﷽
Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/236136543097816/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 21 Agustus 2011 pukul 0:05
Sinar Agama: Wahhabi-wahhabi tidak boleh makan ketupat-ied (bukan ketupat umum), karena itu budaya yang bid'ah. Tidak boleh juga ngucapin halal-bi-halal di ied (bukan umum) karena itu bid'ah.
Orang yang anti madzhab seperti wahhabi atau Muhammadiah, tidak boleh masak atau makan ketupat-ied-fitri, karena hal ini seharusnya bid'ah bagi mereka, karena bukan ketupat-umum yang dibuat kapan saja. Jadi ada ikatan antara ketupat dan budaya yang bagi mereka seharusnya bid'ah. Budayanya sudah jelas berselingkuh dengan hukum, yakni halal yang dikatakan oleh kita-kita.
Artinya ketupat, ucapan lebaran, beli baju lebaran, sudah menjadi budaya agama, bukan budaya umum. Dan ini seharusnya jelas bid'ah menurut wahhabi.
Ibnu Zaki: Apa memang bid‘ah boleh kalau makan tanpa harus dikaitkan dengan hukum normatif agama. Ini masuk kategori 'boleh', kecuali kalau masakan mereka jadi sesajen bagi setan piaran kalau, yang bagian lain masalah.
Sinar Agama: Awalan bahasamu tidak bisa kupahami dengan baik. Ke dua, kamu berarti tidak memahami tekananku.
Tidak ada yang tidak tahu makanan tahlilan itu diharamakaan seperti sesajen, apa bedanya?
Orang kita-kita dulu juga pernah wahhabi. Dan semua itu tidak beda dengan ketupat-lebaran, baju-lebaran dan ucapan-lebaran.
Perhatikan tulisanku tentang ketupat-lebaran, baju-lebaran, halal bi halal-lebaran dan ..
perhatikan bedanya dengan ketupat, baju baru dan maaf-maafan secara umum, nanti kamu akan ngerti yang aku maksud (.)
Ibnu Zaki: Guwa dulu juga pernah kaye lu yang demen takfir & laknatan, terhadap sesama moeslim. Emang Sekte 11 persis zombie, semacam bangke busuk yang bisa bertahan hidup dari memakan bangke orang lain. Bukan lagi sebatas hobi, tetapi itu sudah menjadi kebiasaan taraf akut.
: nasi tahllan/ketupat lebaran dengan sebangsa sesajen, jelas bid‘ah dunks cin. Secara dilihat dari kaca mata syareat, subsatnsinya sudah berlainan. Ini belum lagi masuk pada wilayah-wilayah perbedaan penting lainnye.
: apa-apa-lebaran, hanya akan guwa pesoalkan, jika luw anggap ini sudah mejadi bag. dari cara- cara beragama yang paling bisaah. Karena-nyeguwa akan claim luw tanpa ampun sebagai "tukang bid'ah". sebaliknye, kalau luw anggap dia masih sebatas tradisi (= el adah mohakkameh), makatak perlu repot sampai harus luw paksa-korelasikan dengan seabrek landasan teks menurut alQoran/ as sunnah. Istislah, istihsan sudah cukup.
: pahaman luw, gimana bedanye cin!
: tetapi kalau 'apa-apa-lebaran' itu guwa sandarkan pada kenyataan teks lain yang menganjurkan guwa di waktu ied/lebaran musti "bisaolek" sampai pada batasannye yang laik (kaga berlebihan), maka boleh jadi guwa malah kena 'kewajiban' membeli baju yang bagus ber-iedan (tak msti baru yeh, yang penting layak-pantes > contoh; luw beli nye di loakan).
: nah kalau luw masih ngeyel maksa kudu membidahkan mereka, berarti otak luw yang kaga nyampe. Wkwkwk..
Gitu kok repot! Ember cin..
Sinar Agama: Duh...duh...aku sambil ke-pingkel-pingkel baca tulisan kamu, sudah repot lagi membaca tulisannye eh tulisannya. Aku sungguh semakin senang sama kamu, bukan ngerayu.
Kalau betul yang kamu katakan itu, berarti bukan wahhabi, setidaknya dalam hal ini. Aku ini seorang Syi'ah yang banyak bid'ahnya di mata wahhabi itu. Aku cuma mau mencoba ngajak mereka berfikir bahwa kalau semua tambahan itu bid'ah, maka ketupat dan semacamnya itu juga bid'ah.
Sisi kebid'ahannya adalah bahwa ketupat, baju dan ucapan selamat itu telah dibuat menjadi budaya Islam yang sudah dianggap baik dilakukan dihari ied. Kalau ketupat dan semacamnya itu belum dijadikan budaya Islam, atau di luar hari ied, maka pasti tidak bisa dikatakan bid'ah.
Makanan sesajen untuk syetan atau jin atau ruh-ruh, tidak ada bedanya dengan ketupat dan makanan tahlilan dilihat dari esensinya sebagai makanan. Emangnya makanan bisa berubah esensi lantaran niat yang memasaknya?
Kalau yang diharamakaan itu pekerjaannya, mengapa bisa merembet ke makanannya? Nah, karena wahhabi itu biasanya menyerembetin, maka di ketupat dan lain-lain itu harus pula diserembetin, hingga jadi haram.
Jadi, bagi wahhabi atau yang merasa ngikuti Nabi saww tanpa bid'ah dan syirik itu, harus memilih 1 jalan dari 2 jalan yang ada. 1-mengganti cara berfikirnya, hingga ketupat dan lain-lain itu jadi halal. 2-tetap dengan pendiriannya dan ketupat, baju dan ucapan-ucapan itu jadi haram. Ghitu!.
Kalau Syi'ah maka sama dengan seperti yang ada di hadits sunni shahih Muslim no hadits 4830 yang +/- dikatakan bahwa, siapa saja yang membuatbudaya baru yang baik dalam ajaran Islami dan mengamalkannya, maka dia akan dapat pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikutinya.
Jadi, kalau kita mau mengarang budaya baru yang baik, artinya dalam koridor umum syariat Islam, maka berpahala, asal tidak menambahkan hukum yang 5 ke atasnya. Jadi, ketupat, kartu lebaran dan seterusnya adalah budaya baru yang baik dan dalam koridor Islam serta tidak diembeli hukum sunnah dan seterusnya terhadap semua itu.
Jadi, tahlilan itu baik karena doa dan mengirim pahala yang dianjurkan syariat menolong yang mati, ketupat akan menjadi syiar Islam danmembuat tali persaudaraan, kartu lebaran juga begitu disamping mempererat hubungan.
Semua itu karena Islam tidak mungkin memberikan ajaran rinci terhadap semua masalah kehidupan manusia. Jadi dia memiliki koridor hukum-hukumnya lalu kita menerapkannya pada seluruh aspek kehidupan kita sesuai perkembangan jamannya.
Jadi, semua yang baru asal masih dalam naungan hukum Islam, dan tidak diberinya hukum, seperti sunnah dan lain-lain (misalnya tahlilan yang seperti itu sunnah, ketupat sunnah dan lain- lain), maka boleh dan berpahala.
Jadi, silahkan beli baju hanya di hari lebaran supaya jadi penyegar habis puasa dan pengembira keluarga, tetapi jugan(jangan) bilang beli baju barudi hari ied adalah sunnah, karena yang sunnah itu yang membahagiakan keluarganya secara umum itu, yakni yang tidak terikat hari apapun.
Chi Sakuradandelion, Agoest Irawan dan 5 orang lainnya menyukai ini.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar