﷽
seri tanya-jawab: Rinie Sardadi dan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=231337216911082 by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, August 10, 2011 at 6:38am
Rinie Sardadi:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz.. semoga ustadz dipanjangkan umurnya dalam ketaqwaan. saya ingin bertanya, saya pernah mendengar di malam lailatul qadr nasib kita selama setahun kedepan ditentukan,lalu diserahkan ke imam mahdi afs.benarkah begitu ustadz? pertanyaan kedua, imam mahdi afs mengetahui setiap yang kita kerjakan,apakah pengetahuan ini sama dengan pengetahuan Allah akan makhluknya?
Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:
(1). Dalam malam lailatulqdr itu bukan ditentukan nasib kita setahun. Tapi disetujui atau tidaknya pilihan-pilihan kita dalam setahun ke depan.Misalnya, kita tahun depan berencana buka toko. Dan kita mengira sudah bagus dan profesional hingga tidak mungkin gagal dalam hitungan kertas. Tapi dalam pengetahuan Tuhan, bisa saja belum cukup. Misalnya, kita tidak tahu bahwa sertifikat tanah yang kita punya itu adalahpalsu dan kita telah membeli ke orang yang menipu. Nah, pada malam lailatulqadr itu, hajat dan doa-doa kita tentang toko itu tidak bisa dikabulkan Tuhan. Jadi, pada malam qadr itu ditentukannya. Jadi, penentuan itu, bukan dari Allah. Tapi dari diri kita sendiri dan lingkungan yang bisa mempengaruhi kita. Jadi, penentuan disini bukan penentuan tapi penetapan dan, penetapan disini maknanya adalah perestuan secara takwini. Yakni perestuan dari sisi pewujudannya. Karena bisa saja hajat itu kita hal-hal yang haram dan batil, dimana pasti tidak akan direstui secara syariatnya tapi bisa direstui secara fisik dan ciptaannya.
Ini tentang manusia. Kalau tentang binatang-binatang, pohon-pohon, gunung-gunung, lautan, hujan ...dan seterusnya maka liku-likunyaberlainan dengan masalah manusia. Dan, semuanya itu ditetapkan pada malam Qadr tersebut.
Jadi, penetapan itu ada bermakna restu (baik takwini atau tasyri'i atau dua-duanya, yaitu dikala berhubungan dengan liku-liku kehidupanmanusia, karena manusia harus hidup sesuai ikhtiarnya sendiri. Tapi ada pula yang bersifat ketentuan dari sononya (sananya), seperti masalah-masalah alam. Sudah tentu kalau alamnya tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan ikhtiar manusia. Tapi kalau ada sangkut pautnya seperti penggundulan hutan, maka ketentuan inipun tidak bersifat dari sononya, tapi berhubungan dengan ikhtiar manusia.
(2). Yang mengetahui liku-liku manusia dan alam, serta rahasia-rahasia kita, sesuai dengan Qur'an, maka mereka itu adalah Allah sendiri, kemudianRasul saww dan para mukmin. Dan karena imam mukmin itu adalah pasti mukmin, maka mereka berada di posisi teratas. Dan bahkan mukmin yang dimaksud di ayat ini bisa saja hanya imam makshum as itu.
Perhatikan ayat berikut ini QS: 9: 105:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَترَُدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَينَُبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
"Dan katakan (Muhammad): 'Berbuatlah kalian -sesuka hati- maka Allah akan melihat per- buatan kalian itu, dan RasulNya -juga melihat- dan orang-orang mukmin. Kemudian kalian akan dikembalikan ke alam ghaib dan nyata -akhirat- dan memberitahukan apa-apa yang kalian telah lakukan".
Lihatlah bahwa peristiwa penglihatan itu sebelum akhirat yang membuka rahasia-rahasia. Dan rahasia-rahasia ini diketahuiNya sejak di dunia. Begitu pula diketahui oleh RasulNya dan para mukminin tersebut. Jadi, pengetahuan Nabi saww dan mukmin ini adalah lahir batin.
Alasan ke dua, Allah mengatakan bahwa perbuatan mereka -kita- itu diketahui Allah dimana sudah tentu pengetahuan Allah ini tidak terbatas pada lahiriah saja, tapi pasti lahir batin.
Nah, dalam hukum penge-dan-an (‘athf) dalam bahasa Arab dan dalam bahasa apapun, adalah menge-dan-kan apa-apa yang sebelumnya kepada yang setelahnya. Nah, karena yang di-dan-kan disini adalah pengetahuan yang lahir batin, maka Rasul saww dan mukmin juga mengetahuinya lahir batin.
Dan karena kita yang mengaku mukmin tidak bisa melihat, ditambah lagi imam makshum as itu pasti mukmin sejati, maka sudah pasti imam makshum as itu mengetahuinya juga secara lahir batin.
(3). Apakah pengetahuan makhluk ini (Rasul saww dan imam makshum as) sama dengan penge- tahuan Tuhan? Sudah tentu tidak sama. Tapi darisisi tahu segala rahasiannya, pasti sama.
Jadi bedanya dimana? Bedanya bahwa Tuhan tidak hanya mengetahui amalan-amalan manusia.
Kemudian juga bedanya adalah bahwa dalam hal-hal yang bekenaan dengan amalan-amalan manusia itupun tetap tidak sama.
Tidak samanya adalah kalau ilmu Tuhan tidak ada yang ngajari, tapi ilmu makhluk hanya Tuihan yang mengajarinya. Jadi, ilmuNya mandiri, tapi ilmu makhluk tidak madiri dan dari Dia.
(4). Ilmu Rasul saww dan makshumin ini juga tidak terbatas pada manusia, tapi pada semua makhluk. Karena mereka itulah khalifahNya dalammengurusi semua makhlukNya. Tapi tetap saja tidak mandiri, dan tidak meliputi tentang DzatNya yang tidak terbatas itu. Jadi, tetap beda sangat jauh dari ilmuNya.
Untuk dalil mengetahui seluruh rahasia alam ini adalah peristiwa qadr itu sendiri. Karena pada malam itu turun yang namanya ruh (dimana salah satu tafsiran ruh ini adalah urusan- urusan Tuhan atau ilmu dan kehendak universal) dimana rincian-rinciannya dibawa oleh semua malaikat, karena itulah dikatakan "min kulli amr", yakni dari segala urusan, maka sudah pasti para makshumin as yang dituruni semua malaikat dan ruh itu (sesuai dengan jaman jabatannya masing-masing mengetahui semua rahasia alam ini.
Kalau ingin rinciannya, baca catatanku tentang "Kedudukan Fantastis Para Imam." Wassalam
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar