Sabtu, 12 Januari 2019

Uswah Hasanah dan Akhlak ‘Uzhma




Seri tanya jawab Memburu Kebenaran dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 8:34 am


Memburu Kebenaran mengirim ke Sinar Agama: (25-2-2013) Salam ustad semoga panjang umur dan sehat selalu, yang selalu tiada hari tanpa jihad fisabilillah dengan penuh keiklasan dan tanpa pamrih. Maaf mau nanya. 

  1. Apakah ayat 33;21= tentang sebutan uswatun hasanah pada pribadi rosul dalam ayat tersebut ditujukan semenjak rasul mendapat wahyu pertama(40 thn) sampai wafat, atau dari mulai lahir (0 tahun sampai wafat)??
  2. Di umum ada kata Ahlakul adzimah dan ahlakul karimah, apa perbedaan makna kedua ahlak tersebut?
  3. Apa perbedaan Ahlak dan fikih dan apakah yang harus didahulukan Ahlak atau FIKIH dalam pengamalan?? 

Syukron sebelumnya. 

Sang Pencinta: Salam, ikut bantu, jawaban no 3. https://www.dropbox.com/s/2rje4k7hd3rytjs/Akhlak%20vs%20Fikih.pdf 

Akhlak vs Fikih.pdf 

www.dropbox.com

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

1- Uswatun hasanah sudah tentu memaksudkan secara pasti, setelah kenabian. Karena betapa- pun baiknya Nabi saww sebelum kenabian dimana juga dikatakan sebagai makshum, akan tetapi bukan setelah Islam yang mengandungi semua ajaran. Puasa sebelum kenabian, tidak seperti puasa setelah kenabian. Begitu pula tentang shalat dan lain-lainnya. 

Akan tetapi, karena di ayat tersebut tidak mencamtumkan waktu dan jaman dan hanya fokus pada Nabi saww yang sebagai uswah hasanah, maka sebelum kenabian juga bisa dijadikan panduan bagi kita tapi di masalah-masalah umum yang belum dan tidak perlu disempurnakan agama Islam.

2- Akhlaku al-’Azhiimah dan Akhlaku al-Kariimah sebenarnya hampir mirip, akan tetapi beda dalam tingkatan saja dan, hal itu tergantung pada yang mengatakan atau menuliskannya. Jadi, tidak mesti memiliki perbedaan diantara keduanya, dan kalaulah bermaksud membedakan maka bisa sangat tergantung kepada pemakainya, karena dalam penderajatan tingkatan- tingkatan akhlak itu, bisa terjadi perbedaan pendapat dan eksperimen masing-masing. 

Kalau mau pengglobalannya, mungkin bisa dikatakan bahwa akhlak-akhlak lahiriah yang baik, disebut dengan Akhlak Karimah, tapi yang berhubungan dengan batin, adalah Akhlak ‘Uzhmaa. Misalnya, ketika seseorang tidak mengejek orang lain karena kekurangannya, maka ia termasuk Akhlak Karimah. Tapi ketika ia tidak mengejek dengan hatinya sekalipun, maka bisa dikatakan Akhlak ‘Uzhma. 

3- Untuk masalah akhlak dan fikih ini saya sudah sering membahasnya dan di atas sudah pula dinukilkan oleh Pencinta, mohon disimak. Pendeknya, antum harus taqlid pada marja’ antum dan jangan pusing dengan apapun yang dikatakan oleh bukan marja’ antum. Karena dalam Syi’ah, kita wajib taqlid pada marja’ dan haram mengikuti kata-kata orang lain yang apalagi bukan hujjatulislam sekalipun apalagi ayatullah/mujtahid dan marja’. 

Perhatian

Akhlak ini ada dua pengertian: 

1- Pertama adalah akhlak yang merupakan bagian dari ajaran dan ilmu Islam sebagaimana yang lainnya seperti akidah dan fikih dan seterusnya. 

2- Akhlak yang merupakan seluruh bagian Islam yang mencakup akidah, fikih dan akhlak itu sendiri....dan seterusnya. 

Kata-kata Nabi saww yang mengatakan: 

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” 


adalah Akhlak yang ke dua. Karena Nabi saww diutus dengan membawa Islam yang utuh dimana di akhir hayat beliau saww Allah menurunkan ayat penutupanNya yang menyatakan tentang penyempurnaan agamaNya ini (QS: 5: 3). 

Jadi, akhlak ke dua ini, mencakup akidah karena ia akhlak batin kita kepada Allah dan semua utusan-utusanNya serta semua agamaNya. Dan ia juga mencakup fikih karena fikih menata akhlak kita kepadaNya (fikih pribadi) dan kepada seluruh makhlukNya (fikih sosial). 

Semua ini sudah sering diterangkan di catatan-catatan sebelumnya, silahkan menyimak di nukilan Pencinta. 

Sinar Agama: Pencinta, terima kasih bantuannya, semoga diterimaNya, amin. Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar