Sabtu, 30 Mei 2020

Asma-Asma Tuhan dan Para Makshum as


seri tanya jawab Adzar Alistany Kadzimi dan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/234627236582080/ by Sinar Agama (Notes) on Monday, August 15, 2011 at 5:51am

Adzar Alistany Kadzimi: Assallammu'alaykum warrohmah,,, Bismillaahirrohmanirrohim

Subhanallahumma sholli wassallim 'alaa Sayyidil Wujud Muhammad wa Aalihithoyyibinathohirrin wa 'Ajjil Farojahumullahusyarif...

Numpang nanya Ustadz,

seingat saya ; saya pernah mendengar dari ustadz Andi Muhammad Sofwan ketika mengikuti kajian Filsafat di RF Yogya bahwa para Imam ialah Nama-nama-Nya,

Abuzahra Gagah dan Mentari Perak menyukai ini.
Adzar Alistany Kadzimi: dan saya membaca di kitab-kitab juga menyatakan Ahlil Bayti Nubuwwah wa Maudhi'i Risallah (Sholawatullah wa sallammullah 'Alayhum Ajma'in) adalah nama-namaNya, apalagi yang saya tangkap dari hadist Imam Ja'far Shodiq 'Alayhissallam bahwa AL-ILAHsejati-Nya adalah makna dari nama-namaNya, (karena itu barangsiapa menyembah nama-namaNya adalah kafir, seperti kalangan bathiniyyah-bathiniyyah Isma'iliyyah contohnya)

lalu apakah berarti terjemahan maknawiyyahnya dari ayat Al-Fathihah ayat 1 berarti "Dengan Ahlil Bayti Nubuwwah wa Maudhi'i Risallah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" ? 

maaf, penafsiran ini hanya berdasarkan nalar saya yang terbatas, dan mohon pencerahannya...

Adzar Alistany Kadzimi: bissmillahirrohmanirrohim = karena Ahlil Bayt Nubuwwah wa Mawdhi'i Risalah (sholawatullah wasalammullah 'Alayhum Ajma'in) Yang Maha Kasih lagi Maha Sayang

Allhamdulillahirrobbil'alamiin = maka hamba memuji Ilah Yang Maha Mengatur semua Alam Arrohmanirrohim = Yaitu Makna dari Maha Kasih dan Maha Sayang

Maaliki yawmiddin = Yaitu Makna dari Maha Kuasa atas segala pembalasan

Iyyaka na'budu wa 'iyyaka nasta'in = hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong

Ihdinashirothol mustaqim = tetapkanlah kami pada jalan yang lurus

shirothol ladzina an'am ta 'alayhim = yaitu jalan pengikut dan Pembela Setia Ahlil Bayt Nubuwwah wa Mawdhi'i Risalah yang telah mendahului kami ghoiril maghdhubi 'alayhim =dan bukan jalan manapun dari musuh2 Ahlil Bayt Nubuwwah wa Mawdhi'i Risalah yang telah mendahului kami

walaadhooliiin = dan bukan jalan manapun kaum yang dholim....

beginikah... Ustadz? mohon pencerahannya....

Adzar Alistany Kadzimi: shirothol ladzina an'am ta 'alayhim, ada yang menyatakan yaitu seperti jalan Ahlil Bayti Nubuwwah wa Maudhi'i Risallah (Sholawatullah wa sallammullah 'Alayhum Ajma'in),,, tapi jika ana lihat sendiri jika diartikan seperti itu jadi terlalu tinggi. apalagi untuk

kedudukan seorang hamba yang pas-pasan....

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaanya:

(1). Nama Tuhan itu ada dua macam. Ada yang namanya nama, seperti kata-kata Allah, Rahman dan Rahim dan seterusnya.

Ada lagi NamaNya. Yakni makna dari namanya nama tersebut. Seperti hakikat Allah, hakikat Rahman dan Rahiim.

(2). Nama-nama selain Allah dari Nama-namaNya yang hakiki itu, adalah Dzat dan Sifat-sifatNya. 

(3). Yang menyembah nama yang kata-kata itu,seperti kata-kata Allah, Rahmaan dan Rahiim

….dan seterusnya, telah kafir karena tidak menyembahNya. Yang menyembah kata-kata nama

itu dan maknanya, maka telah melakukan kesyirikan. Jadi, yang tauhid hakiki, adalah orang yang menyembah Nama-nama itu sebagai makna.

(4). Manusia bisa mencapai derajat sifat-sifatNya itu karena sifat-sifat tersebut bukan hakikat ZatNya yang Allah itu.

(5). Ketika manusia mencapai derajat Nama-nama atau Asma-Asma itu, maka ia menjadi salah satu tajalli dari Nama-nama Sifat tersebut. Karena itu, bisa dikatakan bahwa yang mencapai itu adalah NamaNya. Yakni tajalli dari NamaNya.

(6). Orang yang mencapai ke derajat Nama-nama sifat itu, yakni menjadi tajalli dan manifestasi dari Nama-nama sifat itu, memiliki banyak tingkatan,baik dari jumlah Nama Sifat yang dicapai atau keluasan masing-masing capaiannya dimana paling sempurnanya adalah Nabi Muhammad saww dan menyusul setelah beliau saww, para imam makshum as. Karena itu mereka layak dikatakan bahwa mereka adalah Nama-nama Husna (sifat) itu.

(7). Jadi, Tuhan dan sifat-sifat, yakni Nama-nama yang kata-kata tentang Dzat dan Sifat Tuhan yang ada di Qur'an itu, maksudnya adalah Tuhan dan sifat-sifatNya itu sendiri, bukan para makshumin as. Akan tetapi tajalli tersempurna dari Nama-nama itu (selain Nama Zat Tuhan, yakni Allah), adalah para makshumin as tersebut.

(8). Kalau antum mau mengartikan Nama-namaNya itu adalah para makshumin, maka semestinya berkosekuensi sepenuhnya. Jadi, mengartikan surat Faatihah tersebut dengan:

“Dengan Nama Muhammad dan para makshumin yang lain yang penuh kasih dan sayang. Segala puji bagi meraka para makshum yang mengatur alam semesta ini. Mereka maha pengasih dan penyayang. Mereka penguasa hari pembalasan............................ dan seterusnya.”

Kan tidak bisa begitu bukan?

Karena itu, maka penjelasan yang benar itu adalah apa-apa yang sudah saya terangkan di atas itu (Allahu A’lam).

Kesimpulan:

Kenama-an atau ke-Asma-an para imam atau para makshum as itu bukan berarti hakikat Nama- nama dan Asma-Asma Husna Allah itu. Akan tetapi TajalliNya yang paling sempurna. Karena setinggi apapun mereka as mencapai maqam-maqam Asma itu, tetap saja mereka as itu adalah mereka as. Artinya, masih memiliki dimensi-dimensi lainnya seperti badan materi, atau tingkatan ruh barzakhi dan Tingkatan-tingkatan di atasnya yang jauh ada di bawah maqam Asma-Asma Husna itu.

Saran:

Kalau ingin lebih jelas dan rinci, maka rujuklah catatan-catatan saya tentang Wahdatu al-Wujud yang sudah mencapai belasan seri atau bagian itu.

Wassalam



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar