﷽
Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/325372424174227/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 3 Februari 2012 pukul 21:01
oleh Irwan Samson Gaus
Ziarah Arba’in adalah ziarah ke 40 hari dari tragedi Karbala. Tanggal 20 Shafar adalah 40 hari dari peristiwa tragis yang memilukan hati kaum mukminin, tragedi yang menimpa keluarga Rasulullah saw di Karbala, khususnya Al-Husein cucu tercinta Rasulillah Saww. Sudah selayaknya kita ummat Rasulullah saw berziarah dan menyampaikan salam kepada cucu tercinta Rasulullah Saww. Semoga dengan ziarah ini kita mendapat syafaat Rasulullah Saww dan Ahlul baitnya Salamullah alaihi wa alihi wassalam, dilindungi oleh Allah swt dari segala musibah dan bala’.
Haidar Dzulfiqar: Salam dan terimakasih atas kiriman do’a ziarah Arbainnya. Izinkan ana sedikit memberi komentar tentang Do’a dan Ziarah Arba‘in ini yang dihukumi sebagai Syirik, Bid’ah dan Sesat oleh kaum Wahabi..
1. +/-15jt Muslimin Sunni dan Syi’ah dunia setiap tahun berziarah dan berkumpul di makam Imam Husain as, bukanlah jumlah yang sedikit untuk menyerukan “Labbaika Yaa Husain ...!” Lalu dimanakah wahabi?
2. Adakah Muslimin yang datang berziarah dan berkumpul di kuburan Yazid bin Muawiyyah (laknatullah ‘alaihi), atau kuburan Muawiyyah, Abu Sofyan, Utsman, Umar dan Abu Bakar seperti di Karbala?
3. Jika seorang Sunni berdo‘a: “Ya Allah, beri kami kesempatan untuk ziarah ke makam cucu NabiMu, Husain bin Ali bin Abi Thalib.”, maka seluruh Sunni dan Syi’ah pasti menjawab : “Amin ya Allah.”
4. Peringatan Asyuraa dan Arba’in di Karbala jelas bukan hanya menjadi media Pemersatu Sunni dan Syi’ah (tanpa wahabi tentunya), tetapi sekaligus menjadi FURQAN (pembeda dan pemisah) antara Haq dan Bathil..!!!
Rijal Muhammad: Sayyiduna Abu Bakar dan Sayyiduna Umar selalu diziarahi, karena mendapat kemuliaan berdampingan dengan Sang Nabi, kakek Imam Husein yang Syahid terpuji.
Haidar Dzulfiqar: Andai Abu Bakar dan Umar dikubur jauh di padang pasir tandus, adakah orang ramai yang akan datang menziarahinya? Lihat saja bagaimana dengan Utsman, Muawiyah, Yazid dan lain-lain, sebandingkah dengan Imam Husain as?
Rijal Muhammad: Tetap kemuliaan Abu Bakar dan Umar tak terpungkiri.
Haidar Dzulfiqar: Siapakah yang menanam mayat Abu Bakar dan Umar di samping jenazah suci Rasulullah saww, sementara dimanakah makam Putri Suci Beliau saww Fathimah Az-Zahra as tercinta? Kenapaa..?
Rijal Muhammad: Imam Ali lebih mampu dan mengerti pada saat itu. Siapa yang bisa menghalangi Ali Singa Allah dan RasulNYA sehingga harus membisu?
Haidar Dzulfiqar: Abu Bakar dan Umar telah mendobrak dan hendak membakar rumah Fathimah as, merampok jabatan khalifah Ali as dan kebun fadak, lari dari medan perang Uhud dan sebagainya, itukah yang anda sebut KEMULIAAN..???
Rijal Muhammad: Mereka menganiaya albatul azzahra, sampai-katanya- gugur kandungannya. Lalu suaminya yang perkasa kemana? Apakah diam dan menerima, layaknya anak kambing betina?
Haidar Dzulfiqar: Siapa bilang Imam Ali as membisu hai pendusta?! Saya harap anda baca sejarah dan bicara berdasarkan fakta-fakta sejarah bukan prasangka dan taqlid buta (ikut-ikutan). Muliakan diri anda dari seekor Beo.
Rijal Muhammad: Jadi, mengapa Ali tidak menghalangi, sehingga hal tersebut terjadi?
Haidar Dzulfiqar: Anda tau dimana peristiwa itu terjadi ??? MADINAH MUNAWAROH Boss..! Taukah anda hukum berperang menumpahkan darah di kota suci tersebut? Kenapa bukan perbuatan Abu Bakar dan Umar yang anda tanyakan?
Rijal Muhammad: Memangnya kenapa di Madinah? Apa hanya karena di Madinah, lalu Imam Ali membiarkan Istri tercinta dianiaya dan jabatan-yang katanya- telah diwasiatkan, dirampas begitu saja? Sungguh mental yang hina bila memang Ali bersikap demikian.
Abu Zahra Al Manshur: To: @Rijal Muhammad, Mengapa antum berpikir sederhana gitu?
Seekor singa yang perkasa sekalipun akan kalah kalau “dikeroyok” atau kalah jumlah. Imam ‘Ali lebih mementingkan bagaimana risalah Ilahi yang masih asli dan diemban oleh beliau agar tetap exis dan diteruskan oleh murid-murid / sahabat setianya. Kalau sampai beliau syahid/gugur lalu bagaimana beliau mengemban amanat itu? Justru diamnya itu adalah amanat dari kekasihnya tercinta Muhammad saww.
Sungguh dia bukannya penakut, kalau saja DIA BERPIKIR PENDEK DAN TIDAK DIPESAN oleh Rasul Allah, tentu beliau sudah memerangi mereka meskipun harus gugur.
Rijal Muhammad: Apakah Ali sendiri? Apakah ahlil beitnya tak ada yang berani? Di mana nyali Sang Imam, bila anaknya saja, Al-Husein, yang hanya di temani 72 anggota keluarga, rela memberikan nyawanya kepada ribuan pasukan, demi tegaknya Risalah yang di bawa Datuknya?
Abu Zahra Al Manshur: @Rijal M: Setiap masa beda kasus dan cara penanganannya, jangan menilai sesuatu dengan berdasarkan diri antum melainkan caritahu kenapa hal itu terjadi. :)
Abu Zahra Al Manshur: Baik ‘Ali bin Abi Thalib a.s maupun Husein bin Ali a.s, mereka melakukan itu bukan dengan membabi buta tanpa perhitungan. Lebih dari itu malah, karena mereka sudah diberitahukan apa yang akan terjadi, dan mereka hanyalah melakoninya saja. Hikmah dan rahasia yang tersembunyi darinya tidak akan diketahui atau dicapai oleh sang pembenci atau “Pencari-cari Kesalahan/Cela”.
Rijal Muhammad: Jawaban anda bagus dan pandai, yaitu “mereka telah diberitahu apa yang akan terjadi, jadi mereka tinggal menjalani. Rahasianya takkan diketahui oleh para pembenci.”
Lalu, untuk itukah ada ratapan, cacian, karena mereka telah menjalani ketetapan Tuhan. Lalu para pembenci, sikap membenci, caci-maki, mesti ditanamakaan kepada Para Shahabat Nabi yang sebenarnya dikasihi?
Sinar Agama: Rijal M:
(1). Memahami kata-kata Syi’ah itu harus dengan Syi’ah sebagai Islam yang hakiki. Begitu pula teman-teman yang lainnya yang sudah Syi’ah.
(2). Diberitahukannya akan kehidupan masa mendatang, baik itu merupakan kebaikan dan kebahagiaan, seperti pangkat kenabian, nabi akan lahir, imam akan lahir dan seterusnya, atau baik itu berupa petaka, seperti nabi Fulan akan dibunuh seperti fulan, imam Ali as akan dikhianati umat Nabi saww dan akan dibunuh dengan terbelahkan kepalanya, imam Hasan as akan diracun karena itu dicuumi Nabi saww mulut tampat racun itu, imam Husain as akan dibantai oleh pejahanam-pejahanam ....dan seterusnya semua itu, yakni berita manis dan pahit dimasa mendatang itu (begitu pula dimasa yang telah lalu dan sekarang), semua atas pilihan manusia itu sendiri, bukan ditakdirkan Tuhan. Kalau semua karena ditakdirkan Tuhan, maka kamu atau Nabi saww atau siapa saja, jangakan memerangi kafirin yang memerangi muslimin, membenci juga tidak boleh, karena kita tinggal ngelakoni saja. Bukan begitu mas.
3). Jadi, apapun yang terjadi dan yang akan terjadi, baik diberitakan Allah dan Nabi saww, atau tidak diberitakan, tidak ada hubungannya dengan takdir/nasib manusia, karena takdir/nasib itu tidak ada dalam Islam dan hanya bid’ahnya si Asy’ari yang hidup di abad ke 3 H itu dimana terus diimani oleh kamu dan semacam kamu hingga menelurkan berbagai kesalahan berfikir dimanapun saja di bagian agama ini.
(4). Dengan demikian, semua kejadian manusia itu terjadi atas ikhtiar manusia itu sendiri. Karena itu, para imam makshum as dalam melakukan misi-misi kehidupannya, adalah dengan standart Islam yang makshum yang dipahami dengan makshum pula.
(5). Ketika semua pekerjaan manusia itu dilakuakn dengan ikhtiarnya, maka masing-masing orang bertanggung jawab akan perbuatan dirinya sendiri-sendiri.
(6). Ketika kita melihat kejadian dari suatu perbuatan dari para makshum yang juga dilakukan dengan ikhtiar dan pasti benar karena makshum, maka sudah semestinya kita mencari sebab-sebab yang masuk akal dan sesuai agama, hingga kita bisa memahaminya dengan benar dan memposisikan diri kita dengan benar pula.
(7). Ketika kita melihat kejadian yang katakanlah luar biasa atau seperti aneh, tetapi dilakukan oleh para nabi dan imam yang makshum, maka sudah tentu keanehannya itu lantaran kita yang bodoh. Karena itu sudah selayaknya mencari kebenaran argumentatifnya dan baru setelah itu kita memposisikan hati dan diri kita ini sesuai dengan ukuran perbuatan makshum itu, karena mereka as semuanya adalah Islam hakiki itu dan contoh yang harus diteladani.
(8). Ketika kita sudah tahu kebenaran dan kebatilannya, maka sudah tentu kita wajib memposisikan diri di pihak yang benar. Dan ketika kita memposisikan diri di pihak yang benar, seperti di pihak Rasul saww atau para imam makshum as, maka sudah tentu kita berhadapan dengan yang menjadi lawan-lawan mereka. Karena itulah kita membenci Abu Jahal dan para kafirin jahiliah yang memerangi dan diperangi Nabi saww. Begitu pula dengan yang dihadapi para makshumin yang lain.
(9). Adalah sangat lucu ketika seseorang membela suatu kebenaran yang terbantai, lalu dia tidak membenci dan bahkan menyangi juga yang membantainya itu. Islam apa yang seperti ini dan dimana diajarkan seperti itu, di ayat mana dan di hadits mana?
Bahkan Nabi saww pernah bersabda: bahwa kalau di ujung dunia ada yang membunuh satu orang dengan batil, dan di ujung lainnya ada yang mendengar dan ridha/rela terhadap perbuatan itu, maka ia telah bersekutu dalam dosanya itu.
Atau hadits lain yang mengatakan “Barang siapa menjumpai pagi, tetapi ia tidak memikirkan kaum muslim, maka ia bukan seorang muslim.”
Karena itulah masalah sosial dan sikap itu, sangat dijarkan dalam Islam, untuk bersimpati pada kebenaran dan membenci kebatilan sesuai dengan takaran kebatilannya itu.
Nah, membunuh imam keluarga Nabi saww yang wajib kita shalawati tiap shalat itu sebagai Aalu Muhammad, bukan hanya sembarang kebatilan yang bisa dikompromi sedikitpun. Jangankan pembunuhan keluarga Nabi saww, membunuh keluarga kita saja harus diqishash (dalam hukum dan negara Islam).
Rijal Muhammad: Alangkah indahnya jawaban anda. Imam Ali tidak menjadi Khalifah pertama, karena pilihannya. Karena Imam Ali bisa untuk menjadi yang pertama. Imam Hasan diracun karena pilihannya. Karena jika Imam Hasan lebih waspada pasti bisa. Imam Husein Syahid di Karbala, dengan membawa keluarga, tua dan muda, itupun karena pilihannya. Seandainya beliau mau menghindar, pasti keluarganya takkan terhina. Ali assajjad tentu takkan dibelenggu. Zainab dan Sukaynah tentu tidak akan dipermainkan tangan-tangan musuh ayah, kakek, dan datuknya. Sungguh agung pilihan Imam Husein yang mengakibatkan anak-cucunya terhina, ditindas dan diperjual-belikan seperti budak
Sinar Agama:
(10). Kejadian-kejadian masa depan yang ikhtiari itu, sudah tentu, walau diketahui keberikhtiarannya dimasa depan, kita tidak boleh menyikapinya sekarang. Karena itu, ketika imam Ali as melewati Ibnu Muljam l.a yang pura-pura tidur di masjid itu mengatakan: “Aku tahu apa yang akan kamu lakukan”, atau : “Aku tahu apa yang kamu sembunyikan di bawah tubuhmu itu.”
Ketika imam Ali as sudah ditebas dan belum syahid, pernah ditanya, mengapa tidak mengambil tindakan pada waktu itu? Imam menjawab: “ Seseorang tidak bisa dihukum sebelum melakukan kesalahan.”
Begitu pula imam Husain as, walaupun sudah tahu akan ditinggalkan oleh para pengundangnya itu, akan tetapi tidak bisa mengambil sikap di waktu ini dan hari ini. Karena itu, maka siapapun yang punya ilmu ghaib atau diberitahu tentang ilmu ghaib, tidak bisa dan bahkan tidak boleh beramal dengan ilmunya itu. Karena memang belum terjadi.
Kalau mau main pukul-pukulan dan hantam-hantaman, maka Allah yang lebih pandai dan Kuasa untuk menghukum siapa saja yang membunuh para nabi as dan para imam as. Akan tetapi Tuhan tidak melakukannya, karena adil itu bukan menghukum orang sebelum berbuat.
Bayangin saja, kalau imam Ali as, menangkap dan mengikat Ibnu Muljam yang katakan walalupun bukan sebagai hukum, tetapi sebagai pencegahan, maka pasti akan ditertawakan orang terlebih musuh-musuhnya. Karena imam Ali as akan dikatakan telah gila, membuat fitnah dan macam-macam.
Begitu pula imam Husain as. kalau tidak datang ke Kufah untuk memenuhi undangan para pengkhianat yang belum melakukan pengkhiatan itu, katakanlah sebagai pencegahan (walau tidak menghukum), maka sudah pasti akan ditertawakan orang se dunia dan akan dikatakannya sebagai gila dan penakut.
Karena itu, maka kita mesti tawadhu’ pada para nabi dan imam makshum as kalau memang sudah kita yakini sebagai nabi atau imam. Karena, akal kita yang cetek ini, kalau tidak dijejeli ilmu, dan hanya hidup bagai katak dalam tempurung ini, lalu dijadikan handalan dan ukuran agama, maka sudah pasti kita akan celaka pitu likur kata orang Jawa.
Penutup, saya tidak tahu antum berdebat apa, karena ana hanya melihat dua pesan terakhir yang nongol itu, lalu karena ada waktu, ikut menyumbangkan tulisan ini, semoga memang nyambung dan berguna, amin. Kalau tidak nyambung maka afwan. Wassalam.
Rijal Muhammad: Ternyata, semua pilihan para Imam, semenjak Imam Ali sampai Al-Mahdi, hanya menghasilkan kebencian, dendam, marah dan caci-maki. Dan orang-orang yang mengaku sebagai pecinta merekalah sebagai bukti.
Sinar Agama: Oh iya, jadi teringat sabda Nabi saww ketika mengatakan bahwa salah satu istrinya akan digonggongi anjing (karena keluar rumah dengan batil karena dalam rangka berperang dengan imam Ali as) di Hau’ab. Lalu ‘Aisyah tertawa mendengarnya. Lalu Nabi saww bersabda: “Jangan-jangan perempuan itu kamu ya ‘Aisyah.”
Maksud saya, Nabi saww tidak bisa mengambil tindakan apapun sebelum seseorang itu melakukannya. Dan paling banyak hanya mengingatinya.
Dan karena keluar rumah dan perang dengan imam Ali as (yang nantinya akan menelan ribuan korban dari shahabat dan tabi’iin itu), adalah perbuatan ikhtiari, maka sudah tentu nasihat dan peringatan Nabi saww itu, ada gunanya.
Atau kalau dibalik, bahwa berita tentang apa yang akan dilakukan ‘Aisyah itu, sama sekali bukan merupakan takdir yang ditentukanNya, tetapi merupakan pilihannya dia sendiri. Karena itu, ia yang akan menanggung ribuan darah anak-anaknya yang ia bunuh sendiri itu. Karena kalau Tuhan yang menentukannya, maka sudah pasti Tuhan yang harus bertanggung jawab. Na’udzubillah. Wassalam lagi.
Rijal Muhammad: Lalu kenapa bila Aisyah menanggung dosa seluruh ummat sedunia? Apakah akan menghapus keteledoran Para Imam Yang Ma’shum, karena telah memilih suatu pilihan, yang menjadikan Para Pengikut Setia Yang Mengaku Cinta kepada mereka, mesti menanggung derita, memupuk murka, memelihara cela, murka dan hina. Bukan hanya itu, Para Imam Ma’shum mendidik dan mengajarkan kepada para pecintanya untuk mati dalam keadaan mulut di lumuri sumpah, laknat dan hujat, serta dada yang dijejali dendam yang takkan pernah terlampiaskan
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Emang ga boleh ya kalau kami melaknat dan menghujat shahabat atau orang-orang munafik yang membantai keluarga Nabi saww? Sementara mereka para pembunuh keluarga Nabi saww anda bolehkan ya..???
Rijal Muhammad: Siapa yang melarang? Yang saya sesalkan sekaligus saya kagumi, para Imam Ma’shum bisa dan sukses dalam mendidik juga mencontohkan, bagaimana cara menumbuh- suburkan sifat dendam, amarah dan murka, dibarengi dengan laknat, hujat dan mengumpat. Mereka mesti bangga dan bergembira, karena telah memiliki pengikut dan pecinta, yang setiap detiknya mengirimakan pahala kepada mereka, karena telah mengamalkan hal-hal di atas, yang pastinya merekalah, yaitu para Imam Ma’shum, telah memerintahkan untuk melakukan
Haidar Dzulfiqar: Rijal : Emang ga boleh ya kalau kami melaknat dan menghujat shahabat atau orang-orang munafik yang membantai keluarga Nabi saww? Sementara mereka para pembunuh keluarga Nabi saww anda bolehkan ya..???
Rijal Muhammad: Betapa agung ajaran Para Imam, pupuk dan pelihara benci dan dendam.
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Tentu saja tetapi agungnya ajaran Imam Ma’shum as ini karena sesuai dengan perintah Allah. Apa anda tidak membaca QS.2:159..??? Allah sendiri yang telah mengajarkan dan melakukannya.
Rijal Muhammad: Yaya.. Pasti Para Imam Ma’shum selalu tersenyum, melihat pecintanya tak bisa memasukkan kecintaan ke dalam hati mereka, karena telah dipenuhi murka, cela dan hina. Bahkan mereka rela menyisihkan keteladanan para Imam, demi terlampiaskan dendam yang memang takkan mungkin pernah terbayarkan.
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Gunakan akal anda. Sebab agama hanya bagi yang berakal. Jika menyem- bunyikan kebenaran sudah dilaknat Allah, malaikat dan makhluk-makhluk yang dapat melaknat, apalagi membunuh Ma’shumin as sebagai tonggak-tonggak kebenaran.
Haidar Dzulfiqar: Rijal : Jika Allah adalah Tuhan anda, al Qur'an kitabNya yang anda imani dan Rasul saww adalah Nabi dan RasulNya yang anda ikuti (meski anda ingkari Ahlul Bait as), apa anda ingkari QS. 2:159?
Rijal Muhammad: Imam 12 yang ma’shum suka melaknat?
Haidar Dzulfiqar: Rijal : Apa bagi anda Allah adalah Dzat Yang Maha Pendendam lantaran Dia menciptakan NERAKA JAHANAM sebagai tempat siksaan yang KEKAL ABADI? Sedangkan kami hanya melaknat sesuai ayat tersebut ?
Rijal Muhammad: Sebutkan satu saja, riwayat tentang Imam 12 yang menjadikan laknat kepada para shahabat Nabi Saw, sebagai amalan yang mulia.
Haidar Dzulfiqar: Rijal : ALLAH SENDIRI MELAKNAT...!! Kenapa..??? Anda keberatan..??? Atau Allah melarangnya sementara Dia Sendiri melakukannya..???!!! Apa dasar keberatan anda itu..???
Rijal Muhammad: Mengapa para Imam Ma’shum tidak melaknat? Padahal Allah melaknat, menurut anda..
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Udah baca belum QS. AlBaqarah [2]:159??? Kalau terhadap ayat Al Qur'an saja anda ga paham dan ga mengimani, mau ngapain anda meminta amalan para Imam 12 as yang jelas anda ingkari???
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Itu menurut anda yang picik kalau Rasulullah saww, Fathimah Az-Zahra as dan 12 Imam Ma’shum as tidak melaknat mereka para pembunuh Ma’shumin as..!!! Baca sejarah mereka as..!
Rijal Muhammad: Kalau begitu silahkan tunjukkan, bahwa Rasul, Fathimah dan Imam 12 melaknat para Shabat, terutama Abu Bakar dan Umar.
Haidar Dzulfiqar: Baca saja sejarah..!!! Bagaimana dengan para penentang Imam Ali Bin abi Thalib as dalam perang Jamal, Shiffin, Nahrawan atau pertempuran di Karbala? Siapa yang membunuh dan yang dibunuh..???
Rijal Muhammad: Imam Ali dibunuh, apakah Al-Hasan dan Al-Husein melaknat pembunuh ayahnya sampai akhir hayatnya? Imam Hasan dibunuh, apakah anak-anaknya melaknat pembunuh ayahnya? Imam Husein dibunuh, apakah Ali Zainal Abidin melaknat pembunuh ayahnya? Imam Ali Assajjad dibunuh, apakah Albaqir melaknat pembunuh ayahnya? Muhammad albaqir dibunuh, apakah Asshadiq melaknat pembunuh ayahnya? Ja’far asshadiq dibunuh, apakah Musa Alkazhim melaknat pembunuh ayahnya? Bila jawabnya ‘ya’ maka tunjukkan riwayatnya.
Haidar Dzulfiqar: Rijal : Sudah baca belum sejarah tentang Khutbah Perpisahan Rasulullah saww saat Haji Wada di Ghadir Khum? Baca.. biar anda tau bagaimana pengkhianatan Abu Bakar dan Umar setelah Nabi saww wafat.
Rijal Muhammad: Mana bukti Imam 12 yang ma’shum melaknat Abu Bakar dan Umar?
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Jika anda mau tahu apakah 12 Imam Ma’shum as melaknat mereka atau tidak silahkan anda baca dan pelajari do’a-do’a mereka as. Bagaimana anda tahu jika anda tidak mengenal do’a-do’a dan ajaran mereka as..?
Rijal Muhammad: Kalau begitu sungguh kasihan 12 Imam, karena sepanjang hidup harus mendendam, sedangkan kekhalifahan tetap tak bisa diambil kembali padahal telah di wasiatkan. Sungguh mengenaskan nasib Sang Imam.
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Bacalah khutbahnya Imam Ali as dalam kitab Nahjul Balaghah, khutbah “As-Syiqsyiqiyah”. Apa pernyataan Imam Ali as tentang Abu Bakar dan Umar? Punya ga kitabnya..???
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Anda ini sepertinya banyak sekali kekurangan literatur sehingga anda sangat kurang membaca..!!! Anda yang kasihan karena anda sudah terlalu jauh salah memahami Ahlul Bait as..!
Rijal Muhammad: Sudah kubakar. Oleh karenanya, 12 Imam Ma’shum mesti dikasihani, karena dada mereka dipenuhi penyakit hati.
Rijal Muhammad: Semua penduduk dunia sangat faham dengan kehidupan 12 Imam Ma’shum. Karena tidak ada yang mereka lakukan sepanjang hidupnya, kecuali mengajar dan memerintahkan para pecinta dan pengikutnya untuk memelihara dendam dan benci.
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Jika Nabi-nabi Allah as sebagai para petunjuk jalan menuju Allah dibunuh- bunuhi semuanya, anda kasihan gak? Siapa yang anda kasihani..??? Nabi-nabi as itu atau diri anda sendiri dan umatnya?
Rijal Muhammad: 12 Imam Ma’shum menyebarkan Islam dengan cara hujat dan laknat.
Haidar Dzulfiqar: Rijal : Jika Imam 12 as itu sebagai pengajar, pemimpin, petunjuk-petunjuk jalan, pintu ilmu Nabi saww, cahaya penerang dan sebagainya dibunuh, maka diri anda dan umat ini akan sesat. Siapa yang harusnya DIKASIHANI?
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Kok ga jawab..??? SIAPA YANG ANDA BILANG LAYAK DIKASIHANI..??? Imam 12 as jelas suci tiada dosa, sementara anda yang ditinggal oleh mereka as? Siapa yang kasihan?
Rijal Muhammad: Imam 12 mesti dikasihani, karena tak pernah lewat sedetikpun, kecuali dada mereka dibebani dendam dan benci
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Kami paham, anda adalah orang yang tak pernah merasa kehilangan Imam 12 as. Sementara kami orang-orang Syi’ah begitu kehilangan..!!! Kami sangat mencintai mereka as, sedangkan anda..???
Haidar Dzulfiqar: Rijal : Imam 12 as itu ga punya salah dan dosa. Kenapa harus anda kasihani? Anda yang berlumuran dosa dan berhati seperti batulah yang layak dikasihani..!!! Melaknat orang yang layak dilaknat dosakah?
Rijal Muhammad: Ya, anda dan Syi’ah memang mencintai Imam 12, sehingga di tiap detiknya anda dan Syi’ah mengirimakan pahala untuk 12 Imam Ma’shum dengan cara memenuhi mulut dengan laknat dan menjejali dada dengan dendam kesumat. Betapa bahagianya para Imam 12, karena telah sukses membimbing ummat untuk terus menerus menghujat, melaknat dan mengumpat.
Haidar Dzulfiqar: Rijal: anda muter-muter dipersoalan laknat dan dendam. Sementara anda ga bisa menjawab soal laknat Allah dan “dendam” Allah. Yang saya tanyakan lantaran Allah menciptakan NERAKA JAHANAM..?! Jawab dong!
Rijal Muhammad: Tahukah anda bahwa Islam tersebar ke penjuru dunia, hanya dengan mendendam, marah dan murka, serta laknat dan hujat? Dan itu semua diajarkan oleh 12 Imam Ma’shum.
Haidar Dzulfiqar: Rijal : Anda juga ga bisa jawab soal laknat dan “dendam” para malaikat dan makhluk- makhluk yang dapat melaknati orang-orang yang mnyembunyikan kebenaran sebagaimana dalam QS.2:159. Siapa makhluk-makhluk yang dimakasd ayat tersebut?
Rijal: anda semakin bodoh saja. Apa anda pikir ajaran-ajaran Ahlul Bait as hanya sebatas laknat dan bara’ah terhadap musuh-musuh Allah, RasulNya saww dan Ahlul Bait as dan tidak ada ajaran- ajaran yang lain? Begitu..?
Rijal Muhammad: Imam 12 yang Ma’shum adalah manusia yang sepanjang hidupnya tertekan, karena menyimpan dendam dan tidak memiliki amal kebajikan, kecuali laknat dan hujat kepada dua khalifah orang-orang beriman.
Haidar Dzulfiqar: Rijal: apa anda tidak baca berapa ribu murid-muridnya Imam Ja’far As-Shadiq as yang salah satunya adalah Nu’man alias Abu Hanifah yang menjadi salah satu dari 4 imam madzhab fiqih di Sunni?
Rijal Muhammad: Tentu, dan ribuan murid Imam Ja’far semuanya pandai melaknat. Dan Imam Abu Hanifah yang terhebat.
Haidar Dzulfiqar: Rijal: Kenapa anda ga sekalian saja katakan kalau Allah lebih tertekan lagi sampai Dia SWT harus mencipta Neraka Jahanam untuk menyiksa hamba-hambaNya yang Dia ciptakan Sendiri. Kasihan ya Allah..???
Haidar Dzulfiqar: Wuah udah benar-benar ga nyambung nih orang. Mas Irwan Samson Gaus, maaf ya jika saya banyak menyita ruang komentar Antum. Ana pikir lawan bicara kita ini masih sedikit punya otak dan ilmu. Ternyata?!
Haidar Dzulfiqar: Sinar Agama: Afwan Tadz jika ana sudah banyak bicara padahal ada Antum sebagai Ustadz yang berilmu. Ana hanya membela keyakinan ana pribadi sebagai Syi’ah (meski belum hakiki) di hadapan wahabi 1 ini.
Rijal: Karena anda ga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang didasari oleh pernyataan dan pertanyaan-pertanyaan anda sendiri, silahkan anda belajar dulu, perbanyak literatur dan banyaklah membaca sebelum anda diskusi/debat.
Sinar Agama: Rijal: Kamu berkata: “Alangkahkah indahnya jawaban anda. Imam Ali tidak menjadi Khalifah pertama, karena pilihannya. Karena Imam Ali bisa untuk menjadi yang pertama. Imam Hasan diracun karena pilihannya. Karena jika Imam Hasan lebih waspada pasti bisa. Imam Husein Syahid di Karbala, dengan membawa keluarga, tua dan muda, itupun karena pilihannya. Seandainya beliau mau menghindar, pasti keluarganya takkan terhina. Ali assajjad tentu takkan dibelenggu. Zainab dan Sukaynah tentu tidak akan dipermainkan tangan-tangan musuh ayah, kakek, dan datuknya. Sungguh agung pilihan Imam Husein yang mengakibatkan anak-cucunya terhina, ditindas dan diperjual-belikan seperti budak.”
Ketahuilah bahwa:
(1). Terlihat sekali kamu ini semakin mengasihani. Karena akal yang diberikan Tuhan kepadamu, bukan hanya tidak kamu pakai, tetapi malah dibolak balik tidak karuan. Bagaimana kamu nanti akan menghadapi Tuhanmu kalau sudah mati?
(a). Yang kuterangkan itu adalah ikhtiar dari semua pihak. Jadi jangan melihat satu pihak. Artinya pembunuh dan yang dbunuh adalah sama-sama ikhtiar dan sama-sama akan dimintai tanggung jawab.
(b). Ketika imam as itu makshum, sudah tentu akan melakukan kewajibannya, bukan menghindar dari bahaya. Apalagi bahayanya itu adalah kesyahidan. Kok ada orang makshum menghindari kebenaran perjuangan dengan harta, nyawa dan keluarga, hanya karena ingin menghindari kesyahidan dan penderitaan yang telah dikabarkan sebelumnya?
(c). Berita dari Nabi saww itu kehormatan mas. Berita tentang kesyahidannya dan ketertindasan keluarganya karena akan disandra dan dirantai. Semua itu kehormatan, bukan kehinaan, kecuali bagi yang akalanya terbalik dan ingin hidup gemuk di dunia ini tanpa melakukan usaha perubahan bagi keterselewengkannya agama oleb bani umayyah dan antek-anteknya.
(d). Orang yang menghindar dari penderitaan jihad demi menghindari berita ghaib adalah paling pecundangnya orang. Emangnya Nabi saww memberitakan bahwa kesyahidan itu tidak ada dan derita sandraan dan rantaian itu kehinaan yang harus ditinggalkan dan dihindari? Betapa akalnya nyungsep yang memahami seperti itu. Nabi saww itu justru bangga dan manangisi semua derita yang akan diamali al-Husain as dan keluarganya, karena semua itu adalah derita demi agama.
(e). Betapa tidak akalmu nyungsep, Nabi saww yang memberitakan syahidnya imam Husain as sebagai syahid dan kemuliaan, kamu malah menyalahkan imam Husain as yang terus maju demi agama. Sementara itu malah menutup matamu itu dari perbuatan para shahabat yang telah membunuh imam Husain as dan merantai para ahluilbaitnya.
Betapa akalmu itu mengeluarkan bau busuk, ketika yang keluarga Nabi saww yang dibunuh dan dirantai dikatakan hina sementara yang membunuh dan merantai kamu elapi sepatunya yang berlumur darah imam Husain as itu dan kamu pijetin tangan-tangan mereka yang kelelahan habis merantai keluarga Nabi saww.
(f). Betapa akalmu itu tidak nyungsep, ketika mengatakan bahwa imam Ali as dengan ikhtiarnya sendiri tidak menjadi imam dan khalifah pertama. Tidak ada yang lebih nyungsep dari kepaha- manmu yang penuh kerancuan atau bahkan kesengajaan ini.
Ikhtiar dalam suatu pertiakain itu dilihat dari kondisi yang dihadapinya. Kalau imam Ali dikhianati dan dikudeta dan tidak ditolong oleh shahabat yang lain, maka apa yang bisa dilakukan? Sementara Nabi saww sudah mengatakan bahwa kalau ada yang membantu, maka lawan dengan pedang tapi kalau tidak, maka bersabarlah. Nah, mengikhtiari kesabaran setelah dikhianati, bukan pilihan yang menunjukkan kebenaran para pengkudetanya. Sungguh seburuk-buruk berfikir adalah berfikirmu. Persis seperti jaman jahiliyyah yang mengatakan bahwa Nabi saww adalah penyebab matinya orang-orang di medan perang karena Nabi saww yang membawa mereka ke perang dan syahid.
Atau persis seperti berfikirnya Amr bin ‘Ash, ketika Nabi saww mengabarkan bahwa Ammar Yaasir akan dibunuh kelompik yang sesat, lalu ketika Ammar Yasir syahid di barisan imam Ali as ketika menghadapi Mu’awiyyah, hingga orang-orang bodoh yang sempat terpengaruh dengan Mu’awiyyah menjadi ragu-ragu untuk terus membantu Mu’awiyyah, lalu Amr bin ‘Ash mengusulkan kepada Mu’awiyyah untuk mengumumakaan ke semua bala tentaranya bahwa yang membunuh Ammar itu adalah imam Ali as karena imam Ali as yang membawanya ke medan perang yang sudah tentu saling bunuh.
Hiruk pikuk penipuan dan kebodohan lebih pekat pengkaburannya dari debu-debu yang berterbangan dari ribuan kaki kuda yang saling berperang. Karena itu imam Ali as mengakatan, kalau aku yang membunuh Ammar, maka Rasulullah saww yang membunuh sayyiduna Hamzah ra.
Cara berfikirmu ini, benar-benar mengingatkanku kepada kaum jahiliyyah dan penipuan Amr bin ‘Ash itu.
(g). Sabarnya imam Ali as dan terus berjuangnya imam Husain as yang mengorbankan semua apalagi keluarganya, bukan menunjukkan kesalahan mereka atau kehinaan, tetapi justru menunjukkan betapa mereka orang-orang yang tidak pernah menoleh ke dunia fana ini dan selalu siap mengorbankan apa saja demi Allah. Karena, itu semuanya adalah kemuliaan bagi mereka as.
(h). Sabarnya imam Ali as dan terus berjuangnya imam Husain as yang mengorbankan semua keluarganya, bukan pula tanda kebenaran bagi lawan-lawannya. Artinya, bukan berarti kudeta Abu Bakar itu benar, Pembantaian Yazid dan penyandraannya itu benar. Bukan seperti itu, kecuali bagi orang-orang yang memang akalnya nyungsep dan tidak dipakai dan memusuhi keluarga Nabi saww yang disucikan di QS: 33: 33.
(i). Karena itu, mengamalkan yang lain dari yang mereka lakukan itu, tanda bagi kepengecutan yang nyata yang hanya ingin gemuk dan rela agama ini dicerca dan diselewengkan.
(j). Karena itulah, maka dalam filsafat perjuangan imam Husain as yang dikatakan bahwa darah menang di atas pedang, diterangkan bahwa tanpa semua anggota keluarganya itu, maka imam Husain as tidak akan menang. Artinya, kalau imam Husain as syahid sendirian tanpa semua instrument-instrument dari keluarganya itu, maka beliau as akan syahid seperti imam Ali as yang jangankan merubah keadaan, tidak dipestai oleh bani Umayyah sudah untung. Memang imam Ali as syahid pada waktunya sendiri dimana kalau imam Husain yang menjadi imam pada waktu itu, juga akan seperti itu. Karena pengrusakan agama dan rendahnya moral muslimin belum sampai ke titik hancur. Tetapi katika di jaman imam Husain as, dimana pemabok sudah menjadi khalifah Nabi saww dan duduk di mimbar kepemimpinan muslimin, dan dimana masyarakatnya sudah sampai ke titik hancur tak tersisa (karena sudah menerima hal seperti itu, seperti kamu ini), maka sudah jelas, mati biasa dan sendirian tidak akan bisa merubah peradaban Islam yang sudah sampai ke titik hancur itu.
(k). Karena itulah, maka semua keluarga imam Husain as dibawanya. Tetapi bukan untuk disajikan ke srigala-srigala agama dari umat kakeknya yang sudah memberitahukan kepadanya semasa hidupnya. Tetapi demi ikhtiar karena diundang dan belum dikhianati. Artinya, imam Husain as membawa keluarganya karena untuk pindah ke Kufah dan memimpin masyarakat yang mengundangnya. Jadi, bukan untuk berperang dan terbunuh dan keluarganya untuk tersandra. Bukan seperti itu, kecuali kalau akal yang melihat masalah ini sudah sakit parah.
Karena itu, imam Husain as membawa keluarganya karena dari Makkah melakukan haji dan di Makkah diundang ke Kufah untuk memimpin. Nah, sudah tentu akan membawa keluarganya, karena mau memimpin umat yang mengundangnya. Masak benar keluarganya ditinggal di Makkah.
(l). Nah, ketika imam Husain as dikhianati, dengan terbunuhnya utusan beliau as yakni Muslim bin ‘Aqil di kufah oleh Orang-orangnya Yazid yang pasukannya sampai duluan dan telah membuat orang-orang pecundang Kufah itu bertekuk lutut, maka imam Husain as sudah diperjalanan dan dekat dengan Kufah, yaitu di tempat yang bernama Zubaalah.
(m). Walau Muslim bin ‘Aqil terbunuh, situasi belum tentu tidak bisa diharapkan sama sekali. Karena, bisa saja, orang-orang Kufah tetap menunggunya. Karena itu, sambil mengirim utusan-utusan yang lain, imam Husain as meneruskan perjalannya.
(n). Keyakinan terhadap pengkhianatan orang-orang Kufah itu, baru didapat ketika sudah bertemu dengan pasukan Yazid yang dipimpin oleh Hur. Dan ketika itu, Hur sudah memberi 2 ultimatum: Perang atau Tidak boleh balik ke Madinah dan tidak boleh terus ke Kufah sampai datang perintah atasannya (gubernur Kufah dari pemerintahan Yazid) dan mengambil jalan yang tidak ke keduanya itu.
(o). Imam Husain as memilih yang kedua, akhirnya mengambil jalan yang tidak ke Madinah dan tidak pula ke Kufah, sambil diikuti pasukan Hur yang menunggu perintah berikutnya.
(p). Nah, pada akhirnya kuda imam Husain as tidak mau jalan, begitu pula walau sudah ganti kuda. Disitulah imam bertanya, nama tempat tersebut. Dan ketika dikatakan bahwa Karbala, maka imam Husain as menarik nafas dalam-dalam dan berkata: “Disinilah kita akan dicincang- cincang, kita berkemah disini”. Begitulah sampai datangnya perintah baru ke Hur yang diiringi ribuan pasukan lagi, yaitu untuk membunuh imam Husain as, karna diperintah Yazid yang mana memang dari awal gubernur Kufah mendapatkan perintah itu dari Yazid karena memang Yazid sudah diwasiati Mu’awiyyah dalam surat wasiatnya yang sangat terkenal di kitab-kitab sejarah Sunni dan Syi’ah itu.
(q). Nah, sesuai dengan perintah agama yang bersandar pada lahiriah dan keadaan yang nyata (bukan kasyaf atau berita ghaib), maka imam Husain as sudah melakukan yang setepatnya dan seIslamnya. Karena kalau memakai berita kakeknya yang mulia Rasulullah saww, maka sudah tentu akan ditertawakan manusia sedunia. Karena belum khianat kok sudah menghindar. Belum ada pengkhianatan yang menyeluruh di Kufah kok sudah balik ke Madinah atau kok ini dan itu.
(r). Dengan semua penjelasan itu, maka dapat diketahui bahwa syahidnya imam Husain as, dirantainya imam Ali bin Husain as dan dirantainya semua kelurga Nabi saww, menandakan kemulian mereka ra, bukan kehinaan. Dan menunjukkan kehinaan itu justru ada pada bani Umayyah.
(s) Bukti kemenangan imam Husain as dan para keluarganya yang dirantai itu, adalah tetap langgengnya ajaran Islam yang mengajarkan adanya jalan lurus yang tidak salah sedikitpun itu (shiratulmustaqim). Yaitu dengan keimanan terhadap adanya imam makshum yang ilmu Islamnya lengkap 100% dan benar 100%. Tidak seperti golongan lain yang mengaku jalan lurus, tetapi ingkar dan kafir terhadap keberadaan imam makshum. Lah kok bisa yakin pada adanya jalan lurus tetapi tidak ada keyakinan terhadap kemakshuman siapapun. Terus kalau begitu, jalan lurus itu apa artinya?
(t). Karena itu sudah sangat benar Nabi asww yang bersabda di hadits-hadits Sunni, dengan sabdanya: “Husain itu dari aku, dan aku dari Husain.”
(u). Alhamdulillah, walaupun keluarga Nabi saww itu disandra, tetapi tidak ada yang sampai dihina dengan penghinaan yang sangat-sangat bisa mencabik-cabik kehormatan sebagai wanita. Ini adalah pertolongan Allah yang Maha Bijaksana. Harta dan nyawa serta khilafah yang syah, bisa dikorbankan kalau pengkudetanya dibantu kebanyakan muslimin dengan ikhtiarnya sendiri, tetapi penghinaan kehormatan wanita ahlulbait tidak bisa dikompromikan. Karena itu, Tuhan menolong mereka hingga tidak sampai ke batas-batas yang melampaui dan tidak menyisakan sedikitpun kehormatan. Karena itu, mereka tidak sampai diperjual belikan, tidak sampai diambil sebagai istri atau budak. Alhamdulillah. Tinggal kita lihat nanti di akhirat siapa yang menang dan siapa yang kalah dan terhina.
(2). Dengan semua itu, maka tidak selayaknya kamu berkata seperti ini:
“Ternyata, semua pilihan para Imam, semenjak Imam Ali sampai Al-Mahdi, hanya menghasilkan kebencian, dendam, marah dan caci-maki. Dan orang-orang yang mengaku sebagai pecinta merekalah sebagai bukti.”
Karena sudah jelas, bahwa pilihan-pilihan mereka itu sudah benar dan islami. Kok bisa yang terbunuh dikatakan menyebabkan kebencian, sementara pembunuhnya disemir sepatunya dan tidak boleh dibenci. Kok bisa yang memilih Islam dan kesyahidan diakatan sebab kebendian dan semacamnya, tetapi yang memilih dan mengikhtiari kudeta dan membunuh serta merantai para wanita Ahlulbait itu, malah disemir sepatunya dari debu-debu dan darah- darah mereka serta tidak boleh dibenci dan mungkin dikatakan sebagai penyebab persatuan dan kasih sayang??? Lah ... ini namanya akal yang nyungsep.
Sungguh aku malu harus mengatakan ini, bahwa yang menyebabkan kebencian, perpecahan dan dendam itu adalah mereka para pengkudeta dan pembunuh Ahlulbait Nabi saww itu. Aku malu mengatakan ini , karena kesangat jelasannya. Tetapi karena akalmu sepertinya ada masalah, maka hal yang mudah inipun harus saya katakan.
(3). Dengan semua penjelasan itu pula, maka sudah jelas bahwa jangankan membenci tetapi memerangi pemerang dan pembunuh para imam makshum as, adalah bukan hanya benar dan ajaran Ahlulbait as, tetapi benar-benar ajaran Islam. Karena itu, dalam islam dikenal dengan Tawalli dan Tabarri, yakni membela kebenaran Islam dan membenci pembenci dan pemerangnya, walau memakai nama Islam sekalipun.
Wassalam bagi yang menerima petunjuk.
Rijal Muhammad: Baik. Dengan apa saya memahami anjuran dan teladan Para Imam Ma’shum yang memerintahkan untuk memelihara dendam?
Rijal Muhammad: Jadi memang benar, bahwa 12 Imam Ma’shum di sepanjang hidupnya menyim- pan dendam, tiap detiknya melaknat dan menghujat, dan ke-12 Imam Ma’shum wafat dengan hati dipenuhi murka yang belum bisa dilampiaskan?
Bukankah kita mesti meneladani 12 Imam Ma’shum? Sekarang bila kita ingin meniru mereka, bukankah yang mereka ajarkan dan telah mereka contohkan adalah kehidupan penuh kemarahan, sumpah, laknat dan dendam?
Sinar Agama: Rijal:
(1). Nah, sekarang ketika sudah sama-sama ikhtiar, lalu apa yang menjadi landasan para musuh Ahlulbait as itu memerangi dan membunuh Ahalulabit Nabi saww sementara Tuhan mewajibkan kita semua bershawalat pada mereka dalam setiap shalat sebagai Aalu Muhammad? Sementara di hadits-hadits Sunni seperti di shahih Muslim dan kitab-kitab lainnya yang sampai diriwayatkan oleh puluhan orang shahabat di riwyat Sunni bahwa Nabi saww bersabda: “Kutinggalkan dua perkara yang berat, Qur'an dan Ahlulbaitku”??? Sementara Tuhan dalam QS: 33: 33, mengumumakaan kemakshuman mereka Ahlulbait dari segala dosa??? dan seterusnya dari perintah-perintah Tuhan dan Nabi saww yang mewajibkan kita menghormati dan taat pada mereka Ahlulbait yang makshum itu??!! Karena itulah kita katakan bahwa semua pilihan mereka as itu sesuai dengan perintah agama, karena mereka makshum. Nah, ketika pilihan mereka itu pasti sesuai agama, maka sudah jelas bahwa pilihan dan ikhtiar semua lawan-lawan mereka itu adalah sesat dan menjerumuskan mereka dan yang membela mereka dalam kesesatan.
(2). Orang seperti kamu memang wajib mempertanyakan dan menyangsikan kemakshuman para Ahlulbait as, karena kamu tidak punya pengetahuan agama sedikitpun. Jangankan tentang Syi’ah, tentang Sunni saja tidak tahu sama sekali. Tentang orang yang kamu shalawati dalam shalatmu saja kamu tidak tahu. Nah, hanya orang nyungsep seperti kamu yang akan mempertanyakan kemakshuman orang-orang yang Tuhan sendiri menyatakan kemakshumannya di QS: 33: 33 itu.
(3). Laknat/proters dan hujat, sudah pasti harus diajarkan, karena ia adalah sikap yang tepat dalam menghadapi kesesatan. Dan ini bukan sembarang kesesatan, tetapi pembunuhan terhadap Ahlulbait Nabi saww. Bayangin Semua keluarga Nabi saww dianiaya, diserang dan dibakar rumahnya sejak dari jaman hdh Faathimah as, imam Ali as sampai ke imam ke 11 as. Semua mati dibunuh oleh orang-orang yang mengatasnamakan dirinya muslim dan umat Nabi saww. Mana bisa kita mengaku umat Nabi saww dan hamba Tuhan, sementara Ahlulbait Nabi saww yang dimakshumkan Tuhan dibantai sampai ke akar-akarnya di setiap generasinya. Kalau Allah tidak mengghaibkan imam Mahdi as, maka beliaupun akan dibunuh juga.
Adakah kesesatan dibanding dengan membunuh keluarga Nabi saww yang suci di Karbala, lalu kepalanya dan kepala keluarganya ditancapkan di tombak-tombak dan dijadikan iring- iringan dari Iraq ke Suriah kemudian mulut suci imam Huasain as itu ditusuk-tusuk dengan potongan kayu di depan ribuan orang, sementara mulut itu adalah tempat Rasulullah saww sering menciumnya????
(4). Jadi yang diajarkan para imam as itu bukan dendam, tetapi sikap yang wajar dan seharusnya supaya kita sendiri tidak sesat. Mana mungkin membela kebenaran yang dibawa orang makshum, tetapi juga membela yang membunuhnya? Artinya, mana yang harus kita pegangi kebenaran atau kebatilan? Artinya, ajaran siapa yang harus kita pegangi??? Karena semua mereka itu juga bukan hanya meriwayatkan hadits-hadits Nabi saww, tetapi bahkan banyak mencipta hadits-hadits palsu. Nah, kalau imam mengajarkan kepembelaan pada Ahlulbait adalah sesuai yang diajarkan Tuhan yang memerintahkan kita mengikuti yang makshum. Begitu pula, ketika imam mengajarkan kecaman pada kebatilan, juga merupakan ajaran yang benar dan demi diri kita sendiri. Karena dengan mengecap kebatilan itu, maka kita tidak akan masuk ke dalamnya dan di akhirat akan berlumur darah seperti mereka karena kita telah membelanya. Begitu pula, kalau kita mengeccam kebatilan itu, maka sudah pasti kita tidak akan terjebak dengan kebatilan-kebatilannya walaupuan mereka mengatasnamakan Nabi saww dalam hadits-hadits palsu yang mereka buat. Jadi, yang diajarkan para makshumin itu bukan ajaran tengkar bertengkarnya anak-anak kecil karena berebut permen, tetapi demi untuk menyelamatkan diri kita sendiri dari kesesatan-kesesatan itu dan kembali ke jalan lurus yang dibawa imam makshum as tersebut.
(5). Dengan semua ini, maka jelas bahwa kebenaran hati para makshum as, sampai-sampai imam Ali as di Nahjul Balaghah mengatakan bahwa beliau as hidup bagaikan orang yang ada tulang di tenggorokannya (yakni tidak bisa makan dengan enak), dan bagai orang yang matanya ada pasirnya (yakni tidak bisa membuka dan melihat situasi Islam dengan nyaman). Tahukan kamu mengapa Ahlulbait yang makshum as itu hidup seperti itu??? Karena Islam ini sudah dicabik-cabik dan muslimin sendiri yang mencabik-cabiknya dan sering juga atas nama Nabi saww dengan hadits-hadits palsunya itu (sudah pernah saya tulis tentang hadits-hadits palsu ini sebelumnya).
Jadi, dendam mereka as itu bukan karena diri mereka sendiri, tetapi karena Islam yang telah jauh berubah dan dirubah dimana mereka tidak bisa banyak berbuat karena hanya didengar oleh Syi’ah-Syi’ah mereka. Karena itulah di hadits-hadits Sunni Nabi saww bersabda bahwa yang selamat itu adalah imam Ali as dan Syi’ah-Syi’ahnya (pengikut-pengikutnya)). Hal itu bukan karena mencintai saudara yang dicintainya itu, bukan. Tetapi karena kalau ikut imam Ali as, maka ikut Islam yang benar dan makshum.
Jadi, masalah-masalah perasaan seperti cinta Ahlulbait as dan benci musuh-musuh mereka, hanya sebuah perantara biasa yang muncul dari hati dan fitrah manusia biasa, tetapi mengarah kepada ajaran dan kebenaran agama. Inilah makna cinta/ tawaali dan benci/tabarri dalam ajaran Islam yang dibawa imam makshum Ahlulbait as.
Rijal Muhammad: Anda benar. Dan bukankah 12 Imam Ma’shum menganjurkan dan mempraktek- kan mut’ah? Lalu berapa orang wanita yang telah mereka mut’ah? Dan bukankah para Istri 12 Imam Ma’shum melakukan mut’ah? Berapa kali para istri Imam melakukan mut’ah? Dengan siapa saja mereka telah melakukan? Supaya para Syi’ah dan orang-orang yang mengagumi mereka dapat meneladani..
Sinar Agama:
(6). Nah, karena itu maka ikutilah kebencian dan kemarahan yang diajarkan ilal makshum itu, tetapi karena Allah. Bukan karena permen. Tapi karena kita mencintai Allah, Islam dan menghargai dakwah Nabi saww hingga kita tidak akan merubahnya. Dan, karena itulah maka kebencian ini adalah ajaran Islam. Karena sudah pasti kita diwajibkan untuk membenci orang-orang yang merubah ajaran Islam dari yang makshum kepada yang menyimpang, apalagi sebabnya hanya keduniaan (permen) hingga tega-teganya memerangi makshum dan merubah ajaran Nabi saww hingga sampai sekarang sulit dipersatukan dan sepanjang sejarah menelan korban ribuan orang muslim.
BAYANGIN DI PERANG JAMAL SAJA, YAITU DIMANA YANG SATU DIPIMPIN IMAM MAKSHUM DAN YANG LAINNYA DIPIMPIN ‘AISYAH, MENELAN KORBAN PULUHAN RIBU SHAHABAT DAN TAABI’IIN. DI MURUUJU AL-DZAHAB (sejarah Sunni) SAMPAI DIKATAKAN 110.000 ORANG YANG TERBUNUH.
Nah, karena itulah saya katakan di atas sebelum ini, bahwa Nabi saww yang mengurai kejadian yang akan terjadi itupun tidak bisa berbuat apa-apa selain menasihatinya, karena memang belum melakukannya. Dan sudah tentu, kami-kami bukan mau melimpahkan kesalahan orang pada ‘Aisyah dalam pembunuhan puluhan ribu orang itu, karena memang dia yang membunuhnya, karena dia yang memimpinnya.
Tetapi imam Ali as, sudah pasti tidak bersalah, karena beliau as adalah imam makshum dan juga khalifah yang syah bagi Sunni, dan selalu khalifah bagi Syi’ah (baik punya pemerintahan atau tidak).
Saya sendiri sampai ngiris melihat kitab Muruuju al-Dzahab itu, yakni ketika mengatakan 110.000 orang terbunuh di perang Jamal itu. Ya akhi, rasa protes dan tidak suka ini, bukan karena urusan permen. Tetapi puluhan ribu shahabat dan tabi’iin yang terbunuh dan Islam yang jadi korban, karena sudah pasti stensilan hadits-hadits akan bermunculan disana untuk menghalalkan darah yang benar dan mendukung kebatilannya.
Itu baru dalam satu peperangan antara shahabat dengan shahabat lainnya. Belum lagi waktu di jaman Abu Bakar yang berani menyerang rumah siti Faathimah binturrasul as, begitu pula jendralnya yang diutus ke penyerangan Bani Tamim, telah berani membakar hidup-hidup beberapa orang shahabat di depan umum. Belum lagi korban-korban lainnya, seperti perang imam Ali dan khawarij, perang imam Ali as dan Mu’awiyyah, perang imam Husain as dan Yazid, perang Mukhtar ra dan Yazid (bani Umayyah).
Nah, sikap benci kepada kebatilan itu, jelas akan mengeluarkan diri kita dari bahaya dosa-dosa besar yang tidak kepalang tanggung besar dan banyaknya itu (pembunuhan puluhan ribu orang). Karena kalau kita rela, maka kita pasti akan kebagian dosanya. Itulah arti kebencian kepada kebatilan dalam Islam. Yakni berarti kita tidak rela kepada kebatilan itu dan, berati kita tidak ikut tanggung jawab terhadapnya. Tetapi kalau kita rela, maka sudah tentu akan mendapat bagian dari dosa itu, karena kita telah mendukungnya.
Kalau kamu tahu Qur'an, maka banyak sekali ayat yang mengatakan bahwa para yahudi/ nashrani (QS: 2: 89):
“Ketika dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kepada -kitab- yang telah diturunkan Allah -Qur'an.’ Mereka berkata: ‘Kami hanya mengimani -kitab- yang turun kepada kami dan tidak kepada yang lainnya.’ Padahal kitab ini -Qur'an- adalah kitab yang hak dan menguatkan apa-apa yang ada pada diri mereka. Katakan -Muhammad: ‘Tapi mengapa kalian membunuh para nabi-nabi Allah dari sejak dulu, kalau kalian memang beriman?’.”
Coba perhatikan, kapan orang-orang ahlulkitab yang ada di jaman Nabi saww itu pernah membunuh para nabi? Karena nabi Isa as saja 500 th sebelum nabi Muhammad saww? Tetapi mengapa Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah pembunuh-pembunuh para nabi? Semua itu tidak lain, karena mereka mendukung dan mengikuti ajaran orang-orang yang telah membunuh para nabi di jaman para nabi itu sendiri.
Jadi, kalau kamu mendukung kebatilan yang memerangi para makshum dimana telah jatuh korban puluhan ribu shahabat dan tabi’iin itu, maka kamu akan ikut ke dalam dosa-dosa itu karena telah membela dan mengikuti ajarannya.
Karena itulah, kebencian kepada kebatilan itu adalah ajaran Islam, sebab kalau tidak, maka kita akan mendapat dosanya kebatilan tersebut, sementara kita juga tidak pernah mendapat permennya.
Kalau kita diberi uang oleh pertai-partai tertentu, atau raja-raja tertentu untuk mendukung kebatilannya, masih mending. Artinya setidaknya di dunia ini kita dapat sedikit cipratan kenikmatan dunia, walau nanti di akhirat akan menderita. Tetapi kalau seperti kamu ini, dan tidak mau taubat, maka di dunia sudah tidak dapat apa-apa, sementara di akhirat akan mendapat dosanya pembunuhan puluhan ribu muslimin yang diantaranya adalah puluhan ribu shahabat dan tabi’in. Karena itu ya akhi, kalau tidak tahu, lebih baik diam. Bertanya dan memakai Qur'an, hadits dan akal, adalah jauh lebih baik dari merasa tahu tetapi tidak tahu apa-apa. Wassalam.
Rijal Muhammad: Sungguh agung ajaran Syi’ah. Oleh karenanya saya mulai tertarik dan ingin meneladani para Imam Ma’shum. Berapa kali setiap Imam dari 12 Imam Yang Ma’shum telah melakukan mut’ah? Dan siapa saja perempuan yang mendapatkan kemuliaan tersebut? Tentunya para Istri Imam Ma’shum tidak ingin ketinggalan mendapatkan pahala mut’ah. Berapakali para Istri Imam telah nikah mut’ah? Dan siapa saja lelaki yang berutung dapat mut’ah dengan Istri Imam Ma’shum. Bukankah Wahabi dan Ahli Sunnah layak kita laknat? Lalu dengan cara apa mengajak mereka untuk dapat bertobat dan memeluk Syi’ah? Apakah juga dengan carak melaknat? Mohon beri faidah..
Sinar Agama: Rijal: Kamu kok tambah mabok dan mengunci akalmu lebih rapat lagi dengan tulisanmu ini:
“Sungguh agung ajaran Syi’ah. Oleh karenanya saya mulai tertarik dan ingin meneladani para Imam Ma’shum. Berapa kali setiap Imam dari 12 Imam Yang Ma’shum telah melakukan mut’ah? Dan siapa saja perempuan yang mendapatkan kemuliaan tersebut? Tentunya para Istri Imam Ma’shum tidak ingin ketinggalan mendapatkan pahala mut’ah. Berapakali para Istri Imam telah nikah mut’ah? Dan siapa saja lelaki yang berutung dapat mut’ah dengan Istri Imam Ma’shum. Bukankah Wahabi dan Ahli Sunnah layak kita laknat? Lalu dengan cara apa mengajak mereka untuk dapat bertobat dan memeluk Syi’ah? Apakah juga dengan carak melaknat? Mohon beri faidah.”
Ketahuilah:
(1). Imam makshum as pernah mut’ah atau tidak, itu bukan urusanmu. Karena ajaran mut’ah itu ada di Qur'an dan di hadits Rasul saww (yang ada di Sunni dan Syi’ah) dan juga ada di hadits para imam makshum as.
(2). Yang bisa mut’ah walau sudah ada keluarga itu hanya suami, tetapi istri mana bisa mut’ah dengan orang lain? Emangnya kalau kamu menghalalin kawin permanent terus istri kamu bisa dikawin orang lain ketika ia masih menjadi istrimu?
(3). Yang harus dilaknat itu adalah para pembunuh Ahlulbait as, dan pembunuh muslimin (seperti wahabi saudi dan para terorist dunia). Sedang Sunni, kalau mereka terlihat mendukung beberapa shahabat yang menzhalimi Ahlulbait as, hal itu disebabkan karena ketidaktahuan mereka, jadi tidak layak dan tidak boleh dilaknat.
Kamu mbok kalau ingin tahu Syi’ah itu, tanya ke orang Syi’ah, jangan tanya dan mengambil info dari orang sebelah. Walhasil.
Mau masuk Syi’ah atau tidak, itu juga urusanmu. Syi’ah tidak butuh siapa-siapa karena ia adalah ajaran yang benar sekalipun kalau tidak diikuti satu orangpun di dunia ini. Tetapi yang menjadi masalah, kalau kamu mau bersosial dengan orang lain, maka sudah sepatutnya menggunakan cara-cara yang wajar, seperti dialog dan berbicara yang wajar. Jangan ngalor ngidul nggak karu- karuan. Kalau bicara Islam, nah, pakai dalil Qur'an dah hadits serta akal yang sehat (dalil) hingga bisa memahami keduanya dengan benar atau lebih baik.
Hendy Laisa, Chi Sakuradandelion, Ammar Dalil Gisting dan 25 lainnya menyukai ini.
Surya Darma: Rijal itu orangnya bahlul dan keturunan Yazid tidak perlu diajak dialog karena tidak nyambung karena hatinya sudah berkarat.
Zahra Herawati Kadarman: syukran ustadz ada bagusnya kok, jadi saya bisa menjawab juga kalau ada yang ngeyel dan salah pengertian (dicari enaknya mut’ah hahahahaha) seperti si penanya itu. Thanks ustadz.
Maula Ali: Saya setuju sekali dengan kata-kata ustadz yang ini: to Rijal
Kamu mbok kalau ingin tahu Syi’ah itu, tanya ke orang Syi’ah, jangan tanya dan mengambil info dari orang sebelah. Walhasil.
Mau masuk Syi’ah atau tidak, itu juga urusanmu. Syi’ah tidak butuh siapa-siapa karena ia adalah ajaran yang benar sekalipun kalau tidak diikuti satu orangpun di dunia ini. Tetapi yang menjadi masalah, kalau kamu mau bersosial dengan orang lain, maka sudah sepatutnya menggunakan cara-cara yang wajar, seperti dialog dan berbicara yang wajar. Jangan ngalor ngidul nggak karu- karuan. Kalau bicara) Islam, nah, pakai dalil Qur'an dah hadtis serta akal yang sehat (dalil) hingga bisa memahami keduanya dengan benar atau lebih baik.
Maula Ali: Memang pada dasarnya, kalau ditilik dari sejarah para nabi, sampai Rasulullah SAWW pun persoalan risalah kebenaran ini tidak tuntas ke seluruh umat. Jangan kita pikir, sudah islam (muslim) sudah pasti selamat nyatanya Khalifah pertama & kedua berhasil mendidik umat untuk lebih mencintai mereka berdua (menyesatkan), dibandingkan mencintai Rasulullah dan ahlulbaitnya orang seperti Rijal jelas tidak berilmu & tidak belajar sejarah, hanya nafsu dengan kebodohannya, sampai-sampai tidak tau makna Makshum, hingga imam makshum dituduh pendendam. nauzdubillah, semoga ia cepat sadar, sebelum ajalnya. Dan tulisannya di FB ini, menjadi saksi akan hisabnya di yaumil akhir, apalagi urusannya kepada para Imam, dia akan bertanggung jawab akan tuduhannya itu. Berhati-hatilah berkata-kata, karena tulisan kita dibaca oleh banyak orang tidak terhingga. “Allahmumma shalli’ala Muhammad wa ali Muhammad”.
Syiarah Uswanti Rabbii: Alhamdulillah Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.
27 November 2012 pukul 23:21
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar