﷽
Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/324617850916351/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Februari 2012 pukul 18:08
Eby Ahmad: Assalamu’alaikum. Ustadz mau tanya. Mengapa manusia selalu mengulangi perbuatan yang salah?
Sudah tau salah tapi sering dilakukan... bagaimana mengatasinya? Apa ada fadilah-fadilah untuk mengatasinya?
Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya.
Saya malah meyakini sebaliknya. Yakni manusia yang memanusiakan dirinya, sudah pasti tidak akan melakukan kesalahan karena ia benci kepada kesalahan dan dosa itu. Dan kalah terjatuh, maka ia akan tersiksa serta tidak akan mengulanginya lagi.
Jadi, yang enak berbuat dosa dan bahkan enak mengulangnya, saya yakin dia belum menjadikan dirinya atau menganggap dirinya, sebagai manusia. Dengan kata yang lebih jelas, bahwa akalnya yang menjadi ciri kemanusiannya, dikuasai nafsunya yang menjadi titik samanya dengan binatang. Karena itu, ia belum sepenuhnya manusia dan, mungkin lebih banyak ke kebinatangannya.
Kalau antum masih ingat pada daya-daya ruh yang empat, maka daya ke tiganya yang bernama ruh-hewani yang menjadi tempatnya pengendalian gerak, rasa dan perasaan. Ruh daya-hewani ini juga dimiliki semua binatang. Karena itu, kalau manusia hanya mengandalkan ruh daya- hewani, maka ia sebenarnya lebih dekat kepada hewan ketimbang manusia. Daya ruh yang bisa mengontrolnya, adalah daya yang hanya dimiliki manusia, yaitu akal.
Karena itu kalau ingin menjadi manusia seutuhnya, maka harus menjadikan imam bagi daya- hewan yang juga disebut hati itu. Tentu saja dulu sudah saya tulis bahwa hati/qalbu ini juga memiliki dua makna, hati yang bermakna ruh daya-hewani itu dan juga daya-akal.
Nah, untuk menjadi manusia, maka hati yang bermakna daya-akal, harus dijadikan imam ke atas hati yang bermakna daya-hewani tersebut.
Dengan uraian ini, saya ingin menyampaikan bahwa trik paling ampuh untuk tidak melakukan kesalahan atau mengulangnya, adalah berusaha menjadi manusia dan malu menjadi binatang. Wassalam.
Saya malah meyakini sebaliknya. Yakni manusia yang memanusiakan dirinya, sudah pasti tidak akan melakukan kesalahan karena ia benci kepada kesalahan dan dosa itu. Dan kalah terjatuh, maka ia akan tersiksa serta tidak akan mengulanginya lagi.
Jadi, yang enak berbuat dosa dan bahkan enak mengulangnya, saya yakin dia belum menjadikan dirinya atau menganggap dirinya, sebagai manusia. Dengan kata yang lebih jelas, bahwa akalnya yang menjadi ciri kemanusiannya, dikuasai nafsunya yang menjadi titik samanya dengan binatang. Karena itu, ia belum sepenuhnya manusia dan, mungkin lebih banyak ke kebinatangannya.
Kalau antum masih ingat pada daya-daya ruh yang empat, maka daya ke tiganya yang bernama ruh-hewani yang menjadi tempatnya pengendalian gerak, rasa dan perasaan. Ruh daya-hewani ini juga dimiliki semua binatang. Karena itu, kalau manusia hanya mengandalkan ruh daya- hewani, maka ia sebenarnya lebih dekat kepada hewan ketimbang manusia. Daya ruh yang bisa mengontrolnya, adalah daya yang hanya dimiliki manusia, yaitu akal.
Karena itu kalau ingin menjadi manusia seutuhnya, maka harus menjadikan imam bagi daya- hewan yang juga disebut hati itu. Tentu saja dulu sudah saya tulis bahwa hati/qalbu ini juga memiliki dua makna, hati yang bermakna ruh daya-hewani itu dan juga daya-akal.
Nah, untuk menjadi manusia, maka hati yang bermakna daya-akal, harus dijadikan imam ke atas hati yang bermakna daya-hewani tersebut.
Dengan uraian ini, saya ingin menyampaikan bahwa trik paling ampuh untuk tidak melakukan kesalahan atau mengulangnya, adalah berusaha menjadi manusia dan malu menjadi binatang. Wassalam.
Chi Sakuradandelion, Djoko Moentiarsanto dan 2 orang lainnya menyukai ini.
Akuy Junior: Hehe,,, tajam.
Abubakar Umar Usman: Koq pecinta togel nyasar kesini? Togel itu judi mas. he4x..
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar