Rabu, 02 September 2020

Eksistensi Ruh, Jin, Arwah


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/274201975957939/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 11 November 2011 pukul 16:11


Sibahlul Addhoif: Salam, Ustadz. Saya ingin bertanya.

1. Eksistensi hantu, arwah gentanyangan, pocong, tuyul, kuntilanak. Apakah sebenarnya dibahas dalam ajaran islam atau tidak?

2. Orang yang kesurupan, atau dirasuki ruh orang lain yang sudah meninggal, apakah itu benar adanya?

Thank’s. Barakallah ‘alaika.

Denok Saja: Maaf, menyambung pertanyaan di atas, ustadz.

Kalau memang ada arwah gentayangan, bukankah ketika sudah dikubur, maka yang ada adalah urusannya orang mati dengan malaikat yang mendatangi kuburnya?? Maaf dan terimakasih..


Sinar Agama: Salam terimakasih pertanyaannya:

(1). Hantu itu bisa karena diwujudkan sendiri oleh manusia, terutama bagi yang takut. Karena dalam filsafat dikatakan bahwa keyakinan ruh yang tinggi bahkan bisa merubah materi ke materi lain atau mewujudkan materi. Karena itu kalau takutnya itu sampai puncaknya, maka ia akan mewujdukan makhluk apa saja, seperti pocong, tuyul, kuntilanak ...dan seterusnya.

Tapi, hakikat-hakikat hantu dengan segala tipenya itu bisa juga pewujudan dari jin yang memadatkan dirinya untuk menakuti manusia dan menyesatkannya.

(2). Untuk orang kesurupan itu sebenarnya adalah dipengaruhi oleh ruh orang lain atau jin atau juga, sekali lagi, khayalan kuatnya sendiri hingga sampai ke tingkat keyakinan dan mewujudkan apa yang dikatakan kesurupan itu pada dirinya.

Dalam filsafat, telah dibuktikan kemustahilan diaturnya satu badan oleh dua ruh atau dua non materi. Karena kesatuan badan dan ruh manusia bukan kesatun teknologi, tapi kesatuan natural yang mencuatkan esensi hakiki. Esensi hakiki ini kesatuannya natural hingga tidak bisa diganti-ganti atau dicopot seperti esensi mobil yang merupakan esensi teknologi.

Dengan demikian, maka kesurupan itu adalah pengaruh dari luar terhadap ruhnya atau bisa juga berupa keyakinan ruhnya sendiri. Persis seperti orang yang menyerahkan badannya untuk digerakkan oleh orang lain, atau menyerahkan dirinya kepada orang lain hingga bisa disuruh melakukan apa saja.


Sinar Agama: @Denok: Orang mati, artinya ruh daya akal, hewani dan nabatinya libur sebagaimana sudah sering dijelaskan. Ruh dalam keadaan seperti ini hanya menunggu kiamat untuk mendapat balasannya. Yang baik, kalau tidak terlalu tinggi tetap menyesal karena kelasnya di surga tidak terlalu tinggi, dan yang jahat sudah tentu menunggu dengan penuh penyesalan dimana sering juga sambil memukul-mukuli badan barzakhinya sendiri dimana semua ini dikatakan adzab kubur.

Akan tetapi manusia hidup, bisa memanggil mereka dengan paksaan kekuatan ruhnya yang bisa dicapai karena ketakwaan atau karena bertapa atau semacam bertapa seperti orang yang banyak puasa dan wiridan hanya untuk menguatkan ruhnya supaya bisa sakti. Karena itulah di fikih Ahlulbait as dikatakan bahwa mendatangkan ruh hukumnya adalah haram. Jadi, memanggil ruh itu bisa saja terjadi.

Akan tetapi tidak setiap orang yang merasa telah bisa memanggil ruh itu maka yang datang tersebut benar-benar ruh yang dipanggil, karena sekali lagi, bisa saja jin dan bisa juga kekuatan ruhnya sendiri.


Dadan Gochir: Salam, ustadz. Mungkinkah ada perkawinan antara manusia dan jin dan meng- hasilkan keturunan?


Sinar Agama:n@Dadan: Salam. Jelas tidak mungkin, karena keduanya itu berlainan species dari sisi badaniahnya.


Sibahlul Addhoif:

1. Hantu dan semua yang menakutkan diciptakan atau dijadikan ada oleh manusia sendiri sebagai wujud ketakutannya yang memuncak. Tapi ustad, bagaimana hal itu bisa hadir dalam persepsi seseorang jika hal itu adalah hal yang ia adakan sendiri melalui ketakutan puncaknya. Bukannya persepsi terbentuk karena ada pahaman sebelumnya, minimal tentang adanya (realitas) makhluk tersebut?

2. Apakah etis (kalau berbicara tentang keadilan) jin iseng mengganggu manusia, yang udah jelas berbeda alam dan masing-masing udah punya tanggung jawab sebagai hamba?

3. Tubuh memang tidak dapat dikendalikan oleh dua ruh, ini yang menjadi alasan bahwa, kesurupan mustakhil disebabkan masuknya ruh orang lain pada tubuh seseorang. Pertanyaan lagi ustad, bagaimana kalau seseorang mengalami fenomena mati suri, atau fenomena yang serupa dengannya yang menyebabkan tubuh memungkinkan untuk dirasuki ruh orang lain?

Syukran. Semoga anda diberi Tuhan umur panjang, kesehatan, dan penuh berkah. Amin.


Sinar Agama: @Si Bahlul:

(1). Ketika semua orang memiliki kekuatan itu, maka sudah pasti bisa menjadi persepsi. Memangnya kalau diwujudkan dengan keyakinan kuat itu dikatakan tidak ada? Kan ada, tapi pengadanya diri kita sendiri, seperti mobil dan lain-lainnya. Tapi yang pertama adalah non materi yang nampak hanya bagi si yang takut tadi.

(2). Kalau bicara jin iseng tidak etis, berarti Qur'an yang mengatakannya juga tidak etis. Ada 19 ayat Qur-an menceritakan jin. Bermacam cerita tentang jin ini di Qur-an, ada yang patuh pada nabi Sulaiman as, ada yang ditegur oleh Tuhan, ada juga jin yang disembah oleh manusia, ada juga yang dikatakan bahwa meminta pertolongan pada jin (QS: 72: 6) dan seterusnya dan jangan lupa bahwa iblis itu adalah dari bangsa jin. Semua ini ada di Qur-an, jadi kalau tidak etis, maka Qur-an tidak etis.

(3). Jangankan mati suri, mati tabi’i dan bener-benar mati saja, ruh manusia itu tetap mengatur sisa-sisa badannya. Karena itu kekuatan ruh badaniahnya/tambangnya, tetap bekerja seperti sedia kala. Saya sudah banyak kali menulis tentang ruh dan daya-dayanya ini, begitu pula tentang mati dan lain-lainnya, tolong kalau memang ingin tahu, telusuri di catatan-catatan itu atau dokumen-dokumenku itu.


Sibahlul Addhoif:

1. Menarik. Kekuatan persepsi dan kekuatan keyakinan, walau bersifat non materi tapi bentuk dari ketakutan kuat itu nyata (gambaran takut sosok tertentu yang dipersepsikan) dalam penglihatan orang tertentu.

Dari pemaparan tersebut, maka tidak heran ketika ada sebagian orang yang dengan kekuatan persepsi atau kekuatan keyakinan mampu menghadirkan/melihat Tuhan atau malaikat.

2. Membahas tentang jin, iblis dan syetan, menurut anda, apakah mereka mutlak makhluk, atau ada diantara mereka adalah sifat kemakhlukan?

3. Alhamdulillah, saya sudah membacanya, walau agak mirip dengan pendapat filsuf Yunani Aristoteles. Ini juga yang terkadang menjadi alasan sebagian orang menolak filsafat, karena mereka menganggap filsafat made in non islam yang diadopsi sebagian orang islam, akhirnya tercemarilah ajaran islam oleh filsafat tadi.

4. Amin. I love you. Semoga para pencinta wilayah ‘Ali as di ikat dalam ikatan cinta kasih. Ilahi amin.


Sinar Agama: @Si Bahlul:

(1). Kalau Tuhan sudah tentu tidak bisa dihadirkan karena Ia selalu hadir dan Maha Kuat hingga tidak bisa dipengaruhi siapapun. Karena, bagaimana mungkin Tuhan bisa dipaksa oleh ruh manusia yang sangat rendah ini? Malaikat juga, tidak bisa dihadirkan kecuali oleh para nabi dan dengan ijin Allah.

(2). Iblis dan syethan itu adalah jelas makhluk karena setiap yang ada adalah makhluk Tuhan. Tapi harus diingat bahwa iblis itu adalah jin dan keburukannya itu ikhtiar dia sendiri seperti manusia-manusia yang tidak taat pada Tuhan dan tidak mau mempelajari agama Tuhan dengan baik dan benar.

(3). Kalau semua yang mirip dengan Yunani itu dari Yunani, maka percaya Tuhan yang Esa juga Yunani, disunnahkannya mengucap salam di kuburan mukminin itu juga Yunani, berdoa juga Yunani, berbakti pada orang tua juga Yunani, mengatur pemerintahan orang-orang bijak juga Yunani, seni Islam juga Yunani.

Perlu diketahui bahwa Qur-an itu bukan pembuat kebenaran, tapi penguak kebenaran. Dan sudah tentu penguak kebenaran itu tidak hanya dicerap dengan Qur-an, tapi bisa juga dengan akal, kitab-kitab terdahulu, nabi-nabi terdahulu. Karena itu Aresto, Lukman Hakim ...dan lain- lain, diyakini bahwa mereka bukan manusia biasa, tapi salah satu dari wali-wali Tuhan, karena pada jaman yang begitu kolotnya, mereka sudah sampai ke pemikiran yang begitu tingginya hingga rumus akalnya tidak bisa dibantah sampai hari ini. Karena itu imam Ja’far as pernah memuji Plato.

Filsafat itu rumus akal, seperti matematika yang rumus volume atau hitungan. Jadi, tidak ada barat dan timurnya, tidak ada Yunani dan Islamnya. Yunani waktu itu hanya membahas 200 masalah tentang hukum-hukum akal tentang keberadaan, tapi muslimin telah menambahkannya menjadi 700 masalah. Ada juga yang tertera dalam Qur-an, ada juga dalam hadits, ada juga dalam sindiran keduanya dan penjabaran para ulama dan filosof Islam.

(4). Ok, sama-sama. Terimakasih.


Sibahlul Addhoif: Komentar saya di sebelumnya hanya menyinggung ulah sebagian orang yang menempuh jalan kebathinan (kalau menurut bahasa anda sok sufi atau lagi demam sufi) yang dalam ritual-ritual mereka mendapatkan/ditampakkan hal-hal aneh dari kekuatan persepsi atau kekuatan keyakinan, yang kemudian mereka anggap telah bertemu atau melihat tuhan juga malaikat.

Mengenai ungkapan anda bahwa ruh ini lemah, saya jadi merasa perlu untuk kembali bertanya tentangnya (ruh). Apa itu ruh? Bukankah ruh dianologikan sebagai nafas Tuhan, dia kehidupan, yang keberadaannya ada dalam alam kun fayakun meminjam istilah anda. Mohon pencerahan dalam hal ini, semoga pengkhidmatan anda pada ma’sumin as, memudahkan untuk menjawabnya dan memudahkan saya untuk memahaminya. Terimakasih.

2. Beribu-ribu ku ucapkan kata maaf ke anda. Jadi, iblis, jin, dan syetan adalah makhuk? Karena pemahaman saya selama ini adalah, Jin adalah makhuk. Sementara iblis dan syetan adalah sifat ke-makhluk-an. Manusia dan juga jin yang memiliki sifat buruk atau melanggengkan keburukan, mereka adalah syetan atau iblis.

3. Alhamdulillah. Man dust daram.


Chi Sakuradandelion, Khommar Rudin, Eman Sulaeman dan 9 lainnya menyukai ini.


Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 


9 Juni 2012 pukul 6:23



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar