Jumat, 25 September 2020

Dasar Dan Syarat Pernikahan


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/269548246423312/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 1 November 2011 pukul 15:58


Al Louna: Salam ustadz. Mohon penjelasan.

Sebenarnya yang utama dan yang harus di penuhi oleh seorang wanita yang hendak menikah itu apa (dasar pernikahan atau syarat menikah)?

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya.

(1). Pertama dalam memilih calonnya harus dengan akal, tidak dengan perasaan. Maksud akal disini dan tidak menggunakan perasaaan, adalah melihat calonnya itu dari kecocokannya dengan kehidupan yang diinginkan.

Karena agama menyuruh hidup di dunia ini untuk akhirat, maka harus memilih yang dunianya tidak sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat menuju akhiratnya. Paling minimnya adalah menaati agamanya dari sisi pribadi dan keuangan. Dengan penglihatan seperti ini akan dapat menekan perasaannya, apakah ia suka dari sisi fisik atau tidak. Artinya, hal-hal yang tidak prinsip ini, tidak akan lagi menjadi cariannya. Tapi takwa adalah cariannya.

Karena itu, kalau seorang wanita dalam masa perkenalan, misalnya, si pemuda itu sudah mulai memandang dengan mata kotor, apalagi dengan tangan maksiat, maka sudah dapat dipastikan bahwa lelaki seperti itu, tidak akan layak jadi pendampingnya, karena disamping ia tidak menghormati dirinya sendiri, juga tidak menghormati calon istrinya yang sudah selayaknya dilindungi dari sisi kesuciannya lahir batinnya.

Itulah, mengapa saya pernah berkata agak asin, pada seorang perempuan yang ditanyakan yang menanyakan calon suaminya yang tidak bertanggung jawab terhadap kehamilan di luar nikahnya. Kemarahan itu diakibatkan karena semestinya seorang wanita itu mencari lelaki yang bisa melindungi dirinya dari kemaksiatan dan kekotoran lahih batin, tapi disini yang terjadi justru sebaliknya. Karena orang lain justru menjaganya, tapi lelaki itu yang mengaku mencintainya yang justru mengotorinya.

Ingat, bahwa lelaki kotor seperti sering menampakkan diri juga dalam keaktifisan Islam, dan, tidak jarang mencari penghalal yang tidak karu-karuan dan menjerumuskan.


(2). Orang yang melangkah ke dalam rumah tangga dengan dasar di atas itulah yang bisa meniatkan dirinya merintis keluarga atas nama dan karena Allah.

Jadi, tidak megikuti perasaan cinta dulu yang mana hal itu diharamkan kalau disertai dengan pembicaraan, penglihatan dan sebagainya seperti yang sering saya katakan/tulis di fb ini.

Karena kalau sudah cinta, melihat dan berbicara saja sudah lezat, dan kelezatan ini adalah ukuran keharamannya.

Karena itu, orang yang melangkah mencari cintanya ini, maka ia akan mendapatkan hanya seonggok badan yang dikejarnya. Dan, tidak lama ia akan bosan dengan semua itu. Karena itulah ia akan merugi dunia-akhirat. Memang, pengejar cinta ini, selama masih hdiup, dapat memperbaiki dirinya dan bertaubat, hingga segera memulai rumah tangganya yang sudah dilakukannya dan bahkan mungkin sudah punya anak, dengan permulaan yang baru. Karena Tuhan Maha Penerima Taubat.

Jadi, kalau tidak mau rugi, baik di permulaan rumah tangganya, atau kelanjutannya (kalau salah memulainya), harus membangun rumah tangganya dengan tatapan akhirat dan menatap dunia ini tidak lebih dari sekedar tempat bercocok tanam dan sama sekali tidak mengharap hasilnya (di dunia) dan hanya benar-benar melakukannya untuk akhirat.

Memang, tatapan kehidupan seperti ini bukan berarti harus mencebloskan dirinya ke dalam derita dunia yang tidak diperlukan (seperti shufi-shufi yang meninggalkan anak istrinya dan pergi menyepi di goa-goa), karena menjaga diri, kesehatan, keluarga dan semacamnya juga kewajiban agama dan akal dan semua itu dilakukannya karena Allah juga. Tapi semua dan semua itu, yakni menjaga diri dengan makan yang baik, mencari rejeki yang baik dan halal, .....dan seterusnya itu, dilakukannya karena perintah Allah semata dan bukan karena dunia dan kelezatannya ini.Paling tidak, pencari kelezatanpun, kalau masih dalam kehalalan Tuhan, tidak ditentang oleh agama, walaupun kehidupan seperti ini dikatakan kehidupan hewan dan bukan kehidupan akal dan manusia. Nah, setidaknya, kalaulah masih mau kelezatan, minimal, tidak dengan jalan dan di dalam yang diharamkan Tuhan. Ini syarat minimalnya.


(3). Semua langkah yang dituliskan di atas itu, adalah langkah utama membangun rumah tangga yang dimulai sejak mencari pasangannya dan niat mencari pasangannya. Dan, semua itu akan memberikan dukungan juga pada anak keturunannya di masa datang insya Allah.


Jokowi Karim, Sulthony Putranto, Doeble Do dan 5 lainnya menyukai ini.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar