Jumat, 12 Februari 2021

Kautsar, Musuh Nabi saww dan Musuh Ahlulbait as


Seri pertanyaan Zahidiyah Ela Tursina dengan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/324612154250254/ by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, November 30, 2011 at 11:30am


Zahidiyah Ela Tursina: Kata Mutiara putra Amirul Mukminin Imam Husain as dalam peristiwa Karbala:

“Akulah putra Ali dari Bani Hasyim dan cukuplah kiranya ini menjadi kebanggaan bagiku. Fatimah adalah Ibundaku dan Muhammad adalah kakekku dengan perantara kamilah Allah menunjukkan kebenaran dari kesesatan. Kamilah pelita-pelita Allah yang me... menerangi muka bumi, kamilah pemilik telaga al-kautsar yang akan memberi minum para pecinta kami dengan cawan-cawan Rasul, tak seorangpun dapat mengingkari kedudukkan ini. Para pengikut kami adalah umat yang paling mulia di tengah makhluk dan musuh-musuh kami adalah orang yang paling rugi pada hari kiamat, beruntunglah hamba-hamba yang dapat berkunjung kepada kami di surga setelah kematian, surga yang keindahannya tak kunjung habis untuk di sifati “.

Seringkali terdapat ucapan-uacapan Imam Ali, Imam Hasan / Imam Husein yang beredaksional era millenium. Mohon pencerahan, beberapa hal :

1. Ucapan ini disampaikan pada waktu beliau sampai di Karbala atau masih di Madinah?

2. ”kamilah pemilik telaga kautsar. ” sementara Rasullullah SAW saja tidak pernah mengklaim bahwa telaga itu milik beliau ?.

3. Imam Husein selalu menyebutkan ”musuh-musuh kami” dengan konotasi musuh ”POLITIK” yang juga Umat Islam, yang hanya terkait dengan peristiwa Karbala, ini berbeda dengan definisi kakeknya, yakni Musuh-musuh kami (Kaum Kuffar dan orang Munafik)? . So, bukankah ini redaksional para generasi jauh di bawah beliau? Mohon pencerahannya. Terima kasih.

Penanti Al-Muntazhar dan Bunda Alireza menyukai ini.


Zahidiyah Ela Tursina: Tolong dijawab ustadz yaa,,,soal pertanyaan-pertanyaan ini. ^_^. Tolong dijelaskan, ustadz,,,saya sendiri tidak faham.


Sinar Agama:

(1). Saya benar-benar merasa aneh terhadap pertanyaan-pertanyaan antum (mbak) ini, walaupun mungkin saya dapat mengira dari mana datangnya. Karena tidak satu orang muslimpun yang tidak tahu akan hal Kautsar ini.

(2). Dalam pertanyaannya itu dikatakan bahwa Nabi saww tidak pernah mengatakan bahwa beliau saww pemilik Kautsar itu. Lah ini kan aneh banget. Karena semua kaum muslimin, satu persatunya, tahu bahwa Kautsar yang salah satu maknanya adalah telaga di surga itu, diberikan Tuhan kepada Nabi saww dan sertifikatnya ada di Qur'an. Allah berfirman:

إِنَّا أَ ْعطَيـْنَا َك الْ َكْﻮثـََر


”Sesungguhnya Kami benar-benar memberikan Kautsar kepadamu -Muhammad. ”
(surat Kautsar).

Dan kalau antum melihat/merujuk semua tafsir Sunni dan Syi’ah tidak ada yang tidak menjelaskan bahwa Allah memberikan Kautsar itu kepada Nabi saww. Dalam riwayat-riwayat itu diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh tafsir Ibnu Katsir (Sunni) sbb:

Berkata Imam Ahmad: Telah diriwayatkan kepada kami oleh Muhammad bin Fudhail dari al- Mukhtar bin Fulful dari Anas bin Maalik berkata:

Rasulullah saww terlihat mengantuk (tidur sejenak) lalu mengangkat kepalanya dan tersenyum. Lalu orang-orang bertanya kepadanya: ”Mengapa engkau tersenyum?” Rasulullah menjawab: ”Baru saja turun kepadaku satu surat.” Lalu beliau saww membaca: ”Sesungguhnya Kami benar-benar telah memberimu -Muhammad- al-Kautsar.” sampai akhir surat. Lalu beliau saww bertanya: ”Tahukah kalian apa Kautsar itu?” Mereka berkata: ”Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliau saww bersabda: ”Ia adalah telaga/sungai di surga yang DIBERIKAN KEPADAKU oleh Tuhanku Yang Maha Mulia. Ia -Kautsar- memiliki kebaikan yang banyak. Umatku didatangkan kepadanya di hari kiamat. Gelas-gelasnya/bejana-bejananya sebanyak bintang-bintang di langit. Lalu ada diantara mereka yang kebingungan. Kala itu aku berkata: ’Ya Tuhan dia/mereka itu adalah dari umatku.’ Lalu dijawab: ’Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka lakukan setelah kamu mati.’ ”

(3). Mungkin ada ratusan hadits tentang pemberian Kautsar kepada Nabi saww ini dalam berbagai bentuk kata-kata dan kalimat atau sabda. Ada yang juga yang berbentuk seperti yang diriwayatkan oleh Kanzu al-’Ummaal, jilid 7, hal 273, dimana Nabi saww bersabda:

Anas berkata: Suatu hari aku mendatangi Rasulullah saww (yang bersama parashahabat), lalu beliau saww bersabda: ”Aku telah diberi Kautsar -oleh Tuhan.” Aku bertanya: ”Ya Rasulullah apakah Kautsar itu?” Beliau saww menjawab:

”Sungai/telaga di surga yang luasnya antara timur dan barat. Tidak minum satu orang dari padanya yang bisa puas/kenyang, dan tidak berwudhu’ dari padanya yang kemudian pergi. Sungguh tidak akan minum siapapun yang melanggar ketaatannya padaku dan yang membunuh Ahlulbaitku (keluargaku).”

Dari riwayat ini dapat diketahui bahwa pembunuh Ahlulbait, yaitu pembunuh Hadharat Faathimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husain as, dst sampai ke Imam Mahdi as tidak akan mendapatkan kautsarnya Nabi saww, yakni tidak akan masuk surga.

Kalau hal itu diperhatikan maka secara tidak langsung Nabi saww mau mengatakan bahwa Ahlulbait as yang sebagai pewaris Nabi saww, juga merupakan pewaris Kautsar (bc:punya saham). Karena itu, maka siapapun yang menzhalimi mereka dan mendukung penzhalim- penzhalim itu, maka sudah tentu tidak akan pernah mengecaap/meminum setetespun daripadanya.

Begitu pula, ini masyaaAllah dan luar biasa Nabi saww kita, dalam riwayat itu dapat dipahami bahwa Ahlulbait akan dibunuh dan, dalam kenyataannya memang dibunuh. Yang paling luar biasa adalah, bahwa para pembunuhnya adalah umat beliau saww sendiri. Salam padamu wahai Nabi saww, betapa antum menderita di tangan umat antum sendiri, semoga pahala antum atas derita-serita itu, tidak ada batas dan hentiannya dari Allah, amin dan semoga antum memasukkan kami semua dalam syafaat antum dan Ahlulbait as dan mengikutkan kami semua dalam pahala derita itu karena kami ikut menderita bersama antum dan berlepas tangan dari para pembunuh itu, amin.

(4). Atau lihat sabda lain dari sekian puluh/ratus hadits tentang Kautsar ini. Yaitu yang diriwayatkan oleh Thabrani, sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah dan Jabir bin Abdullah, keduanya berkata:

”Bersabda Rasulullah saww: ’Ali bin Abi Thalib adalah pemilik telagaku (kautsar/haudh) pada hari kiamat ’ ”.

(5). Kalau semua riwayat-riwayat itu digabungkan dengan puluhan riwayat lain yang mengatakan bahwa Ahlulbait as itu adalah pewaris Nabi saww, atau bahwa mereka itu dari Nabi saww dan Nabi dari mereka, seperti yang disabdakannya:

”Husain dari aku dan aku dari Husain” (Shahih Turmudzi, jilid 2, hal 307; Shahih Ibnu Maajah, bab: Min Fadhaaili Ashhaabi Rasulillah saww; dan lain-lain yang banyak sekali).

Atau digabung dengan hadits:

”Hasan dan Husain adalah penghulu pemuda surga.” (Shahih Turmudzi, jilid 2, hal 306 dan hal 307; Musnad Ahmad, jilid 3, hal 3 dan 62 dan 82; Shahih Ibnu Maajah, jilid 3, hal 167; Mustadrak al-Shahihain, jilid 3, hal 167; dan lain-lain yang sangat banyak).

Atau dengan hadits:

“Kutinggalkan kepada kalian dua perkara yang berat, Qur'an dan Ahlulbait.” (Shahih Muslim, jilid 2, hal 362 dan hal 364; dan segudang kitab hadits shahih Sunni dan tafsir dll dimana di

Sunni saja diriwayatkan oleh setidaknya 35 shahabt dimana hal ini sudah mencapai setidaknya 3,5 kali tingkatan mutawatir).

Atau dengan hadits yang mengatakan:

”Setelah aku ada 12 Imam semuanya dari Quraisy” (Shahih Bukhari hadits ke: 7222 dan 7223; Shahih Muslim,hadits ke: 3393, 3394; dan seambrek hadits lainnya di Sunni).

Atau digabung dengan hadits ini dan hadits itu lainnya. dan seterusnya, maka dapat dengan mudah dipahami bahwa:

(1). Imam-Imam Ahlulbait as itu adalah makshum yang wajib ditaati dan merupakan pasangan Qur'an yang tahu makna (bukan tafsir) Qur'an.

(2). Imam-Imam Ahlulbait as itu adalah pewaris Nabi saww, baik dari sisi ilmu dan sebagainya. Seperti sabda beliau saww yang mengatakan: ”Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya, maka siapa saja yang ingin masuk kota (ingin tahu ilmuku), mestilah lewat pintunya (tanya ke Ali as).”

(3). Imam-Imam Ahlulbait as itu adalah diri Nabi saww sendiri, sebagaimana sebagian riwayatnya sudah dinukil di atas itu.

(4). Imam-Imam Ahlulbait as itu adalah pemilik Kautsar karena diberi oleh Nabi saww yang diberi oleh Tuhan.

(5). Imam-Imam Ahlulbait as itu adalah syarat bagi setiap muslim yang ingin meminum air telaga Kautsar itu. Karena Nabi saww sudah mengatakan bahwa yang membunuh mereka tidak akan pernah mendapatkannya sekalipun ia shahabat beliau saww sendiri sebagaimana hadits yang di tafsir Ibnu Katsir di atas. Karena itu, dapat dipahami bahwa Imam-Imam Ahlulbait as itu adalah pemilik Kautsar juga hingga menjadi syarat bagi siapa saja yang mau meminumnya. Yaitu harus taat pada mereka as.

(6) Kalau ditambah dengan ayat-ayat ketaatan pada Nabi saww secara mutlak, seperti QS: 3: 32 yang mengatakan:

”Taatlah pada Allah dan Rasul, kalau kalian berpaling, maka Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.”

Bayangin saja, bahwa yang tidak taat pada Nabi saww digolongkan kepada kafir. Atau ayat yang ada di QS: 4: 65, yang berbunyi:

”Sungguh demi Tuhanmu, mereka itu tidak beriman kecuali dengan menjadikanmu pemutus perselisihan-perselisihan mereka dan kemudian tidak ada rasa berat sedikitpun di hati mereka ...”


Atau digabung dengan QS: 5: 44:

”.... dan barang siapa yang tidak menghukum -apapun- sesuai dengan apa-apa yang telah diturunkan Allah -Qur'an- maka merekalah orang-orang yang kafir.”

Atau ayat-ayat ini dan itu, atau hadits ini dan itu yang tidak terhitung jumlahnya, maka dapat dipahami bahwa:

(a). Politik itu termasuk yang dituruni hukum oleh Allah, karena agama Allah ini adalah yang paling sempurna dan lengkap. Dimulai dari masuk wc sampai ke masalah-masalah negara dan internasional dimana Nabi sawwpun melakukan hal tersebut sebagai contoh yang lebih jelas dari matahari di siang bolong.

(b). Karena semua dimensi kehidupan manusia sudah ada hukumnya dari Tuhan, maka harus dihukumi dengan hukum Tuhan tersebut, termasuk negara dan politik, ekonomi, budaya.... dan seterusnya.

(c). Kalau hukum itu tidak diajarkan, dilaksanakan dan dipimpin oleh para makshum as setelah Nabi saww, makadi samping melanggar perintah-perintah ayat dan hadits di atas, juga sama dengan meninggalkan agama itu sendiri dan, sudah tentu jalan lurus itu akan sirna dari dunia ini.

(d). Karena itu, maka politik itu merupakan salah satu tonggak penting agama dimana kalau hal ini tidak diatasi, maka urusan-urusan lainnya seperti ibadah, akan lenyap dari dunia, baik dengan pelanggaran atau penyimpangan.

(e). Memang politik ala kita-kita di alam kita-kita ini, memang lebih cenderung barbarian yang dibungkus demokrasi palsu. Ini jauh beda dari politik Tuhan yang diajarkanNya dalam agamaNya.

(f). Karena itu, taat pada Imam-Imam Ahlulbait as yang makshum, sudah merupakan ajaran Tuhan dan Nabi saww. Jadi, bukan masalah remeh. Tapi lebih penting dari masalah-masalah ibadah pribadi.

Kesimpulannya: Perkataan seperti yang dikatakan Imam Husain as di atas itu, sama sekali tidak ada masalah dan problem. Karena Nabi saww sendiri mengatakan bahwa miliknya dan milik Ali as (sebagai wakil dari semua Imammakshum as).

Asal saja, kata-kata apapun dari mereka, telah diambil dari riwayat yang shahih. Jadi, kata-kata seperti itu yang telah memenuhi syarat-syarat keshahihan tersebut, adalah benar-benar kata- kata mereka as dan bukan karangan dari pengikut mereka as.

Tambahan: Musuh-musuh Nabi saww itu memang kafir dan munafik. Tapi munafiknya tidak berani mengeluarkan identitasnya. Tapi setelah wafatnya Nabi saww maka mereka benar-benar telah mengurai semua isi hatinya. Karena itu, mereka berani bahkan membantai Ahlulbait Nabinya sendiri. Nah, sudah pasti musuh Ahlulbait as itu adalah umat Islam.

Karena itu maka kesyahidan Imam Ali as, Imam Hasan, Imam Husain ...dan seterusnya sudah diberitakan oleh Nabi saww sendiri dan dikatakan bahwa pembunuh mereka itu adalah umat Nabi saww sendiri. Bahkan Nabi saww sudah menangisi Imam Husain as selagi masih merah baru lahir. Yakni majlis duka Ahlulbait as itu sudah dimulai oleh Nabi saww sendiri sejak awal kelahiran Ahlulbait as.


Perhatikan hadits berikut ini:

Ali bin Abi Thalib berkata: Berkata kepadaku Rasulullah saww:

”Umat ini -Islam- akan meninggalkanmu setelah aku -mati- tapi kamu akan hidup dengan agamaku dan membunuh/terbunuh sesuai dengan ajaranku. Siapa yang mencintai mumaka ia mencintaiku, siapa yang memusuhimu maka ia memusuhiku. Sungguh akan menjadi merah -karena darah- dari sini ke sini (dari kepala ke jenggot).” (Mustadrak Hakim, jilid 3, hal 142 dan dishahihkannya; Kanzu al-’Ummaal, jilid 6, hal 157; dan lain-lainnya).

Nah, dengan semua itu, maka sudah jelas, bahwa lawan-lawan Ahlulbait as itu adalah umat Nabi saww sendiri, sesuai dengan prediksi/wahyu Allah yang diturunkan ke Nabi saww (wahyu ilmu, bukan Qur'an). Karena itu, sangat banyak hadits-hadits Nabi saww yang mengatakan bahwa musuh Ahlulbait as itu adalah musuh beliau saww sendiri.

Di hadits Shahih Muslim saja, ketika beliau mengatakan bahwa ”Kutinggalkan dua perkara yang berat, Qur'an dan Ahlulbait. ” Nabi saww sampai mengulangi tiga kali perkataannya yang berbunyi: ”Kuingatkan kalian kepada Ahlulbaitku”

Nah, wanti-wanti Nabi saww ini jelas untuk umat Islam yang sudah diketahui Nabi saww bahwa mereka akan mengkudeta dan membantainya. Padalah mereka adalah penerus Nabi saww yang menjaga agama dan memimpinnya dengan ilmu yang lengkap dan benar 100% yang dalam istilah Qur'an sebagai jalan lurus yang tidak salah sediktipun. Yakni Shiratulmustaqim yang tidak sesat sedikitpun (wa laa al-dhaalliin).

Sangat banyak hadits-hadits di Sunniyang mengatakan bahwa musuh Imam Ali as atau Ahlulbait as yang lain adalah musuh Nabi saww juga. Dan, sudah tentu yang dimaksudkan Nabi saww adalah umatnya sendiri, dan bahkan shahabatnya sendiri. Karena hadits-hadits itu diucapkan beliau as kepada shahabat-shahabat beliau saww sendiri.

Sampai ke masalah kudeta terhadap Imam Ali as oleh Abu Bakar dan lain-lainnya juga sudah diberitakan Allah kepada Nabi saww dan Nabi saww kepada Imam Ali as dimana dikatakan oleh Nabi saww bahwa kalau ada yang membantunya harus melawan dengan pedang tapi kalau tidak ada maka wajib sabar. Dan Imam Ali as sendiri mengatakan bahwa kalau ada 40 orang saja yang membantunya maka sudah melawan dengan pedang. Mu’awiyyah sendiri pernah mengejek Imam Ali as karena 40 orang saja tidak ada di barisannya. Coba lihat tulisan-tulisanku sebelum ini.

Wassalam.

14 people like this.



Riani Azri: Labbaik ya Husein. Sholawat.

Sinar Agama: Ummu, kalau antum melaknati Syi’ah lantaran memakai hadits-hadits Sunni di atas itu, maka berarti antum melaknati penulis kitabnya yang ulama Sunni, perawi-perawi haditsnya yang termasuk shahabat dan juga -na’udzubillah- kanjeng Nabi saww sendiri yang mensabdakannya.

December 1, 2011 at 8:39pm



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar