAN YANG MENGAJARKAN KEULILAMRIAN ITU. YAKNI MENCELA DENGAN GONTOK-GONTOKAN.
  • n- Saya tidak akan memperpanjangnya lagi di sini, dan hanya ingin mememberikan garis bawah pada Anggelia, bahwa tulisan-tulisan itu, bukan kontradiksi, tapi saling menafsirkan. YANG PERTAMA ADALAH PENUKILAN SYI’AH DIMANA HAL INI MASIH BERCAMPUR ANTARA BENAR DAN SALAHNYA DAN YANG BERIKUTNYA, MAKNA YANG SEBENARNYA YANG DIINGINKAN OLEH PENULIS. SEMENTARA YANG DIMAKSUKAN JUDUL BUKUNYA KAN SYI’AH MENURUT SYI’AH. INI YANG KITA KATAKAN MENYESATKAN. KARENA PENDAPAT SYI’AH JUSTRU DIHABISI SETELAH PENUKILAN ITU DAN BAHKAN DIOLOK SEBAGAI PENGGONTOK-GONTOKAN LANTARAN MENGAJARKAN TIDAK SEPERTI YANG DIPAHAMI PENULIS TENTANG KEVERTIKALAN IMAMAH DAN KEKHORISONTALAN KHALIFAH.
  • o- Penutup:Teman-teman yang ingin mendiskuikan buku sms itu secara tertutup, maka suruh tarik dulu buku itu dari peredaran. Tapi kalau masih belum ditarik dari umumnya masyarakat, dan itu hak mereka, maka merupakan hak setiap orang untuk membahasnya di medsos. Tidak usah bersembunyi di ketiak wahabi dan perpecahan umat. Karena yang tidak setuju kepada pembahasannya itulah dan apalagi dengan kata-kata penuh penilaian tanpa adu argumentasi itulah, yang sebenarnya perpecahan. Wassalam.
  • p- Tambahan: Teman-teman mesti tahu bahwa penamaan buku itu dengan SMS, bukan dinukilannya yang kadang disampaikan dengan benar dan kadang salah itu, akan tetapi di pendapat penulisnya. Karena maksud dari Syi’ah di buku itu, adalah penulisnya. Karena itulah, maka apapun hujatan kita kepada buku itu, bukan pada nukilannya yang kadang benar itu, akan tetapi pada pendapat penulisnya.
Dan ingat, bahwa kita membahas tulisannya sesuai dengan pemahaman uruf, logis dan tidak diada-ada. Bukan membahas apa dan siapa serta apa keyakinan penulis. Itu urusan batin mereka yang kelak akan dikeluarkan di akhirat sebagaimana dada kita semua.

Fahmi Husein: Wah Firdaus Said jenius berarti, langsung dapat melihat kontradiksinya yang Sinar Agama-pun menyatakan bukan kontradiksi.

Firdaus Said: Nggak sulit kok menerima kritikan.. Kenapa harus bertahan dengan pandangan yang tidak berdalil... Fahmi Husein mestinya antum kalau tidak melihat itu sebagai kontradiksi juga memberikan argumentasi sebagaimana yang dilakukan ustadz... Kan diskusinya tetap berada pada zona ilmiah...

Fahmi Husein: Kalau saya gak sejenius anda,, belum bisa mengatakan kontradiksi-atau tidak, di komen saya diatas malah menanyakan kesalahannya.

Sinar Agama: Fahmi, sayyid. Mengapa antum beberapa hari ini, seperti ini. Emangnya antum ini tidak gelisah seperti ana. Gelisah takut tidak diterima Allah?

Kalau tidak gelisah, yah... silahkan gunakan umur antum untuk hal-hal tak penting. Tapi kalau gelisah seperti saya, maka ayo diskusi yang benar. Pakai dalil dan sambil menangis kepada Allah meminta ampunan dan petunjuk.

Tapi ingat sayyid, harus baca dulu yang sebelumnya kalau mau diskusi, he he... hingga tidak dikhozak khoyal he he...afwan.

Firdaus Said: Alhamdulillah kalau antum jenius... Tidak usah kuatir.. Saya ini pengagum orang-orang jenius.. Kalau antum jenius maka saya juga pengagum antum ...

Fahmi Husein: Dapat kita lihat semua, yang ditanyakan halaman 301 & 302, dari keterangan Sinar Agama, tidak ada masalah (kesalahan ataupun kontradiksi), herannya beliau meloncat ke pembahasan halaman 345 yang isinya tidak ada diatas.. itu bukan “belepotan” namanya??? Jelas yang mau ngikuti pusing duluan..

Sinar Agama: @Firdaus, ahsantum. Semoga antum menulisnya dengan sesuai hati, hingga semangat itulah yang akan mengantar antum padaNya. Karena itu, antum bisa iringi dengan Demi Allah, supaya tambah mantep. Kalau tidak juga tidak masalah.

Sinar Agama: @Fahmi, marilah jangan main keras-kerasan bib. Kalau antum disuruh baca tulisan sebelumnya tidak mau karena tidak ada waktu, mengapa diskusi yang putus-putus seperti ini banyak waktu antum?

Firdaus Said: Iye ustadz insyaAllah.. Demi Allah tidak ada niatan sejak awal untuk melakukan ini hanya untuk gontok-gontok dan musuh-musuhan... InsyaAllah sejak dahulu dan insyaAllah ke depan kita di itrah institut.. Senantiasa menjaga silaturahmi dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan IJABI dan ABI di Sulawesi Tengah...

Fahmi Husein: @Sinar, astaqfirullah al-adzim, afwan, tidakkah antum tahu dengan alfaqir yang selalu mengikuti bahkan seringkali bertanya kepada antum?? Antum alfaqir jadikan rujukan pertanyaan di fb ini. Tapi melihat hari-hari ini IIP yang provokasi dan antum ikut di dalamnya yang juga alfaqir udah ulang-ulang ketidaksetujuan alfaqir antum membahas person (ustadz) atau lembaga.. Mari, ana sangat berterima kasih atas diskusinya dan ajarannya, tapi jangan gunakan cara yang gak betul dong!!! Diskusi hanya isi buku ahlan wasahlan, bukan tau-tau gelambyar ke ustadz-ustadz, yang tau-tau di captur oleh Anggelia Sulqani Zahra, dengan olokannya!!! Jangan mengolok dan membiarkan pengolok di wall-wall kalian agar kalian juga tidak diolok-olok!!!

Sinar Agama: @Fahmi, itulah yang saya katakan antum ini khoyal bib. Sudah saya katakan bahwa diskusi ini sudah ada sejak oktober lalu. Dan tidak ada yang bahas orangnya. Kalau sebagian teman menyebut ustadz ML, karena dia yang memuatnya di fb ini. Itulah bib, baca yang sudah saya anjurkan itu.

Ya Allah.....jamaa’aahhhh la-at softoh, waktu ana tidak banyak. Sementara ana harus menerangkan apa-apa yang tidak dipahami atau yang tidak disetujui. Nah, kalau ngulang terus, muter terus, lalu apakah antum sudah membantu sesama, terutama alfakir ini yang banyak tugas menumpuk di pundak? Post ana bukan hanya di fb ini bib. Tapi masih banyak yang lainnya. Di fb ini saja, antum bisa lihat berapa puluh pertanyaan di dinding, baik status atau di kolom komentarnya. Apalagi kalau dicampur dengan inbox nya. Ini baru fb nya. Belum lagi yang lainnya. La-at pakai emosi.

Tidak ada gunanya. Hdh Faathimah as melihat kita semua. Dimana ana pernah bahas orang bib? Ana ini bahas isi buku dan tulisan. Ana ini sedang kepanggang bib. Kalau mau ikut diskusi, baca tulisan sebelumnya itu. Nanti antum nilai kita ini sudah keluar dari syariat atau tidak, kejam atau tidak, mengerikan atau tidak....dan seterusnya?

Fahmi Husein: Kita lihat diroom ini aja, bagaimana Firdaus Said, dengan entengnya bilang ‘jelas sekali kontradiksinya’, sebelum antum menjawabi, eh setelah antum menjawabi bukan ada kontradiksi, yang ana katakan jenius malah dibalik kepada ana, dan ujung-ujungnya.. dapat pujian dari antum. Hebatnya Akun Sinar Agama dengan ketua yayasan IIP.. ana acungi jempol, dengan terbalik.

Sinar Agama: @Fahmi, kalau Firdaus salah dalam memahami, dan aku yang benar, seandainya begitu di hadapan Allah, maka sms itu tambah parah bib. Lebih bagus Firdaus yang benar ketika mengatakan kontradiksi. Sebab bisa saja orang itu melakukan kontrasiksi tapi tanpa ada niatan apapun dan/atau kesalahan penulisan.

Lah, kalau ana yang benar, maka sungguh siapapun penulisnya, tulisannya itu, ingat tulisannya itu, sudah sejengkal dari kekufuran bib. Kalau ditambah pengingkaran pada wali fakih, maka tambah bahaya bib.

Fahmi Husein: Wallahi ana lihat dan baca dengan jelas bagaimana tanggapan antum terhadap ustadz ML. Ana tahu antum sibuk, jangan menyiksa diri. Tolong, sekali lagi tolong, jangan ikut dan terbawa ke pembahasan person atau lembaga. Ingatkan juga penanya bila udah keluar jalur, dan upayakan tidak perlu foto buku itu diulang-ulang upload dengan taq-taq, cukup dengan menanyakan halaman/isi yang perlu dibahas. Harap.. mohon.. dengan sangat, untuk kali ini aja alfaqir mau didengar sarannya.. demi ukhuwah, demi Ahlulbait as, khususnya demi Syd Fatimah as.. Ini kita sudah main api Allah. Doakan Firdaus yang benar, bukan ana.

Sinar Agama: @Fahmi, antum memohon kebalikan dari yang kita inginkan. Saya menganjurkan kepada teman-teman untuk selalu membahas buku itu, tapi dengan ilmiah. Supaya buku itu, pada akhirnya ditarik dari peredaran karena merugikan orang Syi’ah dan madzhab Syi’ah.

Jadi, ampunkan hamba. Karena saya sementara ini sudah sampai pada tingkat keyakinan, bahwa buku itu menyesatkan dan mesti ditarik dari peredaran karena akan membawa korban kesesatan yang terlalu banyak. Ana sudah nulis semuanya sebelum ini dimana antum tidak mau membacanya itu.

Ana hanya bisa dan selalu dari awal seperti itu, menganjurkan untuk tetap dengan bahasa ilmiah yang baik. Tanpa ejek mengejek. Itu saja bib. Kalau antum marja’ ana, sudah pasti ana akan ikuti anjuran antum. Tapi ana tahu dengan relatif bahwa marja’ tidak menginginkan seperti itu.

Tentu saja, marja’ tidak ingin melihat umat ini terpecah. Akan tetapi jalannya, bukan menutup pembahasan kita, tapi menarik buku yang menyesatkan Syi’ah yang atas nama Syi’ah itu. Ini yang ana pahami dari fatwa-fatwa marja’ dan aplikasi penggalangan persatuannya. Karena itu, sekalipun teman-teman atau kita- kita sendiri sudah benar sekalipun, akan tetapi kalau tidak dengan bahasa yang santun dan mengejek, maka bisa masuk dalam kategori perpecahan.

Jadi, menjaga persatuan itu bukan menarik protes terhadap yang diprotes, tapi bisa dengan menarik yang diprotes kalau yang diprotesnya salah secara gamblang. Jadi, yang membuat perpecahan itu bukan kami yang dirugikan ini, akan tetapi yang telah menyebarkan ketidakbenaran dan merugikan kita semua itu. Karena itu antum baca baik-baik diskusi sebelumnya. Kalau benar, maka ramai-ramai memohon, INGAT, MEMOHON kepada penerbit untuk menarik buku tersebut, bukan menyuruh diam kami dan semua orang.

Fahmi Husein: @Sinar, ana rasa antum dapat memahami kalimat ana dengan baik, tapi, apa karena antum ikut-ikut IIP atau IIP yang ikut antum dengan memplesetkan apa yang ana mohon dan harapkan. TIDAK ADA SEDIKITPUN SATU KATA/KALIMAT ANA UNTUK MENUTUP DISKUSI ATAU PEMBAHASAN ISI BUKU, ATAU MEMPROTESNYA!! Tapi antum bilang kebalikan...La haula wala quwwata illa billah.. silahkan dah lanjutkan..

Nampak sekali kok bagaimana rapuhnya hujjah antum untuk sikap, (SIKAP, BUKAN DISKUSI ILMIAH YAH, NTAR DIBELOKKAN LAGI), Ini adalah sikap pembenaran dan berandai-andai antum (hoyal teriak hoyal) ---->Fahmi, kalau Firdaus salah dalam memahami, dan aku yang benar, seandainya begitu di hadapan Allah, maka sms itu tambah parah bib.

Lebih bagus Firdaus yang benar ketika mengatakan kontradiksi. Sebab bisa saja orang itu melakukan kontrasiksi tapi tanpa ada niatan apapun dan/atau kesalahan penulisan.

Lah, kalau ana yang benar, maka sungguh siapapun penulisnya, tulisannya itu, ingat tulisannya itu, sudah sejengkal dari kekufuran bib. Kalau ditambah pengingkaran pada wali fakih, maka tambah bahaya bib.

Basu Dewa: Wah..rame juga disini... saya baru dapat kiriman dari kawan buku ini,.. jadi penasaran juga.. : judulnya sangat mengejutkan “SYI’AH MENURUT SYI’AH”...penulis TIM AHLUL BAIT INDONESIA. Artinya Buku ini ditulis oleh orang syi’h (Ahlul bait Indonesia) dan tentunya pasti mewakili SYI”AH kalau dilihat dari judul dan ditegaskan juga pada pengantarnya di point 5, buku SMS ini menjadi rujukan bagi Muslim Syi’ah dan siapa saja yang ingin memahami madzhab Syi’ah.

“APA IYA..??”...

Sinar Agama: @Fahmi, kalau ana salah dalam memahami antum atau menulis tentang antum bahwa antum meminta diskusi ini dihentikan di medsos, maka maafkan hamba. Yang lain-lainnya, saya rasa sudah jelas. Afwan.

Keongracun: Syi’ah menurut Syi’ah itu yang sekehendak hatinya dan se sesat-sesatnya hahaaaa.......

Gaģak Rimanģ: Basu Dewa, muslim Syi’ah ?? Sejak kapan Syi’ah jadi muslim ???

Meyo Yogurt: Saya belum baca bukunya tapi mungkin maksudnya begini, khalifah atau pengganti Nabi saw. , meliputi vertikal dan horizontal. Sedangkan kalau menurut Sunni, hanya horizontal saja. Buktinya AUU kalau menghadapi kasus fikih atau tafsir Al Qur’an sering membutuhkan bantuan shahabatnya, karena mereka tidak menguasai dari sisi kepemimpinan agama atau vertikal. Imam Ali as. membaiat mereka sekedar untuk kepemimpinan horizontal itu, itupun terpaksa, bukan kepemimpinan vertikal. Begitupun Syi’ah Imam Ali as. Tetap jadi Syi’ah meskipun mereka terpaksa juga membai’at orang lain. Sekedar opini saya.

Meyo Yogurt: Tulisan di atas tidak menafikan kekhalifahan Imam Ali as. meliputi baik vertikal maupun horizontal.

Sang Pencinta: @Meyo, antum jangan mengkalau-kalau dulu, silahkan baca dulu dengan teliti baru mengkomentari,

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/bedah-buku-sms/773797299336845

Meyo Yogurt: Saya coba tanggapi link pertama. Disini pak ustadz Muhsin Labib menjelaskan tentang imamah dan khalifah. Untuk imamah beliau menggunakan definisi Syi’ah, untuk khalifah beliau menggunakan definisi Sunni. Makanya beliau mengatakan khalifah butuh pengakuan bai’at, ada keterbatasan teritorial dan lain lain. Padahal kalau khalifah itu berarti pengganti Nabi dalam menjalankan fungsinya, khalifah dan imam itu sama saja.

Meyo Yogurt: Iya saya sudah membaca 5 link pertama. Sepanjang yang saya baca kata pengantar pak Muhsin Labib itu tidak salah kalau mengingat pembacanya adalah Sunni yang mengidentikkan makna khalifah dengan AUU. Kalau hanya diambil kalimatnya sepotong sepotong, dan dimaknai dengan paradigma Syi’ah memang salah. Sekedar opini saya.

Khommar Rudin: Allohuma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad Wa ‘Ajjil Farojahum



Artikel selanjutnya:
====================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar