Kamis, 04 Maret 2021

Catatan Kecil Tentang Imam Mahdi as


seri tanya jawab, Ferry Yudho dengan Sinar Agama. http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/324616027583200/ by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, December 7, 2011 at 2:27pm


Ferry Yudho: Ass.. ustadz..semoga dalam lindungan ALLAH swt. Mau nanya ustadz.. tolong ustadz beri sedikit ilmu mengenai Imam Mahdi? Terimakasih ustadz.. Salam..

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

Tentang Imam Mahdi as maka beberapa poin berikut ini penting diperhatikan:

(1). Adanya Imam Mahdi as ini merupakan kesepakatan Syi’ah dan Sunni dilihat dari riwayat- riwayat yang ada dan bahkan dari para pengikutnya.

(2). Periwayatan di Sunni bermacam-macam:

(a). Ada yang menyebutkan tanpa nama seperti akan adanya 12 Imam setelah Nabi saww yang semuanya dari Quraisy (seperti di Shahih Bukhari, bab Kitab Ahkaam dan Shahih Muslim, bab Kitaab al-Imaarati, dan seambrek yang lainnya).

(b). Ada yang berupa penyebutan namanya sebagai salah satu Penghulu Surga. Nabi saww bersabda:

”Kami anak-anak ’Abdu al-Muthallib adalah penghulu penghuni surga, aku, Ali, Ja’far, Hamzah, Hasan, Husain dan al-Mahdi.” (Mustdarak Hakim, jdl. 3, hal. 211; Thabari dalam al-Riyaadhu al-Nadhratu, jilid. 2, hal. 209; Shahih Ibnu Maajah, bab Khuruuji al-Mahdi as, hal 309; Taariikh Baghdaad, jilid. 9, hal. 434; Shawaa’iqu Ibnu Hajar, hal. 96 dan hal. 140).

(c). Ada yang menyebutkan namanya, sebagai yang sama dengan nama Nabi saww, dan yang akan menegakkan keadilan di seluruh dunia dimana Tuhan akan memanjangkan kiamat walau sudah tinggal sehari, kalau ia belum keluar. Nabi saww bersabda:

”Dunia ini tidak akan kiamat (dalam hadits lain dikatakan: Kalaupun umur dunia ini tinggal sehari, maka akan dipanjangkan Tuhan hingga ) hingga dikuasai oleh Ahlulbaitku yang namanya sama dengan namaku.”

(Riwayat-riwayat semacam ini bisa dilihat di: Shahih Muslim, bab Kitaab al-Fitan; Shahih Turmudzi, jilid. 2, hal. 36; Shahih Abu Daud, bab Kitaab al-Mahdi, jilid. 27; Hiliyyatu Abu Na’iim, jdl(jilid). 5, hal. 75; Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid. 1, hal. 376, 377, 430 dan 448; Taariikh

Baghdaad, jilid. 4, hal. 388; Kanzu al-’Ummaal, jilid. 7, hal. 188; Dzakhaairu al-’Uqbaa, hal. 136;..dll).

(d). Ada yang menyebutkan namanya sebagai al-Mahdi as dan sebagai Imam shalat yang dimakmumi nabi Isa as. Nabi saww bersabda:

”Ketika nabi Isa as turun, rambutnya seakan meneteskan air. al-Mahdi as berkata kepadanya: ’Majulah dan shalatlah dengan umat!’. Ia -Isa as- berkata: ’Sesungguhnya shalat ini telah diiqomati untukmu.’ Karena itu ia -Isa as- melakukan shalat di belakang lelaki dari sulbiku.”

(Riwayat semacam ini banyak, seperti: Shawaaiqu al-Muhriqah, hal. 97; Shahih Ibnu Habbaan, bab Imaamatu al-Mahdi; Kanzu al-’Ummaal, jilid. 7, hal. 187; Faidhu al-Qadiir, jilid. 6, hal. 17; Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid. 3, hal. 345 dan hal. 384; dll.)

(e). Ada yang menyebut sebagai Imamyang dibantu nabi Isa as untuk melawan Dajjal. Nabi saww bersabda:

”Dajjal keluar dalam situasi dimana agama jadi tertekan dan ilmu dijauhi ... lalu datanglah Isa bin Maryam as, lalu shalat telah diiqomati dan dikatakan kepadanya: ’Majulah -menjadi Imam shalat- wahai Ruhullah!’ Ia as menjawab: ’Sudah semestinya Imam kalian yang mengimami shalat.’ ” (Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid. 3, hal. 367; dll.)

(f). Ada yang menerangkan sebagai Imamyang dibanggakan karena walaupun nabi Isa as turun, akan tetapi ia as berimamah kepada Imam muslimin. Nabi saww bersabda:

”Bagaimana kalian -tidak bangga- ketika turun nabi Isa bin Maryam as diantara kalian, akan tetapi Imam -yang wajib ditaati- adalah dari kalian.”

(contoh periwayatan seperti ini dapat dilihat seperti di: Shahih Bukhari, bab Kitaab Bid-i al- Khalq; Shaih Muslim, bab Kitaab al-Iimaan, bab Bayaan Nuzuuli ’Iisaa as; Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid. 2, hal. 336).

(g). Ada yang menyebut sebagai Ahlulbait Nabi saww dan dari keturunan Faathimah as (tentu selain hadits-hadits di atas yang telah menyebutnya sebagai Ahlulbait as). Nabi saww bersabda:

”Kalau umur dunia ini tidak tersissa kecuali sehari, maka ia akan dipanjangkan umurnya oleh Allah sampai dikuasai oleh lelaki dari Ahlulbaitku yang -juga- menguasai gunung Dailam dan Qisthanthaniyyah.”

Atau Nabi saww bersabda:

”Al-Mahdi dari kami Ahlulbait yang dijadikan Allah sebagai pembenah dalam sehari (kiasan terhadap makna cepat sekali membenahi dunia).”

(Hadits-hadits yang semakna dengan ini, yakni bahwaImam Mahdi as itu dari Ahlulbait-yang makshum tentunya- banyak sekali di Sunni, seperti: Shahih Ibnu Maajah, bab al-Jihaad dan bab Fitan; Hilyatu al-Auliyaa’, jilid. 3, hal. 177; Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid. 1, hal. 84, Tafsir al-Durru alm-Mantsuur karya Suyuuthii, di penafsiran Surat Muhammad; Shahih Abu Daud, jilid. 27, bab Kitaab al-Mahdi; Mustadrak Hakim, jilid. 4, hal. 557, 558; Usudu al-Ghaabah, jilid. 1, hal. 259; Kanzu al-’Ummaal, jilid. 6, hal. 44, jilid. 7, hal. 186; dan seambrek yang lainnya yang ada di Sunni).

(h). Ada yang menyebutnya sebagai Ahlulbait yang diserahi bendera revolusi dari timur (yang diyakini banyak orang sebagai revolusi Iran sekarang, karena di hadits-hadits lain dikatakan sebagai bendera-bendera dari Khurasaan, yakni Iran dalam penyebutan sekarang) untuk memimpin dan meneruskan sampai menuntaskannya ke seluruh dunia. Diriwayatkan dari Abdullah berkata:

Ketika kamu sedang bersama Rasulullah saww, datang beberapa orang anak kecil dari Bani Hasyim. Ketika Nabi saww melihatnya, beliau saww memperhatikannya dan mata dan wajahnya menjadi berubah. Aku bertanya kepada beliau saww:

”Kami melihat di wajahmu adanya sesuatu yang tidak kamu sukai.” Nabi saww menjawab: ”Allah swt telah memilihkan akhirat untuk kami para Ahlulbait dari dunia. Sesungguhnya Ahlulbaitku akan menjumpai setelah aku, bala dan bencana, pengusiran dan penolakan (tidak ditolong) sampai datang suatu kaum/umat dari arah timur yang membawa bendera- bendera hitam dimana mereka itu menuntut kebaikan (hak kebebasan dengan mengamalkan agama dalam segala bidang di dunia), tapi tidak diberikan. Lalu mereka bangkit berperang -melawannya- dan mendapat kemenangan, lalu apa yang diminta mereka itu akan diberikan, tapi mereka malah menolaknya. Begitu seterusnya sampai mereka menyerahkan -bendera itu- kepada lelaki dari Ahlulbaitku, lalu ia memenuhi dunia dengan keadilan sepertimana telah dipenuhi dengan kebatilan -sebelumnya. Kalau kalian ada yang mendapati masa itu, maka datangilah -ikutlah rombongan pejuang itu- walau harus merangkak di atas salju!”

(Shahih Ibnu Maajah, bab al-Fitan; Thabari dalam Dzakhaairu al-’Uqbah-nya, hal. 17; Tafsir al-Durru al-Mantsuur, ketika menafsirkan ayat yang berbunyi: ”Fahal Yanzhuruuna illaa al- Saa’atu an Ta’tii Bahgtatan.”).

Dari Ummu Salamah ra berkata:Aku mendengar Nabi saww bersabda: ”al-Mahdi itu dari Itrahku (salah satu penyebutan dari Ahlulbait) dari keturunan Faathimah.”

(Shahih Abu Daud, jilid. 27, hal. 134; Mustadrak Hakim, jilid. 4, hal. 557; Miizaanu al-I’tidaal Dzahabi, jilid. 2, hal. 24; Tafsir Suyuuthii dalam menafsirkan surat Muhammad dimana iapun berkata bahwa Abu Daud, Ibnu Maajah, Thabrani dan Hakim juga meriwayatkannya dari Ummu Salamah ra.).

Catatan:

(1). Ahlulbait itu adalah keluarga Nabi saww yang makshum sesuai dengan ayat Thathhir, QS: 33: 33:

”Sesungguhnya Allah hanya ingin membersihkan kalian Ahlulbait dari segala kekotoran/dosa, dan membersihkan kalian sebersih bersihnya.”

Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Nabi saww bersama dengan Hadhrat Fathimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain asdimana Nabi saww berdoa: ”Ya Allah mereka- mereka ini adalah Ahlulbaitku, maka bersihkanlah mereka dari dosa sebersih bersihnya.” Lalu turunlah ayat itu. Dan Ummu Salamah ra sebagai istri Nabi saww yang ada pada waktu itu, memohon pada Nabi saww untuk menjadi salah satu Ahlulbait, akan tetapi Nabi saww menolaknya, tapi beliau saww mengatakan: ”Akan tetapi kamu adalah termasuk orang-orang yang baik.”

(2). Kelima orang tersebut bukan satu-satunya Ahlulbait. Karena kemakshuman itu salah satu keharusan dari Imamyang wajib ditaati dan harus ada sebagai pengemban jalan lurus yang tidak salah sedikitpun (wa laa al-dhaalliin) dimana kalau tidak ada orang makshum, maka mustahil akan adanya shiratulmustaqim itu dan kalau demikian halnya, maka bermain- mainlah Tuhan menyuruh kita tiap hari memintanya dalam shalat ketika membaca surat alfatihah (sebagaimana sudah sering diterangkan sebelum ini). Jadi, adanya Imam 12 itu sudah pasti makshum. Karena taat pada yang tidakmakshum itu dilarang agama (QS: 76: 24). Saya sudah sering menjelaskan hal ini, tolong lihat semua tulisan-tulisan yang bersangkutan sebelum ini.

(3). Ditambah lagi dengan penegasan Nabi saww bahwaImam ke 12 ini juga disebut sebagai Ahlulbait, maka sudah jelas, bahwa kelima orang pertama itu, hanyalah sebagai penyebab turunnya ayat, karena pada waktu itu yang ada di dunia ini baru kelima orang tersebut as.

(4). Imam Mahdi as ini adalah putra Imam ke 11, Imam Hasan al-’Askari as. Karena orang makshum jelas tidak akan bisa menjadi makshumdengan belajar ke orang lain yang tidakmakshum. Jadi, kalau tidak lahir, makadi samping jalan lurus itu tidak ada sekarang ini dan permintaan dalam shalat dalam surat alfatihah itu menjadi sia-sia, di samping semua itu, maka ia akan mendapat didikan dari orang yang ilmunya tentang Islam tidak lengkap seratus persen dan tidak pula ada jaminan kebenarannya seratus persen dari yang dimilikinya itu. Jadi, beliau as, sudah lahir, yaitu di tahun 250 Hijriah Qamariah.

(5). Di samping dalil akal yang diambil dari ayat dan riwayat itu, juga terdapat banyak bukti akan kelahiran beliau as itu (al-Mahdi as). Seperti pengakuan dan kesaksian para ulama Sunni, seperti:

(a). Pengakuan Ulama Nasab, seperti: Abu Nashr al-Bukhari (abad 4 H), dalam kitabnya, Sirru al-Silsilati al-’Alawiyyati, hal. 39; Al-Sayyid al-’Amri (abad 5 H) dalam kitabnya, al-Mujada Fi Ansaabi al-Thaalibin; Fakhru al-Roozii (abad 6 H) dalam kitabnya, al-Syajaratu al-Mubaarakatu fi Ansaabi al-Thalabiyyati, hal. 78-79; ...dll- yang banayk sekali).

(b). Pengakuan ulama-ulama Sunni, seperti: Abu Bakar Muhammad bin Harun al-Ruyani (abad 3 H); Ibnu Atsiir (abad 5 H) dalam kitabnya, al-Kaamilu Fi al-Taariikh; al-Dzahabii (abad 7 H), dalam kitabnya, al-’Ibaru Fi Khabari Man Ghabara; ...dan lain-lain.. yang banyak sekali.

(c) Pengakuan ulama Sunni tentang kelahirannya dan sebagai anak Imam Hasan al-’Askari, tentu di samping semua yang sudah disebut di atas itu, maka masih banyak yang lainnya, seperti: Muhyiddin Ibnu ’Arabi (abad 6 H), dalam kitabnya al-Futuuhaatu al-makkiyatu, bab ke 366, pembahasan ke: 5. (tapi sayang di kitab-kitab yang sekarang ini sudah terhapus).

Tapi ulama-ulama Sunni menyebutnya, seperti: Abdu al-Wahhaab bin Ahmad al-Sya’raanii al- Syaafi’ii (abad 9) cetakan al-Halabiyyatu, Mesir. dll); Kamaaluddin Muhammad bin Thalhah al- Syaafi’ii (w th 652 H), dalam kitabnya Mathaalibu al-Suaal, jilid. 2, hal 79, bab. 12;; Sibtu Bin al- Jauzii al-Hanbalii (w th 654 H), dalam kitabnya, Tadzkiiratu al-Khawaash, hal. 363; Muhammad bin Yusud al-Ganji, (w th 658 H), dalam kitabnya, al-Bayaanu Fi Akhbaari Shaahibi al-Zamaani; ..dll dari semua ulama madzhab Sunni dari berbagai cabangnya seperti Maliki, Hanbali, Hanafi dan Syafi’ii.

(6). Setelah adanya semua bukti itu, apalagi di Sunni saja diriwayatkan dari puluhan shahabat seperti Hadhrat) Faathimah, as, Imam Ali as, Umar bin Khaththab, Abu Dzar, Utsman bin ’Affan, Thalhah, ’Aiysah, Anas bin Maalik ....dst sampai lebih dari 50 orang shahabat (dimana kalau 9 saja sudah dihukumi Mutawatir), maka sudah tidak lagi menjadi masalah bagi seorang mukmin yang mengimani keKuasaan Allah, tentang panjangnya umur beliau as dimana sampai sekarang sudah sekitar 1200 tahun. Karena tidak ada hal yang luar biasa bagi Allah untuk memanjangkan umur seseorang, seperti:

- QS: 29: 14:

”Kami telah mengutus Nuh pada umatnya, kemudian ia bersama mereka seribu tahun kecuali lima puluh tahun...” (di sini, masa tabligh nabi Nuh as saja, 950 th, belum lagi umurnya).

- QS: 18: 25:

”Dan mereka berada di gua mereka itu selama tiga ratus tahun dan diperbanyak sembilan tahun.” (yakni Allah mematikan/menidurkan mereka dalam gua itu selama 309 th. Nah, ini baru contoh dari Kuasa Tuhan tentang tidurnya manusia yang ditidurkannya, bukan hidupnya yang tentu bisa lebih panjang dari itu kalau Tuhan menghendaki).

- QS: 37: 143-144:

”Kalau dia -Yunus- bukan dari golongan orang-orang yang suka bertasbih --- Maka akan diletakkan di perutnya -ikan besar yang memakannya- sampai hari kiamat.” (bayangkan saja, kalau Tuhan mau, bisa saja meletakkan seseorang dalam perut ikan dari sejak ratusan tahun sebelum Nabi Muhammad saww sampai hari kiamat yang entah kapan datangnya, dan dalam keadaan hidup. Apalagi jauh lebih sedikit dari itu dan tidak di dalam perut ikan. Dan, sudah tentu ikannya juga akan hidup sepanjang itu pula.).

Kalau ayat-ayat itu ditambah dengan hadits-hadits yang banyak dari Nabi saww tentang akan ghaibnya Imam Mahdi as ini, maka sudah tidak akan ada lagi masalah bagi seorang mukmin sejati yang hatinya telah teruji dengan dalil dan tidak mengikuti khayalan yang tidak ada haditsnya sama sekali. Jabir bin ’Abdulah al-Anshaari ra berkata:

Nabi bersabda kepadaku:

”Ya Jaabir, pemimpin dan washi setelah aku adalah Ali, kemudian Hasan, kemudian Husain, kemudian Ali yang dikenal dengan Zainu al-’Abidiin, kemudian Muhammad yang dikenal dengan al-Baqir dimana kamu akan sampai ke masa dia dan kalau kamu menjumpainya, maka sampaikan salamku padanya, kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian yang bangkit (al-Qooim) yang namanya seperti namaku dan julukannya seperti julukanku, Muhammad bin Hasan bin Ali, dst -sampai pada- dan dialah yang akan ghaib dari pengikut-pengikutnya begitu lama hingga tidak beriman kepada keimamahannya kecuali orang-orangyang hatinya telah diuji Tuhan dengan keimanan.....” (Yanaabii’u al-Mawaddati, hal. 400; dan banyak juga yang dalam bentuk lain yang mengabarkan tentang akan ghaibnya Imam Mahdi as tersebut).

Penutup:

Semoga Tuhan memaafkan kelemahanku dalam menulis. Betapa tidak, kitab kamus tentang Imam Mahdi as ini terlalu panjang. Yang ada di rumah alfakir saja ada, yang bernama Mu’jamu Ahaadiitsi Imaami al-Mahdi as, yang hanya menyebut ayat dan hadits-hadits yang berkenaan denganImam Mahdi as ini yang ada di kitab-kitab dalam sepanjang sejarah, baik Syi’ah atau Sunni, berjumlah 8 jilid. Nah, dengan hanya beberapa baris di atas ini, maka sudah sangat perlu untuk memohon ampunan pada Allah swt atas kekurangan tersebut. Karena baru beberapa jam menulis saja, sudah kelelahan. Semoga saja, ada manfaatnya bagi penanya dan yang lainnya, amin, tentu saja, juga bagi alfakir sendiri, amin.Labbaika ya Husain (as) !!!!!!!!!!!

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar