﷽
seri tanya-jawab: Ivan Setiono dengan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/234626276582176/ by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, August 16, 2011 at 2:40am
Ivan Setiono: Assalamualaikum ustadz... Bagaimana cara kita untuk mengendalikan hawa nafsu? karena manusia kan makhluk yang tidak pernah akan puas...Dan tingkat kepuasannya relatif...
Lalu bagaimana caranya agar hawa nafsu tadi bisa kita olah menjadi energi yang positif sehingga bisa lebih dekat dengan Allah :D
Mohon sarannya ustadz :D ¤Terima kasih·
Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:
(1). Kita tidak boleh melupakan dimensi akal pada manusia. Jadi, jangan hanya menggaris bawahi nafsu.
(2). Ruh manusia itu adalah non materi yang memilii 4 daya: tambang (mengatur putaran-putaran atom dsb); nabati (pertumbuhan danperkembangan); hewani (gerak, rasa dan perasaan); akal (mengerti universal dan penerapan-penerapannya).
(3). Binatang sama dengan manusia kecuali di satu daya, yaitu daya-akal. Jadi, ruh binatang sama- sama memiliki daya tambang, nabati danhewani.
(4). Dengan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa MANUSIANYA MANUSIA, adalah dengan akalnya, bukan dengan 3 daya sebelumnya.
(5). Dengan semua itu dapat dipahami bahwa untuk menjadi manusia adalah dengan menguatkan akalnya. Karena dengan menguatnya akalnya, maka sudah pasti Daya-daya lainnya, seperti nafsu yang ada di daya-hewani, dapat sangat dikendalikan.
(6). Akal itu ada dua bagian dimana tanpa salah satunya, maka akal tidak dikatakan akal: Akal- nazhari dan Akal-amali.
(7). Akal Nazhari adalah akal yang digunakan untuk tahu permasalahan, baik dalam bentuk definisi atau argumentasi.
(8). Akal-Amali adalah akal yang menyuruh kita mengamalkan yang benar yang diketahuinya itu. Seperti ketika akal tahu bahwa ada racun di air yang ada di gelas itu, dimana akal juga memahami bahwa racun itu membunuh, maka akal amali juga memutuskan dan mengatakan "Saya tidak akan minum". Yakni sebenarnya akal amali bukan mengatakan "Saya tidak akan minum" tapi sebenarnya akal amalinya itu melakukan makna kata "Saya tidak akan minum" tersebut.
Kesimpulan:
Kuatkan akal antum/kita (nazhari dan amalinya), maka sisanya -seperti nafsu- sangat mudah bisa ditangani. Tapi kalau akal kita tidak kuat, makayang akan menjadi imam dalam diri kita dan tindak tanduk kita, adalah Daya-daya lainnya, karena itu hanya doyan makan, tidur, sex, jabatan,uang,
....... dan seterusnya.
Dan bentuk-bentuk dari daya-hewani itu bisa berbentuk apa saja sesuai dengan profesi manusia masing-masing. Kalau pembisnis, penyalurandaya-hewaniahnya ke uang, jabatan, perempuan ...dan seterusnya. Tapi kalau seperti guru agama, bentuknya indah-indah dan menipu. Seperti jadi imam, pemimpin, guru agama, tokoh agama, tafsir Qur'an, filsafat, irfan, shufi, dzikir, doa, perayaan-perayaan besar agama dan seterusnya. Dan, sudah tentu yang bidangnya agama
ini lebih sulit membedakan mana-mana yang karena akal dan Tuhan, dan mana-mana yang karena daya-hewaniahnya (rasa dan perasaannya).Akan menjadi lebih sulit lagi karena semuanya bergelimang dalam ayat dan riwayat (tidak seperti pembisnis yang bergelimang dalam uang dan wanita). Dan lebih bertambah sulit lagi, karena ia penasihat manusia yang sering mempanakan (membuat terpana) atau menangis orang lain.
Karena itulah maka kita, sebelum ajal menjemput, hendaknya menggunakan umur ini lebih banyak kepada melihat diri, apakah kita sudah mengikuti akal/Tuhan, atau mengikuti daya-hewan, baik bagi pembisnis atau pagi pengustadz dan aktifis.
Wassalam
Yetty Fathimah:
Afwan ustadz, ikut nyimak.. dan ikut bertanya, kalaupenggunaan akal ada batasannya atau tidak? Dan kenapa orang tua yang jompo kadang kembali seperti anak kecil, apakah akalnya sudah tidak berjalan? Berarti akal juga perlu di pelihara ya ustadz.. Afwan jika pertanyaan nya seperti anak kecil.. Tapi jadi penasaran juga ustadz.. Syukran..
Sinar Agama: Yetty:
(1). Akal itu pasti ada batasannya, namanya saja sudah makhluk dan apalagi bagian dari manusia. Yang menjadi masalah bukan batasannya, tapi tanggung jawab kita kepada diri dan Tuhan. Agama, Tuhan, Qur'an dan hadits dan apa saja, urusan-urusan dunia-akhirat manusia itu, akan ditentukan oleh akalnya itusendiri. Bagaimana ia bisa memahami semua itu. Jangan dikira orang yang bergembor-gembor pakai Qur'an dan hadits dan anti akal itu, benar menggunakan keduanya. Tidak sama sekali. Mereka justru menggunakan akal mereka hingga mengatakannya seperti itu. Karena itu, dalam menjawab mereka kita sering mengatakan:
Kalau yang kamu katakan itu benar, bahwa Qur'an dan hadits itu harus dipakai dan harus meninggalkan akal, maka kita harus menggunakan akal. Karena kamu mengatakannya de- ngan akalmu, bukan dengan Qur'an-hadits. Yakni mengatakannya dengan akalmu dalam memahami keduanya. Artinya kamu mengatakannya dengan akalmu, karena itu pernyataan akalmu yang benar ini, menandakan bahwa akal itu bisa diikuti.
Tapi kalau yang kamu katakan itu salah, maka sudah jelas dari awal tidak bisa diikuti.
Lagi pula, kalau bukan karena akal, lalu mengapa hanya manusia yang dituruni Qur'an. Lagi pula tidak bisa dibayangkan orang memahami Qur'an-hadits selain dengan akalnya.
Karena itu, Qur'an-hadits sendiri, atau Tuhan itu sendiri, atau Nabi saww itu sendiri, semua dan semuanya, tergantung kepada akal kita masing-masing. Karena itu, kita tidak sama memahami semuanya itu.
(2). Sedang akal yang melemah dikala tua itu, karena memang kurang dipelihara. Akan tetapi sebenarnya ia menguat secara natural. Jadi, lupadia pada materi-materi dan Nama-nama itu, tanda menguatnya ruh manusia. Artinya ia sudah semakin dekat dengan non materi. Karena mati adalah menguatnya ruh manusia atau manusia itu sendiri. Jadi, sebelum ia menjadi non materi (ruh barzakhi), maka ia mengalami tanda-tanda itu. Karena itu ia banyak melupakan hal-hal dunia tanpa dia sadari. Karena nafsu sexnya tidak ada, nafsu makannya tidak ada,bisa lupa nama anaknya, lupa anaknya ...dan seterusnya. Itu semua tanda-tanda dia menuju ke alam non materi barzakhi tersebut. Yaknimati.
Wassalam
Khommar Rudin: allah humma shalli alla muhammad wa alli muhammad
Dan bentuk-bentuk dari daya-hewani itu bisa berbentuk apa saja sesuai dengan profesi manusia masing-masing. Kalau pembisnis, penyalurandaya-hewaniahnya ke uang, jabatan, perempuan ...dan seterusnya. Tapi kalau seperti guru agama, bentuknya indah-indah dan menipu. Seperti jadi imam, pemimpin, guru agama, tokoh agama, tafsir Qur'an, filsafat, irfan, shufi, dzikir, doa, perayaan-perayaan besar agama dan seterusnya. Dan, sudah tentu yang bidangnya agama
ini lebih sulit membedakan mana-mana yang karena akal dan Tuhan, dan mana-mana yang karena daya-hewaniahnya (rasa dan perasaannya).Akan menjadi lebih sulit lagi karena semuanya bergelimang dalam ayat dan riwayat (tidak seperti pembisnis yang bergelimang dalam uang dan wanita). Dan lebih bertambah sulit lagi, karena ia penasihat manusia yang sering mempanakan (membuat terpana) atau menangis orang lain.
Karena itulah maka kita, sebelum ajal menjemput, hendaknya menggunakan umur ini lebih banyak kepada melihat diri, apakah kita sudah mengikuti akal/Tuhan, atau mengikuti daya-hewan, baik bagi pembisnis atau pagi pengustadz dan aktifis.
Wassalam
Yetty Fathimah:
Afwan ustadz, ikut nyimak.. dan ikut bertanya, kalaupenggunaan akal ada batasannya atau tidak? Dan kenapa orang tua yang jompo kadang kembali seperti anak kecil, apakah akalnya sudah tidak berjalan? Berarti akal juga perlu di pelihara ya ustadz.. Afwan jika pertanyaan nya seperti anak kecil.. Tapi jadi penasaran juga ustadz.. Syukran..
Sinar Agama: Yetty:
(1). Akal itu pasti ada batasannya, namanya saja sudah makhluk dan apalagi bagian dari manusia. Yang menjadi masalah bukan batasannya, tapi tanggung jawab kita kepada diri dan Tuhan. Agama, Tuhan, Qur'an dan hadits dan apa saja, urusan-urusan dunia-akhirat manusia itu, akan ditentukan oleh akalnya itusendiri. Bagaimana ia bisa memahami semua itu. Jangan dikira orang yang bergembor-gembor pakai Qur'an dan hadits dan anti akal itu, benar menggunakan keduanya. Tidak sama sekali. Mereka justru menggunakan akal mereka hingga mengatakannya seperti itu. Karena itu, dalam menjawab mereka kita sering mengatakan:
Kalau yang kamu katakan itu benar, bahwa Qur'an dan hadits itu harus dipakai dan harus meninggalkan akal, maka kita harus menggunakan akal. Karena kamu mengatakannya de- ngan akalmu, bukan dengan Qur'an-hadits. Yakni mengatakannya dengan akalmu dalam memahami keduanya. Artinya kamu mengatakannya dengan akalmu, karena itu pernyataan akalmu yang benar ini, menandakan bahwa akal itu bisa diikuti.
Tapi kalau yang kamu katakan itu salah, maka sudah jelas dari awal tidak bisa diikuti.
Lagi pula, kalau bukan karena akal, lalu mengapa hanya manusia yang dituruni Qur'an. Lagi pula tidak bisa dibayangkan orang memahami Qur'an-hadits selain dengan akalnya.
Karena itu, Qur'an-hadits sendiri, atau Tuhan itu sendiri, atau Nabi saww itu sendiri, semua dan semuanya, tergantung kepada akal kita masing-masing. Karena itu, kita tidak sama memahami semuanya itu.
(2). Sedang akal yang melemah dikala tua itu, karena memang kurang dipelihara. Akan tetapi sebenarnya ia menguat secara natural. Jadi, lupadia pada materi-materi dan Nama-nama itu, tanda menguatnya ruh manusia. Artinya ia sudah semakin dekat dengan non materi. Karena mati adalah menguatnya ruh manusia atau manusia itu sendiri. Jadi, sebelum ia menjadi non materi (ruh barzakhi), maka ia mengalami tanda-tanda itu. Karena itu ia banyak melupakan hal-hal dunia tanpa dia sadari. Karena nafsu sexnya tidak ada, nafsu makannya tidak ada,bisa lupa nama anaknya, lupa anaknya ...dan seterusnya. Itu semua tanda-tanda dia menuju ke alam non materi barzakhi tersebut. Yaknimati.
Wassalam
Khommar Rudin: allah humma shalli alla muhammad wa alli muhammad
August 16, 2011 at 3:01am · Like · 9
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar